Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KELOMPOK 14

TEORI PRECEDE PROCCED KEMATIAN AKIBAT BAHAN KIMIA


BERBAHAYA, KONTAMINASI UDARA, AIR DAN TANAH

Dosen Pengampu : Sari Sudarmiati, S.Kp.Kep,Sp.Mat

Nama : Noselpa Wani Koaisi


NIM : 22020121183257
Kelas : B21

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pemurah dan lagi Maha
Penyayang, puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan makalah Masalah Kesehatan Gelobal yang berjudul
“Teori Precede Procced Kematian Akibat Bahan Kimia Berbahaya, Kontaminasi
Udara, Air dan Tanah ” dengan tepat.

Penyusunan makalah sudah penulis lakukan semaksimal mungkin dengan


dukungan dari banyak pihak, sehingga bias memudahkan dalam penyusunannya.
Untuk itu penulis pun tidak lupa mengucapkan terimah kasih dari berbagai pihak
yang sudah membantu kami dalam rangka menyelasikan makalah ini.

Tetapi tidak lepas dari semua itu, penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada penulis membuka
seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik atupun
sarannya demi penyempurnaan makalah ini.

Semarang, 6 Oktober 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................................1


B. Rumusan Masalah .....................................................................................3
C. Tujuan .......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Teori Precede Proceed.............................................................4


B. Pengertian Bahan Kimia Berbahaya. ........................................................8
C. Macam-macam bahan kimia .....................................................................9
D. Pengertian Udara ......................................................................................11
E. Dampak Polusi Udara ...............................................................................12
F. Gangguan Kesehatan Pencemaran Udara..................................................13
G. Polusi Air ..................................................................................................14
H. Sifat-Sifat Pencemaran .............................................................................14
I. Pencemaran Tanah ....................................................................................15
BAB III PENERAPAN TEORI PRECEDE PROCEED
A. Fase satu ( Diagnosis sosial ) ...................................................................16
B. Fase Dua ( Epidemologi ) .........................................................................17
C. Fase Tiga ( Diagnosis prilaku dan lingkungan ) ......................................18
D. Fase Empat ( Diagnosis pendidikan dan organisasi ) ..............................20
E. Fase kelima ( Diagnosis administrasi dan kebijakan) ..............................21
F. Fase keenam (Implementasi ) ...................................................................22
G. Fase ke tujuh (Proses Evaluasi) ...............................................................23
H. Fase ke delapan ( Fase evaluasi dampak ) ...............................................23

ii
I. Fase kesembilan ( Evaluasi hasil ) ...........................................................23

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................24
B. Saran .........................................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan komponen lingkungan alam yang bersama-sama
dengan komponen alam lainnya, hidup bersama dan mengelola lingkungan dunia.
Karena manusia adalah makhluk yang memiliki akal dan pikiran, peranannya
dalam mengelola lingkungan sangat besar. Manusia dapat dengan mudah
mengatur alam dan lingkungannya sesuai dengan yang diinginkan melalui
pemanfaatan ilmu dan teknologi yang dikembangkannya. Akibat perkembangan
ilmu dan teknologi yang sangat pesat, kebudayaan manusia pun berubah dimulai
dari budaya hidup berpindah-pindah, kemudian hidup menetap dan mulai
mengembangkan buah pikirannya yang terus berkembang sampai sekarang ini.
Hasilnya berupa teknologi yang dapat membuat manusia lupa akan tugasnya
dalam mengelola bumi. Sifat dan perilakunya semakin berubah dari zaman ke
zaman.
Sekarang ini manusia mulai bersifat boros, konsumtif dan cenderung
merusak lingkungannya. Kerusakan lingkungan diakibatkan oleh berbagai faktor,
antara lain oleh pencemaran. Pencemaran ada yang diakibatkan oleh alam, dan
ada pula yang diakibatkan oleh perbuatan manusia.
Pencemaran akibat alam antara lain letusan gunung berapi. Bahan-bahan
yang dikeluarkan oleh gunung berapi seperti asap dan awan panas dapat
mematikan tumbuhan, hewan bahkan manusia. Pencemaran akibat manusia
adalah akibat dari aktivitas yang dilakukannya. Lingkungan dapat dikatakan
tercemar jika dimasuki atau kemasukan bahan pencemar yang dapat
mengakibatkan gangguan pada mahluk hidup yang ada didalamnya. Gangguan
itu ada yang segera nampak akibatnya, dan ada pula yang baru dapat dirasakan

1
oleh keturunan berikutnya. Kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia di
mulai dari meningkatnya jumlah penduduk dari abad ke abad.
Populasi manusia yang terus bertambah mengakibatkan kebutuhan manusia
semakin bertambah pula, terutama kebutuhan dasar manusia seperti makanan,
sandang dan perumahan. Bahan-bahan untuk kebutuhan itu semakin banyak yang
diambil dari lingkungan. Disamping itu perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) memacu proses industrialisasi, baik di negara maju ataupun
negara berkembang. Untuk memenuhi kebutahan populasi yang terus
meningkatkan, harus diproduksi bahan-bahan kebutuhan dalam jumlah yang
besar melalui industri. Kian hari kebutuhan-kebutuhan itu harus dipenuhi. Karena
itu mendorong semakin berkembangnya industri, hal ini akan menimbulkan
akibat antara lain: 1. Sumber Daya Alam (SDA) yang diambil dari lingkungan
semakin besar, baik macam maupun jumlahnya. 2. Industri mengeluarkan
limbah yang mencemari lingkungan. Populasi manusia mengeluarkan limbah
juga, seperti limbah rumah tangga yang dapat mencemari lingkungan. 3.
Muncul bahan-bahan sintetik yang tidak alami (insektisida, obat-obatan, dan
sebagainya) yang dapat meracuni lingkungan.
Akibat selanjutnya lingkungan semakin rusak dan mengalami pencemaran.
Pencemaran lingkungan terbagi atas tiga jenis, berdasarkan tempat terjadinya,
yaitu pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah. Di Indonesia,
kerusakan lingkungan akibat pencemaran udara, air dan tanah sudah sangat kritis.
Pernah terjadi bencana lingkungan seperti sampah, banjir dan masih banyak lagi.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang jenis-jenis pencemaran dan
penyebabnya serta solusi yang ditawarkan agar kerusakan lingkungan akibat
pencemaran dapat diminimalisasi.

2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah bagaimana mahasiswa bisa
memahami penerapan Teori Precede Proceed pada Kematian Akibat Bahan
Kimia Berbahaya, Kontaminasi Udara, Air dan Tanah.

C. Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui Teori Preced Proceed.


2. Mahasiswa mengetahui apa pengertian Bahan Kimia Berbahaya,
Kontaminasi Udara, Air dan Tanah.
3. Mahasiswa bisa memahami penerapan Teori Preced Proceed pada
Kematian Akibat Bahan Kimia Berbahaya, Kontaminasi Udara, Air dan
Tanah.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Teori Precede Proceed

Preced Proceed Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green, yang


dirintis sejak tahun 1980. Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku
manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh2 faktor, yakni factor perilaku behaviour causes dan factor
diluar perilaku non-behaviour causes. Selanjutnya perilaku dipengaruhi oleh 3
faktor utama, yang dirangkum dalam akronim PRECEDE Predisposing,
Enabling, dan Reinforcing Causes in Educational Diagnosis and Evalution.
Precede ini merupakan arahan dalam menganalisis atau diagnosis dan evaluasi
perilaku untuk intervensi pendidikan promosi kesehatan. Precede adalah fase
diagnosis masalah. Sedangkan PROCEED Policy, Regulatory, Organizational
Construct in Educational and Environmantal Development atau proses yang
berlangsung dan hasilnya dari suatu program yang direncanakan yang bertujuan
untuk menjamin program yang akan dijalankan dengan tersedia sumber dayanya,
mudah diakses atau dicapai , dapat diterima secara politik atau peraturan yang
ada dan dapat di evaluasi oleh pemegang kebijakan, konsumen, dan
administrator PRECEDE PROCEED harus dilakukan secara bersama-sama
dalam proses perencanaan, pengkajian, implementasi, intervensi dan evaluasi
(Notoatmojo,2012)
Pendekataan PRECEDE PROCEED secara keseluruhan dalam
aplikasinya memiliki kelebihan dan kekurangan . menurut P. K. H. Mo and W.
W. S. Mak(2008) dalam jurnal yang berjudul application of the PRECEDE
PROCEED model to Understanding Mental Health Promoting Behaviors in
Hong Kong bahwa PRECEDE PROCEED memiliki kelebihan diantaranya
mampu :

4
1. Menyediakan gambaran untuk proses dalam memahami, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi intervensi dalam masyarakat.
2. Sebagai sebuah struktur model partisipasi , penggabungan sebuah ide dan
perlindungan terhadap masyarakat. Melalui penyediaan informasi tentang
pertanyaan isu-isu kepada individu, kelompok,dan masyarakat itu sendiri
serta memberikan pemahaman dari sejarah yang terbaik, serta maknanya.
3. Sebuah makna intervensi dalam keterlibatan masyarakat yang dibangun
berdasarkan kepemilikan mereka, memimpin dukungan masyarakat dan
keberhasilannya lebih besar karena proses evaluasi yang mendetail.
Dimana dalam intervensi berdasarkan hak setiap individu dalam
masyarakat.
4. Mempertimbangkan kebiasaan administrasi dan kebijakan yang dapat
menjadi batasan atau penentuan sebuah intrvensi area perencanaan yang
sering digunakan
5. Memasukkan evaluasi dari proses, intervensi itu sendiri, dan hasil akhir.
Evaluasi memenuhi intervensi diantaranya pengawasan dan respon dalam
kebiasaan kebutuhan masyarakat, perubahan kondisi serta penilain tercapai
kebutuhan. Kebutuhan sesungguhnya dalam menghasilkan sebuah
proyeksi.

Pendekatan precede proceed selain memiliki kelebihan diatas , model ini


juga memiliki sejumlah kekurangan. Menurut Howat et al (1997) dalam jurnal
yang berjudul the precede proceed model application to planning a Child
Pedestrian Injury Prevention Program yaitu;
1. Biaya mahal, karena akan kembali dalam setiap tipe perencanaan dengan
menggali kondisi system kesehatan jika analisis data masih belum
lengkap.
2. Aplikasi kebutuhan terbesar mungkin dari manusia dan sumber finansial
baik sebagai teknik yang detail dan waktu.

5
3. Pendekatan ini tidak memberi tekanan secara spesifik dan detail dari
perkembangan intervensi dalam masyarakat.
4. Waktu panjang karena kebutuhan data luas dan berat.

Kerangka PRECEDE PROCEED terdapat beberapa tahap, menurut


Edberg(2007:121) bahwa tahapan dimulai dari tingkat terluas pengkajian
masalah hingga ke yang lebih mengarah dan spesifik, kemudian meliputi
perencanan atau pengkajian admisnistrasi serta sumber daya masyarakat yang
terkait dengan program yang diusulkan. Selanjutnya, menerapkan dan
mengevaluasi program untuk menentukan apakah program sudah memberi
dampak sesuai yang diinginkan.
Adapun tahapannya yaitu;

1. Fase satu ( Diagnosis social )


Merupakan penekanan pada identifikasi masalah social yang berdampak
pada masyarakat. Diagnosis ini juga sebagai proses penentuan persepsi
masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Indicator yang
digunakan terkait masalah social adalah indicator social yang penilainnya
didasarkan data sensus ataupun statistik.

2. Fase kedua (Diagnosis Epidemologi)


Diagnosis epidemologi yaitu melakukan identifikasi terkait dengan asfek
kesehatan yang berpengaruh terhadap kualitas hidup. Pada fase ini dicari
factor kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup yang dapat
digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada , baik berasal dari
data lokal, regional maupun nasional. Pada fase ini diidentifikasi siapa atau
kelompok mana yang terkena masalah kesehatan (berdasarkan umur, jenis
kelamin, lokasi), bagaimana pengaruh dari masalah kesehatan tersebut
(kematian, kesakitan, ketidakmampuan, dan tanda gejala yang
ditimbulkan), bagaimana cara untuk menanggulanginya. Masalah

6
kesehatan (perawatan,pengobatan, perubahan perilaku dan perubahan
lingkungan)

3. Fase ketiga (Diagnosis perilaku dan lingkungan)


Kegiatan diagnosis terhadap factor-faktor perilaku dan lingkungan yang
berhubungan dengan masalah-masalah kesehatan yang ditunjukan pada
fase sebelumnya. Identifikasi dilakukan secara spesifik terkait masalah-
masalah kesehatan yang terkait dengan perilaku. seperti: pemanfaatan
pelayanan kesehatan (utilisasi), upaya pencegahan (prevention action),
pola konsumsi makanan (consumtion pattern), kepatuhan (compliance),
upaya pemeliharaan sendiri (self care).

4. Fase keempat ( Diagnosis Pendidikan dan Organisasi)


Mengidentifikasi kondisi-kondisi perilaku dan lingkungan yang status
kesehatan atau kualitas hidup dengan memperhatikan faktor-faktor
penyebabnya. Mengidentifikasi faktor-faktor yang harus diubah untuk
kelangsungan perubahan perilaku dan lingkungan. Merupakan target
antara atau tujuan dari program.
Ada 3 kelompok masalah yang berpengaruh terhadap perilaku, yaitu:

a. Faktor predisposisi (Predisposing factor): pengetahuan, sikap,


kepercayaan, keyakinan, nilai, dan lain-lain.
b. Faktor penguat (Reinforcing factor): perilaku tenaga kesehatan

c. Faktor pemungkin (Enabling factor): lingkungan fisik tersedia atau


tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, dan
lain-lain.

5. Fase kelima (Diagnosa Administrasi dan Kebijakan)


Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan, sumber daya dan kejadian-
kejadian dalam organisasi yang mendukung atau menghambat

7
perkembangan promosi kesehatan

6. Fase keenam yaitu Implementasi


Merupakan tindakan yang telah diprogramkan. Upaya penanggulangan
masalah tersebut adalah dengan melaksanakan tindakan preventif,
Promotif, kuratif dan rehabilitatif secara komperhensif : sosialisasi masif,
deteksi dini, program peningkatan kualitas hidup, dan meningkatkan
kemandirian masyarakat

7. Fase tujuh yaitu Proses Evaluasi,


Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah rencana atau program yang
telah dilaksanakan mencapai target atau tidak.

8. Fase delapan yaitu Evaluasi dampak langsung yang dapat diamati setelah
pelaksanaan program.

9. Fase kesembilan yaitu Evaluasi Hasil merupakan evaluasi hasil efek


jangka panjang dari program.
Pada tahap evaluasi ini diharapakan ada perubahan prilaku dan penerapan
dari perilaku hidup tidak sehat menjadi prilaku hidup sehat. Untuk
program pemerintah yang saat ini sedang berjalan dapat dievaluasi
setidaknya dalam suatu periode ( tahapan ) sesuai dengan tahapan
rancangan dan jenis program yang dibuat dalam perencanaan dan
dilaksanakan.

B. Pengertian Bahan Kimia Berbahaya.


Bahan Kimia adalah media yang mengandung unsur kimiawi yang
sensitive atau resistan terhadap kondisi lingkungan tertentu.
Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif
dan atau sensitif terhadap perubahan/kondisi lingkungan yang dengan sifatnya

8
tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi lingkungannya.
C. Macam-macam bahan kimia
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic) Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan
bahaya terhadap kesehatan manusiaatau menyebabkan kematian apabila
terserap ke dalam tubuh karena tertelan,lewatpernafasan atau kontak
lewat kulit.Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan
kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu.
Zat-zat tersebutdapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu
seperti hati, paru-paru,dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut
berakumulasi dalam tulang, darah,hati, atau cairan limpa dan menghasilkan
efek kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam
tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat.

2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)Adalah bahan kimia yangkarena reaksi


kimia dapat mengakibatkan kerusakanapabila kontak dengan jaringan tubuh
atau bahan lain.Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit,
mata, dan saluran pernafasan. Kerusakan dapat berupa luka, peradangan,
iritasi (gatal-gatal) dansinsitisasi (jaringan menjadi amat peka
terhadap bahan kimia).

9
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)Adalah bahan kimia yang mudah
bereaksi dengan oksigen dan dapatmenimbulkan kebakaran. Reaksi
kebakaran yang amat cepat dapat jugamenimbulkan ledakan.

4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)Adalah suatu zat padat atau cair atau
campuran keduanya yang karena suatu reaksikimia dapat menghasilkan
gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhuyang tinggi, sehingga
menimbulkan kerusakan disekelilingnya.Zat eksplosif amat peka terhadap
panas dan pengaruh mekanis (gesekan atautumbukan), ada yang dibuat
sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan peledak seperti trinitrotoluene
(TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat (NH4NO3).

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)Adalah suatu bahan kimia yang mungkin


tidak mudah terbakar, tetapi dapatmenghasilkan oksigen yang dapat
menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.

10
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)Adalah
bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air dengan
mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.
7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)Adalah
bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panasdan
gas yang mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif
8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)Adalah gas yang disimpan dibawah
tekanan, baik gas yang ditekan maupun gascair atau gas yang dilarutkan
dalam pelarut dibawah tekanan.
9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)Adalah bahan kimia yang
mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas
jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.Suatu bahan kimia dapat
termasuk diantara satu atau  lebih golongan di atas karenamemang
mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat.

D. Pengertian Udara
Dalam kehidupannya, manusia setiap hari melakukan pernapasan untuk
dapat melangsungkan kehidupannya. Didalam bernafas manusia melakukan dua
siklus sekaligus yaitu: pengeluaran / penghembusan udara dengan
mengeluarkan CO2 dan pemasukan / menghirup udara (O2 ). Siklus tersebut
terjadi terus menerus selama manusia hidup. Dialam bebas, diketahui penghasil
O2 adalah tumbuhan hijau yang melakukan fotosintetis.
Udara yang bersih bermanfaat untuk kehidupan manusia, namun
sebaliknya udara yang terkena pencemaran udara sangat buruk akibatnya bagi

11
kesehatan dan kehidupan makhluk hidup terutama kehidupan manusia.
Pencemaran udara tersebut sering terjadi sebagai efek negatif dari pembangunan
dinegara berkembang, industri dinegara maju, aktifitas alam dan
sebagainya.Dengan pengetahuan tentang udara bersih, sehat maka akan
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat luas.

E. Dampak Polusi Udara


Telah lebih dari dua dasawarsa ini penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) dan gangguan saluran pernafasan lain selalu menduduki peringkat
pertama dari 10 penyakit terbanyak yang dilaporkan oleh pusat-pusat pelayanan
kesehatan masyarakat seperti: Puskesmas, Klinik, dan Rumah Sakit. Diketahui
bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan saluran pernapasan
lain adalah: rendahnya kualitas udara di dalam rumah dan atau di luar rumah
baik secara biologis, fisik, maupun kimia.
Secara garis besar polusi udara dibagi menjadi partikulat dan polusi gas.
1. Partikulat
Partikulat (partikel) adalah pencemaran udara yang dapat berada bersama-
sama bahan / bentuk pencemaran lain, macam-macam partikulat:
a. Aerosol : tersebarnya partikel halus zat padat atau cairan dalam gas
atau udara.
b. Kabut (fog) : aerosol yang berupa butiran air yang berada diudara.
c. Asap (smoke) : campuran antara butir padatan dan cairan terhembus
melayang diudara.
d. Debu (dust) : aerosol yang berupa butiran melayang diudara karena
adanya hembusan angin.
e. Fume : aerosol yang berasal dari kondensasi uap logam.
f. Plume : asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri. g. Smoge :
campuran dari smoke dan fog.

12
2. Gas
a. Sulfur Dioksida (SO2 ): dihasilkan oleh batu bara, bahan bakar minyak
yang mengandung sulfur, pembakaran limbah pertanah, dan proses
dalam industri. Dampak: efek iritasi pada saluran napas sehingga
menimbulkan gejala batuk dan sesak napas.
b. Hidrogen Sulfida (H2 S): dihasilkan dari kawah gunung yang masih
aktif dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap, dapat merusak
indra penciuman (nervous olfactory)
c. Nitrogen Oksida (N2 O), Nitrogen Monoksida (NO), Nitrogen
Dioksida (NO2 ): gas-gas ini berasal dari berbagai jenis pembakaran,
gas buang kendaraan bermotor, peledak, pabrik pupuk. Efek:
mengganggu sistem pernapasan dan melemahkan sistem pernapasan
paru dan saluran napas sehingga paru-paru mudah terserang infeksi.
d. Amoniak (NH3 ): berasal dari proses industri. Amoniak menimbulkan
bau yang tidak sedap menyengat. Dan dapat menyebabkan gangguan
sistem pernapasan, bronchitis, merusak indra penciuman.
e. Karbon Dioksida (CO2 ), Karbon Monoksida (CO), Hidrokarbon:
semua hasil pembakaran menghasilkan gas ini, begitu juga proses
industri. Gas ini menimbulkan efek sistematik, karena meracuni tubuh
dengan cara pengikatan hemoglobin yang amat vital bagi oksigenasi
jaringan tubuh akibatnya apabila otak kekurangan oksigen dapat
menimbulkan kematian. Dalam jumlah kecil dapat menimbulkan
gangguan berpikir, gerakan otot, gangguan jantung.

F. Gangguan Kesehatan Pencemaran Udara


Gangguan kesehatan yang diakibatkan adanya pencemaran udara
dikelompokkan menjadi 4 yaitu:
1. Korosif : bahan pencemar bersifat merangsang terjadinya proses
peradangan pernapasan pada bagian atas.

13
2. Asfiksia : ini terjadi menyusul berkurangnya kemampuan tubuh dalam
mengikat oksigen atau berkurangnya kadar oksigen didalam tubuh.
3. Anesthesia : adalah dampak pencemaran udara yang bersifat menekan
susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan kehilangan kesadaran.
4. Toksis : dampak yang ditimbulkan adalah timbulnya gangguan pada sistem
pembuatan darah dan menyebabkan keracunan pada susunan saraf.

G. Polusi Air
Polusi air merupakan peristiwa masuknya zat, energi, unsur/komponen
lainnya di dalam air sehingga kualitas air terganggu yang mana dapat ditandai
dengan adanya perubahan bau, rasa, dan warna pada air sehingga air tidak
murni lagi.
Dikutip dalam Keputusan Menteri Negara Kepedudukan dan Lingkungan
Hidup No.02/MENLH/I/1998, yang dimaksud dengan polusi/pencemaran air
adalah masuk/dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen
lain kedalam air/udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, kurang
atau tidak dapat berfungsi lagi dengan peruntukannya

H. Sifat-Sifat Pencemaran
Air Untuk mengetahui terpolusinya air dapat diamati dengan terjadinya
perubahan-perubahan antara lain :
1. Nilai pH Keasaman dan alkalinitas pH normal air adalah 6-8 pH. Bila
terlalu rendah, maka dapat menyebabkan korosif.
2. Suhu Apabila suhu terlalu rendah, maka air akan terasa sejuk bahkan dingin
hingga sedingin es. Begitu pula sebaliknya. Akan tetapi, air biasa selalu
memiliki suhu pas di ukuran 00 celcius.
3. Warna, bau dan rasa
a. Warna Air yang terpolusi biasanya berbeda dengan warna normalnya
(jernih dan bening).

14
b. Bau Biasanya tergantung pada sumber air, dapat disebabkan oleh
bahan kimia, tumbuhan dan hewan air baik yang hidup maupun mati
(seperti bau amis dan busuk).
c. Rasa Air normal tidak mempunyai rasa, kecuali rasa asin pada air laut.

I. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia
masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi
karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas
komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke
dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat
kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah
industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal
dumping).
Ciri-ciri tanah tercemar adalah :
1. Tanah tidak subur
2. pH dibawah 6 (tanah asam) atau pH diatas 8 (tanah basa)
3. Berbau busuk
4. Kering
5. Mengandung logam berat
6. Mengandung sampah anorganik

15
BAB III
PENERAPAN TEORI PRECEDE PROCEED

A. Fase satu ( Diagnosis sosial )


Pestisida adalah zat untuk membunuh dan mengendalikan hama.
Penggunaan pestisidan yang tidak tepat dapat mengakibatkan keracunan bahkan
kematian. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahun
terjadi sekitar 25 juta kasus keracunan pestisida atau sekitar 68.493 kasus setiap
hari. Data dari WHO juga menunjukkan bahwa telah terjadi 220.000 kasus
kematian bunuh diri menggunakan pestisida.
Di negara-negara yang belum berkembang, terdapat lebih dari 60% kasus
kematian akibat pestisida. Beberapa penelitian terhadap kematian oleh pestisida
memperkirakan bahwa 330.000 orang meninggal oleh asupan pestisida yang
disengaja.
Berdasarkan riset Global Alliance On Health And Pollution (GAHP),
Indonesia menjadi negara keempat penyumbang kematian terbesar akibat polusi.
Berdasarkan riset tersebut, ada 232,9 ribu kematian di Indonesia akibat polusi
pada 2017. Masih berdasarkan hasil riset, 123,7 ribu orang meninggal akibat
polusi udara.
Secara global, polusi udara menyumbang 40 persen kematian akibat polusi
dengan angka kematian 3,4 juta pada 2017.Hasil data menunjukkan polusi
menjadi penyebab kematian akibat lingkungan terbesar di dunia. Pada 2017,
polusi menyebabkan kematian 8,3 juta orang.
Pencemaran air di Indonesia saat ini semakin memprihatinkan. Pencemaran
air dapat diartikan sebagai suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas
manusia. Perubahan ini mengakibatkan menurunnya kualitas air hingga ke
tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai

16
peruntukannya. Pencemaran air, baik sungai, laut, danau maupun air bawah
tanah, semakin hari semakin menjadi permasalahan di Indonesia sebagaimana
pencemaran udara dan pencemaran tanahPencemaran air di Indonesia sebagian
besar diakibatkan oleh aktifitas manusia yang meninggalkan limbah pemukiman,
limbah pertanian, dan limbah industri termasuk pertambangan. Asian
Development Bank (2008) pernah menyebutkan pencemaran air di Indonesia
menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun. Biaya yang akibat pencemaran
air ini mencakup biaya kesehatan, biaya penyediaan air bersih, hilangnya waktu
produktif, citra buruk pariwisata, dan tingginya angka kematian bayi.  

B. Fase Dua ( Epidemologi )


Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem dan kehidupan manusia.
Undang-undang RI No.32 tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup
pasal 1 ayat 14 menyatakan: ‘pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya
atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Berdasarkan lingkungan yang
mengalami pencemaran, secara garis besar pencemaran lingkungan
dikelompokkan menjadi pencemaran air, tanah, udara, dan pencemaran
makanan.
Berbagai macam penyakit masyarakat timbul karena terjadinya
pencemaran lingkungan (Saragih dan Sitorus, 1983; Slamet, 2000; Pomalingo
dan Ali, 2002; Mulia, 2005; Chandra, 2007). Sebagai contoh, penyakit bawaan
air seperti: diare, cholera, typhus abdominalis, hepatitis A, dan dysentrie
amoeba. Penyakit Minamata yang disebabkan oleh keracunan metil merkuri
pada masyarakat Jepang sebagai akibat mengonsumsi ikan yang berasal dari
teluk Minamata (Jepang) yang tercemar merkuri menyebabkan 41 orang
meninggal dunia dan cacat tubuh dari bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu
17
yang mengonsumsi ikan yang terkontaminasi merkuri. Tanah yang tercemar
bakteri pembuat spora seperti Clostridium tetani (penyebab penyakit tetanus),
dan Bacillus anthracis (penyabab penyakit anthrax) sangat berbahaya terhadap
kesehatan masyarakat.
Pencemaran udara oleh gas CO dapat menyebabkan kematian mendadak
karena terganggunya pernafasan. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran
udara yang efeknya lambat antara lain: bronchitis kronis, kanker paru, dan
asma. Berbagai jenis penyakit bawaan makanan, antara lain: penyakit viral
(diare, hepatitis A), bakterial (cholera, typhus abdominalis), protozoa
(dysenterie amoeba), dan metazoa (ascariasis, trichinosis, taeniasis) diderita
oleh konsumen yang mengonsumsi makanan yang terkontaminasi parasit dan
atau mikroba.

C. Fase Tiga ( Diagnosis prilaku dan lingkungan )


1. Pencemaran Udara
a. CO2 - Karbon dioksida berasal dari pabrik, mesin-mesin yang
menggunakan bahan bakar fosil ( batubara, minyak bumi ), juga dari
mobil, kapal, pesawat terbang, dan pembakaran kayu. Meningkatnya
kadar CO2 di udara jika tidak segera diubah menjadi oksigen akan
mengakibatkan efek rumah kaca.
b. CO (Karbon Monoksida) - Proses pembakaran dimesin yang tidak
sempurna, akan menghasilkan gas CO. Jika mesin mobil dihidupkan di
dalam garasi tertutup, orang yang ada digarasi dapat meninggal akibat
menghirup gas CO. Menghidupkan AC ketika tidur di dalam mobil
dalam keadaan tertutup juga berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot
dapat masuk ke dalam mobil, sehingga bisa menyebabkan kematian.
c. CFC (Khloro Fluoro Karbon) - Gas CFC digunakan sebagai gas
pengembang karena tidak bereaksi, tidak berbau, dan tidak berasa. CFC
banyak digunakan untuk mengembangkan busa (busa kursi), untuk AC
18
(Freon), pendingin pada lemari es, dan hairspray. CFC akan
menyebabkan lubang ozon di atmosfer.
d. SO dan SO2 - Gas belerang oksida (SO,SO2) di udara dihasilkan oleh
pembakaran fosil (minyak, batubara). Gas tersebut dapat bereaksi
dengan gas nitrogen oksida dan air hujan, yang menyebabkan air hujan
menjadi asam, yang disebut hujan asam
e. Asap Rokok - Asap rokok bisa menyebabkan batuk kronis, kanker paru-
paru, mempengaruhi janin dalam kandungan dan berbagai gangguan
kesehatan lainnya
2. Pencemaran Air, disebabkan oleh :
a. Limbah Pertanian. Limbah pertanian dapat mengandung polutan
insektisida atau pupuk organik. Insektisida dapat mematikan biota
sungai. Jika biota sungai tidak mati kemudian dimakan hewan atau
manusia, orang yang memakannya akan mati. Untuk mencegahnya,
upayakan memilih insektisida yang berspektrum sempit (khusus
membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradable (dapat terurai
secara biologi) dan melakukan penyemprotan sesuai dengan aturan.
Jangan membuang sisa obat ke sungai.
b. Limbah Rumah Tangga. Limbah rumah tangga berupa berbagai bahan
organik (misal sisa sayur, ikan, nasi, minyak, lemak, air buangan
manusia), atau bahan anorganik misalnya plastik, aluminium, dan botol
yang hanyut terbawa arus air. Sampah yang tertimbun menyumbat
saluran air dan mengakibatkan banjir. Pencemar lain bisa berupa
pencemar biologi seperti bibit penyakit, bakteri, dan jamur. Bahan
organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan
pembusukan, akibatnya kadar oksigen dalam air turun drastis sehingga
biota air akan mati. Jika pencemaran bahan organik meningkat, akan
ditemukan cacing Tubifex berwarna kemerahan bergerombol. Cacing ini

19
merupakan petunjuk biologis (bioindikator) parahnya limbah organik
dari limbah pemukiman
c. Limbah Industri. Limbah industri berupa polutan organik yang berbau
busuk, polutan anorganik yang berbuih dan berwarna, polutan yang
mengandung asam belerang berbau busuk, dan polutan berupa cairan
panas. Kebocoran tanker minyak dapat menyebabkan minyak
menggenangi lautan sampai jarak ratusan kilometer. Tumpahan minyak
mengancam kehidupan ikan, terumbu karang, burung laut, dan
organisme laut lainnya untuk mengatasinya, genangan minyak dibatasi
dengan pipa mengapung agar tidak tersebar, kemudian ditaburi dengan
zat yang dapat menguraikan minyak.
d. Penangkapan Ikan Menggunakan racun. Sebagian penduduk dan
nelayan ada yang menggunakan tuba (racun dari tumbuhan), potas
(racun kimia), atau aliran listrk untuk menangkap ikan. Akibatnya, yang
mati tidak hanya ikan tangkapan melainkan juga biota air lainnya.
3. Pencemaran Tanah
Pencemaran Tanah, disebabkan oleh Sampah organik dan anorganik yang
berasal dari limbah rumah tangga, pasar, industri, kegiatan pertanian,
peternakan, dan sebagainya.

D. Fase Empat ( Diagnosis pendidikan dan organisasi )

1. Factor predisposisi (Predisposing) yaitu faktor yang mempermudah dan


mendasari untuk terjadinya kematian akibat bahan kimia berbahaya,
kontaminasi udara, air dan tanah adalah kurang pengetahuan, pemahaman,
informasi mengenai dampak pencemaran bahan kimia berbahaya,
kontaminasi udara, air dan tanah.
2. Factor pendorong (Enabling factor) terjadinya pencemaran bahan kimia
berbahaya, kontaminasi udara, air dan tanah adalah kebiasaan masyarakat

20
yang buruk, perasaan tidak perduli dengan lingkungan, kebiasaan
membuang sampah. Disamping itu juga ada factor pendukung lainnya
terjadinya yaitu polusi dari asap pabrik, pembuagan limbah pabrik ke
sungai.
3. Faktor Penguat (Reinforcing factors); perilaku orang lain yang berpengaruh
yang menjadi pendorong yaitu tenaga kesehatan dan pemerintah
memberikan edukasi yang tepat, melibatkan tokoh masyarakat, dan
pimpinan-pimpinan pakbik di beri peringatan.

Adapun peraturan pemerintah yang menjadi penguat perlindungan pencemaran


bahan kimia berbahaya, kontaminasi udara, air dan tanah yaitu
a. PP No.22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
b. Mengenal B3 dan limbah B3, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Yogyakarta
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1077/Menkes/Per/V/2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang
Rumah dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Menteri Kesehatan Republik
Indonesia

E. Fase kelima ( Diagnosis administrasi dan kebijakan)


Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan, sumber daya dan peraturan yang telah
berlaku yang dapat mengurangi atau mencegah terjadinya pencemaran bahan
kimia berbahaya, kontaminasi udara, air dan tanah yaitu melalui PP No.22
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

21
F. Fase keenam (Implementasi )
Upaya pencegahan pencemaran bahan kimia berbahaya, kontaminasi udara, air
dan tanah yaitu
1. Melakukan perlindungan hutan dengan cara antara lain: menebang hutan
secara selektif, melakukan reboisasi, mencegah terjadinya kebakaran hutan,
pangadaan taman nasional, dan lain-lain.

2. Menggunakan pestisida dan pupuk sesuai dosis yang dianjurkan.

3. Mengolah limbah sebelum dibuang ke sungai atau ke saluran air yang lain.

4. Tidak membuang sampah sembarangan.

5. Melakukan proses daur ulang untuk sampah yang bisa dimanfaatkan.

Pada dasarnya ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam rangka pencegahan
pencemaran lingkungan, yaitu:
1. Secara Administratif
Upaya pencegahan pencemaran lingkungan secara administratif adalah
pencegahan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah
dengan cara mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang berhubungan
dengan lingkungan hidup. Contohnya adalah dengan keluarnya undang-
undang tentang pokok-pokok pengelolaan lingkungan hidup yang
dikeluarkan oleh presiden Republik Indonesia pada tanggal 11 Maret 1982.
Dengan adanya AMDAL sebelum adanya proyek pembangunan pabrik dan
proyek yang lainnya.

2. Secara Teknologis

22
Cara ini ditempuh dengan mewajibkan pabrik untuk memiliki unit
pengolahan limbah sendiri. Sebelum limbah pabrik dibuang ke lingkungan,
pabrik wajib mengolah limbah tersebut terlebih dahulu sehingga menjadi
zat yang tidak berbahaya bagi lingkungan.

3. Secara Edukatif
Cara ini ditempuh dengan melakukan penyuluhan terhadap masyarakat
akan pentingnya lingkungan dan betapa bahayanya pencemaran
lingkungan. Selain itu, dapat dilakukan melalui jalur pendidikan-
pendidikan formal atau sekolah

G. Fase ke tujuh (Proses Evaluasi)

Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah rencana atau program yang telah
dilaksanakanmencapai target atau tidak.

H. Fase ke delapan ( Fase evaluasi dampak )

Yaitu mengevaluasi dampak langsung yang dapat diamati setelah pelaksanaan


program.

I. Fase kesembilan ( Evaluasi hasil )

Merupakan evaluasi hasil efek jangka panjang dari program. Pada tahap
evaluasi ini diharapakan ada perubahan prilaku dan penerapan dari perilaku
hidup tidak sehat menjadi prilaku hidup sehat. Untuk program pemerintah yang
saat ini sedang berjalan dapat dievaluasi setidaknya dalam suatu
periode(tahapan) sesuai dengan tahapan rancangan dan jenis program yang
dibuat dalam perencanaan dan dilaksanakan.

23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model precede proceed adalah model partisipasif untuk menciptakan
promosi kesehatan masyarakat yang sukses dan intervensi kesehatan masyarakat
lainnya. Dimana model ini memiliki 9 langkah yaitu; diagnosis social, diagnosis
epidemologi,diagnosis perilaku dan lingkungan;diagnosis pendidikan dan
organisasi; diagnosis kebijakan dan administrasi; implementasi; evaluasi proses;
evaluasi hasil. Peran pemerintah dengan membuat peraturan yang telah berlaku
yang dapat mengurangi atau mencegah terjadinya pencemaran bahan kimia
berbahaya, kontaminasi udara, air dan tanah yaitu melalui PP No.22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

B. Saran

Diharapkan agar bisa melakukan penyuluhan dan sosialisasi yang lebih


intens terkait kematian akibat bahan kimia berbahaya, kontaminasi udara, air
dan tanah. Selanjutnya dapat meningkatkan peran dan kepedulian terhadap
pencemaran lingkungan serta lebih meningkatkan kerjasama yang baik dengan
lembaga atau instansi agar pencemaran lingkungan dapat diminimalisir secara
optimal. Bagi masyarakat diharapkan lebih menumbuhkan rasa kepedulian
kepada lingkungan.

24

Anda mungkin juga menyukai