BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
usaha yang diciptakan berdasarkan kemampuan dan potensi yang ada dalam
masyarakat. Dilihat dari perjalanan sejarahnya Koperasi Unit Desa (KUD) Karya
Makmur sudah berjalan sejak tahun 2008 yang pada awalnya merupakan
kelompok Tani Karya Makmur (Pra Koperasi), Namun seiring dengan kegiatan
usahanya yang semakin luas, maka pada penghujung tahun 2010 dibentuklah
secara resmi Koperasi Karya Mandiri, Jumlah anggota koperasi sampai sekarang
semakin bertambah yang pada tahun 2012 mencapai 337 anggota dan sekarang ini
sudah 671 anggota. Dengan semangat kerja keras dan keinginan membangun
dunia usaha yang memiliki kompetensi.
Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Makmur terletak Di Desa Sumbu Sari
Kecamatan Mesuji Raya Kabupaten Ogan Komering Ilir, Masyarakat di Desa
Sumbu Sari pada umumnya adalah bekerja sebagai petani kelapa sawit. Di Desa
Sumbu sari perkebunan sawit sudah tidak asing lagi selain perkebunan milik
pribadi juga ada perkebunan yang di olah oleh perusahaan. Dengan besarnya hasil
yang didapatkan dari perkebunan sawit ini menyebabkan masyarakat terdorong
untuk terus mengembangkan areal perkebunan kelapa sawit. Sehingga di Desa
Sumbu sari masyarakat telah banyak merubah lahan yang awalnya tidak di
fungsikan kini di pergunakan menjadi perkebunan sawit. Bisa dikatakan Desa
Sumbu sari yang dulunya memiliki banyak lahan yang tidak di fungsikan
sekarang sudah di pergunakan menjadi lahan perkebunan. Petani di Desa Sumbu
Sari merupakan pendapatan dari hasil usahatani kelapa sawit. Dari kegiatan
Usahatani kelapa sawit tersebut dapat memberikan kontribusi pendapatan petani.
Yang mana dari hasil Produksi kelapa sawit petani di Desa Sumbu Sari menjual
hasil produksinya tersebut ke Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Makmur di Desa
Sumbu Sari.
Hal yang paling penting dari kesejahteraan adalah pendapatan, sebab
beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat
pendapatan. Pemenuhan kebutuhan di batasi oleh pendapatan rumah tangga yang
dimiliki, terutama bagi yang berpendapatan rendah. semakin tinggi besarnya
pendapatan rumah tangga maka presentase pendekatan untuk pangan akan
semikin berkurang. dengan kata lain, apabila terjadi peningkatan pendapatan dan
3
peningkatan tersebut tidak merubah nilai kosumsi maka rumah tangga tersebut
sejahtera. sebaliknya, apabila peningkatan pendapatan rumah tangga dapat
merubah pola kosumsi maka rumah tangga tersebut tidak sejahterah dalam hal
kesejahteraan anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Makmur di Desa Sumbu
Sari jauh dari kata sejahterah ini terlihat dari tingkat pendapatan beberapa tahun
terakhir mengalami penurunan yang signifikan sehingga banyak petani ikut
melangalami penurunan pendapatan dan mengakibatkan turunnya tingkat
kesejahteraan
Pada 3 Oktober 2017 Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Makmur
mendapatkan sertifikat RSPO oleh PT Sampoerna Agro Tbk selaku pembuat
sertifikasi RSPO (Roundtable Sustainable on Palm Oil) pada kebun inti dan
pabrik, serta koperasi unit desa (KUD) binaan untuk mewujudkan perkebunan
kelapa sawit yang berkelanjutan (sustainable). Serah terima sertifikat RSPO bagi
KUD plasma ini dilakukan Selasa 3 Oktober 2017 di Kantor Group Belida
Sampoerna Agro, Sumatera Selatan. Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Makmur
terus mengembangkan berbagai bidang usaha lainnya dan melebarkan sayapnya
ke berbagai wilayah khususnya di Ogan Komering Ilir. Koperasi bertujuan
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Tahun 2012 Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Makmur menjalin kerja
sama dengan PT. Aek Tarum Sampoerna Agro adalah perusahaan perkebunan
yang membuka lahan perkebunan kelapa sawit. Untuk mengolah kelapa sawit
menjadi CPO, juga membuka pabrik pengolahan kelapa sawit tersebut. Sehingga,
kelapa sawit hasil panenannya langsung diolah di pabrik PKS Belida yang terletak
di areal perkebunan sawit, Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Makmur sudah
mampu menciptakan berbagai bidang usaha, yang bisa menampung aspirasi
anggotanya melalui karya nyata dibidang usaha simpan pinjam, distribusi
sembako, perdagangan umum, konveksi, pertanian, perkebunan, rumah makan,
jasa reflexsi, dan jasa kontruksi.
4
rakyat terluas terletak di Kecamatan Air Sugihan dengan luas lahan seluas 3.042
ha dan menghasilkan produksi sebesar18.434 ton dengan produktivitas sebesar
6,06.Sedangkan Kecamatan Lemping menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat
tersempit dengan luas areal hanya 15 ha dengan menghasilkan produksi sebesar
121 ton dengan produktivitas sebesar 8,06, sedangkan untuk Luas Areal dan
Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Menurut Kecamatan Mesuji Raya di
Kabupaten Ogan Komering Ilir pada tahun 2019 telihat pada tabel 2 dibawah ini.
yang berperan sebagai inti sedangkan perkebunan rakyat sebagai plasma atau
peserta. Lokasi permukiman transmigrasi di kawasan Kecamatan Mesuji Raya
dibangun pada 1982-1983, yang meliputi trasmigrasi dari Jawa Tengah, Jawa
Barat, Jawa Timur, DIY, dan Bali, dan di bagi menjadi 17 desa.Desa Sumbu Sari
merupakan sentra perkebunan kelapa sawit dengan total jumlah petani dan
produksi kelapa sawit terbesar di Kecamatan Mesuji Raya. Jumlah petani di
Kecamatan Mesuji Raya sebanyak 10.504 kk sedangkan jumlah petani di Desa
Sumbu Sari tersebut sebanyak 603 kk serta memiliki 6 Koperasi Unit Desa
spritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara amggota keluarga
dengan masyarakat dan lingkungan (Faturochman, 1998).
Menurut Soyogyo (1991), kesejahteraan merupakan hal yang sangat penting
di dalam kehidupan masyarakat. untuk menghitung tungkat kesejahteraan dengan
cara pendekatan tingkat kemiskinan yang menggunakan kriteria besarnya
pendapatan rumah tangga. Besarnya pendapatan di ukur dengan nilai bahan
pokok, tingkat kemiskinan bedasarkan pendapatan perkapita pertahun yang diukur
dengan satuan beras setempat. Pada tahun 2017, angka kemiskinan di Kabupaten
OKI mencapai 15,75 persen. Sedangkan untuk Provinsi Sumatera Selatan sendiri,
Kabupaten yang terkenal dengan sebutan Bumi Bende Seguguk ini menempati
urutan ke 4 dengan angka kemiskinan tertinggi. Hingga tahun 2024 nanti,
pemerintah setempat menargetkan penurunan kemiskinan mencapai 5,30 persen
atau turun menjadi 9.98 persen.
Bedasarkan uraian latar belakang yang telahh dijabarkan diatas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang " Studi Tingkat
Kesejahteraan Petani Kelapa Sawit anggota KUD Karya Makmur Di Desa
Sumbu Sari Kecamatan Mesuji Raya Kabupaten Ogan Komering Ilir".
B. Rumusan Masalah
2. Bagi petani penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemahaman tentang tingkat
kesejahteraan petani dalam meningkatkan ekonomi di desa Sumbu Sari.
3. Sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan topik yang
serupa.
10
11
tangga petani perluas garapan pengendalian hama rata Rp 1.500,-. Dan tingkat
tergolong hamper pertahun. Peran penyakit dan pemanenan. Penerimaan petani kesejahteraan
miskin (kurang serta KUD Rahayu Pendapatan yang kelapa sawit adalah petani kelapa sawn
sejahtera). dalam pemasaran diterima oleh KPS sebesar Rp di Desa Linggosari
kelapa sawit sejahtera pada tahun 19.141.423. dinyatakan cukup
adalah pihak KUD 2010 sebesar Rp Usahatani kelapa karena berdasarkan
Rahayu yang 11.158.712.637,64/tahun. sawit di Kabupaten ukuran yang
bertanggung jawab Musi Banyasin disetarakan dengan
terhadap distribusi menguntungkan beras dimana kg
buah kelapa sawit dengan pendapatan per tahun per kapita
ke pabrik atas biaya tunai dinyatakan cukup.
pengolahan dan sebesar Rp Dimana petani di
pihak KUD 11.739.725 dan Desa Linggosari
Rahayu pula yang pendapatan atas memperoleh 2.792
menanggung biaya total sebesar kg tahun/kapita.
semua biaya Rp 10.308.945. Kata kunci:
sarana Pendapatan petani,
transportasi, tingkat
meliputi kesejahteraan
Upah angkut petani kelapa sawit.
dengan perahu
bermotor dan
truk, upah
penimbangan.
Mandor panen
dan retribusi
buah.
14
B. Tinjauan Pustaka
tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang di lakukan dan di ikuti oleh
K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai Timur Indonesia (Deli) dan
Aceh. Lalu luas areal perkebunannya saat itu sebesar 5.123 ha. Indonesia mulai
mengekspor minyak kelapa sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-
negara Eropa, kemudian tahun 1923 mualai mengekspor minyak inti sawit sebesar
850 ton (Fauzi et al,2012).
Adapun ciri-ciri fisiologi kelapa sawit adalah sebagi berikut :
A. Daun
Daunnya merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah
berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak,
hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
B. Batang
Batang tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah
umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip
dengan tanaman kelapa.
C. Akar
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping.
Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping
atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
D. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk
lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
E. Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah
tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul
dari tiap pelapah. Buah terdiri dari tiga lapisan:
a). Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
b) .Mesoskarp, serabut buah
16
c). Endoskarp, cangkang pelindung inti Inti sawit merupakan endosperm dan
embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
d. Tanah gambut lahan gambut yang telah terdegradasi dan akan dimanfaatkan
untuk melakukan budidaya kelapa sawit perlu diperhatikan beberapa hal
sebagai berikut:
a. Penilaian kesesuaian lahan
b. Pembukaan lahan yang baik
c. Tata air (water management)
d. Pemadatan gambut
e. Pembangunan dan peningkatan kualitas jalan
f. Pelaksanaan kultur yang baik
g. Pemupukan
h. Waspada terhadap air
e. Penanaman kelapa sawit
1. Penentuan pola tanaman pola tanam menggunakan sistem monokultur.
tanaman penutup tanah (legume cover crop lcc) pada areal tanaman
kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika,
kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban
tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma).
penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera
setelah persiapan lahan selesai.
2. Pembuatan lubang tanam penggalian lubang dilakukan pada titik ajir
sedemikian rupa sehingga ajir berada tepat di tengah lubang tanam. buat
tanda batas penggalian dengan tongkat berukuran tadi sebelum ajir
dicabut untuk penggalian lubang. setelah lubang selesai, ajir harus
dikembalikan pada posisi tepat di tengah lubang.
3. Cara penanaman penanaman pada awal musim hujan yaitu bulan oktober
dan bulan november, setelah hujan turun dengan teratur. sehari sebelum
tanam, siram bibit pada polibag. lepaskan plastik polybag hati-hati dan
masukkan bibit ke dalam lubang. taburkan natural glio yang sudah
dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar
perakaran tanaman. segera ditimbun dengan galian tanah atas. siramkan
poc nasa secara merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau
21
semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). lalu gunakan 1 botol super nasa yang
diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air. kemudian setiap 1 liter air diberi
10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
Salah satu tindakan yang amat penting dalam teknik budidaya tanaman
kelapa sawit adalah dengan melakukan perawatan tanaman. Hal ini akan
menentukan masa non produktifitasnya.
Dengan perawatan yang intensif sejak mulai tanam diharapkan kelapa sawit
mempunyai masa non-produktif yang pendek. Dengan demikian, kelapa sawit
mampu lebih cepat berproduksi dan tentu saja hal ini akan menguntungkan pihak
petani.
Dalam arti yang lebih luas, perawatan bukan hanya ditujuakan terhadap
tanaman saja, tetapi juga tanahnya. Walaupun tanaman dirawat dengan baik, jika
dari segi perawatan tanah diabaikan, maka hal tersebut tidak akan banyak
memberikan manfaat.
Perawatan tanaman kelapa sawit meliputi beberapa hal, antara lain,
penyulaman, penanaman tanaman sela, pemberantasan hama, pemangkasan,
pemupukan kastrasi dan penyerbukan buatan.
f. Penyulaman
Tanaman yang mati atau kurang baik pertumbuhannya harus diganti atau
disulam dengan tanaman baru. Kematian atau kurang baikknya pertumbuhan
kelapa sawit dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu penanaman yang kurang
teliti, kekeringan, terendam air, terserang hama atau penyakit maupun gangguan
lainnya.
Suatu penanaman dapat dikatakan berhasil jika jumlah tanaman yang
disulam maksimal 2-3% dari seluruh bibit yang ditanam. Untuk keperluan
penyulaman, sangat perlu adanya cadangan bibit. Pada perkebunan besar, jumlah
cadangan bibit dapat mencapai 5% dari jumlah bibit yang ditanam.
Musim hujan saat yag baik untuk melakukan penyulaman. Bibit yang
digunakan sebaiknya seumur dengan tanaman yang disulam, yaitu yang sudah
berumur 12-14 bulan.
22
Untuk itu, agar bibit cadangan dapat mengikuti perkembangan bibit yang di
lapangan, maka harus di peindahkan ke kantong plastik yang lebih besar dan
dipelihara sebagaimana mestinya. Cara melaksanakan penyulaman sama dengan
menanam bibit.
Salah satu komponen yang harus diperhatikan dengan baik adalah teknik
pemupukan. Dengan penerapan dosis dan teknik yang tepat, maka sawit akan
memberikan hasil yang optimal. Berikut ini metode dan cara pemupukan kelapa
sawit yang benar dan tepat sasaran.
g. Metode Pemupukan
Dalam proses pemupukan kelapa sawit, terdapat dua metode yang dipakai di
perkebunan, yaitu metode tebar dan benam. Sebelum memilih salah satu dari
kedua metode tersebut, sebaiknya lakukan riset terlebih dahulu, seperti keadaan
lingkungan dan lainnya. Sebab, jika salah dalam memilih metode pemupukan,
dikhawatirkan hasil panen yang akan diperoleh tidak maksimal.
h. Metode tebar
Jika anda memilih pemupukan dengan metode tebar, maka anda sebaiknya
menebarkan pupuk pada pinggir piringan, atau pada jarak 0,5 meter dari tanaman
muda dan 1-2,4 meter dari tanaman tua.
i. Metode benam
Jika menggunakan metode benam, maka pupuk sebaiknya diberikan pada 4
sampai 6 lubang di piringan sekeliling tanaman kelapa sawit. Setelah
memasukkan pupuk sesuai dosis ke dalam lubang, anda dapat menutup lubang
tersebut agar pupuk dapat meresap dengan baik.Metode benam biasa digunakan
pada lahan rendah, karena jika digunakan pada lahan gambut dan pasir akan
mudah mengalami erosi, sehingga pupuk tak terserap dengan baik.
Setelah mengetahui formula yang tepat, maka anda sudah bisa
mengaplikasikan pupuk pada tanaman.
a. Pembersihan piringan.
Langkah awal adalah membersihkan piringan dari rerumputan dan alang-alang.
Hal ini dilakukan agar pupuk yang akan ditebar tidak terhalang oleh rumput,
dan dapat menyerap dengan baik.
23
b. Tabur pupuk.
Penaburan pupuk dilakukan dengan merata dan melingkar pada pinggiran
piringan dan berjarak 0,5 meter dari tanaman muda atau 1 hingga 2,4 meter
dari tanaman tua. Usahakan penaburan pupuk tetap di dalam piringan.
c. Jangan Campur Pupuk.
Apabila terdapat dua pupuk yang tak bisa dicampur dengan jenis pupuk
lainnya, maka penaburan harus dilakukan secara terpisah. Setidaknya beri
jangka waktu 12 hari antara pupuk satu dengan pupuk lainnya.
d. Pupuk berbentuk remah.
Usahakan agar pupuk yang ditebar sudah berbentuk remah, tidak dalam bentuk
gumpalan-gumpalan. Apabila masih berbentuk gumpalan, dianjurkan untuk
menghancurkannya terlebih dahulu.
e. Gunakan takaran dosis.
Agar pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman kelapa sawit, sebaiknya anda
menggunakan takaran dosis pada saat menebarnya. Pemberian pupuk yang
tepat memungkinkan sawit dapat tumbuh dengan baik.
j. Pemanenan kelapa sawit
pemanenan kelapa sawit dapat dilakukan pada usia 3-4 tahun untuk
produksi buah pasir. Secara umum kelapa sawit adalah tumbuhan dengan usia
rata-rata 20-25 tahun. Puncak produksi buah kelapa sawit antara usia 7-15 tahun
setah itu produksi buah akan menurun, begitupun kualitas buah sawit juga akan
menurun.
Koperasi Unit Desa (KUD) adalah suatu Koperasi serba usaha yang
beranggotakan penduduk desa dan berlokasi didaerah pedesaan, daerah kerjanya
biasanya mencangkup satu wilayah kecamatan. Pembentukan KUD ini merupakan
penyatuan dari beberapa Koperasi pertanian yang kecil dan banyak jumlahnya
dipedesaan. Selain itu KUD memang secara resmi didorong perkembangannya
oleh pemerintah. Koperasi dikenalkan di Indonesia oleh R.Aria Wiriatmadja
diPurwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Pada tanggal 12 juli 1947,
24
Sebagai contoh Koperasi Unit Desa (KUD) seperti yang sudah diuraikan
pada Bab terdahulu yang oleh pemerintah saat itu sebagai salah satu wadah
perekonomian pedesaan yang tepat untuk membantu meningkatkan
perekonomian pedesaan. Saat tersebut rakyat yang sebagian tinggal di pedesaan
dengan serba kekurangan akibat ditelantarkan oleh pihak kolonial Belanda yang
menyebabkan:
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut
masyarakat yang maju, adil, dan makmur, berlandaskan Pancasila dan Undang
adalah koperasi.
badan usaha yang lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki identitas ganda
(the dual identity of the member), yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus
1. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya pada
anggotanya.
yang dipatok harus lebih rendah dari tempat meminjam uang yang
lain.
29
rumah tangga.
teknis pertanian.
instansi.
dan kejujuran.
5. Konsepsi RSPO
jawab lingkungan dan konservasi kekayaan alam dan keanekaragaman hayati; (6)
tanggung jawab kepada pekerja, individu dan komunitas dari kebun dan pabrik;
(7) pengembangan perkebunan baru secara bertanggung jawab; dan (8) komitmen
terhadap perbaikan terus-menerus pada wilayah utama aktivitas (Drajat, B. 2009).
Organisasi ini dimulai pada 2003 sebagai kerja sama informal antara Aarhus
United UK Ltd, WWF (World Wildlife Fund), Golden Hope Plantations Berhad,
Migros, the Malaysian Palm Oil Association, Sainsbury, dan Unilever. RSPO
telah memiliki 892 anggota yang berasal dari produsen, manufaktur, perbankan,
retail, NGO dan CPO trader. Dengan rincian, anggota ordinary (biasa) berjumlah
659, anggota afiliasi sebanyak 100 dan Supply Chain Associates berjumlah 133
anggota (RSPO, 2012).
Anggota biasa RSPO yang berjumlah 659 orang terdiri dari tujuh kategori
pemangku kepentingan (stakeholder) yaitu 17% perusahaan kelapa sawit, 35,4%
pedagang dan pemroses minyak sawit, 35,1% konsumen/industri minyak sawit,
6,9 % pengecer, 1,5% Bank dan Investor, 2,5% Lembaga Sosial Masyarakat
(LSM) bidang lingkungan / Konservasi Alam dan 1,3% LSM bidang social /
pembangunan (RSPO, 2012). Indonesia merupakan Negara ke empat terbesar dari
seluruh stakeholdernya yang menjadi anggota RSPO yaitu 14,5%.
Adapun sepuluh besar Negara-negara anggota RSPO yaitu Inggris, Malaysia,
Jerman, Indonesia, Belanda, Perancis, Amerika, Singapura, Swiss dan Australia
(RSPO, 2012). Anggota Biasa adalah setiap organisasi yang memiliki keterlibatan
langsung dalam rantai pasokan minyak sawit, atau LSM yang terkait. Anggota-
anggota mempunyai hak suara di Majelis Umum dan dapat terbuka menyatakan
bahwa mereka adalah anggota RSPO. Anggota Afiliasi adalah individu atau
organisasi dengan keterlibatan langsung atau kepentingan dalam rantai pasokan
minyak sawit, tidak memiliki hak suara dan tidak memiliki hak untuk mengklaim
mereka adalah anggota RSPO.
Supply Chain Associates adalah organisasi-organisasi yang aktif dalam rantai
pasokan minyak sawit bersertifikat RSPO yang tidak membeli produk kelapa
sawit lebih dari 500 juta ton / tahun. Mereka tidak memiliki hak suara di Majelis
Umum RSPO. Mereka diperbolehkan untuk publik negara mereka adalah anggota
33
Asosiasi RSPO (RSPO, 2012). Pada tahun 2011 RSPO membuat merek dagang
RSPO yang memungkinkan konsumen mengambil keputusan bijaksana dalam
memilih produk yang ingin mereka konsumsi. Selain itu, dengan mencantumkan
merek dagang RSPO pada kemasan produknya, produsen keperluan rumah tangga
seperti margarin, kue, cokelat, sabun dan kosmetik dapat mendemonstrasikan
komitmen mereka terhadap minyak sawit berkelanjutan kepada konsumen dan
publik.
Anggota RSPO kini dapat menggunakan merek dagang RSPO pada kemasan
produk mereka dan juga dalam segala bentuk komunikasi yang mereka lakukan
berkaitan dengan produk yang mengandung minyak sawit yang diproduksi
berdasarkan standarisasi RSPO (RSPO, 2012). Produksi minyak sawit lestari akan
tergantung pada kelayakan ekonomi, lingkungan hidup dan sosial, yang dicapai
melalui:
a. Prinsip 1: Komitmen terhadap keterbukaan
b. Prinsip 2: Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
c. Prinsip 3: Perencanaan manajemen untuk mencapai kelayakan ekonomi
dan keuangan jangka panjang
d. Prinsip 4: Digunakannya praktik usaha yang baik oleh para produsen dan
pabrik pengolah
e. Prinsip 5: Tanggung jawab lingkungan hidup dan konservasi sumber daya
alam serta keanekaragaman hayati.
f. Prinsip 6: Pertimbangan yang bertanggung jawab para karyawan dan
perorangan serta masyarakat yang terkena dampak dari produsen dan
pabrik pengolah.
g. Prinsip 7: Pengembangan perkebunan baru yang bertanggung jawab
h. Prinsip 8: Komitmen terhadap peningkatan sinambung di bidang kegiatan
utama.
Organisasi RSPO mencatat baru dua BUMN perkebunan kelapa sawit di
Indonesia yang sudah memegang sertifikat RSPO bagi beberapa lahannya. Hal ini
dikarenakan porsi lahan penggarapan BUMN yang sedikit jika dibandingkan
34
dengan lahan yang digarap perusahaan swasta. BUMN hanya mengerjakan sekira
600 ribu ha dari 7,6 juta ha lahan sawit yang ada di Indonesia.
Selain itu, BUMN juga terkendala masalah dokumentasi karena sebagian
besar prinsip dan kriteria RSPO sudah dilaksanakan namun dokumentasinya
kurang lengkap. Sampai saat ini, RSPO Indonesia telah memberikan sertifikat
kepada 24 lahan kelapa sawit di Indonesia yang dikelola berbagai perusahaan baik
BUMN maupun swasta. Selain itu, masih ada pulalahan yang sudah disertifikasi
tetapi masih menunggu proses sertifikat. Dari jumlah itu, hanya dua BUMN yaitu
PTPN III dan PTPN IV yang telah mendapatkan sertifikat RSPO untuk beberapa
lahannya. PTPN III dan IV merencanakan seluruh unit perkebunan kelapa
sawitnya memperoleh sertifikasi RSPO (RSPO, 2012).
Salah satu pertimbangan utama bagi perusahaan perkebunan untuk
mendapatkan atau tidak mendapatkan sertifikat RSPO adalah tingginya biaya baik
untuk proses pemenuhan persyaratan maupun untuk pengurusan sertifikatnya.
Biaya untuk pembuatan sertifikat yang besar tentunya mempengaruhi biaya
produksi yang dikeluarkan perusahaan perkebunan dalam memproduksi kelapa
sawit berbeda dengan biaya produksi yang dikeluarkan oleh perkebunan tidak
bersertifikat RSPO.
Pertimbangan lain adalah ketidakpastian terhadap kompensasi CPO yang
dihasilkan setelah perusahaan perkebunan bersertifikat RSPO. Dari segi harga
CPO ada perbedaan antara yang telah bersertifikat dan yang belum yakni yang
dikenal dengan harga premium. Perbedaan selisih harga US$ 10 sampai US$50
per ton CPO di atas harga CPO yang belum sertifikat. Walaupun harga premium
itu sendiri tercipta dari perundingan antara penjual dengan pembeli. Karena
sebetulnya sertifikasi RSPO tidak bersifat mandatory (wajib), tapi voluntary
(sukarela). Karena bukan mandatory, akhirnya soal harga ditentukan antara si
penjual dan si pembeli (Utomo, 2010).
Menurut RSPO (2012) bahwa manfaat dari sertifikasi RSPO bagi perkebunan
kelapa sawit antara lain yaitu: Pendapatan dan Pemasaran Dengan sertifikasi
RSPO, perusahaan perkebunan kelapa sawit dapat mempertahankan posisi
tawarnya di pasar internasional khususnya di Uni Eropa dan Amarika Utara dan
35
6. Konsepsi Produksi
36
usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap
(Soekartawi, 1995):
tidak ada produksi. Komponen biaya tetap antara lain: pajak tanah,
Rumus:
FC=Px.X
Keterangan :
Px : Harga Input
X : Jumlah Input
2. Biaya tidak tetap atau biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang
Rumus :
VC=TC– FC
Keterangan :
FC : Biaya tetap(fixedcost)
38
8. Konsepsi Harga
Menurut Khaidir (2015) harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa
produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi
dari barang beserta pelayanan. Harga adalah jumlah uang yang harus konsumen
bayarkan untuk mendapatkan produk tersebut. Harga (price) adalah apa yang
dibebankan untuk sesuatu.
Harga merupakan nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah
uang yang miliki nilai tersebut, seseorang atau pengusaha bersedia melepaskan
jasa atau barang yang dimilikinya pada pihak lain ( Hermanto, 1994 )
Harga adalah perbandingan antara biaya produksi dengan produksi
dihasilkan atau biaya satuan produksi. Tinggi rendahnya harga pokok di
pengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat teknis antara lain produktivitas
tanaman, kualitas produk yang dijual serta lokasi atau tempatmendapatkan faktor-
faktor produksi dan upah tenaga kerja. Harga adalah nilai yang dinyatakan dalam
rupiah (Daniel, 2002)
9. Konsepsi Penerimaan
yang dilakukan berbeda-beda antara petani yang satu dan petani yang lain
walaupun luas tanah garapan dan komonditi yang di hasilkan bersama.
Penerimaan adalah seluruh pendapatan dari semua cabang dari sumber dalam
usahatani dalam satu tahun, yang dapat di perhitungkan dari hasil penjualan,
pertukaran atau penaksiran kembali (Hadispoetra,1990).
Menurut Khaidir (2015) penerimaan adalah jumlah uang yang diproleh dari
penjualan sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala penghasilan
yang diproleh oleh petani dari hasil penjualan produksinya. Penerimaan agribisnis
adalah perkalian antara produksi yang diproleh dengan harga jual. Hasil total
penerimaan dapat diproleh dengan mengalikan jumlah satuan output yang dijual
dengan harga barang yang bersangkutan.
TR = Py.Y
Dimana : TR= total revenue (total penerimaan)
Py= harga output perunit (Rp/unit)
Y= jumlah output yang dihasilkan (unit)
1. Tahapan
II, dan 5 (lima) indikator KS III, tetapi tidak memenuhi salah satu dari
2 (dua) indikator Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau
indikator “aktualisasi diri” (self esteem) keluarga.
e. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus Yaitu keluarga yang mampu
memenuhi keseluruhan dari 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8
(delapan) indikator KS II, 5 (lima) indikator KS III, serta 2 (dua)
indikator tahapan KS III Plus.
d. Dua indikator Kelarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator
”aktualisasi diri” (self esteem) dari 21 indikator keluarga, yaitu:
C. Model Pendekatan
Petani
Usahatani Kelapa
Sawit
Biaya Produksi
Produksi
Penerimaan
Keterangan :
: Menerima
: Mempengaruhi
1. Sampel adalah Petani kelapa sawit anggota KUD Karya Makmur yang
beralamat di Desa Sumbu Sari Kecamatan Mesuji Raya.
2. Usahatani kelapa sawit adalah suatu kegiatan usahatani yang dilakukan untuk
menghasilkan produksi berupa kelapa sawit dalam bentuk Tandan Buah Segar
(TBS).
3. Koperasi Unit Desa adalah suatu Koperasi serba usaha yang beranggotakan
penduduk desa dan berlokasi pedesaan, daerah kerjanya biasanya mencakup
suatu wilayah.
4. Biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang di keluarkan oleh petani
kelapa sawit dalam satu tahun trakhir yang terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel (Rp/Ha/Th).
5. Biaya Tetap adalah biaya yang tidak habis sekali pakai, Biaya tetap dalam ini
adalalah seperti biaya perawatan tanaman kelapa sawit (Rp/Ha/Th).
6. Biaya Variabel adalah biaya yang habis dalam sekali pakai, biaya variabel
dalam penelitian ini adalah seperti biaya pemupukan ,penunasan,dan biaya
piringan tanaman kelapa sawit (Rp/Ha/Th).
52
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Sumbu Sari Kecamatan Mesuji Raya
Kabupaten Ogan Komering Ilir, Yaitu pada petani kelapa sawit yang juga
merupakan anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Makmur, Lokasi penelitian
ditentukan secara sengaja (purposive),dengan pertimbangan Koperasi Unit Desa
(KUD) Karya Makmur mempunyai sertifikat Rountable Sustainable Palm Oil
(RSPO) dan anggota terbanyak di Kecamatan Mesuji Raya dan juga bahwa Desa
Sumbu Sari Kecamatan Mesuji Raya Kabupaten Ogan Komering Ilir salah satu
daerah dengan mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani kelapa
sawit Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan April 2020 sampai dengan
bulan Juni 2020.
B. Metode Penelitian
54
54
C. Metode Penarikan Contoh
1) Teknik Observasi.
Menurut Nawawi dan Martini (1992) “observsi adalah pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu
gejala atau gejala-gejala pada obyek penelitian”. Adanya observasi peneliti
dapat mengetahui kegiatan pengamen jalanan yang berada di Surakarta, dalam
kesehariannya melakukan mengamen. Berdasarkan pemaparan di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa observasi merupakan kegiatan pengamatan dan
pencatatan yang dilakukan oleh peneliti guna menyempurnakan penelitian agar
mencapai hasil yang maksimal.
yang telah di persiapkan, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang
terkait secara literatur yang ada hubungan dengan penelitian ini.
Pd = Pn - Bn
Pn = Pr x Hj
Bp = Bt + Bv
57
Bv = Hx . X
NB−NS
BT = Np =
LP
Dimana:
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Ogan Komering Ilir Dalam Angka 2018.
https://okikab.bps.go.id/publication/2018/08/16/e92c73890db87748e2affc74/kabup
aten-ogan-komering-ilir-dalam-angka-2018.html. diakses pada tanggal 23
September 2019.
Fauzi, Y., Widyastuti, Y.E., Satyawibawa, I., Paeru, R.H. 2012. Kelapa Sawit:
Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Hasibuan, Malayu S.P., 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara,
Jakarta.
Soekartawi. 2001. Analisis Usahatani. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Sinar
Grafika Osset. Jakarta.
Tarigan, Robinson. 2011. Ekonomi Regional Edisi Revisi. Jakarta. Penerbit Bumi
Aksara.