Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki RINGKASAN EKSEKUTIF
Hasil prakiraan dampak dari aspek fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi budaya dan
kesehatan masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi, Tahap Konstruksi dan Tahap Operasi
usaha dan atau kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan Alih Trase Gunung Pasir dan
Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki sepanjang ± 131 Km. Pembangunan Alih Trase
Gunung Pasir menghubungkan Distrik Mubrani/Arfu dengan Distrik Kebar di wilayah
Kabupaten Tambrauw, sedangkan peningkatan ruas jalan Prafi – Menyambou – Anggi –
Ransiki menghubungkan wilayah Kabupaten Manokwari, Kabupaten Pegunungan Arfak
dan Kabupaten Manokwari Selatan. Dampak Penting yang ditimbulkan dari rencana usaha
dan atau kegiatan ini meliputi:
Dalam menanggulangi Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH) dan Dampak Lain
yang tetap dilakukan pengelolaan sebagaimana dimaksud diatas, Balai Pelaksanaan Jalan
Nasional XVII Manokwari wajib melakukan pengelolaan yang terdiri dari:
f) Bapedal No. 255 tahun 1996-Tata Cara Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas.
3) Menempatkan/membuang limbah B3 dan sampah domestik sesuai tempatnya.
4) Memanfaatkan oli bekas misalnya penggunaan sebagai pelumas roda kendaraan
atau bahan anti rayap pada kayu bangunan atau campuran bahan bakar lampu
minyak atau penggunaan lainnya.
5) Memanfaatkan sampah domestik yang masih bisa dimanfaatkan dan menimbun
atau membakar dalam lubang sampah domestik yang tidak bisa dimanfaatkan.
e. Dampak Gangguan Kenyamanan, dengan:
1) Melakukan pembuatan jembatan sementara/darurat yang representative.
2) rambu-rambu lalu lintas : hati- hati (peringatan) ada proyek, stop, flash lamp.
3) Pemasangan lampu penerangan.
4) Berkoordinasi dengan Dishub, DPU dan Polantas setempat.
5) Pengaturan lalu lintas keluar masuk proyek dan perparkiran serta pembatasan
kecepatan 25 km/jam.
f. Dampak Gangguan Aksesibilitas Masyarakat, dengan:
1) Melakukan proses sosialisasi terhadap perilaku disiplin berkendara di jalan raya
dan senantiasa mematuhi peraturan lalu lintas di jalan raya.
2) Melakukan pemeliharaan rutin jalan raya.
3) Memasang rambu-rambu lalu lintas dan penerangan jalan sesuai dengan
kebutuhan.
g. Dampak Gangguan Sanitasi Lingkungan, dengan:
1) Pemilihan lokasi base camp harus dekat dengan lokasi proyek dan diupayakan
jauh dari permukiman penduduk.
2) Membatasi luas base camp sesuai kebutuhan proyek.
3) Lokasi base camp diupayakan tidak dilokasi yg tergolong daerah sensitif.
4) Menyediakan tempat mandi cuci dan kakus (MCK) untuk keperluan karyawan dan
pengunjung base camp.
5) Lokasi MCK diupayakan relatif jauh dari sumber air bersih (bila di dalam base
camp dibangun sumur untuk sumber air bersih) dan membuat septic tank.
6) Menata jaringan drainase untuk mengalirkan air buangan dari tempat mandi dan
mencuci ke tempat yang memadai dan tidak mencemari air permukaan.
7) Menyediakan tempat sampah di dalam kantor, barak dan halaman base camp.