Anda di halaman 1dari 30

DAMPAK PENCEMARAN UDARA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Penyehatan Udara”


Dosen Pengampu:
Kuat Prabowo, SKM. MKes.
Dr. Wakhyono Budianto, SKM, MSi

Disusun oleh :
Kelompok 5 2STR-A
1. Achmad Farhan Septyawan P21335122001
2. Adinda Nugrahani P21335122004
3. 1qbal Handi Nugroho P21335122038
4. Kartika Feby Anjar Wati P21335122039
5. Kayla Zhahirah P21335122040

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120
Jakarta, 2023
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Penyehatan Udara dengan materi “Dampak
Pencemaran Udara.”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Jakarta, 18 September 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Dampak Pencemaran Udara Terhadap Manusia ...................................................................3
2.2 Dampak Pencemaran Udara Terhadap Lingkungan..............................................................6
2.3 Analisis Resiko Pencemaran Udara.....................................................................................22
BAB III PENUTUP......................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................26

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan kehidupan manusia. Menurut
Kodoatie (2008) air merupakan sumber kehidupan. Semua makhluk membutuhkan air.
Untuk kepentingan manusia, makhluk hidup dan kepentingan lainnya, ketersediaan air dari
segi kualitas maupun kuantitas mutlak diperlukan. Air di Indonesia sangat melimpah, hal ini
karena Indonesia merupakan negara kepulauan. Akan tetapi, hal ini tidak dimanfaatkan
dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Sebaliknya, masyarakat kebanyakan
menyalahgunakan kelebihan ini dengan mencemarinya.

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan ditempat penampungan air antaralain:
danau, sungai, lautan, dan air tanah akibat aktivitas manusia. Dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat memerlukan air bersih untuk minum,memasak, mencuci, dan keperluanlain. Air
tersebut juga mempunyai standar 3B (tidak berwarna,berbau,dan beracun). dalamkehidupan
sekarang, adakalanya masyarakat melihat air yang berwarna keruh dan berbauserta
bercampur dengan benda-benda sampah antara lain: kaleng, plastik, dansampah organik.
Pemandangan seperti itu dapat dijumpai pada aliran sungai, rawa, danau,dan kolam. Air
yang demikian biasa disebut air kotor atau disebut pula air yang terpolusi.Bagi masyarakat
pedesaan, sungai adalah sumber air sehari-hari. Sumber-sumber yangmengakibatkan air
tersebut tercemar berasal dari mana-mana. Contohnya limbah-limbahindustri yang dibuang
dan dialirkan ke sungai. Semua akhirnya bermura di sungai dan pencemaran air ini dapat
merugikan manusia apabila mengkonsumsi air ini.

Dengan mengetahui kenyataan ini, sudah banyak para ahli yang meneliti danmencoba
mengatasi pencemaran air ini. Para ahli tersebut salah satunya dari BadanPengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) (2001) yang menelitipencemaran air darilimbah
industri dan rumah tangga serta telah melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk
mengatasinya. Ternyata hasilnya cukup menakjubkan. Penyuluhan tersebut di respondengan
baik oleh masyarakat dan industri besar.Selain itu, penyuluhan yang dilakukan
telahmengakibatkan banyaknya para peneliti yang telah membuat cara untuk mengatasi
pencemaran air, salah satunya dengan membuat cara pengolahan air buangan. Cara ini cukup

1
efektif digunakan oleh masyarakat dan industri, cara mudah dan mempunyai hasil yang
memuaskan tapa harus membayar mahal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia?
2. Apa yang dimaksud dampak pencemaran udara terhadap lingkungan?
3. Apa yang dimaksud analisis resiko pencemaran udara?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dampak pencemaran udara terhadap lingkungan.
3. Mengetahui apa yang dimaksud analisis resiko pencemaran udara.

2
BAB II PEMBAHASAN

1.1 Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan Manusia


Dampak pencemaran saat ini merupakan masalah sangat serius yang dihadapi oleh
negara-negara industri.

Berikut diuraikan dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dari beberapa gas
pencemar udara.

a) Dampak pencemar oleh gas karbonmonoksida, CO.

Gas CO yang tidak dapat dikenali baik secara fisika karena tidak berbau, tidak berasa dan
tidak berwarna sehingga menyulitkan kita untuk mengantisipasi bahaya keracunan yang
ditimbulkan. Gas CO dapat berupa cairan pada suhu -192 oC. Di udara terdapat gas CO
yang sangat sedikit, hanya sekitar 0,1 ppm. Di perkotaan yang padat kendaraan bermotor
konsentrasi gas CO sekitar 10-15 ppm yang dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan
meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Selain itu gas CO dapat mengikat
hemoglobin darah mengganti posisi oksigen (COHb) bila terhisap masuk ke paru-paru,
mengakibatkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu karena ikatan gas
CO dengan hemoglobin darah lebih kuat 140 kali dibandingkan dengan oksigen. Keadaan
ini menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi
vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu.

3
Keracunan gas CO dapat ditandai dari keadaan yang ringan berupa pusing, sakit kepala dan
mual. Keadaan yang lebih berat: menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada
sistem kardiovaskuler, serangan jantung sampaipada kematian. Untuk menolong penderita
kategori ringan yaitu denhgan memberi kesempatan menghisap udara bersih(segar) agar CO
dalam Hb darah dapat terganti oleh oksigen, sebab kerja reaksi Hb dengan gas CO dan O2
bersifat reaksi kesetimbangan diperlihatkan seperti:

COHb + O2 O2Hb + CO

b) Dampak pencemar Nitrogen Oksida (Nox)

Gas nitrogen oksida ada dua macam yaitu: gas nitrogen monoksida (NO) dan gas nitrogen
dioksida (NO2). Keduanya mempunyai sifat berbeda dan sangat berbahaya bagi kesehata.
Gas NO sulit diamati secara visual karena tidak berbau dan tidak berwarna. Sifat racun gas
ini pada konsentrasi tinggi menyebabkan gangguan pada syaraf sehingga menimbulkan
kejang-kejang, bila keracunan terus berlanjut mengakibatkan kelumpuhan. Sedangkan untuk
gas NO2 empat kalim lebih berbahaya dari pada gas NO. Organ tubuh yang paling peka
terhadap gas NO2 adalah paru-paru, paru-paru yang terkontaminasi dengaqn NO2 akan
membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat mengakibatkan kematian. Pada
konsentrasi rendah gas NO2 juga menyebabkan iritasi pada mata yang meyebabkan mata
perih dan berair.

c) Dampak Pencemar Belerang Oksida (SOx)

Ada dua macam gas SOx yaitu gas SO2 dan gas SO3. Pembakaran menghasilkan gas SO2
lebih banyak dari pada gas SO3, namun dengan udara SO2lebih cepat membentuk SO3
sehingga gas ini akan menjadi banyak juga di nudara.

Gas SOx sangat berbahaya bagi manusia terutama pada konsentrasi di atas 0,4 ppm. Akibat
yang ditimbulkkan jika mengganggu kesehatan manusia adalah;gangguan sistem pernafasan,
karena gas SOx yang mudah menjadi asam menyerang selaput lendir pada hidung,
tenggorokan dan saluran pernafasan yang lain sampai ke paru-paru. Pada konsentrasi 1-2
ppm, bagi orang yang sensitif serangan gas SOx ini menyebabkan iritasi pada bagian tubuh
yang terkena langsung. Namun bagi orang yang cukup kebal akan terasa teriritasi pada

4
konsentrasi 6 ppm dengan waktu pemaparan singkat. Pemaparan dengan SOx lebih lama
dapat meyebabkan peradangan yang hebat pada selaput lendir yang diikuti oleh kelumpuhan
sistem pernafasan, kerusakan dinding ephitelium dan pada akhirnya diikuti oleh kematian.

d) Dampak Pencemar Hidrokarbon (HC)

Sebenarnya HC dalam jumlah sedikit tidak membahayakan kesehatan manusia, walaupun


bersifat toksik, kecuali dalam jumlah banyak di udara dan tercampur dengan bahan
pencemar lain maka sifat toksiknya akan meningkat. HC berupa gas lebih toksik dibanding
dalam wujud cairan dan padatan. Bila HC padatan (partikel) dan cairan bercampur dengan
pencemar lain akan membentuk ikatan-ikatan kimia baru yang sering disebut Polyciclic
Atomatic Hydrocarbon (PAH). PAH ini merangsang terbentuknya sel-sel kanker bila
terhisap masuk ke paru-paru, dan PAH yang bersifat karsinogenik ini banyak terdapat di
daerah industri dan daerah padat lalu lintasnya, yang bersumber utama dari gas buangan
hasil pembakaran bahan bakar fosil. Toksisitas HC aromatik lebih tinggi dari pada HC
alisiklik. Dalam keadaan gas HC, dapat menyebabkan iritasi pada membran mukosa dan
menimbulkan infeksi paru-paru bila terhusap.

e) Dampak Pencemar Partikel.

Partikel-partikel pencemar udara sangat merugikan manusia. Pada umumnya udara yang
telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran
pernapasan atas atau pneumokoniosis. Ukuran partikel yang masuk ke paru-paru akan
menentukan letak penempelan atau pengendapan tersebut, mulai dari nukuran besar 5
mikron sampai ukuran terkecil yaitu lebih kecil 1 mikron akan masuk ke dalam saluran
pernapasan dan paru-paru menempel pada alveoli dan masa inkubasinya dalam tubuh selama
2-4 tahun. Penyakit pneomokoniosis bermacam-macam tergantung dari jenis partikel debu
yang masuk ke dalam paru-paru, dan jenis yang sering dijumpai di daerah yang memiliki
banyak kegiatan industri dan teknologi yatiu: silikosis yang disebabkan pencemara debu
silika SiO2, asbestosis merupakan pencemar debu atau serat asbes terurama dari magnesium
silikat, bisinosis penyakit yang disebabkan oleh debu kapas di udara, dan antrakosis adalah
penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batubara.

f) Dampak Gas Rumah Kaca (CH4, CO2 dan N2O)

5
Apabila lapisan ozon rusak, maka sifat ozon sebagai penyaring sinar ultra violet tidak akan
berfungsi lagi, sehingga sinar ultra violet yang tidak tersaring oleh lapisan ozon akan terus
ke bumi dan merusak kulit manusia seperti iritasi dan kanker kulit. Gas rumah kaca disertai
rusaknya lapisan ozon di stratosfir menaikkan suhu bumi yang disebabkan oleh
meningkatnya jumlah karbondioksida CO2, CH4 dan N2O di udara yang biasa disebut efek
rumah kaca. Kadar CO2 pada 100 tahun yang lalu hanya sebesar 290 ppm. Setiap 40 tahun
akan terjadi perubahan iklim di muka bumi antara lain ditandai dengan naiknya suhu bumi
sebesar 0,5 oC setiap 40 tahunnya. Apabila kenaikan kadar CO2 tidak dicegah maka
bencana karena kenaikan suhu bumi dapat cepat terjadi yaitu mencairnya es yang ada di
kutub sehingga permukaan air laut naik, garis pantai akan bergeser naik sehingga tempat-
tempat yang terletak di tepi pantai akan tenggelam.

Beberapa fsikholog mengemukakan bahwa dampak dari pada efek rumah kaca ini adalah
terjadinya peningkatan emosional dan tempramental bagi manusia, seperti kurang sabar atau
cepat marah, pikiran pendek dan cepat bertindak anarkhis sehingga mengganggu ketenangan
orang lain yang pada akhirnya menyebabkan depresi, tekanan darah meningkat dan stroke.
Gejala ini secara umum penderita tidak menyadari berikut akibatnya terhadap kesehatan.

1.2 Dampak Pencemaran Udara Terhadap Lingkungan

1. Pemanasan Global

Penulis pernah melakukan perbincangan dengan beberapa manula di Kota Bukit tinggi yang
terkenal sebagai Kota yang berhawa sejuk di Sumtera Barat. Dari hasil perbincangan tersebut
dapat disimpulkan bahwa suhu udara di Bukittinggi saat ini jauh lebih hangat jika
dibandingkan dengan masa-masa sebelum kemerdekaan, sekitar 70 tahun yang lalu. Pada
masa tersebut, orang-orang tidak sanggup keluar rumah pada malam hari tanpa mengunakan
jaket atau kain sarung. Namun pada saat ini kita dapat melihat orang-orang disekitar jam
gadang hanya memakai kaos oblong sampai dini hari tanpa merasa kedinginan. Ini
merupakan salah bukti bahwa bumi makin panas atau dalam istilah yang lain disebut dengan
pemanasan global (global warming)

6
Pemanasan global (global warming) mulai menjadi topik yang sering didiskusikan sejak awal
Abad XX. Hal tersebut menarik karena telah dirasakan di berbagai belahan bumi. Data
mengenai hal tersebut juga telah banyak dikemukakan dalam berbagai buku dan media
komunikasi lainnya.

Terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan fenomena pemanasan global, antara lain
adalah semakin berkurangnya permukaan bumi yang ditutup oleh vegetasi dan perairan, yang
terjadi akibat konversi hutan dan rawa menjadi lahan permukiman. Hal ini mengakibatkan
energi matahari yang sampai ke permukaan bumi tidak diamnfaatkan oleh vegetasi atau
mebguapkan air, tatapi dipantulkan kembali dalam bentuk panas. Teori lain yang dianggap
pengaruhnya paling signifikan adalah adalah fenomena “rumah kaca”.

Istilah rumah kaca digunakan dalam dunia pertanian, yaitu rumah yang dibuat dengan atap
dan dinding terbuat dari kaca untuk melakukan penelitian di bidag pertanian. Masalah yang
terjadi dalam rumah kaca adalah ketika sinar matahari mengenai rumah kaca, maka suuhu
udara dalam rumah kaca jauh lebih tinggi dari suhu udara di luarnya. Fenomena ini juga
dapat terjadi ketika kita memarkir mobil di tempat yang terkena sinar matahari langsung,
maka ketika kita membuka pintu mobil akan terasa udara dalam kabin juah lebih panas dari
pada di luar mobil. Kondisi ini terjadi karena sinar matahari yang terdiri dari gelombang
pendek mampu menembus kaca masuk ke dalam rumah kaca. Setelah sampai di dalam rumah
kaca, sinar matahari tersebut sebagian dipantulkan kembali dalam bentuk gelombang yang
lebih panjang, yakni panas. Sinar matahari yang dipantulkan tadi dan berobah menjadi
gelombang panjang tidak mampu lagi menembus atap atau dinding kaca sehingga terkurung
dan terakumulasi dalam rumah kaca.

Fenomena rumah kaca juga terjadi dalam skala global, yakni pada bumi yang kita tempati ini.
Bumi kita secara alami diselimuti oleh berbagai jenis unsur dan senyawa kimia yang
berbentuk gas, antara lain N2, O2, CO2, CH4, NO2. Sebagian dari gas tersebut ada yang
bersifat seperti kaca (selanjutnya disebut sebagai gas rumah kaca) dalam konteks menahan
sinar matahari. Hal ini sebenarnya sangat diperlukan untuk menjaga agar Bumi kita tidak
mengalami penurunan suhu yang berlebihan pada malam hari. Beberapa dekade terakhir
konsentrasi gas yang bersifat seperti kaca tadi semakin meningkat.

7
Gambar Ilustrasi terjadinya akumulasi panas dalam rumah kaca
Sumber: http://www.plengdut.com/wp-content/uploads/2016/05/2016-05-13_182142.jpg

Gas-gas yang mengalami peningkatan secara siginifikan adalah gas Karbon Dioksida (CO 2)
dan gas metan (CH4). Akibat dari hal tersebut adalah semakin banyak panas yang terkurung
di sekitar permukaan bumi, sehingga suhu bumi meningkat.

8
Gambar Ilustrasi kejadian efek rumah kaca pada skala global Sumber:
http://1.bp.blogspot.com/-x_86_vn8tLg/VZ1XTiPvrEI/AAAAAAAABSA/Q-

M7oOlYI6M/s1600/Efek-Rumah-Kaca.jpg

Beberapa dekade terakhir konsentrasi gas yang bersifat seperti kaca tadi semakin meningkat.
Gas-gas yang mengalami peningkatan secara siginifikan adalah gas Karbon Dioksida (CO 2)
dan gas metan (CH4). Dari pemantauan yang dilakukan oleh berbagai stasiun pemantauan
atmosfer global dapat diperoleh kecenderungan peningkatan konstrasi beberapa gas rumah
kaca, antara lain Karbon Dioksida dan Metan. Akibat dari peningkatan konstrasi gas rumah
kaca di atmosfer adalah semakin banyak panas yang terkurung di sekitar permukaan bumi,
sehingga suhu bumi meningkat.

9
Gambar Tren Konsentrasi Gas Karbon Dioksida dan Metan di atmosfer Sumber:
https://energisurya.files.wordpress.com/2013/11/gambar-1c.jpg

Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer berkorelasi positip dengan peningkatan
suhu udara global yang menununjukkan kecenderungan peningkatan dari waktu ke waktu,
seperti pada gambar berikut:

10
Gambar Tren anomali temperatur udara global dalam satu abad terakhir Sumber:
https://caturratnawati10.files.wordpress.com/2015/05/suhu-naek.png

2. Kerusakan Ekosistem

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk akibat hubungan timbal balik yang
tidak dapat terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem dapat juga
dikatakan sebagai suatu tatanan kesatuan secara utuh serta menyeluruh antara unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari unit
biosistem yang melibatkan hubungan interaksi timbal balik antara organisme serta
lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju struktur biotik tertentu sehingga terjadi
siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari adalah sumber dari semua energi
yang ada dalam ekosistem biotik atau komponen tak hidup merupakan komponen fisik dan
kimia yang medium atau substrat sebagai tempat berlangsungnya kehidupan atau lingkungan
tempat hidup. Sebagian besar dari komponen abiotik memiliki beragam variasi dalam ruang
dan waktu. Komponen abiotik berupa bahan organik, senyawa anorganik, serta faktor yang
memengaruhi eksistensi dan distribusi organisme.

Gangguan ekosistem akibat pencemaran udara adalah terjadinya salam satu unsur ekosistem.
Gangguan tersebut berawal dari gangguan terhadap unsur abiotik sebagai faktor pembatas

11
yang berakhir pada gangguan unsur abiotis yang berpengaruh pada aliran energi dan siklus
materi. Gangguan terhadap unsur abiotik dapat terjadi ntara lain pada suhu, air, tanah, udara.
Gangguan pada unsur biotik dapat terjadi tingkat produsen, konsumer atau pengurai.

Gambar 2.5 Unsur dalam Suatu Ekosistem


Sumber http://makalahkita.com/wp-content/uploads/2017/04/Contoh-Makalah-IPA-
Ekosistem.jpg

a. Gangguan terhadap komponen abiotik ekosistem

Pencemaran udara dapat menjadi awal kerusakan komponen abiotik dari ekosistem. Bahan-
bahan kimia, atau energi yang masuk ke dalam udara ambien akan merubah sifat fisik dan
kimia udara. Gangguan fisik yang terjadi dapat berupa perubahan intensitas sinar matahari
yang masuk ke dalam ekosistem, perubahan suhu udara, dan perubahan kelembaban udara.
Perubahan kimia udara yang dapat terjadi antara lain adalah perubahan pH, dan perubahan
komposisi kimia udara.

Perubahan suhu pada ekosistem merupakan dampak dari efek rumah kaca yang terjadi
secara global, akibat peningkatan konsentrasi gas rumaha kaca seperti CO2 dan CH4 di

12
atmosfer. Perubahan suhu ekosistem dapat bepengaruh terhadap eksistensi dan vitalitas
berbagai komponen biotik yang memiliki batas toleransi terhadap perubahan suhu yang
sempit, (disebut dengan organisme stenotermal).

Kehadiran berbagai bahan kimia di atmosfer juga dapat merobah sifat kimia eksosistem.
Sifat kimia yang dapat berubah antara lain pH, dan kandungan bahan kimia beracun.
Perubahan pH terjadi akibat bereaksinya bahan polutan udara seperti CO 2, SO2, dan NO2
dengan uap air menjadi senyawa asam seperti asam karbonat, asam sulfat, dan asam Nitrat.
Perubahan pH akan mengeliminasi organisme yang rentan terhadap perubahan pH.
Kehadiran bahan beracun di udara seperti timah hitam (Pb) yang bersal dari pembakaran
bahan bakar premium, dapat meracuni floran dan fauna dalam sebuah ekosistem.

Bahan kimia yang ada di udara juga dapat turun ke permukaan bumi melalui proses
pengendapan atau tersuspensi dalam air hujan. Bahan kimia ini selanjutnya akan
menyebabkan pencemaran terhadap air dan tanah. Air yang tercemar akan menyebabkan
tereliminasinya organisme yang rentan. Kehilangan satu jenis organisme akan menyebabkan
terganggunya aliran energi dan siklus materi, yang pda akhirnya menyebabkan
ketidakseimbangan dalam ekosistem. Bahan kimia yang terdeposit ke dalam tanah akan
mendaur mengikuti naham kimia lain melalui vegetasi, dan sebagian akan terakumulasi
dalam biomassa. Bahan yang terakumulasi dalam biomassa dapat menyebabkan keracunan
bagi organisme herbivora.

13
Gambar Terjadinya Kerusakan Ekosistem Akibat Pencemaran Udara Sumber:
http://ilmulingkungan.com/wp-content/uploads/2014/12/hujan-asam.png

b. Gangguan terhadap flora

Flora memiliki reaksi yang besar dalam menerima pengaruh perubahan atau gangguan
akibat polusi udara dan perubahan lingkungan. Hal ini terjadi karena banyak faktor yang
berpengaruh, diantaranya spesies tanaman, umur, keseimbangan nutrisi, kondisi tanaman,
temperatur, kelembaban dan penyinaran. Beberapa contoh kerusakan yang terjadi pada
gangguan nutrisonal dan gangguan atraksional biologis adalah terjadinya penurunan
tingkatan kandungan enzym, gangguan pada respon fisiologis adalah perubahan pada sistem
fotosintesa, sedang gangguan yang nampak secara visual adalah chlorosis (perusakan zat
hijau daun/menguning), flecking (daun bintik-bintik), reduced crop yield (penurunan hasil
panen).

14
Gambar Kerusakan Flora Akibat Pencemaran Udara
Sumber: http://butane.chem.uiuc.edu/pshapley/Environmental/L24/1a.png

c. Gangguan terhadap fauna

Dampak negatif pencemaran udara terhadap fauna (hewan) tidak berbeda jauh dengan
dampak-dampak lain seperti terhadap manusia dan tumbuhan. Dampak terhadap hewan
dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Dampak secara langsung terjadi bila ada
interaksi melalui sistem pernafasan sebagaimana terjadi pada manusia. Dampak tidak
langsung terjadi melalui suatu perantara, baik tumbuhan atau perairan yang berfungsi
sebagai bahan makanan hewan. Terjadinya emisi zat- zat pencemar ke atmosfer (udara)
seperti partikulat, NOx, SO2, HF dan lain-lain yang kemudian berinteraksi dengan
tumbuhan dan perairan baik melalui proses pengendapan atau pun penempelan, akan
berpengaruh langsung terhadap vegetasi dan biota perairan hingga dapat menjalar pada
hewan- hewan melalui rantai makanan yang telah terkontaminasi zat pencemar tersebut.
Pengaruh Oksida Nitrogen (NOx) pada dosis tinggi terhadap hewan berupa terjadinya gejala
paralisis sistem syaraf dan konvulsi.

Peningkatan suhu air sebagai akibat dari pemanasan global akan menyebabkan terganggunya
kehidupan organisme yang rentan terhadap perubahan suhu (stenothermal) Salah satu contoh

15
hewan stenothrmal adalah Ikan antartika Trematomus Bernacchi. Ikan jenis ini hanya hidup

di perairan antartika yang suhunya berkisar - 20 sampai 20 celsius, bila suhu air naik ke 00C

maka laju metabolisme ikan ini akan naik sedangkan bila suhu air 1,9 0 C ikan ini tidak dapat
bergerak karena lesu oleh hawa panas

3. Penipisan Lapisan Ozon

Ozon adalah senyawa kimia yang bisa dianggap baik dan bisa dianggap merusak
lingkungan. Ozon biasa dianggap baik bila berada pada tempat yang tepat, yaitu di lapisan
stratosfer. Pada tempat ini, ozon berfungsi melindungi bumi dari terpaan sinar ultra violet
yang berlebihan dari sinar matahari. Ozon biasa dianggap sebagai bahan polutan udara bila
dia berada pada lapisan troposfer. Alasan mengapa sangat berbahaya di udara yang kita
hirup adalah bahwa sebagai oksidan yang kuat, ozon dapat merusak jaringan mukosa dan
pernapasan manusia, binatang, dan tumbuhan saat konsentrasinya di atas 50 ppb.

Gambar Lapisan Ozon yang Melindungi Bumi dari Terpaan Ultra Violet
Sumber: http://www.m-science.net/wp-content/uploads/2017/03/Gas-Yang-Menyebabkan-
Penipisan-Lapisan-Ozon.jpg

16
Fenomena yang terjadi saat ini adalah terjadinya penipisan lapisan ozon di stratosfer dan
meningkatnya keonsentrasi ozon di lapisan troposfer. Dengan kata lain ozon yang baik
semakin berkurang, tapi ozon yang jahat semakin meningkat. Perhatian tentang menipisanya
lapisan ozon di stratosfer sudah dimulai sejak tahun 70-an. Pada saat itu penipisan ozon
diduga disebabkan oleh gas NO2 yang dihasilkan oleh pesawat supersonic.

Pada dekade berikutnya, perhatian mulai tertuju pada senyawa Chloro Fluoro Carbon (CFC),
yaitu senyawa kimia sintetis yang banyak digunakan sebagai propelen pada berbagai spray
dan juga untuk pendingin ruangan. CFC merupakan senyawa kimia yang sangat stabil, tidak
mudah terbakar, tidak mudah meledak. Karena sifatnya stabil, CFC mengembara sampai
pada lapisan stratosfer, tempat ozon baik berkumpul. Pada lapisan stratosfer, ozon terkena

sinar ultra violet dengan intensitas yang tinggi, sehingga CFC melepaskan atom Cl. Atom
Cl, selanjutnya beraksi dengan salah satu atom oksigen pada Ozon menjadi CLO + O 2.
Ilustrasi rekasi penipisan lapisan ozon oleh CFC dapat digambarkan sebagai berikut:

17
Gambar Proses Kimia terjadinya Penipisan Lapisan Ozon di Stratosfer
Sumber:https://student.unud.ac.id/userfile/monikayani/file_news/e8a58b5ca7246394b6f1a0
ee9b588aea.jpg

4. Hujan Asam

Air hujan secara alami relatif bersifat asam (pH<7). Hal ini disebabkan karena secara alami
udara mengandung gas yang bisa bereaksi dengan air membentuk senyawa baru yang
bersifat asam, antara lain Gas CO2, Gas NO2, dn gas SO2. Gas CO2 bereaksi dengan air
membentuk Asam Karbonat (H2CO3), Gas NO2 membetuk Asam Nitrat (HNO3, dan Gas
SO2 membentuk asam sulfat (H2SO4).

Hujan asam adalah hujan yang banyak mengandung senyawa asam akibat reaksi bahan
pencemar udara dengan air hujan pH-nya kecil dari 5,5. Hujan asam terjadi sebagai akibat
meningkatnya knsentrasi gas CO2, Gas NO2, dan gas SO2 di atmosfer. Gas CO2 terbentuk
dari pembakaran bahan bakar yang mengandung karbon, antara lain seperti batu bara,
premim, solar, dan kayu. Gas NO2, diantaranya terbentuk saat terjadi pembakaran suhu
tinggi yang menyebabkan bereaksinya unsur Nitrogen dan Oksigen di titik pemkaran. Gas
SO2, antara lain terbentuk dari pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur, antara
lain bahan bakar fosil. Wardani (2015) menyimpulkan dari penelitian yang dilakukan bahwa
CO2 merupakan gas yang memiliki kontribusi terbesar terhadap keasaman air hujan di
Pontianak.

18
Gambar Proses terjadinya Hujan Asam Akibat Pencemaran Udara
Sumber https://media.buzzle.com/media/images-en/gallery/earth-science/pollution/516-
acid-rain.jpg

Fenomena hujan asam telah banyak terjadi pada kota-kota di Indonesia. Penelitian yang
dilakukan oleh Budiwati (2009) di Bandung menunjukkan bahwa beberapa titik pengamatan
di Kota Bandung telah mengalami hujan asam. Disamping itu, beliau juga menemukan
adanya hubungan korelasional negatif konsentrasi CO2 dengan pH air hujan, seperti
digambarkan pada grafik berikut:

19
Gambar Grafik hubungan konsentarsi CO2 di atmosfer dengan pH air hujan pada beberapa
titik pengamatan di Kota Bandung tahun 2004 (Sumber: Budiwati, 2009)

5. Gangguan Estetika Lingkungan

Kita tidak bisa mengingkari bahwa disamping membutuhkan lingkungan yang sehat, kita
juga membutuhkan lingkungan yang indah untuk dipandang, merdu didengar, dan
menyenangkan dan menyegarkan ketika dibaui. Tuntutan kita terhadap lingkungan demikian
merupakan tuntutan yang bersifat estetika lingkungan. Sugandhy, (1999) menyebutkan
bahwa ada enam wujud menyangkut estetika lingkungan, yaitu (1) terjaganya arsitektural
bangunan serta kesesuaian dengan lingkungan sekitar atau bentang alam serta ketinggian
bangunan; (2) terbinanya landscaping dengan adanya pepohonan di setiap lingkungan
perumahan dan kawasan kegiatan sesuai dengan ekosistem wilayah; (3) lingkungan
pemukiman yang bebas dari gangguan bau; (4) lingkungan pemukiman yang bebas dari
gangguan kebisingan; (5) lingkungan pemukiman yang bebas dari gangguan getaran; (6)
lingkungan pemukiman yang bebas dari gangguan radiasi.

Keindahan suatu tempat sangat berkaitan dengan kualitas udara. Kehadiran polutan di uadar
seperti partikel debu, dapat menutupi keindahan warna atap dan dinding bangunan.
Kehadiran suara bising dalam lingkungan dapat mengganggu pendengaran kemerduan dan
keindahan musik kegemaran kita. Kehadiran bau dalam lingkungan dapat menutupi wangi

20
parfum yang kita gunakan. Kehadiran getaran di lingkungan dapat mengikuti keempukan
kasur yang kita tiduri. Masih banyak keindahan dan kenyamanan lingkungan yang akan
hilang atau tertutupi akibat pencemaran udara.

Gambar berikut ini akan menegaskan bahwa kehadiran pencemaran udara dalam bentuk
asap dapat menutupi keindahan.

Gambar Asap yang menutupi keindahan Kelok 9 dan Bandara Sutan Syarif Kasim Sumber:
http://img.youtube.com/vi/iWCzQ9wwHOA/mqdefault.jpg
http://www.mcojaya.com/images/stories/pekanbaru.jpg

21
Gambar Keindahan daun tanaman hias ini tertutup oleh debu

Kehadiran polutan di udara juga dapat merusak keindahan lingkungan dengan merusak
material lingkungan. SO2, NO2, dan CO2 juga dapat meneyebabkan korosi bahan-bahan-
bahan logam atau batu yang menghiasi suatu taman. Kerusakan tersebut terjadi akibat sifat
keasaman dari gas-gas tersebut ketika berekasi dengan air. Polutan yang berbentuk partikel
juga dapat menutupi permukaan daun tanaman hias atau pohon pelindung dalam taman-
taman kota.

1.3 Analisis Resiko Pencemaran Udara


Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses
yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Bahaya (hazard) terdiri dari
senyawa biologi, kimia atau fisik yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan.
Sedangkan risiko (risk) merupakan fungsi peluang terjadinya gangguan kesehatan dan
keparahan (severity) gangguan kesehatan oleh karena suatu bahaya. Analisis risiko adalah
padanan istilah untuk risk assessment, yaitu karakterisasi efek-efek yang potensial
merugikan kesehatan manusia oleh pajanan bahaya lingkungan. Analisis risiko kesehatan
lingkungan merupakan salah satu alat untuk pengolaan risiko yang digunakan
untuk melindungi kesehatan bagi masyarakat akibat efek dari lingkungan yang buruk.
Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) merupakan proses untuk menghitung atau
memprediksi resiko kesehatan dari parameter cemaran.

Tahapan dalam ARKL adalah sebagai berikut :

a) Identifikasi bahaya (hazard indetification)

22
b) Analisis dosis (dose response assessment)

c) Analisis pajanan (exposure assessment)

d) Karakterisasi risiko(risk charcarterization)

e) Pengelolaan risiko

f) Komunikasi risiko

Contoh Analisis Risiko Pencemaran Udara


Berdasarkan perhitungan risiko pada lokasi sampel dengan tiga kali pengukuran di
jalan Diponegoro Kota Ambon didapatkan nilai RQ untuk parameter SO2 yang terendah
adalah 0,0000437 mg/Nm3 dan tertinggi adalah 0,0005 mg/Nm3. Nilai rata-rata RQ kadar
NO2 terendah 0,0022 mg/Nm3 dan yang tertinggi adalah 0,0039 mg/Nm3. Rata-rata RQ
Kadar O3 yang terendah adalah 0,0000777 mg/Nm3 dan tertinggi adalah 0,00065 mg/Nm3.
Kadar RQ Debu yang terendah adalah 0,0001 mg/Nm3 dan tertinggi adalah 0,00023
mg/Nm3. Kadar RQ Pb yang terendah yaitu 0,0000670 mg/Nm3 dan tertinggi adalah
0,00039 mg/Nm3, sedangkan untuk kadar RQ Ammonia (NH3) yang terendah yaitu 0,00133
mg/ Nm3 dan tertinggi yaitu 0,0040 mg/Nm3. RQ semua parameter pencemar udara
menunjukkan nilai < 1, ini berarti bahwa semua karyawan toko yang berada pada jalan
Diponegoro Kota Ambon dengan berat badan 55 kg aman berada di daerah tersebut dengan
laju asupan 0,83 m3/jam, selama 8 jam/hari dalam kurun waktu 250 hari/tahun serta jangka
waktu 30 tahun ke depan. Perlu diketahui bahwa nilai RQ masih dalam kategori aman tetapi
harus diwaspadai adanya perubahan iklim, kondisi alam maupun
pertumbuhan/perkembangan industri di setiap kawasan. (K U Rumselly, Analisis Risiko
Kesehatan Lingkungan, 2013. FKM UNAIR)
Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan juga bisa dilakukan dengan meminimalisir
laju asupan, waktu paparan, dan frekuensi paparan. Berikut ini hasil nilai konsentrasi dan
laju asupan yang aman bagi manusia. Pengelolaan risiko dapat dilakukan melalui 3
pendekatan yaitu: Pengelolaan risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi
penggunaan alat, bahan, dan metode, serta teknik tertentu. Contoh pengelolaan risiko dengan
pendekatan teknologi antara lain: modifikasi cerobong asap, penanaman tanaman penyerap
polutan, dll. Pendekatan sosial–ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain, efisiensi

23
proses, substitusi, dan penerapan sistem kompensasi. Pendekatan institusional dengan
menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerja sama dengan
pihak lain. Contoh pengelolaan risiko dengan pendekatan institusional antara lain: kerja
sama dalam mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah, menyampaikan
laporan kepada instansi yang berwenang, dll (Dirjen PP, 2011).

24
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan Manusia. Dampak pencemaran
saat ini merupakan masalah sangat serius yang dihadapi oleh negara-negara industri.

1. Dampak pencemar oleh gas karbonmonoksida, CO.


2. Dampak pencemar Nitrogen Oksida (Nox)
3. Dampak Pencemar Belerang Oksida (SOx)
4. Dampak Pencemar Hidrokarbon (HC)
5. Dampak Pencemar Partikel.
6. Dampak Gas Rumah Kaca (CH4, CO2 dan N2O)

Dampak Pencemaran Udara Terhadap Lingkungan

1. Pemanasan Global
2. Kerusakan Ekosistem
a) Gangguan terhadap komponen abiotik ekosistem
b) Gangguan terhadap flora
c) Gangguan terhadap fauna
3. Penipisan Lapisan Ozon
4. Hujan Asam
5. Gangguan Estetika Lingkungan

Kehadiran polutan di udara juga dapat merusak keindahan lingkungan dengan


merusak material lingkungan. SO2, NO2, dan CO2 juga dapat meneyebabkan korosi
bahan-bahan-bahan logam atau batu yang menghiasi suatu taman.

Analisis Risiko Pencemaran Udara

Analisis risiko adalah padanan istilah untuk risk assessment, yaitu karakterisasi
efek-efek yang potensial merugikan kesehatan manusia oleh pajanan bahaya lingkungan.

Tahapan dalam ARKL adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi bahaya (hazard indetification)

25
2. Analisis dosis (dose response assessment)
3. Analisis pajanan (exposure assessment)
4. Karakterisasi risiko(risk charcarterization)
5. Pengelolaan risiko
6. Komunikasi risiko

26
DAFTAR PUSTAKA

Kuat Prabowo dan Burhan Muslim. 2018. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan: Penyehatan
Udara. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Badan PPSDM
Kesehatan.

ojs.unm.ac.id, Gas Pencemar Udara Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia, Dosen Jurusan
Kimia FMIPA UNM Makassar.

https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/031717-pengendalian-dampak-kesehatan-melalui-
analisis-resiko-kesehatan-lingkungan#:~:text=Analisis%20Resiko%20Kesehatan
%20Lingkungan%20(ARKL,Analisis%20dosis%20(dose%20response%20assessment)

Rumselly, K. U. 2013. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Kualitas Udara Ambien Kota
Ambon. Skripsi. Universitas Airlangga

27

Anda mungkin juga menyukai