Anda di halaman 1dari 23

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN MASALAH KARDIOVASKULER

DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
Martha Soli Kadi
Adriana Eka Puspita Prabila
Noselpa Wani Koaisi

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

2022

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerah-Nya Konsep asuhan
keperawatan gerontic dengan masalah kardiovaskuler ini dapat selesai.
Adapun tujuan penyusunan asuhan keperawatan ini adalah untuk memenuhi tugas
perkuliahan Gerontik. Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan konsep asuhan ini
masih terdapat banyak kekurangan, karena itu kami sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran
yang membangun sebagai evaluasi demi penyempurnaan asuhan keperawatan ini selanjutnya.
Semoga laporan Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 05 September 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia adalah mereka yang telah berusia 65 tahun ke atas. Masalah yang biasa
dialami lansia adalah hidup sendiri, depresi, fungsi organ tubuh menurun dan mengalami
menopause. Status kesehatan lansia tidak boleh terlupakan karena berpengaruh dalam penilaian
kebutuhan akan zat gizi. Ada lansia yang tergolong sehat, dan ada pula yang mengidap penyakit
kronis. Di samping itu, sebagian lansia masih mampu mengurus diri sendiri, sementara sebagian
lansia sangat bergantung pada “belas kasihan” orang lain. Kebutuhan zat gizi mereka yang
tergolong aktif biasanya tidak berbeda dengan orang dewasa sehat. Namun penuaan sangat
berpengaruh terhadap kesehatan jika asupan gizi tidak dijaga
system kesehatan merupakan suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia
untuk meningkatkan kemampuan mempunyai derajat kesehatn yang optimal sebagai
perwujudan kesejahteraan umum. Dalam visi Indonesia sehat 2010 gambaran masyarakat
Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui masyarakat ialah yang ditandai dengan
hidup dalam perilaku sehat yang memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata.
Asuhan kepearwatan lansia dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan,
pengawasan, perlindungan, dan pertolongan kepada lanjut usia secara individual maupun
kelompok , seperti dirumah / lingkungan keluarga panti werda maupun puskesmas yang
diberikan oleh perawat.
Tujuan asuhan keperawatan lansia adalah agar lansia dapat melakukan kegiatan sehari –
hari secara mandiri, menolong dan merawat klien lansia yang menderita penyakit atau
mengalami gangguan tertentu, mencari upaya semaksimal mungkin agar klien lansia yang
menderita suatu penyakit masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu
suatu pertolongan.
Penyebab kematian karena penyakit jantung , pembuluh darah pada saat ini menduduki
urutan pertama pada lanjut usia, selanjutnya kanker dan ketiga stroke. Kerjasama lintas program
dan lintas sektoral dalam pembinaan lansia belum mantap. Oleh karma itu perlu peran serta
masyarakat dalam pembinaan lanjut usia perlu dikembangkan secara optimal.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
secara umum makalah ini dibuat untuk mempelajari lebih dalam tentang konsep asuhan
keperawatan gerontik terhadap masalah kardiovaskuler yang bertujuan untuk memenuhi
tugas dan menerapkan konsep materi keperawatan gerontik.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui konsep asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami gangguan kardiovaskuler.
b. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami
gangguan kardiovaskuler.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Lanjut Usia
1. Pengertian lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari
60 tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan
lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang
ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi
stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup
serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).
2. Batasan lansia
Departemen Kesehatan RI (dalam Mubarak et all, 2006) membagi lansia sebagai
berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
c. Kelompok usia lanjut (65 tahun >) sebagai senium
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang
mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke
atas”.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria
berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-
74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas
90 tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama (fase
inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase
presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia. d.
Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): > 65
tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga
batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80
tahun) (Efendi, 2009).
3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Menurut Mubarak et all (2006), perubahan yang terjadi pada lansia meliputi
perubahan kondisi fisik, perubahan kondisi mental, perubahan psikososial, perubahan
kognitif dan perubahan spiritual.
a. Perubahan kondisi fisik meliputi perubahan tingkat sel sampai ke semua organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genitourinaria, endokrin dan
integumen.
1) Keseluruhan
Berkurangnya tinggi badan dan berat badan, bertambahnya fat-to-lean body mass
ratio dan berkuranya cairan tubuh.
b. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang elastis karena
menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa, kulit pucat dan terdapat bintik-
bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke kulit dan menurunnya sel-sel yang
memproduksi pigmen, kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh, pada
wanita usia > 60 tahun rambut wajah meningkat, rambut menipis atau botak dan warna
rambut kelabu, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya. Fungsi kulit sebagai
proteksi sudah menurun
1) Temperatur tubuh
Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
diakibatkan oleh rendahnya aktifitas otot.

2) Sistem muskular
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang, pengecilan otot akibat
menurunnya serabut otot, pada otot polos tidak begitu terpengaruh.
3) Sistem kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% per tahun. Berkurangnya cardiac output, berkurangnya heart rate
terhadap respon stres, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah
meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer, bertaTn.
Sanjang dan lekukan, arteria termasuk aorta, intima bertambah tebal, fibrosis.
4) Sistem perkemiha
Ginjal mengecil, nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50 %, filtrasi glomerulus menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang
akibatnya kurang mampu mempekatkan urin, BJ urin menurun, proteinuria, BUN
meningkat, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, kapasitas kandung kemih
menurun 200 ml karena otot-otot yang melemah, frekuensi berkemih meningkat,
kandung kemih sulit dikosongkan pada pria akibatnya retensi urin meningkat,
pembesaran prostat (75% usia di atas 65 tahun), bertambahnya glomeruli yang
abnormal, berkurangnya renal blood flow, berat ginjal menurun 39-50% dan
jumlah nephron menurun, kemampuan memekatkan atau mengencerkan oleh
ginjal menurun.
5) Sistem pernafasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas
cilia, berkurangnya elastisitas paru, alveoli ukurannya melebar dari biasa dan
jumlah berkurang, oksigen arteri menurun menjadi 75 mmHg, berkurangnya
maximal oxygen uptake, berkurangnya reflek batuk.
6) Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar menurun,
asam lambung menurun, waktu pengosongan lambung menurun, peristaltik
melemah sehingga dapat mengakibatkan konstipasi, kemampuan absorbsi
menurun, produksi saliva menurun, produksi HCL dan pepsin menurun pada
lambung.
7) Rangka tubuh
Osteoartritis, hilangnya bone substance.
8) Sistem penglihatan
Korne lebih berbentuk sferis, sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang pengamatan sinar
(daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat cahaya gelap),
berkurangnya atau hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang
(berkurangnya luas pandangan, berkurangnya sensitivitas terhadap warna yaitu
menurunnya daya membedakan warna hijau atau biru pada skala dan depth
perception).

9) Sistem pendengaran
Presbiakusis atau penurunan pendengaran pada lansia, membran timpani menjadi
atropi menyebabkan otoklerosis, penumpukan serumen sehingga mengeras karena
meningkatnya keratin, perubahan degeneratif osikel, bertambahnya obstruksi tuba
eustachii, berkurangnya persepsi nada tinggi.
10) Sistem syaraf
Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel kortikol, reaksi
menjadi lambat, kurang sensitiv terhadap sentuhan, berkurangnya aktifitas sel T,
hantaran neuron motorik melemah, kemunduran fungsi saraf otonom.
11) Sistem endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun, berkurangnya ATCH, TSH, FSH dan
LH, menurunnya aktivitas tiroid akibatnya basal metabolisme menurun,
menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon gonads yaitu
progesteron, estrogen dan aldosteron. Bertambahnya insulin, norefinefrin,
parathormon.
12) Sistem reproduksi
Selaput lendir vagina menurun atau kering, menciutnya ovarie dan uterus, atropi
payudara, testis masih dapat memproduksi, meskipun adanya penurunan
berangsur-angsur dan dorongan seks menetap sampai di atas usia 70 tahun, asal
kondisi kesehatan baik, penghentian produksi ovum pada saat menopause.
13) Daya pengecap dan pembauan
Menurunnya kemampuan untuk melakukan pengecapan dan pembauan,
sensitivitas terhadap empat rasa menurun yaitu gula, garam, mentega, asam,
setelah usia 50 tahun.
c. Perubahan kondisi mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Dari
segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman
dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu
penyakit atau takut diterlantarkan karena tidak berguna lagi. Faktor yang
mempengaruhi perubahan kondisi mental yaitu:
1) Perubahan fisik, terutama organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8) Kehilangan hubungan dengan teman dan famili
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
d. Perubahan psikososial
Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja mendadak
diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila ia cukup beruntung
dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk pensiun dengan menciptakan minat untuk
memanfaatkan waktu, sehingga masa pensiun memberikan kesempatan untuk
menikmati sisa hidupnya. Tetapi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari
lingkungan dan teman-teman yang akrab dan disingkirkan untuk duduk-duduk di
rumah. Perubahan psikososial yang lain adalah merasakan atau sadar akan kematian,
kesepian akibat pengasingan diri lingkungan sosial, kehilangan hubungan dengan
teman dan keluarga, hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan konsep diri
dan kematian pasangan hidup.
e. Perubahan kognitif
Perubahan fungsi kognitif di antaranya adalah:
1) Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan
tugas tugas yang memerlukan memori jangka pendek.
2) Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.
3) Kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan menetap bila tidak
ada penyakit.
f. Perubahan spiritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler: universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara
memberikan contoh cara mencintai dan keadilan

B. Sistem Kardiovaskuler
1. Pengertian
Sistem kardiovaskuler sering disebut sebagai sistem transportasi tubuh atau sistem
peredaran darah. Sistem ini memiliki tiga komponen utama, yaitu jantung, pembuluh darah,
dan darah. Jantung dan pembuluh darah memberikan oksigrn dan nutrient setiap sel hidup
yang perlukan untuk bertahan hidup. tanpa fungsi jantung kehidupan akan berakhir.
penurunan fungsi system kardiovaskuler (KV) telah memiliki dampak system yang lainnya.
namun, pada kondisi tanpa penyakit yang berat jantung lansia mampu untuk menyediakan
suplai darah yang mengandung oksigen secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Penyakit pada system kardiovaskuler yang sering terjadi pada lansia umumnya adalah
hipertensi, congestive heart failure (CHF), aritmia,

2. Anatomi dan Fisiologi


Sistem kardiovaskuler sering disebut sebagai sistem transportasi tubuh atau sistem
peredaran darah. Sistem ini memiliki tiga komponen utama, yaitu jantung, pembuluh darah,
dan darah.
a) Jantung
Jantung merupakan organ tubuh yang paling berperan di dalam sistem kardiovaskuler.
Fungsi jantung adalah memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Lokasi
jantung sendiri berada di dekat paru-paru. Tepatnya di bagian kiri tengah dada.
Jantung terdiri dari 3 lapis yaitu :
a. Pericardium (lapisan luar) Merupakan lapisan pembungkus jantung yang terdiri dari
jaringan ikat.
b. Miokardium (lapisan tengah) Merupakan selaput jantung yang terdiri dari 3
macam otot yaitu: atrium, ventrikel, dan serat khusus
c. Endokardium (lapisan dalam) Lapisan dalam jantung yang berhubungan langsung
dengan ruangan dalam jantung terdiri dari jaringan epitel.
b) Pembuluh darah
a. Pembuluh darah jantung
Pada dinding jantung terdapat pembuluh darah yang memberikan makanan
terhadap otot jantung.
b. Pembuluh darah yang masuk
 Vena cava
Darah yang masuk ke atrium kiri keseluruh tubuh mengandung co2.
 Vena pulmonalis
Darah masuk ke atrium kiri yang berasal dari paru-paru mengadung o2.

c. Pembuluh darah yang masuk keluar


 Aorta
Darah keluar dari ventrikel kiri ke seluruh tubuh, mengandung o2.
 Arteri pulmonalis
Darah keluar dari ventrikel kanan ke paru-paru mengandung co2
c) Darah
Darah terdiri atas plasma (55% dari volume darah) dan sel (45%). Serum darah atau
plasma terdiri dari :
Air : 91%
Protein : 8% (albumin, globulin, protrombin, dan fibrinogen).
Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor,
magnesium, dan besi.
Sisanya diisi oleh sejumlah bahan organic yaitu : glucose, lemak, urea, asam urat,
kreatinin, kolesterol dan asam amino. Plasma juga terdiri dari: gas oksigen dan
karbondioksida, hormone-hormon, enzim dan antigen. Sel darah terdiri atsa eritrosit,
leukosit, dan trombosit.

3. Penyakit system kardiovaskuler yang sering terjadi pada lansia.


1) Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darahpersisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya diatas 90
mmhg.( smith tom, 1995 ) menurut who, penyakit hipertensi merupakan
peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmhg dan
atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmhg ( kodim nasrin, 2003 ).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmhg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmhg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmhg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap
lebih serius dari peningkatan sistolik ( smith tom, 1995 ).
b. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
- Elastisitas dinding aorta menurun
- Katub jantung menebal dan menjadi kaku
- Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
- Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
- Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
- Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
 Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi
 Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
✓ Umur ( jika umur bertambah maka td meningkat )
✓ Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
✓ Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
 Kebiasaan hidup
kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
✓ Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
✓ Kegemukan atau makan berlebihan
✓ Stress
✓ Merokok
✓ Minum alcohol
✓ Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

- Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :


▪ Ginjal ▪ Kelainan endokrin
▪ Glomerulonefritis ▪ DM
▪ Pielonefritis ▪ Hipertiroidisme
▪ Nekrosis tubular akut ▪ Hipotiroidisme
▪ Tumor ▪ Saraf
▪ Vascular ▪ Stroke
▪ Aterosklerosis ▪ Ensepalitis
▪ Hiperplasia ▪ SGB
▪ Trombosis ▪ Obat – obatan
▪ Aneurisma ▪ Kontrasepsi
▪ Emboli kolestrol oral
▪ Vaskulitis ▪ Kortikosteroid

c. Tanda dan gejala


Menurut rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas,
gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun
d. Klasifikasi
 Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( darmojo, 1999 ) hipertensi
dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmhg dan / atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmhg. Hipertensi sistolik
terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmhg dan tekanan
diastolik lebih rendah dari 90 mmhg.
 Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu : hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder yaitu
hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.

e. Pemeriksaan penunjang
 Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan (
viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
 BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
 Glukosa
 Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan
hipertensi )
 Kalium serum
 Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (
penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
 Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
 Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
 Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
 Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
 Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
 Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
 Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
 IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
 Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantung
 CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
 EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi
f. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan
penyakit hipertensi meliputi :

• Terapi tanpa Obat


Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
ini meliputi :
✓ Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr.
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
- Penurunan berat badan
- Penurunan asupan etanol
- Menghentikan merokok
✓ Latihan FisikLatihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai
empat prinsip yaitu : Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain

• Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
✓ Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
✓ Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

• Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )


Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

• Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.
2) Congestive heart failure (CHF)
a. Pengertian
CHF adalah ketidak mampuan jantung memompa kardiak output secara
adekut untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. CHF bukanlah suatu
penyakit, tetapi ia merupakan faktor presipitasi dari beberapa gejala.
beberapa fktor yang berkontribusi adalah usia, rheumatic heart disease,
valvular heart disease, aritmia, renal disease, DM, tirotoksikosis, miocard
infark, cardiomyopathy, emboli paru, infeksi, anemia, emosional stress, dan
gaya hidup. usia berhubungan dengan kardiovaskular dan perubahan ginjal
yang berdampak pada gejala klinik CHF dan respon pengobatan termasuk
penurunan ginjal dan system aliran darah. meningkatnya kekakuan arteri dan
tahanan perifer, berkurangnya pengembangan ventrikel dan berkurangnya
kapasitas aerobik. pada lansia, ketidakmampuan menjaga fungsi dikarenakan
kongestif paru dan jantung dapat mengakibatkan siklus aktifitas yang
menurun dan menurunkan kemampuan melakukan perawatan diri.
b. Etiologi
1. Kerusakan otot jantung, misalnya pada:
 Penyakit jantung koroner.
 Miokaditis.
 Kardiomiopati.
 Defisiensi vitamin misalnya, penyakit beri-beri.
2. Pembebanan terhadap ventrikel
3. Hambatan pengisian ventrikel, misalnya pada miocard infark, pericarditis
konstriktifa.

c. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala gagal Tanda dan gejala gagal jantung
jantung kiri: kanan:
1. Paroxysmal nocturnal 1. Lelah yang memuncak pada sore
dispneu, ortopneu. hari.
2. Pernafasan cheyne 2. Kesulitan konsentrasi.
stokes. 3.
3. Udema paru. 4. Hepar membesar.
4. Batuk, wheezing. 5. Anoreksia, muntah, dan distensi
5. Fungsi ginjal abdominal.
menurun. Edema tungkai dan asites
6. Lemah dan mudah
lelah.
Crackles pada
auskultasi paru

d. Klasifikasi
klas defenisi
I Tidak ada keluhan pada akivitas sehari-hari
II Kelhan timbul pada aktivitas sehari-hari dan keluhan hilang bila istirahat
III Keluhan timbul pada aktivitas ringan. tetapi keluhan hilang pada istirahat
IV Kelhan timbul pada isirhat
e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah sesuai dengan prinsip:
 Istirahat, pengaturan posisi yang nyaman dan pemberian oksigen.
 Cari sebab dab faktor pencetus
 Diet rendah garam dan batasi cairan
 Mengurangi retensi cairan dengan kolaborasi pemberian diuretika
 Meningkatkan kontraktilitas jantung ( inotropik ) dengan digitalis
 Menurunkan bban kerja jantung dengan pemberian vasodilator
f. Pemeriksaan penunjang
 Foto torak: pembesaran jantung, adanya edem paru
 EKG: kenaikan segmen st/t menunjukan penyebab gagal jantung
 Enzim SGOT dan SGPT: peningkatan pada gagal jantung
 Elektroli, bun, kreatinin meningkat: penurunan fungsi ginjal
 AGD: untuk menilai keadekuatan PO2 menurun, PCO2 meningkat, pH
menurun
3) Aritmia
a. Pengertian
Gangguan irama jantung atauaritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada infark miokardium.aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi
dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau
otomatis (doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-
sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan
bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (price, 1994).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung
tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (hanafi, 1996).
b. Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
 Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditiskarena infeksi)
 Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
 Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat
anti aritmia lainnya
 Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
 Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi
kerja dan irama jantung
 Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
 Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
 Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
 Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
 Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung)
c. Tanda dan gejala
 Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ), nadi mungkin tidak teratur,
defisit nadi, bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun, kulit pucat, sianosis, berkeringat, edema, haluaran urin menurun
bila curah jantung menurun berat.
 Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
 Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
 Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi
nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
 Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
d. Klasifikasi
 Sinus takikardi meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang
penting pada ECG adalah : laju gelombang lebih dari 100 x per menit,
irama teratur dan ada gelombang p tegak disandapan i,ii dan avf.
 Sinus bradikardi penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang
terpenting pada ecg adalah laju kurang dari 60 permenit, irama teratur,
gelombang p tgak disandapan i,ii dan avf.
 Komplek atrium premature impul listrik yang berasal di atrium tetapi di
luar nodus sinus menyebabkan kompleks atrium prematur, timbulnya
sebelu denyut sinus berikutnya. Gambaran ecg menunjukan irama tidak
teratur, terlihat gelombang p yang berbeda bentuknya dengan gelombang
p berikutnya.
 Takikardi atrium suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh
suatu kompleks atrium prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat
nodus av.
 Fluter atrium. Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium.
Depolarisasi atrium cept dan teratur, dan gambarannya terlihat terbalik
disandapan II,III dan atau aVF seperti gambaran gigi gergaji
 Fibrilasi atrium Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda
dan atau daerah reentri multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom
sinus sakit

 Komplek jungsional premature

 Irama jungsional

 Takikardi ventrikuler
e. Pemeriksaan Penunjang
 EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit
dan obat jantung.
 Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien
aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi
pacu jantung/efek obat antidisritmia.
 Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
 Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu
gerakan dinding dan kemampuan pompa.
 Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan
yang menyebabkan disritmia.
 Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat mnenyebabkan disritmia.
 Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
 Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
 Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
 GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
2. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual
muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
Tanda dan gejala gagal jantung kiri:
-Paroxysmal nocturnal dispneu, ortopneu.
-Pernafasan cheyne stokes.
-Udema paru.
-Batuk, wheezing.
-Fungsi ginjal menurun.
-Lemah dan mudah lelah.
-Crackles pada auskultasi paru.
Tanda dan gejala gagal jantung kanan:
- Lelah yang memuncak pada sore hari.
- Kesulitan konsentrasi.
- Hepar membesar.
- Anoreksia, muntah, dan distensi abdominal.
- Edema tungkai dan asites
 Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
 Riwayat kesehatan keluarga
Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup
jantung, hipertensi.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Delta Agustin. 2015. Pemberian Massage Punggung Terhadap Kualitas Tidur Pada
Asuhan Keperawatan Ny.U dengan Stroke Non Haemorogik di Ruang
Anggrek II RSUD dr. Muwardi Surakarta. Surakarta : Karya Tulis Stikes
Kusuma Husada.
Depkes. 2009. Pedoman Nasional Penanggulangan Hipertensi. Jakarta.
Dinas Kesehatan Sleman. 2013. Kesehatan Usia Lanjut. http://dinkes.slemankab.
go.id/kesehatan-usia-lanjut. Dikutip pada tanggal 27 April 2016.
Herbert Benson, dkk. 2012. Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta: Gramedia.
Huda Nurarif & Kusuma H,. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Jogja: Medi
Action.
Kaplan N, M. 2010. Primary Hypertension: Patogenesis, Kaplan Clinical
Hypertension. 10th Edition: Lippincot Williams & Wilkins, USA.

Herdman,  Heather.  2010.  Diagnosis  Keperawatan:  Definisi  dan  Klasifikasi  2009-
2011.Jakarta : EGC

Hidayat.  2009.  Konsep  Personal  Hygiene  diakses  dalam  http://hidayat2.wordpress.com
diakses tanggal 18 Juli 2013

PPNP-SIK STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. 2012. Buku Evaluasi Mahasiswa 

KeperawatanGerontik. Yogyakarta: STIKES ‘Aisyiyah

Wilkinson, Judith M. 2007,Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai