Anda di halaman 1dari 59

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prioritas pembangunan di Indonesia diletakan pada pembangunan bidan


ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Sektor pertanian masih
memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut didasarkan
pada peranannya sebagai penyedia bahan pangan, bahan baku industri, sumber
pendapatan bagi jutaan petani yang terbesar di seluruh Indonesia, serta sebagai
sumber penghasilan devisa negara setelah sektor minyak gas. Pertanian mencakup
beberapa subsektor, yaitu tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perternakan,
dan perikanan (Oktaliando dalam Nuryana, 2018 ). Sektor pertanian merupakan
sektor primer mampu memberikan konstribusi secara langsung terhadap
kesejahtraan rumah tangga tani. Hal ini tergantung pada tingkat pendapatan
usahatani dan surplus yang di hasilkan oleh sektor itu sendiri. Dengan demikian,
tingakat pendapatan usahatani,disamping merupakan penentu utama kesejahteraan
rumah tangga tani juga sebagai salah satu faktor penting yang mengondisikan
pertumbuhan ekonomi, (Mosher,1987).
Dalam perkembangannya di Indonesia, pemerintah terus melakukan upaya
untuk penyempurnaan terhadap perkembangan pola perkebunan kelapa sawit. Hal
tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
perkebunan, terutama bagi petani pengolahan. Pola perkebunan ini rakyat mulai
dirancang pada tahun 1974/1975 dan di perkenalkan dalam bentuk proyek
NES/PIR-BUN di daerah perkebunan pada 1977/1978. Dalam konsep PIR,
perusahaan perkebunan, baik pemerintah maupun swasta, berperan sebagai inti,
sedangkan perkebunan rakyat sebagai plasma atau peserta. Tujuan utama PIR
adalah mengangkat harkat hidup petani dan keluarga dengan cara meningkatkan
produksi dan pendapatan usahatani (Fauzi et al,.2012).
Koperasi Karya Makmur adalah merupakan koperasi unit desa (KUD) yang
didirikan untuk membangun dunia usaha melalui karya nyata diberbagai bidang

1
2

usaha yang diciptakan berdasarkan kemampuan dan potensi yang ada dalam
masyarakat. Dilihat dari perjalanan sejarahnya Koperasi Unit Desa (KUD) Karya
Makmur sudah berjalan sejak tahun 2008 yang pada awalnya merupakan
kelompok Tani Karya Makmur (Pra Koperasi), Namun seiring dengan kegiatan
usahanya yang semakin luas, maka pada penghujung tahun 2010 dibentuklah
secara resmi Koperasi Karya Mandiri, Jumlah anggota koperasi sampai sekarang
semakin bertambah yang pada tahun 2012 mencapai 337 anggota dan sekarang ini
sudah 671 anggota. Dengan semangat kerja keras dan keinginan membangun
dunia usaha yang memiliki kompetensi.
Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Makmur terletak Di Desa Sumbu Sari
Kecamatan Mesuji Raya Kabupaten Ogan Komering Ilir, Masyarakat di Desa
Sumbu Sari pada umumnya adalah bekerja sebagai petani kelapa sawit. Di Desa
Sumbu sari perkebunan sawit sudah tidak asing lagi selain perkebunan milik
pribadi juga ada perkebunan yang di olah oleh perusahaan. Dengan besarnya hasil
yang didapatkan dari perkebunan sawit ini menyebabkan masyarakat terdorong
untuk terus mengembangkan areal perkebunan kelapa sawit. Sehingga di Desa
Sumbu sari masyarakat telah banyak merubah lahan yang awalnya tidak di
fungsikan kini di pergunakan menjadi perkebunan sawit. Bisa dikatakan Desa
Sumbu sari yang dulunya memiliki banyak lahan yang tidak di fungsikan
sekarang sudah di pergunakan menjadi lahan perkebunan. Petani di Desa Sumbu
Sari merupakan pendapatan dari hasil usahatani kelapa sawit. Dari kegiatan
Usahatani kelapa sawit tersebut dapat memberikan kontribusi pendapatan petani.
Yang mana dari hasil Produksi kelapa sawit petani di Desa Sumbu Sari menjual
hasil produksinya tersebut ke Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Makmur di Desa
Sumbu Sari.
Hal yang paling penting dari kesejahteraan adalah pendapatan, sebab
beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat
pendapatan. Pemenuhan kebutuhan di batasi oleh pendapatan rumah tangga yang
dimiliki, terutama bagi yang berpendapatan rendah. semakin tinggi besarnya
pendapatan rumah tangga maka presentase pendekatan untuk pangan akan
semikin berkurang. dengan kata lain, apabila terjadi peningkatan pendapatan dan
3

peningkatan tersebut tidak merubah nilai kosumsi maka rumah tangga tersebut
sejahtera. sebaliknya, apabila peningkatan pendapatan rumah tangga dapat
merubah pola kosumsi maka rumah tangga tersebut tidak sejahterah dalam hal
kesejahteraan anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Makmur di Desa Sumbu
Sari jauh dari kata sejahterah ini terlihat dari tingkat pendapatan beberapa tahun
terakhir mengalami penurunan yang signifikan sehingga banyak petani ikut
melangalami penurunan pendapatan dan mengakibatkan turunnya tingkat
kesejahteraan
Pada 3 Oktober 2017 Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Makmur
mendapatkan sertifikat RSPO oleh PT Sampoerna Agro Tbk selaku pembuat
sertifikasi RSPO (Roundtable Sustainable on Palm Oil) pada kebun inti dan
pabrik, serta koperasi unit desa (KUD) binaan untuk mewujudkan perkebunan
kelapa sawit yang berkelanjutan (sustainable). Serah terima sertifikat RSPO bagi
KUD plasma ini dilakukan Selasa 3 Oktober 2017 di Kantor Group Belida
Sampoerna Agro, Sumatera Selatan. Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Makmur
terus mengembangkan berbagai bidang usaha lainnya dan melebarkan sayapnya
ke berbagai wilayah khususnya di Ogan Komering Ilir. Koperasi bertujuan
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Tahun 2012 Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Makmur menjalin kerja
sama dengan PT. Aek Tarum Sampoerna Agro adalah perusahaan perkebunan
yang membuka lahan perkebunan kelapa sawit. Untuk mengolah kelapa sawit
menjadi CPO, juga membuka pabrik pengolahan kelapa sawit tersebut. Sehingga,
kelapa sawit hasil panenannya langsung diolah di pabrik PKS Belida yang terletak
di areal perkebunan sawit, Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Makmur sudah
mampu menciptakan berbagai bidang usaha, yang bisa menampung aspirasi
anggotanya melalui karya nyata dibidang usaha simpan pinjam, distribusi
sembako, perdagangan umum, konveksi, pertanian, perkebunan, rumah makan,
jasa reflexsi, dan jasa kontruksi.
4

Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu wilayah penghasil kelapa


sawit di Indonesia. Dengan luas areal perkebunan kelapa sawit rakyat 554.227 ha
dan dengan produksi kelapa sawit mencapai 1.407.992 ton. Luas wilayah serta
mendukungnya kondisi lahan di Sumatera Selatan terhadap komonditas
perkebunan menyebabkan provinsi ini memiliki potensi perkebunan yang cukup
menjajikan. selain adanya perkebunan milik negara seprti yang di kelolah oleh
PTPN Nusantara, terdapat juga perkebunan yang dimiliki dan di kelola oleh
rakyat. Perkebunan ini menghasilkan tanaman seprti karet, kopi, kelapa sawit dan
lain-lain (Direktorat Jendral Perkebunan 2018)
Perkebunan Kelapa Sawit Sumatera Selatan menunjukkan perkembangan
yang cukup meyakinkan sehingga makin meningkatkan peranannya dalam
perekonomian Sumatera Selatan. Luas areal kebun sawit Sumatera Selatan
mencapai 1.1 juta hektar baik yang diusahai oleh perusahaan swasta maupun
rakyat. Pangsa kebun sawit rakyat mengalami peningkatan sehingga pada tahun
2019 sekitar 50 persen dari luas kebun sawit Sumatera Selatan merupakan kebun
sawit rakyat. Porsi kebun sawit Sumatera Selatan ini di atas porsi kebun sawit
rakyat nasional yang hanya 42 persen. Selain akibat peningkatan luas areal,
produktivitas minyak perkebunan sawit Sumatera Selatan juga mengalami
pertumbuhan dan masih bertumbuh kedepan. Kombinasi pertumbuhan luas dan
produktivitas tersebut mengakibatkan produksi CPO Sumatera Selatan mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun sehingga tahun 2019 telah mencapai sekitar 3 juta
ton atau sekitar 10 persen produksi CPO nasional. Volume ekspor minyak sawit
Sumatera Selatan juga mengalami peningkatan dan nilai ekspor yang cenderung
meningkat. Dengan meningkatnya luas kebun sawit Sumatera Selatan, jumlah
petani sawit juga meningkat. Manfaat kehadiran perkebunan sawit di Sumatera
Selatan, bukan hanya dinikmati mereka yang memiliki atau bekerja di kebun
sawit. Perkebunan sawit juga menjadi salah satu lokomotif perekonomian yang
menarik pertumbuhan sektor-sektor ekonomi Sumatera Selatan baik dalam
Output, pendapatan maupun nilai tambah. Bahkan perkebunan sawit juga menarik
dan mengintegrasikan perekonomian pedesaan dan perkotaan Sumatera Selatan
5

Kecamatan Mesuji raya merupakan penyumbang produksi kelapa sawit di


di Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan luas lahan seluas 525 ha, dan
menghasilkan produksi sebesar 3.098 dengan produktivitas sebesar 5,90. Jumlah
produksi di Kabupaten Ogan Komering Ilir yang masih dapat terus meningkat
melihat areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Ogan Komering Ilir memiliki
jenis tanah pedsolik, latasol, hidromofik, alluvial dan regosol, dimana jenis tanah
tersebut jenis tanah yang baik untuk tanaman kelapa sawit. Untuk lebih jelasnya
Luas Areal, Produksi Dan Prokduktivitas Perkebunan Kelapa Sawit Plasma
Menurut Kabupaten Di Ogan Komering Ilir pada tahun 2017 telihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 1. Luas Areal, Produksi Dan Prokduktivitas Perkebunan Kelapa Sawit
Plasma Menurut Kabupaten Di Ogan Komering Ilir, 2017

No Kabupaten/kota Luas areal Produksi Produktivitas


(ha) (Ton) (ton/ha)
1. Lempuing 15 121 8,06
2. Lempuing Jaya 9.288 102.544 11.04
3. Mesuji 1.463 16.510 11,28
4. Sungai Menang 144 536 3,72
5. Mesuji Makmur 2.010 18.020 8,96
6. Mesuji Raya 525 3.098 5,90
7. Tulung Selapan 187 455 2,43
8. Cengal 62 47 0,75
9. Pedamaran 531 2.483 4,67
10. Pedamaran Timur 1.761 15.425 8,76
11. Tanjung Lubuk 887 1.980 2,23
12. Teluk Gelam 891 10.122 11,36
13. Kayuagung 320 2.408 7,52
14. Sirah Pulau Padang - - -
15. Jejawi 244 1.458 5,97
16. Pampangan - - -
17. Pangkalan Lampam 51 108 2,11
18. Air Sugihan 3.042 18.434 6,06
Jumlah 21.421 193.749 100,82

Sumber : BPS Kabupaten Ogan Komering Ilir, 2018

Bedasarkan tabel 1 di atas terdapat 18 Kecamatan di Kabupaten Ogan


Komering Ilir yang menghasilan kelapa sawit. Luas perkebunan kelapa sawit
6

rakyat terluas terletak di Kecamatan Air Sugihan dengan luas lahan seluas 3.042
ha dan menghasilkan produksi sebesar18.434 ton dengan produktivitas sebesar
6,06.Sedangkan Kecamatan Lemping menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat
tersempit dengan luas areal hanya 15 ha dengan menghasilkan produksi sebesar
121 ton dengan produktivitas sebesar 8,06, sedangkan untuk Luas Areal dan
Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Menurut Kecamatan Mesuji Raya di
Kabupaten Ogan Komering Ilir pada tahun 2019 telihat pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat


Menurut Kecamatan Mesuji Raya di Kabupaten Ogan Komering
Ilir, 2019

No Desa Luas Areal (ha) Produksi (ton)


1. Sumber Baru 758 947,5
2. Mulya Jaya 1.060 1.325,0
3. Sumbu Sari 1.406 1.827,8
4. Suka Sari 1.201 1.501,2
5. Cipta Sari 1.228 1.535,0
6. Kemang Indah 1.246 -
7. Mataram Jaya 1.491,5 1.770,0
8. Sidyo Mulyo 1.084 1.422,0
9. Gedung Rejo 1.328 1.790,0
10. Kerta Mukti 1.416 2.127,0
11. Bumi Makmur 1.708 2.220,0
12. Embacang Permain 605 86,5
13. Rotan Mulya 1.296 1.620,0
14. Balian Makmur - -
15. Dabuk Makmur 750 83,0
16. Balian 2.236 -
17. Embacang 1.148 -
Jumlah 18715,5 18.255

Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Ogan Komering Ilir, 2019


Bedasarkan Tabel 2 Produksi kelapa sawit terbanyak terdapat di Desa
sumbu Sari Kecamatan Mesuji Raya Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan luas
lahan seluas 1.406 ha dan menghasilkan produksi sebanyak 1.827,8 ton.
Kecamatan Mesuji Raya merupakan salah satu Kecamatan yang
berpotensial untuk tanaman kelapa sawit, yang mana di Daerah ini terdapat
progam pola perkebunan inti rakyat yang di olah oleh pemerintah maupun swasta
7

yang berperan sebagai inti sedangkan perkebunan rakyat sebagai plasma atau
peserta. Lokasi permukiman transmigrasi di kawasan Kecamatan Mesuji Raya
dibangun pada 1982-1983, yang meliputi trasmigrasi dari Jawa Tengah, Jawa
Barat, Jawa Timur, DIY, dan Bali, dan di bagi menjadi 17 desa.Desa Sumbu Sari
merupakan sentra perkebunan kelapa sawit dengan total jumlah petani dan
produksi kelapa sawit terbesar di Kecamatan Mesuji Raya. Jumlah petani di
Kecamatan Mesuji Raya sebanyak 10.504 kk sedangkan jumlah petani di Desa
Sumbu Sari tersebut sebanyak 603 kk serta memiliki 6 Koperasi Unit Desa

Tabel 3. Daftar Nama Koperasi di Kecamatan Mesuji Raya, 2018.

No Nama Koperasi Nama Desa Jumlah Anggota


KUD (orang)
1. KUD BinaSejahtera Kerta Mukti 673
2. KUD Sedia Mukti Gedung Rejo 611
3. KUD Karya Makmur Sumbu Sari 671
4. KUD Mulya Jaya Mulya Jaya 576
5. KUD Permata Bunda Mataram Jaya 723
6. KUD Rahayu Bhakti Sumber Baru 379
Jumlah 3.633

Sumber : Dinas Koperasi,Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Ogan


Komering Ilir, 2018.
Berdasarkan Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa jumlah koperasi
yangberada di Kecamatan Mesuji Raya Kabupaten Ogan Komering Ilir terdapat
enam koperasi yang terletak di masing-masing Desa di Kecamatan Mesuji Raya
Kabupaten Ogan Komering Ilir. Desa Sumbu Sari sendiri dapat dilihat diatas
terdapat satu koperasi yang bernama Koperasi Karya Makmur yang bergerak pada
bidang unit usaha perkebunan kelapa sawit dan simpan pinjam.
Keluarga sejahtera didefinisikan persis seperti tertuang dalam pasal 1 Ayat
11 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992. Bunyinya adalah keluarga yang di
bentuk bedasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
8

spritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara amggota keluarga
dengan masyarakat dan lingkungan (Faturochman, 1998).
Menurut Soyogyo (1991), kesejahteraan merupakan hal yang sangat penting
di dalam kehidupan masyarakat. untuk menghitung tungkat kesejahteraan dengan
cara pendekatan tingkat kemiskinan yang menggunakan kriteria besarnya
pendapatan rumah tangga. Besarnya pendapatan di ukur dengan nilai bahan
pokok, tingkat kemiskinan bedasarkan pendapatan perkapita pertahun yang diukur
dengan satuan beras setempat. Pada tahun 2017, angka kemiskinan di Kabupaten
OKI mencapai 15,75 persen. Sedangkan untuk Provinsi Sumatera Selatan sendiri,
Kabupaten yang terkenal dengan sebutan Bumi Bende Seguguk ini menempati
urutan ke 4 dengan angka kemiskinan tertinggi. Hingga tahun 2024 nanti,
pemerintah setempat menargetkan penurunan kemiskinan mencapai 5,30 persen
atau turun menjadi 9.98 persen.
Bedasarkan uraian latar belakang yang telahh dijabarkan diatas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang " Studi Tingkat
Kesejahteraan Petani Kelapa Sawit anggota KUD Karya Makmur Di Desa
Sumbu Sari Kecamatan Mesuji Raya Kabupaten Ogan Komering Ilir".

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagi berikut :


1. Berapa besar pendapatanpetani dari Usahatani sawit anggota KUD Karya
Makmur di Desa Sumbu Sari Kecamatan Mesuji Raya ?
2. Bagaimana tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit anggota KUD Karya
Makmurdi Desa Sumbu Sari Kecamatan Mesuji Raya ?

C. Tujuan dan Kegunaan


9

Bedasarkan rumus masalah yang ada maka rencana penelitian bertujuan


untuk :

1. Untuk mengetahui pendapatan yang di proleh petani kelapa sawit di Desa


Sumbu Sari.
2. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit di Desa Sumbu
Sari.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis penelitian ini di harapkan dapat pengalaman menambah


pengetahuan, serta berbagai pengaplikasian ilmu yang diproleh selama kuliah.

2. Bagi petani penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemahaman tentang tingkat
kesejahteraan petani dalam meningkatkan ekonomi di desa Sumbu Sari.
3. Sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan topik yang
serupa.

BAB II. KERANGKA TEORITIS


10

A. Penelitian Terdahulu yang Sejenis

Rifai, (2015) meneliti tentang Analisis Kesejahteraan Rumahtangga Petani


Plasma Kelapa Sawit di Desa Cipta Sari Kecamatan Mesuji Raya, dari hasil
penelitian menunjukan bahwa Petani plasma telah mampu mencukupi segala dana
kebutuhan kemiskinan yang tergolong dalam 4 indikator (80%), itu berarti rumah
tangga petani tergolong hampir miskin (kurang sejahtera).
A.Fathir Alfin, (2015) meneliti tentang Analisis Pendapatan Petani Kelapa
Sawit Anggota KUD Rahayu di Desa Senda Mukti Kecamatan Pulau Rimau
Kabupaten Banyuasin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Rata-rata
pendapatan anggota KUD Rahayu dari usahatani kelapa sawit adalah sebesar
Rp.25.650.965,17 perluas garapan pertahun. Peran serta KUD Rahayu dalam
pemasaran kelapa sawit adalah pihak KUD Rahayu yang bertanggung jawab
terhadap distribusi buah kelapa sawit ke pabrik pengolahan dan pihak KUD
Rahayu pula yang menanggung semua biaya sarana transportasi, meliputi Upah
angkut dengan perahu bermotor dan truk, upah penimbangan. Mandor panen dan
retribusi buah.
Hermansyah, (2016) meneliti tentang Analisa Pendapatan Usahatani Kelapa
Sawit Pasca Umur Ekonomis pada Perkebunan Sawit Inti Rakyat di Kecamatan
Kikim timur Kabupaten Lahat (Studi Kasus: KPS Sejahtera Pir-Bun Ophir). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa budidaya yang dilakukan pada tanaman kelapa
sawit pasca umur ekonomis pada KPS Sejahtera adalah pemupukan, pengendalian
hama penyakit dan pemanenan. Pendapatan yang diterima oleh KPS Sejahtera
pada tahun2010 sebesar Rp 11.158.712.637,64/ tahun.
Furqan at.al, (2017) meneliti tentang Analisis Usaha Tani Perkebunan
Kelapa Sawit di Kabupaten Musi Banyasin. bahwa hasil penelitian menunjukkan
produksi kelapa sawit rata-rata petani adalah 1.063 kg pada luas lahan rata-rata 1
ha. Dengan harga rata-rata Rp 1.500,-. Penerimaan petani kelapa sawit adalah
sebesar Rp 19.141.423. Usahatani kelapa sawit di Kabupaten Musi Banyasin

10
11

menguntungkan dengan pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 11.739.725 dan


pendapatan atas biaya total sebesar Rp 10.308.945.
Elandar Nuryana (2018) meneliti tentang tudi Tingkat Kesejahteraan Petani
Kelapa Sawit Di Desa Linggosari Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi
BanyuasinDari penelitian yang dilakukan didapatkan besar pendapatan petani
kelapa sawn di Desa Linggosari sebesar: Rp.69 717.262 per tahun. Dan tingkat
kesejahteraan petani kelapa sawn di Desa Linggosari dinyatakan cukup karena
berdasarkan ukuran yang disetarakan dengan beras dimana kg per tahun per kapita
dinyatakan cukup. Dimana petani di Desa Linggosari memperoleh 2.792 kg
tahun/kapita. Kata kunci: Pendapatan petani, tingkat kesejahteraan petani kelapa
sawit.
12

Tabel 4. Kajian terhadap penelitian terdahulu yang sejenis

ITEM PENELITIAN 1 PENELITIAN 2 PENELITIAN 3 PENELITIAN 4 PENELITIAN 5


Rifai A.Fathir Alfin Hermansyah Furqan at.al Elandar Nuryana
TAHUN 2015 2015 2016 2017 2018
PENELITIAN
JUDUL Analisis Analisis Analisis Pendapatan Analisis Usaha Studi Tingkat
PENELITIAN Kesejahteraan Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Tani Perkebunan Kesejahteraan
Rumahtangga Petani Kelapa Pasca Umur Ekonomis Kelapa Sawit di Petani Kelapa
Petani Plasma Sawit Anggota pada Perkebunan Sawit Kabupaten Musi Sawit Di Desa
Kelapa Sawit di KUD Rahayu di Inti Rakyat di Kecamatan Banyasin Linggosari
Desa Cipta Desa Senda Kikim Timur Kabupaten Kecamatan Sungai
SariKecamatan Mukti Kecamatan lahat (Studi Kasus: KPS Lilin Kabupaten
Mesuji Raya Pulau Rimau Sejahtera Pir-Bun Ophir) Musi Banyuasin
Kabupaten
Banyuasin
METODE Studi Kasus Survey Survey Survey Survey
PENELITIAN
HASIL Petani plasma telah Rata-rata Hasil penelitian hasil penelitian Dari penelitian
PENELITIAN mampu mencukupi pendapatan menunjukan bahwa menunjukkan yang dilakukan
segala dana anggota KUD budidaya yang dilakukan produksi kelapa didapatkan besar
kebutuhan Rahayu dari pada tanaman kelapa sawit rata-rata pendapatan petani
kemiskinan yang usahatani kelapa sawit pasca umur petani adalah 1.063 kelapa sawn di
tergolong dalam 4 sawit adalah ekonomis pada KPS kg pada luas lahan Desa Linggosari
indikator (80%), itu sebesar sejahtera adalah rata-rata 1 ha. sebesar: Rp.69
berarti rumah Rp.25.650.965,17 pemupukan, Dengan harga rata- 717.262 per tahun.
13

tangga petani perluas garapan pengendalian hama rata Rp 1.500,-. Dan tingkat
tergolong hamper pertahun. Peran penyakit dan pemanenan. Penerimaan petani kesejahteraan
miskin (kurang serta KUD Rahayu Pendapatan yang kelapa sawit adalah petani kelapa sawn
sejahtera). dalam pemasaran diterima oleh KPS sebesar Rp di Desa Linggosari
kelapa sawit sejahtera pada tahun 19.141.423. dinyatakan cukup
adalah pihak KUD 2010 sebesar Rp Usahatani kelapa karena berdasarkan
Rahayu yang 11.158.712.637,64/tahun. sawit di Kabupaten ukuran yang
bertanggung jawab Musi Banyasin disetarakan dengan
terhadap distribusi menguntungkan beras dimana kg
buah kelapa sawit dengan pendapatan per tahun per kapita
ke pabrik atas biaya tunai dinyatakan cukup.
pengolahan dan sebesar Rp Dimana petani di
pihak KUD 11.739.725 dan Desa Linggosari
Rahayu pula yang pendapatan atas memperoleh 2.792
menanggung biaya total sebesar kg tahun/kapita.
semua biaya Rp 10.308.945. Kata kunci:
sarana Pendapatan petani,
transportasi, tingkat
meliputi kesejahteraan
Upah angkut petani kelapa sawit.
dengan perahu
bermotor dan
truk, upah
penimbangan.
Mandor panen
dan retribusi
buah.
14

B. Tinjauan Pustaka

1. Gambaran Umum Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah tumbuhan industri/ perkebunan yang berguna sebagai


penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar. Pohon Kelapa
Sawit terdiri dari dua spesies yaitu elaeis guineensis dan elaeis oleifera yang
digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.
Pohon Kelapa Sawit elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat diantara Angola
dan Gambia, pohon kelapa sawit elaeis oleifera, berasal dari Amerika tengah dan
Amerika selatan. Kelapa sawit menjadi populer setelah revolusi industri pada
akhir abad ke-19 yang menyebabkan tingginya permintaan minyak nabati untuk
bahan pangan dan industri sabun (Dinas Perkebunan Indonesia, 2018).
Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24
meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil
dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging
dan kulit buahnya mengandungi minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan
minyak goreng, sabun, dan lilin. Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak,
khususnya sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya
digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Urutan dari turunan Kelapa Sawit.
Kingdom : Tumbuhan
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales Famili
Arecaceae Jenis: Elaeis
Spesies : E. guineensis
Kelapa sawit pertama kali di perkenlakan di Indonesia oleh pemerintah
kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit
yang di bawa dari Mauritius dan Amsterdam untuk di tanam di kebun Raya
Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai di usahakan dan di budidayakan secara
komersil pada tahun1991, Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia
adalah Adrien Haller, seorang berkebangsaan Belgia yang telah belajar banyak
15

tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang di lakukan dan di ikuti oleh
K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai Timur Indonesia (Deli) dan
Aceh. Lalu luas areal perkebunannya saat itu sebesar 5.123 ha. Indonesia mulai
mengekspor minyak kelapa sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-
negara Eropa, kemudian tahun 1923 mualai mengekspor minyak inti sawit sebesar
850 ton (Fauzi et al,2012).
Adapun ciri-ciri fisiologi kelapa sawit adalah sebagi berikut :
A. Daun
Daunnya merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah
berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak,
hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
B. Batang
Batang tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah
umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip
dengan tanaman kelapa.
C. Akar
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping.
Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping
atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
D. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk
lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
E. Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah
tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul
dari tiap pelapah. Buah terdiri dari tiga lapisan:
a). Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.  
b) .Mesoskarp, serabut buah  
16

c). Endoskarp, cangkang pelindung inti   Inti sawit merupakan endosperm dan
embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.

2. Konsepsi Usahatani Kelapa Sawit

Menurut Soekartawi (1995), usahatani adalah ilmu yang mempelajari


bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan
sumberdaya yang mereka miliki atau yang dikuasai sebaik-baiknya dan dikatakan
efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output)
yang melebihi masukan (input)
Menurut Hasibuan (2011) maraknya penanaman kelapa sawit di Indonesia
dikarenakan tanaman ini merupakan bibit minyak paling produktif di dunia.
Tanaman kelapa sawit yang setiap harinya membutuhkan 4 liter air untuk tumbuh
dengan baik, dapat diolah menjadi sumber energi alternatif seperti biofuel. Selain
itu, kelapa sawit mempunyai banyak kegunaan lain yaitu sebagai bahan kosmetik,
bahan makanan seperti mentega,minyak goreng dan biskuit. Kelapa sawit juga
merupakan bahan baku sabun dan deterjen.
Sistem agribisnis kelapa sawit terdiri atas empat subsistem agribisnis yang
masing-masing memiliki fungsi yang berbeda namun merupakan suatu kesatuan
ekonomi/pembangunan, Pertama, sub-sistem agribisnis hulu kelapa sawit (up-
stream agribusiness) yang menghasilkan barang-barang modal bagi usaha
perkebunan kelapa sawit seperti benih, pupuk, pestisida, alat-alat dan mesin
perkebunan.Berkembangnya agribisnis hulu pada suatu wilayah merupakan salah
satu indikatorkemajuan ekonomi agribisnis yang penting.Hal ini dapat dimengerti
mengingat kuatnya ketergantungan (interdependency) antara agribisnis hulu
dengan usaha perkebunan bukan hanya secara ekonomi, tetapi terutama dari segi
teknis teknologi. Dengan berkembangnya agribisnis hulu akan memberi
kemandirian dan kepastian keberlanjutan serta mengurangi resiko yang dihadapi.
(Tarigan, 2011).
17

Kedua, subsistem usaha perkebunan kelapa sawit (on-farm agribusiness)


yang menggunakan barang-barang modal untuk membudidayakan tanaman kelapa
sawit. Keberhasilan suatu usahatani kelapa sawit ditentukan oleh faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas. Faktor tindakan kultur teknis
adalah yang paling banyak mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas,
beberapa faktor yang erat pengaruhnya antara lain : pembibitan, pembukaan
lahan, peremajaam, penanaman penutup kacang-kacangan tanah, penanaman dan
penyisipan kelapa sawit dan pemeliharaan tanaman (Mangoensoekarjo, 2008).
Subsistem yang ketiga adalah, subsistem agribisnis hilir kelapa sawit (down
streamagribusiness) yang mengolah minyak sawit (CPO) menjadi produk- produk
setengah jadi (semi finish) maupun produk jadi (finish product) seperti oleokimia
dan produk turunan serta produk-produk berbahan baku kelapa sawit. Pola
pemasaran kelapa sawit dilihat dari pengusahaannya dapat dibagi menjadi tiga
macam, yaitu perkebunan rakyat, perkebunan besar negara (PBN), dan
Perkebunan Besar Swasta (PBS). Perkebunan kelapa sawit yang dikelolah oleh
rakyat yang memiliki luas lahan terbatas yaitu 1-10 ha, tentunya menghasilkan
produksi TBS yang terbatas pula sehingga penjualannya sulit dilakukan. Oleh
karena itu, para petani harus menjual TBS melalui pedagang tingkat desa yang
dekat dengan lokasi kebun atau melalui KUD, kemudian berlanjut ke pedagang
besar hingga ke industri pengolahan. Pemasaran produk kelapa sawit pada
perkebunan besar negara (PBN) dilakukan secara bersama melalui Kantor
Pemasaran Bersama (KPB), sedangkan untuk perkebunan besar swasta (PBS),
pemasaran produk kelapa sawit dilakukan oleh masing-masing perusahaan
(Suwarto, 2010).
Subsistem yang keempat adalah subsistem penyedia jasa (service for
agribusiness) yang menghasilkan atau menyediakan berbagai jenis jasa yang
diperlukan baik bagi subsistem agribisnis hulu, on-farm, maupun subsistem
agribisnis hilir kelapa sawit. Untuk berlangsungnya kegiatan produksi pada
agribisnis kelapa sawit mulai dari hulu sampai ke hilir, diperlukan beragam
kegiatan oleh sektor pemerintah maupun sektor swasta. Pada Agribisnis hulu,jasa
keahlian yang disediakan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) meliputi
18

pengembangan perbenihan, rancangbangun industri pupuk, agrootomotif, jasa


pengujian mutu pupuk dan pestisida danlain-lain. Pada on-farm, jasa yang
disediakan PPKS antara lain penyusunan rekomendasi pemupukan dan standar
operasional procedure (SOP) manajemen perkebunan kelapa sawit. Sedangkan
pada agribisnis hilir, jasa pengembangan teknologi produk, teknologi proses dan
rancang bangun pabrik pengolahandihasilkan PPKS. Sebagai lembaga R&D,
PPKS juga menjadi sumber inovasiteknologi yang diperlukan untuk
pengembangan agribisnis kelapa sawit, (Junaidi,2016).
Persiapan lahan atau pembukaan lahan merupakan kegiatan fisik awal
terhadap areal lahan pertanaman. Pembukaan lahan sangat tergantung pada jenis
vegetasi, topografi, sarana, dan prasarana pendukung, (Sunarko,2007).
a. Menebang pohon berdiameter lebih dari 3 inci menebas pohon berdiameter
kurang dari 3 inci surfei lapangan-menentukan klasifikasi hutan primer,
sekunder, dan atau tersier.
1. menggambar topografi lahan (datar, bergelombang, atau berbukit). -
menggambar letak sungai, rawa, kampung, dan lainnya. - membuat jalan
rintisan untuk pengukuran.
2.memeriksa tempat sumber air dan mengambil contoh tanah. - membuat
peta orientasi dan membuat petak-petak hektaran (blok).
3.membuat lorong-lorong (peta blok kebun) dari patok batas areal
pembukaan lahan.
b. Pengolahan lahan mengolah tanah dilakukan dengan cara membersihkan lahan
dari gulma dan menyiapkan tanah menjadi media yang cocok untuk perakaran
dan mendukung pertumbuhan tanaman kelapa sawit. 1.tindakan konservasi
tanah dan air secara singkat konservasi tanah dan air atau sering disebut
pengawetan tanah merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga dan
meningkatkan produktivitas tanah, kuantitas dan kualitas air. 2. metode
konservasi tanah dan air, (Sunarko,2007)
1. Metode vegetatif metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air
termasuk antara lain: penanaman penutup lahan (cover crop) berfungsi
untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah,
19

menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi


pengikisan tanah oleh air dan mempertahankan tingkat produktivitas
tanah
2. Metode mekanik cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan
(tanah darat) dengan menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu
sebagai sarana konservasi tanahnya. tujuannya untuk memperlambat
aliran air di permukaan, mengurangi erosi serta menampung dan
mengalirkan aliran air permukaan
3. Metode kimia kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah
yang menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. yang dimaksud
dengan cara kimia dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan
pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal
memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap
erosi
c. Pembuatan teras berdasarkan derajat kemiringan lahan dikenal teras kontur
(bersambung) dan teras individu (tapak kuda). Teras bersambung untuk lahan
memiliki kemiringan 4-29˚ dan teras individu dengan kemiringan 30-40˚
pembuatan parit parit (drainase) merupakan saluran yang menghubungkan
lembah bukit yang satu dengan yang lainnya agar air dapat dialirkan menuju
arah bawah dan akhir nya masuk ke saluran pembuangan. pembuatan parit
dikerjakan dengan menggali tanah sesuai ukuran dasar. tanah galiannya di
buang ke tempat tertentu. Pembuatan jalan jalan utama (main road) merupakan
jalan induk yang menghubungkan afdeling yang satu dengan yang lainnya, dan
dengan pabrik lebar jalan utama 8 meter jalan traspor, submain road, jalan
primer, jalan afdeling atau jalan produksi yang menghubungkan jalan utama
dengan jalan koleksi, lebar jalan traspor 6 meter, jalan koleksi (colleting road)
atau jalan sekunder (jalan tengah) merupakan jalan yang terletak di dalam
blok-blok penanaman yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan hasil atau
produksi kebun, lebar jalannya 4 meter jalan control atau jalan tersier
merupakan jalan di dalam kebun yang berfungsi sebagai sarana mengontrol
kegiatan di kebun. lebar jalannya 2-3 meter pembuatan jalan, parit, dan teras.
20

d. Tanah gambut lahan gambut yang telah terdegradasi dan akan dimanfaatkan
untuk melakukan budidaya kelapa sawit perlu diperhatikan beberapa hal
sebagai berikut:
a. Penilaian kesesuaian lahan
b. Pembukaan lahan yang baik
c. Tata air (water management)
d. Pemadatan gambut
e. Pembangunan dan peningkatan kualitas jalan
f. Pelaksanaan kultur yang baik
g. Pemupukan
h. Waspada terhadap air
e. Penanaman kelapa sawit
1. Penentuan pola tanaman pola tanam menggunakan sistem monokultur.
tanaman penutup tanah (legume cover crop lcc) pada areal tanaman
kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika,
kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban
tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma).
penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera
setelah persiapan lahan selesai.
2. Pembuatan lubang tanam penggalian lubang dilakukan pada titik ajir
sedemikian rupa sehingga ajir berada tepat di tengah lubang tanam. buat
tanda batas penggalian dengan tongkat berukuran tadi sebelum ajir
dicabut untuk penggalian lubang. setelah lubang selesai, ajir harus
dikembalikan pada posisi tepat di tengah lubang.
3. Cara penanaman penanaman pada awal musim hujan yaitu bulan oktober
dan bulan november, setelah hujan turun dengan teratur. sehari sebelum
tanam, siram bibit pada polibag. lepaskan plastik polybag hati-hati dan
masukkan bibit ke dalam lubang. taburkan natural glio yang sudah
dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar
perakaran tanaman. segera ditimbun dengan galian tanah atas. siramkan
poc nasa secara merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau
21

semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). lalu gunakan 1 botol super nasa yang
diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air. kemudian setiap 1 liter air diberi
10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
Salah satu tindakan yang amat penting dalam teknik budidaya tanaman
kelapa sawit adalah dengan melakukan perawatan tanaman. Hal ini akan
menentukan masa non produktifitasnya.
Dengan perawatan yang intensif sejak mulai tanam diharapkan kelapa sawit
mempunyai masa non-produktif yang pendek. Dengan demikian, kelapa sawit
mampu lebih cepat berproduksi dan tentu saja hal ini akan menguntungkan pihak
petani.
Dalam arti yang lebih luas, perawatan bukan hanya ditujuakan terhadap
tanaman saja, tetapi juga tanahnya. Walaupun tanaman dirawat dengan baik, jika
dari segi perawatan tanah diabaikan, maka hal tersebut tidak akan banyak
memberikan manfaat.
Perawatan tanaman kelapa sawit meliputi beberapa hal, antara lain,
penyulaman, penanaman tanaman sela, pemberantasan hama, pemangkasan,
pemupukan kastrasi dan penyerbukan buatan.
f. Penyulaman
Tanaman yang mati atau kurang baik pertumbuhannya harus diganti atau
disulam dengan tanaman baru. Kematian atau kurang baikknya pertumbuhan
kelapa sawit dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu penanaman yang kurang
teliti, kekeringan, terendam air, terserang hama atau penyakit maupun gangguan
lainnya.
Suatu penanaman dapat dikatakan berhasil jika jumlah tanaman yang
disulam maksimal 2-3% dari seluruh bibit yang ditanam. Untuk keperluan
penyulaman, sangat perlu adanya cadangan bibit. Pada perkebunan besar, jumlah
cadangan bibit dapat mencapai 5% dari jumlah bibit yang ditanam.
Musim hujan saat yag baik untuk melakukan penyulaman. Bibit yang
digunakan sebaiknya seumur dengan tanaman yang disulam, yaitu yang sudah
berumur 12-14 bulan.
22

Untuk itu, agar bibit cadangan dapat mengikuti perkembangan bibit yang di
lapangan, maka harus di peindahkan ke kantong plastik yang lebih besar dan
dipelihara sebagaimana mestinya. Cara melaksanakan penyulaman sama dengan
menanam bibit.
Salah satu komponen yang harus diperhatikan dengan baik adalah teknik
pemupukan. Dengan penerapan dosis dan teknik yang tepat, maka sawit akan
memberikan hasil yang optimal. Berikut ini metode dan cara pemupukan kelapa
sawit yang benar dan tepat sasaran.
g. Metode Pemupukan
Dalam proses pemupukan kelapa sawit, terdapat dua metode yang dipakai di
perkebunan, yaitu metode tebar dan benam. Sebelum memilih salah satu dari
kedua metode tersebut, sebaiknya lakukan riset terlebih dahulu, seperti keadaan
lingkungan dan lainnya. Sebab, jika salah dalam memilih metode pemupukan,
dikhawatirkan hasil panen yang akan diperoleh tidak maksimal.
 h. Metode tebar
Jika anda memilih pemupukan dengan metode tebar, maka anda sebaiknya
menebarkan pupuk pada pinggir piringan, atau pada jarak 0,5 meter dari tanaman
muda dan 1-2,4 meter dari tanaman tua.
i. Metode benam
Jika menggunakan metode benam, maka pupuk sebaiknya diberikan pada 4
sampai 6 lubang di piringan sekeliling tanaman kelapa sawit. Setelah
memasukkan pupuk sesuai dosis ke dalam lubang, anda dapat menutup lubang
tersebut agar pupuk dapat meresap dengan baik.Metode benam biasa digunakan
pada lahan rendah, karena jika digunakan pada lahan gambut dan pasir akan
mudah mengalami erosi, sehingga pupuk tak terserap dengan baik.
Setelah mengetahui formula yang tepat, maka anda sudah bisa
mengaplikasikan pupuk pada tanaman.
 a. Pembersihan piringan.
Langkah awal adalah membersihkan piringan dari rerumputan dan alang-alang.
Hal ini dilakukan agar pupuk yang akan ditebar tidak terhalang oleh rumput,
dan dapat menyerap dengan baik.
23

b. Tabur pupuk.
Penaburan pupuk dilakukan dengan merata dan melingkar pada pinggiran
piringan dan berjarak 0,5 meter dari tanaman muda atau 1 hingga 2,4 meter
dari tanaman tua. Usahakan penaburan pupuk tetap di dalam piringan.
c. Jangan Campur Pupuk.
Apabila terdapat dua pupuk yang tak bisa dicampur dengan jenis pupuk
lainnya, maka penaburan harus dilakukan secara terpisah. Setidaknya beri
jangka waktu 12 hari antara pupuk satu dengan pupuk lainnya.
d. Pupuk berbentuk remah.
Usahakan agar pupuk yang ditebar sudah berbentuk remah, tidak dalam bentuk
gumpalan-gumpalan. Apabila masih berbentuk gumpalan, dianjurkan untuk
menghancurkannya terlebih dahulu.
e. Gunakan takaran dosis.
Agar pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman kelapa sawit, sebaiknya anda
menggunakan takaran dosis pada saat menebarnya. Pemberian pupuk yang
tepat memungkinkan sawit dapat tumbuh dengan baik.
j. Pemanenan kelapa sawit
pemanenan kelapa sawit dapat dilakukan pada usia 3-4 tahun untuk
produksi buah pasir. Secara umum kelapa sawit adalah tumbuhan dengan usia
rata-rata 20-25 tahun. Puncak produksi buah kelapa sawit antara usia 7-15 tahun
setah itu produksi buah akan menurun, begitupun kualitas buah sawit juga akan
menurun.

3. Konsepsi Koperasi Unit Desa (KUD)

Koperasi Unit Desa (KUD) adalah suatu Koperasi serba usaha yang
beranggotakan penduduk desa dan berlokasi didaerah pedesaan, daerah kerjanya
biasanya mencangkup satu wilayah kecamatan. Pembentukan KUD ini merupakan
penyatuan dari beberapa Koperasi pertanian yang kecil dan banyak jumlahnya
dipedesaan. Selain itu KUD memang secara resmi didorong perkembangannya
oleh pemerintah. Koperasi dikenalkan di Indonesia oleh R.Aria Wiriatmadja
diPurwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Pada tanggal 12 juli 1947,
24

pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan kongres koperasi yang pertama di


Tasikmalaya (Abdilah, 2006).
Koperasi Unit Desa juga harus menjalin kemitraan untuk keberlanjutan
program-programnya. Disini KUD harus menjalin hubungan yang harmonis
dengan pihak perbankan sebagai penyedia dana, dengan pabrik / gudang pupuk.
untuk mendapatkan harga yang lebih murah. Pelayanan yang diberikan KUD
kepada anggota seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan anggota. Misalnya,
mayoritas anggota adalah petani maka seharusnya penyediaan pupuk dan
pembelian gabah menjadi bisnis utamanya. Anggota sudah semestinya
mendukung program KUD untuk mewujudkan kesejahteraan mereka sendiri.
(Sukamdiyo, 1997)
Dalam rangka meningkatkan produksi dan kehidupan rakyat di daerah
pedesaan, pemerintah menganjurkan pembentukan Koperasi-koperasi Unit Desa
(KUD). Satu unit desa terdiri dari beberapa desa dalam satu kecamatan yang
merupakan satu kesatuan potensi ekonomi. Untuk satu wilayah potensi ekonomi
ini dianjurkan membentuk satu Koperasi yang disebut Koperasi Unit Desa,
disingkat KUD. Hanya, apabila potensi ekonomi satu kecamatan
memungkinkannya, maka dapat dibentuk lebih dari satu KUD. Dengan demekian
ada kemungkinan KUD itu meliputi satu atau beberapa desa saja, tetapi
diharapkan agar dapat meliputi semua desa di dalam satu kecamatan (Anoraga dan
Widiyanti, 1997).
Dalam undang-undang No. 25 Tahun 1992, Bab III Pasal 4, tentang Fungsi dan
peran koperasi di Indonesia telah diperinci berikut :

1. Membangun dan mengembangkan potensi dari kemampuan ekonomi


anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasonal dengan koperasi sebagai sokogurunya.
25

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional


yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.

Koperasi Indonesia merupakan suatu usaha bersama khususnya dalam


bidang ekonomi, yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi
yang bekerjasama secara sukarela atas dasar persamaan hak dan kewajiban
untuk mencapai tujuan bersama dan/atau memenuhi kebutuhan bersama.
Dengan demikian koperasi merupakan perkumpulan ekonomi untuk mencapai
tujuan ekonomi dari para anggotanya. Anggota koperasi baik merupakan orang
seorang ataupun badan hukum koperasi pada umumnya termasuk golongan
ekonomi lemah.

Koperasi adalah wadah untuk bergabung dan berusaha bersama, agar


kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi oleh
orang seorang dapat diatasi, setidak-tidaknya diperkecil. Oleh karena itu,
koperasi merupakan suatu alat bagi golongan eknomi lemah untuk dapat
menolong diri sendiri, sehingga mampu berusaha memenuhi kebutuhan dan
memperbaiki penghidupannya.

Koperasi sebagai alat perjuangan ekonomi terkandung dalam azas-azas


dan sendi-sendinya yang bermakna bahwa:

a. Tujuan koperasi itu bukan untuk mengejar keuntungan semata-mata, tetapi


yang utama ialah memberikan jasajasa agar para anggotanya bersemangat
dan bergairah kerja, sehingga tercapai peningkatan pendapatannya.
b. Dalam hal memberikan jasa-jasa ini, koperasi selain berjuang untuk
memberikan kemudahan-kemudahan dan menyediakan fasilitas-fasilitas
untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan para anggotanya, juga memberikan
bimbingan dan usaha pembinaan kepada para anggotanya (yang umumnya
berekonomi lemah) agar mereka masing-masing dapat memperbaiki cara
kerja, mutu hasil kerja dan jumlah hasil kerja, sehingga dalam wadah
koperasi secara terpadu dan terarah mereka dapat memberikan sumbangan
26

besar, baik terhadap pembangunan masyarakat pedesaan, regional dan


nasional.

Sebagai contoh Koperasi Unit Desa (KUD) seperti yang sudah diuraikan
pada Bab terdahulu yang oleh pemerintah saat itu sebagai salah satu wadah
perekonomian pedesaan yang tepat untuk membantu meningkatkan
perekonomian pedesaan. Saat tersebut rakyat yang sebagian tinggal di pedesaan
dengan serba kekurangan akibat ditelantarkan oleh pihak kolonial Belanda yang
menyebabkan:

a. Rakyat Indonesia hanya memiliki ketrampilan yang rendah.


b. Keadaan kemiskinan dan keterbelakangan tidak dapat terbantukan dengan
memiliki ketrampilan rendah.
c. Rakyat terpaksa menyesuaikan penghidupannya dengan keadaan, sehiingga
kebutuhan-kebutuhan hidupnya pun serba terbatas, sehingga tidak
memberikan motivasi untuk maju.
d. Kesehatan penduduk pun tidak begitu baik sehingga semangat dan gairah
kerjanya pun serba terbatas yang menimbulkan kelesuan dan kemurungan
untuk bekerja dan berproduksi menyebabkan produktivitas rendah.

Hal-hal demikian membuat keadaan perekonomian penduduk (para petani)


demikian suram, padahal tanah airnya merupakan bumi yang kaya raya akan
sumber daya alam dan subur. Dampak lain adalah pengetahuan pemasaran
produk yang sangat minim merupakan kesempatan besar para rentenir dan
pengijon untuk mencari keuntungan besar dari pada petani yang sedang
,menderita kesulitan hidup, sehingga tidak jarang para petani melepaskan tanah
miliknya karena dirampas para pintah darat sehubungan utang-utangnya yang
besar, akibat penetapan bunga yang besar dan sistem bunga berbunga. (Batubara
2012)

4. Konsepsi Keanggotaan Koperasi Unit Desa (KUD)


27

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan

hukum.Koperasi yang melandaskan kegiatannya berdasar prinsip koperasi

sekaligus merupakan gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

kekeluargaan. Koperasi di Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan.Koperasi bertujuan memajukan

kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut

membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan

masyarakat yang maju, adil, dan makmur, berlandaskan Pancasila dan Undang

Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar 1945, khususnya Pasal 33 ayat

(1) menyatakan bahwa “perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha berdasar

atas asas kekeluargaan”. Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 33 UUD 45 antara

lain dinyatakan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan

kemakmuran orang-seorang, dimana bangun perusahaan yang sesuai dengan itu

adalah koperasi.

Penjelasan Pasal 33 UUD 45 menempatkan koperasi sebagai sakaguru

perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral tata perekonomian

nasional. Karakteristik utama koperasi dan sekaligus membedakan koperasi dari

badan usaha yang lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki identitas ganda

(the dual identity of the member), yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus

sebagai pengguna (user own oriented). Oleh karena itu :

1. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya pada

satu kepentingan ekonomi yang sama.


28

2. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri

untuk menolong dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetikawanan,

keadilan, persamaan, dan demokrasi. Selain itu anggota koperasi percaya

pada nilai-nilai etika kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan

kepedulian terhadap orang lain.

3. Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur, dan diawasi serta dimanfaatkan

sendiri oleh anggota.

4. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi

anggota dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota.

5. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada anggota maka

kelebihan kemampuan pelayanan itu dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat yang bukan anggota koperasi.

Adapun jenis-jenis koperasi dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Jenis koperasi berdasarkan fungsinya :

a. Koperasi Konsumsi Koperasi ini didirikan untuk memenuhi

kebutuhan umum sehari-hari para anggotanya. Yang pasti barang

kebutuhan yang dijual di koperasi harus lebih murah dibandingkan

di tempat lain, karena koperasi bertujuan untuk mensejahterakan

anggotanya.

b. Koperasi Jasa Fungsinya adalah untuk memberikan jasa keuangan

dalam bentuk pinjaman kepada para anggotanya. Tentu bunga

yang dipatok harus lebih rendah dari tempat meminjam uang yang

lain.
29

c. Koperasi Produksi Bidang usahanya adalah membantu penyediaan

bahan baku, penyediaan peralatan produksi, membantu

memproduksi jenis barang tertentu serta membantu menjual dan

memasarkannya hasil produksi tersebut. Sebaiknya anggotanya

terdiri atas unit produksi yang sejenis.Semakin banyak jumlah

penyediaan barang maupun penjualan barang maka semakin kuat

daya tawar terhadap supplier dan pembeli.

2. Jenis koperasi berdasarkan tingkat dan luas daerahkerja

a. Koperasi Primer Koperasi primer ialah koperasi yang yang

minimal memiliki anggota sebanyak 20 orang perseorangan.

b. Koperasi Sekunder Adalah koperasi yang terdiri dari gabungan

badan-badan koperasi serta memiliki cakupan daerah kerja yang

luas dibandingkan dengan koperasi primer. Koperasi sekunder

dapat dibagi menjadi :

1) Koperasi pusat – adalah koperasi yang beranggotakan

paling sedikit 5 koperasi primer

2) Gabungan koperasi – adalah koperasi yang anggotanya

minimal 3 koperasi pusat

3) Induk koperasi – adalah koperasi yang minimum

anggotanya adalah 3 gabungan koperasi

3. Koperasi Berdasarkan Jenis Usahanya :

a. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Adalah koperasi yang memiliki

usaha tunggal yaitu menampung simpanan anggota dan melayani


30

peminjaman. Anggota yang menabung (menyimpan) akan

mendapatkan imbalan jasa dan bagi peminjam dikenakan jasa.

Besarnya jasa bagi penabung dan peminjam ditentukan melalui

rapat anggota.Dari sinilah, kegiatan usaha koperasi dapat

dikatakan “dari, oleh, dan untuk anggota.”

b. Koperasi Serba Usaha (KSU) Adalah koperasi yang bidang

usahanya bermacammacam.Misalnya, unit usaha simpan pinjam,

unit pertokoan untuk melayani kebutuhan sehari-hari anggota juga

masyarakat, unit produksi, unit wartel.

c. Koperasi Konsumsi Adalah koperasi yang bidang usahanya

menyediakan kebutuhan sehari-hari anggota.Kebutuhan yang

dimaksud misalnya kebutuhan bahan makanan, pakaian, perabot

rumah tangga.

d. Koperasi Produksi Koperasi produksi adalah koperasi yang bidang

usahanya membuat barang (memproduksi) dan menjual secara

bersama-sama.Anggota koperasi ini pada umumnya sudah

memiliki usaha dan melalui koperasi para anggota mendapatkan

bantuan modal dan pemasaran.

4. Koperasi berdasarkan keanggotaannya

a. Koperasi Unit Desa (KUD) Adalah koperasi yang beranggotakan

masyarakat pedesaan.Koperasi ini melakukan kegiatan usaha

ekonomi pedesaan, terutama pertanian. Untuk itu, kegiatan yang

dilakukan KUD antara lain menyediakan pupuk, obat pemberantas


31

hama tanaman, benih, alat pertanian, dan memberi penyuluhan

teknis pertanian.

b. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Koperasi ini

beranggotakan para pegawai negeri. Sebelum KPRI, koperasi ini

bernama Koperasi Pegawai Negeri (KPN). KPRI bertujuan

terutama meningkatkan kesejateraan para pegawai negeri

(anggota).KPRI dapat didirikan di lingkup departemen atau

instansi.

c. Koperasi Sekolah Koperasi Sekolah memiliki anggota dari warga

sekolah, yaitu guru, karyawan, dan siswa.Koperasi sekolah

memiliki kegiatan usaha menyediakan kebutuhan warga sekolah,

seperti buku pelajaran, alat tulis, makanan, dan

lainlain.Keberadaan koperasi sekolah bukan semata-mata sebagai

kegiatan ekonomi, melainkan sebagai media 16 pendidikan bagi

siswa antara lain berorganisasi, kepemimpinan, tanggung jawab,

dan kejujuran.

5. Konsepsi RSPO

RSPO adalah suatu forum persatuan para pemangku kepentingan minyak


sawit dari beberapa negara. Forum ini dimotori oleh pemangku kepentingan dari
Eropa Barat untuk membangun kelapa sawit yang berkelanjutan dengan
menerapkan delapan prinsip. Kedelapan prinsip tersebut adalah: (1) komitmen
terhadap transparansi; (2) memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku; (3)
komitmen terhadap kelayakan ekonomi dan keuangan jangka panjang; (4)
penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik; (5) tanggung
32

jawab lingkungan dan konservasi kekayaan alam dan keanekaragaman hayati; (6)
tanggung jawab kepada pekerja, individu dan komunitas dari kebun dan pabrik;
(7) pengembangan perkebunan baru secara bertanggung jawab; dan (8) komitmen
terhadap perbaikan terus-menerus pada wilayah utama aktivitas (Drajat, B. 2009).
Organisasi ini dimulai pada 2003 sebagai kerja sama informal antara Aarhus
United UK Ltd, WWF (World Wildlife Fund), Golden Hope Plantations Berhad,
Migros, the Malaysian Palm Oil Association, Sainsbury, dan Unilever. RSPO
telah memiliki 892 anggota yang berasal dari produsen, manufaktur, perbankan,
retail, NGO dan CPO trader. Dengan rincian, anggota ordinary (biasa) berjumlah
659, anggota afiliasi sebanyak 100 dan Supply Chain Associates berjumlah 133
anggota (RSPO, 2012).
Anggota biasa RSPO yang berjumlah 659 orang terdiri dari tujuh kategori
pemangku kepentingan (stakeholder) yaitu 17% perusahaan kelapa sawit, 35,4%
pedagang dan pemroses minyak sawit, 35,1% konsumen/industri minyak sawit,
6,9 % pengecer, 1,5% Bank dan Investor, 2,5% Lembaga Sosial Masyarakat
(LSM) bidang lingkungan / Konservasi Alam dan 1,3% LSM bidang social /
pembangunan (RSPO, 2012). Indonesia merupakan Negara ke empat terbesar dari
seluruh stakeholdernya yang menjadi anggota RSPO yaitu 14,5%.
Adapun sepuluh besar Negara-negara anggota RSPO yaitu Inggris, Malaysia,
Jerman, Indonesia, Belanda, Perancis, Amerika, Singapura, Swiss dan Australia
(RSPO, 2012). Anggota Biasa adalah setiap organisasi yang memiliki keterlibatan
langsung dalam rantai pasokan minyak sawit, atau LSM yang terkait. Anggota-
anggota mempunyai hak suara di Majelis Umum dan dapat terbuka menyatakan
bahwa mereka adalah anggota RSPO. Anggota Afiliasi adalah individu atau
organisasi dengan keterlibatan langsung atau kepentingan dalam rantai pasokan
minyak sawit, tidak memiliki hak suara dan tidak memiliki hak untuk mengklaim
mereka adalah anggota RSPO.
Supply Chain Associates adalah organisasi-organisasi yang aktif dalam rantai
pasokan minyak sawit bersertifikat RSPO yang tidak membeli produk kelapa
sawit lebih dari 500 juta ton / tahun. Mereka tidak memiliki hak suara di Majelis
Umum RSPO. Mereka diperbolehkan untuk publik negara mereka adalah anggota
33

Asosiasi RSPO (RSPO, 2012). Pada tahun 2011 RSPO membuat merek dagang
RSPO yang memungkinkan konsumen mengambil keputusan bijaksana dalam
memilih produk yang ingin mereka konsumsi. Selain itu, dengan mencantumkan
merek dagang RSPO pada kemasan produknya, produsen keperluan rumah tangga
seperti margarin, kue, cokelat, sabun dan kosmetik dapat mendemonstrasikan
komitmen mereka terhadap minyak sawit berkelanjutan kepada konsumen dan
publik.
Anggota RSPO kini dapat menggunakan merek dagang RSPO pada kemasan
produk mereka dan juga dalam segala bentuk komunikasi yang mereka lakukan
berkaitan dengan produk yang mengandung minyak sawit yang diproduksi
berdasarkan standarisasi RSPO (RSPO, 2012). Produksi minyak sawit lestari akan
tergantung pada kelayakan ekonomi, lingkungan hidup dan sosial, yang dicapai
melalui:
a. Prinsip 1: Komitmen terhadap keterbukaan
b. Prinsip 2: Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
c. Prinsip 3: Perencanaan manajemen untuk mencapai kelayakan ekonomi
dan keuangan jangka panjang
d. Prinsip 4: Digunakannya praktik usaha yang baik oleh para produsen dan
pabrik pengolah
e. Prinsip 5: Tanggung jawab lingkungan hidup dan konservasi sumber daya
alam serta keanekaragaman hayati.
f. Prinsip 6: Pertimbangan yang bertanggung jawab para karyawan dan
perorangan serta masyarakat yang terkena dampak dari produsen dan
pabrik pengolah.
g. Prinsip 7: Pengembangan perkebunan baru yang bertanggung jawab
h. Prinsip 8: Komitmen terhadap peningkatan sinambung di bidang kegiatan
utama.
Organisasi RSPO mencatat baru dua BUMN perkebunan kelapa sawit di
Indonesia yang sudah memegang sertifikat RSPO bagi beberapa lahannya. Hal ini
dikarenakan porsi lahan penggarapan BUMN yang sedikit jika dibandingkan
34

dengan lahan yang digarap perusahaan swasta. BUMN hanya mengerjakan sekira
600 ribu ha dari 7,6 juta ha lahan sawit yang ada di Indonesia.
Selain itu, BUMN juga terkendala masalah dokumentasi karena sebagian
besar prinsip dan kriteria RSPO sudah dilaksanakan namun dokumentasinya
kurang lengkap. Sampai saat ini, RSPO Indonesia telah memberikan sertifikat
kepada 24 lahan kelapa sawit di Indonesia yang dikelola berbagai perusahaan baik
BUMN maupun swasta. Selain itu, masih ada pulalahan yang sudah disertifikasi
tetapi masih menunggu proses sertifikat. Dari jumlah itu, hanya dua BUMN yaitu
PTPN III dan PTPN IV yang telah mendapatkan sertifikat RSPO untuk beberapa
lahannya. PTPN III dan IV merencanakan seluruh unit perkebunan kelapa
sawitnya memperoleh sertifikasi RSPO (RSPO, 2012).
Salah satu pertimbangan utama bagi perusahaan perkebunan untuk
mendapatkan atau tidak mendapatkan sertifikat RSPO adalah tingginya biaya baik
untuk proses pemenuhan persyaratan maupun untuk pengurusan sertifikatnya.
Biaya untuk pembuatan sertifikat yang besar tentunya mempengaruhi biaya
produksi yang dikeluarkan perusahaan perkebunan dalam memproduksi kelapa
sawit berbeda dengan biaya produksi yang dikeluarkan oleh perkebunan tidak
bersertifikat RSPO.
Pertimbangan lain adalah ketidakpastian terhadap kompensasi CPO yang
dihasilkan setelah perusahaan perkebunan bersertifikat RSPO. Dari segi harga
CPO ada perbedaan antara yang telah bersertifikat dan yang belum yakni yang
dikenal dengan harga premium. Perbedaan selisih harga US$ 10 sampai US$50
per ton CPO di atas harga CPO yang belum sertifikat. Walaupun harga premium
itu sendiri tercipta dari perundingan antara penjual dengan pembeli. Karena
sebetulnya sertifikasi RSPO tidak bersifat mandatory (wajib), tapi voluntary
(sukarela). Karena bukan mandatory, akhirnya soal harga ditentukan antara si
penjual dan si pembeli (Utomo, 2010).
Menurut RSPO (2012) bahwa manfaat dari sertifikasi RSPO bagi perkebunan
kelapa sawit antara lain yaitu: Pendapatan dan Pemasaran Dengan sertifikasi
RSPO, perusahaan perkebunan kelapa sawit dapat mempertahankan posisi
tawarnya di pasar internasional khususnya di Uni Eropa dan Amarika Utara dan
35

mengklaim memperoleh harga premium US$ 0 – $10 /ton CPO. Operasional


Melalui sertifikasi RSPO perusahaan memperoleh manfaat yaitu:
a. Memperbaiki dan melengkapi dokumen-dokumen yang ada pada
perusahaan perkebunan serta menyesuaikan dan menyeragamkan kegiatan
operasional dan dokumen di seluruh perusahaan perkebunan kelapa sawit,
b. Penurunan biaya pemakaian rutin herbisida dan pestisida sebesar
masingmasing US$ 250.000 dan $ 73.859/Ha,
c. Angka kecelakaan menurun sampai 42 %.
Hubungan Masyarakat Sosial Berdasarkan hubungan masyarakat sosial,
RSPO bermanfaat:
a. Permasalahan konflik dengan masyarakat seperti pembebasan lahan
garapan, polusi, dan sebagainya dapat dikendalikan atau menurun,
b. Meningkatkan hubungan dengan para pemangku kepentingan lokal,
termasuk pemerintah, tenaga kerja, masyarakat sipil dan pembeli.
Menjadi anggota RSPO, penerima manfaat pertama adalah perusahaan itu
sendiri. Dengan sertifikasi yang diperoleh dari RSPO, maka PKS tersebut akan
bebas dari penolakan, kritik dan boikot pasar internasional yang mengakui RSPO.
Perlu diketahui tidak semua negara di dunia mengakui RSPO.
Pasar utama yang mengakui adalah negara Eropa, sementara negara seperti
India, China, Amerika Latin tidak mengakui RSPO. Dengan demikian bagi
perusahaan yang tidak atau menolak menjadi anggota RSPO memiliki alternatif
pasar yang mau menerima CPO.
Namun demikian, Eropa adalah pasar yang strategis bagi CPO. Sehingga
sangat baik bagi PKS untuk menjadi anggota RSPO. Tanpa RSPO perusahaan-
perusahaan tersebut tidak akan bisa bebas memasuki pasar Eropa. Pada intinya
RSPO ini berkepentingan terhadap peningkatan hasil produksi sawit yang
berkelanjutan dan mengkontrol seluruh proses produksi minyak sawit sesuai
dengan standar kesehatan dan hukum internasional.

6. Konsepsi Produksi
36

Dalam perekoniomian, fungsi perusahaan dalam perekonomian adalah


sebagai penyedia berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Dalam
kegiatan mewujudkan barang dan jasa yang diperlukan masyarakat tersebut,
perusahaanperusahaan haruslah menggunakan faktor-faktor produksi. Teori
produksi menerangkan sifat hubungan diantara tingkat produksi yang akan di
capai dengan jumlah faktor-faktor produksi yang digunakan (Sukirno, 1996).

Menurut (Agung dalam Lubis 2013), secara umum istilah ”produksi”


diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya yang mengubah
suatu komoditas menjadi komoditas lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam
pengertian apa, di mana atau kapan komoditas-komoditas itu dialokasikan,
maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap
komoditas itu. Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau
aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input).

Perkaitan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang


diciptakannya dinamakan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi dapat
dibedakan kepada empat golongan yang saling berkaitan antara satu dengan yang
lainnya, yaitu : tenaga kerja, tanah, modal dan keahlian keusahawanan (Sukirno,
1996).

7. Konsepsi Biaya Produksi

Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan yang harus di


lakukan oleh produsen untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan
penunjanag lainya. Biaya eksploitas langsung adalah biaya pemeliharaan sesudah
tanaman menghasilkan biaya pengolahan dan biaya pemasaran, biaya eksploitas
tidak langsung terdiri dari biaya jaminan sosial, pajak dan keperluan lainnya.
( Hadi dalam Yani atika 2015)
Dalam berusaha tani tentu saja kita akan mengenal yang namanya biaya
produksi, yaitu biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses
produksi, baik itu biaya tenaga kerja mauppun biaya sarana produksi serta
membawanya menjadi produk (Hermanto, dalam Wulantini, 2005). Biaya
37

usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap
(Soekartawi, 1995):

1. Biaya tetap (fixedcost), adalah biaya yang penggunaanya tidak habis

dalam satu masa produksi. Besarnya biaya tetap tergantung pada

jumlah output yang diproduksi dan tetap harus dikeluarkan walaupun

tidak ada produksi. Komponen biaya tetap antara lain: pajak tanah,

pajak air, bangunan pertanian, penyusutan, dan lain sebagainya.

Rumus:

FC=Px.X

Keterangan :

FC : Biaya tetap (Fixedcost)

Px : Harga Input

X : Jumlah Input

2. Biaya tidak tetap atau biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang

besarnya sangat tergantung kepada biaya skala produksi. Komponen

biaya variabel antaralain: biaya untuk pupuk, bibit, pestisida, tenaga

kerja,biaya panen dan sebagainya.

Rumus :

VC=TC– FC

Keterangan :

VC : Biaya variabel (variabelcost)

TC : Total biaya (totalcost)

FC : Biaya tetap(fixedcost)
38

8. Konsepsi Harga
Menurut Khaidir (2015) harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa
produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi
dari barang beserta pelayanan. Harga adalah jumlah uang yang harus konsumen
bayarkan untuk mendapatkan produk tersebut. Harga (price) adalah apa yang
dibebankan untuk sesuatu.
Harga merupakan nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah
uang yang miliki nilai tersebut, seseorang atau pengusaha bersedia melepaskan
jasa atau barang yang dimilikinya pada pihak lain ( Hermanto, 1994 )
Harga adalah perbandingan antara biaya produksi dengan produksi
dihasilkan atau biaya satuan produksi. Tinggi rendahnya harga pokok di
pengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat teknis antara lain produktivitas
tanaman, kualitas produk yang dijual serta lokasi atau tempatmendapatkan faktor-
faktor produksi dan upah tenaga kerja. Harga adalah nilai yang dinyatakan dalam
rupiah (Daniel, 2002)

9. Konsepsi Penerimaan

penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diproleh


dengan harga jual (Rahim dan Husti,2008). Lebih lanjut Soekartiwi (2001),
menyatakan bahwa penerimaan secara umum dapat di artikan sebagai jumlah hasil
produksi persatuan waktu dan luas dikalikan dengan harga persatuan produksi
tersebut. Kegiatan usahatani bertujuan untuk mencapai produksi di bidang
pertanian yang pada akhirnya akan di nilai dengan uang yang di perhitungkan
dengan nilai produksi. Penerimaan usahatani akan mendorong petani untuk dapat
mengalokasikan dalam berbagai kegunaan seperti biaya produksi, tabungan dan
memenuhi keluarganya.
Menurut Soeharjo dan Patong (1987), bahwa penerimaan adalah sebagai
jumlah dari hasil produksi yang di hasilkan dalam satuan fisik dan dikalikan
dengan harga. Besarnya penerimaan yang di proleh petani dari hasil usahatani
39

yang dilakukan berbeda-beda antara petani yang satu dan petani yang lain
walaupun luas tanah garapan dan komonditi yang di hasilkan bersama.
Penerimaan adalah seluruh pendapatan dari semua cabang dari sumber dalam
usahatani dalam satu tahun, yang dapat di perhitungkan dari hasil penjualan,
pertukaran atau penaksiran kembali (Hadispoetra,1990).
Menurut Khaidir (2015) penerimaan adalah jumlah uang yang diproleh dari
penjualan sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala penghasilan
yang diproleh oleh petani dari hasil penjualan produksinya. Penerimaan agribisnis
adalah perkalian antara produksi yang diproleh dengan harga jual. Hasil total
penerimaan dapat diproleh dengan mengalikan jumlah satuan output yang dijual
dengan harga barang yang bersangkutan.
TR = Py.Y
Dimana : TR= total revenue (total penerimaan)
Py= harga output perunit (Rp/unit)
Y= jumlah output yang dihasilkan (unit)

10. Konsepsi Pendapatan


Pendapatan dalam usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan
semua biaya, atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau
penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor/penerimaan total
adalah niali produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum di kurangi
biaya produksi (Rahim dan Hastuti,2008).

Menurut Soeharjo dan Patong (1987), besar kecilnya pendapatan petani di


pengaruhi oleh harga jual yang berlaku di pasaran dan banyaknya produksi yang
di hasilkan.
Ditinjau dari pengertian teknis produksi merupakan suatu proses
pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia, dengan harapan terwujudnya
hasil yang lebih dari segala pengorbanan yang telah di berikan.
40

Sedangkan menurut Soekartawi (2001), bahwa perubahan tingkat


pendapatan akan mempengaruhi banyaknya produktivitas yang di hasilkan.
Seringkali dengan bertambahnya pendapatan maka produk yang akan diproduksi
bukan saja bertambah tapi kualitasnya akan menjadi lebih baik. Pendapatan bersih
isahatani mengukur imbalanyang diproleh dari pengunaan faktor-faktor produksi
seperti tanah, tenag kerja, modal, pengolahan. Sehingga pendapatan bersih
merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan total biaya produksi yang
di keluarkan oleh petani.

11. Konsepsi Kesejahteraan

Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial,


material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan
ketenteraman lahir batin yang memungkinkan setiap warganegara untuk
mengadakan usahausaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang
sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi
hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
(A. Rambe; 2008)

Edi. Suharto (2014) Kesejahteraan sosial pada intinya mencakup tiga


konsepsi yaitu:

1. Kondisi kehidupan atau keadaan kesejahteraan, yakni terpenuhinya


kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohaniah dan sosial
2. Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga
kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusian yang
menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.
3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha-usaha yang
terorganisasi untuk mencapai kondisi sejahtera.

Secara umum, kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi


sejahtera (konsepsi pertama), yaitu suatu keadaan yang terpenuhinya segala
41

bentuk kebutuhan hidup khusunya yang bersifat mendasar seperti makanan,


pakaian,perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan (Edi Suharto; 2014)

Wardatul Asriyah (2007) Kesejahteraan terdiri dari dua macam di


antaranya :

1. Kesejateraan pengorangan Kesejahteraan perorangan sinonim dengan


tingkat terpenuhnya kebutuhan dari warga bersangkutan, sepanjang
terpenuhinya kebutuhan ini tergantung dari faktor-faktor ekonomis, oleh
karena itu kesejahteraan perorangan selalu merupakan saldo dari
“utilities” yang positif dan negatif dalam “utilities” yang positif termask
kenikmatan yang diperoleh sang warga dari semua barang langka pada
asasnya dapat memenuhi kebutuhan manusiawi. Dalam “untilities” negatif
termasuk biaya-biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh barang itu
(seperti terbuang waktu senggang) dampak negatif dari perbuatan-
perbuatan warga lain (seperti dampak negatif terhadap lingkungan)
dimana kesejahteraan perorangan terbatas hanya pada kesejahteraan itu
sendiri.
2. Kesejahteraan masyarakat Kesejahteraan masyarakat yang menyangkut
kesejahteraan semua perorangan secara keseluruhan anggota masyarakat,
dalam hal ini kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan
masyarakat, kesejahteraan dari beberapa individu atau kesejahteraan
bersama, adapun tahapan yang harus diperhatikan dalam meningkatkan
kesejahteraan diantaranya :

a. Adanya persedian sumber-sumber pemecahan masalah yang dapat


digunakan. Dalam hal ini memang harus di perhatikan guna
menyelesaikan permasalahan yang ada khususnya dalam hal
meningkatkan kesejahteraan karena tanpa adanya sumber pemecahan
masalah maka masalah tersebut akan tetap ada.
b. Pelaksanaan usaha dalam menggunakan sumber-sumber pemecahan
masalah harus efisien dan tepat guna. Pada tahap ini kita harus dapat
42

menyesuaikan antara masalah dengan sumber pemecahan masalah


yang tepat dan dapat diselesaikan dengan cepat.
c. Pelaksanan usaha meningkatkan kesejahteraan harus bersifat
demokratis. Dalam hal ini meningkatkan kesejahteraan suatu
masyarakat lebih baik masyarakat tersebut dilibatkan di dalamnya.
d. Mencegah adanya dampak buruk dari usaha tersebut hal ini juga harus
diperhatikan dalam meningkatkan kesejahteraan. Sebaiknya dalam
melakukan usaha tersebut tidak menimbulkan dampak negative bagi
masyarakat , tetapi dapat membantu meningkatkan kesejahteraan
sehingga mampu menimbulkan dampak positif bagi masyarkat
(Wardatul Asriyah; 2007).

Tahapan dan indikator Keluarga Sejahtera berdasarkan data dari BKKBN


(2009) adalah sebagai berikut:

1. Tahapan

a. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS) Yaitu keluarga yang tidak


memenuhi salah satu dari 6 (enam) indikator Keluarga Sejahtera I (KS
I) atau indikator “kebutuhan dasar keluarga” (basic needs).Tahapan
Keluarga Sejahtera I (KSI)
b. Tahap keluarga sejahtera I yaitu keluarga mampu memenuhi 6 (enam)
indikator tahapan KS I, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 8
(delapan) indikator Keluarga Sejahtera II atau indikator “kebutuhan
psikologis” (psychological needs) keluarga.
c. Tahapan Keluarga Sejahtera II Yaitu keluarga yang mampu
memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I dan 8 (delapan) indikator
KS II, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5 (lima) indikator
Keluarga Sejahtera III (KS III), atau indikator “kebutuhan
pengembangan” (develomental needs) dari keluarga.
d. Tahapan Keluarga Sejahtera III Yaitu keluarga yang mampu
memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8 (delapan) indikator KS
43

II, dan 5 (lima) indikator KS III, tetapi tidak memenuhi salah satu dari
2 (dua) indikator Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau
indikator “aktualisasi diri” (self esteem) keluarga.
e. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus Yaitu keluarga yang mampu
memenuhi keseluruhan dari 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8
(delapan) indikator KS II, 5 (lima) indikator KS III, serta 2 (dua)
indikator tahapan KS III Plus.

2. Indikator tahapan keluarga sejahtera

a. Enam Indikator tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator


“kebutuhan dasar keluarga” (basic needs), dari 21 indikator keluarga
sejahtera yaitu:

1) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau


lebih. Pengertian makan adalah makan menurut pengertian
dan kebiasaan masyarakat setempat, seperti makan nasi bagi
mereka yang biasa makan nasi sebagai makanan pokoknya
(staple food), atau seperti makan sagu bagi mereka yang biasa
makan sagu dan sebagainya.
2) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di
rumah, bekerja/sekolah dan bepergian. Pengertian pakaian
yang berbeda adalah pemilikan pakaian yang tidak hanya satu
pasang, sehingga tidak terpaksa harus memakai pakaian yang
sama dalam kegiatan hidup yang berbeda beda. Misalnya
pakaian untuk di rumah (untuk tidur atau beristirahat di
rumah) lain dengan pakaian untuk ke sekolah atau untuk
bekerja (ke sawah, ke kantor, berjualan dan sebagainya) dan
lain pula dengan pakaian untuk bepergian (seperti menghadiri
undangan perkawinan, piknik, ke rumah ibadah dan
sebagainya).
44

3) Rumah yang ditempati keluarga mempunyai, lantai dan


dinding yang baik. Pengertian Rumah yang ditempati keluarga
ini adalah keadaan rumah tinggal keluarga mempunyai, lantai
dan dinding dalam kondisi yang layak ditempati, baik dari
segi perlindungan maupun dari segi kesehatan.
4) Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana
kesehatan.Pengertian sarana kesehatan adalah sarana
kesehatan modern, seperti Rumah Sakit, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, Apotek, Posyandu,
Poliklinik, Bidan Desa dan sebagainya, yang memberikan
obat obatan yang diproduksi secara modern dan telah
mendapat izin peredaran dari instansi yang berwenang
(Departemen Kesehatan/Badan POM).
5) Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana
pelayanan kontrasepsi. Pengertian Sarana Pelayanan
Kontrasepsi adalah sarana atau tempat pelayanan KB, seperti
Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai
Pengobatan, Apotek, Posyandu, Poliklinik, Dokter Swasta,
Bidan Desa dan sebagainya, yang memberikan pelayanan KB
dengan alat kontrasepsi modern, seperti IUD, MOW, MOP,
Kondom, Implan, Suntikan dan Pil, kepada pasangan usia
subur yang membutuhkan. (Hanya untuk keluarga yang
berstatus Pasangan Usia Subur).
6) Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.
Pengertian Semua anak umur 7-15 tahun adalah semua anak
7-15 tahun dari keluarga (jika keluarga mempunyai anak 7-15
tahun), yang harus mengikuti wajib belajar 9 tahun.
Bersekolah diartikan anak usia 7-15 tahun di keluarga itu
terdaftar dan aktif bersekolah setingkat SD/sederajat SD atau
setingkat SLTP/sederajat SLTP.
45

b. Delapan indikator Keluarga Sejahtera II (KS II) atau indikator


“kebutuhan psikologis” (psychological needs) keluarga, dari 21
indikator keluarga sejahtera yaitu:

1) Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai


dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Pengertian
anggota keluarga melaksanakan ibadah adalah kegiatan
keluarga untuk melaksanakan ibadah, sesuai dengan ajaran
agama/kepercayaan yang dianut oleh masing masing
keluarga/anggota keluarga. Ibadah tersebut dapat dilakukan
sendiri-sendiri atau bersama sama oleh keluarga di rumah,
atau di tempat tempat yang sesuai dengan ditentukan menurut
ajaran masing masing agama/kepercayaan.
2) Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga
makan daging/ikan/telur. Pengertian makan daging/ikan/telur
adalah memakan daging atau ikan atau telur, sebagai lauk
pada waktu makan untuk melengkapi keperluan gizi protein.
Indikator ini tidak berlaku untuk keluarga vegetarian. Seluruh
anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian
baru dalam setahun. Pengertian pakaian baru adalah pakaian
layak pakai (baru/bekas) yang merupakan tambahan yang
telah dimiliki baik dari membeli atau dari pemberian pihak
lain, yaitu jenis pakaian yang lazim dipakai sehari hari oleh
masyarakat setempat.
3) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni
rumah. Luas Lantai rumah paling kurang 8 m2 adalah
keseluruhan luas lantai rumah, baik tingkat atas, maupun
tingkat bawah, termasuk bagian dapur, kamar mandi, paviliun,
garasi dan gudang yang apabila dibagi dengan jumlah
penghuni rumah diperoleh luas ruang tidak kurang dari 8 m2.
46

4) Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga


dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masing. Pengertian
Keadaan sehat adalah kondisi kesehatan seseorang dalam
keluarga yang berada dalam batas batas normal, sehingga
yang bersangkutan tidak harus dirawat di rumah sakit, atau
tidak terpaksa harus tinggal di rumah, atau tidak terpaksa
absen bekerja/ke sekolah selama jangka waktu lebih dari 4
hari. Dengan demikian anggota keluarga tersebut dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan kedudukan
masing masing di dalam keluarga.
5) Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk
memperoleh penghasilan. Pengertian anggota keluarga yang
bekerja untuk memperoleh penghasilan adalah keluarga yang
paling kurang salah seorang anggotanya yang sudah dewasa
memperoleh penghasilan berupa uang atau barang dari
sumber penghasilan yang dipandang layak oleh masyarakat,
yang dapat memenuhi kebutuhan minimal sehari hari secara
terus menerus.
6) Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan
latin. Pengertian anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa
baca tulisan latin adalah anggota keluarga yang berumur 10 -
60 tahun dalam keluarga dapat membaca tulisan huruf latin
dan sekaligus memahami arti dari kalimat kalimat dalam
tulisan tersebut. Indikator ini tidak berlaku bagi keluarga yang
tidak mempunyai anggota keluarga berumur 10-60 tahun.
7) Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih
menggunakan alat/obat kontrasepsi. Pengertian Pasangan usia
subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat/obat
kontrasepsi adalah keluarga yang masih berstatus Pasangan
Usia Subur dengan jumlah anak dua atau lebih ikut KB
dengan menggunakan salah satu alat kontrasepsi modern,
47

seperti IUD, Pil, Suntikan, Implan, Kondom, MOP dan


MOW.

c. Lima indikator Keluarga Sejahtera III (KS III) atau indikator


”kebutuhan pengembangan” (develomental needs), dari 21 indikator
keluarga sejahtera yaitu:

1) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.


Pengertian keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan
agama adalah upaya keluarga untuk meningkatkan
pengetahunan agama mereka masing masing. Misalnya
mendengarkan pengajian, mendatangkan guru mengaji atau
guru agama bagi anak anak, sekolah madrasah bagi anak anak
yang beragama Islam atau sekolah minggu bagi anak anak
yang beragama Kristen.
2) Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang
atau barang. Pengertian sebagian penghasilan keluarga
ditabung dalam bentuk uang atau barang adalah sebagian
penghasilan keluarga yang disisihkan untuk ditabung baik
berupa uang maupun berupa barang (misalnya dibelikan
hewan ternak, sawah, tanah, barang perhiasan, rumah sewaan
dan sebagainya). Tabungan berupa barang, apabila diuangkan
minimal senilai Rp. 500.000,-
3) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu
sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi. Pengertian
kebiasaan keluarga makan bersama adalah kebiasaan seluruh
anggota keluarga untuk makan bersama sama, sehingga waktu
sebelum atau sesudah makan dapat digunakan untuk
komunikasi membahas persoalan yang dihadapi dalam satu
minggu atau untuk berkomunikasi dan bermusyawarah antar
seluruh anggota keluarga.
48

4) Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan


tempat tinggal. Pengertian Keluarga ikut dalam kegiatan
masyarakat di lingkungan tempat tinggal adalah keikutsertaan
seluruh atau sebagian dari anggota keluarga dalam kegiatan
masyarakat di sekitarnya yang bersifat sosial kemasyarakatan,
seperti gotong royong, ronda malam, rapat RT, arisan,
pengajian, kegiatan PKK, kegiatan kesenian, olah raga dan
sebagainya.
5) Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/
radio/tv/internet. Pengertian Keluarga memperoleh informasi
dari surat kabar/ majalah/ radio/tv/internet adalah tersedianya
kesempatan bagi anggota keluarga untuk memperoleh akses
informasi baik secara lokal, nasional, regional, maupun
internasional, melalui media cetak (seperti surat kabar,
majalah, bulletin) atau media elektronik (seperti radio,
televisi, internet). Media massa tersebut tidak perlu hanya
yang dimiliki atau dibeli sendiri oleh keluarga yang
bersangkutan, tetapi dapat juga yang dipinjamkan atau
dimiliki oleh orang/keluarga lain, ataupun yang menjadi milik
umum/milik bersama.

d. Dua indikator Kelarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator
”aktualisasi diri” (self esteem) dari 21 indikator keluarga, yaitu:

1) Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan


sumbangan materiil untuk kegiatan sosial. Pengertian
Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan
sumbangan materiil untuk kegiatan sosial adalah keluarga
yang memiliki rasa sosial yang besar dengan memberikan
sumbangan materiil secara teratur (waktu tertentu) dan
sukarela, baik dalam bentuk uang maupun barang, bagi
kepentingan masyarakat (seperti untuk anak yatim piatu,
49

rumah ibadah, yayasan pendidikan, rumah jompo, untuk


membiayai kegiatan kegiatan di tingkat RT/RW/Dusun, Desa
dan sebagainya) dalam hal ini tidak termasuk sumbangan
wajib.
2) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus
perkumpulan sosial/yayasan/ institusi masyarakat. Pengertian
ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus
perkumpulan sosial/yayasan/ institusi masyarakat adalah
keluarga yang memiliki rasa sosial yang besar dengan
memberikan bantuan tenaga, pikiran dan moral secara terus
menerus untuk kepentingan sosial kemasyarakatan dengan
menjadi pengurus pada berbagai organisasi/kepanitiaan
(seperti pengurus pada yayasan, organisasi adat, kesenian,
olah raga, keagamaan, kepemudaan, institusi masyarakat,
pengurus RT/RW, LKMD/LMD dan sebagainya).
50

C. Model Pendekatan

Model pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah model


pendekatan diagramatik sebagai berikut :

Petani

Usahatani Kelapa
Sawit

KUD Karya Makmur

Biaya Produksi

Produksi

Penerimaan

Tingkat Kesejahteraan : Pendapatan


1. Keluarga Pra Sejahtera
2. Keluarga Kejahtera I
3. Keluarga Sejahtera II
4. Keluarga Sejahtera III
5. Keluarga Sejahtera III
Plus
51

Keterangan :

: Menerima

: Mempengaruhi

Gambar 1. Diagramatik tingkat kesejahteraan Petani Kelapa Sawit anggota KUD


Karya Makmur di Desa Sumbusari Kecamatan Mesuji Raya
Kabupaten Ogan Komering Ilir.

D. Batasan dan Operasional Variabel

1. Sampel adalah Petani kelapa sawit anggota KUD Karya Makmur yang
beralamat di Desa Sumbu Sari Kecamatan Mesuji Raya.
2. Usahatani kelapa sawit adalah suatu kegiatan usahatani yang dilakukan untuk
menghasilkan produksi berupa kelapa sawit dalam bentuk Tandan Buah Segar
(TBS).
3. Koperasi Unit Desa adalah suatu Koperasi serba usaha yang beranggotakan
penduduk desa dan berlokasi pedesaan, daerah kerjanya biasanya mencakup
suatu wilayah.
4. Biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang di keluarkan oleh petani
kelapa sawit dalam satu tahun trakhir yang terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel (Rp/Ha/Th).
5. Biaya Tetap adalah biaya yang tidak habis sekali pakai, Biaya tetap dalam ini
adalalah seperti biaya perawatan tanaman kelapa sawit (Rp/Ha/Th).
6. Biaya Variabel adalah biaya yang habis dalam sekali pakai, biaya variabel
dalam penelitian ini adalah seperti biaya pemupukan ,penunasan,dan biaya
piringan tanaman kelapa sawit (Rp/Ha/Th).
52

7. Produksi adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat mengubah suatu


barang menjadi barang lain yang berbeda, atau suatu proses yang dapat
mengubah input menjadi output (Kg/Lg/Th).
8. Penerimaan adalah perkalian antara Produksi yang diperoleh dengan harga
jual suatu usaha (Rp/Kg).
9. Penerimaan petani adalah produksi yang di hasilkan dikalikan dengan harga
jual outuput (Rp/Ha/Th).
10. Pendapatan usahatani adalah penerimaan yang di proleh petani kelapa sawit
setelah dikurangi dengan biaya produksi yang dikeluarkan petani (Rp/Ha/Th).
11. Mengkonsepkan perkembangan kesejahteraan masyarakat desa sebagai
ukuran kesejahteraan keluarga/taraf hidup masyarakat, terdiri dari 5 (lima)
tingkat kesejahteraan, yaitu : Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Kejahtera I,
Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III dan Keluarga Sejahtera III Plus
12. Keluarga Prasejahtera; yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan
dasar minimum seperti kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan.
13. Keluarga Sejahtera I, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasar minimum, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial
psikologisnya seperti: pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan
lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
14. Keluarga Sejahtera II, yaitu keluarga yang disamping telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimal, juga kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum
dapat memenuhi kebutuhan berkembang/ perkembangannya seperti
menabung, memperoleh informasi, transportasi, dan sebagainya.
15. Keluarga Sejahtera III, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan dasar minimal, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan
perkembangan, namun belum dapat berpartisipasi maksimal terhadap
masyarakat baik dalam bentuk sumbangan material, keuangan, ikut serta
secara aktif dalam kegiatan sosial-kemasyarakatan, dan sebagainya.
16. Keluarga Sejahtera III-Plus, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhannya baik kebutuhan dasar minimal, kebutuhan sosial
psikologis, maupun yang bersifat perkembangan serta telah dapat
53

memberikan sumbangan nyata dan berkelanjutan, bagi masyarakat atau


pembangunan.

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Sumbu Sari Kecamatan Mesuji Raya
Kabupaten Ogan Komering Ilir, Yaitu pada petani kelapa sawit yang juga
merupakan anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Makmur, Lokasi penelitian
ditentukan secara sengaja (purposive),dengan pertimbangan Koperasi Unit Desa
(KUD) Karya Makmur mempunyai sertifikat Rountable Sustainable Palm Oil
(RSPO) dan anggota terbanyak di Kecamatan Mesuji Raya dan juga bahwa Desa
Sumbu Sari Kecamatan Mesuji Raya Kabupaten Ogan Komering Ilir salah satu
daerah dengan mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani kelapa
sawit Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan April 2020 sampai dengan
bulan Juni 2020.

B. Metode Penelitian
54

Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode


survei. Penelitian survei adalah penelitian untuk memproleh faktor-faktor dan
gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara actual dari kelompok dan
daerah, dimana metode ini kajian sempelnya merupakan suatu bagian dari
populasi dan hasil penelitiannya dapat mewakili dari semua populasi yang ada
serta dapat berlaku pada daerah-daerah lainnya (Sugiyono,2015). Dari petani yang
dipilih secara acak dari kelompok tani yang menjadi contoh sampel penelitian
mewakili seluruh petani sebanyak 30% responden.
Metode survei dilakukan dengan meneliti sejumlah petani untuk mengetahui
tingkat kesejahteraan petani. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk
mengadakan pengamatan secara menyeluruh dalam memproleh data atau fakta-
fakta yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara factual dari daerah yang
diteliti atau dengan terjun langsung kelapangan, mendatangi, dan mewancarai
petani di lokasi.

54
C. Metode Penarikan Contoh

Metode penarikan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah


simple rondom sampling, artinya peneliti mengambil anggota semple secara acak
tanpa memperhatikan stara pada populasi yang dipilih. Cara ini di lakukan peneliti
untuk mengambil sebuah sample yang bersifat homogen. Pengambilan sample
secara acak akan dilakukan dengan cara undian dengan tingkat kesalahan yang
ada yaitu 10% (Sugiyono, 2015). Menurut Gujarati dalam iqbalet al.(2014), untuk
penelitian yang menggunakan data kuantitatif, maka sampel minimal di tentukan
paling kecil sama dengan 30 (n ≥20). Dalam penelitian ini jumlah responden yang
di ambil sebagai sampel sebanyak 15% dari 671 petani anggota KUD Karya
Makmur yang menjual hasil produksi kelapa sawit kepada PT. Aek Tarum
Samporna Agro. Sehingga di dapat 100 orang petani anggota KUD Karya
Makmur yang akan dijadikan sample.

C. Metode Pengumpulan Data


55

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


sebagai berikut :

1) Teknik Observasi.
Menurut Nawawi dan Martini (1992) “observsi adalah pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu
gejala atau gejala-gejala pada obyek penelitian”. Adanya observasi peneliti
dapat mengetahui kegiatan pengamen jalanan yang berada di Surakarta, dalam
kesehariannya melakukan mengamen. Berdasarkan pemaparan di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa observasi merupakan kegiatan pengamatan dan
pencatatan yang dilakukan oleh peneliti guna menyempurnakan penelitian agar
mencapai hasil yang maksimal.

2). Teknik Wawancara.


Teknik wawancara, sumber informasinya berupa orang yang lazimnya di sebut
responden. Penelitian atau pengambilan data berhadapan langsung tatap muka
dengan responden mengadakan tanya jawab secara lisan. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dimaksudkan untuk merekam informasi yang
dibutuhkan, sesuai dengan tujuan dari penelitian itu sendiri. Dalam hubungan
ini dikenal pelaksanaan wawancara berencana dan wawancara tidak berencana.
Pada wawancara berencana peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara
berurutan sesuai dengan lembaran pedoman yang telah disiapkan. Sedangkan
dalam wawancara tidak berencana, peneliti melakukan wawancara tidak di ikat
oleh urutan-urutan pertanyaan, tetapi masih tetap dimaksudkan untuk merekam
informasi secara lengkap dari responden selaras dengan jumlah dan kader yang
diperlukan dan di butuhkan (Batubara, 2011).
Selain itu, jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung pada pemilik
usaha dodol nanas Melati dengan menggunakan daftar pertanyaan (quisioner)
56

yang telah di persiapkan, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang
terkait secara literatur yang ada hubungan dengan penelitian ini.

E. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dan membahas pertanyaan yang


telah di rumuskan pada rumusan masalah. Menurut Batubara (2011) metode
pengolahan data yang digunakan peneliti ada tiga tahap yaitu :
a. Editing : merupakan langkah untuk memeriksa kembali kelengkapan jawab
yang diberikan responden dalam alat pengumpulan data. Tahap ini di perlukan
untuk mengetahui apakah setiap pertanyaan telah di jawab dan kemungkinan di
baca, karena itu lazimnya dalam editing ini di periksa hal-hal berikut:
kelengkapan pengisian; keterbacaan tulisan; kejelasan makna jawaban;
kesesuaian antar jawaban; relevansi jawaban dan keseragaman satuan data
sehingga meminimalkan ditemukan cacat data yang mengganggu pengolahan
dan analisis.
b. Coding : merupakan kegiatan untuk pengkodean terhadap data sehingga
memudahkan untuk analisis data. Langkah ini dilakukan untuk memudahkan
pengerjaan datayang di kumpulkan. Jawaban pertanyaan perlu di pilih menurut
banyaknya jawaban yang di sediakan serta proses kuantifikasi mengikuti
prosedur yang berlaku, misalnya dengan menerapkan skala pengukuran
nominal dan ordinal.
c. Kategorisasi dan klasifikasi (Tabulating) : merupakan kegiatan untuk memuat
jawaban ke dalam bentuk tabel data yang di susun berdasarkan kategoti dan
atau kelas yang telah di tentukan sebelumnya agar jawaban itu mendapat
tempat yang jelas.

Untuk menjawab permasalahan pertama digunakan rumus menurut


Hernanto (1994) adapun rumus :

Pd = Pn - Bn

Pn = Pr x Hj

Bp = Bt + Bv
57

Bv = Hx . X

Untuk menghitung biaya tetap digunakan perhitungan nilai penyusutan alat


dengan rumus senagai berikut :

NB−NS
BT = Np =
LP

Dimana:

Np = Nilai penyusutan (Rp/Ha/Th)


Pd = pendapatan (Rp/Ha/Th)
Pn = Penerimaan (Rp/Ha/Th)
Pr = Produksi (Rp/Ha/Th)
Hj = Harga Jual Produksi (Rp/Kg)
Bp = Biaya Produksi (Rp/Ha/Th)
Bt = Biaya tetap (Rp/Ha/Th)
Bv = Biaya Variabel (Rp/Ha/Th)

Sedangkan untuk menjawab permasalahan kedua digunakan Tahapan dan


indikator Keluarga Sejahtera berdasarkan data dari BKKBN (2009) adalah sebagai
berikut:
1. Keluarga Pra Sejahtera (KPS)
2. Keluarga Sejahtera I (KS I)
3. Keluarga Sejahtera II (KS II)
4. Keluarga Sejahtera III(KS III)
5. Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus)
58

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P dan Widiyanti. 1997. Dinamika Koperasi. Jakarta : PT. Bina


Adiaksara.

Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Ogan Komering Ilir Dalam Angka 2018.
https://okikab.bps.go.id/publication/2018/08/16/e92c73890db87748e2affc74/kabup
aten-ogan-komering-ilir-dalam-angka-2018.html. diakses pada tanggal 23
September 2019.

Batubara, Mustopa Marli. 2011. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi.


Universitas Muhammadiyah Palembang, Palembang.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2018. Statistik Perkebunan Indonesia Kelapa
Sawit Indonesia 2013-2015. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta

Fauzi, Y., Widyastuti, Y.E., Satyawibawa, I., Paeru, R.H. 2012. Kelapa Sawit:
Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Hakim, M. 2013. Kelapa Sawit, Teknis Agronomis dan Manajemennya. Lembaga


Pupuk Indonesia. Jakarta.
59

Hasibuan, Malayu S.P., 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara,
Jakarta.

Hernanto,F.2002. Ilmu Usahatani. Pt.Penebar Swadaya. Jakarta.

Mangoensoekarjo dan Semangun.2008.Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.


Yogyakarta.

Mosher At.1987.Menciptakan Struktur Pedesaan Progresif.Disunting Oleh


Rochim Wirjoniodjojo. Yasaguna.Jakarta.

Nawawi dan Martini. 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. UGM.


Yogyakarta.
Nuryana, E. 2018. Tingkat Kesejahteraan Petani Kelapa Sawit di Desa Linggosari
Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin. Skripsi Universitas
Muhammadiyah Palembang. (Tidak di Publikasikan).

Rahim dan Astuti. 2008. Ekonomi Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soeharjo, A dan D. Patong. 1987. Sendi-sendi Ilmu Usaha Tani. Departemen


Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Soekartawi. 2001. Analisis Usahatani. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Sinar
Grafika Osset. Jakarta.

. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Sukamdiyo, I. 1997. Manajemen Koperasi. Semarang. Erlangga.

Suwarto. 2010. Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Kanisius: Yogyakarta.

Tarigan, Robinson. 2011. Ekonomi Regional Edisi Revisi. Jakarta. Penerbit Bumi
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai