Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN SECARA BIOLOGI

Disusun Oleh :

1. BIMO FIKRI PRATAMA PUTRA [P27833123051]


2. DENNIS APRILYA [P27833123053]
3. DHAVANDA SUPRAYOGI [P27833123054]
4. DONI PRATAMA HAMDANIYA S. [P27833123056]
5. FEBRI ANSYAH [P27833123058]
6. GUSTI EVANIA LEONA [P27833123061]
7. ILHAN BAGUS PAMUNGKAS [P27833123062]
8. ISSATIN NISAK [P27833123064]
9. JUITA PURNAMA SARI [P27833123065]
10. MOHAMMAD IRSYADUL IBAD [P27833123068]
11. MUCHAMMAD AINUR RIZAL S. [P27833123069]
12. REISYA SYAHRIN IFFA AHSANI [P27833123077]
13. SYABILA SYAFIR [P27833123082]
14. RIFQOH MAUDINA [P27833123085]

PROGRAM STUDI SANITASI PROGRAM DIPLOMA TIGA

POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., yang atas rahmat-Nya dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah berikut berisi tentang
"Pengendalian Pencemaran Secara Biologi ".
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Ekologi yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Kami sadar makalah ini jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna
bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Surabaya, 2 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………….………...................................................................... ii

DAFTAR ISI………………………………….................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………...………………………..................................................


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………....................
1.3 Tujuan…………………………………………………...……....................................
1.4 Manfaat……………………………………………………..…...................................

BAB II. ISI

2.1 Pengertian pengendalian pencemaran secara biologi


2.2 Metode biologi untuk pengendalian pencemaran
2.2.1 fitoremediasi
2.2.2 bioremediasi
2.2.3 biodegradasi

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………....................
3.2 Saran………………………………………………………………...............................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencemaran adalah masalah lingkungan yang serius dan berdampak negatif bagi
kesehatan manusia dan ekosistem. Pencemaran dapat terjadi karena berbagai zat atau polutan
yang berasal dari sumber alami atau buatan manusia. Salah satu jenis pencemaran adalah
pencemaran biologis, yaitu pencemaran yang disebabkan oleh berbagai macam mikroba
penyakit, seperti bakteri, virus, jamur, protozoa, dan lain-lain. Polutan biologis dapat mencemari
lingkungan, baik air, udara, maupun tanah, dan menyebabkan berbagai macam penyakit bagi
manusia dan hewan, seperti kolera, tifus, diare, influenza, campak, hepatitis, rotavirus, giardiasis,
dan polio .

Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas


kehidupan makhluk di sekitarnya sehingga masalah pencemaran lingkungan ini menjadi salah
satu hal yang paling krusial. Banyak pencemaran yang marak dalam kehidupan sehari-hari yang
kita temui seperti pencemaran udara, air, tanah. Semua dari pencemaran tersebut terjadi karena
beberapa faktor. Faktor penyebab dari pencemaran itu sendiri sangatlah banyak salah satunya
merupakan dari proses alam, manusia, dan faktor lainnya. Saat ini maraknya pencemaran yang
sekarang sudah mulai sulit dikendalikan utamanya setelah adanya revolusi perindustrian.
Akibatkan banyak sekali pabrik yang dibangun dan menyebabkan berbagai macam pencemaran
atau polus.

1.2. Rumusan masalah

a. Apa yang dimaksud dengan pengendalian pencemaran secara biologi?


b. Metode biologi apa sajakah yang dapat digunakan untuk pengendalian pencemaran?

1.3. Tujuan pembuatan

Memenuhi tugas mata kuliah ekologi


Mengetahui apa itu pencemaran
Menjelaskan apa saja metode biologi untuk pengendalian pencemaran

1.4. Manfaat

a. Menambah wawasan tentang pencemaran secara biologi


b. Mengetahui factor yang berhubungan dengan pencemaran secara biologi
c. Mengetahui cara pencegaham pencemaran secara biologi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENGENDALIAN PENCEMARAN SECARA BIOLOGI

Pengendalian pencemaran biologis sebagai upaya mencegah, mengurangi, atau


menghilangkan polutan biologis dari lingkungan dengan menggunakan organisme hidup lainnya
yang dapat menekan, menghambat, atau memusnahkan polutan biologis tersebut. Pengendalian
pencemaran biologis termasuk dalam pengendalian hayati atau biologi, yaitu pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan (OPT) oleh musuh alami atau agensia pengendali hayati.
Pengendalian pencemaran biologis memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

- Ramah lingkungan, karena tidak menggunakan bahan kimia yang berbahaya dan dapat
menimbulkan pencemaran sekunder.
- Hemat biaya, karena tidak memerlukan peralatan dan tenaga kerja yang mahal.
- Efektif, karena dapat menjangkau polutan biologis yang sulit dijangkau oleh metode
pengendalian lainnya.
- Berkelanjutan, karena dapat meningkatkan keseimbangan ekologis dan keanekaragaman hayati.

Pengendalian pencemaran secara biologi dapat dilakukan melalui berbagai metode, salah
satunya adalah bioremediasi. Bioremediasi adalah metode pengolahan limbah yang
menggunakan organisme biologis untuk mengurangi atau menghilangkan limbah berbahaya di
lokasi yang terkontaminasi. Teknik ini merupakan pendekatan yang paling menjanjikan dalam
mengatasi pencemaran lingkungan, terutama dalam mengolah limbah yang mengandung zat-zat
berbahaya seperti logam berat dan polutan organik. Selain itu, pengendalian secara biologi juga
dapat dilakukan melalui sistem biologis, misalnya dengan menebarkan eceng gondok untuk
membersihkan pencemaran air.

Pengendalian pencemaran secara biologi menjadi pendekatan yang ramah lingkungan dan
efektif dalam mengatasi masalah lingkungan. Metode-metode ini memanfaatkan kekuatan alam
dan organisme hidup untuk membersihkan lingkungan dari pencemaran, sehingga dapat
membantu memulihkan ekosistem yang terganggu akibat aktivitas manusia. Namun,
pengendalian pencemaran biologis juga memerlukan perhatian dan pengawasan yang ketat, agar
tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, seperti gangguan ekosistem, penyebaran
organisme asing, atau resistensi polutan biologis. Oleh karena itu, pengendalian pencemaran
biologis harus dilakukan dengan cara yang selektif, proporsional, dan terintegrasi dengan metode
pengendalian lainnya.
2.2 METODE BIOLOGI DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN

2.2.1 FITOREMEDIASI

Fitoremediasi, Fito berasal dari kata Yunani “phyto” yang berarti tumbuhan dan akhiran
Latin “remedium” yang berarti dapat menyembuhkan atau mengembalikan ke kondisi aslinya.
Sebuah teknologi yang relatif baru, dengan memanfaatkan agen hayati berupa tanaman untuk
mengurangi pencemar pada tanah, dinilai dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi
permasalahan ini . Hal tersebut dibuktikan oleh beberapa contoh penerapan fitoremediasi yang
dinilai berhasil, misalnya penggunaan bunga matahari (Helianthus annuus L.) untuk mengurangi
cesium dan strontium radioaktif pada tanah pasca bencana Chernobyl [5], atau tanaman dari
genus Brassica yang dilaporkan efektif dalam meremediasi beberapa jenis logam seperti
kemampuannya untuk menyerap 3 kali lipat Cd lebih tinggi dibandingkan jenis tanaman lain
pada umumnya, mengurangi 28% Pb dan 48% Se, serta cukup efektif untuk Zn, Hg, dan Cu .
Begitupula dengan penelitian lain yang menunjukkan hasil yang menjanjikan seperti rumput
India (Sorghastrum nutans L.) di daerah barat-tengah Amerika Serikat yang mampu mengurangi
secara efektif pestisida dan herbisida terkenal yaitu atrazine dan metalochlor ataupun Pacar Air
(Impatiens balsamina L.) yang dilaporkan dapat mengurangi hingga 48% limbah Ni di tanah [1],
limbah organik naphtalene, atau limbah elektronik dengan bantuan nanoscale zero valent iron
(nZVI) [9]. Dengan banyaknya contoh keberhasilan fitoremediasi tersebut, Rabier dkk. (2007)
dalam Adji (2018) menyatakan bahwa fitoremediasi telah diterima di beberapa negara di dunia
sebagai solusi alternatif remediasi tanah tercemar.

Melalui fitoremediasi, pencemar tanah berupa logam berat akan diimobilisasi,


didetoksifikasi, atau diakumulasi pada organ tanaman sehingga pencemar tersebut berkurang
atau tidak lagi berbahaya bagi lingkungan. Namun, tidak semua jenis tanaman dapat
dimanfaatkan sebagai agen fitoremediasi. Setidaknya ada beberapa karakteristik unggul dalam
memilih tanaman sebagai agen fitoremediasi, diantaranya mudah tumbuh dan memiliki biomassa
yang cukup besar dalam waktu singkat sehingga dapat mengakumulasi pencemar dalam jumlah
besar, memiliki sistem perakaran yang cukup panjang sehingga dapat menjangkau pencemar di
tanah, merupakan tanaman lokal yang teradaptasi pada kondisi iklim dan tanah sekitar wilayah
tercemar sehingga tidak memerlukan perawatan berlebih, serta tumbuh secara annual sehingga
dapat dipanen secara periodik jika dibandingkan dengan tanaman perennial. Dalam
penerapannya, fitoremediasi tidak hanya tentang memilih tanaman, kemudian menanamnya
begitu saja dan berharap pencemar akan hilang dengan sendirinya. Dibutuhkan pemahaman yang
komprehensif mengenai lokasi yang tercemar, jenis pencemar yang terdapat di daerah tersebut,
serta tanaman yang sesuai sehingga tujuan fitoremediasi dapat tercapai.

Ada kelebihan pasti ada kekurangan. Beberapa hal yang membatasi fitoremediasi sebagai
solusi final adalah waktu yang dibutuhkan untuk proses remediasi relatif panjang, dalam rentang
tahunan, serta hanya aplikatif pada tanah permukaan mengingat keterbatasan panjang akar dalam
menjangkau pencemar tersebut. Riset panjang masih dibutuhkan untuk menerapkan teknologi ini
secara efektif dan efisien. Walaupun demikian, hadirnya teknologi fitoremediasi ini dapat
menjadi angin segar sebagai solusi alternatif untuk mengatasi pencemaran tanah di lokasi-lokasi
tertentu secara estetis.

2.2.2 BIOREMEDIASI

Bioremediasi adalah suatu metode yang menggunakan organisme hidup, seperti mikroorganisme,
untuk membersihkan lingkungan dari kontaminan dan polutan. Metode ini melibatkan
penggunaan mikroba, seperti bakteri, fungi, dan alga, serta enzim yang dihasilkan oleh
mikroorganisme tersebut. Selama proses bioremediasi, mikroorganisme ini mendegradasi atau
mengubah struktur polutan beracun menjadi metabolit yang tidak beracun dan berbahaya.

Dalam jurnal penelitian lain berjudul "Peran Mikroorganisme dalam Bioremediasi Tanah yang
Tercemar Logam Berat dari Limbah Industri" oleh Sri Pudji Rahayu, disebutkan bahwa
mikroorganisme digunakan dalam bioremediasi adalah untuk rehabilitasi lingkungan karena
mereka dapat menghasilkan enzim yang memodifikasi struktur polutan beracun menjadi
metabolit yang tidak beracun dan berbahaya.

Keuntungan bioremediasi adalah kemampuan untuk mengatasi berbagai jenis pencemaran,


efektivitas yang relatif tinggi, serta biaya yang lebih rendah dan dampak lingkungan yang lebih
kecil dibandingkan dengan metode remediasi lainnya. Bioremediasi telah diterapkan dalam
berbagai skala, mulai dari perbaikan tanah tercemar hingga penanganan bencana alam seperti
tumpahan minyak.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia menjelaskan bahwa


bioremediasi adalah melibatkan penggunaan mikroorganisme, seperti bakteri, fungi, yeast, alga,
dan enzim yang dihasilkan oleh mikroba tersebut, untuk membersihkan atau menetralkan bahan
kimia dan limbah secara aman. Ini merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam
mengatasi masalah lingkungan.

Dalam sebuah jurnal penelitian berjudul "Bioremediasi Lumpur Alum menggunakan Aspergillus
niger dengan Penambahan Serbuk Gergaji sebagai Bulking Agent" oleh Indira Wido Primadipta
dan Harmin Sulistiyaning Titah, bioremediasi dikenal sebagai teknologi remediasi yang
menggunakan mikroorganisme dan dapat digunakan untuk menghilangkan logam aluminium.
Salah satu mikroorganisme yang mampu menghilangkan logam aluminium adalah jamur
Aspergillus niger. Bioremediasi dianggap lebih ekonomis dan ramah lingkungan dibandingkan
dengan teknik remediasi fisika dan kimia.
Mikroorganisme dipilih sebagai agen bioremediasi adalah karena kemampuannya dalam
mendegradasi atau mengubah limbah beracun menjadi tidak beracun. Dalam jurnal penelitian
lain berjudul "Peran Mikroorganisme dalam Bioremediasi Tanah yang Tercemar Logam Berat
dari Limbah Industri" oleh Sri Pudji Rahayu, disebutkan bahwa mikroorganisme digunakan
dalam bioremediasi adalah untuk rehabilitasi lingkungan karena mereka dapat menghasilkan
enzim yang memodifikasi struktur polutan beracun menjadi metabolit yang tidak beracun dan
berbahaya.

Proses bioremediasi mampu mengubah limbah menjadi tidak beracun karena enzim-enzim yang
diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi struktur polutan beracun menjadi metabolit yang
tidak beracun. Universitas Diponegoro (UNDIP) menjelaskan bahwa proses ini terjadi saat
bioremediasi berlangsung. Mikroorganisme mampu mengubah struktur polutan menjadi
metabolit yang tidak berbahaya sehingga limbah yang semula beracun menjadi tidak beracun.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prosesnya

Efektivitas bioremediasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti keanekaragaman jenis


mikroorganisme yang ada, ketersediaan kontaminan yang dapat didegradasi oleh mikroba,
kondisi lingkungan, serta konsentrasi dan toksisitas bahan pencemar. Universitas Maarif Hasyim
Latif (UMAHA) menjelaskan bahwa faktor-faktor ini memainkan peran penting dalam
menentukan keberhasilan proses bioremediasi.

1. Keanekaragaman jenis mikroorganisme:

Semakin banyak jenis mikroorganisme yang tersedia, semakin besar kemungkinan ada spesies
mikroba yang memiliki kemampuan untuk mendegradasi atau menghilangkan jenis kontaminan
tertentu. Keanekaragaman ini penting karena setiap jenis mikroorganisme memiliki kemampuan
dan spesialisasi yang berbeda dalam mengatasi polutan tertentu. Adanya keanekaragaman ini,
proses bioremediasi dapat mengoptimalkan potensi mikroorganisme untuk membersihkan
lingkungan.

2. Ketersediaan kontaminan yang dapat didegradasi oleh mikroba:

Untuk berhasil dalam bioremediasi, kontaminan yang ada di lingkungan harus dapat didegradasi
atau dihilangkan oleh mikroorganisme yang digunakan. Jika kontaminan tersebut tidak cocok
untuk diolah oleh mikroba yang ada, maka proses bioremediasi tidak akan efektif. Oleh karena
itu, penting untuk memastikan bahwa mikroorganisme yang digunakan memiliki kemampuan
untuk mengatasi jenis kontaminan yang ada di lingkungan yang akan diatasi.

3. Kondisi lingkungan:
Kondisi lingkungan, seperti suhu, pH, kelembaban, dan oksigen, mempengaruhi kemampuan
mikroorganisme dalam melakukan proses bioremediasi. Setiap jenis mikroba memiliki preferensi
kondisi lingkungan tertentu di mana mereka dapat berkembang dan aktif. Oleh karena itu,
penting untuk memperhatikan dan mengoptimalkan kondisi lingkungan agar sesuai dengan
kebutuhan mikroorganisme yang digunakan. Jika kondisi lingkungan tidak mendukung
pertumbuhan dan aktivitas mikroba, efektivitas bioremediasi dapat terganggu.

4. Konsentrasi dan toksisitas bahan pencemar:

Konsentrasi polutan atau kontaminan dalam lingkungan juga mempengaruhi efektivitas


bioremediasi. Jika konsentrasi bahan pencemar terlalu tinggi, mikroorganisme mungkin tidak
mampu mengatasinya secara efisien atau bahkan dapat mengalami kerusakan akibat toksisitas.
Selain itu, tingkat toksisitas bahan pencemar juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan aktivitas
mikroba. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan konsentrasi dan toksisitas bahan
pencemar saat merancang dan menerapkan proses bioremediasi.

2.2.3 BIODEGRADASI

Biodegradasi atau penguraian hayati adalah proses di mana bahan organik diuraikan oleh
enzim yang dihasilkan oleh organisme hidup. Istilah yang sering digunakan dalam kaitannya
dengan ekologi, pengelolaan sampah dan lingkungan proses pengobatan (bioremediation). Istilah
yang digunakan dalam ekologi untuk menggambarkan proses biokimia yang cenderung
membawakan zat organik, yang dihasilkan secara alami laings UIung ataupun motor tidak
langsung dari fotosintesis dalam zat anorganik. Biodegradasi memainkan membalikkan dengan
fotosintesis dan proses biosintesis berikutnya yang menimbulkan biomassa . Sementara
fotosintesis menghasilkan molekul organik dari molekul anorganik, mengurangi biodegradasi
molekul organik yang kompleks menjadi sederhana konstituen secara bertahap untuk akhirnya
membawa mereka ke tahap anorganik.

Fenomena biodegradasi sangat penting untuk lingkungan yang harus bebas dari sampah
dan limbah untuk membuat jalan bagi kehidupan baru. Pohon-pohon, tanaman, alga, bahwa
semua organisme fotosintetik, berkat matahari mampu menyerap karbon dioksida di atmosfer
dan menggunakannya untuk mensintesis gula, molekul organik di dasar semua zat organik
banyak di biosfer. Melalui rantai makanan, aliran zat dan energi melewati dari tanaman
( produsen ) ke herbivora ( konsumen primer ) dan dari ini ke karnivora ( konsumen sekunder ).
Mekanisme ini macet dengan cepat, tetapi, jika tidak ada pilihan terbalik, yaitu bahwa yang
membebaskan karbon dari bahan organik mati, memastikan sirkulasi materi. Kemudian proses
biodegradasi, dalam keseimbangan alam, martabat sama dengan proses fotosintesis yang
hasilnya dan pada saat yang sama, keberangkatan. Biodegradasi dilakukan oleh dekomposer,
mikro-organisme ( jamur, bakteri, protozoa ) yang tumbuh pada bahan organik mati, atau produk
limbah dari ' ekosistem . Dari sudut pandang kimia, degradasi adalah oksidasi senyawa organik.
Proses oksidasi yang paling penting adalah respirasi telepon yang memungkinkan pelepasan
karbon dioksida dan penutupan siklus biogeokimia karbon.

Jenis Limbah Sampah Plastik

Sebenarnya ada dua jenis plastik, non biodegradasi dan biodegradasi. Plastik jenis non
biodegradasi tidak dapat diurai oleh mikrob. Jika plastik ini ternaman di tanah, mikrob tak
mampu memutuskan ikatan rantai atom C-nya. Sedang plastik biodegrasi dapat diurai oleh
mikrob. Plastik ini bukan pencemar/polutan bagi tanah, dikatakan plastik ini aman lingkungan.
Smart plastic Cleaner planet. Plastik tergolong senyawa polimer, strukturnya terdiri atas rantai
atom karbon, C yang panjang, masing-masing atom C mengikat atom hidrogen, H. Selain itu,
rantai atom C mengandung atom oksigen, O. Ketika sebuah kantong plastik kita isi dengan air,
air tak dapat menerobos pori-pori plastik yang sangat kecil, jauh lebih kecil dibanding selaput
semipermeabel. Bahkan udarapun tak dapat menembus plastik. Polimer plastik ini ikatan
kimianya sangat kuat, serat polimer ini menempel ketat satu dengan lainnya.

Proses Biodegredasi Pada Plastik Biodegredasi

Plastik aman lingkungan, yaitu plastik biodegradasi, dalam proses pembuatannya menggunakan
suatu bahan yang dinamakan “Ecopure additive.” Bahan ini ditambahkan selama proses. Ecopure
adalah suatu matrik plastik, berada diantara serat plastik. Bahan ini tidak mengubah molekul
plastik. Bahan ini diperlukan agar plastik dapat diurai oleh mikrob. Plastik yang mengandung
ecopure, ramah dan aman lingkungan, tidak berbahaya, tidak beracun. Ecopure exposed plastik
ke mikrob. Ecopure bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap air sehingga terjadi akumulasi air
di sekitar serat plastik. Air agresif masuk ke matrik plastik, sehingga plastik mengembang,
memberikan peluang kepada mikrob untuk memasuki matrik plastik. Enzim mikrob memutuskan
rantai atom C, sehingga secara beruntun plastik terurai, membentuk gas CO2 dan gas metana,
yang berupa biogas.

Proses Biodegradasi Limbah Cair Senyawa Organik

Limbah yang mengandung senyawa organik dapat dirombak oleh mikrob dan dapat dikendalikan
secara biologis. Pengendalian secara biologis dapat dilakukan dengan proses aerob dan anaerob.

Pengolahan Limbah cair dengan proses Anaerobik

Proses pengolahan anaerobik adalah proses pengolahan senyawa – senyawa organik yang
terkandung dalam limbah menjadi gas metana dan karbon dioksida tanapa memerlukan oksigen.
Penguraian senyawa organik seperti karbohidrat, lemak dan protein yang terdapat dalam limbah
cair dengan proses anaerobik akan menghasilkan biogas yang mengandung metana (50-70%),
CO2 (25-45%) dan sejumlah kecil nitrogen, hidrogen dan hidrogen sulfida.
Reaksi sederhana penguraian senyawa organik secara aerob :

Sebenarnya penguraian bahan organik dengan proses anaerobik mempunyai reaksi yang begitu
kompleks dan mungkin terdiri dari ratusan reaksi yang masing- masing mempunyai
mikroorganisme dan enzim aktif yang berbeda. Penguraian dengan proses anaerobik secara
umum dapat disederhanakan menjadi 4 tahap:

Tahap pembentukan asam

Dari tahap pembentukan asam adalah hidrolisa senyawa organik baik yang terlarut maupun yang
tersuspensi dari berat molekul besar (polimer) menjadi senyawa organik sederhana (monomer)
yang dilakukan oleh enzim-enzim ekstraseluler. Beberapa senyawa organik dan enzim
pengurainya yaitu : enzim substrat produk Esterase: Lipase Gliserida (fat) Gliserol + Asam
lemak Phosphatase:Lecithinase Lecitin Choline + H3PO4 + fat Carohydrase : Fructosidase
Sucrosa Frukosa + Glukosa

Tahap Acidogenesis

Pengubahan senyawa sederhana menjadi asam organik yang mudah menguap seperti asam asetat,
asam butirat, asam propionat dan lain-lain. Dengan terbentuknya asam organik maka pH akan
terus menurun namun pada waktu yang bersamaan akan terbentuk buffer yang akan menetralisisr
pH.

Tahap Acetogenesis

Pembentukan asam dari senyawa-senyawa organik sederhana (monmer) dilakukan oleh bakteri-
bakteri penghasil asam yang terdiri dari sub divisi acids/farming bacteria dan acetogenic
bacteria. Asam propionat dan butirat diuraikan oleh acetogenic bacteria menjadi asam asetat.

Tahap Metanogenesis

Merupakan tahap dominasi perkembangan sel mikroorganisme dengan spesies tertentu yang
menghasilkan metana.Pembentukan metana dilakukan oleh bakteri penghasil metana yang terdiri
dari sub divisi acetocalstic methane bacteria yang menguraikan asam asetat menjadi metana dan
karbon dioksida.Karbon dioksida dan hidrogen yang terbentuk dari reaksi penguraian di atas,
disintesa oleh bakteri pembentuk metana menjadi metana dan air. Bakteri penghasil metana
sangat sensitif terhadap perubahan pH. Rentang pH optimum untuk jenis bakteri penghasil
metana antara 6,4 – 7,4.

Faktor Pembatas Biodegradasi

Kemampuan sel mikroorganisme untuk melanjutkan pertumbuhannya sampai minyak bumi


didegradasi secara sempurna bergantung pada suplai oksigen yang mencukupi dan nitrogen
sebagai sumber nutrien. Seorang ilmuwan bernama Dr. D. R. Boone menemukan bahwa nitrogen
tetap merupakan nutrien yang paling penting untuk degradasi bahan bakar. Selain itu keaktifan
mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti
temperatur dan pH. Kondisi lingkungan yang tidak sesuai menyebabkan mikrob ini tidak aktif
bekerja mendegradasi minyak bumi. Sebagai contoh, penambahan nutrien anorganik seperti
fosfor dan nitrogen untuk area tumpahan minyak meningkatkan kecepatan bioremediasi secara
signifikan.
BAB III

3.1 KESIMPULAN

Pendekatan biologi memiliki potensi besar dalam mengatasi permasalahan pencemaran


lingkungan. Berbagai metode biologi, termasuk penggunaan mikroorganisme dan tanaman, telah
terbukti efektif dalam membersihkan lingkungan secara alami. Penerapan teknologi biologi dapat
menjadi solusi berkelanjutan untuk mengurangi dampak pencemaran. Penggunaan bakteri atau
alga sebagai agen pengurai pencemar, serta tanaman yang memiliki kemampuan fitoremediasi,
dapat membantu menghilangkan zat-zat berbahaya dari lingkungan.

3.2 SARAN

Untuk pengembangan lebih lanjut termasuk penelitian intensif pada isolasi


mikroorganisme yang lebih efektif dalam penguraian polutan tertentu. Pengembangan teknologi
biologi yang ramah lingkungan juga perlu didorong, seperti penggunaan biofilter atau sistem
tanaman yang dioptimalkan untuk fitoremediasi. Pentingnya pendidikan dan kesadaran
masyarakat tentang keberlanjutan dan pelestarian lingkungan tidak boleh diabaikan. Kampanye
penyuluhan dan edukasi dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang peran biologi
dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan mendukung upaya pengendalian
pencemaran.Dengan demikian, melalui kombinasi strategi biologi yang canggih, penelitian
berkelanjutan, dan partisipasi aktif masyarakat, kita dapat mencapai tujuan pengendalian
pencemaran secara biologi dengan cara yang efektif dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai