Anda di halaman 1dari 16

PERTEMUAN-02

UNIT 2
Pencemaran Lingkungan
A. Pendahuluan
Pada Unit 2, dengan memahami materi sebelumnya, maka pada materi ini akan
diberikan penjelasan mengenai pengertian pencemaran lingkungan pada komponen alam
yang akan mengalami pencemaran, jenis-jenis pencemar dan proses terjadinya
pencemaran serta mahasiswa diharapkan mampu memahami proses pencemaran secara
umum.
Dengan demikian mahasiswa akan mampu mengidentifikasi faktor pencemar dan
komponen yang tercemar serta melakukan upaya penekanan volume pencemar di alam.
Diharapkan dengan pemahaman ini mahasiswa akan mampu memikirkan keterkaitan
Perancangan dan Perencanaan Bangunan Sipil terhadap pemahaman pencemaran
secara umum.

B. Pengertian Pencemaran
Pencemaran secara umum adalah tidak terjadinya keseimbangan antara daya dukung
alam terhadap aktivitas manusia dalam lingkungan tersebut. Atau batas kemampuan
lingkungan dalam memikul beban aktivitas
manusia yang ada dalam suatu lingkungan. Pencemaran juga dapat diartikan sebagai
terlampauinya ambang batas kemampuan lingkungan terhadap kondisi standar yang
dapat dipikul oleh lingkungan.
Pencemaran pada lingkungan alam, kita dapat kelompokkan atas 3, yaitu :
1. Pencemaran Udara
2. Pencemaran Air
3. Pencemaran Daratan

C. Komponen Lingkungan Tercemar


Secara umum komponen Lingkungan Alam yang mengalami pencemaran, antara
lain :
1. Komponen Udara dan Kebisingan serta komponen udara lainnya
2. Komponen Air
3. Komponen Tanah atau Daratan
Adapun uraian faktor pencemar dan komponen tercemar dalam lingkungan,
sebagai berikut :
1. Pencemaran Udara
Pencemaran udara diartikan sebagai bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam
udara yang menyebabkan perubahan susunan udara dari keadaan normanya.
Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di
udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia,
hewan dan binatang.Bila keadaan seperti tersebut daiatas maka udara dikatakan
tercemar, kenyamanan hidup terganggu.
Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak
tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan
sekitarnya. Udara adalah juga atmosfir yang berada disekeliling bumi yang fungsinya
sangat penting bagi kehidupan didunia ini. Dalam udara terdapat oksigen (O 2) untuk
bernafas, karbondioksida untuk fotosintesis dan ozon (O 3) untuk menahan sinar ultra
violet.
Adapun susunan udara bersih dan kering diperkirakan tersusun oleh :
- Nitrogen (N2) = 78,09% volume
- Oksigen (O2) = 21,94%
- Argon (Ar) = 0,93%
- Karbon dioksida (CO2) = 0,032%

Gas-gas lain yang ada dalam udara antara lain : gas-gas mulia, nitrogen oksida,
hydrogen, methane, belerang dioksida, ammonia dan lainnya. Jika susunan udara
mengalami perubahan dari keadaan normal dan menimbulkan gangguan bagi
manusia, hewan dan lainnya, maka udara tersebut mengalami pencemaran

Penyebab pencemaran udara, terjdi seiring dengan pertumbuhan penduduk dan


perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, menyebabkan ambang batas kondisi
normal susunan unsur udara mengalami perubahan dan menyebabkan rasa tidak
nyaman. Ada 2 faktor penyebab pencemaran udara, yaitu :
1. Faktor Internal atau secara alami, contoh :
a. Debu yang beterbangan akibat angin
b. Abu yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi beserta gas-gas vulkanik
c. Proses pembusakan sampah organik, dll
2. Faktor External karena ulah manusia, contoh :
a. Hasil pembakaran bahan bakar fosil
b. Debu, serbuk hasil pengolahan industri
c. Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan keudara, dll

Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu
atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan atau gas yang masuk
terdispersi keudara, dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan
penyebaran pencemar sangat tergantung pada kondisi geografi, dan meteorology
setempat. Udara bersih yang dihirup merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau,
tidak

berwarna maupun berasa. Meskipun demikian udara yang benar-benar bersih


sudah sulit diperoleh, terutama di kota-kota besar yang banyak industrinya dan padat
lalulintasnya. Udara yang tercemar dapat merusak lingkungan dan kehidupan
manusia. Terjadinya kerusakan lingkungan berarti berkurangnya daya dukung yang
selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup manusia.
Komponen Pencemar Udara, kondisi keberadaan udara diperkotaan yang
memiliki banyak kegiatan industri dan lalulintas yang padat, udaranya relatif sudah
tercemar, dari beberapa macam komponen pencemar udara, maka yang paling
banyak berpengaruh dalam pencemaran udara antara lain :
1. Karbon Monoksida (CO)
2. Nitrogen Oksida (NO)
3. Belerang Oksida (SO)
4. Hidro Karbon (HC)
5. Partikel-partikel lainnya
Komponen pencemar udara tersebut diatas bisa mencemari udara secara
sendiri-sendiri atau dapat pula mencemari udara secara bersamaan. Jumlah
komponen pencemar tergantung pada sumbernya. Untuk mendapatkan gambaran
tersebut dapat dilihat berwarna maupun berasa. Meskipun demikian udara yang
benar-benar bersih sudah sulit diperoleh, terutama di kota-kota besar yang banyak
industrinya dan padat lalulintasnya. Udara yang tercemar dapat merusak lingkungan
dan kehidupan manusia. Terjadinya kerusakan lingkungan berarti berkurangnya daya
dukung yang selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup manusia.
Komponen Pencemar Udara, kondisi keberadaan udara diperkotaan yang
memiliki banyak kegiatan industri dan lalulintas yang padat, udaranya relatif sudah
tercemar, dari beberapa macam komponen pencemar udara, maka yang paling
banyak berpengaruh dalam pencemaran udara antara lain :
6. Karbon Monoksida (CO)
7. Nitrogen Oksida (NO)
8. Belerang Oksida (SO)
9. Hidro Karbon (HC)
10. Partikel-partikel lainnya

Komponen pencemar udara tersebut diatas bisa mencemari udara secara sendiri-
sendiri atau dapat pula mencemari udara secara bersamaan. Jumlah komponen
pencemar tergantung pada sumbernya. Untuk mendapatkan gambaran tersebut dapat
dilihat. data pencemaran udara di Amerika, data pengukuran 1968, sebagai berikut :

Tabel 2.1. Sumber Pencemar Udara di AS tahun 1968

Jumlah Komponen Pencemar


Sumber
No (Juta ton/Tahun)
Pencemaran
CO NO SO HC Partikel Total
1 Transportasi 63,8 8,1 0,8 16,6 1,2 90,5
2 Industri 9,7 0,2 7,3 4,6 7.5 29,3
3 Pembuangan
7,8 0,6 0,1 1,6 1,1 11,2
Sampah
4 Pembakaran
1,9 10,0 24,4 0,7 8,9 45,9
stasioner
5 Lain-lain 16,9 1,7 0,6 8,5 9,6 37,3

Untuk komponen pencemar di Indonesia, masih terus dilakukan penelitian, namun


perkiraan prosentase komponen pencemar udara dari sumber pencemar transportasi
di Indonesia, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2. Perkiraan prosentase komponen pencemar udara dari


sumber pencemar transportasi di Indonesia

No Komponen Pencemar Prosentase


1 CO 70,50
2 NO 8,89
3 SO 0,88
4 HC 18,34
5 Partikel 1,33
Total 100

Pencemaran udara sering tidak dijangkau dengan kemampuan pancaindra, meskipun


udara telah mengalami komposisi zat pencemar dengan kadar yang masih dapat
ditolerir. Jika panca indra kita dapat menjangkau pencemar udara, misal kita
menyaksikan bagaimana kendaraan diesel yang mengeluarkan asap melalui pipa
pembuang pembakaran yang berwarna hitam dan kotor serta bau yang menyengat,
adalah suatu bukti begitu besar dan mengerikannya pencemar mengotori udara yang
kita hirup untuk bernapas.

Terkadang kita mencium di udara suatu zat yang menyengat membuat kita
merasa sesak dipastikan bahwa pencemar tersebut sudah pada tingkat berbahaya,
dapat pula dirasakan dengan sentuhan tangan misal adanya butir-butir minyak atau
bentuk partikel yang lain, maka hal itu pencemar udara banyak mengandung Hidro
Carbon (HC) dan partikel.
Pada ahir-akhir ini para ilmuan resah karena terjadinya kerusakan lapis ozon, yang
merupakan pelindung atmosfir bumi yang berfungsi sebagai pelindung terhadap sinar
ultra violet yang datang berlebihan dari sinar matahari. Sinar ultra violet yang tidak
difilter oleh lapis ozon sesampainya di atmosfir permukaan bumi akan menjadi panas
yang mengakibatkan kenaikan suhu bumi. Dengan naiknya suhu bumi akan
mengakibatkan berkurangnya kenyamanan hidup di planet bumi ini. Bahkan dengan

suhu bumi yang tinggi berdampak pada naiknya permukaan air laut akibat
mencairnya es di kutub. Perlu diketahui rusaknya lapis ozon akibat karena bereaksi
dengan radikal chlor, yang berasal dari senyawa Chloro Flouro Carbon (CFC) yang
dikenal dengan Freon, sebagai bahan pendingin AC, lemari es, bahan semprot farfum,
pilox, penyemprot rambut dan sebagainya.
Kerusakan lapisan ozon pada saat ini sudah terlihat di atas kutub selatan,
berupa lubang ozon atau ozone hole, jika kerusakan ini tidak dicegah maka lubang
ozon akan semakin lebar dan tidak tertutup kemungkinan akan sampai pada daerah
katulistiwa. Sehingga Indonesia akan mengalami pemanasan bumi lebih dahulu
sebelum masuk wilayah bumi bagian utara.
Adapun Pencemaran udara lainnya, antara lain yaitu ; dampak kebisingan,
pemakaian insektisida dan masalah kerusakan ozon dan efek rumah kaca. Dampak
pencemaran udara akibat karena kebisingan dapat diuariakan sebagai berikut :

 Pencemaran/Dampak Kebisingan
Kota besar dengan kemajuan teknologi, industri dan volume transportasi, baik
transportasi darat, pesawat terbang dan lainnya. Terlebih lagi jika di kota terjadi
kombinasi faktor kebisingan baik dari transportasi, industri dan lainnya dipastikan
memberikan pencemara pada udara dalam bentuk kebisingan.

Kebisingan yang diukur dengan decibel (dB) adalah tingkat getaran suara yang
timbul diudara, dimana manusia memiliki batas ambang normal dalam mendengan
suatu tekanan suara yaitu pada batas nilai 50-60 dB. Diatas dari nilai tersebut
maka menusia merasa tidak nyaman dan terganggu dengan kebisingan tekanan
suara. Kebisingan dengan nilai 65-80 dB sudah dapat merusak alat
pendenganaran jika berlangsung dengan waktu yang cukup lama. Selain dapat
menyebabkan tuli juga dapat menimbulkan tingkat stress atau penyakit tekanan
jiwa dan dipastikan akan terjadinya penurunan tingkat kesehatan manusia.

Kebisingan 80 dB sebaiknya dihindari dengan waktu kontak yang lama, dan


sebagai contoh kebisingan sampai nilai 89 dB hanya dapat diperkenankan waktu
kontak selama 300 menit atau kurang lebi 5 jam. Sedangkan nilai 120 dB hanya
boleh selama 15 menit jika tidak dihindari dipastikan syaraf pendengaran sudah
mengalami gangguan.
 Pencemaran/Dampak Insektisida
Penggunaan insektisida yang bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi
pertanian, disatu sisi memberikan dampak pada manusia sebagai konsumen hasil
pertanian. Satu penyakit yang sering didengar pada saat ini saat ini adalah penyakit
kanker yang merupakan hasil dari penggunaan insektisida pada buah-buah dan
sayuran, yang dikomsumsi tanpa menlakukan tindakan sterilisasi.
Selain melalui media pertanian racun hama seperti semprot nyamuk atau semprot
kimia dapat langsung dihirup oleh manusia memiliki kepastian besar untuk manusia
mengalami gangguan kesehatan.

 Pencemaran/Dampak Ozon dan Efek Rumah Kaca


Lapisan ozon adalah lapisan atmosfir bumi yang berfungsi sebagai pelindung dari
sinar ultra violet yang datang berlebihan dari matahari. Jika lapisan ozon rusak
maka sifat ozon sebagai penyaring sinar UV tidak akan berfungsi lagi, maka
dipastikan sinar UV akan masuk kepermukaan bumi dan sangat berpengaruh pada
penyakit kulit dan penyakit-penyakit lainnya.

Selain merusak kulit juga dapat meningkatkan suhu bumi dan menjadikan bumi
sudah tidak nyaman lagi dihuni oleh manusia dan mahluk lainnya, selain dari pada
itu suhu bumi akan memaksa bongkahan es di kutub mencair berdampak pada
naiknya permukaan air laut, sehingga kehidupan di garis pantai menjadi rusak dan
tenggelam.

Kenaikan suhu bumi juga sangat dipengaruhi oleh Efek rumah kaca atau Green
House Effect. Efek rumah kaca terjadi akibat karena meningkatnya jumlah carbon
dioksida (CO2) diudara. Meningkatnya CO2 tidak terlepas dengan meningkatnya
penggunanaan bahan bakar minyak oleh berbagai industri dan transportasi,
selanjutnya CO2 ini akan berkumpul pada lapisan tertentu diatmosfir bumi sebagai
prisai atau penghalang, sehingga panas yang keluar dari bumi tidak dapat dengan
bebas keluar dari lapis atmosfir dan akan dikembalikan kebumi lagi, selanjutnya
pengembalian panas bumi ini akan menjadikan suhu bumi akan semakin panas lagi
dan hal inilah yang disebut sebagai pemanasan bumi dengan istilah Efek Rumah
Kaca.

2. Pencemaran Air
Planet bumi sebagaian besar terdiri atas air karena luas daratan lebih kecil disbanding
dengan luas lautan. Air merupakan kebutuhan utama bagi mahluk hidup untuk itu
kondisi keberadaan air bersih perlu mendapat perhatian oleh semua pihak agar
mahluk hidup khususnya manusia dapat mempertahankan hidupnya. Dewasa ini air
menjadi masalah yang perlu mendapatkan perhatian secara cermat dan saksama,
karena untuk mendapatkan air yang memenuhi standar bersih sangat sulit akibat
adanya berbagai pencemaran khususnya diwilayah perkotaan, dimana pencemar aiar
yang bersumber dari limbah industri, rumah tangga dan lainnya.

Untuk menetapkan standar air yang bersih tidaklah mudah, karena tergantung pada
banyak faktor penentu, yaitu antara lain :
1. Kegunaan Air :
- Untuk Air minum
- Untuk keperluan rumah tangga
- Untuk Air Industri
- Untuk Air Untuk Pertanian
- Untuk Air Perikanan, dsb
2. Asal sumber Air :
- Dari mata Air pegunungan
- Dari Air danau
- Dari Sungai
- Dari Sumur
- Dari Air Hujan

Meskipun penetapan standar air yang bersih cukup sulit, namun ada kesepakatan
bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurniannya, akan tetapi didasarkan
pada kenormalannya. Jika terjadi penyimpangan dari keadaan normal maka hal itu
berarti air mengalami pencemaran. Air yang ada dibumi ini tidak pernah terdapat
dalam keadaan murni bersih, tetapi selalu ada senyawa atau mineral lain yang terlarut
didalamnya.

Sebagai contoh air yang diambil dari mata air di pegunungan dan air hujan. Keduanya
dapat dianggap sebagai air yang bersih, namun senyawa atau mineral yang terdapat
didalamnya berlainan seperti tampak pada keterangan berikut :
Air Hujan Mengandung : SO4, CL, NH, CO2, N2, C, O2
Air dari Mata Air Gunung mengandung : Na, Mg, Ca, Fe, O2

Air yang mengandung bakteri atau mikroorganisme, dalam proses sterilisasi biasanya
dilakukan dengan memasak air tersebut sampai mencapai tempratur 100 C, agar
mikro organisme dan bakteri dapat dimusnahkan untuk selanjutnya air tersebut dapat
dikomsumsi. Disatu sisi air minum yang dikomsumsi diharapkan mengandung mineral,
namun akibat karena air tersebut harus dimasak untuk memusnahkan bakteri
akibatnya air kehilangan mineral, air yang kehilangan mineral biasanya terasa tidak
enak diminum.

Indikator Pencemar Air


Air merupakan kebutuhan pokok manusia di bumi. Air digunakan dalam konteks
konvensional misal untuk air minum, sanitas, pengairan dan sebagainya, air juga
dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yaitu untuk menunjang
kegiatan industri dan teknologi. Dalam kegiatan industri dan teknologi air digunakan
antara lain : Air Proses, Air Pendingin, Air Ketel Uap, Air utilitas dan sanitasi dll.

Jika air yang dibutuhkan cukup besar dalam kegiatan industri dan teknologi, maka
perlu dipikirkan bagaimana memperoleh air tersebut tanpa mengganggu
keseimbangan air lingkungan. Keseimbangan air lingkungan bukan hanya dari volume
atau debit air yang digunakan, tapi yang lebih penting adalah bagaimana menjaga agar
air lingkungan tidak menyimpang dari keadaan normalnya. Jika air industry ini
langsung dibuang ke alam maka akan dapat menimbulkan pencemaran pada air
lingkungan. Air buangan industri dan teknologi tidak dapat langsung dibuang ke alam,
akan tetapi perlu dilakukan pengolahan sebagai proses daur ulang sampai dengan
kualitasnya menyamai dengan air di lingkungan.

Jika seluruh industri dan teknologi melakukan proses daur ulang hasil limbahnya
sebelum dibuang ke alam, maka dipastikan pencemaran pada air tidak akan terjadi,
namun fakta yang ada tidak demikian, banyak industri membuang limbahnya pada
sungai, danau atau ke laut tanpa proses daur ulang. Hal inilah yang menjadi awal
permasalahan air bersih yang mengalami penyimpangan dari keadaan normal.

Adapun indikator air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda
yang dapat diamati melalui :
1. Adanya perubahan suhu air
2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen
3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air
4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut
5. Adanya mikroorganisme
6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan

Penjelasan terhadap indikator pencemar air tersebut diatas dapat dilihat sebagai
berikut :
1. Perubahan Suhu Air
Salah satu fungsi air pada industri adalah mengambil alih panasnya mesin
yang bekerja, dimana mesin yang panas akan diberi air pendingin agar tetap
normal bekerja, selanjutnya air tersebut akan keluar dan terbuang kesungai
mengakibatkan air sungai mengalami perubahan suhu.
Perubahan suhu ini dipastikan akibat karena adanya buangan proses suatu
industri yang tentunya memiliki kondisi yang tidak normal atau mengandung
pencemar. Jika hal ini terjadi maka pengaruh suhu terhadap air sungai mengalami
penurunan kadar oksigen akibat pemanasan tadi sedangkan setiap organisme air
yang ada membutuhkan kadar oksigen yang cukup untuk hidupnya.

2. Perubahan pH Air
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH berkisar
antara 6,5-7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya
pH air atau besarnya konsentrasi ion hidrogen di dalam air.
Jika pH Air lebih kecil dari pH Normal maka air akan bersifat asam dan jika lebih
besar dari pH normal maka akan bersifat basa. Air industri yang tidak mengalami
proses daur ulang masuk ke sungai maka dipastikan akan merubah nilai pH air
dan berdampak pada organisme kehidupan disungai.

3. Perubahan Warna, Bau, dan Rasa Air.


Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan anorganik
dan bahan organik seringkali dapat larut dalam air. Jika bahan buangan dan air
limbah dapat larut dalam air maka akan terjadi perubahan warna air, Air dalam
keadaan normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan
jernih.

Meskipun demikian tidak selamanya air limbah industri dapat merubah warna air
normal ada yang tidak merubah namun tetap memiliki zat pencemar berbahaya.
Bau yang keluar dari dalam air dapat langsung berasal dari bahan buangan atau
air limbah dari kegiatan industri, atau dapat pula berasal dari hasil degradasi
bahan buangan oleh mikroba yang hidup dalam air.

Bahan buangan industri yang bersifat organik dari bahan makanan seringkali
menimbulkan bau yang sangat menyengat, mikroba dalam air akan mengubah
bahan buangan organik, terutama gugus protein, secara degradasi menjadi bahan
yang mudah menguap dan berbau.

Timbulnya bau pada air lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah
satu tanda terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi. Air yang berasa
dipastikan telah terjadi larutan-larutan garam, air yang mempunyai rasa biasanya
berasal dari garam-garam yang terlarut. Bila hal ini terjadi maka berarti juga telah
ada pelarutan ion-ion logam yang dapat mengubah konsentrasi ion hidrogen
dalam air. Adanya rasa pada air pada umumnya diikuti pula dengan perubahan pH
air.

4. Timbulnya Endapan, Koloidal dan Bahan Terlarut


Bahan buangan industri berbentuk padat mengakibatkan terbentuknya endapan,
koloidal dan bahan terlarut. Bahan yang masuk dalam air sebelum mengendap
akan melayang-layang dalam air bersama koloid dan hal ini menghalangi
masuknya cahaya matahari kedalam lapis air, sedangkan miroorganisme
membutuhkan perubahan suhu air.

Salah satu fungsi air pada industri adalah mengambil alih panasnya mesin yang
bekerja, dimana mesin yang panas sinar matahari dalam melakukan fotosintesis,
jika tidak berfotosintesis maka organisme akan mengalami gangguan.

Endapan dan Koloidal berasal dari bahan organik, maka organisme atas bantuan
oksigen yang terlarut dalam air akan melakukan degradasi bahan organik tersebut
sehingga menjadi lebih sederhana. Banyaknya oksigen yang dibutuhkan dalam
proses degradasi biokimia disebut dengan Biological Oxygen Demand (BOD).

5. Microorganisme
Jika bahan buangan yang harus didegradasi cukup banyak maka organisme akan
ikut berkembang biak menjadi lebih banyak. Pada proses perkembangan
mikroorganisme diapastikan bahwa mikroba pathogen ikut berkembang, mikroba
pathogen adalah penyebab timbulnya berbagai macam penyakit.

6. Meningkatnya Radioaktivitas Air Lingkungan


Ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir banyak melibatkan zat radioaktif, dimana zat
radioaktif dapat menyebabkan berbagai macam kerusakan biologis jika tidak
ditangani dengan benar, baik melalui efek langsung maupun efek tertunda, maka
tidak dibenarkan dan sangat tidak etis bila ada yang membuang bahan sisa
radioaktif ke lingkungan.

Secara alamiah radioktifitas lingkungan sudah ada sejak terbentuknya bumi, namun
kita tidak boleh menambah radioktifitas lingkungan dengan membuang secara
sembarangan bahan sisa radioktif ke lingkungan.
Komponen Pencemaran Air
Penyebab utama terjadinya pencemaran air adalah akibat karena tidak adanya
kesungguhan oleh pihak pelaku industri dan pengawasan yang ketat dari pihak
pemerintah terhadap buangan air limbah industri ke lingkungan. Untuk itu perlu
penanganan penanggulangan dampak pencemaran lingkungan yang akan terjadi.
Untuk itu perlu diketahui dan dikelompokkan komponen pencemar air, sebagai berikut
1. Kelompok bahan buangan padat
2. Kelompok bahan buangan organik
3. Kelompok bahan buanagan anorganik
4. Kelompok bahan buangan olahan bahan makanan
5. Kelompok bahan buangan cairan berminyak
6. Kelompok bahan buangan zat kimia
7. Kelompok bahan buangan berupa panas

Pengertian COD dan BOD


COD atau Chemical Oxygn Demand atau Kebutuhan oksigen kimia untuk reaksi
oksidasi terhadap bahan buangan didalam air. Sedangkan BOD atau Biological
Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan
didalam air. Kedua hal tersebut diatas merupakan cara yang ditempuh untuk melihat
kandungan oksigen yang terlarut didalam air dapat ditentukan seberapa jauh tingkat
pencemaran air lingkungan telah terjadi.

3. Pencemaran Daratan
Daratan mengalami pencemaran jika ada benda asing, baik yang bersifat organik
maupun anorganik yang berada dipermukaan tanah mengakibatkan komposisi
permukaan menjadi rusak. Dalam kondisi normal daratan harus dapat memberikan
daya dukung bagi kehidupan manusia, baik pada sektor pertanian, peternakan,
kehutanan maupun untuk permukiman. Jika benda asing tersebut berada di daratan
dalam waktu yang lama dan menimbulkan ganguan terhadap kehidupan manusia,
hewan dan tanaman, maka dapat dikatakan bahwa daratan telah mengalami
pencemaran. Jika pencemaran terjadi maka kenyamanan hidup, untuk peningkatan
kualitas hidup tidak dapat dicapai.

Keadaan daratan sebelum mengalami pencemaran tergantung pada letak daratan itu
sendiri. Letak daratan dapat dibagi berdasarkan pada :
1. Letak Lintang yang membagi daratan berdasarkan kisaran derajat lintangnya (
Utara ke Selatan) :
a. Daratan Tropis : 0° – 23,5°
b. Daratan sub Tropis : 23,5° - 40°
c. Daratan sub Dingin : 40° - 66,5°
d. Daratan Dingin (kutub) : > 66,5°

2. Letak Ketinggian yang membagi daratan berdasarkan ketinggiannya dari muka laut:
a. Daratan Dataran Rendah
b. Daratan Dataran Sedang
c. Daratan daratan Tinggi

Letak lintang dan letak ketinggian akan memberikan lingkungan yang berbeda satu
sama lain, misal; hewan dan tumbuhan daerah tropis dengan daerah kutub. Begitupula
tanaman daerah pantai dan daerah ketinggian berbeda satu sama lainnya artinya
sangat tergantung pada kondisi keberadaan lingkungan. Meskipun keadaan daratan
dan lingkungan ada yang tidak sesuai dengan pembagian tersebut di atas, yaitu
daratan yang sejak semula keadaan alamnya sudah berupa padang pasir, misal
Gurun Sahara di Afrika, Gurun Gobi di Asia dan Gurun Pasir Australia Tengah.
Sedangkan curah hujan dan iklim ikut juga memepengaruhi keadaan daratan dan
lingkungannya. Contoh daerah yang curah hujannya rendah akan memebentuk daerah
padang rumput atau stepa.

Penyebab Pencemaran Daratan


Kemajuan industri dan teknologi yang berkembang pesat dapat menimbulkan
pencemaran terhadap keadaan udara dan air termasuk pencemaran pada daratan.
Pencemaran daratan relatif mudah dikontrol dibading dengan pencemaran air dan
udara,
Secara garis besar pencemaran daratan dapat disebabkan oleh :
a. Faktor Inernal, yaitu pencemaran yang disebabkan oleh peristiwa alam, seperti
letusan gunung berapi, yang memunthkan debu, pasir, batu dan bahan vulkanik
lainnya, yang menyebar kedaratan sehingga tercemar, meskipun hal ini adalah
bencana alam akan tetapi sulit untuk dapat dikendalikan oleh manusia.
b. Faktor External, yaitu pencemaran daratan kerana ulah dan aktivitas manusia.
Pencemaran faktor ini perlu mendapat perhatian yang serius agar daratan tetap
dapat memeberikan daya dukung alanya bagi kehidupan manusia.

Komponen Pencemar Daratan


Segala macam organisme yang ada di alam selalu menghasilkan limbah atau bahan
buangan yang sebagian besar limbah yang dihasilkan oleh organisme bersifat organik,
kecuali limbah yang berasal dari aktivitas manusia yang dapat bersifat organik dan
anorganik. Bentuk dan macam limbah yang dihasilkan manusia tergantung pada
tingkat peradaban manusia. Sebelum manusia mengenal teknologi dan industri limbah
atau bahan buangan manusia umumnya bersifat organik dan hal ini lebih baik karena
lebih mudah diproses untuk menyatu kembali kealam tanpa timbulnya pencemaran,
dibanding dengan limbah anorganik yang harus mengalami proses panjang dan
cendrung mencemari lingkungan.

Secara umum limbah padat dapat dikelompok atas dua, yaitu kelompok limbah organik
dan kelompok limbah anorganik. Adapun komposisi limbah bahan buangan organik
dan anorganik secara umum, memiliki perbandingan 70% : 30%, artinya bahan limbah
organik lebih besar dibanding dengan anorganik, dengan demikian kondisi
pengendalian terhadap pencemaran masih lebih baik dibanding dengan keberadaan
limbah anorganik.

Secara umum dapat digambarkan bahwa tingkat kemajuan industri dan teknologi pada
suatu negara akan memberi kontribusi lebih besar dalam hal memiliki limbah padat
dibanding dengan negara atau kota kecil dengan industri yang minim. Pada tabel
dibawah dapat dilihat komposisi pencemar limbah padat pada daerah industri kota
besar, sebagai berikut :
Tabel 2.3. Komposisi Pencemar Limbah Padat pada daerah industri kota besar

Prosentase Limbah
No Komponen Limbah
(%)
1 Kertas 41
2 Limbah bahan Makanan 21
3 Gelas 12
4 Logam 10
5 Plastik 5
6 Kayu 5
7 Karet dan Kulit 3
8 Kain atau serat tekstil 2
9 Logam lainnya 1

Ada tiga cara dalam mengendalikan besar volume timbulan limbah padat atau sampah
di perkotaan, yaitu :
a. Refuse atau melakukan pengurangan volume sampah dengan cara mempressing
volume sampah agar lebih padat, termasuk dalam hal ini melakukan composting
atau mengubah limbah organik menjadi pupuk kompos bagi penyubur tanah
pertanian.
b. Recycle atau melakukan cara dengan mengadakan pengolahan kembali atau daur
ulang, bagi sampah yang masih dapat diproses kembali
c. Reuse atau melakukan pengurangan volum dengan memanfaatkan kembali
sampah yang ada menjadi barang yang berguna.

D. Daya Dukung Lingkungan


Daya dukung alam diartikan sebagai kemampuan alam mendukung kehidupan manusia.
Berkurangnya daya dukung alam berakibat pula terhadap kemampuan alam untuk
mendukung kehidupan manusia. Oleh karena itu daya dukung alam harus dijaga agar
tetap dapat memberikan dukungannya bagi kehidupan manusia. Daya dukung alam dapat
mengalami degradasi atau penurunan kemampuan daya dukung akibat karena
pertambahan waktu, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta kemajuan
industri.

Daya dukung alam dalam hal ini adalah meliputi kekayaan alam yang terdapat di muka
bumi, termasuk kekayaan alam dalam perut bumi yang terbentuk sejalan dengan umur
bumi yang sudah cukup lama. Para ahli geologi menggambarkan umur bumi melalui
tahapan keadaan geologi bumi serta keadaan kehidupan pada saat itu.

Ekologi dan Daya Dukung Alam, merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan dimana
kata ekologi berasal dari bahasa Yunani diartikan sebagai oikos artinya habitat atau
lingkungan tempat tinggal dan logos adalah ilmu pengetahuan atau yang mempelajari,
sehingga ekologi dapat diartikan sebagai hubungan antara organisme dan habitatnya,
atau ilmu yang mempelajari tempat hubungan antara mahluk hidup dan lingkungannya.
Karena pengetahuan ekologi dipelajari untuk kepentingan manusia, maka menurut
Webster’s New World Dictionary ekologi merupakan ilmu yang mempelajari penyebaran
masyarakat manusia dalam hubungannya dengan kekayaan alam serta pola sosial
budaya sebagai akibat adanya hubungan tersebut. Dalam kenyataannya segala kegiatan
manusia tidak sekedar biotic individual, tapi juga bersifat sosiokultural yang melibatkan
segala macam segi kehidupan.
Dalam lingkup ekologi manusia, banyak segi kehidupan yang menjadi komponen-
komponen yang saling berpengaruh kehidupan manusia itu sendiri. Adapun komponen
yang saling berpengaruh didalam ekologi manusia, antara lain :

1. Komponen manusia sebagai penduduk


2. Kompinen daya dukung alam sebagai lingkungan
3. Komponen ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek)
4. Komponen organisasi

Masing-masing komponen tersebut diatas akan saling tergantung satu sama lain.
Ketergantungan tersebut dapat membentuk suatu sistem yang oleh Schonore dan
Duncan tahun 1958-1959 disebut sebagai Ecological Compleks atau Neo Ecology.
Penduduk sebagai komponen pertama dari ekologi manusia jumlahnya semakin
bertambah yang mempengaruhi bertambahnya penggunaan kekayaan alam dalam
mencukupi hidupnya.

Pengelolaan kekayaan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup jelas sangat tergantung
pada daya dukung alam yang ada, sehingga untuk dapat memanfaatkan dan mengolah
kekayaan alam secara baik diperlukan pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi,
sedangkan peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berkembang dengan baik jika
masyarakat manusia memiliki sistem organisasi yang baik.

Selain keempat komponen di atas, di dalam ekologi dikenal pula pengertian komponen
alam dan komponen sosial yang saling berkaitan dan ikut pula membentuk kelangsungan
hidup manusia. Komponen alam yaitu meliputi semua bagian dari alam, seperti tanah, air,
tanaman, hewan, udara dan kekayaan alam yang ada didalamnya. Sedangkan Komponen
sosial adalah melipti unsur-unsur pokok seperti manusia, kelompok masyarakat dan
organisasi.

Hubungan timbal balik antara kedua komponen tersebut akan memberikan suatu hasil
yang mencerminkan keadaan masyarakat maupun keadaan alamnya. Sebagai contoh
keadaan yang dimaksud sebagai berikut :

1. Untuk Daerah Terbelakang atau belum maju, maka komponen yang paling
berpengaruh adalah komponen alam. Didaerah yang masih terbelakang ini komponen
sosial tidak banyak berperan didalam menghadapi tantanagn alam serta bagaiaman
memanfaatkan kekayaan alam yang ada, meskipun daya dukung alam didaearah
terbelakang ini baik, namun karena tingkat ilmu pengetahuan dan teknologinya rendah,
hubungan timbal balik antara kedua komponen tersebut akan memberikan suatu hasil
yang mencerminkan keadaan masyarakat maupun keadaan alamnya rendah, maka
hasil yang didapat belum bisa memberikan kenyamanan hidup. Oleh karena itu hasil
yang diperoleh yang digambarkan sebagai tingkatnkemakmuran suatu daerah, akan
tergantung pada baik buruknya sifat dan kondisi komponen alamnnya. Daerah yang
belum maju tingkat kemakmurannya sangat tergantung pada kekayaan alam yang ada.
2. Untuk Daerah yang sudah maju, komponen yang paling berperan adalah komponen
sosial. Di daerah yang sudah maju masyarakatnya lebih banyak menggunakan dan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengolah serta mengelola
kekayaan alam yang ada. Walaupun daya dukung alam kurang baik namun berkat
campur tangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hasil yang diperoleh masyarakatnya
menjadi lebih baik. Hubungan Komponen Alam, Sosial dan Hasil/Akibat, dapat
disajikan sebagai berikut :

1. Untuk Daerah Terbelakang :


Komponen Alam Komponen Sosial Hasil / Akibat

2. Untuk Daerah Maju


Komponen Sosial Komponen Alam Hasil / Akibat

E. Menyikapi Pencemaran lingkungan


Konferensi PBB tentang lingkungan hidup di Stockholm pada tahun 1972, telah
menetapkan tanggal 5 Juni setiap tahunnya untuk diperingati sebagai Hari Lingkungan
Hidup Sedunia. Kesepakatan ini berlangsung didorong oleh kerisauan akibat tingkat
kerusakan lingkungan yang sudah sangat memprihatinkan.

Di Indonesia perhatian tentang lingkungan hidup telah dilakukan sejak tahun 1960-an.
Tonggak pertama sejarah tentang permasalahan lingkungan hidup dipancangkan melalui
seminar tentang Pengelolaan lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional yang
diselenggarakan di Universitas Padjajaran pada tanggal 15–18 Mei 1972.

Hasil yang dapat diperoleh dari pertemuan itu yaitu terkonsepnya pengertian umum
permasalahan lingkungan hidup di Indonesia. Dalam hal ini, perhatian terhadap
perubahan iklim, kejadian geologi yang bersifat mengancam kepunahan makhluk hidup
dapat digunakan sebagai petunjuk munculnya permasalahan lingkungan hidup.

Pada saat itu, pencemaran oleh industri dan limbah rumah tangga belumlah
dipermasalahkan secara khusus kecuali di kota-kota besar. Saat ini, masalah lingkungan
hidup tidak hanya berhubungan dengan gejala-gejala perubahan alam yang sifatnya
evolusioner, tetapi juga menyangkut pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah industri
dan keluarga yang menghasilkan berbagai rupa barang dan jasa sebagai pendorong
kemajuan pembangunan di berbagai bidang.

Pada Pelita V, berbagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup dilakukan


dengan memperkuat sanksi dan memperluas jangkauan peraturan-peraturan tentang
pencemaran lingkungan hidup, dengan lahirnya Keppres 77/1994 tentang Organisasi
Bapedal sebagai acuan bagi pembentukan Bapeda/Wilayah di tingkat Provinsi, yang juga
bermanfaat bagi arah pembentukan Bapeda/Daerah. Peraturan ini dikeluarkan untuk
memperkuat Undang-Undang Nomor 4 tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang dianggap perlu untuk diperbaharui.

Berdasarkan Strategi Penanganan Limbah tahun 1993/1994, yang ditetapkan oleh


pemerintah, maka proses pengolahan akhir buangan sudah harus dimulai pada tahap
pemilihan bahan baku, proses produksi, hingga pengolahan akhir limbah buangan
(Lampiran Pidato Presiden RI, 1994 : II/27). Langkah yang ditempuh untuk mendukung
kebijaksanaan ini, ditempuh dengan pembangunan Pusat Pengelolaan Limbah Industri
Bahan Berbahaya dan Beracun (PPLI-B3), di Cileungsi Jawa Barat, yang pertama di
Indonesia. Pendirian unit pengolahan limbah ini juga diperkuat oleh Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 1994 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.

Disamping itu, untuk mengembangkan tanggung jawab bersama dalam menanggulangi


masalah pencemaran sungai terutama dalam upaya peningkatan kualitas air,
dilaksanakan Program Kali Bersih (PROKASIH), yang memprioritaskan penanganan
lingkungan pada 33 sungai di 13 Provinsi. Upaya pengendalian pencemaran lingkungan
hidup ini, ternyata juga menghasilkan lapangan kerja dan kesempatan berusaha baru di
berbagai kota dan sektor pembangunan.

Dari uraian tersebut diatas jelaslah bagi kita bahwa dalam menyikapi terjadinya
pencemaran lingkungan baik akibat teknologi, perubahan lingkungan, industri dan upaya-
upaya yang dilakukan dalam pembangunan ekonomi, diperlukan itikad yang luhur dalam
tindakan dan perilaku setiap orang yang peduli akan kelestarian lingkungan hidupnya.

Walaupun telah ditetapkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1982, PP No. 19 tahun 1994
dan Keppres No .7 tahun 1994 yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan, jika
tidak ada kesamaan persepsi dan kesadaran dalam pengelolaan lingkungan hidup maka
berbagai upaya pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat tidak akan dapat dinikmati secara tenang dan aman, karena
kekhawatiran akan bencana dari dampak negatif pencemaran lingkungan.

F. Baku Mutu
Baku Mutu Lingkungan disebut juga sebagai standar lingkungan yang seringkali menjadi
pokok perdebatan dan ketidak sepakatan berbagai pihak. Sering kali beberapa bahan
pencemar dalam baku mutu diberi nilai batasan atau standar yang tidak dapat diterima
oleh kalangan industri atau dianggap tidak realistic. Dipihak lain nilai batasan tersebut
dapat juga dianggap tidak tepat oleh sekelompok masyarakat.

Baku mutu yang dibahas hanya meliputi, baku mutu untuk kualitas air dan kualitas udara,
yang meliputi, baku mutu kualitas lingkungan ambient (Ambient Standar) dan baku mutu
kualitas limbah (Emission Standard)

1. Prosedur Penyusunan Baku Mutu


Sebelum menggunakan suatu baku mutu sebaiknya mengenal bagaimana bakumutu
tersebut disusun, tetapi terlebih dahulu perlu diketahui pengertian baku mutu,
Beberapa penulis memiliki perbedaan pengertian dalam penggunaan baku mutu atau
standar, pedoman atau guideline dan tujuan kegunaan atau objective.

Ahli hukum mengartikan Baku Mutu adalah, suatu aturan pemerintah yang resmi yang
harus dilaksanakan, yang berisi mengenai spesifikasi dari jumlah bahan pencemar
yang boleh dibuang atau jumlah kandungan yang boleh berada dalam media ambient.
Para ahli yang berkecimpung dibidang teknis memberikan pengertiannya berdasarkan
pemanfaatan dari sumber daya tersebut. Misal untuk air dan udara, maka
pengertiannya menjadi sebagai berikut : Baku mutu merupakan spesifikasi dari jumlah
bahan pencemar yang mungkin boleh dibuang, tetapi tidak selalu merupakan
peraturan resmi yang harus diikuti. Beberapa istilah dalam Baku Mutu yang penting
diketahui, adalah :

a. Objective yaitu tujuan atau sasaran kearahmana suatu pengelolaan lingkungan


ditujukan. Misalnya untuk melestarikan dan meningkatkan populasi ikan disuatu
perairan.
b. Kriteria adalah kompilasi atau hasil dari pengolahan data ilmiah yang akan
digunakan untuk menentukan apakah suatu kulaitas air atau udara yang ada dapat
digunakan sesuai dengan objektif atau tujuan penggunaan tertentu. Agar lebih jelas
dapat disajikan contoh criteria dari suatu contoh bahan pencemar dalam media air
untuk kepentinagan kehidupan ikan.

Tabel 2.4. Konsentrasi Bahan Pencemar Terhadap Kehidupan Ikan

Konsentrasi
No Pengaruh Pada Ikan
Pencemar
1 0,01 mg/liter Tidak ada pengaruh
2 0,05 mg/liter Ikan telah menderita tapai masih tingkat rendah
3 0,10 mg/liter Kematian telah terjadi masih dalam tingkat
rendah
4 0,50 mg/liter Tidaki ada yang dapat hidup
Sumber : Buku Analisis mengenai Dampak Lingkungan, (233-237)

Standar adalah satu set nilai numeritas dari konsentrasi atau jumlah suatu bahan kimia
atau pencemar, suatu keadaan fisik atau lain-lain hal yang ada dalam media ambient
atau yang berada dalam media limbah. Nilai-nilai tersebut digunakan sebagai
pembanding dan dapat digunakan sebagai peraturan resmi yang harus diikuti tetapi
dapat pula tidak. Contoh Timah Hitam (Pb) hanya boleh berjumlah 0,06 mg/m3 dalam
24 jam diudara (ambient), contoh lain dapat diberikan effluent atau limbah yaitu jumlah
timah hitam (Pb) yang boleh dibuang ke udara oleh suatu pabrik tidak lebih dari 0,025
mg/m3.

2. Penyusunan Baku Mutu


Dasar dari teknik pendekatan penyusunan Baku Mutu adalah melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Identifikasi penggunaan sumber daya atau media ambient yang harus dilindungi,
dengan kata lain objectives dari sumber daya tersebut dapat dicapai.
2. Merumuskan formulasi dari kriteria dengan menggunakan kumpulan dan
pengolahan berbagai informasi ilmiah.
3. Merumuskan baku mutu ambient dari hasil penyusunan criteria.
4. Merumuskan baku mutu limbah yang boleh dilepas ke dalam lingkungan yang akan
menghasilkan keadaan kualitas Baku Mutu ambient yang telah ditetapkan.
5. Membentuk program pemantauan dan pengumpulan berbagai informasi untuk
menyempurnakan atau memperbaiki data yang telah digunakan dalam langkah-
langkah sebelumnya dan juga berfungsi sebagai umpan balik untuk menilai apakah
objectives yang telah ditetapkan dapat dicapai.

Dalam penyusunan Baku Mutu penetapan objective merupakan suat langkah yang sangat
penting dalam usaha mengendalikan pencemaran lingkungan dan dalam usaha
melestarikan kualitas lingkungan.
Pada umumnya penetapan objective dari suatu Baku Mutu didasarkan pada suatu sumber
daya. Misalnya, pemanfaatan sumber daya air oleh masyarakat yang akan dilindungi,
apakah air tersebut akan digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari (makan, minum,
dan lain-lainnya) perikanan, pertanian dan lain sebagainya.

Lebih baik lagi kalau tidak hanya dipertimbangkan berdasarkan ekonomis dari
penggunaan manusia, tetapi juga dimasukkan pertimbangan untuk pelestarian ekologi
yang meliputi pelestarian flora, fauna ataupun ekosistem. Sekalipun demikian sejak
dikenalnya pandangan antropocentris pelestarian ekologi pun dipertimbangkan guna
kepentingan manusia pula.

3. Hubungan Pengunaan Baku Mutu Ambien dan Baku Mutu Limbah


Penetapan baku mutu limbah harus dikaitkan dengan keadaan kualitas ambien dan
baku mutu ambien. Untuk jelasnya beberapa contoh sebagai berikut :
a. Suatu daerah yang keadaan lingkungan ambiennya masih sangat baik berarti pula
bahwa batas baku mutu ambient jauh dari keadaan kualitas ambient. Pelepasan
bahan pencemar dari suatu proyek akan menurunkan keadaan kualitas ambient.
Tetapi karena batas baku mutu ambient masih jauh maka penurunan kualitas
ambient belum melampaui baku mutu yang telah ditetapkan. Keadaan ini dapat
terjadi di daerah-daerah di luar Jawa yang keadaan ambientnya masih belum
banyak tercemar.

b. Suatu daerah lain yang mempunyai keadaan kualitas ambient yang sduah tidak laik
atau mendekati batas baku mutu ambient yang telah ditetapkan. Keadaan ini
menunjukkan pula bahwa pencemaran dari proyek-proyek yang ada sudah sangat
berat. Akibat dari keadaan seperti tersebut, apabila ada pelepasan bahan pencemar
yang sedikit saja, maka terjadi penurunan keadaan ualitas ambient yang sudah
melampaui batas baku mutu ambient. Maka baku mutu limbah yang diterapkan
adalah golongan kualitas limbah yang keras. Keadaan semacam ini sudah banyak
dijumpai di daerah pulau jawa.

G. Tugas Dan Latihan


Pemberian tugas dan Latihan Sebagai salah satu bentuk kegiatan yang diberikan kepada
mahasiswa, untuk membuat tugas paper/makalah pendek terkait lingkup pembahasan
pada Materi Unit 2, bertujuan agar mahasiswa melakukan pendalaman dan memperluas
wawasan terkait lingkup materi

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai