Anda di halaman 1dari 2

Kelapa sawit sebetulnya bukanlah tanaman asli Indonesia, melainkan tanaman

yang berasal dari Afrika. Pada awalnya ada orang belanda yang membawa empat biji
kelapa sawit ke Indonesia, kemudian menanamnya di Kebun Raya Bogor tepatnya
pada tahun 1848. Namun setelah dicoba untuk ditanam dibeberapa tempat, ternyata
kelapa sawit dapat tumbuh subur di tanah Iindonesia. Pada tahun 1910 sudah mulai
banyak kelapa sawit yang ditanam di Indonesia, khususnya di daerah Sumatera.
Menurut 3 Badrun (2010), pengembangan kelapa sawit di Indonesia
mengalami pertumbuhan yang cukup pesat sejak tahun 1970 terutama periode 1980-
an. Semula pelaku perkebunan kelapa sawit hanya terdiri atas Perkebunan Besar
Negara (PBN), namun pada tahun yang sama dibuka pula Perkebunan Besar Swasta
(PBS) dan Perkebunan Rakyat (PR) melalui pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) dan
selanjutnya berkembang pola swadaya. Perusahaan Inti Rakyat (PIR) adalah suatu
pola pelaksanaan pengembangan perkebunan dengan mempergunakan perkebunan
besar sebagai inti yang membantu dan membimbing perkebunan rakyat di sekitarnya
sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan dan
berkesinambungan. Pola ini berkaitan dengan program dari pemerintah sebagai upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan dan sebagai upaya pemerataan pembangunan
khususnya untuk masyarakat pedesaan di luar Jawa yang hidup dari sektor pertanian.
Industri minyak kelapa sawit mengalami pertumbuhan pesat dan menjadi kontributor
penting dalam pasar minyak nabati dunia. Inilah yang memicu berbagai pihak baik
pemerintah maupun swasta mengembangkan perkebunan kelapa sawit.
Terlebih di Indonesia, kondisi iklim yang trois dan curah hujan yang cukup
memungkinkan tanaman kelapa sawit tumbuh dengan baik di wilayah Indonesia. Sub-
sektor perkebunan merupakan salah satu sasaran pembangunan pemerintah Indonesia,
yang terus dikembangkan untuk meningkatkan devisa non.migas, mecukupi keperluan
dalam negeri untuk produk sector perkebunan seperti minyak sawit, memperluas
lapangan kerja, meningkatkan taraf hidup masyarakat, mempercepar pembangunan
pedesaan dan regional.
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL), adalah kajian
mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. (Pasal 1 UU No.23 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).
Perusahaan yang wajib memiliki AMDAL berdasarkan Permen LH No. 05
tahun 2012 tentang jenis usaha dan/ atau kegiatan yamg wajib memeliki analisis
mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah memiliki luas areal tanaman
perkebunan ≥3000 ha. Sedangakan perusahaan yang wajib memeliki UKL-UPL
adalah yang memiliki luas areal tanaman perkebunan ≤3000 ha.
Perusahaan Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit yang dikelola oleh PTPN
VII Unit Usaha Bekri memiliki luas areal perkebunana sekita 4.261 ha. Oleh karena
itu, perusahaan ini wajib memiliki AMDAL dan UKL UPL.

Anda mungkin juga menyukai