Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH DEBU DI TEMPAT KERJA

TERHADAP KESEHATAN DAN


SISTEM PENGENDALIANNYA

Oleh

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
Dian Hardianti 14120130059
Riski Ayu Pratiwi 14120130213
Darlia 14120130240

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kesempatandan kelancaran dalam penulisan makalah yang berjudul “Pengaruh Debu
di Tempat Kerja Terhadap Kesehatan dan Sistem Pengendaliannya”.Suatu kajian
yang disusun untuk melengkapi tugas kelompok dalam mata kuliah Higiene
Perusahaandi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah
Higiene Perusahaan yang telah memotivasi penulis dalam pembuatan makalah ini.
Terima kasih juga untuk semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini sehingga dapat selesai seperti yang diharapkan. Semoga makalah ini
dapat memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
makalah ini, sehingga bisa digunakan sebagai referensi dalam mata kuliah ini.

Makassar, Oktober 2015

Penulis
Kelompok V

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. Pengertian Debu ......................................................................................... 3
B. Karakteristik Debu ..................................................................................... 4
C. Nilai Ambang Batas ................................................................................... 6
D. Pengaruh Debu Terhadap Kesehatan Pekerja ........................................... 8
E. Pengendalian ............................................................................................ 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 14
A. Kesimpulan............................................................................................... 14
B. Saran ......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masuknya zat pencemar ke dalam udara atau atmosfer, akibat proses alam
seperti asap kebakaran hutan, debu gunung berapi, pancaran garam dari laut,
debu meteroid dan butiran debu yang banyak ditemukan pada industri, sejalan
dengan peningkatan taraf ekonomi suatu Negara, karena dengan majunya sektor
industri maka terbukalah lapangan kerja buat masyarakat, daerah di sekitar
kawasan industri, termasuk juga berkembang dalam bidang sarana transportasi,
komunikasi, perdagangan dan bidang lainnya.
Meskipun perkembangan industri yang pesat dapat meningkatkan taraf
hidup, tetapi berbagai dampak negatif juga bisa terjadi pada masyarakat.Salah
satu dampak negatif adalah terhadap paru para pekerja dan masyarakat di
sekitar daerah kawasan industri, tergantung dari jenis paparan yang terhisap.
Hal ini disebabkan pencemaran udara akibat proses pengolahan atau hasil
industri tersebut, ditambah dengan penurunan kualitas lingkungan udara pada
umumnya disebabkan oleh masuknya zat pencemar ke dalam lingkungan udara
tersebut, baik alami (seperti: kebakaran hutan oleh teriknya matahari, debu
vulkanik, debu meteorit, pancaran garam dari laut dan sebagainya), dan atau
berbagai zat dapat mencemari udara seperti debu batubara, semen, kapas, asbes,
zat-zat kimia, gas beracun. Salah satu tipe pencemar udara adalah partikel debu.
Debu umumnya timbul karena aktivitas mekanis seperti aktivitas mesin-mesin
industri, transportasi, bahkan aktivitas manusia lainnya.Oleh karena itu, dalam
makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pengaruh debu di tempat kerja
terhadap kesehatan dan sistem pengendaliannya.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
a. Pengertian debu
b. Karakteristik debu
c. Nilai ambang batas
d. Pengaruh debu terhadap kesehatan pekerja
e. Pengendalian

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian debu.
b. Untuk mengetahui nilai ambang batas debu.
c. Pengaruh debu terhadap kesehatan pekerja dan sistem pengendaliannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Debu
Debu adalah partikel padat yang berukuran sangat kecil yang dibawa
olehudara. Partikel-partikel kecil ini dibentuk oleh suatu proses disintegrasi
atau fraktur seperti penggilingan, penghancuran atau pemukulan terhadap benda
padat.
MineSafety and Health Administration (MSHA) mendefinisikan debu
sebagai padatan halus yang tersuspensi diudara (airbone) yang tidak
mengalami perubahan secara kimiaataupun fisika dari bahan padatan aslinya.
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel
yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter) dengan ukuran 1
mikron sampai dengan 500 mikron.Ukuran partikel debu yang dihasilkan dari
suatu proses sangatlah bervariasi, mulai dari yang tidak bisa terlihat dengan
mata telanjang sampai pada ukuran yang terlihat dengan mata telanjang.
Ukuran partikel yang besar akan tertinggal pada permukaan benda atau turun
kebawah (menetap sementara diudara) dan ukuran partikel yang kecil akan
terbang atau tersuspensi diudara. Debu umumnya dalam ukuran mikron,
sebagai pembanding ukuran rambut adalah 50-70 mikron.Jenis industri yang
menghasilkan debu dan banyak mencemari lingkungan atau udara adalah
seperti konstruksi, dan pertambangan.Banyaknya debu yang dihasilkan oleh
aktifitas industri sangat tergantung kepada jenis proses dan bahan yang
digunakan atau diproses.
Dalam kasus pencemaran udara, baik dalam maupun di ruang gedung
debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk
menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap

3
kesehatan dan keselamatan kerja. Partikel debu akan berada di udara dalam
waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang layang di udara kemudian
masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan. Selain dapat
membahayakan terhadap kesehatan juga dapat mengganggu daya tembus
pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia sehingga komposisi
debu di udara menjadi partikel yang sangat rumit karena merupakan campuran
dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda
beda.Diatmosfer bumi, debu berasal dari sejumlah sumberyang disebarkan
melalui angin, letusan gunungberapi, pencemaran, dan lain-lain.Debu udara
dianggap aerosol dan bisa memiliki tenaga radiasi lokal yang kuat di atmosfer
dan berpengaruh pada iklim.Di samping itu, jika sejumlah partikel kecil
disebarkan ke udara di daerah tertentu, dalam keadaan tertentu ini bisa
menimbulkanbahaya ledakan.

B. Karakteristik Debu
Debu adalah salah satu partikel yang melayang di udara, berukuran 1
mikron sapai 500 mikron. Debu umumnya timbul karena aktivitas mekanis
seperti aktivitas mesin-mesin industri, transportasi, bahkan aktivitas manusia
lainnya.
Debu memiliki sifat-sifat berikut, antara lain :
a. Debu dapat mengendap karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi.
b. Debu memiliki permukaan yang selalu basah karena dilapisi oleh air.
c. Debu mampu membentuk gumpalan atau koloni karena permukannya
yang selalu basah.
d. Debu bersifat listrik statis, artinya debu mampu menangkap partikel lain
yang berlawanan.
e. Debu bersifat opsis, artinya debu mampu memancarkan cahaya pada saat
gelap.

4
Sedangkan menurut macamnya, debu diklasifikasikan atas 3 jenis yaitu
a. Debu organik, adalah debu yang berasal dari makhluk hidup.
b. Debu metal, adalah debu yang di dalamnya terkandung unsur-unsur
logam (Pb, Hg, Cd, dan Arsen.
c. Debu mineral. debu mineral ialah debu yang di dalamnya terkandung
senyawa kompleks.
Debu memiliki karakter atau sifat yang berbeda-beda, antara lain
a. Debu fisik (debu tanah, batu, dan mineral),
b. Debu kimia (debu organik dan anorganik),
c. Debu biologis (virus, bakteri, kista),
d. Debu eksplosif atau debu yang mudah terbakar (batu bara, Pb),
e. Debu radioaktif (Uranium, Tutonium),
f. Debu Inert (debu yang tidak bereaksi kimia dengan zat lain)
Debu industri yang terdapat dalam udara terbagi dua,yaitu
a. Deposit particulate matter yaitu partikel debu yang hanya berada
sementara di udara, partikel ini segera mengendap karena daya tarik
bumi.
b. Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan
tidak mudah mengendap.
Debu yang non-fibrogenik adalah debu yang tidak menimbulkan reaksi
jaringan paru, contohnya adalah debu besi, kapur, timah.Belakangan diketahui
bahwa tidak ada debu yang benar-benar inert. Debu inert dapat didefinisikan
sebagai debu yang mengandung kurang dari 1% quartz (kuarsa). Karena
kandungan silika yang rendah, debu inert hanya sedikit
mempengaruhi kesehatan paru-paru dan dapat disembuhkan jika terhirup.Akan
tetapi jika konsentrasi debu inert sangat tinggi diudara area kerja maka dapat
mengurangi penglihatan dan bisa menyebabkan masuk kedalam mata, telinga
dan tenggorokan sehingga timbul rasa tidak nyaman dan juga bisa
menyebabkan luka pada kulit karena aksi kimiawi atau mekanik.

5
Debu fibrogenik dapat menimbulkan reaksi jaringan paru sehingga
terbentuk jaringan parut (fibrosis).Penyakit ini disebut pneumokoniosis
kolagen.Termasuk jenis ini adalah debu siika bebas, batubara dan asbes.

C. Nilai Ambang Batas


Nilai ambang batas adalah kadar tertinggi suatu zat dalam udara yang
diperkenankan, sehingga manusia dan makhluk lainnya tidak mengalami
gangguan penyakit atau menderita karena zat tersebut. Di samping itu masih
ada rumusan lain yang diberikan khusus bagi para pekerja dalam lingkungan
itu. Karena waktu kerja manusia pada umumnya 8 jam sehari, 40 jam
seminggu,maka nilai ambang batas bagi mereka berbeda dengan nilai ambang
batas pada umumnya.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemaparan debu adalah:
a. Tipe debu ada dua yaitu sebagai berikut :
a) Metalik : Bersifat logam, contoh : Pb, As, Mn.
b) Non metalik : Tergantung ada tidaknya kandungan silica.
b. Lama pemaparan, tergantung dari :
a) Jenis debu.
b) Lama seseorang bekerja di tempat kerja.
Ukuran partikel yaitu sebagai berikut :
a. Debu ukuran besar :> 10 mikron, tidak menimbulkan penyakit karena
tidak mudah mengendap di paru-paru karena pengaruh gravitasi.
b. Debu ukuran kecil : < 5 mikron, menimbulkan penyakit dan mengganggu
kesehatan karena bersifat respirable (bisa masuk ke dalam paru dan
menimbulkan penyakit)
Konsentrasi debu yaitu yaitu nilai NAB dari tiap masing-masing debu
(setiap debu mempunyai NAB yang berbeda-beda).Ukuran debu sangat
berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada saluran pernafasan.Dari hasil
penelitian ukuran tersebut dapat mencapai target organ sebagai berikut:

6
a. Debu-debu berukuran 5-10 mikron : akan tertahan dan tertimbun pada
saluran nafas bagian atas (gangguan paryngitis).
b. Debu-debu berukuran 3-5 mikron :tertahan dan tertimbun saluran nafas
bagian tengah (asma bronchitis).
c. Debu-debu berukuran 1-3 mikron : akan mengendap di permukaan alveoli
paru-paru (pneumokoniosis).
d. Debu-debu berukuran <1 mikron : tidak mudah mengendap jadi hanya
hinggap di permukaan alveoli.
e. Debu-debu berukuran 0,1-0,5 mikron : tidak hinggap di permukaan
alveoli, oleh karena gerakan Brown yang menyebabkan debu bisa keluar
masuk alveoli, bila membentur alveoli ia dapat tertimbun di situ.
Menurut WHO 1996 ukuran debu partikel yang membahayakan adalah
berukuran 0,1 – 5 atau 10 mikron. Depkes mengisaratkan bahwa ukuran debu
yang membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron.
Debu-debu yang ikut masuk bersama udara pernafasan yang sampai di
alveoli akan mengalami beberapa kemungkinan yaitu :
a. Menyusup di permukaan alveoli dan setelah berada dekat batas bronchioli
tertangkap oleh silia, yang lalu dikembalikan kejalan pernafasan tengah
dan atas, lalu keluar. Kalau bahan-bahan kimia penyusun debu mudah
larut dalam air, maka bahan-bahan itu akan larut dan langsung masuk
pembuluh-pembuluh darah kapiler alveoli. Apabila bahan-bahan tersebut
tidak mudah larut, tetapi ukurannya kecil, maka partikel-partikel itu dapat
memasuki dinding alveoli, lalu kesaluran limfa atau ke ruang
peribronchial.
b. Debu tersebut ditelan oleh phagocyt, yang biasanya histiocyt atau inti sel-
sel mesenchym yang tidak berdiferensiasi. Sel-sel phagocyt ini mungkin
masuk ke dalam saluran limfa, atau melalui dinding alveoli ke ruang
peribronchial, atau ke luar dari tempat itu ke bronchioli lalu oleh rambut-
rambut getar dikembalikan ke atas.

7
D. Pengaruh Debu Terhadap Kesehatan Pekerja
Pengaruh debu terhadap kesehatan perkerja bervariasi tergantung faktor
ukuran partikel, jenis, konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi, lama paparan
dan faktor individu atau pekerja. Faktor pekerja juga mempengaruhi seperti
mekanisme pertahanan paru, dan faktor imunologis. Pengaruh debu terhadap
kesehatan antara lain:
a. Silicosis, asbestosis pada beberapa kasus jantung ikut terpengaruh
(corpulmonale), terutama jika fibrosis parah.
b. Keracunan sistemik: Hg, Pb, Mn, Cd, Be.
c. Alergi : tepung, kayu.
d. Bakteri, jamur : Anthrax dari wool dan tulang, jamur dari kayu.
e. Iritasi pada hidung, tenggorokan: asam, alkali, Cr .
f. Kerusakan jaringan organ dalam: zat radioaktif, Ra.
g. Keracunan Beryllium: Biasanya parah, disebabkan oleh Be fumes dan Be
terikat pada debu. Be fluorida juga berbahaya.
h. Demam logam : merupakan penyakit akut, jangka pendek, terutama
disebabkan Zn dan Mg dengan oksida logamnya. Gejala timbul 12 jam
setelah eksposur dengan demam dan menggigil. Sembuh dalam satu hari,
bila pekerja kembali kerja, maka kemungkinan besar ia takkan
memperlihatkan keracunan lagi, tetapi apabila sudah lama tidak kena
kontak dengan uap logam, maka penyakit akan berulang.
i. Alergi : terjadi pada orang yang peka terhadap zat kimia, makanan, obat.
Reaksi dapat berupa asma. Eksposur dalam konsentrasi kecil mungkin
tidak menimbulkan reaksi alergi, tetapi segera ia tidak kontak untuk
jangka waktu cukup lama, maka ia akan bereaksi alergi bila terekspos.
j. Debu radioaktif: menimbulkan kerusakan organ internal
k. Debu pengganggu: yang tidak langsung menimbulkan masalah

8
Adapun jenis penyakit akibat kerja yang diakibatkan oleh debu antara
lain:
a. Pneumokoniosis disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan
parut (Silikosis,antrakosilikosis, asbestosis) Gejala penyakit ini berupa
sakit paru-paru, namun berbeda dengan penyakit TBC paru.
b. Silikosis adalah penyakit yang paling penting dari golongan
penyakitPneumokoniosis. Penyebabnya adalah silika bebas (SiO2) yang
terdapat dalam debu yang dihirup waktu bernafas dan ditimbun dalam
paru paru dengan masa inkubasi 2-4 tahun. Pekerja yang sering terkena
penyakit ini umumnya yang bekerja di perusahaan yang menghasilkan
batu-batu untuk bangunan seperti granit, keramik, tambang timah putih,
tambang besi, tambang batu bara, dan lain lain.Gejala penyakit ini dapat
dibedakan pada tingkat ringan sedang dan berat. Pada tingkat ringan
ditandai dengan batuk kering, pengembangan paru-paru. Pada lansia
didapat hyperresonansi karena emphysema.Pada tingkat sedang terjadi
sesak nafas tidak jarang bronchial, ronchi terdapat basis paru paru. Pada
tingkat berat terjadi sesak napas mengakibatkan cacat total, hypertofi
jantung kanan, kegagalan jantung kanan.
c. Anthrakosilikosis ialah pneumokoniosis yang disebabkan oleh silika
bebas bersama debu arang batu. Penyakit ini mungkin ditemukan pada
tambang batu bara atau karyawan industri yang menggunakan bahan batu
bara jenis lain. Gejala penyakit ini berupa sesak nafas, bronchitis kronik
batuk dengan dahak hitam (Melanophtys).
d. Asbestosis adalah jenis pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu asbes
dengan masa latennya 10-20 tahun. Asbes adalah campuran berbagai
silikat. Yang terpenting adalah campuran magnesium silikat pekerja yang
umumnya terkena penyakit ini adalah pengelola asbes, penenunan,
pemintalan asbes dan reparasi tekstil yang terbuat dari asbes. Gejala yang
timbul berupa sesak nafas, batuk berdahak, terdengar rhonchi di basis

9
paru, cyanosis terlihat bibir biru. Gambar radiologi menunjukan adanya
titik titik halus yang disebut “Iground glass appearance”, batas jantung
dengan diafragma tidak jelas seperti ada duri duri landak sekitar jantung
(Percupine hearth), jika sudah lama terlihat penumpukan kapur pada
jaringan ikat.
e. Berryliosis,penyebabnya adalah debu yang mengandung Berrylium,
terdapat pada pekerja pembuat aliasi berrylium tembaga, pada pembuatan
tabung radio, dan lain-lain.
f. Byssinosis disebabkan oleh debu kapas atau sejenisnya dikenal dengan
“Monday Morning Syndroma”sebab gejala timbul setelah hari kerja
sesudah libur, terasa demam, lemah badan, sesak nafas, baruk-
batuk,“Vital Capacity” jelas menurun setelah 5-10 tahun bekerja dengan
debu.
g. Stannosis penyebab debu bijih timah putih (SnO)
h. Siderosis disebabkan oleh debu yang mengandung (Fe202)
i. Kanker Paru, mekanisme terjadinya kanker akibat paparan zat belum
diketahui secara tuntas. Para ahli sepakat paling kurang ada 2 stadium
terjadinya kanker karena bahan karsinogen. Pertama adalah induksi DNA
sel target oleh bahan karsinogen sehingga menimbulkan mutasi sel,
kemudian terjadi peningkatan multiplikasi sel yang merupakan
manifestasi penyakit. Zat yang bersifat karsinogen dan dapat
menimbulkan kanker paru antara lain adalah asbes, uranium, arsen, nikel,
krom, klor metil eter, pembakaran arang, kalsium kiorida dan zat
radioaktif serta tar batubara. Pekerja yang berhubungan dengan zat-zat
tersebut dapat menderita kanker paru setelah paparan yang lama, yaitu
antara 15 sampai 25 tahun. Pekerja yang terkena adalah mereka yang
bekerja di tambang, pabrik, tempat penyulingan dan industri kimia.

10
E. Pengendalian

Pengendalian debu adalah proses pengurangan emisi debu dengan


menggunakan prinsip-prinsip enjinering. Sistem kontrol yang dirancang dengan
baik, dirawat dengan baik dan dioperasikan dengan baik akan dapat mengurangi
emisi debu sehingga mengurangi paparan debu berbahaya bagi pekerja.
Pengendalian debu juga dapat mengurangi kerusakan mesin, perawatan,
peneglihatan yang baik (bersih) dan meningkatkan moral dan semangat kerja
para pekerja. Ada tiga sistem pengendalian paparan debu terhadap pekerja,
yaitu :
a. Pencegahan
Pencegahan terjadinya debu di area kerja juga dapat diterapkan.
Meskipun dalam proses produksi yang massal, dimana bahan baku atau
produk yang digunakan menghasilkan debu, maka tentu saja sistem
pencegahan hampir tidak mungkin dilakukan. Namun jika proses tersebut
dirancang secara baik untuk memenimalkan debu, misalnya dengan
menggunakan sistem penanganan yang tidak menimbulkan debu, maka
emisi debu dapat dikurangi.
b. Sistem kontrol
Setelah semua usaha pencegahan dilakukan secara maksimal, dan
jika masih terdapat debu dari proses tersebut, maka barulah dilakukan
pengendalian atau pengontrolan terhadap debu tersebut. Beberapa teknik
pengendalian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Dust Collection Systems – menggunakan prinsip ventilasi untuk
menangkap debu dari sumbernya. Debu disedot dari udara dengan
menggunakan pompa dan dialirkan kedalam dust collector,
kemudian udara bersih dialirkan keluar.
b) Wet Dust Suppression Systems – menggunakan cairan (yang banyak
digunakan adalah air, tapi bisa juga bahan kimia yang bisa mengikat
debu) untuk membasahi bahan yang bisa menghasilkan debu

11
tersebut sehingga bahan tersebut tidak cenderung menghasilkan
debu.
c) Airborne Dust Capture Through Water Sprays – menyemprot debu-
debu yang timbul pada saat proses dengan menggunakan air atau
bahan kimia pengikat, semprotan harus membentuk partikel cairan
yang kecil (droplet) sehingga bisa menyebar diudara dan mengikat
debu yang berterbangan membentuk agglomerates sehingga turun
kebawah.
c. Dilusi atau isolasi
a) Dilution Ventilation – teknik ini adalah untuk mengurangi
konsentrasi debu yang ada di udara dengan mendilusi udara berdebu
dengan udara tidak berdebu atau bersih. Secara umum sistem ini
masih kurang baik untuk kesehatan karena debu pada dasarnya
masih terdapat diudara, akan tetapi sistem ini bisa digunakan jika
sistem lain tidak diijinkan untuk digunakan.
b) Isolation – teknik ini adalah dengan cara memisahkan pekerja
dengan udara yang terkontaminasi, pemisahan bisa dilakukan
dengan mengisolasi pekerja kemudian disuplai dengan udara bersih
dari luar. Contoh Supplier air system.
Ada pengkajian hirarki pengendalian menurut OSHA = Occupational
Safety and Health Administration, dan ANSI = American National Standards
Institution Z10:2005, seperti :
a. Eliminasi, yaitu menghilangkan suatu bahan atau tahapan proses
berbahaya.
b. Subtitusi, yaitu mengganti dengan bahan lain yang kurang berbahaya.
c. Isolasi, yaitu proses kerja berbahaya disendirikan.
d. Engeneering control atau pengendalian teknis, adalah pengendalian yang
sifatnya teknis.
e. Pengendalian administrasi.

12
f. PPE/ Personal Protective Equipment, yaitu penggunaan alat pelindung
diri (masker, kaca mata, pakaian kerja khusus, sepatau, dan lain- lain).

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Debu adalah partikel padat yang berukuran sangat kecil yang dibawa
olehudara.
b. Ukuran partikel yaitu sebagai berikut :
a) Debu ukuran besar :> 10 mikron, tidak menimbulkan penyakit
karena tidak mudah mengendap di paru-paru karena pengaruh
gravitasi.
b) Debu ukuran kecil :< 5 mikron, menimbulkan penyakit dan
mengganggu kesehatan karena bersifat respirable (bisa masuk ke
dalam paru dan menimbulkan penyakit).
c. Pengaruh debu terhadap kesehatan antara lain seperti pneumokoniosis
silikosis, asbestosis, keracunan sistematik, alergi, iritasi pada hidung,
kerusakan jaringan organ dalam dan lain-lain.
d. Ada tiga sistem pengendalian paparan debu terhadap pekerja, yaitu antara
lain: 1) Pencegahan; 2) Sistem kontrol; 3) Dilusi atau isolasi

B. Saran
Sebaiknya para pekerja maupun dari pihak perusahaan sama-sama
memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja, terutama faktor debu yang
dapat berpengaruh terhadap seseorang yang disebabkan pekerjaan, bahkan
dapat mengancam keselamatan jiwa para pekerja.Usaha pencegahan dan
pengendalian terhadap paparan debu merupakan langkah pelaksanaan yang
penting untuk dilakukan. Pekerja yang telah terkena penyakit akibat debu
hendaklah dihindari dari paparan lebih lanjut.

14
DAFTAR PUSTAKA

HSP. (2011, September 14). Mengenal Debu (Dust) dan Pengendaliannya (Dust
Control). Retrieved October 5, 2015, from
http://healthsafetyprotection.com/mengenal-debu-dust-dan-pengendaliannya-
dust-control/

K3, Panitia Bulan. (2011, October 28). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dipetik
October 5, 2015, dari http://k3pelakan.blogspot.co.id/2011/10/bahaya-
debu.html

Latar Muhamad Arief, I. (2013). Lingkungan Kerja Faktor Debu. Retrieved October
5, 2015, from http://ikk354.weblog.esaunggul.ac.id/wp-
content/uploads/sites/310/2013/04/LINGK-KERJA-FAKTOR-DEBU.pdf

Pengkah. (2015, June 26). Nilai Ambang Batas Debu. Retrieved October 5, 2015,
from http://dokumen.tips/documents/2-nilai-ambang-batas-debu.html

Sugiarto, I. (2011). Nilai Ambang Batas (NAB). Retrieved October 5, 2015, from
http://iwansugiyarto.blogspot.co.id/2011/11/nilai-ambang-batas-nab.html

Wikipedia. (2013, May 22). Debu. Retrieved October 5, 2015, from


https://id.wikipedia.org/wiki/Debu

15

Anda mungkin juga menyukai