Anda di halaman 1dari 16

• BAB IV : LINGKUNGAN UDARA DAN PENCEMARANNYA

A. UDARA

Udara adalah campuran berbagai gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan selalu
terdapat dimana-mana, sebagai salah satu komponen abiotik yang lebih dikenal dengan istilah
atmosfer (Dian, 2009). Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Komponen
yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air dalam bentuk uap ( H 2 O ) dan karbon
dioksida (CO 2). Jumlah uap air yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan
suhu. Konsentrasi CO 2 di udara selalu rendah, yaitu sekitar 0,03%. Konsentrasi CO 2mungkin
naik, tetapi masih dalam kisaran beberapa per seratus persen, misalnya di sekitar proses-
proses yang menghasilkan CO 2 seperti pembusukan sampah tanaman, pembakaran, atau di
sekitar kumpulan massa manusia di dalam ruangan terbatas yaitu karena pernafasan
(Ramadhani, 2015). Udara yang kita hirup terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, dan
selebihnya adalah gas, bahan cair dan bahan padat yang halus (Dian, 2009).

Udara memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya. Setiap makhluk hidup membutuhkan udara untuk mendukung kehidupannya
secara optimal, sehingga udara merupakan sumber daya alam yang harus dilindungi untuk
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu udara merupakan komponen
lingkungan yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup, sehingga perlu dijaga dan
dipelihara kualitasnya. Untuk mendapatkan udara sesuai dengan tingkat kualitas yang
diinginkan, maka pengendalian kualitas udara menjadi sangat penting untuk dilakukan
mengingat karena banyaknya pencemaran udara pada saat ini. Dibawan ini adalah tabel
komposisi udara kering dan bersih :

Tabel 4.1 Komposisi Udara Kering dan Bersih

Komponen Persentase Ppm


Nitrogen 78.08% 780 800
Oksigen 20.95% 209 500
Argon 0.93% 9 300
Karbon Dioksida 0.03% 300
Karbon Monoksida 0.02% 200
Sumber : (Ramadhani, 2015).
Udara dialam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Beberapa gas
seperti sulfur diokside ( SO 2), hydrogen sulfide ( H 2 S ¿ dan karbon monokside (CO) selalu
dibebaskan keudara sebagai produk sampingan dari proses-proses alami seperti aktivitas
vulkanik, pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan, dan sebagainya. Selain disebabkan
polutan alami tersebut, poilusi udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia
(Ramadhani, 2015)..

Udara bersih merupakan udara yang mengandung beberapa macam gas dengan
komposisi yang normal. Contohnya gas oksigen merupakan esensial bagi kehidupan makhluk
hidup, termasuk manusia. Namun, akibat aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan,
sering kali membuat kualitas udara menurun. Perubahan ini dapat berupa sifat-sifat fisis
maupun kimiawi dapat berupa pengurangan maupun penambahan slah satu komponen kimia
yang terkandung dalam udara. Kondisi seperti itu lazim disebut dengan pencemaran (polusi)
udara (Ramadhani, 2015).

B. PENCEMARAN UDARA

Pencemaran udara adalah adanya atau masuknya zat atau bahan pencemar di udara
dalam jumlah dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan terhadap makhluk
hidup (Dian, 2009). Secara umum definisi udara tercemar adalah perbedaan komposisi udara
aktual dengan kondisi udara normal dimana komposisi udara aktual tidak mendukung
kehidupan manusia (Ramadhani, 2015).

C. SUMBER PENCEMARAN UDARA

Pencemaran udara dapat berasal dari proses alami, misalnya aktivitas vulkanik,
kebakaran hutan, badai debu, pembusukan sampah tanaman, dan juga aktivitas manusia
seperti transfortasi, buangan pabrik (limbah industri), dan sampah rumah tangga. Sumber
polusi utama berasal dari transportasi di hamper 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari
karbon monoksida dan sekitar 15 terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya
adalah pembakaran, proses industri, pembuangan limbah, dan lain-lain (Dian, 2009).

Sumber pencemaran primer adalah semua pencemar yang langsung dilepaskan oleh
sumber dan belum mengalami perubahan. Pencemaran udara primer mencakup sekitar 90%
dari jumlah polutan udara seluruhnya. Pencemaran primer dapat dibedakan menjadi lima
kelompok yaitu karbon monoksida(CO) , nitrogenoksida ( NO X ¿, sulfur oksida (SO ¿¿ X )¿ dan
partikel. Sedangkan pencemaran udara sekunder adalah pencemaran udara primer yang
mengalami perubahan di udara akibat reaksi fotokimia atau oksida katalis (Dian, 2009).

Toksisitas kelima kelompok polutan primer tersebut berbeda-beda. Tabel dibawah ini
menyajikan toksisitas relative masin-masing kelompok polutan tersebut. Polutan yang paling
berbahaya bagi kesehatan adalah partikel, diikuti berturut-turut oleh NO X , SO X , hidrokarbon,
dan yang paling rendah toksisitasnya adalah karbon monoksida.

Tabel 4.2 toksisitas polutan udara

Level toleransi Toksisitas


Polutan
Ppm μg/m
3
relative
CO 32.0 40000 1.00
HC 19300 2.07
SO X 0.50 1430 28.0
NO X 0.25 514 77.8
Partikel 375 106.7
Sumber: (Dian, 2009)

Bahan atau zat pencemaran udara primer sendiri dapat berbentuk gas dan partikel.
Dalam bentuk gas dapat dibedakan menjadi:

- Golongan belerang (sulfur dioksida, hidrogen sulfida, sulfat aerosol)

- Golongan nitrogen (nitrogen oksida, nitrogen monoksida, amoniak, dan nitrogen dioksida)
- Golongan karbon (karbon dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon)

Sedangkan jenis pencemaran udara berbentuk partikel menjadi tiga yaitu:

- Mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah.

- Bahan organik yang terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorisasi alkan, benzene.

- Makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing (Ramadhani, 2015)..

Sementara itu, jenis pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi
dua, yaitu:

- Pencemaran udara bebas meliputi secara alamiah (letusan gunung berapi, pembusukan,
dan lain-lain) dan bersumber kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri,
rumah tangga, asap kendaraan bermotor.

- Pencemaran udara ruangan meliputi dari asap rokok, bau tidak sedap di ruangan
(Ramadhani, 2015)..

D. DAMPAK PENCEMARAN UDARA PADA KESEHATAN MANUSIA


Pada tingkat konsentrasi tertentu zat-zat pencemar udara dapat berakibat langsung
terhadap kesehatan manusia, baik secara mendadak atau akut, menahun atau kronissub-klinis
dan dengan gejala-gejala yang samar. Dimulai dari iritasi saluran pernafasan, iritasi mata,
dan alcrgi kulit sampai pada timbulnya tumbuhan atau kanker paru. Gangguan kesehatan
yang dise- babkan oleh pencemaran udara dengan sendirinya mempengaruhi daya kerja
seseorang, yangberakibat turunnya nilai produktivitas serta mengakibatkan kerugian
ekonomis pada jangka panjang dan timbulnya permasalahan sosial ekonomi keluarga dan
masyarakat (Budiyono, 2001).

Dampak buruk polusi udara bagi kesehatan manusia tidak dapat dibantah lagi, baik
polusi udara yang terjadi di alam bebas (Outdoor air polution) ataupun yang terjadi di
dalam ruangan (Indoor air polution), polusi yang terjadi di luar ruangan terjadi karena bahan
pencemar yang berasal dari industri, transportasi, sementara polusi yang terjadi di dalam
ruangan dapat berasal dari asap rokok, dan gangguan sirkulasi udara (Budiyono, 2001).

Ada tiga cara masuknya bahan pencemar udara kedalam tubuh manusia, yaitu melalui
inhalasi, ingestasi, dan penetrasi kulit. Inhalasi adalah masuknya bahan pencemar udara ke
tubuh manusia melalui sistem pernafasan. Bahan pencemar ini dapat mengakibat kan
gangguan pada paru-paru dan saluran pernafasan, selain itu bahan pencemar ini kemudian
masuk dalam peredaran darah dan menimbulkan akibat pada alat tubuh lain. Bahan pencemar
udara yang berdiameter cukup besar tidak jarang masuk ke saluran pencernaan ketika makan
atau minum, seperti juga halnya di paru-paru, maka bahan pencemar yang masuk ke dalam
pencernaan dapat menimbulkan efek lokal dan dapat pula menyebar ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah. Permukaan kulit dapat juga menjadi pintu masuk bahan pencemar dari
udara, sebagian besar pencemar hanya menimbulkan akibat buruk pada bagian permukaan
kulit seperti dermatitis dan alergi saja, tetapi sebagian lain khususnya pencemar organik dapat
melakukan penetrasi kulit dan menimbulkan efek sistemik. (Budiyono, 2001)
Akibat-akibat yang timbul pada tubuh manusia karena bahan pencemar udara
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis bahan pencemar, toksisi-tasnya, dan
ukuran partikelnya. Bahan oksidan seperti ozon dan PAN {Peroxya-cetylnitrate) dapat
mengiritasi mukosa saluran pernafasan, yang berakibat pada peningkatan insiden
penyakit saluran pernafasan kronik yang non spesifik (CNSRD = "Chronic non Spesific
respiratory diseases"), seperti asma dan bronkitis. Beberapa bahan organik berupa partikel
debu dapat menyebab- kan pneumokoniosis, bahan biologis seperti virus, bakteri dan jamur
dapat menimbulkan infeksi dan reaksi alergi . Bahan pencemar lain seperti oksida nitrogen
(NOx) dan sulfur dioksida (SO2) juga dapat mengakibatkan CNSRD. Beberapa bahan
pencemar yang masuk dari paru dapat masuk ke sirkulasi darah seperti halnya gas CO yang
bersifat neurotoksik (racun saraf) dan "benzene" yang merupakan bahan karsinogen
(Budiyono, 2001).

Secara umum ada tiga faktor utama yang berpengaruh dalam proses inhalasi bahan
pencemar ke dalam paru-paru, yaitu komponen fisik, komponen kimiawi dan faktor
penjamu. Aspek komponen fisik adalah keadaan dari bahan yang diinhalasi itu sendiri,
apakah berupa gas, debu, uap, dan Iain-lain. Ukuran dan bentuk partikel juga berpengaruh
dalam proses penimbunan pencemaran di paru-paru, demikian juga dengan kelarutan dan
nilai higroskopisitasnya. Komponen- komponen kimia dari bahan yang diinhalasi dapat
dalam saluran pernafasan dapat bereaksi langsung dengan jaringan sekitarnya. Keasaman
atau tingkat alkalisitas yang tinggi dapat merusak silia dan sistem enzim. Bahan- bahan
pencemar tertentu dapat menimbulkan fibrosis yang luas di paru-paru, sementara bahan
pencemar lain dapat bersifat sebagai antigen dan menimbulkan antibodi dalam tubuh
(Budiyono, 2001).

Berikut ini adalah beberapa contoh gangguan kesehatan yang dapat diakibatkan oleh
zat-zat beracun diudara:

Tabel 4.3 Pengaruh Masing-Masing Zat Pencemar Udara Terhadap Manusia

Jenis Zat Akibat


No
Sulfur Oksida (Sox) Iritasi sistem pernafasan
1
Karbon Monoksida (CO) Menggangu transportasi oksigen oleh darah
2
Nitrogen Dioksida (NO2) Menyebabkan penyakit bronkitis kronis
3
Hidrokarbon (HC) Merangsang terbentuknya sel-sel kanker
4
Khlorin (Cl2) Menyebabkan iritasi dan peradangan
5
Partikulat Debu (TSP) Mengganggu saluran pernafasan bagian atas
6 dan menyebabkan iritasi

Sumber : (Ramadhani, 2015).

E. DAMPAK PENCEMARAN UDARA TERHADAP FLORA


Tumbuh-tumbuhan memiliki reaksi yang besar dalam menerima pengaruh perubahan
atau gangguan akibat polusi udara dan perubahan lingkungan. Hal ini terjadi karena banyak
factor yang berpengaruh, diantaranya spesies tanaman,umur, keseimbangan nutrisi, kondisi
tanaman, temperatur, kelembaban dan penyinaran.Penambahan konsentrasi pencemar ke
udara dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhannya seperti terlihat pada gambar
dibawah ini, yang menggam- barkan respon tumbuhan terhadap jumlah konsentrasi pencemar
dengan kerusakan yang terjadi.

Gambar 4.1 Spektrum Respon Biologis tanaman terhadap Pencemaran Udara

Beberapa contoh kerusakan yang terjadi pada gangguan nutrisonal dan gang guan
atraksional biologis adalah terjadinya penurunan tingkatan kandungan enzim,gangguan pada
respon fisiologis adalah perubahan pada sistem fotosintesa, sedang gangguan yang nampak
secara visual adalah chlorosis (perusakan zat hijau daun/menguning), Flecking (daun bintik-
bintik), Reduced crop yield (penurunan hasil panen). Terjadinya gangguan pencemaran
terhadap tumbuhan dapat digolongkan dalam 2 (dua) kategori, yaitu pencemaran secara
primer dan sekunder (Budiyono, 2001).
a. Gangguan secara primer

Gangguan secara primer adalah terjadinya kontak langsung antara sumber pencemar
dengan bagian permukaan tumbuhan secara langsung, sehingga dapat mengganggu dan
menutupi lapisan epidermal yang membantu sistem penguapan pada tumbuhan.Hal ini terjadi
seperti gangguan pernafasan pada manusia. Diantara epidermal terdapat sel mesophyl,
spongy dan palisade parenochymar, yang berguna mengatur dan melindungi sel dengan
membuka dan menutup untuk rongga udara pada bagian dalam daun, yang mana daun
mempunyai fungsi penting bagi tumbuhan, untuk fotosintesa yaitu proses yang terjadi pada
daun dimana gabungan air dan CO2 dengan perantara sinar matahari membentuk glukosa.
Transpirasi yaitu proses penyerapan dari akar ke daun yang kemudian terjadi proses
evaporasi ke atmosfer, pada proses ini sekaligus sebagai pembawa nutrisi. Respirasi
merupakan proses produksi dengan memanfaatkan panas dari oksidasi pada karbohidrat
dan udara untuk membentuk COa dan H20. Gangguan pencemaran udara terhadap tumbuhan
karena adanya gas/partikel yang menutupi permukaan daun, sehingga menghalangi difusi dari
gas masuk dan keluar dedaunan (Budiyono, 2001).

b. Gangguan secara sekunder

Gangguan secara sekunder adalah gangguan yang terjadi pada tumbuhan karena
pencemaran yang mengganggu pada sistem akar, terjadi karena penumpukan
polutan/pencemar pada tanah dan permukaan air. Gangguan ini akan menghalangi proses
alterasi dari nutrisi yang berada dalam tanah dan sekitar tumbuhan. Gejala yang tampak
karena pencemaran udara terhadap tumbuhan adalah terjadinya penampakan yang kurang
sehat pada daun, dengan matinya beberapa bagian serta hilangnya warna, disebabkan matinya
jaringan karena adanya kerusakan pada spongy dan polisade di bagian dalam daun, yang
berakibat pada gugurnya daun. Kerusakan pada lapisan epidermis dapat terjadi akibat
Glazing atau Silvering pada permukaan daun oleh adanya partikel dan polutan yang
menempel. Efek pencemaran udara pada tumbuhan yang tak terlihat adalah adanya
kemunduran kemampuan pertumbuhan, berkurangnya kemampuan berfotosintesa dan
alterasi, kemampuan stomata yang menurun dan reproduksi set. Tipe kerusakan pada
tumbuhan dapat diakibatkan karena tumbuhan telah mengalami gangguan secara kronis
akibat waktu pemaparan pencemaran yang lama dalam tingkat dosis/ konsentrasi rendah.
Penyebab utama kerusakan tumbuhan oleh pencemaran udara adalah akibat phytotoxicc pada
tanaman seperti O3, S02 , PAN, N02, CI, HF dan Iain-lain (Budiyono, 2001).

F. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN FAUNA


Dampak negatif zat-zat pencemar udara terhadap fauna (hewan) tidak berbeda jauh
dengan dampak-dampak lain seperti terhadap manusia dan tumbuhan. Dampak terhadap
hewan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, secara langsung terjadi bila ada
interaksi melalui sistem pernafasan sebagaimana terjadi pada manusia. Dampak tidak
langsung terjadi melalui suatu perantara, baik tumbuhan atau perairan yang berfungsi
sebagai bahan makanan hewan. Terjadinya emisi zat-zat pencemar ke atmosfer (udara)
seperti partikulat, NOx, SO2, HF dan Iain-Iain yang kemudian berinteraksi dengan tumbuhan
dan perairan baik melalui proses pengendapan atau pun penempelan, akan berpengaruh
langsung terhadap vegetasi dan biota perairan hingga dapat menjalar pada hewan-hewan
melalui rantai makanan yang telah terkontaminasi zat pencemar tersebut (Budiyono, 2001).

Pengaruh Oksida Nitrogen (NOx) pada dosis tinggi terhadap hewan berupa terjadinya
gejala paralisis sistem syaraf dan konvulusi, dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa
pemaparan NO dengan dosis 2500 ppm terhadap tikus akan berpengaruh kehilangan
kesadaran 6-7 menit, bila pemaparan ini terjadi selama 12 menit, maka tikus tersebut akan
mati. Begitu pula pengaruh NO2 terhadap hewan, N02 yang bersifat racun, pada konsentrasi
lebih dari 100 ppm akan bersifat letal terhadap kebanyakan hewan dan 90% kematian
tersebut disebabkan oleh gejala edema pulmonari. N02 pada konsentrasi 800 ppm akan
berakibat kematian 100%. Konsentrasi SO2 400-800 ppm akan berpengaruh langsung dan
sangat berbahaya, meskipun hanya terjadi kontak secara singkat (Budiyono, 2001).

G. DAMPAK TERHADAP MATERIAL

Dampak pencemaran udara terhadap material, yaitu bangunan-bangunan,


logam, batuan, kulit dan Iain-lain dapat digambarkan sebagai dampak pecemaran
udara terhadap lingkungan alam sekeliling, timbulnya karat pada permukaan logam,
yang menyebabkan terlepas dan hilangnya material dari permukaan serta berubahnya
kemampuan elektris logam merupakan contoh pengaruh pencemaran udara yang
cukup penting. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kecepatan perkaratan
(corrotion) pada logam, yaitu kelembaban, tipe/jenis pencemar dan temperatur.
Beberapa studi telah dilakukan di daerah-daerah perkotaan untuk mengetahui
hubungan pemaparan pencemaran terhadap peng- karatan logam seperti terlihat pada
gambar Dibawah. Pada gambar dibawah ditunjukkan pengaruh pemaparan SO2
terhadap kecepatan pengkaratan logam, yang dilakukan di Tusla, Oklahoma.
Gambar 4.2 Pengaruh pencemaran S02 terhadap logam

Pengaruh pencemaran udara terhadap batuan adalah terbentuknya


noda/kotoran (Soiling) dan pelapukan (deterioration) batuan kapur yang umum
digunakan sebagai bahan bangunan dan pemahatan marmer. Banyak gedung-gedung di
perkotaan telah terpapar oleh pencemar udara seperti asap, SO2, partikel debu dalam
waktu yang lama, permukaan menjadi terkotori dan menjadi tempat bagi reaksi-reaksi
kimia oleh gas-gas yang bersifat asam. Pengaruh pemaparan sulfur dioksida (SQ2)
terhadap kulit dan kertas akan menyebabkan terjadinya pelapukan (deterioration) yang
nyata.Contoh yang sering teriadi adalah rusaknya kulit-kulit dan karet pengikat
buku pada perpustakaan-perpustakaan. SO2 akan diserap oleh kulit dan dikonversi
menjadi asam sulfurik yang merusak struktur kulit dan kertas, pada awalnya pinggiran
buku yang terpapar mulai berubah warna kecoklatan dan retak pada sendi-sendinya.
Jika pemaparan ini terus berlangsung retakan akan semakin luas dan buku menjadi
hancur (Budiyono, 2001).

H. DAMPAK TERHADAP TERJADINYA HUJAN ASAM

Pandangan bahwa masalah pencemaran udara semata-mata hanya merupakan


masalah urban telah berubah setelah terjadinya hujan asam dan pencemaran regional
lainnya di beberapa negara. Almosfer sebagai tempat pembuangan bahan sisa-sisa
aktivitas manusia bertindak sebagai reaktor kimia yang kompleks yang akan merubah
zat-zat pencemar begitu zat pencemar tersebut berinteraksi dengan substansi lain,
seperti uap air dan sinar matahari (Budiyono, 2001).

Pada kondisi tertentu, oksida sulfur dan oksida nitrogen dari hasil pembakaran bahan
bakar fosil akan berubah secara kimiawi di atmosfer, menjadi asam sulfat dan asam nitrat.
Adanya SO di udara dalam bentuk gas hanya mungkin jika konsentrasi uap air sangat
rendah,jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, SO dan uap air akan scgera bergabung
membentuk droplet asam sulfat (H2SO4). Proses perubahan NOx menjadi HNO3 juga
terjadi di atmosfer, yang kemudian bereaksi dengan cepat membentuk partikel nitrat.
Pencemar lain seperti karbon monoksida (CO) dan senyawa organik yang mudah
menguap ikut berperan pula dalam reaksi pembentukan dua asam kuat tersebut
(Budiyono, 2001).

Kedua bentuk asam tersebut, yaitu asam sulfat dan nitrat akan tercuci dan
terlarut dalam hujan, yang berakibat pada buruknya mutu kualitas air hujan (terjadinya
hujan asam). Dampak hujan asam terhadap lingkungan sangat penting dan perlu
mendapat perhatian serius, karena hujan asam berdampak negatef pada lingkungan,
seperti terjadinya kerusakan-kerusakan pada bangunan dan benda-benda yang terbuat
dari logam dan juga terjadinya pengasaman (acidification) danau-danau dan sungai.
Contoh proses pengasaman danau adalah terjadinya pengasaman danau di beberapa
daerah Eropa utara dan Amerika utara, dimana danau tersebut "asam" dan selanjutnya
"mati' sebagai akibat meluasnya hujan asam (Budiyono, 2001).

I. CARA MENCEGAH TERJADINYA PEMCEMARAN UDARA


Tindakan yang dilakukan untuk mencegah pencemaran udara seperti mengurangi
polutan, bahan yang mengakibatkan polusi dengan peralatan, mengubah polutan, melarutkan
polutan, dan mendispersikan-menguraikan polutan.
1. Mencegah pencemaran udara berbentuk gas
• Adsorbsi
Adsorbsi merupakan proses melekatnya molekul polutan atau ion pada permukaan zat
padat-adsorben-seperti karbon aktif dan silikat. Adsorben mempunyai sifat dapat menyerap
zat lain sehingga menempel pada permukaannya tanpa reaksi kimia serta memiliki daya
kejenuhan yang bersifat disposal (sekali pakai buang) atau dibersihkan dulu, kemudian
digunakan lagi.
• Absorbsi
Absorbsi merupakan proses penyerapan yang memerlukan solven yang baik untuk
memisahkan polutan gas dengan konsentrasinya. Metode absorbsi ini pada prinsipnya hampir
sama dengan metode adsorbsi, hanya bedanya bahwa emisi hidrokarbon mengalami kontak
dengan cairan di mana hidrokarbon akan larut atau tersuspensi.
• Kondensasi
Kondensasi merupakan proses perubahan uap air atau bendda gas menjadi benda cair
pada suhu udara di bawah titik embun. Polutan gas diarahkan mencapai titik kondensasi
tinggi dan titik penguapan yang rendah, seperti hidrokarbon dan gas organic lainnya.
• Pembakaran
Pembakaran merupakan proses untuk menghancurkan gas hidrokarbon yang terdapat di
dalam polutan dengan mempergunakan proses oksidasi panas yang disebut inceneration.
Iceneration merupakan salah satu metode dalam pengolahan limbah padat dengan
menggunakan pembakaran yang menghasilkan gas dan residu pembakaran.
• Mengurangi penggunaan bahan bakar minyak.
• Mencegah penebangan hutan untuk lahan pertanian.
• Memperluas daerah penghijauan dan reboisasi.
• Mencegah terjadinya kebakaran hutan.
• Mencegah pembakaran bahan-bahan beracun di udara terbuka.
• Menggunakan bahan bakar yang sedikit mengeluarkan asap (Mala, 2012).

J. AYAT AL-QUR’AN YANG BERKAITAN DENGAN POLUSI UDARA


Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat- zat asing di dalam
udara yang menyebabkan perubahan susunan udara dari keadaan norrnalnya. Kehadiran
bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu
yang cukup lama, akan dapat mengganggu manusia dan hewan. Bila keadaan seperti ini
terjadi maka udara dikatakan telah tercemar (Djaenab, 2019). Pembangunan yang
berkembang pesat khususnya dalam industri dan teknologi, serta meningkatnya jumlah
kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil (minyak) menyebabkan udara yang
dihirup disekitar kita menjadi tercemar oleh gas-gas buangan hasil pembakaran. Padahal
setiap makhluk berhak untuk mendapatkan atau menghirup udara yang bersih. Dalam Al-
Qur'an Allah menyebut kata udara atau angin ( ‫ الرياح‬- ‫ ) ريح‬sebanyak 28 kali diantaranya
disebutkan bahwa angin sebagai salah satu dari tanda-tanda kekuasaan-Nya (QS. al-Riim
(30): 40 dan al-Jastiyah (45): 5, Angin ditundukkan untuk kepentingan manusia (Sulaeman
a.s.) (QS. Shed (38): 36; al- Anbiya' (21):18 dan Saba' (34): l2). Kemudian Allah beberapa
kali menyebut udara dan fungsinya. Misalnya fungsi dalam proses daur air dan hujan (QS. al-
Baqarah (2): 164; al- Rum (30): 48; FAthir (35): 9), fungsi penyerbukan (QS. al- Hijr (15):
22), fungsi melayarkan bahtera di laut (QS. Yunus (10):22; al-Syura (42): 33. Tiga fungsi
udara yang disebutkan ini, merupakan penegasan betapa besar peranan udara dalam
kehidupan manusia dan semua makhluk hidup (Djaenab, 2019).

K. AIR PURIFIER TECNOLOGY CHEMISTRY


Alat ini dibuat dengan penyaringan udara bertingkat, dimana dalam penyaringan udara
kotor hingga menghasilkan udara bersih dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu:
1. Membran selulosa asetat
2. Plasma elektrik non thermal plasma
3. Penyerapan udara dengan larutan zeolite
4. Ditambahkan pewangi ruangan yang akan keluar bersamaan udara bersih

 Persiapan Alat dan Bahan


Alat yang akan digunakan dalam pembuatan alat pembersih udara dengan teknologi
kimia adalah sebagai berikut :
1. Kipas DC 12 V 11. Kabel
2. Kipas DC 5 V 12. Lem pipa
3. Corong 13. Gergaji
4. Terompet 14. Wadah balok
5. Sambung pipa “L” 5 buah 15. Penutup Output
6. Sambungan pipa “T” 2 buah 16. Penutup input
7. Pipa transparan (Selang) 17. Zeolit
8. Penjepit buaya 2 buah 18. Pengharum Kristal
9. Gunting 19. Membran selulosa Asetat
10. Accu Kering 20. Kayu 8 potong

 Proses Persiapan Alat dan Bahan serta Perakitan Alat.


Dalam proses persiapan alat dan bahan dilakukan beberapa hal sebagai berikut :
1. Membeli alat dan bahan yang diperlukan kemudian siapkan.
2. Menjemur pelepah pisang, lalu diblender kemudian disaring setelah itu pelepah
pisang dicampur dengan air garam, kemudian serat pelepah pisang dijemur agar
membentuk Membran Selulosa Asetat.
3. Memotong kayu dengan ukuran 25 cm sebanyak 8 potong, 50 cm 6 potong, triplek
dengan ukuran 25 cm sebanyak 2 potong dan 50 cm 3 potong. Kemudian dirakit
potongan kayu dengan paku supaya membentuk seperti balok dan potongan
triplek dibuat bentuk input di sisi kanan dan output di sisi kiri.
4. Menyiapkan pipa transparan, pipa L, pipa T, corong dan terompet. Kemudian
memotong pipa transparan sesuai dengan kebutuhan dalam proses pembuatan.
Setelah itu merakit pipa transparan dengan pipa L dan T kemudian
menyambungkan kedalam corong dan terompet.
5. Memasukan membran selulosa asetat yang di jahit dengan zeolit ke dalam
terompet yang sudah di rakit.
6. Menyiapkan kipas DC 12 Volt dan 5 Volt. Kemudian menggabungkan kipas DC
12 Volt dengan terompet yang arah kipas terbalik supaya udara tercemar (CO2)
dapat masuk kedalam alat penyaring udara yang diletakkan di bagian input dan
Kipas DC 5 Volt dengan corong dengan searah supaya udara yang sudah difilter
dalam bentuk oksigen (O2) yang di hasilkan dapat keluar di bagian output.
7. Menyiapkan accu kering, penjepit buaya, dan kebel penghubung. Kemudian
menyambungkan kabel penghubung yang ada pada kipas DC 12 Volt dan kipas
DC 5 Volt dengan accu kering menggunakan penjepit buaya.
8. Alat siap digunakan.

 Proses Pengujian Alat


Dalam proses pengujian alat pembersih udara dengan air purifier chemistry
yang menempatan alat dalam ruangan khusus kedap udara lalu diisi dengan tiga jenis
polutan udara diantaranya : asap kertas, asap rokok dan debu, kami melakukan
pengujian jenis polutan udara secara terpisah dan bergantian.

 Teknik dan Sistem Kerja


Udara yang ada disekitar (asap kertas, asap rokok dan debu) dihisap
menggunakan kipas yang ada didalam air purifier. Udara ini kemudian dilanjutkan ke
bagian filter yang terdapat pada bagian belakang (otput) alat chemistry. Di dalam
filter terjadilah proses penyaringan udara yang melewati pengharum kristal sehingga
udara yang telah disaring akan disalurkan kebagian depan (input) dan dikeluarkan
oleh air purifier dalam kondisi yang lebih segar dan bebas polusi.

 Gambar Alat

DAFTAR PUSTAKA
Budiyono, A. (2001). Pencemaran Udara : Dampak Pencemaran Udara Pada Lingkungan.
Dirgantara, 2(1), 21–27.
http://jurnal.lapan.go.id/index.php/berita_dirgantara/article/view/687/605

Djaenab. (2019). Polusi dalam perspektif al- qur’an. Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam 181–
194.

Mala. (2012). Cara Mengatasi Pencemaran Udara.


http://malabisofyan11.blogspot.com/2012/05/cara-mengatasi-pencemaran-
udara.html

Ramadhani, Putri. (2015). Aplikasi Deteksi Dini Dalam Sistem Sirkulasi Udara Terhadap
Polusi Asap. Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang, 5-24.
http://eprints.polsri.ac.id/1800/

Sutra, Dian Eka. (2009). Hubungan antara Pemajanan Particulate Matter 10 μm ( PM 10 )


dengan Gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Pekerja Pertambangan
Kapur Tradisional, FKM UI, 2009. 7–32.

Anda mungkin juga menyukai