Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia memiliki berbagai jenis kebutuhan, baik kebutuhan pokok atau


primer maupun kebutuhan sekunder. Dalam memenuhi kebutuhannya
tersebut, manusia memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia. Semakin
banyak jumlah manusia, semakin banyak pula sumberdaya alam yang
digali, diolah dan dijadikan berbagai produk yang siap digunakan.
Dalam proses pengambilan, pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya
alam, terdapat sisa yang tidak digunakan. Sisa tersebut dibuang karena
tidak dibutuhkan pada saat itu. Sisa dari proses tersebut kemudian
mencemari lingkungan perairan, udara dan daratan, sehingga lama
kelamaan lingkungan menjadi rusak.
Kerusakan lingkungan akibat pencemaran terjadi dimana-mana yang
berdampak pada menurunnya kemampuan lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Bahkan, pencemaran dan kerusakan lingkungan
menimbulkan berbagai dampak buruk bagi manusia seperti penyakit dan
bencana alam. Karena itulah, setelah mempelajari bab ini kalian diharapkan
tidak mencemari lingkungan dan melakukan berbagai upaya untuk
mencegah kerusakan lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa rumusan


masalah yaitu sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan ?


2. Apa saja jenis-jenis pencemaran lingkungan ?
3. Apa saja sumber pencemaran lingkungan ?
4. Apa dampak dari pencemaran lingkungan ?
5. Bagaimana cara penanggulangan atau pencegahan pencemaran lingkungan ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian pencemaran lingkungan.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pencemaran lingkungan.
3. Untuk mengetahui sumber pencemaran lingkungan.
4. Untuk mengetahui dampak dari pencemaran lingkungan.
5. Untuk mengetahui cara penanggulangan atau pencegahan pencemaran
lingkungan
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
Pembuatan makalah ini telah memberikan berbagai pengalaman bagi
penulis seperti pengalaman untuk mengumpulkan bahan.Disamping itu,
penulis juga mendapatkan ilmu untuk memahami dan menganalisis materi
yang ditulis dalam makalah ini.Penulis juga mendapatkan berbagai
pengalaman mengenai teknik penulisan makalah, teknik pengutipan, dan
teknik penggabungan materi dari berbagai sumber.
2. Bagi pembaca
Pembaca yang membaca makalah ini akan dapat memahami tentang
pengertian pencemaran lingkungan, jenis-jenis pencemaran lingkungan,
sumber pencemaran lingkungan, dan dampak dari pencemaran lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan merupakan satu dari beberapa faktor yang dapat


memengaruhi kualitas lingkungan. Pencemaran lingkungan merupakan
segala sesuatu baik berupa bahan-bahan fisika maupun kimia yang dapat
mengganggu keseimbangan ekosistem. Menurut UU RI Nomor 23 Tahun
1997, pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya. Pencemaran lingkungan berdasarkan Undang-
Undang Lingkungan Hidup No 32 Tahun 2009 adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Jadi, pencemaran lingkungan terjadi akibat dari kumpulan kegiatan


manusia dan bukan dari kegiatan perorangan. Selain itu, pencemaran dapat
diakibatkan oleh faktor alam, contoh gunung meletus yang menimbulkan abu
vulkanik. Seperti meletusnya Gunung Merapi.

2.2 Jenis-jenis Pencemaran


Sisa atau bahan buangan hasil berbagai kegiatan manusia tersebut ada
yang dibuang ke udara, ke permukaan tanah dan ke wilayah-wilayah
perairan. Karena itu, pencemaran dapat dibedakan menjadi pencemaran
udara, pencemaran tanah, dan pencemaran air.
1. Pencemaran Air
Pencemaran air, yaitu masuknya makhluk hidup, zat, energi atau
komponen lain ke dalam air. Akibatnya, kualitas air turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.
Pencemaran air merupakan kondisi air yang menyimpang dari sifat-sifat air
dari keadaan normal. Kualitas air menentukan kehidupan di perairan laut
ataupun sungai. Apabila perairan tercemar, maka keseimbangan ekosistem di
dalamnya juga akan terganggu. Air dapat tercemar oleh komponen-
komponen anorganik, di antaranya berbagai logam berat yang berbahaya.
Komponen-komponen logam berat ini berasal dari kegiatan industri.
Kegiatan industri yang melibatkan penggunaan logam berat, antara lain
industri tekstil, pelapisaan logam, cat/tinta warna, percetakan, bahan
agrokimia, dan lain-lain. Beberapa logam berat ternyata telah mencemari air
di negara kita, melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan (Wisnu,1995).
Air yang sudah tercemar memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :
a. Adanya perubahan suhu air
Air biasanya digunakan sebagai pendingin untuk mesin-mesin di pabrik.
Air pendingin ini akan menjadi hangat karena menyerap panas dari
mesin- mesin tersebut dan jika dibuang ke sungai, maka air sungai
menjadi lebih hangat. Kondisi ini akan mengurangi kandungan oksigen
dalam air yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dan hewan di air. Jika
demikian yang terjadi, maka kehidupan tumbuhan dan hewan air akan
terganggu, bahkan mati.
b. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air
Air yang bersih dengan mudah dapat dilihat dari keadaan fisiknya, yaitu
tidak berwarna, berbau dan berasa. Limbah dari industri dan sumber
lainnya seringkali berupa bahan orgaik dan anorganik yang dapat larut
dalam air. Karena itu, warna air berubah dengan adanya bahan-bahan
pencemar tersebut.
c. Adanya endapan dan bahan terlarut
Limbah industri dapat pula berupa limbah padat yang tidak larut dalam
air. Limbah tersebut kemudian mengendap di dasar air atau melayang-
layang di dalam air bersama-sama dengan bahan terlarut lainnya.
Endapan dan bahan terlarut tersebut dapat menghalangi masuknya sinar
matahari yang sangat diperlukan oleh mikroorganisme dalam air untuk
melakukan fotosintesis.
d. Adanya mikroorganisme
Mikroorganisme berperan alam menguraikan bahan-bahan pencemar
yang dibuang ke dalam air. Jika bahan buangan bertambah banyak,
maka mikroorganisme juga berkembangbiak untuk menambah
jumlahnya. Diantara organisme-organisme tersebut dimungkinkan
adanya mikroba patogen, yaitu mikroba pembawa penyakit.
2. Pencemaran udara

Udara adalah salah satu faktor abiotik yang memengaruhi kehidupan


komponen (makhluk hidup). Udara mengandung senyawa-senyawa dalam
bentuk gas, di antaranya mengandung gas yang amat penting bagi kehidupan,
yaitu oksigen. Dalam atmosfer bumi terkandung sekitar 20% oksigen yang
dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup yang ada di dalamnya. Oksigen
berperan dalam pembakaran senyawa karbohidrat di dalam tubuh organisme
melalui pernapasan. Reaksi pembakaran tidak hanya terjadi di dalam tubuh,
namun kita pun sering melakukannya, seperti pembakaran sampah atau
lainnya. Hasil samping dari pembakaran adalah senyawa karbon (CO2 dan
CO) yang akan dibuang ke udara. Meningkatnya populasi makhluk hidup,
maka proses pembakaran pun semakin meningkat. Dengan demikian,
konsentrasi senyawa karbon di udara meningkat. Karbon dioksida amat
penting bagi proses pembuatan makanan (fotosintesis) bagi tumbuhan.
Dengan demikian, peningkatan senyawa karbon di udara dapat teratasi.
Namun, dengan meningkatnya populasi manusia menyebabkan kebutuhan
akan tempat tinggal meningkat.

Macam-Macam Pencemaran Udara

a. Pencemaran Udara Primer

Pencemaran udara ini disebabkan langsung dari sumber pencemar.


Contohnya peningkatan kadar karbon dioksida yang disebabkan oleh
aktivitas pembakaran oleh manusia.

b. Pencemaran Udara Sekunder


Berbeda dengan pencemaran udara primer, pencemaran udara sekunder
terjadi disebabkan oleh reaksi antara substansi-substansi pencemar udara
primer yang terjadi di atmosfer. Misalnya, pembentukan ozon yang
terjadi dari reaksi kimia partikel-partikel yang mengandung oksigen di
udara.

Udara terdiri atas sejumlah unsur dengan susunan atau komposisi


tertentu. Unsur-unsur tersebut diantaranya adalah Nitrogen (78,09 %),
Oksigen (21,94 %), Argon (0,93 %), karbon dioksida (0,032 %), dan lain-
lain. Jika ke dalam udara tersebut masuk atau dimasukkan zat asing yang
berbeda dengan penyusun udara dalam keadaan normal tadi, maka dikatakan
bahwa udara tersebut telah tercemar.
Berdasarkan uraian tadi, maka yang dimaksud dengan pencemaran
udara adalah masuk atau dimasukkannya bahan-bahan atau zat-zat asing ke
udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan
normalnya. Zat-zat asing tersebut mengubah komposisi udara dari keadaan
normalnya dan jika berlangsung lama akan mengganggu kehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya.

Tabel 1.Komposisi Udara dalam Keadaan Normal


Unsur Lambang Volume
(%)
Nitrogen N2 78,08
Oksigen O2 20,95
Argon Ar 0,93
Karbondioksida CO2 0,0340
Neon Ne 0,0018
Helium He 0,00052
Ozon O3 0,00006
Hidrogen H2 0,00005
Krypton Kr 0,00011
Metan CH4 0,00015
Xenon Xe Kecil sekali

Banyak sekali bahan-bahan atau zat-zat yang mencemari udara,


namun yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalah
Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NO x), Belerang Oksida (SOx),
Hidro Karbon (HC), Partikel (Partikulate) dan lain-lain.

a. Karbon Monoksida (CO)


Karbon Monoksida adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa. Gas tersebut terbentuk secara alamiah maupun
karena aktivitas manusia. Secara alamiah gas ini terbentuk melalui letusan
gunung api, proses biologi dan sebagainya, namun jumlahnya sangat kecil.
Sumber penghasil gas CO terutama adalah akibat aktivitas manusia yaitu
pembakaran bahan bakar fosil (minyak, oli, solar, batubara). Aktivitas
manusia yang banyak menghasilkan CO diantaranya aktivitas transportasi
dan industri. Karena itu, konsentrasi gas CO banyak terdapat di perkotaan
dibandingkan dengan di pedesaan karena aktivitas transportasi dan industri
banyak terjadi di perkotaan. Gas CO yang terhirup dalam waktu yang cukup
lama akan mengakibatkan gejala pusing, sakit kepala, pandangan kabur,
kehilangan daya pikir sesaat, kesulitan bernafas, bahkan bisa menimbulkan
kematian.

b. Nitrogen Oksida (NOx)


Gas NOx berwarna merah kecoklatan dengan bau yang menyengat
hidung. Sumber penghasil gas NOx adalah gas buangan hasil pembakaran
dari generator pembangkit listrik, pembakaran bahan bakar kendaraan
(mobil, pesawat terbang, kereta api, kapal laut, sepeda motor dan lain-lain),
pembakaran batu bara, minyak, gas alam, kebakaran hutan, dan lain-lain.

Jika kalian menghirup gas NOx dalam waktu dan jumlah tertentu,
maka dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa penyakit emphysema,
penyakit pernapasan, penyakit pembuluh darah jantung, bronchitis, bisul-
bisul berair pada paru- paru, kanker paru-paru, nephretis (radang ginjal) dan
lain-lain. Selain itu, NOx juga dapat menimbulkan gangguan terhadap
pertumbuhan tanaman.

c. Belerang Oksida (SOx)


Sumber penghasil SOx terutama berasal dari pembakaran batu bara,
minyak bumi, pengilangan minyak tanah, industri kimia tertentu, industri
logam dan lain-lain. Jika SOx bereaksi dengan udara yang mengandung uap
air, maka akan terbentuk asam sulfat (H2SO4). Jika asam sulfat di udara
terbawa oleh air hujan, maka terjadilah hujan asam yang dapat menimbulkan
proses pengkaratan (korosi) dan kerusakan pada tanaman seperti yang sering
terjadi di negara-negara industri. Belerang oksida juga bisa menimbulkan
gangguan kesehatan bagi manusia berupa iritasi mata dan saluran pernafasan,
pandangan kabur, gejala penyakit jantung dan kematian.

d. Hidrokarbon (HC)

Hidrokarbon adalah pencemaran yang dapat berupa gas, cairan maupun


padatan. Jenis pencemar udara ini berasal dari kegiatan transportasi (mobil
bensin, mobil diesel, pesawat terbang, kereta api, kapal laut, sepeda motor),
pembakaran batubara, pembakaran minyak, pembakaran kayu, dan lain-lain.
Dampak dari udara yang tercemar oleh HC adalah korosi (pengkaratan),
pengarangan pada mesin, sehingga tersumbat. Gangguan pada manusia
diantaranya adalah iritasi pada mata, hidung dan tenggorakan, pusing, dan
mual.

e. Partikel

Partikel adalah butiran-butiran halus yang melayang-layang di udara, baik


berupa zat padat, zat cair maupun gabungan dari keduanya. Partikel- partikel
tersebut dapat berasal dari peristiwa alami maupun hasil dari kegiatan manusia.
Partikel yang terbentuk secara alami diantaranya:
a. Abu dari hasil letusan gunungapi

b. Debu yang terbawa oleh angin yang kencang

c. Uap air dari daerah sumber panas bumi di pegunungan

Selain karena faktor alam, partikel-partikel juga berasal dari kegiatan


manusia, diantaranya adalah pembakaran batubara, penambangan, proses
industri, kebakaran hutan, dan gas buangan dari alat transportasi (mobil,
kapal dan lain-lain). Di negara-negara industri, partikel dari pembakaran batu
bara lebih dominan dibanding sumber lainnya. Di negara-negara tersebut,
batu bara banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk industri.

Sebagaimana bahan pencemar lainnya, pencemaran udara oleh partikel


juga mempengaruhi kesehatan manusia. Beberapa penyakit yang timbul
akibat partikel diantaranya adalah penyakit paru-paru, iritasi mata dan iritasi
saluran pernapasan. Selain berdampak pada kesehatan, beberapa jenis
pencemaran oleh partikel juga dapat menimbulkan gangguan pada hewan dan
tumbuhan.

3. Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah suatu keadaan dimana bahan kimia buatan


manusia masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini
biasanya terjadi karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau
fasilitas komersil, penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah
tercemar kedalam lapisan sub-permukaan, kecelakaan kendaraan pengangkut
minya, zat kimia atau limbah, air limbah dari penimbunan sampah serta
limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi
syarat (illegal dumping).
Pada awal perkembangannya, sebelum adanya perkembangan
kemajuan teknologi dan industri, manusia hanya membuang sampah atau
limbah yang bersifat organik. Sampah atau limbah tersebut dapat dengan
mudah diurai oleh mikroorganisme, sehingga menjadi bahan yang mudah
menyatu kembali dengan alam.
Lama kelamaan, dengan beragamnya kebutuhan manusia dan
berkembangnya berbagai jenis industri, maka sampah yang dihasilkan juga
semakin bervariasi. Sampah yang dibuang ke daratan tidak hanya berupa
sampah organik tetapi juga anorganik.
Sampah anorganik sulit untuk diurai atau dipecah oleh
mikroorganisme, sehingga memerlukan waktu yang sangat lama untuk
hancur dan menyatu kembali dengan alam. Sebagai gambaran, menurut
Miller (1975) sampah plastik akan hancur dalam waktu 240 tahun jika
ditimbun dalam tanah. Sampah kaleng yang terbuat dari timah atau besi
memerlukan waktu 100 tahun untuk berkarat dan hancur menjadi tanah.
Kaleng yang terbuat dari alumunium memerlukan waktu 500 tahun untuk
menjadi tanah. Sampah gelas atau kaca akan hancur dalam waktu 1 juta
tahun.
Karena itulah dalam pembuangannya, sampah sebaiknya dipilah menjadi
sampah organik dan anorganik. Sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak atau bahan pembuatan kompos, sementara sampah anorganik
dapat digunakan untuk berbagai keperluan lain dengan cara dipakai ulang
dan didaur ulang. Dengan cara demikian, disamping menghemat pemakaian
sumberdaya alam juga sampah anorganik tidak terus menumpuk di lokasi
tempat pembuangan sampah.

2.3 Sumber Pencemaran Lingkungan

Pencemaran air dapat terjadi pada sumber mata air, sumur, sungai, rawa-
rawa, danau, dan laut. Bahan pencemaran air dapat berasal dari limbah industri,
limbah rumah tangga, dan limbah pertanian.

1. Limbah Industri

Air limbah industri cenderung mengandung zat berbahaya. Oleh karena itu,
kita harus mencegahnya agar tidak membuang air limbah industri ke saluran
umum. Kegiatan industri selain menghasilkan produk utama (bahan jadi),
juga menghasilkan produk sampingan yang tidak terpakai, yaitu limbah.
Jenis limbah yang berasal dari industri dapat berupa limbah organik yang
bau seperti limbah pabrik tekstil atau limbah pabrik kertas. Selain itu,
limbah anorganik berupa cairan panas, berbuih dan berwarna, serta
mengandung asam belerang, berbau menyengat. Seperti limbah pabrik baja,
limbah pabrik emas, limbah pabrik cat, limbah pabrik pupuk organik,
limbah pabrik farmasi, dan lain-lain. Jika limbah industri tersebut dibuang
ke saluran air atau sungai, akan menimbulkan pencemaran air dan merusak
atau memusnahkan organisme di dalam ekosistem tersebut. Limbah industri
yang berupa logam berat sering dialirkan ke sungai, sehingga sungai
menjadi tercemar. Jenis-jenis logam berat adalah raksa, timbal, dan
kadmium di mana ketiganya sangat berbahaya bagi manusia apabila
mengonsumsinya. Misalnya, pencemaran raksa yang terjadi di Minamata,
Jepang. Para nelayan di sekitar teluk Minamata memakan ikan yang
tercemar raksa. Akibatnya, mereka mengalami kerusakan saraf yang disebut
penyakit Minamata. Lebih dari delapan puluh orang yang meninggal akibat
penyakit ini.

2. Limbah Rumah Tangga

Kegiatan-kegiatan di tempat tersebut akan menghasilkan sampah/limbah


yang dinamakan limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga merupakan
limbah yang berasal dari hasil samping kegiatan perumahan. Seperti limbah
rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan (hotel), rumah makan,
dan puing-puing bahan bangunan serta besi-besi tua bekas mesin-mesin atau
kendaraan. Limbah rumah tangga dapat berasal dari bahan organik,
anorganik, maupun bahan berbahaya dan beracun. Limbah organik adalah
limbah seperti kulit buah sayuran, sisa makanan, kertas, kayu, daun dan
berbagai bahan yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Limbah yang
berasal dari bahan anorganik, antara lain besi, aluminium, plastik, kaca,
kaleng bekas cat, dan minyak wangi. Di perairan, sampah mengalami proses
penguraian oleh mikroorganisme. Akibat penguraian tersebut, kandungan
oksigen dalam perairan juga menurun. Menurunnya kandungan oksigen
dalam perairan akan merugikan kehidupan biota di dalamnya.

3. Limbah Pertanian

Air limbah pertanian sebenarnya tidak menimbulkan dampak negatif pada


lingkungan. Namun dengan digunakannya fertilizer sebagai pestisida yang
kadangkadang dilakukan secara berlebihan, sering menimbulkan dampak
negatif pada keseimbangan ekosistem air. Pada sektor pertanian juga dapat
terjadi pencemaran air. Terutama akibat dari penggunaan pupuk dan bahan
kimia pertanian tertentu, seperti insektisida dan herbisida. Limbah bahan
berbahaya dan beracun, antara lain timbul akibat adanya kegiatan pertanian.
Kegiatan pertanian biasanya menggunakan obat-obatan pembasmi hama
penyakit seperti pestisida, misalnya insektisida. Selain itu, kegiatan
pertanian menggunakan pupuk, misalnya urea. Penggunaan pupuk yang
berlebihan juga dapat menyebabkan suburnya ekosistem di perairan kolam,
sungai, waduk, atau danau. Pupuk yang tidak terserap ke tumbuhan akan
terbuang menuju perairan. Akibatnya, terjadi atau tumbuh suburnya
ganggang di atas permukaan air. Tanaman ganggang ini dapat menutupi
seluruh permukaan air, sehingga mengurangi kadar sinar matahari yang
masuk ke dalam perairan tersebut. Akibatnya, proses fotosintesis terganggu
dan kadar oksigen yang terlarut dalam air menurun sehingga merugikan
makhluk hidup lain yang berada di dalamnya.

2.4 Dampak Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan terus terjadi pada berbagai tempat di muka


bumi. Bahkan, cenderung meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan
pertumbuhan penduduk dan kebutuhannya. Pertumbuhan penduduk yang
tinggi diringi pula oleh meningkatnya kebutuhan, baik kebutuhan primer
maupun sekunder. Kondisi ini membuat industri semakin meningkatkan
produksinya dan industri-industri baru bermunculan untuk memenuhi
permintaan yang meningkat. Karena itulah pencemaran juga cenderung terus
meningkat dari waktu ke waktu.
Pencemaran yang semakin meningkat tersebut berdampak tidak
hanya bagi lingkungan itu sendiri tetapi juga bagi tumbuhan, hewan dan tentu
saja pada manusia. Jika lingkungan udara, air, dan daratan tercemar, maka
tumbuhan yang hidup diatasnya juga akan menyerap unsur-unsur yang telah
tercemar. Binatang yang memakan tumbuhan dan meminum air serta
menghirup udara yang tercemar juga akan ikut tercemar. Akhirnya, manusia
yang hidup dengan memanfaatkan udara, air dan daratan serta tumbuhan dan
hewan yang telah tercemar juga akan ikut merasakan dampak buruk dari
pencemaran.
1. Dampak pencemaran udara
Pencemaran udara mengakibatkan kerugian bagi banyak organisme
penghuni bumi. Dampak yang ditimbulkan dari pencemaran udara antara
lain bagi kesehatan, tumbuhan, efek rumah kaca, dan rusaknya lapisan ozon.
a. Kesehatan
Terbukti bahwa kualitas udara yang menurun akibat pencemaran
menimbulkan berbagai penyakit. ISPA (infeksi saluran pernapasan)
adalah salah satunya. Saluran pernapasan merupakan gerbang masuknya
udara ke dalam tubuh. Udara yang kotor membawa senyawa-senyawa
yang tidak baik bagi kesehatan. Tentu saja, pengendapan-pengendapan
logam yang terlarut pada udara dapat mengendap di paru-paru dan dapat
menimbulkan iritasi. Akibat yang lebih serius dari polusi udara adalah
emfisema, yaitu gejala kesulitan pengangkutan oksigen. Kadar karbon
monoksida yang terlalu banyak di udara (lebih banyak dari oksigen)
dapat menghambat pengikatan oksigen di dalam tubuh. Oleh karena itu
tubuh akan kekurangan oksigen, sehingga sesak napas, terjadi pusing,
dan berlanjut pada kematian apabila tidak ditangani dengan baik.
b. Bagi Tumbuhan
Abu vulkanik dari meletusnya gunung berapi membuat udara tercemar
dan memicu terpicunya hujan asam. Hujan asam mengandung senyawa
sulfur yang bersifat asam. Kondisi asam ini dapat mematikan tanaman
setempat. Oleh karena itu kita sering menemui begitu banyak tanaman
dan pohon yang rusak akibat hujan asam atau abu vulkanik.
c. Efek Rumah Kaca
Konsentrasi karbon dioksida dan karbon monoksida yang tinggi di
atmosfer akan memicu terjadinya efek rumah kaca, yakni peningkatan
suhu bumi. CO dan CO2 akan membentuk semacam lapisan yang akan
menahan panas bumi keluar, sehingga panas yang ditimbulkan bumi
akan terkungkung di dalam seperti pada rumah kaca.
d. Rusaknya Lapisan Ozon
CFC merupakan senyawa yang sering digunakan dalam produk-produk
pendingin (freezer, AC) dan aerosol. Ketika CFC terurai di atmosfer,
maka akan memicu reaksi dengan oksigen penyusun ozon. Dengan
demikian, ozon akan terurai yang menyebabkan lapisan ozon berlubang.
Padahal lapisan ozon berfungsi sebagai pelindung Bumi dari panas yang
dipancarkan oleh Matahari. Sinar UV yang dihasilkan oleh Matahari
dapat memicu kanker, dengan adanya ozon, masuknya sinar UV ini akan
diredam sehingga dampak yang ditimbulkan lebih sedikit. Sayangnya,
pemanasan global yang kini terjadi salah satunya diakibatkan oleh
rusaknya lapisan ozon. Pada saat ini CFC untuk pendingin dan aerosol
telah diganti dengan bahan lain yang ramah lingkungan.
Adanya bahan-bahan tertentu di udara akibat pencemaran udara menjadi
penyebab kematian banyak penduduk, khususnya di perkotaan. Berat
ringannya dampak yang ditimbulkan akan sangat tergantung pada
konsentrasi dan lama seseorang menghirup udara yang telah tercemar.
Bahan-bahan pencemar berbahaya tersebut beserta dampaknya terhadap
kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Beberapa Unsur Pencemar Udara dan Dampaknya terhadap
Kesehatan Manusia
No Unsur Pencemar Dampak terhadap manusia
1 Karbon Monoksida Pusing, sakit kepala, mual, serangan jantung,
(CO) penglihatan kabur, keseimbangan badan menurun,
lemas, pingsan, kematian.
2 Sulfur Dioksida (SOx) Iritasi mata, iritasi saluran pernapasan,
pandangan kabur, gejala penyakit jantung
3 Nitrogen Oksida (Ox) Iritasi mata, kejang-kejang, kelumpuhan, sulit bernafas,
radang ginjal, kanker paru-paru
4 Hidrokarbon (HC) Iritasi pada mata, iritasi hidung, iritasi
tenggorokan, pusing, mual
5 Timbal (Pb) Kekurangan darah, mengganggu fungsi ginjal, kejang-
kejang, gangguan sistem syaraf dan otak, kelainan bayi
dalam kandungan
6 Partikel Penyakit saluran pernafasan

Bentuk pencemaran udara lainnya adalah kebisingan. Sumber


kebisingan dapat berasal dari kendaraan bermotor, kereta api, pesawat,
mesin-mesin industri dan lain-lain. Ingkat kebisingan diukur dengan
menggunakan satuan desibel (dB). Kebisingan di atas 50 dB dapat
mengganggu kenyamanan pendengaran. Kebisingan antara 65 – 80 dB dapat
menyebabkan kerusakan alat pendengaran jika terus terjadi dalam waktu
yang cukup lama.

Pencemaran udara juga berdampak pada tumbuhan dan hewan.


Tumbuhan yang terkena pencemaran udara akan mengalami gejala bintik-
bintik pada daun, kerusakan pada jaringan daun, mengganggu fotosintesis,
warna daun pucat, daun berguguran, dan lain-lain. Pencemaran udara juga
dapat merusak lingkungan lainnya, misalnya adanya pengkaratan pada besi
dan bangunan, sehingga mudah rapuh.
2. Dampak pencemaran air

Selain udara, air merupakan kebutuhan yang sehari-hari dikonsumsi


manusia dan makhluk hidup lainnya. Jika, air tercemar, maka air tidak dapat
digunakan lagi oleh makhluk hidup, baik untuk keperluan rumah tangga,
industri maupun pertanian. Selain itu, tentu saja jika digunakan akan
menyebabkan munculnya berbagai jenis penyakit, bahkan kematian.
Penyakit yang ditimbulkan oleh pencemaran air dapat dikelompokkan
menjadi penyakit menular dan tidak menular. Penyakit menular diantaranya
adalah hepatitis A, cholera, typhus, dysenteri, trachoma dan lain-lain.
Sementara itu, penyakit tidak menular yang ditimbulkan oleh air diantaranya
adalah keracunan kadmium, keracunan kobalt, keracunan air raksa,
keracunan bahan insektisida.
Tabel 3. Unsur pencemar air, Sumber, dan Dampaknya terhadap Manusia
No Unsur Sumber Dampak terhadap manusia
Pencemar
1 Cadmium Pabrik pipa plastik Sakit pinggang dan tulang punggung,
PVC, tambang gagal ginjal
timah hitam,
tambang bijih seng,
2 Kobalt Industri Kekurangan hormon kelenjar gondok,
elektronika, tekanan darah tinggi, pergelangan kaki
industri kimia membengkak, penyakit jantung
3 Air raksa Pabrik plastik, Sakit kepala, sikar menelan,
(Hg/mercuri) industri sabun dan penglihatan kabur, daya dengar
kosmetika, aktivitas menurun, gusi membengkak, diare, cacat
pertanian pada bayi
4 Bahan Aktivitas pertanian Kepala pusing, mual, kerusakan hati dan
Insektisida ginjal, kanker kulit, kanker paru- paru,
kanker hati
3. Dampak pencemaran daratan

Pencemaran daratan umumnya adalah berupa limbah padat, baik


organik maupun anorganik. Dampak dari pencemaran tersebut dapat
dibedakan menjadi dampak langsung dan tidak langsung. Dampak langsung
pencemaran daratan adalah adanya bau yang tidak sedap dari sampah organik
karena adanya proses penguraian oleh mikroorganisme. Selain itu, secara
langsung dampak pencemaran daratan adalah adanya pemandangan yang
kotor, kumuh akibat tumpukan sampah dalam jumlah yang besar. Dampak
tidak langsung pencemaran daratan adalah munculnya berbagai penyakit
akibat pemanfaatan timbunan sampah oleh organisme pembawa penyakit,
seperti tikus, lalat, nyamuk dan lain-lain. Binatang- binatang tersebut
memanfaatkan sampah sebagai sumber makanan dan tempat
berkembangbiak. Penyakit yang ditimbulkan oleh binatang-binatang tersebut
diantaranya adalah penyakit pes, kaki gajah, malaria dan demam berdarah.

2.5 Cara Penanggulangan atau Pencegahan Pencemaran Lingkungan

2.5.1 Pencemaran Air

Pengolahan limbah bertujuan untuk menetralkan air dari bahan-bahan


tersuspensi dan terapung, menguraikan bahan (yakni bahan organik yang
dapat terurai oleh aktivitas makhluk hidup), meminimalkan bakteri patogen,
serta memerhatikan estetika dan lingkungan. Pengolahan air limbah dapat
dilakukan sebagai berikut (Sulistyorini, 2009).

a. Pembuatan Kolam Stabilisasi

Dalam kolam stabilisasi, air limbah diolah secara alamiah untuk


menetralisasi zat-zat pencemar sebelum air limbah dialirkan ke
sungai. Kolam stabilisasi yang umum digunakan adalah kolam ,
kolam (pengolahan air limbah yang tercemar bahan organik
pekat), dan kolam (pemusnahan mikroorganisme patogen).
Kolam ini dapat digunakan oleh semua kalangan karena mudah
memilikinya dan murah harganya.

b. IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)


Pengolahan air limbah ini menggunakan alat-alat khusus.
Pengolahan ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu (pengolahan
pertama), (pengolahan kedua), dan (pengolahan lanjutan).
merupakan pengolahan pertama yang bertujuan untuk
memisahkan zat padat dan zat cair dengan menggunakan filter
(saringan) dan bak sedimentasi. merupakan pengolahan kedua
yang bertujuan untuk mengoagulasikan, menghilangkan koloid,
dan menstabilisasikan zat organik dalam limbah. merupakan
lanjutan dari pengolahan kedua, yaitu penghilangan nutrisi atau
unsur hara, khususnya nitrat dan fosfat, serta penambahan klor
untuk memusnahkan mikroorganisme patogen.

c. Pengelolaan Excreta

Excreta banyak terkandung dalam air limbah rumah tangga.


banyak mengandung bakteri patogen penyebab penyakit. Jika
tidak dikelola dengan baik, dapat menimbulkan berbagai
penyakit. Pengelolaan dapat dilakukan dengan menampung dan
mengolahnya pada jamban atau yang ada di sekitar tempat
tinggal, dialirkan ke tempat pengelolaan, atau dilakukan secara
kolektif. Untuk mencegah meresapnya air limbah ke sumur atau
resapan air, jamban yang dibuat harus sehat. Syaratnya, tidak
mengotori permukaan tanah, permukaan air dan air tanah di
sekitarnya, tidak menimbulkan bau, sederhana, jauh dari
jangkauan serangga (lalat, nyamuk, atau kecoa), murah, dan
diterima oleh pemakainya. Pengelolaan dalam dapat diolah
secara anaerobik menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber gas untuk rumah tangga.

Selain itu, pengelolaan dengan tepat akan menjauhkan kita dari penyakit
bawaan air. Dalam meminimalisasi sampah hasil limbah rumah tangga
khususnya, dapat dilakukan upaya pengurangan sampah. Hal ini
sebagaimana disebutkan oleh Kistinnah (2009) bahwa cara menangani
limbah cair dan padat diharapkan tidak menyebabkan polusi dengan prinsip
ekologi yang dikenal dengan istilah 4R, yaitu recycle, reuse, reduce dan
repair .

1. Recycle (Pendaurulangan)

Proses misalnya untuk sampah yang dapat terurai dijadikan kompos.


Kompos ini dipadukan dengan pemeliharaan cacing tanah, sehingga
dapat diperoleh hasil yang baik. Cacing tanah dapat menyuburkan
tanah dan kompos digunakan untuk pupuk.

2. Reuse (Penggunaan Ulang)

Proses dilakukan untuk sampah yang tidak dapat terurai dan dapat
dimanfaatkan ulang. Misalnya botol bekas sirop dapat digunakan lagi
untuk menyimpan air minum.

3. Reduce

Reduce adalah melakukan pengurangan bahan/penghematan.


Contohnya jika akan berbelanja ke pasar atau supermarket, sebaiknya
dari rumah membawa tas. Janganlah meminta tas plastik dari toko
atau supermarket kalau akhirnya hanya dibuang saja.

4. Repair

Repair artinya melakukan pemeliharaan. Contohnya membuang


sampah tidak sembarangan, terutama tidak membuang sampah di
perairan.

2.5.2 Pencemaran Tanah

Berikut ini ada dua cara utama yang dapat dilakukan apabila tanah sudah
tercemar, yaitu remediasi dan bioremediasi.

a. Remediasi

Remediasi adalah kegiatan pembersihan permukaan tanah yang


tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah yaitu in-situ (atau on-site) dan
ex-situ (atau off-site).

Pembersihan adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini


lebih murah dan lebih mudah. Pembersihan ini terdiri atas venting
(injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan meliputi penggalian tanah
yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu
di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya
adalah, tanah tersebut disimpan di bak atau tanki yang kedap, kemudian
zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya, zat
pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan
instalasi pengolah air limbah. Pembersihan ini jauh lebih mahal dan
rumit.

b. Bioremediasi

Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah


dengan menggunakan mikroorganisme ( jamur, bakteri). Bioremediasi
bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi
bahan yan kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).

Salah satu mikroorganisme yang berfungsi sebagai bioremediasi


adalah jamur vesikular arbuskular mikoriza (vam). Jamur vam dapat
berperan langsung maupun tidak langsung dalam remediasi tanah.
Jamur tersebut dapat berperan langsung karena kemampuannya
menyerap unsur logam dari dalam tanah. Jamur tersebut tidak dapat
berperan langsung karena menstimulir pertumbuhan mikroorganisme
bioremediasi lain, seperti bakteri tertentu, jamur, dan sebagainya.

2.5.3 Pencemaran Udara


Berikut ini saran dari PDPI terhadap pemerintah dalam upaya pencegahan
dan penanganan polusi udara:

1. Membuat undang-undang dan peraturan yang baik tentang pengendalian


polusi udara seperti  peraturan standar baku mutu udara ambien yang
sesuai standar WHO dan peraturan menyangkut penggunaan bahan
bakar kendaraan sesuai standar, peraturan tentang uji emisi kendaraan
bermotor, peraturan untuk mengurangi emisi polusi udara dari industri,
dan lain-lain.
2. Koordinasi lintas sektoral yang lebih baik termasuk dengan akademisi
dan organisasi profesi untuk menangani masalah polusi udara seperti
kajian dan penelitian untuk mengetahui sumber-sumber polusi udara di
wilayah perkotaan (emissions inventory), kajian untuk menilai dampak
kesehatan polusi udara pada masyarakat dan upaya-upaya untuk
mengatasi masalah polusi udara secara lintas sektoral.

3. Melakukan upaya-upaya memperbaiki kualitas udara dengan berbagai


langkah untuk mengurangi/menurunkan polusi udara seperti
menggaiakkan dan menerapkan uji emisi kendaraan bermotor yang
memasuki wilayah perkotaan terutama untuk kendaraan umum atau
kendaraan angkutan barang dan melaksanakan pemantauan emisi polusi
udara dari industri dan memberikan hukuman tegas bagi industri tidak
ramah lingkungan.

4. Mendorong pembukaan pembangkit listrik tenaga alternatif seperti


tenaga angin, tenaga ombak, atau tenaga matahari untuk mengurangi
emisi polusi udara dari pembangkit listrik.

5. Membuat sarana transportasi massal yang aman, nyaman, murah, ramah


lingkungan dan mudah diakses oleh masyarakat.

6. Membuat lapangan parkir yang berdekatan dengan sarana transportasi


umum yang layak, aman dan terjangkau sehingga mampu menampung
kendaraan masyarakat yang akan naik transportasi umum ke tempat
kerja.

7. Membuat dan mengkampanyekan penggunaan kendaraan ramah


lingkungan seperti kendaraan listrik (mobil dan motor listrik) termasuk
memperbanyak kendaraan umum dengan tenaga listrik.

8. Meningkatkan penanaman pohon-pohon, dan menambah area hijau di


seluruh wilayah untuk menambah paru-paru kota.
9. Maksimalkan pemantauan polusi udara dan early warning pada
masyarakat seperti maembuat dan memperbanyak titik-titik
monitoring/alat ukur kualitas udara serta memberikan informasinya yang
mudah diakses oleh masyarakat.

10. Memberikan informasi secara berkala kepada masyarakat tentang


kondisi kualitas udara yang tidak sehat dan langkah-langkah antisipasi
yang dapat dilakukan mayarakat dan meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang polusi udara di berbagai media (cetak, elektronik
dan media sosial).

11. Mempersiapkan sistem pelayanan kesehatan dalam melayani masyarakat


yang terdampak akibat polusi udara.

 
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, I. 2011. Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup. Jakarta, 91–122.


http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197106041999031-
IWAN_SETIAWAN/Pencemaran_dan_Kerusakan_Lingkungan.pdf

Anda mungkin juga menyukai