Anda di halaman 1dari 13

UJIAN TENGAH SEMESTER

MAKALAH
PENCEMARAN UDARA AKIBAT SAMPAH DI TPA

Dosen Pengampu :
Susanti Dhini Anggaraini ,S.Si,. M.Si.
NIDN.0723128804

Disusun Oleh :
Yusup Ibnu Qosim
(1411200007)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRi


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencemaran adalah proses masuknya bahan pencemar ke lingkungan yang dapat


menurunkan kualitas lingkungan. Menurut Undang-Undang Dasar Lingkungan Hidup No. 4
Tahun 1982, polusi atau pencemaran lingkungan didefinisikan sebagai masuknya atau
terperangkapnya makhluk hidup, bahan bakar, atau unsur lain ke dalam lingkungan, atau
perubahan tatanan lingkungan melalui kegiatan manusia atau proses alam. Itu adalah. Setelah
tingkat penurunan kualitas lingkungan tertentu, lingkungan menjadi tidak stabil dan mulai
berfungsi kembali sebagaimana mestinya.

Polutan yang mencemari udara, umumnya berupa gas atau asap. Gas dan asap
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna yang dihasilkan oleh mesin
pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bertenaga. Selain itu, gas dan asap adalah hasil
oksidasi dari berbagai elemen yang membentuk bahan bakar: CO2 (karbon dioksida), CO
(karbon monoksida), SOx (sulfur oksida) dan NOx (nitrogen oksida).

Salah satu dari sekian banyak jenis pencemaran yang terjadi disebabkan oleh penumpukan
sampah, terutama pencemaran udara yang berasal dari sistem open landfill TPA. Namun,
metode ini tidak direkomendasikan karena potensi pencemaran lingkungan yang tinggi. Selain
itu, Undang-Undang Pengelolaan Sampah No. 18 Tahun 2008 melarang pembuangan sampah
secara terbuka atau pembuangan akhir. Namun, TPA yang dirancang dan disiapkan sebagai
TPA terkontrol dapat dengan mudah diubah menjadi TPA terbuka jika pengelola TPA tidak
konsisten menerapkan peraturan yang berlaku (Damanhuri, 1995).

1.2. RUMUSAN MASALAH


a. Pengertian dan Sumber pencemar udara
b. Dampak polutan bagi lingkungan dan kesehatan
c. Upaya penanggulangan pencemaran udara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pencemaran Udara


Pengendalian.Pencemaran Udara, pencemaran udara merupakan masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, darikomponen lain ke pada udara ambien sang aktivitas manusia,
sebagai akibatnya mutu udara turun hingga ke taraf tertentu yg mengakibatkan udara ambien
tidak bisa memenuhi fungsinya.Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI angka
1407 tahun 2002 mengenai Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara, pencemaran
udara merupakan masuknya atau dimasukkannya zat, energi, &/atau komponen lain ke pada
udara sang aktivitas insan,sebagai akibatnya mutu udara turun hingga ke taraf eksklusif yg
mengakibatkan atau mensugesti kesehatan manusia. Selain itu, pencemaran udara bisa juga
diartikan adanya bahan-bahan atau zat asing pada pada udara yg mengakibatkan terjadinya
perubahan komposisi udara berdasarkan susunanatau keadaan normalnya. Kehadiran bahan
atau zat asing tadi pada pada udara pada jumlahdan jangka saat eksklusif akan bisa
mengakibatkan gangguan dalam kehidupan manusia, hewan,juga tumbuhan (Wardhana,
2004).

2.2 Penumpukan Sampah (TPA terbuka)

Sampah adalah sampah organik dan anorganik yang dihasilkan oleh aktivitas manusia,
hewan, dan alam, dan dibuang karena tidak diperlukan. Pertumbuhan penduduk dan, kadang-
kadang, peningkatan keragaman industri mempengaruhi jumlah limbah yang meningkat. Oleh
karena itu, daerah atau kota membutuhkan fasilitas pengelolaan sampah, salah satunya adalah
Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

TPA adalah tempat sampah mencapai tahap pengelolaan akhir. Saat ini, TPA
menerapkan sistem TPA terbuka di sebagian besar kota di Indonesia, metode pembuangan
sederhana di mana sampah hanya tersebar dan dibiarkan di satu tempat. Kami tidak
merekomendasikan metode ini karena potensi pencemaran lingkungan yang tinggi. Undang-
undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah juga mengatur larangan
penanganan sampah dengan cara pembuangan terbuka sampai pembuangan akhir. Namun,
TPA yang dirancang dan disiapkan sebagai TPA terkontrol dapat dengan mudah menjadi TPA
terbuka sistem TPA jika operator TPA tidak konsisten menerapkan peraturan yang berlaku
dapat mempengaruhi kualitas lingkungan.Tempat TPA dapat mempengaruhi kualitas
lingkungan. TPA sampah kota dapat menyebabkan pencemaran udara melalui gas yang
dihasilkan dari proses dekomposisi anaerobik. Pembuangan sampah dari TPA terbuka di
tempat pembuangan akhir melepaskan gas seperti hidrogen sulfida (H2S), metana (CH4) dan
gas amonia (NH3) ke atmosfer selama dekomposisi. Akibatnya, udara di sekitar TPA menjadi
berbau busuk dan kualitas udara ambien menurun (Soemirat, 2003). Fasilitas transportasi yang
tidak tertutup dengan baik dapat menyebabkan masalah bau di sepanjang rute, terutama karena
semprotan air yang menembus dari badan mobil. Proses penguraian sampah di TPA
berlangsung terus menerus, dalam hal ini dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4, H2S,
yang selanjutnya secara langsung mengganggu komposisi gas alam di udara dan berkontribusi
terhadap pemanasan global. berdampak buruk bagi kesehatan orang-orang di sekitarnya.

2.3 PROSES DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIC


Proses dekomposisi di TPA secara umum terjadi pada dua tahap yaitu:

2.3.1 Dekomposisi aerob

Dekomposisi aerobik menggunakan oksigen untuk menguraikan, sehingga


mikroorganisme yang ada adalah mikroorganisme aerobik dan tidak menghasilkan metana
dalam proses aerobik ini. Dekomposisi aerobik mendominasi seluruh proses, tetapi karena
jumlah oksigen yang terbatas dan BOD limbah padat yang tinggi, tahap ini biasanya sangat
singkat. Setelah penipisan oksigen, degradasi oleh fakultatif anaerob mendominasi (Qasim,
1994). Dalam sistem ini, sekitar 2/3 unsur karbon (C) menguap membentuk CO2, dan 1/3
sisanya bereaksi dengan nitrogen dalam sel hidup. Tidak ada bau busuk selama proses
pengomposan aerobik. Selama proses pengomposan, terjadi reaksi eksotermik dan panas
dihasilkan karena pelepasan energi (Sutanto, 2002). Hasil penguraian bahan organik secara
aerobik adalah CO2, H2O (air), humus, dan energi.

2.3.2 Dekomposisi anaerobik

Dekomposisi anaerobik adalah proses di mana mikroorganisme memecah senyawa


organik tanpa adanya oksigen. Senyawa organik menyediakan sumber makanan bagi
mikroorganisme dan diubah menjadi oksidan, sel baru, energi, dan gas produk akhir seperti
metana dan karbon dioksida. Dekomposisi anaerobik adalah perubahan biologis struktur
kimia dan biologis bahan organik tanpa adanya oksigen (udara kosong). Proses ini merupakan
proses suhu rendah dan tidak memiliki fluktuasi suhu yang terlihat pada proses pengomposan
aerobik. Namun, proses anaerobik membutuhkan tambahan panas eksternal sebesar 30°C
(Djuarnani dkk, 2005). Penguraian sampah, terutama bahan organik, dalam kondisi anaerobik
dapat menyebabkan produksi biogas. Komposisi biogas berkisar antara 60-70% metana dan
30-40% karbon dioksida. Biogas mengandung gas lain seperti karbon monoksida, hidrogen,
nitrogen, oksigen dan hidrogen sulfida. Kandungan gas tergantung pada bahan yang masuk
ke biodigester. Nitrogen dan oksigen bukanlah produk dari proses tersebut. Hidrogen adalah
hasil dari tahap pengasaman dan pembentukan hidrogen sulfida oleh bakteri sulfat disebabkan
oleh kondensasi ikatan belerang. Ini kecil, tetapi dapat mencapai 5% untuk beberapa pengotor
(Meynell, 1976). Beberapa faktor lingkungan mempengaruhi proses dekomposisi anaerobik.
Proses anaerobik sensitif terhadap nilai pH dan inhibitor. Secara umum, suhu antara 25 dan
350 °C dapat mendukung kinetika reaksi biologis yang optimal dan memberikan pemrosesan
yang lebih stabil. Penghambat proses anaerobik adalah NH3, H2S, dan senyawa organik dan
anorganik lainnya.
Proses dekomposisi anaerobik ini melibatkan empat macam kelompok bakteri, yaitu :

a. hydrolytic bacteria
b. bakteri penghasil hidrogen, acetogenic bacteria
c. homoacetogenic bacteria, dan
d. methanogenic bacteria

2.4 POLUTAN PENCEMAR UDARA PADA PENUMPUKAN SAMPAH


2.4.1 H2S ( Hidrogen Sulfida)

Bau seperti telur busuk Yang terdapat Di TPA bersumber Dari H2S yang merupakan hasil
samping penguraian zat organik. Persentase gas H2S yang dihasilkan dari TPA berkisar antara 0-0,2%
(Tchobanouglos, 1993). Hidrogen Sulfida atau Asam Sulfida merupakan suatu gas tidak berwarna,
mudah terbakar, dan sangat beracun. Gas ini dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi kesehatan
manusia, terutama jika terpapar melalui udara. Gas H2S dengan cepat diserap oleh paru-paru, pada
konsentrasi rendah dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, dan tenggorokan, pada konsentrasi tinggi
dapat menyebabkan hilangnya kesadaran bahkan kematian (USEPA, 2003).

2.4.2 Gas CH4 (metana)

Metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dibanding dengan karbondioksida,
selain mudah meledak diketahui merupakan faktor utama pada fenomena pemanasan global
(Qasim,1994). Sedangkan untuk karbondioksida dapat menjadi penyebab peningkatan mineral pada
air tanah serta membentuk asam karbonik (Damanhuri, 2004). Untuk itu perlu pengelolaan dari gas
yang dihasilkan dari dekomposisi sampah.

Karakteristik dari metana adalah mudah terbakar (Lapp and Robertson, 1981) selain itu dapat
mengakibatkan ledakan (Meynell, 1976). Kandungan metana dengan udara akan menentukan pada
kandungan berapa campuran yang mudah meledak dapat dibentuk. Pada LEL (lower explosive limit)
5.4 % metana dan UEL(upper explosive limit) 13.9% basis volume. Dibawah 5.4% tidak cukup metana
sedangkan, diatas 14% terlalu sedikit oksigen untuk menyebabkan ledakan. Temperatur yang dapat
menyebabkan ledakan sekitar 650 – 750 oC, percikan api dan korek api cukup panas untuk
menyebabkan ledakan (Meynell, 1976).
Gas metana (CH4) terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik oleh bakteri metana atau
disebut juga bakteri anaerobik dan bakteri biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak
mengandung bahan organik sehingga terbentuk gas metana (CH4) yang apabila dibakar dapat
menghasilkan energi panas. Sebetulnya di tempat-tempat tertentu proses ini terjadi secara alamiah
sebagaimana peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah tumpukan sampah di Tempat
Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Leuwigajah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bencana longsor
yang terjadi di TPA tersebut terjadi karena adanya akumulasi panas dalam tumpukan sampah yang
pada akhirnya menimbulkan ledakan yang sangat hebat. Karena ledakan inilah maka sampah-sampah
tersebut longsor dan menimbun puluhan rumah disekitarnya. (Rahmadani, 2010).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 DAMPAK POLUTAN TERHADAP KESEHATAN


3.1.1. H2S (Hidrogen Sulfida)
Hidrogen Sulfida adalah gas yang memiliki bau yang menyengat yang akan muncul
apabila ≥0,13 ppm, dampak polutan H2S pada manusia dalam kadar rendah dapat
menyebabkan tenggorokan kering, kepala pusing dan batuk-batuk. Kadar H2S yang tinggi
mencapai lebih dari 25 ppm dapat secara langsung mengakibatkan seseorang kehilangan
kesadaran atau pingsan.

3.1.2 CH4 (Metana)

Efek akut dari terpapar oleh methane adalah kekurangan oxygen, yaitu < 16%. Masalah
kesehatan akan timbul bila terpapar methane dalam konsentrasi tinggi. Dan seperti disebutkan
diatas, gejala timbul karena efek kekurangan oxygen( asphixia ), yaitu :
a. napas menjadi cepat
b. nadi meningkat
c. koordinasi otot menurun
d. emosi meningkat
e. mual, muntah
f. kehilangan kesadaran
g. gagal napas
h. dan kematian.

Pada lingkungan gas metana menjadi penyebab utama pemanasan bumi sehingga
berdampak pada perubahan iklim. tentunya sangat membahayakan bagi tatanan kehidupan
yang ada di planet kita. Mengapa bisa demikian? Metana adalah gas dengan emisi gas rumah
kaca 23 kali lebih ganas dari karbondioksida (CO2), yang berarti gas ini kontributor yang
sangat buruk bagi pemanasan global yang sedang berlangsung.

3.2 PENGENDALIAN POLUTAN


Cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan polutan ke lingkungan yaitu dengan
memperbaiki asal dari polutan itu sendiri, yakni permasalahan penumpukan sampah. Di
Indonesia kebanyak TPA menggunakan system penumpukan. Hal ini dapat menyebabkan
berbagai masalah yang jika tidak diatasi akan berdampak buruk bagi lingkungan dan makhluk
hidup.

Selain itu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan Produksi Bersih dan Prinsip 4R
Produksi Bersih (Clean Production) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang
industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang
berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan
limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis. Prinsip-prinsip produksi
bersih adalah prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian misalnya dengan
menerapkan prinsip 4R yaitu Reduce (Mengurangi), sebisa mungkin lakukan minimalisasi
barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material,
semakin banyak sampah yang dihasilkan.

Kemudian reuse (memakai kembali), sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa
dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal
ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.

Recycle (Mendaur ulang), yaitu sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna
lagi, bisa didaur ulang, karena tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah
banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi
barang lain.

Replace ( Mengganti), teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-
barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah
agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya ganti kantong
kresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua
bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.

Selain 4R Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan


meliputi 2 cara utama yaitu Pengendalian Non Teknis dan Pengendalian Teknis.
3.2.1 Pengendalian Non Teknis :

Adalah suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan


menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur, dan
mengawasi segala bentuk kegiaatan industry dan teknologi

Peraturan perundangan itu meliputi :


a. Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)
b. Analisis Menganai Dampak Lingkungan (AMDAL)
c. Perencanaan Kawasan KEgiatan Induksi dan Teknologi
d. Pengaturan dan Pengawasan Kegiatan
e. Menanamkan perilaku disiplin

3.2.2 Pengendalian Teknis


Apabila kegiatan suatu indstry berdasarkan kajian AMDAL akan menimbulkan
pencemaran lingkungan, maka akan dilakukan pengendalian teknis dengan kriteria
sbb:
a. Mengutamakan keselamatan manusia
b. Teknologinya telah dikuasai dengan baik
c. Secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggungjawabkan

Cara Penanggulangan Pencermaran Lingkungan secara teknik :


a. Mengubah proses
b. Mengganti sumber energy
c. Mengelola limbah
d. Menambah alat bantu

Beberapa metode yang digunakan dalam mengilah sampah :


a. Sanitary Landifit : pembuangan sampah pada daerah yang rendah
b. Hog Feeding : pengolahan sampah menjadi makanan ternak
c. Inceneration : pembakaran
d. Composting : pengolahan sampah menjadi pupuk
e. Reduction mode : pengepresan sampah
BAB IV

PENUTUP

3. 1 KESIMPULAN

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen
lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Dalam
hal ini penumpukan sampah sebagai salah satu pencemar udara. Penumpukan sampah yang
terjadi pada setiap TPA mengeluarkan bau yang tidak sedap sebagai akibat dari dekomposisi
senyawa organic oleh mikroba pengurai.

3.2 Saran

Berdasarkan hasil dari pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan terdapat
beberapa rekomendasi yang dapat penulis kemukakan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pemerintah desa memberikan sosialisasi Produksi Bersih dan Prinsip 4R


Produksi Bersih (Reduce,reuse,recycle,replace)
b. Melaksanakan analisis AMDAL pada TPA
DAFTAR PUSTAKA

Moertinah, Sri. 2010. Kajian Proses Anaerob sebagai Alternatif Teknologi Pengolahan Air
Limbah Industri Organik Tinggi. Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri. Vol.
1. No. 2. November 2010: 104-114.

Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Edisi Revisi. Andi Offset :
Yogyakarta.

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/1513/05.3%20bab%203.pdf?sequence=7&is
Allowed=y

Diakses pada 04 November 4, 2022

https://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_udara

Diakses pada 04 November 4, 2022

https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/28/154934569/katabolisme-karbohidrat-
perbedaan-respirasi-aerob-dan-
anaerob?page=all#:~:text=Tahukah%20kamu%20apa%20itu%20reaksi,respirasi%20yang%20tid
ak%20membutuhkan%20oksigen.

Diakses pada 04 November 4, 2022

https://www.prudential.co.id/id/pulse/article/tinggal-di-perkotaan-ketahui-dulu-dampak-
pencemaran-udara-
ini/#:~:text=Dampak%20pencemaran%20udara%20dari%20asap,oksigen%20di%20dalam%20tu
buh%20manusia.

Diakses pada 04 November 4, 2022

Anda mungkin juga menyukai