Anda di halaman 1dari 17

Rencana Kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan

Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki RINGKASAN EKSEKUTIF

A. DAMPAK PENTING TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

Hasil prakiraan dampak dari aspek fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi budaya dan
kesehatan masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi, Tahap Konstruksi dan Tahap Operasi
usaha dan atau kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan Alih Trase Gunung Pasir dan
Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki sepanjang ± 131 Km. Pembangunan Alih Trase
Gunung Pasir menghubungkan Distrik Mubrani/Arfu dengan Distrik Kebar di wilayah
Kabupaten Tambrauw, sedangkan peningkatan ruas jalan Prafi – Menyambou – Anggi –
Ransiki menghubungkan wilayah Kabupaten Manokwari, Kabupaten Pegunungan Arfak
dan Kabupaten Manokwari Selatan. Dampak Penting yang ditimbulkan dari rencana usaha
dan atau kegiatan ini meliputi:

1. Tahap Pra Konstruksi, meliputi:


a. Survey, Pengukuran Lapangan dan Desain:
1) Perubahan persepsi dan sikap masyarakat
b. Sosialisasi Rencana Kegiatan:
1) Perubahan persepsi dan sikap masyarakat
c. Pengadaan Tanah/Lahan:
1) Perubahan persepsi dan sikap masyarakat

2. Tahap Konstruksi, meliputi:


a. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi:
1) Terbukanya kesempatan kerja
2) Peningkatan pendapatan masyarakat
3) Perubahan persepsi dan sikap masyarakat
b. Pembersihan dan Pekerjaan Tanah:
1) Peningkatan erosi dan stabilitas lereng
2) Gangguan terhadap vegetasi

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVII Manokwari Provinsi Papua Barat 1


Rencana Kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan
Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki RINGKASAN EKSEKUTIF

c. Pembuatan Kembali Badan Jalan:


1) Penurunan kualitas udara
2) Peningkatan erosi dan stabilitas lereng
3) Gangguan kesehatan masyarakat
d. Pekerjaan Konstruksi Jembatan:
1) Perubahan persepsi dan sikap masyarakat
e. Pemutusan Tenaga Kerja Konstruksi:
1) Hilangnya kesempatan kerja
2) Penurunan pendapatan masyarakat
3) Perubahan persepsi dan sikap masyarakat

3. Tahap Operasi, meliputi:


a. Pengoperasian Jalan:
1) Penurunan kualitas udara
2) Gangguan terhadap vegetasi
3) Gangguan terhadap satwa liar
4) Terbukanya peluang berusaha
5) Peningkatan pendapatan masyarakat
6) Peningkatan perekonomian daerah
7) Kelancaran aksesibilitas masyarakat

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVII Manokwari Provinsi Papua Barat 2


Rencana Kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan
Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki RINGKASAN EKSEKUTIF

Metode evaluasi dampak penting menggunakan metoda bagan alir penentuan


pengelolaan dan pemantauan sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Alir Evaluasi Dampak Tahap Pra Konstruksi

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVII Manokwari Provinsi Papua Barat 3


Rencana Kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan
Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki RINGKASAN EKSEKUTIF

Gambar 2. Bagan Alir Evaluasi Dampak Tahap Konstruksi

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVII Manokwari Provinsi Papua Barat 4


Rencana Kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan
Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki RINGKASAN EKSEKUTIF

Gambar 3. Bagan Alir Evaluasi Dampak Tahap Operasi

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVII Manokwari Provinsi Papua Barat 5


Rencana Kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan
Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki RINGKASAN EKSEKUTIF

B. BENTUK PENGELOLAAN DAMPAK PENTING TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

Dalam menanggulangi Dampak Penting sebagaimana dimaksud diatas, Balai


Pelaksanaan Jalan Nasional XVII Manokwari wajib melakukan pengelolaan yang terdiri
dari:

1. Pada Tahap Pra Konstruksi, meliputi:


a. Dampak Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat, dengan:
1) Sosialisasi rencana kegiatan dilakukan dengan melibatkan formal leader (intansi
pemerintahan seperti kepala Bappeda, DLH, Aparat Kampung dan Distrik, dll),
informal leader (LSM, HKSNI), pemuka agama, pemuka adat (LMA) serta
masyarakat sekitar lokasi kegiatan untuk membangun komunikasi dua arah
tentang rencana pembangunan ruas jalan dan mengenai penetapan lokasi batas
yang akan terkena pembebasan lahan.
2) Melakukan komunikasi dan koordinasi dengan Instansi terkait dan aparat
Distrik/Kampung untuk perencanaan sosialisasi (cara dan teknis penyelenggaraan
serta materi yang akan disampaikan ke masyarakat).
3) Sosialisasi rencana kegiatan dilakukan dengan melibatkan formal leader (instansi
pemerintahan seperti kepala Bappeda, DLH, Aparat Kampung dan Distrik, dll),
informal leader (LSM), pemuka agama, pemuka adat (LMA) serta masyarakat
sekitar lokasi kegiatan untuk membangun komunikasi dua arah tentang rencana
pembangunan ruas jalan.
4) Pemrakarsa melakukan komunikasi intensif dengan stakeholder terkait, seperti
kampung, distrik, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, LSM lokal untuk saling
bertukar informasi dan berembug berbagai masalah sosial. Komunikasi ini bisa
dijalankan dengan membentuk suatu “FORUM”.
5) Membuat Standar Operation Procedure (SOP) khusus untuk menangani potensi
timbulnya pengaduan dari masyarakat.
6) Menunjuk seorang karyawan BBPJN Wilayah XVIII sebagai Person In Charge (PIC)
dalam menangani pengaduan dari masyarakat.
7) Proses pembebasan lahan atau pelepasan hak ulayat akan dilakukan dengan cara
musyawarah dan mufakat antara pemrakarsa dan pemilik hak ulayat yang
mendasarkan pada UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVII Manokwari Provinsi Papua Barat 6


Rencana Kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan
Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki RINGKASAN EKSEKUTIF

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan Perpres No. 71 Tahun 2012


tentang Penyelenggaraan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Dari hasil musyawarah tersebut akan diperoleh kesepakatan bersama mengenai
bentuk dan besarnya ganti rugi pelepasan hak ulayat serta dinyatakan dalam
bentuk sertifikat atau sejenisnya mengenai pelepasan lahan hak ulayat.

2. Pada Tahap Konstruksi, meliputi:


a. Dampak Penurunan Kualitas Udara, dengan:
1) Perawatan berkala terhadap peralatan dan kendaraan proyek.
2) Pengaturan operasional dan distribusi kendaraan dan peralatan.
3) Pengaturan lalu lintas dan kecepatan kendaraan.
4) Pengaturan waktu pelaksanaan pekerjaan yaitu jam 07.00 – 17.00.
5) Penyiraman secara berkala (min 1x sehari) saat kondisi berdebu untuk lokasi
permukiman.
6) Pemantauan kualitas udara ambien.
b. Dampak Peningkatan Erosi dan Stabilitas Lereng, dengan:
1) Untuk melakukan pengurangan erosi maka melakukan tindakan Berdasarkan
Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan No. 010/BM/2009,
dengan pengelolaan berupa:
a) Penggalian secara bertangga/ Terasering dan sesuai kelandaian.
b) Pembuatan saluran drainase.
c) Penyempurnaan Lereng.
d) Penutupan permukaan tanah lereng hasil penggalian dan timbunan dengan
tanaman rumput/tanaman konservasi.
e) Pembuatan bangunan penguat tebing.
f) Menanam jenis-jenis pohon.
g) Membangun bronjong.
h) Kombinasi antara teknik bangunan konservasi dan tanaman /pohon.
2) Untuk melakukan penguatan stabilitas lereng sehingga tidak berpotensi longsor
maka Pengelolaan mengacu pada Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan
Penangan Longsoran yang dikeluarkan Departemen Pekerjaan Umum dan

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVII Manokwari Provinsi Papua Barat 7


Rencana Kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan
Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki RINGKASAN EKSEKUTIF

Keputusan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: Pt T-03-


2002-B tentang Tata Cara Identifikasi Awal Di Daerah Longsoran, misalnya:
a) Tanah yang longsor dikupas, kemudian ditata kembali dengan menggunakan
bahan stabilisasi agar sifat erosifya dapat berkurang.
b) Penggunaan geotekstil atau bronjong dengan tipe yang cocok untuk perkuatan
lereng dan mencegah erosi.
c) Penataan tata salir agar daerah longsoran tidak merupakan tempat
berkumpulnya air.
d) Memperkuat saluran samping dengan pasangan batu.
e) Bahu jalan pada zona longsoran dibuat kedap air.
c. Dampak Gangguan Terhadap Vegetasi, dengan:
1) Melakukan penanaman untuk pengayaan dan tanaman rehabilitasi di kawasan
hutan (HL dan KSA/KPA) yang kurang vegetasinya, dengan Berkoordinasi dan
bekerjasama dengan Dinas Kehutanan setempat (untuk lokasi HL) dan dengan
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (untuk lokasi KSA/KPA) untuk
melakukan penanaman pengayaan pada kawasan hutan yang kurang vegetasinya
dengan jenis-jenis tumbuhan setempat dan melakukan penanaman rehabilitasi
pada areal rawan longsor antara lain dengan rumput Vettiver dan dengan jenis-
jenis cepat tumbuh.
2) Berkoordinasi dan bekerjasama dengan BKSDA (Balai Besar Konservasi Sumber
Daya Alam) setempat untuk memasang papan himbauan “menjaga kelestarian
hutan, larangan dilarang berburu dan mengambil kayu dari hutan”.
d. Dampak Terbukanya Kesempatan Kerja, dengan:
1) Memberikan prioritas pekerjaan kepada tenaga kerjal lokal dengan tetap
memperhatikan aspek kualifikasi yang disesuaikan dengan Peraturan Daerah
Provinsi Papua No. 04 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Ketenagakerjaan
dengan mengutamakan putra Papua asli.
2) Memberikan informasi secara rinci, peluang apa yang dapat diambil masyarakat
sekitar agar mereka dapat berpartisipasi.
3) Perekrutan dilakukan secara transparan.

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVII Manokwari Provinsi Papua Barat 8


Rencana Kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan
Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki RINGKASAN EKSEKUTIF

e. Dampak Hilangnya Kesempatan Kerja, dengan:


1) Menyampaikan informasi kepada tenaga kerja perihal pengakhiran kerjasama
sekurang kurangnya 30 hari sebelum proses pengakhiran tenaga kerja
dilaksanakan.
2) Berkoordinasi dengan pihak kontraktor pelaksana dalam pelaksanaan kegiatan
pengakhiran tenaga kerja konstruksi yang dilakukan sesuai Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
f. Dampak Peningkatan Pendapatan Masyarakat, dengan:
1) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penerimaan tenaga kerja
dan peluang berusaha serta memprioritaskan masyarakat lokal untuk membuka
usaha.
2) Melibatkan pihak Distrik atau aparat Kampung dan tokoh masyarakat adat
setempat di lokasi proyek pada saat melakukan rekrutmen tenaga kerja dan juga
melibatkan stakeholder di sekitar lokasi proyek dalam penyuluhan.
g. Dampak Penurunan Pendapatan Masyarakat, dengan:
1) Melakukan pemutusan hubungan kerja berdasarkan UU No. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
h. Dampak Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat, dengan:
1) Melaksanakan penerimaan kerja secara transparan dan sesuai dengan Peraturan
Daerah Provinsi Papua No. 04 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Ketenagakerjaan dengan mengutamakan putra Papua asli.
2) Memasang pengumuman tentang informasi lowongan kerja yang dipasang di
kantor kampung dan distrik, meliputi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan,
spesifikasi, waktu dan tempat pendaftaran, tempat dan tanggal proses seleksi,
tanggal dan tempat pengumuman tenaga kerja yang diterima.
3) Berkoordinasi dengan kontraktor pelaksana dan instansi terkait mengenai proses
pekerjaan jembatan.
4) Melakukan sosialisasi dengan masyarakat mengenai manfaat dan fungsi
dibanguan jembatan tersebut.
5) Berkoordinasi dengan pihak kontraktor pelaksana pekerjaan konstruksi dalam
pelaksanaan kegiatan pemutusan tenaga kerja konstruksi yang dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan tenaga kerja.

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVII Manokwari Provinsi Papua Barat 9


Rencana Kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan
Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki RINGKASAN EKSEKUTIF

6) Menyampaikan informasi kepada tenaga kerja perihal pengakhiran kerjasama


sekurang kurangnya 30 hari sebelum proses pengakhiran tenaga kerja
dilaksanakan.
i. Dampak Gangguan Kesehatan Masyarakat, dengan:
1) Bentuk Pengelolaan sama dengan pengelolaan dampak primernya yakni:
a) Melakukan penyiraman air terhadap lokasi proyek yang berpotensi
menimbulkan debu dan jalan yang dilewati mobil pengangkut.
b) Pengaturan kecepatan kendaraan maksimum 30 km/jam.

3. Pada Tahap Operasi, meliputi:


a. Dampak Penurunan Kualitas Udara, dengan:
1) Pemeliharaan vegetasi ruang milik jalan yang sudah baik atau penanaman
pohon/penghijauan ruang milik jalan yang memiliki vegetasi tidak baik.
2) Pemasangan rambu lalu lintas untuk pengaturan kecepatan kendaraan sesuai
kelas atau peruntukan jalan.
3) Menghimbau masyarakat sekitar jalan untuk menjaga vegetasi jalan dan
pekarangan rumah masing-masing.
4) Pengawasan pemanfaatan ruang milik jalan.
5) Pelarangan penggunaan ruang milik jalan selain peruntukannya dengan
memberikan rambu/papan pengumuman dan penertiban ruang milik jalan,
misalnya larangan mendirikan bangunan dan perniagaan diatas ruang milik jalan.
6) Melakukan pemantauan kualitas udara ambien sisi jalan dan permukiman sekitar
jalan.
b. Dampak Gangguan Terhadap Vegetasi, dengan:
1) Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional XVII bekerjasama dengan Dinas
Kehutanan Provinsi Papua Barat untuk memasang papan larangan illegal logging
dan larangan merambah hutan.
c. Dampak Gangguan Terhadap Satwa Liar, dengan:
1) Pemasangan rambu-rambu keselamatan pengguna jalan dan satwa liar pada
tempat-tempat yang sering ada satwa liar yang melintas.
2) Pemasangan rambu-rambu larangan berburu satwa liar bagi siapapun kerja sama
dengan BKSDA.

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVII Manokwari Provinsi Papua Barat 10


Rencana Kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan
Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki RINGKASAN EKSEKUTIF

d. Dampak Terbukanya Peluang Berusaha, dengan:


1) Pemerintah kabupaten menata dan mempermudah proses perizinan dalam
membuka usaha (misal: SPBU, Hotel, Restoran, Fasilitas yang lain).
2) Penataan tempat usaha/ warung-warung di pinggir jalan yang ditentukan diluar
RUMIJA sehingga tidak mengganggu akses jalan.
e. Dampak Peningkatan Pendapatan Masyarakat, dengan:
1) Mewujudkan regulasi dan birokrasi tentang angkutan barang, orang dan jasa
yang mampu menekan biaya transportasi pada titik terendah.
f. Dampak Peningkatan Perekonomian Daerah, dengan:
1) Mendorong dan menciptakan bangkitan perekonomian daerah dengan cara
mempermudah proses perizinan untuk membuka usaha dan jasa (SPBU,
perkebunan, pertambangan dan pariwisata).
2) Melakukan pemeliharan jalan agar dapat difungsikan dan memberi dampak
ekonomi bagi masyarakat sekitar dan pemerintah kabupaten yang dilewati jalan.
g. Dampak Kelancaran Aksesibiltas Masyarakat, dengan:
1) Melakukan proses sosialisasi terhadap perilaku disiplin berkendara di jalan raya
dan senantiasa mematuhi peraturan lalu lintas di jalan raya.
2) Melakukan pemeliharaan rutin jalan raya.
3) Memasang rambu-rambu lalu lintas dan penerangan jalan sesuai dengan
kebutuhan.

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVII Manokwari Provinsi Papua Barat 11


Rencana Kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan
Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki RINGKASAN EKSEKUTIF

C. DAMPAK TIDAK PENTING DAN DAMPAK LAIN YANG DIKELOLA TERHADAP


LINGKUNGAN HIDUP

Selain menimbulkan Dampak Penting, rencana kegiatan Pembangunan dan/atau


Peningkatan Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki sepanjang
± 131 Km juga menimbulkan Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH) dan Dampak Lain
yang tetap dilakukan pengelolaan meliputi:

1. Tahap Konstruksi, meliputi:


a. Pembuatan dan Pengoperasian Base Camp:
1) Timbulan limbah padat domestik dan B3
2) Gangguan sanitasi lingkungan
b. Pembersihan dan Pekerjaan Tanah:
1) Gangguan longsor jalan
c. Pembuatan Kembali Badan Jalan:
1) Peningkatan laju air larian (runof) dan potensi genangan
2) Gangguan longsor jalan
3) Gangguan kenyamanan
d. Pekerjaan Konstruksi Jalan:
1) Penurunan kualitas udara
2) Gangguan kenyamanan
3) Gangguan kesehatan masyarakat
e. Pekerjaan Konstruksi Jembatan:
1) Gangguan kenyamanan
2) Gangguan aksesibilitas masyarakat

2. Tahap Operasi, meliputi:


a. Pemeliharaan Jalan:
1) Peningkatan kesempatan kerja
2) Gangguan kenyamanan

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVII Manokwari Provinsi Papua Barat 12


Rencana Kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan
Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki RINGKASAN EKSEKUTIF

D. BENTUK PENGELOLAAN DAMPAK TIDAK PENTING DAN DAMPAK LAIN YANG


DIKELOLA TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

Dalam menanggulangi Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH) dan Dampak Lain
yang tetap dilakukan pengelolaan sebagaimana dimaksud diatas, Balai Pelaksanaan Jalan
Nasional XVII Manokwari wajib melakukan pengelolaan yang terdiri dari:

1. Pada Tahap Konstruksi, meliputi:


a. Dampak Penurunan Kualitas Udara, dengan:
1) Pengaturan jam kerja 07.00-17.00.
2) Mengatur dan membatasi kecepatan kendaraan proyek.
3) Melakukan penyiraman terutama pada saat kondisi berdebu dan dekat dengan
permukiman.
b. Dampak Peningkatan Laju Air Larian (Runof) dan Potensi Genangan, dengan:
1) Untuk mencegah terganggunya aliran air permukaan atau aliran limpasan air
sekaligus mencegah pencemaran kualitas air permukaan maka:
a) Pekerjaan drainase dilakukan sesuai dengan disain yang telah
mempertimbangkan aspek lingkungan terutama jenis saluran, dimensi saluran,
kemiringan jumlah saluran dan lokasi saluran yang tepat sehingga air
permukaan dapat mengalir dengan cepat agar tidak meresap ke badan jalan
dan daerah longsoran.
b) Pekerjaan drainase harus mempertimbangkan waktu/musim yang antara lain
pekerjaan diupayakan tidak dilakukan pada musim hujan.
c. Dampak Gangguan Longsor Jalan, dengan:
1) Melakukan tindakan Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan
Bidang Jalan No. 010/BM/2009, dengan pengelolaan berupa:
a) Penggalian secara bertangga / Terasering dan sesuai kelandaian.
b) Pembuatan saluran drainase.
c) Penyempurnaan lereng.
d) Penutupan permukaan tanah lereng hasil penggalian dan timbunan dengan
tanaman rumput/tanaman konservasi.
e) Pembuatan bangunan penguat tebing.
f) Kombinasi antara teknik bangunan konservasi dan tanaman /pohon.

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVII Manokwari Provinsi Papua Barat 13


Rencana Kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan
Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki RINGKASAN EKSEKUTIF

2) Mengubah geometri lereng


a) Mengubah geometri lereng dapat dilakukan dengan cara pemotongan dan
penimbunan pada ujung kaki lereng. Prinsip dari metode ini adalah
mengurangi daya dorong dari masa tanah yang longsor dan menambah gaya
penahan dengan cara penimbunan pada ujung kaki lereng, sehingga faktor
keamanan lereng bertambah. Tujuan dari metode ini adalah penanggulangan
longsor secara permanen.
3) Mengendalikan air permukaan
a) Air permukaan merupakan salah satu faktor penyebab ketidak mantapan
lereng, karena akan meninggikan tekanan air pori. Aliran air permukaan dapat
juga menimbulkan erosi sehingga akan mengganggu kemantapan lereng. Oleh
karena itu air permukaan perlu dikendalikan untuk mencegah atau
mengurangi rembesan air permukaan ke daerah longsoran. Caranya adalah
dengan menanam tanaman, menutup rekahan, tata air dan perbaikan
permukaan lereng.
4) Mengendalikan air rembesan
a) Mengendalikan air rembesan (drainase bawah permukaan) adalah untuk
menurunkan muka air tanah di daerah longsoran. Caranya adalah membuat
parit pencegat aliran air, parit mendatar dan lain-lain.
d. Dampak Timbulan Limbah Padat Domestik dan B3, dengan:
1) Menyediakan wadah khusus limbah B3 yang tidak mudah bocor, tertutup, dan
TPS LB3 yang terpisah dengan tempat sampah domestik yang memadai.
2) Melakukan identifikasi, pemilahan (batere, lampu bekas, dan oli bekas),
penyimpanan dan pengumpulan, pengolahan maupun penimbunan limbah B3
berdasarkan:
a) PP 101/2014 tentang Pengelolaan Limbah B3.
b) PermenLH 02/2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3.
c) Kepdal 01/BAPEDAL/09/95 tentang Tata Cara & Persyaratan Teknis
Penyimpanan & Pengumpulan Limbah B3.
d) Kepdal 03/BAPEDAL/09/95 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3.
e) Kepdal 04/BAPEDAL/09/95 tentang Tata Cara Penimbunan Hasil Pengolahan,
Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Lokasi Penimbunan Limbah B3.

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVII Manokwari Provinsi Papua Barat 14


Rencana Kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan
Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki RINGKASAN EKSEKUTIF

f) Bapedal No. 255 tahun 1996-Tata Cara Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas.
3) Menempatkan/membuang limbah B3 dan sampah domestik sesuai tempatnya.
4) Memanfaatkan oli bekas misalnya penggunaan sebagai pelumas roda kendaraan
atau bahan anti rayap pada kayu bangunan atau campuran bahan bakar lampu
minyak atau penggunaan lainnya.
5) Memanfaatkan sampah domestik yang masih bisa dimanfaatkan dan menimbun
atau membakar dalam lubang sampah domestik yang tidak bisa dimanfaatkan.
e. Dampak Gangguan Kenyamanan, dengan:
1) Melakukan pembuatan jembatan sementara/darurat yang representative.
2) rambu-rambu lalu lintas : hati- hati (peringatan) ada proyek, stop, flash lamp.
3) Pemasangan lampu penerangan.
4) Berkoordinasi dengan Dishub, DPU dan Polantas setempat.
5) Pengaturan lalu lintas keluar masuk proyek dan perparkiran serta pembatasan
kecepatan 25 km/jam.
f. Dampak Gangguan Aksesibilitas Masyarakat, dengan:
1) Melakukan proses sosialisasi terhadap perilaku disiplin berkendara di jalan raya
dan senantiasa mematuhi peraturan lalu lintas di jalan raya.
2) Melakukan pemeliharaan rutin jalan raya.
3) Memasang rambu-rambu lalu lintas dan penerangan jalan sesuai dengan
kebutuhan.
g. Dampak Gangguan Sanitasi Lingkungan, dengan:
1) Pemilihan lokasi base camp harus dekat dengan lokasi proyek dan diupayakan
jauh dari permukiman penduduk.
2) Membatasi luas base camp sesuai kebutuhan proyek.
3) Lokasi base camp diupayakan tidak dilokasi yg tergolong daerah sensitif.
4) Menyediakan tempat mandi cuci dan kakus (MCK) untuk keperluan karyawan dan
pengunjung base camp.
5) Lokasi MCK diupayakan relatif jauh dari sumber air bersih (bila di dalam base
camp dibangun sumur untuk sumber air bersih) dan membuat septic tank.
6) Menata jaringan drainase untuk mengalirkan air buangan dari tempat mandi dan
mencuci ke tempat yang memadai dan tidak mencemari air permukaan.
7) Menyediakan tempat sampah di dalam kantor, barak dan halaman base camp.

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVII Manokwari Provinsi Papua Barat 15


Rencana Kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan
Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki RINGKASAN EKSEKUTIF

8) Menyediakan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) secara tertutup di


area base camp.
9) Menyediakan air bersih antara lain sumur tanah atau air bersih dan air minum
dari perusahaan pengolah air bersih (PAM/ PDAM) dan disediakan tangki
penampungnya di area base camp.
10) Menugaskan petugas khusus untuk kebersihan lingkungan base camp.
11) Memasang papan peringatan, himbauan yang berlaku bagi karyawan dan
pengunjung base camp mengenai kebersihan lingkungan.
12) Bekerja sama dengan aparat setempat (kecamatan, desa) dalam pembuangan
sampah dari base camp ke tempat pembuangan akhir (TPA).
h. Dampak Gangguan Kesehatan Masyarakat, dengan:
1) Diupayakan memilih jalur angkutan material yang tidak melalui daerah
permukiman dan fasilitas umum.
2) Penyiraman jalur angkutan di jalan umum yang dilalui kendaraan angkutan
material secara berkala pada saat berdebu serta pembersihan terhadap ceceran
tanah agar jalan tidak menjadi licin saat hujan.
3) Membatasi kecepatan kendaraan proyek yang menggunakan jalan umum yang
dilintasi.
4) Menutup bak truk kendaraan pengangkut material menggunakan terpal, bila
perlu mencuci ban sebelum keluar dari quarry (pada saat musim hujan).
5) Mengatur jam kerja atau pengangkutan material sesuai jam kerja yaitu jam 07.00
sampai jam 17.00.
6) Apabila akan dilakukan kegiatan di luar jam kerja, maka kontraktor atau
penanggung jawab perlu berkonsultasi dengan aparat dan masyarakat setempat.
7) Pemeliharaan kendaraan angkut material secara berkala.

2. Pada Tahap Operasi, meliputi:


a. Dampak Peningkatan Kesempatan Kerja, dengan:

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVII Manokwari Provinsi Papua Barat 16


Rencana Kegiatan Pembangunan dan/atau Peningkatan
Alih Trase Gunung Pasir dan Prafi – Menyambou – Anggi – Ransiki RINGKASAN EKSEKUTIF

1) Memberikan prioritas pekerjaan kepada tenaga kerjal lokal dengan tetap


memperhatikan aspek kualifikasi yang disesuaikan dengan Peraturan Daerah
Provinsi Papua No. 04 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Ketenagakerjaan
dengan mengutamakan putra Papua asli.
2) Memberikan informasi secara rinci, peluang apa yang dapat diambil masyarakat
sekitar agar mereka dapat berpartisipasi.
3) Perekrutan dilakukan secara transparan.
b. Dampak Gangguan Kenyamanan, dengan:
1) Melakukan pembuatan jembatan sementara/darurat yang representative.
2) Pembuatan rambu-rambu lalu lintas : hati- hati (peringatan) ada proyek, stop,
flash lamp.
3) Pemasangan lampu penerangan.
4) Berkoordinasi dengan Dishub, DPU dan Polantas setempat.
5) Pengaturan lalu lintas keluar masuk proyek dan perparkiran serta pembatasan
kecepatan 25 km/jam.

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVII Manokwari Provinsi Papua Barat 17

Anda mungkin juga menyukai