Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian sumber-sumber ajaran Islam

Ajaran islam adalh pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber


dari Al-Quran yang membuat wahyu Allah dan Al-Hadis yang membuat Sunnah
Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam
(akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia
yang memenuhu syarat untuk mengembangkannya. Yang dikembangkan adalah
ajaran agma islam yang terdapt dalam al-Quran dan al-Hadis. Dengan kata lain,
yang dikembangkan lebh lanjut supayah dapat dipahami manusia adalah wahyu
Allah dan Sunnah Rasul yang merupakan agama (islam) itu. Dengan diuraian ini
jelaslah bahwa sumber agama islam atau sumber ajaran islam adalah al-quran dan
al-Hadis. Jelas pilah bahwa ajaran islam adalah ajaran yang bersumber dari agama
islam yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk
mengembangkannya. Dengan demikian, ajaran islam merupakan pengembangan
agama atau ajaran ajaran agama islam. Sumber utamanya sama yaitu al-Quran dan
al-Hadis, tetapi untuk ajaran agam islam ada tambahan atau sumber pengembangan
yaitu rakyu atau akal pikiran manusia. Dengan begitu, dalam islam ada dua ajaran
yang disebut ajaran dasar atau ajran fundamental dan ajaran tidak dasar, (tetapi
jangan dipandang tidak penting) yang disebut ajaran instrumental, ajaran yang
merupakan saranan atau alat untuk memahami ajaran dasar.

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia (1986) sumber adalah asal sesuatu.
Sumber ajaran islam adalah asal ajaran islam (termasuk sumber agama islam di
dalamnya). Allah telah menetapkan sumber ajaran islam yang wajib diikuti oleh
setiap muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam surat an-nisa (4) ayat 59 yang arti
terjemahannya (lebih krang) sebagai berikut. “ hai orang-orang yang beriman,
taatilah (kehendak) allah, taatilah (kehendak) rasul(-nya) dan (kehendak) ulil amri di
antra kamu…” menurut al-Quran surat an-nisa ayat 59 itu setiap mukmin (orang-
orang yang berfirman) wajib mengikuti kehendak Allah, kehendak Rasul, dan
kehendak ‘penguasa’ atau ulil amri (kalangan mereka sendiri. Kehendak Allah kini
kini terekam dalam al-Quran, kehendak rasul terhimpun sekarang dalam al-Hadis,
kehendak ‘penguasa’ (uli amri) termaktub dalam kitab-kitab hasil karya orang yang
memenuhi syarat karena mempunyai “kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan untuk
mengalirkan ajaran islam dari dua sumber utamnya itu yakin al-Quran dan al-Hadis
dengan rakyu atau akal pikiran.

Ketiga sumber ajaran islam ini merupakan satu rangkaian kesatuan, dengan
urutan keutamaan seperti tercantum dalam kalimat di atsa, tidak boleh dibalik. Dan
kalu dihubungkan dengan peringkat (renking)-kan masing-masing, al-quran dan al-
hadis merupakan sumber utama, sedangkan akal pikiran manusia yang memenuhi
syarat bertijtihad untuk merumuskan ajran, menentukan nilai dan moral suatu
perbuatan dan benda, merupakan sumber tambahan atau sumber pengembangan.

B. Pengertian Al-Quran

Kata Al-Quran diambil dari akar kata qara’a yang bearti mengumpulkan menjadi
satu. Qara’a berarti membaca atau menunturkan, karena dalam pembacaan atau
penuturan , huruf-huruf dan kata-kata dihimpun dan disusun dalam susunan tertentu.
Al-quran juga berarti suatu buku yang harus dibaca, sebagimana tersimpul dari
pernyataan Rasul, bahwa Al-Quran ini adalah buku bacan yayng tersebar luas di
seluruh dunia.

Secara etimologis, kata Al-Quran mengandung arti bacaan atau yang dibaca.
Lafal Al-Quran berbentuk isim masdar dengan makna “isim maf’ul”. Lafal Al-Quran
dengan arti bacaan, misalnya terdapat dalam firman Allah Qs. Al-Qiyyamah (75): 16-
18:

Artinya:

16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Quran karena


hendak cepat-cepat (menguasai) nya. 17. Sesungguhnya tas tanggungan kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. 18.
Apabila kami telah selsai membacanya maka ikutilah bacaan itu.

Kata Al-Quran digunakan dalam arti sebagai nama kitab suci yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Bilah dilafazkan dengan menggunakan alif-lam
berarti untuk keseluruhan apa yang dimaksud dengan Quran, sebagaimana firman
Allah dalam Qs. Al-israa (17):9:

Artinya:

Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjukkepada (jalan) yang lebih


Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan
amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.

Secara terminologis, definisi Al-Quran, yaitu sebagai berikut:


a. Menurut al-Zarqani, Al-Quran adalah lafal yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, dari permulaan surah al-faatihah sampai akhir surah an-
Naas.
b. Menurut Dr. Sulaiman Abdullah, Al-Quran adalah kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa Arab, riwayatnya mutawarit.
Oleh karena itu, terjemahan Al-Quran tidak disebut Al-Quran dan orang yang
mengingkarinya baik secara keseluruhan maupun bagian rinciannya,
dipandang kafir.
c. Menurut Manna al-Qathan, Al-Quran adalah dasar adama dan sumber tasyri,
sebagai hujah Allah yang cocok sepanjang zaman, yang disampaikan oleh
Rasullulah SAW kepada umatnya untuk diikuti perintahnya.
d. Menurut Suparman Usman, Al-Quran adalah kalamullah (firman Allah) yang
mengandung mukjizat diturunkan kepada Rasullulah SAW, dalam bahasa
Arab, yang diriwayatkan secara mutawatir, terhadap dalam mushaf, dan
membacanya merupakan ibadah yang dimulai dari surah al-Faatihah dan
diakhiri al-Naas.
e. Menurut Bakri Syaikh Muhammad, Al-Quran adalah firman Allah yang
diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasull melalui perantara Al-Amin.
Malaikat Jibril AS, yang termaksud dalam mushaf-mushaf yang disimpan
(dihapal) dalam dada, yang diriwayatkan kepada kita secara mutawatir dan
membacanya dianggap ibadah, yang dimulai dengan surah al-Faatihah dan di
tutup dengan surah al-Naas.
f. Menurut Safi Hasan Abu Talib, sebagaimana dikutip oleh Romli SA, Al-Quran
adalah wahyu yang ditirunkan dalam bahasa Arab dan maknanya dari Allah
SWT, melalui wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, ia
merupakan dasar dan dan sumber utama bagi syariat.

Sehubungan dengan ini Allah menegaskan dalam firmannya dalam Qs. Yusuf
(12):2:

Artinya:

Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al-Quran dengan berbahasa


Arab, agar kamu memahaminya.

g. Menurut Zkariya al-Biri sebagaimana dikutip oleh Romli S.A, Al-Quran adalah
kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Rasul-nya Muhammad SAW,
dengan lafal bahasa Arab dinukil secara mutawatir dan ditulis pada lembaran-
lembaran mushaf.
h. Menurut Subhi al-Salih Al-Quran adalah firman Allah yang bersifat/berfungsi
mukjizat (sebagai bukti kebenaran atas kenabian Nabi Muhammad). Yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang tersulis di dalam mushaf-mushaf,
yang dinukil/diriwayatkan dengan jalan mutawatir dan dipandang ibadah bagi
yang membacanya.

Berdasarkan definisi Al-Quran yang dikembangkan oleh Dr. Subhi al-Shalih di


atsa, kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nabi selain Muhammad SAW, tidak
dinamakan Al-Quran, seperti Taurat yang di turunkan kepada Nabi Musa a.s. atau
injil yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s. demikian pula kalam Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah
seperti Hadis Qudsi, tidak pula dinamakan Al-Quran.

Beberapa definisi di atas mengandung beberapa unsur yang menjelaskan


hakikat Al-Quran yaitu:

1. Al-Quran itu berbentuk lafaz. Ini mengandung arti bahwa apa yang
disampaikan Allah melalui Jibril kepada Nabi Muhammad SAW dalam bentuk
makna dan dilafazkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan ibaratnya sendiri
tindakan disebut Al-Quran.
2. Al-Quran adalah berbahasa Arab. Ini mengandung arti bahwa Al-Quran yang
dialihbahasakan kepada bahasa lain atau yang diibaratkan dengan bahasa
lain bukanlah Al-Quran.
3. Al-Quran itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Ini mengandung arti
bahwa wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi-nabi terdahulu tindakan
disebut Al-Quran.
4. Al-Quran dinukilkan secara mutawatir. Mengandung arti bahwa ayat-ayat
yang tidak dinukilkan dalam bentuk mutawatir bukanlah Al-Quran.

C. Kandungan Al-Quran sebagai sumber ajaran islam

Isi kandungan Al-Quran menurut Masyfuk Zuhdi, ada lima, yaitu.

1. Tauhid (doktirn tentang kepercayaan Krtuhanan Yang Maha Esa). Sekalipun


Adam sebagai manusia pertama dan Nabi pertama adalah seorang
monoteisme/muwahhid (percaya kepada keesaan Tuhan) dan mengajarkan
tauhid kepada keturunannya/umatnya, namun kenyataan tidak sedikit
manusia keturuannya itu yang menyimpang dari ajaran tauhid. Untuk
meluruskan kepercayaan mereka yang telah menyimpang dari Allah itu dan
untuk membimbing mereka kearah yang lurus yang diridhai oleh Allah, maka
diutuskan para Nabi/Rasul secara silih berganti.
Allah berfirman dalam Qs. An-Nahl (16):36:
Artinya: Dan sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan). “sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka
di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada
pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesehatan baginya. Maka
berjalannya kamu dimuka bumi dan perhatikan bagaimana kesudahan orang-
orang yang yang mendustakan (Raul-Rasul).
2. Janji dan Ancaman Allah
Allah menjanjikan kepada setiap orang yang beriman dan selalu
mengikuti semua petunjuknya akan mendapatkan kebahagiaan hidupnya di
dunia maupun di akhirat, dan akan dijadikan khalifah (penguasa) di muka
bumi ini.

Artinya: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara
kamu dan mengajarkan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sesungguhnya Dia
akan menggunakan bagian mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah
mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-
Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan aku. Dan
dengan siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-
orang yang fasik.

Sebaliknya Allah akan mengancam kepada siapa saja yang ingkar


kepada-Nya dan memusuhi Nabi/Rasul-Nya serta melanggra perintah-
perintah dan larangan-larangan-Nya, akan mendapatkan kesengsaraan
hidupnya baik di dunia dan di akhirat. Allah berfirman dalam Qs. At-Taubah
(9):67-68:
Artinya: Orang-orang munafik laki-laki dan permpuan. Sebagimana dengan
sebagai yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang Munkar
dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan
tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. Allah
mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang
kafir dengan neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka
itu bagi mereka, dan Allah melaknat mereka, dan bagi mereka azab yang
kekal.
3. Ibadah
Tujuan hidup manusia di dunia ini adalah beribadah kepada Allah
SWT, sebagaimana firman Allah dalam Qs. Adz-Dzaariyaat (51):56:

Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-ku.
Pengertian ibadah menurut islam adalah cukup luas, sebab tidak
hanya terbatas kepada shalat, puasa, haju dan semacam itu, tetapi semua
human activity yang dilakukan oleh manusia dengan motivasi/niat yang baik
seperti untuk mencari keridhaan Allah, semuanya dipandang ibadah. Ibadah
bagi manusia berfungsi sebagai menifestasi rasa syukur kepada Allah SWT
atas sebagai nikmat dan karunia yang telah diberikan kepadanya dan sebagai
realisasi (bukti) keimanannya kepada Allah SWT.
4. Jalan dan cara mencapai kebahagian
Setiap manusia yang beriman pasti bercita-cita ingin mendapatkan
kebahagian hidupnya di dunia maupun di akhirat. Allah SWT dalam Al-Quran
telah memberikan petunjuk-Nya bahwa manusia harus menempuh jalan
lurus-jalan yang diriha’I oleh Allah SWT, dengan cara menghayati dan
mematuhi segala aturan agama yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan
Rasul-Nya.
5. Cerita-cerita/ Sejarah-sejerah Umat Manusia Sebelum Nabi Muhammad
SAW.
Cerita-cerita di ungkapkan dalam Al-Quran dengan tujuan sebagai berikut:
a. Agar dijadikan pelajaran oleh umat Nabi Muhammad SAW bagaimana nasib
orang yang taat kepada Allah dan bagaimana nasib umatr yang ingkar
kepada-Nya.
b. Sebagai hiburan bagi Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau, agar
Nabi dan sahabat-sahabatnya tetap bertegur hati/tidak berkecil hari dalam
menghadapi segala macam hambatan dan tantangan dalam menjalankan
dakwah islamiah.

D. Keistimewaan AI-Quran

Ciri-ciri khas dan keistimewaan Al-Quran sebagai berikut:

1. Lafadz dan maknanya dating dari Allah dan disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan jalan wahyu. Nabi tidak
boleh mengubah baik klimat maupun pengertiannya selain dari
menyampaikan seperti apa yang diterimanya. Oleh karena itu, tidak boleh
meriwayatkan Al-Quran dengan makna, dan dengan demikian maka Al-
Quran berada dengan hadis baik hadis Qudshi maupun Hadis Nabawi,
karena keduanya merupakan ungkapan kalimat dari Nabi dan merupakan
perkataan Nabi yang diwahyukan Allah kepadanya,
Demikian juga halnya dengan tafsir Al-Quran sekalipun berbahasa Arab,
tidak boleh dinamakan Al-Quran, karena kalimat-kalimat tafsir sekalipun
sesuai lafadz dan maknanya dengan Al-Quran merupakan kreasi pada
ahli tafsir, bukan kalam Allah yang maha agung.
2. Bahwa Al-Quran diturunkan dengan lafasz dan gaya bahasa Arab, seperti
yang difirmankan Allah dalam sunah az-Zukhruf (43):3:

Artinya: Sesungguhnya kami menjadikan Al-Quran dalam bahasa Arab


supaya kamu memahami(nya).

Qs. Fush Shilat (41):3:

Artinya: Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakin bacaan dalam bahasa


Arab, untuk kaum yang mengetahui.

Qs. Asy-Syu’araa (26):194-195:


Artinya: Ke dalam hatimu (Muhammad) agara kamu menjadi salah
seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa
Arab yang jelas.

3. Bahwa Al-Quran disampaikan/diterima dengan jalur tawatur yang


menimbalkan kenyakinan dan kepastian tentang kebenarannya. Adapun
yang hafal dalam hati, dibukukan dalam mushaf dan disebarkan ke
seluruh negeri Islam bertubi-tubi, tanpa berbeda dan digunakan di
dalamnya, baik ayat maipun susunannya. Allah berfirman dalam surah al-
Hijr (15):9:

Artiunya: Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan Al-Quran dan


segalanya kami benar-benar memeliharanya.

E. Keutamaan mempelajari dan memahami AI-Quran


 Keutamaan Al-Quran sebagai berikut:
1. Orang yang membaca Al-Quran berarti bercakap-cakap dengan Allah. Hal
ini sebagaimana terdapat dalam Hadis Rasullulah SAW: “Barang siapa
yang ingin bercakap-cakap dengan Allah maka hendaklah ia membaca Al-
Quran”
2. Orang yang bekerja dan mengajar Al-Quran adalah sebaik-baik orang. Hal
ini sebagaimana dijelaskan dalam Hadis Rasullulah SAW: “ Sebaik-baik
kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Quran”.
3. Orang yang ingin bertemu Allah hendaklah ia memulihkan orang
membaca Al-Quran. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Hadis
Rasullulah SAW: “Barang siapa yang mengharapkan bertemu dengan
Allah, Rasullulah SAW ditanya, siapa mereka itu wahai Rasullulah? Beliau
menjawab, mereka adalah orang-orang yang membaca Al-Quran. Ingatlah
siapa yang memulaikan mereka, sungguh telah menghina Allah dan Allah
akan memasukannya ke neraka.
4. Orang yang merahi membaca Al-Quran, akan berada di surge bersama
para Rasul. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Hadis Rasullulah SAW:
“Orang yang membaca Al-Quran lagi pandai, nanti akan memperoleh
tempat di dalam surge bersama para Rasul yang mulia dan baik. Dan
orang yang membaca Al-Quran kurang pandai dan berbataibata serta
tampak berat lidahnya, maka ia kan memperoleh dua pahala.”
 Keutamaan Membaca Al-Quran
a. Al-Quran akan memberikan syafaat kepada pembacanya pada hari
kiamat, hal ini berdasarkan Hadis Rasullulah SAW: “Bacalah All-Quran,
karena ia akan dating pada hari kiamat memberikan syafaat
(pertolongan) kepada orang yang membacanya: (HR.Muslim)
b. Orang yang berjalan dan menjalankan Al-Quran adalah orang yang
terbaik, sebagaimana dijelaskan dalam Hadis Rasullulah SAW:
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan
mengajarkannya.” (HR.Bukhari)
c. Orang yang membaca Al-Quran akan mendapat pahala yang besar,
hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Hadis Rasullulah SAW: “Barang
siapa yang membaca satu huruf dalam Al-Quran, maka baginya satu
kebijakan, dan kebijakan itu dibalas dengan sepuluh pahala, tidaklah
aku berkata alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu
huruf, dan mim satu huruf”. (HR.Tirmidzi)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mempelajarai agama islam merupakan Fardhu’ain, yakni kewajiban pribadi setiap


muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan
oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok
masyarakat. Sumber ajaran agama islam terdiri dari sumber ajaran islam primer dan
sekunder. Sumber ajran agama islam primer terdiri dari Al-Quran dan As-Sunnah
(hadist) sedangkan sumber ajaran agama islam sekunder adalahijtihad.

Kemudian, mengenai sumber-sumber hokum islam dapat kita simpulkan bahwa


segala sesuatu yang berkenaan dengan ibadah, muamalah, dan lain sebagainya itu
berlandaskan Al-Quran yang merupakan Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad secara mutawatir dan diturunkan melalui malaikat Jibril dan
membacanya di nilai sebagai ibadah, dan Al-Sunnah sebagai sumber hokum yang
kedua yang mempunyai fungsi untuk mempelajari isi kandungan Al-Quran dan lain
sebagainya.

B. Saran

Sebagai umat muslim kita harus mengamalkan dan menjalankan Al-Quran dan
Al-Sunnah sebagai pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari yang merupakan
sumber dari hokum agama islam dan sekaligus dapat membuat kita bahagia baik itu
di sunia dan di akhirat nanti. Agar hidup yang kita jalani lebih sempurna dan
mempunyai tujuan hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Dr, Mardani. 2017. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi.


Depok: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai