Anda di halaman 1dari 15

PENCEMARAN LINGKUNGAN : Pencemaran

Udara

DOSEN : Daria BR Ginting,S.Pd.,Msi

KELOMPK 4 :
Miranti Intan Alya 1913451082
Cindi Oktaria 1913451052
Merida Kurniasari 1913451077
Andini Agustina 1913451058
Aang Juni Puspitasari 1913451076
Renny Apriyanti 191345105
Putri Maya Tasya 1913451086
Rindiana Rahmasari 19134510100
Sekar Hayu Utami 1913451091
Ahmat Arif 1913451073

D3 SANITASI
POLTEKKES TANJUNG KARANG
Rumusan Masalah

1.   Apa definisi Pencemaran Udara ?

2. Bagaimana Proses Penumpukan Sampah (TPA


Open Dumping ?

3. Apa saja Proses Dekomposis Bahan Organik ?

 4. Apa saja Polutan Pencemar Udara Pada


Penumpuka Sampah ?
 5. Apa saja Polutan Pencemar Udara Pada
Penumpuka Sampah ?

 6. Bagaimana Cara Pengendalian Polutan ?

 7. Bagaimanakah contoh kasus dari pencemaran


udara yang diakibatkan oleh TPA ?

POLTEKKES TANJUNG KARANG


PENGERTIAN PENCEMARAN UDARA

Pengertian pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997


pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan yaitu pencemaran yang disebabkan
oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan
bermotor, pembakaran sampah,sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti kebakaran
hutan, letusan gunung api yan gmengeluarkan debu, gas, dan awan panas.

Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang


Pengendalian.Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, darikomponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan
manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya

POLTEKKES TANJUNG KARANG


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002 tentang
Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah
masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara
oleh kegiatan manusia,sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia.

POLTEKKES TANJUNG KARANG


PEMUPUKAN SAMPAH (TPA OPEN
DUMPING)

Sampah adalah buangan yang bersifat organik dan anorganik yang


disebabkan oleh aktivitas manusia, hewan, dan alam yang tidak terpakai lagi
sehingga dibuang sebagai barang yang tidak berguna. Pertumbuhan penduduk
dan keanekaragaman industri yang terus bertambah dari waktu ke waktu
berdampak terhadap peningkatan timbulan sampah. Oleh karena itu pada suatu
kawasan atau kota perlu suatu sarana pengelolaan sampah, salah satunya adalah
Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sampah juga dinyatakan bahwa penanganan sampah dengan pembuangan
terbuka terhadap pemrosesan akhir dilarang. Namun, TPA yang telah dirancang
dan disiapkan sebagai lahan urug saniter dengan mudah berubah menjadi
sebuah TPA system open dumping bila pengelola TPA tersebut tidak konsekuen
menerapkan aturan-aturan yang berlaku TPA dapat menimbulkan dampak
terhadap kualitas lingkungan.

POLTEKKES TANJUNG KARANG


TPA dapat menimbulkan dampak terhadap Kualitas lingkungan. Sampah Kota
yang Diurug berpotensi menyebabkan Pencemaran udara Oleh gas Yang
dihasilkan Dari proses dekomposisi anaerobik. Pembuangan sampah system
open dumping di lokasi pembuangan akhir sampah mengakibatkan gas hasil
dekomposisi seperti gas Hidrogen Sulfida (H2S), Metan (CH4), dan Amoniak
(NH3) lepas ke udara. Akibatnya udara sekitar TPA menjadi bau dan kualitas
udara ambient menurun (Soemirat,2003).

Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat


berpotensi menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui,
terutama akibat bercecerannya air lindi dari bak kendaraan. Proses
dekomposisi sampah di TPA secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal
ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang
secara langsung akan mengganggu komposisi gas alamiah di udara,
mendorong terjadinya pemanasan global, disamping efek yang merugikan
terhadap kesehatan manusia di sekitarnya.

POLTEKKES TANJUNG KARANG


C. Proses Dekomposisi Bahan Organic

Dekomposisi aerobic
Dekomposisi aerob adalah dekomposisi yang terjadi dengan menggunakan
oksigen sehingga mikroorganisme yang hadir adalah mikroorganisme aerob
dan tidak menghasilkan metan dalam proses aerob ini.
Dekomposis aerobic mendominasi keseluruhan proses, tapi tahap ini biasanya
sangat pendek karena terbatas pada jumlah oksigen dan nilai BOD yang tinggi
dari sampah padat. Setelah oksigen menurun, dekomposisi oleh organisme
fakultatif anaerobik lah yang mendominasi (Qasim, 1994).

Dekomposisi Anaerobik
Dekomposisi anaerobik merupakan proses penguraian senyawa organik
oleh mikroorganisme tanpa kehadiran oksigen. Senyawa organik menjadi
sumber makanan bagi mikroorganisme, yang kemudiandikonversi menjadi
materi teroksidasi, sel baru, energi dan gas-gas sebagai produk akhir seperti
metan dan karbondioksida.

POLTEKKES TANJUNG KARANG


D. Polutan Pencemar Udara Pada Penumpukan Sampah

H2S ( Hidrogen Sulfida)


Bau seperti telur busuk Yang terdapat Di TPA bersumber Dari H2S yang
merupakan hasil samping penguraian zat organik. Persentase gas H2S yang
dihasilkan dari TPA berkisar antara 0-0,2% (Tchobanouglos, 1993). Hidrogen
Sulfida atau Asam Sulfida merupakan suatu gas tidak berwarna, mudah
terbakar, dan sangat beracun. Gas ini dapat menyebabkan dampak yang buruk
bagi kesehatan manusia, terutama jika terpapar melalui udara. Gas H2S dengan
cepat diserap oleh paru-paru, pada konsentrasi rendah dapat menyebabkan
iritasi mata, hidung, dan tenggorokan, pada konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan hilangnya kesadaran bahkan kematian (USEPA, 2003).
Gas CH4 (metana)
Metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dibanding
dengan karbondioksida, selain mudah meledak diketahui merupakan
faktor utama pada fenomena pemanasan global (Qasim,1994).
Sedangkan untuk karbondioksida dapat menjadi penyebab peningkatan
mineral pada air tanah serta membentuk asam karbonik (Damanhuri,
2004). Untuk itu perlu pengelolaan dari gas yang dihasilkan dari
dekomposisi sampah.
E. Dampak Polutan Terhadap Kesehatan

1. H2S (Hidrogen Sulfida)


Hidrogen Sulfida adalah gas yang memiliki bau yang menyengat yang
akan muncul apabila ≥0,13 ppm, dampak polutan H2S pada manusia
dalam kadar rendah dapat menyebabkan tenggorokan kering, kepala
pusing dan batuk-batuk. Kadar H2S yang tinggi mencapai lebih dari 25
ppm dapat secara langsung mengakibatkan seseorang kehilangan
kesadaran atau pingsan.

2. CH4 (Metana)
Efek akut dari terpapar oleh methane adalah kekurangan oxygen, yaitu <
16%. Masalah kesehatan akan timbul bila terpapar methane dalam
konsentrasi tinggi. Dan seperti disebutkan diatas, gejala timbul karena
efek kekurangan oxygen( asphixia ), yaitu :
• napas menjadi cepat
• nadi meningkat
• koordinasi otot menurun
• emosi meningkat
• mual, muntah
• kehilangan kesadaran
• gagal napas
• dan kematian.
F. Pengendalian Polutan

Cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan polutan ke lingkungan


yaitu dengan memperbaiki asal dari polutan itu sendiri, yakni
permasalahan penumpukan sampah. Di Indonesia kebanyak TPA
menggunakan system penumpukan. Hal ini dapat menyebabkan berbagai
masalah yang jika tidak diatasi akan berdampak buruk bagi lingkungan
dan makhluk hidup.

Prinsip-prinsip produksi bersih adalah prinsip-prinsip yang juga bisa


diterapkan dalam keseharian misalnya dengan menerapkan prinsip 4R yaitu
Reduce (Mengurangi), sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau
material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan
material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
G. Contoh Kasus

Pencemaran udara yang disebabkan oleh asap kendaraan bermotor, asap


pembakaran, bau tidak sedap sampah, dan asap rokok memang menjadi
problem yang cukup lama dirasakan masyarakat Bali, khususnya
Denpasar, seiring makin tingginya tingkat kepadatan penduduk dan
kendaraan. Salah satu polusi udara yang cukup mengganggu dan saat
ini sedang digarap sehingga tidak bertambah parah adalah bau yang
ditimbulkan sampah menumpuk di TPA Suwung.
KESIMPULAN

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi,


dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia,
sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Dalam
hal ini penumpukan sampah sebagai salah satu pencemar udara.
Penumpukan sampah yang terjadi pada setiap TPA mengeluarkan bau
yang tidak sedap sebagai akibat dari dekomposisi senyawa organic
oleh mikroba pengurai.

Anda mungkin juga menyukai