OLEH
Asmarani
PO714221191.054
DIV.IIIB
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah, saya bisa
menyelesaikan tugas “Analisis Faktor Resiko Penyakit yang dialami para
Pemulung di Tempat Pembuagan Akhir (TPA) Terjun Kecamatan Medan Marelan”
sebagai tugas mata kuliah ADKL. saya juga mengucapkan terima kasih kepada
Dosen yang bersangkutan yang telah memberikan bimbingannya kepada saya.
Saya menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengarapkan kritik
serta saran yang membangun guna menyempurnakan tugas ini. Saya juga memohon
maaf apabila dalam penyelesaian tugas ini terdapat kesalahan pengetikan dan
kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami tujuan saya.
Asmarani
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan suatu tempat akhir
yang digunakan untuk mengumpulkan semua sampah kota. Saat ini TPA
yang berada di sebagian besar kota di Indonesia masih menerapkan sistem
open dumping, yaitu suatu cara pembuangan sederhana dimana sampah
hanya dihamparkan pada suatu lokasi dan dibiarkan terbuka. Cara ini tidak
direkomendasikan karena banyaknya potensi pencemaran lingkungan.
Dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
juga dinyatakan bahwa penanganan sampah dengan pembuangan terbuka
terhadap pemrosesan akhir dilarang. Tetapi TPA yang telah dirancang dan
disiapkan sebagai lahan uruk saniter dengan mudah berubah menjadi sebuah
TPA sistem open dumping bila pengelola TPA tersebut tidak konsekuen
menerapkan aturan-aturan yang berlaku (Damanhuri, 1995).
Tercemarnya udara di sekitar TPA menyebabkan kesehatan
lingkungan terganggu, terutama meningkatnya penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA). Data dari Puskesmas Desa Terjun menyatakan
bahwa penyakit ISPA dengan jumlah kasus sebanyak 2137 berada di urutan
pertama dari sepuluh penyakit terbanyak selama tahun 2015.
Di sekitar TPA Terjun banyak pemulung yang bekerja dengan cara
mengumpulkan barang-barang bekas yang masih bisa terpakai untuk dapat
dijual kembali. Kegiatan yang bergerak dalam sektor informal ini
dipengaruhi oleh sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di Indonesia,
yang pada umumnya terdiri dari sistem pengumpulan, sistem pemindahan,
sistem pengangkutan dan sistem pembuangan akhir. Pemulung termasuk
pekerja sektor informal yang sampai saat ini belum mendapatkan pelayanan
kesehatan sebagaimana mestinya. Kondisi lingkungan kerja para pemulung
1
berada di lingkungan terbuka sehingga kondisinya berhubungan langsung
dengan sengatan matahari, debu, dan bau dari sampah. Dengan kondisi
tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja
seperti ISPA, alergi kulit, pilek, pusing, dan infeksi kulit (Kurniawati,
2006).
Melalui survei awal yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
salah satu dari pemulung yang telah bekerja selama 12 tahun di TPA Terjun
sudah merasa sangat biasa apabila mengalami keluhan kesehatan yang
berkaitan dengan pernapasan seperti batuk, flu, nyeri dada, dan lain
sebagainya. Pemulung tersebut tidak merasa khawatir akan kesehatan yang
berkaitan dengan pernapasannya. Dalam sehari para pemulung biasanya
dapat menghabiskan waktu bekerja sekitar 9 jam dalam sehari di TPA
tersebut tanpa menggunakan masker. Puncak kegiatan para pemulung di
TPA Terjun diperkirakan terjadi pada waktu siang hari. Sehingga apabila
dilihat dari segi waktu kerja yang cukup lama hal ini sangat berpengaruh
terhadap kesehatan para pemulung terutama kesehatan yang berkaitan
dengan saluran pernapasan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan
2
sekitar TPA.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
yaitu gunung berapi dalam bentuk H2S dan oksida, sedangkan
sisanya berasal dari pembakaran batu arang, minyak bakar, kayu,
kilang minyak, industri petrolium, industri asam sulfat, dan industri
peleburan baja. SO2 berasal dari oskidasi logam sulfida misalnya
ZnS, PbS, dan CuS. Dalam jumlah yang kecil SO2 hanya
terdeteksi lewat bau, sedangkan dalam jumlah besar berpengaruh
terhadap kesehatan manusia karena menyebabkan iritasi pada mata,
tenggorokan, dan juga batuk.
➢ proses industri
➢ limbah padat
5
diamati karena gas tersebut tidak bewarna dan tidak berbau.
Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari
baunya yang sangat menyengat dan warnanya merah kecoklatan.
Sifat racun (toksisitas) gas NO2 empat kali lebih kuat dari pada
toksisitas gas NO. Organ tubuh yang paling peka terhadap
pencemaran gas NO2 adalah paru-paru. Paru-paru yang
terkontaminasi oleh gas NO2 akan membengkak sehingga penderita
sulit bernafas yang dapat mengakibatkan kematiannya (Fardiaz,
1992).
3. Metan (CH4)
sederhana yang berbentuk gas yang tidak berwarna dan juga tidak
6
terjadinya peningkatan produksi gas metan pula (Mukono, 2008).
tahunnya.
efek gas rumah kaca, yang pada akhirnya terpengaruh pada efek
sekitarnya.
7
atau Asam Sulfida merupakan gas yang tidak berwarna, mudah
terbakar, dan sangat beracun. Gas ini dapat timbul dari aktivitas
pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari
2009).
5. Suhu Udara
termometer.
6. Kelembaban Udara
8
mempengaruhi konsentrasi pencemar di udara. Pada kelembaban
yang tinggi maka kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan
pencemar udara, menjadi zat lain yang tak berbahaya atau menjadi
air yang dikandung oleh udara. Di dalam udara terdapat air yang
TPA
9
5. Penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh
6. Rasa tidak nyaman
kelamin, jam kerja, masa kerja, dan merokok dapat ditemukan pada
responden yang berada pada kelompok umur 21-30 dan 31-40 tahun adalah
Kelompok umur 21-40 tahun adalah kelompok umur dalam usia produktif
dimana kelompok umur ini akan terus aktif bekerja dalam kesehariannya.
Pada jenis kelamin ditemukan paling tinggi terdapat pada jenis kelamin
dilihat ketika wawancara dilakukan pada siang hari dimana lebih banyak
jam kerja ditemukan jam kerja tertinggi dilakukan pada kelompok jam kerja
9-10 jam.
Terjun sudah melebihi standard jam pekerja yang telah ditentukan yaitu 8
jam, sehingga dapat dikaitkan bahwa jam kerja memiliki kaitan dengan
masa kerja ≤10 tahun dengan jumlah responden sebanyak 63. Hal ini juga
10
meningkat apabila terjadi paparan terus menerus dan selama bertahun-
merupakan zona aktif, tempatnya di salah satu tenda darurat milik seorang
disekitar tenda darurat pemulung di TPA Terjun dapat dilihat bahwa kadar
kualitas udara yang dilakukan di TPA Terjun menyatakan bahwa kadar SO2
Hal ini disebabkan karena penghasil utama gas SO2 adalah sepertiga
dari hasil pembakaran dan sepertiganya lagi dari aktifitas gunung berapi
SO2. Oleh karena sifat gas SO2 yang berbau tajam, gas ini dapat
Jam kerja pemulung yang terbilang cukup tinggi yaitu sekitar 9-10
11
udara selama di TPA. Segala kegiatan para pemulung yang dilakukan di tenda
darurat yang terdapat di TPA, mulai dari bekerja, beristirahat, hingga makan
keluhan gangguan pernapasan (batuk, flu, batuk darah, sesak napas, nyeri
dada, sakit tenggorokan, perih pada hidung, dan kemampuan mencium bau)
yang telah ditanyakan, responden paling banyak menderita keluhan batuk dan
memiliki keluhan sesak napas, perih pada hidung, dan nyeri dada masing-
yaitu batuk berdarah sebesar 2 orang (2,1%). Hal ini kemungkinan besar
disebabkan karena asap yang berasal dari pembakaran sengaja maupun tidak
bahwa seluruh hasil uji pengukuran kualitas udara di TPA Terjun masih
berkaitan dengan saluran pernapasan tetap ditemukan pada pemulung. Hal ini
terhadap pemulung dalam jangka waktu yang cukup lama. Selain itu hal ini
12
juga berpengaruh dengan karakteristik yang meliputi umur, jenis kelamin,
jam kerja, masa kerja, maupun kebiasaan merokok pada pemulung yang
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
2. Untuk UPTD TPA Terjun agar bisa bekerjasama dengan Badan
Lingkungan Hidup untuk meningkatkan penelitian, survey dan
pemantauan terhadap kualitas udara dan kebersihan sarana dan
prasarana secara berkelanjutan.
3. Kepada pemulung yang bekerja di TPA Terjun sebaiknya
menggunakan masker ketika bekerja sebagai upaya pencegahan
terhadap keluhan gangguan saluran pernapasan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen PPM & PL., 2001. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya
Terhadap Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Guyton, A.C., & J.E. Hall., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:Buku
Kedokteran EGC.
Horrington, J.M & F.S.Gill., 2005. Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku KedokteranEGC.
16
17
18