A. UDARA
Udara adalah campuran berbagai gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan selalu
terdapat dimana-mana, sebagai salah satu komponen abiotik yang lebih dikenal dengan istilah
atmosfer (Dian, 2009). Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Komponen
yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air dalam bentuk uap ( H 2 O ) dan karbon
dioksida (CO 2). Jumlah uap air yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan
suhu. Konsentrasi CO 2 di udara selalu rendah, yaitu sekitar 0,03%. Konsentrasi CO 2mungkin
naik, tetapi masih dalam kisaran beberapa per seratus persen, misalnya di sekitar proses-
proses yang menghasilkan CO 2 seperti pembusukan sampah tanaman, pembakaran, atau di
sekitar kumpulan massa manusia di dalam ruangan terbatas yaitu karena pernafasan
(Ramadhani, 2015). Udara yang kita hirup terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, dan
selebihnya adalah gas, bahan cair dan bahan padat yang halus (Dian, 2009).
Udara memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya. Setiap makhluk hidup membutuhkan udara untuk mendukung kehidupannya
secara optimal, sehingga udara merupakan sumber daya alam yang harus dilindungi untuk
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu udara merupakan komponen
lingkungan yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup, sehingga perlu dijaga dan
dipelihara kualitasnya. Untuk mendapatkan udara sesuai dengan tingkat kualitas yang
diinginkan, maka pengendalian kualitas udara menjadi sangat penting untuk dilakukan
mengingat karena banyaknya pencemaran udara pada saat ini. Dibawan ini adalah tabel
komposisi udara kering dan bersih :
Udara bersih merupakan udara yang mengandung beberapa macam gas dengan
komposisi yang normal. Contohnya gas oksigen merupakan esensial bagi kehidupan makhluk
hidup, termasuk manusia. Namun, akibat aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan,
sering kali membuat kualitas udara menurun. Perubahan ini dapat berupa sifat-sifat fisis
maupun kimiawi dapat berupa pengurangan maupun penambahan slah satu komponen kimia
yang terkandung dalam udara. Kondisi seperti itu lazim disebut dengan pencemaran (polusi)
udara (Ramadhani, 2015).
B. PENCEMARAN UDARA
Pencemaran udara adalah adanya atau masuknya zat atau bahan pencemar di udara
dalam jumlah dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan terhadap makhluk
hidup (Dian, 2009). Secara umum definisi udara tercemar adalah perbedaan komposisi udara
aktual dengan kondisi udara normal dimana komposisi udara aktual tidak mendukung
kehidupan manusia (Ramadhani, 2015).
Pencemaran udara dapat berasal dari proses alami, misalnya aktivitas vulkanik,
kebakaran hutan, badai debu, pembusukan sampah tanaman, dan juga aktivitas manusia
seperti transfortasi, buangan pabrik (limbah industri), dan sampah rumah tangga. Sumber
polusi utama berasal dari transportasi di hamper 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari
karbon monoksida dan sekitar 15 terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya
adalah pembakaran, proses industri, pembuangan limbah, dan lain-lain (Dian, 2009).
Sumber pencemaran primer adalah semua pencemar yang langsung dilepaskan oleh
sumber dan belum mengalami perubahan. Pencemaran udara primer mencakup sekitar 90%
dari jumlah polutan udara seluruhnya. Pencemaran primer dapat dibedakan menjadi lima
kelompok yaitu karbon monoksida(CO) , nitrogenoksida ( NO X ¿, sulfur oksida (SO ¿¿ X )¿ dan
partikel. Sedangkan pencemaran udara sekunder adalah pencemaran udara primer yang
mengalami perubahan di udara akibat reaksi fotokimia atau oksida katalis (Dian, 2009).
Toksisitas kelima kelompok polutan primer tersebut berbeda-beda. Tabel dibawah ini
menyajikan toksisitas relative masin-masing kelompok polutan tersebut. Polutan yang paling
berbahaya bagi kesehatan adalah partikel, diikuti berturut-turut oleh NO X , SO X , hidrokarbon,
dan yang paling rendah toksisitasnya adalah karbon monoksida.
Bahan atau zat pencemaran udara primer sendiri dapat berbentuk gas dan partikel.
Dalam bentuk gas dapat dibedakan menjadi:
- Golongan nitrogen (nitrogen oksida, nitrogen monoksida, amoniak, dan nitrogen dioksida)
- Golongan karbon (karbon dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon)
- Mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah.
- Bahan organik yang terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorisasi alkan, benzene.
- Makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing (Ramadhani, 2015)..
Sementara itu, jenis pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi
dua, yaitu:
- Pencemaran udara bebas meliputi secara alamiah (letusan gunung berapi, pembusukan,
dan lain-lain) dan bersumber kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri,
rumah tangga, asap kendaraan bermotor.
- Pencemaran udara ruangan meliputi dari asap rokok, bau tidak sedap di ruangan
(Ramadhani, 2015)..
Dampak buruk polusi udara bagi kesehatan manusia tidak dapat dibantah lagi, baik
polusi udara yang terjadi di alam bebas (Outdoor air polution) ataupun yang terjadi di
dalam ruangan (Indoor air polution), polusi yang terjadi di luar ruangan terjadi karena bahan
pencemar yang berasal dari industri, transportasi, sementara polusi yang terjadi di dalam
ruangan dapat berasal dari asap rokok, dan gangguan sirkulasi udara (Budiyono, 2001).
Ada tiga cara masuknya bahan pencemar udara kedalam tubuh manusia, yaitu melalui
inhalasi, ingestasi, dan penetrasi kulit. Inhalasi adalah masuknya bahan pencemar udara ke
tubuh manusia melalui sistem pernafasan. Bahan pencemar ini dapat mengakibat kan
gangguan pada paru-paru dan saluran pernafasan, selain itu bahan pencemar ini kemudian
masuk dalam peredaran darah dan menimbulkan akibat pada alat tubuh lain. Bahan pencemar
udara yang berdiameter cukup besar tidak jarang masuk ke saluran pencernaan ketika makan
atau minum, seperti juga halnya di paru-paru, maka bahan pencemar yang masuk ke dalam
pencernaan dapat menimbulkan efek lokal dan dapat pula menyebar ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah. Permukaan kulit dapat juga menjadi pintu masuk bahan pencemar dari
udara, sebagian besar pencemar hanya menimbulkan akibat buruk pada bagian permukaan
kulit seperti dermatitis dan alergi saja, tetapi sebagian lain khususnya pencemar organik dapat
melakukan penetrasi kulit dan menimbulkan efek sistemik. (Budiyono, 2001)
Akibat-akibat yang timbul pada tubuh manusia karena bahan pencemar udara
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis bahan pencemar, toksisi-tasnya, dan
ukuran partikelnya. Bahan oksidan seperti ozon dan PAN {Peroxya-cetylnitrate) dapat
mengiritasi mukosa saluran pernafasan, yang berakibat pada peningkatan insiden
penyakit saluran pernafasan kronik yang non spesifik (CNSRD = "Chronic non Spesific
respiratory diseases"), seperti asma dan bronkitis. Beberapa bahan organik berupa partikel
debu dapat menyebab- kan pneumokoniosis, bahan biologis seperti virus, bakteri dan jamur
dapat menimbulkan infeksi dan reaksi alergi . Bahan pencemar lain seperti oksida nitrogen
(NOx) dan sulfur dioksida (SO2) juga dapat mengakibatkan CNSRD. Beberapa bahan
pencemar yang masuk dari paru dapat masuk ke sirkulasi darah seperti halnya gas CO yang
bersifat neurotoksik (racun saraf) dan "benzene" yang merupakan bahan karsinogen
(Budiyono, 2001).
Secara umum ada tiga faktor utama yang berpengaruh dalam proses inhalasi bahan
pencemar ke dalam paru-paru, yaitu komponen fisik, komponen kimiawi dan faktor
penjamu. Aspek komponen fisik adalah keadaan dari bahan yang diinhalasi itu sendiri,
apakah berupa gas, debu, uap, dan Iain-lain. Ukuran dan bentuk partikel juga berpengaruh
dalam proses penimbunan pencemaran di paru-paru, demikian juga dengan kelarutan dan
nilai higroskopisitasnya. Komponen- komponen kimia dari bahan yang diinhalasi dapat
dalam saluran pernafasan dapat bereaksi langsung dengan jaringan sekitarnya. Keasaman
atau tingkat alkalisitas yang tinggi dapat merusak silia dan sistem enzim. Bahan- bahan
pencemar tertentu dapat menimbulkan fibrosis yang luas di paru-paru, sementara bahan
pencemar lain dapat bersifat sebagai antigen dan menimbulkan antibodi dalam tubuh
(Budiyono, 2001).
Berikut ini adalah beberapa contoh gangguan kesehatan yang dapat diakibatkan oleh
zat-zat beracun diudara:
Beberapa contoh kerusakan yang terjadi pada gangguan nutrisonal dan gang guan
atraksional biologis adalah terjadinya penurunan tingkatan kandungan enzim,gangguan pada
respon fisiologis adalah perubahan pada sistem fotosintesa, sedang gangguan yang nampak
secara visual adalah chlorosis (perusakan zat hijau daun/menguning), Flecking (daun bintik-
bintik), Reduced crop yield (penurunan hasil panen). Terjadinya gangguan pencemaran
terhadap tumbuhan dapat digolongkan dalam 2 (dua) kategori, yaitu pencemaran secara
primer dan sekunder (Budiyono, 2001).
a. Gangguan secara primer
Gangguan secara primer adalah terjadinya kontak langsung antara sumber pencemar
dengan bagian permukaan tumbuhan secara langsung, sehingga dapat mengganggu dan
menutupi lapisan epidermal yang membantu sistem penguapan pada tumbuhan.Hal ini terjadi
seperti gangguan pernafasan pada manusia. Diantara epidermal terdapat sel mesophyl,
spongy dan palisade parenochymar, yang berguna mengatur dan melindungi sel dengan
membuka dan menutup untuk rongga udara pada bagian dalam daun, yang mana daun
mempunyai fungsi penting bagi tumbuhan, untuk fotosintesa yaitu proses yang terjadi pada
daun dimana gabungan air dan CO2 dengan perantara sinar matahari membentuk glukosa.
Transpirasi yaitu proses penyerapan dari akar ke daun yang kemudian terjadi proses
evaporasi ke atmosfer, pada proses ini sekaligus sebagai pembawa nutrisi. Respirasi
merupakan proses produksi dengan memanfaatkan panas dari oksidasi pada karbohidrat
dan udara untuk membentuk COa dan H20. Gangguan pencemaran udara terhadap tumbuhan
karena adanya gas/partikel yang menutupi permukaan daun, sehingga menghalangi difusi dari
gas masuk dan keluar dedaunan (Budiyono, 2001).
Gangguan secara sekunder adalah gangguan yang terjadi pada tumbuhan karena
pencemaran yang mengganggu pada sistem akar, terjadi karena penumpukan
polutan/pencemar pada tanah dan permukaan air. Gangguan ini akan menghalangi proses
alterasi dari nutrisi yang berada dalam tanah dan sekitar tumbuhan. Gejala yang tampak
karena pencemaran udara terhadap tumbuhan adalah terjadinya penampakan yang kurang
sehat pada daun, dengan matinya beberapa bagian serta hilangnya warna, disebabkan matinya
jaringan karena adanya kerusakan pada spongy dan polisade di bagian dalam daun, yang
berakibat pada gugurnya daun. Kerusakan pada lapisan epidermis dapat terjadi akibat
Glazing atau Silvering pada permukaan daun oleh adanya partikel dan polutan yang
menempel. Efek pencemaran udara pada tumbuhan yang tak terlihat adalah adanya
kemunduran kemampuan pertumbuhan, berkurangnya kemampuan berfotosintesa dan
alterasi, kemampuan stomata yang menurun dan reproduksi set. Tipe kerusakan pada
tumbuhan dapat diakibatkan karena tumbuhan telah mengalami gangguan secara kronis
akibat waktu pemaparan pencemaran yang lama dalam tingkat dosis/ konsentrasi rendah.
Penyebab utama kerusakan tumbuhan oleh pencemaran udara adalah akibat phytotoxicc pada
tanaman seperti O3, S02 , PAN, N02, CI, HF dan Iain-lain (Budiyono, 2001).
Pengaruh Oksida Nitrogen (NOx) pada dosis tinggi terhadap hewan berupa terjadinya
gejala paralisis sistem syaraf dan konvulusi, dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa
pemaparan NO dengan dosis 2500 ppm terhadap tikus akan berpengaruh kehilangan
kesadaran 6-7 menit, bila pemaparan ini terjadi selama 12 menit, maka tikus tersebut akan
mati. Begitu pula pengaruh NO2 terhadap hewan, N02 yang bersifat racun, pada konsentrasi
lebih dari 100 ppm akan bersifat letal terhadap kebanyakan hewan dan 90% kematian
tersebut disebabkan oleh gejala edema pulmonari. N02 pada konsentrasi 800 ppm akan
berakibat kematian 100%. Konsentrasi SO2 400-800 ppm akan berpengaruh langsung dan
sangat berbahaya, meskipun hanya terjadi kontak secara singkat (Budiyono, 2001).
Pada kondisi tertentu, oksida sulfur dan oksida nitrogen dari hasil pembakaran bahan
bakar fosil akan berubah secara kimiawi di atmosfer, menjadi asam sulfat dan asam nitrat.
Adanya SO di udara dalam bentuk gas hanya mungkin jika konsentrasi uap air sangat
rendah,jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, SO dan uap air akan scgera bergabung
membentuk droplet asam sulfat (H2SO4). Proses perubahan NOx menjadi HNO3 juga
terjadi di atmosfer, yang kemudian bereaksi dengan cepat membentuk partikel nitrat.
Pencemar lain seperti karbon monoksida (CO) dan senyawa organik yang mudah
menguap ikut berperan pula dalam reaksi pembentukan dua asam kuat tersebut
(Budiyono, 2001).
Kedua bentuk asam tersebut, yaitu asam sulfat dan nitrat akan tercuci dan
terlarut dalam hujan, yang berakibat pada buruknya mutu kualitas air hujan (terjadinya
hujan asam). Dampak hujan asam terhadap lingkungan sangat penting dan perlu
mendapat perhatian serius, karena hujan asam berdampak negatef pada lingkungan,
seperti terjadinya kerusakan-kerusakan pada bangunan dan benda-benda yang terbuat
dari logam dan juga terjadinya pengasaman (acidification) danau-danau dan sungai.
Contoh proses pengasaman danau adalah terjadinya pengasaman danau di beberapa
daerah Eropa utara dan Amerika utara, dimana danau tersebut "asam" dan selanjutnya
"mati' sebagai akibat meluasnya hujan asam (Budiyono, 2001).
Gambar Alat
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono, A. (2001). Pencemaran Udara : Dampak Pencemaran Udara Pada Lingkungan.
Dirgantara, 2(1), 21–27.
http://jurnal.lapan.go.id/index.php/berita_dirgantara/article/view/687/605
Djaenab. (2019). Polusi dalam perspektif al- qur’an. Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam 181–
194.
Ramadhani, Putri. (2015). Aplikasi Deteksi Dini Dalam Sistem Sirkulasi Udara Terhadap
Polusi Asap. Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang, 5-24.
http://eprints.polsri.ac.id/1800/