Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Udara

Udara merupakan komponen lingkungan yang sangat penting dalam


kehidupan. sehingga perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Udara yang
setiap saat di hirup ketika bernapas merupakan udara Ambien yang berada di
lingkungan kita Udara Ambien merupakan udara bebas dipermukaan bumi yang
dapat mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan perubahan iklim
global baik secara langsung maupun tidak langsung (Wardoyo, 2016)
Udara adalah atmosfer yang ada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat
penting untuk kehidupan di muka bumi ini, dalam udaru terdapat oksigen (O 2)
untuk bernafas, karbon dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh khlorofil
dan, dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultraviolet (UV) dan matahari. Udara
menjadi gas yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Udara juga menjadi
komponen utama agar makhluk hidup dapat tinggal dengan nyaman (Sunu, 2001).
Udara dibedakan menjadi udara emisi dan dan udara ambien. Udara emisi
yaitu udara yang dikeluarkan oleh sumber emisi seperti knalpot kendaraan
bermotor dan cerobong gas buang industri. Sedangkan udara ambien adalah udara
bebas di permukaan bumi yang sehari-hari di hirup oleh makhluk hidup.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2010, udara Ambien adalah
udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer yang berada di dalam
wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi
kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.
Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Komponen yang
konsentrasinya paling bervariasi adalah air dalam bentuk uap H2O dan CO2.
Jumlah uap air yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu.
Konsentrasi CO₂ di udara selalu rendah, yaitu sekitar 0,03%. Konsentrasi CO 2
mungkin akan naik, tetapi masih dalam kisaran beberapa per seratus persen,
misalnya saja di sekitar proses-proses yang nenghasilkan CO₂ seperti
pembusukan sampah tanaman, pembakaran, atau disekitar kumpulan massa
manusia di dalam ruangan terbatas karena pernapasan. Konsentrasi CO 2 yang
relatif rendah dijumpai di atas kebun dan tanaman yang sedang tumbuh atau di
udara yang baru melalui lautan. Konsentrasi yang relatif rendah ini disebabkan
oleh absorpsi CO₂ oleh tanaman selama fotosintesis dan karena kelarutan
CO2 di dalam air.
Namun pengaruh proses-proses tersebut terhadap konsentrasi total CO 2, di
udara sangat kecil karena rendahnya konsentrasi CO 2 Apabila makhluk hidup
bernapas, kandungan oksigen berkurang, sementara kandungan karbon dioksida
bertambah Ketika tumbuhan menjalani sistem fotosintesis, oksigen kembali
dibebaskan. Siklus tersebut secara terus-menerus terjadi dalam kehidupan
makhluk hidup yang membutukan udara.
Komposisi udara kering yang dapat dikumpulkan di sekitar laut dapat dilihat
pada Tabel 2.1. (tabel yang menyajikan data komposisi udara kering dan bersih).
Konsentrasi gas dinyatakan dalam persen atan per sejuta (part per million),
tetapi untuk gas yang konsentrasinya sangat kecil biasanya dinyatakan dalam ppm
(Stoker dan Seager, 1972).

Tabel 2.1 komposisi Udara Kering dan Bersih


No Komponen Presentasi PPM

1 2 3 4
1 Nitrogen 78.08 780.800
2 Oksigen 20.95 209.500
3 Argon 0.93 9.300
4 Karbon Dioksida 0.03 300
5 Karbon Monoksida 0.02 200
(sumber : Stoker dan Seager, 1972)

Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali.
Beberapa gas seperti sulfur dioksida (SO 2), hidrogen sulfida (H2S), dan karbon
monoksida (CO) selalu dibebaskan ke udara sebagai produk sampingan dari
proses-proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman,
kebakaran hutan, dan sebagainya. Selain itu, partikel-partikel padatan atau cairan
berukuran kecil dapat tersebar di udara oleh angin, letusan vulkanik atau
gangguan alam lainnya. Selain disebabkan polutan alami tersebut, polusi udara
juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia (Ramadhani, 2015).
Udara bersih adalah udara yang kita butuhkan untuk bernafas agar
menyehatkan dan tidak membawa partikel-partikel berbahaya untuk
kesehatan.udara bersih mengandung beberapa macam gas dengan komposisi yan
normal. Contohnya gas oksigen merupakan esensial bagi kehidupan makhluk
hidup, termasuk manusia. Namun, akibat aktivitas manusia yang tidak ramah
lingkungan udara sering kali menurun kualitasnya. Perubahan ini dapat berupa
sifat fisik maupun kimiawi. Perubahan kimiawi dapat berupa pengurangan
maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dara Kondisi
seperti itu lazim disebut dengan pencemaran udara, Udara sebagai sumber daya
alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus
dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan kesehatan dan
kesejahteraan mamasia serta perlindungan bagi makhluk hidup lainnya. Agar
udara dapat bermanfaat sebesar-besarya bagi pelestarian fungsi lingkungan hidup,
maka udara perlu dipelihara, dijaga dan dijaga mutunya melalui pengendalian
pencemaran udara (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara)

2.2 Pencemaran Udara


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407tahun 2002 tentang
Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara, Pencemaran Udara adalah
masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia.
Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2007 Tentang Pencemaran
Lingkungan, pencemaran udara adalah pencemaran yang disebabkan oleh
aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan
bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti
kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan awan
panas. Polusi udara adalah masuknya zat lain ke udara, baik disengaja atau pun
secara alamiah sehingga kalaitas udara menjadi turun pada tingkat tertentu yang
mengakibatkan adanya gangguan dan atau kerugian pada makhluk hidup atau
benda lain disekitarnya (Arifin & Sukoco, 2009).
Pencemaran udara diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah
polutan yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu, Emisi dapat disebabkan
oleh proses alam maupun kegiatan manusia. Emisi yang disebabkan oleh proses
alam disebut biogenik emissions, sebagai contoh gas metan (CH4) yang terjadi
sebagai akibat dekomposisi bahan organik oleh bakten pengurai. Emisi yang
sebabkan kegiatan manusia disebut anthropogenic emissions, contohnya seperti
emisi udara yang disebabkan oleh kegiatan manusia adalah hasil pembakaran
bahan bakar fosil (bensia, solar, batubara), pemakaian zat-zat kimia yang
disemprotkan ke udara dan sebagainya. Prinsip dari pencemaran udara adalah bila
mana dalam udara terdapat unsur-unsur pencemar yang dapat mempengaruhi
keseimbangan udara normal dan menyebabkan gangguan terhadap kehidupan
manusia, hewan dan tumbuh- buhan dan benda-benda lain. Keberlangsungan
pencemaran udara dalam kurun waktu yang relatif lama akan berdampak pada
kondisi lingkungan maupun kesehatan makhluk hidup di dalamnya (Harssema
dalam Mulia, 2005),
Debu adalah salah satu bahan yang sering disebut partikel yang melayang di
udara (Total Suspended Particulate Matter/TSP) dengan ukuran < 100 mikron.
Dalam kasus pencemaran udara, baik dalam maupan di luar gedung, debu sering
dijadikan indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukkan tingkat
bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan
kerja Sumber pencemaran dapat diakibatkan oleh kegiatan manusia seperti
penggunaan kendaraan bermotor, industri, dan lain lain. Debu juga merupakan
salah satu masalah lingkungan hidup. (Tiraimagnet, 2013).

2.3 Faktor Penyebab Pencemaran Udara


Asal pencemar udara dapat diterangkan dengan tiga proses, yaitu atrisi
(attrition), penguapan (vaporization) dan pembakaran (combustion). Dari ketiga
proses tersebut, pembakaran merupakan proses yang sangat dominan dalam
menimbulkan bahan polutan dikarenakan hampir semua masyarakat membakar
sampah sebagai alternatif kedua. Penyebab dan dampak pencemaran udara
Menurut Sugiarto, 2008 penyebab pencemaran udara dibedakan menjadi:
1. Faktor alam (internal) yang bersumber dari aktivitas alam contohnya yaitu
abu yang dikeluarkan akibat letusan gunung berapi berupa gas-gas
vulkanik,debu-debu berterbangan di udara
2. Faktor manusia (eksternal) berbagai kegiatan manusia yang dapat
menghasilkan polutan antara lain yaitu (proses peleburan baja, pembuatan
soda) pertambangan (polutan yang dihasilkan berupa debu) proses kimia
(pemurnian minyak bumi) proses dalam pembangunan (gedung, jalan, dan
jembatan) percobaan atom dan nuklir.

2.4 Sumber Pencemaran Udara


Menurut Agusnar (2007), Sumber pencemaran yang utama berasal dari
transportasi, dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon
monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi
lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah dan lainnya.
Sumber- sumber tersebut sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan,
pencemaran tersebut berasal dari aktivitas manusia. Berbagai kegiatan manusia
yang dapat menghasilkan polutan misalnya, pembakaran sampah, kendaraan
bermotor, pembakaran pada kegiatan rumah tangga dan kegiatan industri.
Adapun sumber pencemaran udara dapat dikelompokkan menjadi dua jenis
yaitu sebagai berikut:
1. Sumber bergerak, Merupakan sumber pencemar yang mengalami perubahan
posisi selama menghasilkan zat pencemar. Sumber pencemar yang termasuk
ke dalam kategori ini yaitu mobil, truk, bus, kereta api, kapal laut dan pesawat
terbang
2. Sumber tidak bergerak,Merupakan sumber pencemar yang tidak mengalami
perubahan posisi selama menghasilkan zat pencemar. Sumber pencemar yang
termasuk ke dalam kategori ini yaitu kegiatan industri, pembangkit tenaga
listrik, pembakaran insinerator, furnace, dan lain-lain. Sumber tidak bergerak
dapat dikategorikan menjadi:
a. Sumber titik, Merujuk kepada sebuah sumber yang berada pada titik yang
tetap contohnya cerobong aspal, atau tangki yang memancarkan zat
pencemaran udara.
b. Garis (line source), adalah sumber pencemaran udara yang berasal dari
kendaraan bermotor dan kereta.
c. Sumber area, Mengacu pada serangkaian sumber kecil yang bersama- sama
dapat mempengaruhi kualitas udara di suatu daerah. Contohnya adalah
penggunaan perapian di rumah untuk penghangat akan berdampak pada satu
area, meskipun masing-masing rumah menyumbang berbagai jenis zat
pencemar dalam jumlah yang kecil.

2.5 Jenis-Jenis Pencemaran Udara


Menurut Sunu (2001) pencemaran udara dibedakan atas bentuk, tempat,
gangguan, serta dampak terhadap kesehatan, berdasarkan susunan kimia juga
berdasarkan asal pencemaran udara itu sendiri:

1. Pencemaran Udara Berdasarkan Bentuk


a. Gas, merupakan uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair karena terjadi
proses pemanasan atau dipanaskan atau menguap sendiri. Misal seperti
CO2, CO, SOX, NOX.
b. Partikel, pencemaran udara berupa partikel yaitu pencemaran yang berasal
dari zarah-zarah kecil yang mengalami proses dispresi ke udara, bentuk
wujudnya bisa berupa benda padat, cair, atau padatan dan cairan secara
bersama. Seperti contoh debu, kabut, asap, dan sebagainya.

2. Pencemaran Udara Berdasarkan Asalnya


a. Primer, adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan langsung ke udara yang
menyebabkan konsentrasinya meningkat dan membahayakan, seperti contoh
CO2 yang meningkat di atas konsentrasi normal.
b. Sekunder adalah senyawa kimia yang berbahaya yang muncul dari hasil
reaksi antara zat polutan primer dgn komponen alamiah, contohnya seperti
Peroxy Acetil Nitrat (PAN).
3. Pencemaran Udara Berdasarkan Tempat
Pencemaran udara bisa juga terjadi pada ruangan (indoor air polution)
yang biasa disebut juga dengan istilah udara tidak bebas seperti di rumah.
bioskop, pabrik, sekolah, rumah sakit, dan juga bangunan-bangunan lain.
Umumnya pencemaran itu berupa asap rokok, asap mesin pabrik. Pencemaran
udara pada ruangan (outdoor air polution) biasa disebut juga dengan istilah udara
bebas seperti asap dari sebuah kendaraan bermotor, asap pabrik, pembakaran
sampah dan kegiatan luar ruang lainnya yang menyebabkan pencemaran udara.
4. Pencemaran Udara Berdasarkan Gangguan atau Efeknya Terhadap
Kesehatan
a. Irritansia, adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi jaringan
tubuh, seperti SO2, Ozon, dan Nitrogen Oksida.
b. Aspeksia, adalah keadaan dimana darah kekurangan oksigen dan tidak
mampu melepas CO2. Gas penyebab tersebut seperti CO, H2S,NH3
c. Anestesia, adalah zat yang mempunyai efek membius dan biasanya
merupakan pencemaran udara dalam ruang. Contohnya Formaldehide dan
Alkohol.
d. Toksis, adalah zat pencemar yang dapat menyebabkan keracunan. Zat
penyebabnya seperti Timbal, Cadmium, Fluor, dan Insektisida.
5. Pencemaran Udara Berdasarkan Susunan Kimia
a. Anorganik, adalah zat pencemar yang tidak mengandung karbon seperti
asbestos, ammonia, asam sulfat, dan lain-lain
b. Organik, adalah zat pencemar yang mengandung karbon seperti pestisida,
herbisida, beberapa jenis alkohol, dan lain-lain.
2.6 Zat-Zat Pencemaran Udara
Zat-zat pencemaran udara dapat digolongkan atas tiga yaitu zat kimia, zat
fisis, dan zat biologis, Dampak zat-zat pecemar udara ini terhadap manusia,
terutama zat kimia dan zat fisisakan dibahas lebih rinci sebagai berikut:
1. Zat Kimia
Zat pencemar kimia yang paling banyak terdapat di udara bebas adalah
karbon monoksida (CO), sulfur oksida (SO), nitrogen oksida (NO), hidrokarbon
(HC), dan partikulat (debu) yang berasal dari pabrik semen, industri metalurgi,
industri konstruksi, dan juga kendaraan bermotor. Pengaruh zat kimia pertama-
tama akan ditemukan pada sistem pernapasan, kulit dan selaput lendir.
Selanjutnya, apabila memasuki peredaran darah, maka efek sistemik tak dapat
dihindari. Secara rinci akan dibahas beberapa zat-zat pencemar kimia yang berasal
dari kendaraan bermotor dan kegiatan industri, seperti CO, CO2, NO, dan CFC.
Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau,
diproduksi oleh segala proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan
yang mengandung karbon atau oleh pembakaran dibawah tekanan tinggi dan
temperatur tinggi seperti yang terjadi pada mesin. CO diproduksi oleh proses-
proses artifisial dan 80%-nya diduga berasal dari asap kendaraan motor.
Konsentrasi CO di udara perkotaan menunjukkan korelasi yang positif dengan
kepadatan lalu lintas. Efeknya terhadap kesehatan adalah berkurangnya kapasitas
darah untuk menyalurkan O2 kepada jaringan tubuh, sebagai akibat dari
tergesernya O₂ yang terikat pada hemoglobin (Hb) dan mengikat Hb menjadi
karbon monoksida hemoglobin (COHb). Kadar COHb akan bertambah dengan
meningkatnya kadar CO. Gejala yang terasa dimulai dengan pusing-pusing,
kurang dapat memperhatikan sekitarnya, kemudian terjadi kelainan fungsi
susunan syaraf pusat.
Namun, bagi mereka yang telah mengidap penyakit-penyakit seperti paru- paru,
jantung, dan perokok, maka CO dalam dosis rendah dapat menimbulkan atau
memperparah penyakit yang ada karena sebagian Hb-nya sudah terikat oleh CO.
CO akan berubah menjadi karbon dioksida (CO2) apabila terdapat gangguan O
yang bereaksi denganya. CO2 juga dihasilkan oleh gas buangan berasal dari umat
manusia dan bahan bakar migas. Salah satu akibat dari pembuangan gas CO 2
adalah kenaikan temperatur bumi disebabkan terjadinya fenomena rumah kaca,
akibatnya terjadi perubahan iklim yang akan menyebabkan banjir dan kekeringan,
selanjutnya banjir dan kekeringan sangat berpengaruh pada kesehatan manusia.
Nitrogen Oksida (NO2) bersumber dari pembakaran dimana kendaraan
bermotor memberi kontribusi 50% terhadap kadar NO di udara setiap tahunnya.
NO akan berubah menjadi NO₂ di udara yang merupakan gas beracun bagi
manusia. Konsentrasi NO2 yang berkisar antara 50-100 ppm dapat menyebabkan
peradangan paru-paru apabila terpapar beberapa menit saja, konsentrasi 150-200
ppm dapat menyebabkan pemampatan bronchioli dan dapat meninggal dalam
waktu 3-5 minggu. Sedangkan konsentrasi lebih dari 500 ppm dapat mematikan
dalam waktu 2-10 hari.
2. Zat Fisis
Zat pencemar fisis yang banyak didapat adalah temperatur, kebisingan, sinar
ultra violet, sinar infra merah, gelombang mikro, gelombang elektromagnetik, dan
sinar-sinar radioaktif. Saat ini kebisingan merupakan salah satu penyakit
lingkungan yang penting. Pada tahun 1970-an di Amerika Serikat, tingkat
kebisingan kota bertambah 1 dB per tahun dan 10 dB per dekade. Penyebabnya
adalah bertambahnya jalan tol di perkotaan, peningkatan kepadatan lalu lintas
udara, perubahan dari pesawat menjadi pesawat jet, aktivitas konstruksi, dan
mekanisasi seperti sepeda motor, mesin cuci dan lain-lain. Di AS, 20% dari
penduduk yang terpapar bising pada 90 dB menderita ketulian. Di Indonesia yang
terus membangun, tingkat kebisingan di beberapa kota besar akan terus naik. Pada
tahun 1990, hasil pengukuran di beberapa kota besar di Indonesia menunjukkan
bahwa tingkat kebisingan hampir melampaui tingkat dB maksimum
yaitu sebesar 80 dB.
Dengan rusaknya lapisan ozon (O3) sebagai akibat senyawa kimia buatan
manusia, misalnya chlorofluorocarbon (CFC) yang banyak digunakan dalam
pembuatan karet busa, aerosol, dan untuk mesin pendingin seperti kulkas dan AC,
maka lebih banyak sinar ultraviolet dapat memasuki troposfer. Dalam jumlah
kecil, sinar ini baik bagi tubuh karena membantu pembentukan vitamin D.
Namun, efek sinar ini terhadap kesehatan pada spektrum atau panjang gelombang
tertentu dapat mengakibatkan antara lain kulit menjadi merah, kulit terbakar, kulit
melepuh, kornea menjadi sakit, sampai pada kanker kulit.

3. Zat Biologis
Zat pencemar udara ketiga adalah zat biologis,zat biologis seperti bakteri
dan virus yang dapat menyebarkan berbagai penyakit pada manusia. Akibat dari
masalah-masalah lingkungan hidup yang saat ini semakin parah berpengaruh
terhadap manusia harus dibayar dengan biaya yang tinggi, sebagai contoh menurut
laporan Bank Dunia, pada tahun 1990 biaya kesehatan yang harus dibayar oleh
penduduk Jakarta sebagai akibat dari polusi udara adalah sebesar 500 juta dolar
Amerika Serikat.

2.7 Indeks Standar Pencemaran Udara


Indeks standar pencemaran udara (ISPU) adalah laporan kualitas udara
kepada masyarakat untuk meneragkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas
indera kita setelah kita menghirup udara tersebut selama beberapa jam atau hari.
Penetapan indeks pencemaran udara ini mempertimbangkan tingkat mutu udara
terhadap kesehatan manusia, kesehatan hewan, kesehatan tumbuhan, kesehatan
bangunan, dan juga estetika. Indeks standar pencemaran udara (ISPU) telah
ditetapkan berdasarkan pencemaran utama, yaitu: karbon monoksida (CO), sulfat
dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), ozon (03), dan partikel debu PM10
(partikulat matter). Parameter yang digunakan dalam perhitungan indek standar
pencemaran udara di dapat dari hasil perhitungan ISPU PM 2,5 disampaikan tiap
jam selama 24 jam.
Menurut peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan nomor P.14
/MENLHK/Setjen/Kum.1/7/2020/ tentang indeks standar pencemar udara, ISPU
merupakan angka tanpa satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara
ambien di lokasi tertentu, yang di dasari pada dampak terhadap kesehatan
manusia, nilai esetetik, dan makhluk hidup lainnya. Adapun parameter ISPU
meliputi Hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO 2),
Nitrogen dioksida (NO2) ozon (O3), dan partikulat (PM10 dan PM2,5).

Tabel 2.2 Indeks Standar Pencemaran Udara Dan Dampak Kesehatan


No Kategori Rentang pejelasan

1 2 3 4
1 baik 0-50 Tingkat kualits udara yang tidak
memberikan efek bagi kesehatan
manusia atau hewan dan tidak
berpengaruh pada tumbuhan,
bangunan, atau nilai estetika

2 Sedang 51-100 Tingkat kualits udara yang tidak


memberikan efek bagi kesehatan
manusia atau hewan tetapi
berpengaruh sensitif terhadap pada
tumbuhan yang sensitif dan nilai
estetika.
3 Tidak sehat 101-199 Tingkat kualitas udara yang
merugikan pada manusia dan hewan
yang sensitif atau bisa menimbulkan
kerusakan pada tumbuhan ataupun
nilai estetika.

(sumber: BAPEDAL Nomor: KEP. 107/KABAPEDAL/II/1997)


Tabel 2.2 Indeks Standar Pencemaran Udara Dan Dampak Kesehatan (lanjutan)
No Kategori Rentang pejelasan

1 2 3 4
4 Sangat tidak sehat 200-299 Tingkat kualitas udara yang dapat
merugikan kesehatan pada sejumlah
segment populasi yang terpapar.

5 Berbahaya >300 Tingkat kualitas udara yang


berbahaya yang secara umum dapat
merugikan kesehatan yang serius
pada populasi.

(sumber: BAPEDAL Nomor: KEP. 107/KABAPEDAL/II/1997)

Tabel 2.3 Parameter Indeks Pencemaran Udara (ISPU) periode pengukurannya


No Parameter Waktu pelaksanaan

1 2 3
1 Partikulat (PM10) 24 jam (periode pengukuran rata-rata)
2 Sulfur dioksida (SO2) 24 Jam (periode pengukuran rata-rata)

3 Karbon monoksida (CO) 8 jam (periode pengukuran rata-rata)

4 Ozon (O3) 1 jam (periode pengukuran rata-rata)

5 Nitrogen dioksida (NO2) 1 jam (periode pengukuran rata-rata)

(Sumber : BAPEDAL Nomor : KEP 107/ KABAPEDAL/II/1997)

2.8 Emisi kendaraan bermotor


Menurut AG Simanjuntak 2013, dengan kemajuan ekonomi yang sangat
pesat mendorong semakin bertambahnya kebutuhan akan transportasi, di lain sisi
lingkungan alam yang mendukung hajat hidup manusia semakin terancam
kualitasnya, sehingga efek negatif polusi udara terhadap kehidupan manusia
semakin hari semakin bertambah. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2004, di
beberapa propinsi terutama di kota-kota besar seperti Medan, Surabaya dan
Jakarta, emisi kendaraan bermotor merupakan kontribusi terbesar terhadap
konsentrasi NO2 dan CO di udara yang jumlahnya lebih dari 50%. Penurunan
kualitas udara yang terus menerus terjadi selama beberapa tahun terakhir
menunjukkan kepada kita bahwa betapa pentingnya digalakkan upaya
pengurangan emisi dengan cara penyuluhan kepada industriawan maupun
masyarakat ataupun dengan cara mengadakan penelitian bagi penerapan teknologi
pengurangan emisi.
Definisi emisi atau gas buang adalah hasil pembakaran bahan bakar yang
berasal dari fosil seperti minyak, gas alam ataupun batubara yang terbuang ke
udara. Hal-hal yang mempengaruhi adalah komposisi, jenis dan juga
ukuran boiler dari bahan bakar yang digunakan. Untuk lebih spesifiknya pada
kendaraan bermotor, emisi gas kendaraan adalah sisa pembakaran di dalam
internal combustion engine. Sisa pembakaran ini akan keluar melalui exhaust
system atau knalpot, yang menghasilkan beberapa zat emisi seperti karbon
monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidro karbon (HC), Sulfur dioksida
(SO2), timah hitam (Pb) dan karbon dioksida (CO2).

1. karbon monoksida (CO)


Gas buang kendaraan bermotor merupakan sumber utama bagi karbon
monoksida di berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60%-70%
pencemaran udara di Indonesia disebabkan karena benda bergerak atau
transportasi umum yang berbahan bakar solar terutama berasal dari Metromini.
Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam
proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik
antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang
menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan
emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat
mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta
kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida akan
tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang
mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan penggunaan
bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor.

2. nitrogen oksida (NOx)


Sampai tahun 2000 NOx yang berasal dari alat transportasi laut di Jepang
menyumbangkan 38% dari total emisi NOx (25.000 ton/tahun). Gas NOx
terbentuk atas tiga fungsi yaitu ; Suhu (T), Waktu Reaksi (t), dan konsentrasi
Oksigen (O2), NOx = f (T, t, O2). Ada 3 teori yang mengemukakan terbentuknya
NOx, yaitu :

1) Thermal NOx (Extended Zeldovich Mechanism) : Proses ini disebabkan


gas nitrogen yang beroksidasi pada suhu tinggi pada ruang bakar (>1800
K). Thermal NOx ini didominasi oleh emisi NO (NOx → NO + NO2).
2) Prompt NOx : Formasi NOx ini akan terbentuk cepat pada zona
pembakaran.
3) Fuel NOx : NOx formasi ini terbentuk karena kandungan N dalam bahan
bakar.

Kira-kira 90% dari emisi NOx adalah disebabkan proses thermal NOx, dan
tercatat bahwa dengan penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil), bahan bakar yang
biasa digunakan di kapal, menyumbangkan emisi NOx sebesar 20-30%. Nitrogen
oksida yang ada di udara yang dihirup oleh manusia dapat menyebabkan
kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi dengan atmosfir zat ini membentuk
partikel-partikel nitrat yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam
paru-paru. Selain itu zat oksida ini jika bereaksi dengan asap bensin yang tidak
terbakar dengan sempurna dan zat hidrokarbon lain akan membentuk ozon rendah
atau kabut berawan coklat kemerahan yang menyelimuti sebagian besar kota di
dunia.

3. Timbal (pb)
Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan
dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap,
disimpan dan kemudian ditabung da dalam darah. Bentuk Kimia Pb merupakan
faktor penting yang mempengaruhi sifat - sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb
organik m isalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit
dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan
dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh.
Tidak semua Pb yang terisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di
dalam tubuh. Kira- kira 5- 10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui
saluran pencernaan, dan kira- kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung
akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena
dipengaruhi oleh ukuran partikel- partikelnya. Di dalam tubuh Pb dapat
menyebabkan keracunan akut maupun keracunan kronik. Jumlah Pb minimal di
dalam darah yang dapat menyebabkan keracunan berkisar antara 60- 100 mikro
gram per 100 ml darah. Pada keracunan akut biasanya terjadi karena masuknya
senyawa timbal yang larut dalam asam atau menghirup uap Pb tersebut. Gejala-
gejala yang timbul berupa mual, muntah, sakit perut hebat, kelainan fungsi otak,
anemi berat, kerusakan ginjal bahkan kematian dapat terjadi dalam 1- 2 hari.
Kelainan fungsi otak terjadi karena Pb ini secara kompetitif menggantikan
mineral- mineral utama seperti seng, tembaga, dan besi dalam mengatur fungsi
mental kita.
Keracunan timbal kronik menimbulkan gejala seperti depresi, sakit kepala,
sulit berkonsentrasi, gelisah, daya ingat me nurun, sulit tidur, halusinasi dan
kelemahan otot. Susunan saraf pusat merupakan organ sasaran utama timbal.
Menurut penelitian dr M. Erikson menunjukkan bahwa wanita hamil yang
memiliki kadar timbal tinggi dalam darahnya ternyata 90 % dari simpanan timbal
pada tubuhnya dialirkan kepada si janin melalui plasenta, dimana keracunan pada
janin mempengaruhi intelektual dan tingkah laku si anak di kemudian hari.
4. Hidrokarbon (HC)
Emisi Hidrokarbon (HC) terbentuk dari bermacam-macam mesin yang
merupakan sumber pencemar. Penyebabnya adalah karena tidak terbakarnya
bahan bakar secara sempurna dan tidak terbakarnya minyak pelumas silinder.
Emisi HC pada bahan bakar HFO yang biasa digunakan pada mesin-mesin diesel
besar akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan mesin diesel yang berbahan
bakar Diesel Oil (DO). Emisi HC ini berbentuk gas methan (CH4). Jenis emisi ini
dapat menyebabkan leukemia dan kanker.

5. materi partikulat
Partikel debu dalam emisi gas buang terdiri dari bermacam-macam
komponen. Bukan hanya berbentuk padatan tapi juga berbentuk cairan yang
mengendap dalam partikel debu. Pada proses pembakaran debu terbentuk dari
pemecahan unsur hidrokarbon dan setelah proses oksidasi. Dalam debu tersebut
terkandung debu sendiri dan beberapa kandungan metal oksida. Dalam kelanjutan
proses ekspansi di atmosfir, kandungan metal dan debu tersebut membentuk
partikulat. Beberapa unsur kandungan partikulat adalah karbon, SOF (Soluble
Organic Fraction), debu, SO4, dan H2O.
Sebagian benda partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam
tebal, tetapi yang paling berbahaya adalah butiran-butiran halus sehingga dapat
menembus bagian terdalam paru-paru. Diketahui juga bahwa di beberapa kota
besar di dunia perubahan menjadi partikel sulfat di atmosfir banyak disebabkan
karena proses oksida oleh molekul sulfur.

2.8 Faktor koreksi udara


Volume lalu lintas menunjukan tingkat kepadatan lalu lintas kendaraan
bermotor pada suatu ruas jalan. Kepadatan lalu lintas jelas mempengaruhi kualitas
udara di sekitar ruasjalan tersebut. Hal ini jelas terkait dengan polusi udara. Polusi
udara sendiri merupakan komponen zat lain ke dalam udara yang disebabkan oleh
aktivitas manusia baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
mempengaruhi kualitas udara.

a. Tabel Faktor koreksi oleh jarak

Tabel 2.4 Faktor Koreksi Oleh Jarak


Sumber : perencanaan transportasi dan lingkungan, 2004

b. Tabel faktor koreksi oleh kecepatan

Tabel 2.5 faktor koreksi oleh keceapatan

Faktor koreksi kendaraan ringan Faktor koreksi kendaraan


Kecepatan berat

CO HC Nox PM CO HC Nox PM
(Km/jam)
(ppm) (PPb) (PPb) (g/m3) (ppm) (PPb) (PPb) (g/m3)
5,00 20,53 15,46 3,51 2,21 4,05 15,01 2,15 2,94

10,00 11,57 9,29 1,99 1,72 3,45 7,85 1,88 2,10

15,00 8,30 6,99 1,46 1,50 2,93 5,38 1,65 1,71

20,00 6,48 5,66 1,19 1,36 2,49 4,09 1,44 1,46

Sumber : perencanaan transportasi dan lingkungan, 2004


Tabel 2.5 faktor koreksi oleh keceapatan (lanjutan)

Faktor koreksi kendaraan Faktor koreksi kendaraan


ringan berat
Kecepatan
CO HC Nox PM CO HC Nox PM
(Km/jam)
(ppm) (PPb) (PPb) (g/m3) (ppm) (PPb) (PPb) (g/m3)

25,00 5,25 4,74 1,02 1,26 2,12 3,28 1,26 1,28

30,00 4,34 4,04 0,91 1,17 1,80 2,72 1,10 1,14

35,00 3,63 3,48 0,83 1,10 1,63 2,30 1,06 1,03

40,00 3,05 3,00 0,77 1,04 1,43 1,98 0,99 0,95

45,00 2,57 2,61 0,74 1,00 1,24 1,72 0,92 0,87

50,00 2,17 2,26 0,71 0,96 1,06 1,52 0,85 0,82

55,00 1,83 1,97 0,70 0,93 0,89 1,35 0,78 0,77

60,00 1,56 1,72 0,70 0,91 0,76 1,22 0,93 0,74

65,00 1,33 1,52 0,71 0,89 0,66 1,12 0,69 0,73

70,00 1,16 1,34 0,73 0,89 0,59 1,05 0,67 0,73

75,00 1,03 1,21 0,76 0,89 0,56 0,99 0,67 0,74

80,00 0,95 1,10 0,79 0,89 0,57 0,96 0,70 0,76

85,00 0,90 1,03 0,83 0,91 0,61 0,94 0,74 0,80

90,00 0,90 0,99 0,88 0,93 0,70 0,94 0,80 0,86

Sumber : perencanaan transportasi dan lingkungan, 2004

2.8 Baku Mutu Udara Nasional


Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer
yang berada didalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia dan unsur lingkungan hidup lainnya.

Tabel 2.6 Baku Mutu Udara Ambien Nasional


No Parameter Waktu Baku Mutu Metode Peralatan
pengukura Analisa
n
1 2 3 4 5 6
1 SO2 (Sulfur 1 jam 900 ug/Nm3 pararosanilim Spektrofoto
dioksida) 24 jam 365 ug/Nm3 meter
1 Thn 60 ug/Nm3

2 CO (karbon 1 jam 30.000 NDIR NDIR


monoksida) 24 jam ug/Nm3 Analyzer
1 Thn 10.000
ug/Nm3

3 O3 (oksidan) 1 jam 235 ug/Nm3 Chemilumi Spektrofotom


1 Thn 50 ug/Nm3 nescent eter

4 HC 3 jam 160 ug/Nm3 Flame Gas


(hidrokarbon Ionization chromatogarf
) i
5 PM10(*) 24 jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol
(partikel<10
um)
6 PM2,5(*) 24 jam 65 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol Hi –
(partikel<2,5 1 Thn 15 ug/Nm3 Gravimetric vol
um)
7 TSP (debu) 24 jam 230 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol
1 Thn 90 ug/Nm3

(Sumber : peraturan pemerintah RI No. 41 Tahun 1999)

Tabel 2.4 Baku Mutu Udara Ambien Nasional (lanjutan)


No Parameter Waktu Baku Mutu Metode Peralatan
pengukuran Analisa
1 2 3 4 5 6
8 Pb (Timah 24 jam 2 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol
Hitam) 1 Thn 1 ug/Nm3 Eksatratif
pengabuan
AAS
9 Total fluorides 24 Jam 3 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger
(asF) 30 hari 0,5 ug/Nm3 Electrode atau
countinous
Analyzer
10 Fluor Indeks 30 hari 40 ug/100 Colourimet Limed
cm3 dari ric Filter Paper
kertas limed
filter
11 Khlorine & 24 jam 150 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger
khlorine Electrode atau
dioksida countinous
Analyzer

12 Suphat Indeks 30 hari 1 mg Colourimet Lead


SO3/100 ric paroxida
cm3 dari candle
lead
peroksida

(Sumber : peraturan pemerintah RI No. 41 Tahun 1999)

2.9 Dampak Pencemaran Udara


Menurur chandra (2006), efek pencemaran udara terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan sebagai berikut:
1. Terhadap kesehatan
Efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat terlihat baik
secara cepat maupun lambat, seperti berikut :
a. Efek Cepat
Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan mendadak kasus
pencemaran udara juga akan meningkatkan angka kasus kesakitan dan kematian
akibat penyakit saluran pernapasan. Pada situasi tertentu, gas CO dapat
menyebabkan kematian mendadak karena daya avinitas gas CO terhadap
hemoglobin darah yang lebih kuat dibandingkan daya avinitas O 2 sehingga terjadi
kekurangan gas oksigen di dalam tubuh.
b. Efek Lambat
Pencemaran udara diduga sebagai salah satu penyebab penyakit radang
cabang-cabang tenggorok kronis dan kanker paru primer. Penyakit yang
disebabkan oleh pencemaran udara, antara lain emfisema paru, black lung disease,
pneumonia, kardiovaskular, infeksi saluran pernapasan akut, hingga gangguan
kehamilan.
2. Dampak terhadap lingkungan
Ketika terjadi pencemaran udara yaitu masuknya, atau tercampurnya, unsur-
unsur berbahaya ke dalam atmosfer maka keseimbangan unsur-unsur yang ada
diudara akan terganggu sehingga pengaruhnya terhadap lingkungan dapat
diketahui yaitu dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan atau
menurunnya kualitas lingkungan. Beberapa akibat dari pencemaran udara
terhadap kerusakan lingkungan atau penurunan kualitas lingkungan adalah
sebagai berikut:
a. Menghambat Fotosistesis Tumbuhan
Fotosintesis adalah proses pemasakan makanan pada tumbuhan yang terjadi
di daun tumbuhan. Pencemaran udara akan berpengaruh Terhadap tanaman
yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat
terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis,
nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan
tanaman dapat menghambat proses fotosintesis. Terhambatnya proses
fotosintesis mengakibatkan tumbuhan kesulitan dalam memproduksi nutrisi.
b. Menyebabkan Hujan Asam
PH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO; di atmosfer. Pencemar
udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan
menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini seperti memengaruhi
kualitas air permukaan, merusak tanaman, hingga melarutkan logam-logam
berat yang terdapat dalam tanah.
c. Meningkatkan Efek Rumah Kaca.
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO 2, CFC, metana, ozon, dan
NO2 di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang
dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam
lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global.
Pemanasan global sendiri akan berakibat pada pencairan es di kutub,
perubahan iklim regional dan global, dan perubahan siklus hidup flora dan
fauna.
d. Kerusakan Lapisan Ozon.
Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara
alami di stratosfer. Emisi 10 CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat
sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih
cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan
ozon. Bahan Perusak Ozon (BPO) merupakan senyawa kimia. Kerusakan
lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahari tidak terfilter dan dapat
mengakibatkankanker kulit serta penyakit pada tanaman.

2.10 Metode Malkamah


Metode malkamah adalah metode yang diambil dari penelitian Prof. Dr. Siti
Malkamah, M.Sc,. yang merupakan salah seorang dosen di Universitas Gajah
Madah yang sering melakukan penelitian tentang transportasi. Sudah sangat
banayak kegiatan penelitian yang beliau lakukan.
Perjalanan adalah kecepatan rata-rata kendaraan melewati suatu ruas jalan,
dapat dirumuskan sebagai berikut :
L
v = Tr ×3600 ... Pers (2.1)

Keterangan :
V = Kecepatan rata-rata (m/s)
L = Panjang ruas jalan (m)
Tr = Waktu perjalanan rata-rata kendaraaan melewati arus (s)

Sementara itu, persamaan yang digunakan untuk menganalisa konsentrasi polutan


yaitu:

QHV QLV
Kadar Polutan = (( x Fej x Fek ) + ( x Fej x Fek)) ... Pers (2.2)
1.000 1.000

Keterangan :
QHV = Volume arus lalu lintas kendaraan berat (kendaraan/jam)
QLV = Volume arus lalu lintas kendaraan ringan (kendaraan/jam)
Fej = Faktor koreksi polutan oleh jarak (µg/Nm3)
Fek = Faktor koreksi polutan oleh kecepatan (µg/Nm3)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Lokasi


3.1.1 Waktu Praktikum
Adapun waktu dari pelaksanaan praktikum uji kualitas udara oleh
kelopmok I adalah sebagai berikut :
Hari, tanggal : Sabtu, 20 mei 2023
Pukul : 06.40 – 20.40 WITA

Dengan rincian rentang waktu pengukuran yang di laksanakan adalah sebagai


berikut :
a) 06.40 – 07.40 WITA
b) 07.40 – 08.40 WITA
c) 08.40 – 09.40 WITA
d) 09.40 – 10.40 WITA
e) 10.40 – 11.40 WITA
f) 11.40 – 12.40 WITA
g) 12.40 – 13.40 WITA
h) 13.40 – 14.40 WITA
i) 14.40 – 15.40 WITA
j) 15.40 – 16.40 WITA
k) 16.40 – 17.40 WITA
l) 17.40 – 18.40 WITA
m) 18.40 – 19.40 WITA
n) 19.40 – 20.40 WITA

3.1.2 Lokasi Praktikum


Praktikum uji kualitas udara oleh kelompok 1 Rekayasa Penyehatan
Lingkungan melakukan praktikum Rekayasa Penyehatan Lingkungan untuk untuk
mengetahui tingkat pencemaran udara dan banyak emisi yang di keluarkan
melalui suatu pemantauan kinerja lalu lintas dari segi volume di jalan pertigaan
wanggu, tepanya di JL.Mokodompit, lepo-lepo, kec.kambu, kota Kendari,
Sulawesi tenggara.

Gambar 3.1 Lokasi Pengukuran Praktikum Uji Kualitas Udara


(Sumber : Google Earth, 2023)

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
a) Stopwatch
Stopwatch digunakan menghitung rentang waktu dalam pengukuran.
Gambar 3.2 Stopwatch
(Sumber : Kelompok 1, 2023)
b) Blanko Data dan Alat Tulis
Blanko data dan alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengukuran dari
volume kendaraan.

Gambar 3.3 Blanko Data dan Alat Tulis


(Sumber : Kelompok 1, 2023)

c) Multi Counter
Multi counter digunakan sebagai alat untuk mempermudah dalam
menghitung jumlah kendaraan yang lewat.
Gambar 3.4 Multi Counter
(Sumber : Kelompok 1, 2023)
3.2.2 Bahan
Adapun bahan dalam praktikum uji kualitas udara adalah sebagai berikut :
a) Motor
Yang termasuk dalam kelompok kendaraan ini adalah motor.

Gambar 3.5 Motor


(Sumber : Kelompok 1, 2023)

b) Kendaraan Ringan
Yang termasuk dalam kelompok ini yaitu kendaraan beroda 4 (empat)
dengan kapasitas kecil seperti kendaraan pribadi.
Gambar 3.6 Kendaraan Ringan
(Sumber : Kelompok 3, 2023)
c) Kendaraan Berat
Kendaraan jenis ini adalah kendaraan dengan jumlah roda ban lebih dari 4.
Yang termasuk dalam kelompok ini yaitu kendaraan dengan kapasitas berat
seperti truk, bus, dan lain-lain.

Gambar 3.7 Kendaraan Berat


(Sumber : Kelompok 1, 2023)

3.3 Prinsip Percobaan


3.3.1 Pemantauan Kualitas Udara Melalui Kinerja Lalu Lintas
a) Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dengan cara manual yaitu menggunakan metode
survey langsung oleh praktikan pada titik yang telah ditentukan pada ruas jalan
yang ditinjau.

b) Survey Volume Lalu Lintas


Survey ini dilakukan dengan jumlah khusus atau sampel yang digunakan untuk
mencatat volume lalu lintas pada tempat pengamatan.

c) Survey Kecepatan
Pengambilan data kecepatan dilakukan dengan metode kecepatan setempat. Pada
lokasi praktikum, ditetapkan suatu jarak kasar tertentu misalnya 50 meter.

3.4 Prosedur Praktikum


3.4.1 Survey Volume Lalu Lintas
Adapun prosedur percobaan survey volume lalu lintas adalah sebagai berikut:
a) Menentukan lokasi survey
b) Mencatat volume kendaraan yang melewati lokasi survey (motor, kendaraan
ringan, dan kendaraan berat) dalam rentang waktu setiap 1 jam.
c) Prosedur diatas dilakukan berulang-ulang dalam rentang waktu 1 jam
selama 14 jam.

3.4.2 Survey Kecepatan


Adapun prosedur percobaan survey kecepatan adalah sebagai berikut :
a) Menetapkan suatu jarak 90 meter pada ruas jalan, yang terletak didepan pos
pengamatan.
b) Mencatat waktu tempuh kendaraan yang dijadikan sampel dengan jarak
yang sudah ditentukan.
c) Prosedur diatas dilakukan berulang-ulang dalam rentang waktu 1 jam
selama 14 jam.

Anda mungkin juga menyukai