HIPERTENSI
Penyusun :
Puji syukur ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN
HIPERTENSI“ dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penyusunan tugas ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik II.
Dengan segala kerendahan hati Penulis selaku penyusun tugas ini menyadari bahwa tugas ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas yang serupa dimasa yang
akan datang.
Demikian, Semoga segala yang tertulis di dalam tugas ini bermanfaat, selebihnya mohon
maaf yang sebesar-besarnya
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lansia adalah mereka yang telah berusia 65 tahun ke atas. Masalah yang biasa dialami
lansia adalah hidup sendiri, depresi, fungsi organ tubuh menurun dan mengalami
menopause. Status kesehatan lansia tidak boleh terlupakan karena berpengaruh dalam
penilaian kebutuhan akan zat gizi. Ada lansia yang tergolong sehat, dan ada pula yang
mengidap penyakit kronis. Di samping itu, sebagian lansia masih mampu mengurus
diri sendiri, sementara sebagian lansia sangat bergantung pada “belas kasihan” orang
lain. Kebutuhan zat gizi mereka yang tergolong aktif biasanya tidak berbeda dengan
orang dewasa sehat. Namun penuaan sangat berpengaruh terhadap kesehatan jika
asupan gizi tidak dijaga
Di Indonesia, prevalensi penyakit degeneratif sangat rentan terkena pada lansia.
Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan meningkat sebanyak 7,2% dari
estimasi tahun 2010. Data tahun 2007-2010 menunjukkan bahwa sebanyak 81,5%
penderita hipertensi menyadari bahwa bahwa mereka menderita hipertensi, 74,9%
menerima pengobatan dengan 52,5% pasien yang tekanan darahnya terkontrol
(tekanan darah sistolik). Sekitar 69% pasien serangan jantung, 77% pasien stroke, dan
74% pasien congestive heart failure (CHF) menderita hipertensi dengan tekanan darah
>140/90 mmHg. Hipertensi menyebabkan kematian pada 45% penderita penyakit
jantung dan 51% kematian pada penderita penyakit stroke pada tahun 2008 (WHO,
2013).
2. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi
3. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan lansia dengan
hipertensi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun
(Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual (Efendi, 2009).
B. Batasan Lansia
Departemen Kesehatan RI (dalam Mubarak et all, 2006) membagi lansia
sebagai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
c. Kelompok usia lanjut (65 tahun >) sebagai senium
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur
yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2
yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun ke atas”.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat
kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat
tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama
(fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun,
ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65
hingga tutup usia. d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut
usia (geriatric age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu
sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old
(75-80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (Efendi, 2009). Manfaat Kompres
Hangat
2) Sistem muskular
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang, pengecilan otot
akibat menurunnya serabut otot, pada otot polos tidak begitu terpengaruh.
3) Sistem kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% per tahun. Berkurangnya cardiac output, berkurangnya
heart rate terhadap respon stres, kehilangan elastisitas pembuluh darah,
tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer, bertaTn. Sanjang dan lekukan, arteria termasuk aorta, intima
bertambah tebal, fibrosis.
4) Sistem perkemiha
Ginjal mengecil, nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50 %, filtrasi glomerulus menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurang mampu mempekatkan urin, BJ urin menurun,
proteinuria, BUN meningkat, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat,
kapasitas kandung kemih menurun 200 ml karena otot-otot yang melemah,
frekuensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan pada pria
akibatnya retensi urin meningkat, pembesaran prostat (75% usia di atas 65
tahun), bertambahnya glomeruli yang abnormal, berkurangnya renal blood
flow, berat ginjal menurun 39-50% dan jumlah nephron menurun,
kemampuan memekatkan atau mengencerkan oleh ginjal menurun.
5) Sistem pernafasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktifitas cilia, berkurangnya elastisitas paru, alveoli ukurannya melebar dari
biasa dan jumlah berkurang, oksigen arteri menurun menjadi 75 mmHg,
berkurangnya maximal oxygen uptake, berkurangnya reflek batuk.
6) Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar
menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan lambung menurun,
peristaltik melemah sehingga dapat mengakibatkan konstipasi, kemampuan
absorbsi menurun, produksi saliva menurun, produksi HCL dan pepsin
menurun pada lambung.
7) Rangka tubuh
Osteoartritis, hilangnya bone substance.
8) Sistem penglihatan
Korne lebih berbentuk sferis, sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya
respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang
pengamatan sinar (daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah
melihat cahaya gelap), berkurangnya atau hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang (berkurangnya luas pandangan, berkurangnya
sensitivitas terhadap warna yaitu menurunnya daya membedakan warna
hijau atau biru pada skala dan depth perception).
9) Sistem pendengaran
Presbiakusis atau penurunan pendengaran pada lansia, membran timpani
menjadi atropi menyebabkan otoklerosis, penumpukan serumen sehingga
mengeras karena meningkatnya keratin, perubahan degeneratif osikel,
bertambahnya obstruksi tuba eustachii, berkurangnya persepsi nada tinggi.
10) Sistem syaraf
Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel kortikol, reaksi
menjadi lambat, kurang sensitiv terhadap sentuhan, berkurangnya aktifitas
sel T, hantaran neuron motorik melemah, kemunduran fungsi saraf otonom.
11) Sistem endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun, berkurangnya ATCH, TSH, FSH
dan LH, menurunnya aktivitas tiroid akibatnya basal metabolisme menurun,
menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon gonads yaitu
progesteron, estrogen dan aldosteron. Bertambahnya insulin, norefinefrin,
parathormon.
12) Sistem reproduksi
Selaput lendir vagina menurun atau kering, menciutnya ovarie dan uterus,
atropi payudara, testis masih dapat memproduksi, meskipun adanya
penurunan berangsur-angsur dan dorongan seks menetap sampai di atas usia
70 tahun, asal kondisi kesehatan baik, penghentian produksi ovum pada saat
menopause.
13) Daya pengecap dan pembauan
Menurunnya kemampuan untuk melakukan pengecapan dan pembauan,
sensitivitas terhadap empat rasa menurun yaitu gula, garam, mentega, asam,
setelah usia 50 tahun.
c. Perubahan kondisi mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis,
timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut,
merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut diterlantarkan karena
tidak berguna lagi. Faktor yang mempengaruhi perubahan kondisi mental yaitu:
1) Perubahan fisik, terutama organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8) Kehilangan hubungan dengan teman dan famili
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
d. Perubahan psikososial
Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja
mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila
ia cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk pensiun dengan
menciptakan minat untuk memanfaatkan waktu, sehingga masa pensiun
memberikan kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi banyak pekerja
pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab dan
disingkirkan untuk duduk-duduk di rumah. Perubahan psikososial yang lain
adalah merasakan atau sadar akan kematian, kesepian akibat pengasingan diri
lingkungan sosial, kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga, hilangnya
kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan konsep diri dan kematian pasangan
hidup.
e. Perubahan kognitif
Perubahan fungsi kognitif di antaranya adalah:
1) Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan
kecepatan dan tugas tugas yang memerlukan memori jangka pendek.
2) Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.
3) Kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan menetap bila
tidak ada penyakit.
f. Perubahan spiritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler: universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak
dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan
D. Hipertensi
Pengertian Hipertensi
Tekanan darah yaitu jumlah gaya yang diberikan oleh darah di bagian dalam
arteri saat darah dipompa ke seluruh sistem peredaran darah. Tekanan darah tidak
pernah konstan. Tekanan darah dapat berubah drastis dalam hitungan detik dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan pada saat itu (Herbert Benson,dkk,2012).
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah penyakit
kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada arteri.
Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi
berkaitan dengan meningkatnya tekanan pada arterial sistemik baik diastolik
maupun sistolik atau kedua-duanya secara terus-menerus (Sutanto,2010).
E. Klasifikasi Hipertensi
WHO (World Health Organization) dan ISH (International Society of Hypertension)
mengelompokan hipertensi sebagai berikut:
Kategori Tekanan darah Tekanan darah
sistol (mmHg) diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (hipertensi ringan) 140-149 90-99
Sub group (perbatasan) 150-159 90-94
Grade 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
Sub-group (perbatasan) 140-149 <90
F. Jenis Hipertensi
Menurut Herbert Benson, dkk, berdasarkan etiologinya hipertensi dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik) adalah hipertensi yang
tidak jelas penyebabnya. Hal ini ditandai dengan terjadinya peningkatan kerja
jantung akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Lebih dari 90% kasus
hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Penyebabnya adalah multifaktor,
terdiri dari faktor genetik, gaya hidup, dan lingkungan.
b. Hipertensi sekunder, merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
sistemik lain
yaitu, seperti renal arteri stenosis, hyperldosteronism, hyperthyroidism,
pheochromocytoma, gangguan hormon dan penyakit sistemik lainnya (Herbert
Benson, dkk, 2012).
c. Gejala Hipertensi
Gejala-gejala hipertensi, yaitu: sakit kepala, mimisan, jantung berdebar-
debar, sering buang air kecil di malam hari, sulit bernafas, mudah lelah, wajah
memerah, telinga berdenging, vertigo, pandangan kabur. Pada orang yang
mempunyai riwayat hipertensi kontrol tekanan darah melalui barorefleks tidak
adekuat ataupun kecenderungan yang berlebihan akan terjadi vasokonstriksi perifer
yang akan menyebabkan terjadinya hipertensi temporer (Kaplan N.M, 2010).
d. Patofisiologi Hipertensi
Peningkatan curah jantung dapat terjadi melalui 2 cara yaitu peningkatan
volume cairan (preload) dan rangsangan syaraf yang mempengaruhi kontraktilitas
jantung.
1. Pathway Hipertensi
Perubahan
struktur
Penyumbatan pembuluh
darah
vasokonstriks
i
Gangguan
sirkulasi
otak
Gangguan pola
tidur
Sumber : Huda Nurarif & Kusuma H., (2015)
2. Komplikasi Hipertensi
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terkena tekanan darah.
b. Dapat terjadi infrak miokardium apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
c. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomelurus. Dengan rusaknya glomelurus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna.
Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang interstisium di seluruh
susunan saraf pusat (Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
3. Cara Pencegahan Hipertensi
a. Penurunan berat badan
b. Mengurangi tingkat stress
c. Olahraga
d. Mengontrolkan diri rutin jika mempunyai riwayat hipertensi keturunan(Huda
Nurarif & Kusuma H, 2015).
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viscositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
3) Glukosa: hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat di akibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa: darah, protein, glucosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
adanya DM.
b. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. RKG: dapat menunjukan pola regangan dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan ginjal.
e. Photo dada: menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
5. Penatalaksanaan Hipertensi
Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Penanganan secara farmakologi
Pemberian obat deuretik, betabloker, antagonis kalsium, golongan penghambat
konversi rennin angiotensi(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
b. Penanganan secara non-farmakologi
1) Pemijatan untuk pelepasan ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi darah,
dan inisiasi respon relaksasi. Pelepasan otot tegang akan meningkatkan
keseimbangan dan koordinasisehingga tidur bisa lebih nyenyak dan sebagai
pengobat nyeri secara non-farmakologi.
2) Menurunkan berat badan apabila terjadi gizi berlebih (obesitas).
3) Meningkatkan kegiatan atau aktifitas fisik.
4) Mengurangi asupan natrium.
5) Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol (Widyastuti, 2015).
BAB III
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. D
TTL : Blora, 02 Februari 1946
J.K : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Jl. Mayang II – Pondok Kelapa
Pendidikan terakhir : SMP
Status perkawinan : Kawin
Diagnosa medis : Hipertensi
B. KEBIASAAN SEHARI-HARI
Tidak berolahraga semenjak tidak bisa melihat
Tidak merokok, dahulu menjadi perokok pasif, karena ayah merokok
Tidak konsumsi alkohol
Tidak pernah konsumsi NAPZA
Mandi sekarang hanya 2x sehari, pagi dan sebelum shalat magrib
Oral hygiene dilakukan dengan menyikat gigi (odol dan sikat gigi tersedia, 2x sehari,
pagi dan malam hari sebelum tidur
Kebersihan kuku bergantung pada orang lain
Tidur malam 7-8 jam
Tidur siang 2-5 jam
Sebelumnya klien mengaku sulit tidur karena sakit kepala dan leher terasa tegang
X X X
X
F. TANDA-TANDA VITAL
Temperatur : 36.80C
Respirasi : 17x/menit, dalam, spontan, penggunaan otot bantu nafas (-)
Nadi : 66x/menit, teraba kuat, reguler
Tekanan darah : 170/90 mmHg
Pengkajian nyeri, metode PQRST : nyeri kepala skala 6, saat ini nyeri muncul
aktivitas terganggu, nyeri muncul bersamaan dengan tekanan darah yang tinggi, nyeri
tidak selalu munul/ hilang timbul, biasanya hilang/ menurun dalam beberapa jam
sampai 1 hari, terasa ringan ketika diberi balsem, dan dipaksakan tidur
G. KEADAAN UMUM
Kelelahan (-)
Perubahan BB (-)
Perubahan nafsu makan (-)
Demam (-)
Keringat di malam hari (-)
Kesulitan tidur (-)
Frekuensi influensa : 2-3 x dalam 1 tahun
H. PEMERIKSAAN FISIK
Kulit : tampak ada kemerahan karena garukkan di leher belakang dan lengan
atas, memar (-), rambut putih, kuku tidak terlalu jernih dan mudah patah, proses
penyembuhan luka cepat
Kepala dan leher : nyeri kepala (+), distensi vena jugular (-)
Mata : kehilangan daya pengelihatan, terkadang terasa sedikit nyeri,
pandangan terlihat putih semua, kornea terlihat sedikit lebih menonjol, Mempengaruhi
kegiatan sehari- hari, klien tidak dapat beraktifitas seperti sebelumnya terutama
aktivitas yang membutuhkan pengelihatan
Telinga : terjadi sedikit penurunan sensitivitas dalam mendengar,
selebihnya tidak ada masalah
Hidung dan sinus : tidak ada masalah
Mulut dan tenggorokkan : karies gigi (+), makanan umumnya terasa tawar.
Pernafasan : Suara nafas vasikuler, tidak ada bunyi suara nafas tambahan
(ronchi, wheezing), irama regular, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan.
Cardovascular : Tekanan darah tinggi, Capillary refill
< 3 detik, nadi normal 66 x/ menit, akral hangat, nyeri dada (-), palpitasi, nafas pendek
(-), dispneau (-), paroxymal nokturnal dyspneau (-), ortopneau (-), murmur (-), edema
(-), S1 dan S2 terdengar, claudication (+) yaitu nyeri kepala, distensi vena jugular (-).
Gastrointestinal : Tidak ada distensi abdomen, bising usus 12x/ menit
Perkemihan : tidak ada keluhan BAK dan BAB
Organ reproduksi wanita : tidak ada masalah
Muskuloskeletal : badan sudah tampak sedikit bungkuk, selebihnya tidak tampak
masalah
General nervous system : nyeri kepala (+), keseimbangan klien sedikit terganggu
karena kehilangan pengelihatan, daya ingat menurun, beberapa memori jangka pendek
saat ini sering menghilang, tetapi memori jangka panjang klien masih baik.
Psikososial : klien khawatir dan ketakutan ketika mengingat kematian
Pemeriksaan fisik tambahan : pupil tidak dapat dinilai karena lensa dan kornea tampak
keruh, sklera anikterik +/+, refleks patella (+/+), refleks achilles (+/+), refleks tricep
(+/+), refleks biceps (+/+), refleks babinski (+/+), refleks radial (+/+), konjungtiva
ananemis (+/+)
Jenis nasi
Jenis : senam
Keterangan:
a.130 : Mandiri
1 Berpindah mandiri 3
tidak mampu 0
dibantu 2 orang 1
tidak mampu 0
perlu pertolongan 0
kadang kontinen 1
inkontinen 0
kadang kontinen 1
inkontinen/kateter 0
7 Mandi mandiri 1√
8 Berpakaian mandiri 2√
sebagian dibantu 1
9 Makan mandiri 2√
sebagian dibantu 1
perlu pertolongan 1√
tidak mampu 0
SKOR TOTAL 17
Criteria :
Mandiri : 20
Ketergantungan sedang : 9 – 11
Ketergantungan berat : 5 – 8
Total :0–4
I. Pengkajian Status Mental Gerontik dengan Short Portable Mental Status Questioner
(SPMSQ)
Score 7
Interprestasi :
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang √
Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
Klien mengalami kerusakan intelektual sedang
Interpretasi
< 5 = Normal
5-10 =Depresi Ringan
>10 = Depresi Berat
Tidak 0
0
1. Riwayat jatuh tiga bulan terakhir? Ya 25
Tidak 0
15
2. Apakah memiliki > 1 penyakit/ ada diagnosa sekunder? Ya 15
30
Katagori :
N. Pengkajian spiritual
Agama dan Tuhan sangat penting bagi klien
Sumber kekuatan hanya Allah dan para petugas panti yang membantu klien
Praktek keagamaan sangat penting bagi klien
Keadaan saat ini agak menyulitkan klien untuk beribadah mengaji, karena sudah tdk
bs melihat
Pakaian panjang diperlukan untuk pelaksanaan ibadah
O. Data laboratorium
Tidak terdapat data hasil lab ataupun data penunjang lainnya dari catatan pasien, dan
sudah lama tidak melakukan pemeriksaan lab atau pemeriksaan penunjang
ANALISA DATA
Kolaborasi K:
- Membantu
- Kolaborasi mengurangi rasa nyeri
pemberian pasien
analgetik, (misal,paracetam
ol)
Edukasi
- Anjurkan Kolaborasi
beraktivitas fisik sesuai
toleransi -untuk pemberian
artiatitmia berkolaboasi
- Anjurkan
beraktivitas fisik secara dengan dokter
bertahap
-agar pasien lebih
mengetahui detail tentang
penyakitnya
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian antiaritmia, jika
perlu
- Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA