Anda di halaman 1dari 24

Mata Kuliah : Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

Dosen : Hidayat, S.KM, M.Kes

Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan pada Tempat


Pembuagan Akhir (TPA) Terjun Kecamatan Medan Marelan

OLEH

Asmarani

PO714221191.054

DIV.IIIB

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN SANITASI LINGKUNGAN

PRODI SARJANA TERAPAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah, saya bisa
menyelesaikan tugas “Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan pada Tempat
Pembuagan Akhir (TPA) Terjun Kecamatan Medan Marelan” sebagai tugas mata
kuliah ADKL. saya juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang
bersangkutan yang telah memberikan bimbingannya kepada saya.

Saya menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengarapkan
kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan tugas ini.

Saya juga memohon maaf apabila dalam penyelesaian tugas ini terdapat
kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam
memahami tujuan saya.

Sengkang, 10 Juni 2022

Asmarani

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Identifikasi masalah yang terdapat di TPA Terjun............................... 4


B. Prioritas Masalah yang ditimbulkan dari aktifitas di sekitar TPA........ 8
C. Analisis dari perkiraan dampak yang timbul dari TPA Terjun........... 12
D. Upaya Pengendalian terhadap masalah yang ada pada TPA.............. 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 17
B. Saran..................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 18

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan suatu tempat akhir
yang digunakan untuk mengumpulkan semua sampah kota. Saat ini TPA
yang berada di sebagian besar kota di Indonesia masih menerapkan sistem
open dumping, yaitu suatu cara pembuangan sederhana dimana sampah
hanya dihamparkan pada suatu lokasi dan dibiarkan terbuka. Cara ini tidak
direkomendasikan karena banyaknya potensi pencemaran lingkungan.
Dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah juga dinyatakan bahwa penanganan sampah dengan pembuangan
terbuka terhadap pemrosesan akhir dilarang. Tetapi TPA yang telah
dirancang dan disiapkan sebagai lahan uruk saniter dengan mudah berubah
menjadi sebuah TPA sistem open dumping bila pengelola TPA tersebut
tidak konsekuen menerapkan aturan-aturan yang berlaku (Damanhuri,
1995).
Tercemarnya udara di sekitar TPA menyebabkan kesehatan
lingkungan terganggu, terutama meningkatnya penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA). Data dari Puskesmas Desa Terjun menyatakan
bahwa penyakit ISPA dengan jumlah kasus sebanyak 2137 berada di
urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak selama tahun 2015.
Di sekitar TPA Terjun banyak pemulung yang bekerja dengan cara
mengumpulkan barang-barang bekas yang masih bisa terpakai untuk dapat
dijual kembali. Kegiatan yang bergerak dalam sektor informal ini
dipengaruhi oleh sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di Indonesia,
yang pada umumnya terdiri dari sistem pengumpulan, sistem pemindahan,
sistem pengangkutan dan sistem pembuangan akhir. Pemulung termasuk
pekerja sektor informal yang sampai saat ini belum mendapatkan

1
pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. Kondisi lingkungan kerja
para pemulung berada di lingkungan terbuka sehingga kondisinya
berhubungan langsung dengan sengatan matahari, debu, dan bau dari
sampah. Dengan kondisi tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan
atau penyakit akibat kerja seperti ISPA, alergi kulit, pilek, pusing, dan
infeksi kulit (Kurniawati, 2006).
Melalui survei awal yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
salah satu dari pemulung yang telah bekerja selama 12 tahun di TPA
Terjun sudah merasa sangat biasa apabila mengalami keluhan kesehatan
yang berkaitan dengan pernapasan seperti batuk, flu, nyeri dada, dan lain
sebagainya. Pemulung tersebut tidak merasa khawatir akan kesehatan yang
berkaitan dengan pernapasannya. Dalam sehari para pemulung biasanya
dapat menghabiskan waktu bekerja sekitar 9 jam dalam sehari di TPA
tersebut tanpa menggunakan masker. Puncak kegiatan para pemulung di
TPA Terjun diperkirakan terjadi pada waktu siang hari. Sehingga apabila
dilihat dari segi waktu kerja yang cukup lama hal ini sangat berpengaruh
terhadap kesehatan para pemulung terutama kesehatan yang berkaitan
dengan saluran pernapasan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diambil rumusan


masalah sebagai berikut :

1. Apa saja yang menjadi identifikasi masalah pada TPA Terjun?

2. Apa yang menjadi prioritas masalah pada TPA Terjun?

3. Apa saja analisis dampak yang dapat terjadi pada TPA Terjun?

4. Bagaimana upaya penanganan masalah yang terjadi pada TPA


Terjun?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui identifikasi masalah yang ada pada TPA Terjun.

2. Untuk mengetahui prioritas masalah pada TPA Terjun.

2
3. Untuk mengetahui analisis dampak yang terjadi pada TPA Terjun.

4. Untuk mengetahui upaya penanganan masalah yang terjadi pada


TPA Terjun.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah TPA Terjun Kecamatan Medan Marelan

Menurut Mulia (2005), pencemaran udara diawali oleh adanya


emisi. Emisi merupakan jumlah pollutant (pencemar) yang dikeluarkan ke
udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam
maupun kegiatan manusia. Emisi yang disebabkan oleh proses alam
disebut biogenic emissions, sebagai contoh gas metan (CH4) yang terjadi
sebagai akibat dekomposisi bahan organik oleh bakteri pengurai. Emisi
yang disebabkan oleh kegiatan manusia disebut anthropogenic emissions.
Contoh emisi udara yang disebabkan oleh kegiatan manusia adalah hasil
pembakaran bahan fosil (bensin, solar, batu bara), pemakaian zat-zat kimia
yang disemprotkan ke udara dan sebagainya.

Beberapa jenis pencemar udara yang paling sering ditemukan di


TPA antara lain sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), metan
(CH4) dan hidrogen sulfida (H2S).

1. Sulfur Dioksida (SO2)

Sulfur dioksida merupakan ikatan yang tidak stabil dan


sangat reaktif terhadap gas yang lain. Ciri lainnya yaitu tidak
berwarna, berbau tajam, sangat mengiritasi kulit, tidak mudah
terbakar dan tidak mudah meledak. Pengukuran konsentrasi asam
sulfat (H2SO4) bersama-sama dengan SO2 merupakan hal yang
penting karena H2SO4 mempunyai sifat iritasi yang lebih kuat.
SO2 merupakan polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama
bagi penderita penyakit kronis sistem pernapasan dan
kardiovaskuler. Penderita tersebut sangat sensitif kontak dengan
SO2, meskipun pada konsentrasi yang relatif rendah.

SO2 berasal dari oskidasi logam sulfida misalnya ZnS,

4
PbS, dan CuS. Dalam jumlah yang kecil SO2 hanya terdeteksi
lewat bau, sedangkan dalam jumlah besar berpengaruh terhadap
kesehatan manusia karena menyebabkan iritasi pada mata,
tenggorokan, dan juga batuk.

Sumber emisi gas sulfur dioksida yang terbanyak berasal


dari alam, diantaranya:

 pembakaran yang tidak bergerak (contoh: insenerasi)

 proses industri

 limbah padat

 pembakaran limbah pertanian

Sebagian besar sulfur yang terdapat di atmosfer dalam bentuk


SO2. Sumber pencemaran SO2 yang berada di atmosfer berasal dari
kegiatan manusia dan sumber-sumber alam seperti vulkano. SO2
secara rutin diproduksi sebagian produk sampingan dalam industri
logam. Pada kegiatan manusia seperti membuang sampah berbahan
sulfur (contohnya seperti: aluminium, tembaga, seng, besi dan
tembaga) akan melepaskan gas SO2, sehingga di TPA banyak
ditemukan gas SO2 akibat pembakaran benda mentah berbahan
sulfur.

2. Nitrogen Dioksida (NO2)

Nitrogen oksida (NO2) adalah senyawa gas yang terdapat di


udara bebas (atmosfer) yang sebagian besar terdiri atas nitrit oksida
(NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta berbagai jenis oksida
dalam jumlah yang lebih sedikit. Kedua macam gas tersebut
mempunyai sifat yang sangat berbeda dan keduanya sangat
berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari udara secara
visual sulit diamati karena gas tersebut tidak bewarna dan tidak
berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati
dari baunya yang sangat menyengat dan warnanya merah

5
kecoklatan.

NO2 sangat berbahaya terhadap Kesehatan manusia karena


mengandung racun yang dapat mengakibatkan NO mengalami
oksidasi NO2 yang mengakibatkan terganggunya system
pernapasan dan dapat menjadi empisema, bronkitis, penimbunan
nitrogen oksida, bahkan dapat bersifat karsinogenik (zat-zat kimia
yang dapat menyebabkan kanker).

3. Metan (CH4)

Gas metana merupakan senyawa hidrokarbon paling

sederhana yang berbentuk gas yang tidak berwarna dan juga tidak

berbau. CH4 merupakan gas yang diproduksi oleh bakteri tertentu

pada proses pemecahan bahan organik. Sebagai sumber metan

adalah daerah pertanian padi-padian dan daerah peternakan.

Terjadinya peningkatan jumlah penduduk, akan menyebabkan

terjadinya peningkatan kegiatan pertanian, peternakan, dan industri,

sehingga pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya peningkatan

produksi gas metan pula (Mukono, 2008).

CH4 merupakan gas dominan selain karbon dioksida (CO2)

yang dihasilkan dari proses dekomposisi sampah di tempat

pembuangan akhir. Keberadaan dan pergerakan metan sangan

berbahaya pada TPA yang tidak dilengkapi dengan fasilitas

pengelolaan gas. Pembuangan sampah terbuka di TPA

mengakibatkan sampah organik yang tertimbun mengalami

dekomposisi secara anaerobic, dan proses itu menghasilkan gas

metan yang mempunyai kekuatan merusak hingga 20-30 kali lebih

6
besar daripada CO2. Jumlah emisi gas metana dari pembuangan

akhir sampah secara keseluruhan mencapai kira-kira 30 – 70 juta

ton per tahunnya.

pada lapisan-lapisan tumpukan sampah yang berada di lahan

TPA jika terbebas ke lingkungan akan menjadi salah satu

kontributor efek gas rumah kaca, yang pada akhirnya terpengaruh

pada efek pemanasan global di bumi. Gas metana yang menguap liar

di sekitar pemukiman TPA juga akan menimbulkan efek kebakaran.

Bau gas metana yang masih mengandung unsur karbondioksida,

sulfida, dan nitrogen juga akan menyebabkan penyakit ISPA bagi

warga di sekitarnya.

4. Hidrogen Sulfida (H2S)

Bau seperti telur busuk yang terdapat di TPA bersumber

dari H2S yang merupakan hasil samping penguraian zat organik.

H2S atau Asam Sulfida merupakan gas yang tidak berwarna,

mudah terbakar, dan sangat beracun. Gas ini dapat timbul dari

aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam

keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik), seperti di rawa, dan

saluran pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang

timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas alam.

H2S didapat secara alamiah pada gunung-gunung berapi

dan dekomposisi zat organik. Emisi hidrogen sulfida didapat pada

industri kimia, industri minyak bumi, kilang minyak, dan terutama

7
pada industri yang memproduksi gas sebagai bahan bakar.

B. Prioritas Masalah yang ditimbulkan

Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh dampak negatif yang


ditimbulkan karena keberadaan TPA dapat menyebabkan penurunan
kualitas lingkungan hidup sedangkan kualitas lingkungan hidup sangat
memengaruhi kelangsungan hidup manusia karena dalam lingkungan
hidup karena terjadi hubungan timbal balik antara manusia dan unsur –
unsur fisik, biologi ataupun sosial.
Partikel ataupun gas yang berada di atmosfer dapat menyebabkan
kelainan pada tubuh manusia. Secara umum efek pencemaran udara yang
terdapat di TPA menjadi suatu permasalahan yang sangat
mengkhawatirkan terhadap individu atau masyarakat, seperti halnya gas-
gas sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), metan (CH4), hidrogen
sulfida (H2S).
1. Sulfur Dioksida
Sulfur Dioksida dapat menyebabkan masalah yang
ditimbulkan oleh polutan yang dibuat manusia adalah dalam hal
distribusinya yang tidak merata sehingga terkonsentrasi pada
daerah tertentu, bukan dari jumlah keseluruhannya, sedangkan
polusi dari sumber alam biasanya lebih tersebar merata.
Transportasi bukan merupakan sumber utama polutan SOx tetapi
pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber
utama polutan SOx, misalnya pembakaran batu arang, minyak
bakar, gas, kayu dan sebagainya. Pembakaran bahan-bahan yang
mengandung sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida,
tetapi jumlah relative masing-masing tidak dipengaruhi oleh
jumlah oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam
jumlah besar. Jumlah SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai
10% dari total SOx.
2. Nitrogen Dioksida

8
a. Hujan asam
Hujan asam adalah hujan yang memiliki kadar keasaman
yang rendah akibat kandungan berbagai senyawa berbahaya
yang ada di udara yang menyebabkan awan terbentuk.
Hujan asam berakibat mengasamkan tanah, menurunkan
tingkat kesuburan tanah, mempercepat korosi pada
bangunan.

b. Meningkatkan Polusi Udara

Ini mengakibatkan gangguan pernapasan bagi makhluk


hidup yang menghirupnya.

c. Mendorong terbentuknya lapisan ozon

Lapisan ozon yang terbentuk karena senyawa-senyawa


berbahaya di atmosfer membuat efek rumah kaca yang
berimbas pada peningkatan suhu bumi.

Bumi pun akan makin terasa panas, serta gunung es di


kutub utara dan selatan akan mencair yang membuat
volume air laut makin banyak dan meninggi.

d. Berbahaya bagi tanaman

Nitrogen Dioksida memunculkan bintik pada daun-daun


tanaman dengan konsentrasi Nitrogen Dioksida sebesar 1,0
ppm. Sedangkan pada konsentrasi 3,5 ppm bisa
menyebabkan kerusakan pada daun.

e. Menurunkan Kesehatan manusia

9
Nitrogen Dioksida memiliki bahaya empat kali lebih
banyak dibanding Nitrit Oksida. Ini sangat beracun bagi
paru-paru.

Bahkan dengan konsentrasi lebih dari 100 ppm bisa


mengakibatkan kematian. Hal ini sudah terbukti dengan
penelitian yang diterapkan pada hewan percobaan, dan
terbukti secara ilmiah.

f. Menganggu system pernapasan

Yakni menimbulkan iritasi paru-paru, infeksi saluran


pernapasan, dan memicu asma kambuh.

3. Metan

a. Mengandung Emisi Gas Rumah Kaca

Ternyata dibalik manfaatnya yang banyak gas


metana cukup berbahaya. Emisi gas metana dikabarkan 23
kali lebih berbahaya dibandingkan gas karbondioksida.
Perhitungan dampak emisi gas metana tersebut dihasilkan
oleh manusia dan hewan setiap tahun. Belum lagi ditambah
oleh wilayah-wilayah tertentu yang mempunyai kadar
metana sangat besar, hingga 3.000 kali dibandingkan
metana pada atmosfer lain. Wilayah tersebut, yaitu bagian
Barat Siberia (Danau Baikal), daerah Antartika, dan
kedalaman 1000 kaki lantai samudera.

b. Pemanasan Global

Pemanasan sebenarnya terjadi secara alami. Namun,


pemanasan bumi dapat terjadi karena aktivitas manusia,
seperti penggunaan gas metana yang menghasilkan emisi

10
rumah kaca.  Emisi yang mempunyai andil dalam proses
penipisan lapisan ozon.

Emisi gas metana dapat menyebabkan pemanasan


global atau suhu di seluruh permukaan bumi meningkat
tajam. Peningkatan suhu terjadi juga di daerah kutub. Dapat
dibayangkan jika suhu daerah kutub terus meningkat, maka
es akan mencair secara perlahan. Es di kutub yang mencair
dalam jumlah besar mengakibatkan permukaan laut
semakin tinggi dan daratan tenggelam. Menurut para ahli,
pemanasan global dapat mematikan kehidupan di darat dan
laut.

c. Paparan Gas

Dampak negatif metana pada paparan di atas terjadi


jika eksploitasi gas metana dilakukan secara berlebihan.
Bagaimana dengan manusia yang sehari-hari terpapar
dengan gas metana? Misalnya, orang yang bekerja pada
pengolahan pupuk atau pabrik ban.

Orang yang sering terpapar dengan gas metana


ternyata dapat merasakan dampak negatifnya. Dampak ini
terjadi jika paparan gas sangat besar atau terjadi kebocoran.
Yang dirasakan orang yang terkena paparan gas metana,
antara lain:

 Perut sering merasa mual


 Sakit kepala
 Detak jantung lebih cepat
 Mudah lupa
 Pusing, seperti kekurangan zat besi
 Penglihatan menjadi kabur

11
 Sering merasa gelisah

4. Hidrogen Sulfida

Hidrogen sulfida adalah baik iritan dan sesak nafas kimia


dengan efek pada kedua pemanfaatan oksigen dan sistem saraf
pusat. Efek kesehatan yang dapat bervariasi tergantung pada
tingkat dan durasi paparan. Paparan berulang dapat menyebabkan
efek kesehatan yang terjadi pada tingkat yang sebelumnya
ditoleransi tanpa efek apapun.

Pada konsentrasi rendah dapat mengiritasi mata, hidung,


tenggorokan dan sistem pernapasan (misalnya, mata terbakar atau
robek, batuk, sesak napas). Penderita asma mungkin mengalami
kesulitan bernapas. Efek dapat ditunda selama beberapa jam, atau
kadang-kadang beberapa hari, ketika bekerja dalam konsentrasi
tingkat rendah. Berulang-kali atau berkepanjangan eksposur dapat
menyebabkan radang mata, sakit kepala, kelelahan, lekas marah,
insomnia, gangguan pencernaan dan penurunan berat badan.

Konsentrasi moderat bisa menyebabkan mata lebih parah


dan iritasi pernapasan (termasuk batuk, kesulitan bernapas,
akumulasi cairan di paru-paru), sakit kepala, pusing, mual, muntah,
mengejutkan dan rangsangan.

C. Analisa dari perkiraan dampak yang timbul dari TPA


Berdasarkan identifikasi masalah dan prioritas masalah yang ada
di TPA Terjun yang telah diuraikan diatas dapat diidentifikasi hazard dan
diperkirakan resiko terhadap komponen lingkungan sebagai berikut :
1. Tata guna lahan
Prakiraan resiko terhadap tata guna lahan yang mungkin terjadi
yaitu resiko berasal dari buangan limbah terutama lindi yang

12
mencemari air tanah dan air permukaan. Akibat pencemaran
tersebut maka warga merasa tidak nyaman dan pindah dari lokasi
sekitar TPA Piyungan, sehingga terjadi perubahan tata guna lahan.
Di samping itu diprakirakan masyarakat akan menjual tanahnya
karena beranggapan lahannya tidak strategis.
2. Kualitas Udara
Prakiraan resiko terhadap udara, yaitu resiko berasal dari bau gas
yang timbul dari proses degradasi sampah yang semakin lama
semakin tidak sedap. Akibat pencemaran tersebut warga khususnya
masyarakat disekitar TPA Piyungan merasa kurang nyaman akibat
terhisapnya bau ke dalam pernafasan. Jenis resiko yang muncul
bersifat negatif. Bobotnya besar karena pencemaran gas yang
timbul jumlahnya besar dan berlangsung terus menerus serta
merupakan gas yang berbahaya.
3. Kualitas air permukaan
Prakiraan resiko terhadap air permukaan yaitu berasal dari
pengolahan limbah cair, yang dibuang ke sungai. Resiko yang
timbul pada flora, fauna, dan manusia, yang memanfaatkan
Lapisan Dasar Lindi IPAL Gas Sampah Volume 3 Nomor 1
Januari 2011 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 25 sungai.
Resiko terbesar yang mungkin terjadi adalah matinya biota air,
tumbuhan air, dan hewan air. Resiko yang muncul bersifat negatif.
4. Kualitas air tanah
Prakiraan resiko terhadap air tanah yaitu berasal dari pengolahan
lindi dan rembesan lindi pada lapisan dasar TPA. Resiko yang
timbul pada manusia, yang memanfaatkan air tanah untuk
keperluan sehari-hari.
5. Flora darat
Prakiraan resiko terhadap flora darat berasal dari pengolahan
limbah cair kemudian kemudian dibuang ke sungai lalu dihisap
oleh tumbuhan yang hidup di sekitar sungai. Selain itu gangguan

13
terhadap flora air adanya gas Methan. Resiko yang mungkin timbul
berupa berkurangnya kemampuan tumbuhan dalam berfotosintesis
sehingga menyebabkan tumbuhan tersebut mati serta bersifat
negatif. Tetapi bobotnya sedang karena effluen dari IPAL telah
mengalami pengenceran air sungai sehingga konsentrasi pencemar
juga menurun.
6. Flora air
Prakiraan resiko terhadap flora air berasal dari pengolahan limbah
cair kemudian kemudian dibuang ke sungai lalu dihisap oleh
tumbuhan yang hidup di sekitar sungai. Selain itu gangguan
terhadap flora air juga dari adanya gas Methan. Resiko yang
mungkin timbul berupa berkurangnya kemampuan tumbuhan
dalam berfotosintesis sehingga menyebabkan tumbuhan tersebut
mati serta bersifat negatif. Tetapi bobotnya sedang karena efluen
dari IPAL telah mengalami pengenceran air sungai sehingga
konsentrasi pencemar juga menurun.
7. Fauna darat
Prakiraan resiko terhadap fauna darat berasal dari tumpukan
sampah kemudian dimakan. Selain itu gangguan terhadap fauna
darat juga dari adanya gas methan. Resiko yang mungkin timbul
berupa terakumulasinya unsur-unsur berbahaya seperti logam berat
pada hewan yang selalu makan tumpukan sampah.
8. Fauna air
Prakiraan resiko terhadap fauna air berasal dari limbah cair yang
berasal dari kolam pengolahan ke sungai. Resiko yang mungkin
timbul berupa berkurangnya fauna di dalam air serta bersifat
negatif. Bobotnya sedang karena effluen dari pabrik tahu telah
mengalami pengolahan sehingga konsentrasi pencemar juga kecil,
namun demikian pada kondisi tertentu IPAL akan mengalami
gangguan.
9. Tingkat Kesehatan masyarakat

14
Prakiraan resiko terhadap tingkat kesehatan masyarakat berasal
dari buangan pengolahan limbah cair yang masuk ke dalam air
permukaan/sungai, di mana masyarakat sekitar tinggal dan
memanfaatkan sungai. Disamping itu masyarakat juga
mengkonsumsi air tanah yang terkontaminasi lindi yang meresap
melalui lapisan dasar TPA. Resiko yang mungkin timbul berupa
munculnya penyakit kulit, perut, dan sebagainya serta bersifat
negatif. Bobotnya adalah besar karena berkaitan secara langsung
dengan kehipuan manusia.
10. Estetika lingkungan
Prakiraan resiko terhadap estetika lingkungan berasal dari limbah
cair yang dari kolam pengolahan yang masuk ke dalam air
permukaan/sungai, limbah padat yang ditumpuk dan timbulnya gas
yang menimbulkan bau tidak enak. Resiko yang mungkin terjadi
berupa penurunan estetika lingkungan dan bersifat negatif serta
bobotnya besar.
D. Upaya Pengendalian
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko yang
muncul pada lokasi TPA (penanganan risiko) sebagai berikut :
1. Menahan risiko
Tindakan ini dilakukan karena dampak dari suatu kejadian yang
merugikan dapat diterima.
2. Mengurangi Risiko
Mengurangi risiko dilakukan dengan mempelajari secara
mendalam risiko tersebut, dan melakukan usaha-usaha pencegahan
pada sumber risiko atau mengkombinasikan usaha agar risiko yang
diterima tidak terjadi secara simultan.
3. Memindahkan risiko
Dilakukan dengan cara mengansuransikan risiko baik sebagian
atau seluruhnya kepada pihak lain.
4. Menghindari risiko

15
Dilakukan dengan menghindari aktivitas yang tingkat kerugiannya
tinggi.
Adapun Pengendalian TPA dengan Sistem sanitary landfill
Beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan jika menggunakan sistem
sanitary landfill, yaitu :
1. Pihak pengelola harus dapat menjamin sampah diturunkan, ditutup
dan dipadatkan secara efisien.
2. Air sampah (lindi) dan gas harus dikontrol dan dikeringkan untuk
menjaga kondisi operasi yang terbaik dan melindungi kesehatan
masyarakat serta lingkungan.
3. Pengelola tempat pembuangan akhir sampah harus bertanggung
jawab terhadap operasional dan pemeliharaan landfill.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah tempat untuk menimbun


sampah dan merupakan bentuk tertua perlakuan sampah. Pada
kenyataannya, berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah, TPA seharusnya merupakan singkatan dari
Tempat Pemrosesan Akhir dan menerima sampah residu yang telah
diproses sebelumnya.

Prediksi atau perkiraan dampak yang terjadi pada TPA (Tempat


Pembuagan Akhir) memiliki dampak positif dan juga dampak negatif.
Dampak positif yang diperkirakan timbul karena adanya TPA antara lain
terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat disekitar TPA,
masyarakat di sekitar TPA mengambil kesempatan untuk memilah sampah
organik dan anorganik, pemulung mengambil sampah seperti plastik, besi,
botol bekas, kaca, dan bahan – bahan yang dapat didaur ulang. Namun,
terdapat pula dampak negatif dari adanya TPA yakni dapat menjadi sumber
penyakit jika dibiarkan begitu saja tanpa melakukan tahap pengolahan.

B. Saran

1. Diharapkan kepada Dinas Kebersihan Kota Medan untuk leih


memperhatikan Sistem pengolahan sampah di TPA Terjun

17
sehingga tidak menimbulkan pencemaran udara.
2. Untuk UPTD TPA Terjun agar bisa bekerjasama dengan Badan
Lingkungan Hidup untuk meningkatkan penelitian, survey dan
pemantauan terhadap kualitas udara dan kebersihan sarana dan
prasarana secara berkelanjutan.
3. Kepada pemulung yang bekerja di TPA Terjun sebaiknya
menggunakan masker ketika bekerja sebagai upaya pencegahan
terhadap keluhan gangguan saluran pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A., 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara


Sumber Widya.

Chandra, B., 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Bandung: TL ITB.

Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: Universitas


Indonesia

Damanhuri, E., 1995. Teknik Pembuangan Akhir (TPA). Jakarta: Buku


Kedokteran EGC.

Ditjen PPM & PL., 2001. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya
Terhadap Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Fardiaz, S., 1992. Polusi Air & Udara. Yogyakarta: Kanisius.

Fidiawati, L., & Sudarmaji., 2009. Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir


Sampah Kabupaten Jombang dan Kesehatan Lingkungan
Sekitarnya. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Volume 7. Nomor 1.
Halaman 45-53.

Guyton, A.C., & J.E. Hall., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

Horrington, J.M & F.S.Gill., 2005. Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

18
19
20

Anda mungkin juga menyukai