00 Bulan 2022
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.x.x.pp-pp
1
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Jl. Raya 3
Dramaga, Kampus IPB Dramaga, PO BOX 220, Bogor, Jawa Barat, Indonesia 4
* penulis koresponden: farhan_hadyan@apps.ipb.ac.id 5
Abstrak: Pada beberapa lokasi di Lubuk Sikaping terdapat genangan air atau banjir ketika curah 6
hujan tinggi. Ketika terjadi curah hujan yang tinggi dalam durasi lebih kurang 40 menit menimbulkan 7
genangan air yang berakibat masuknya air kedalam rumah warga. genangan air disebabkan oleh 8
dimensi saluran drainase yang kecil, banyaknya sampah dan lumpur yang menumpuk pada saluran 9
drainase dan tali air pada ruas jalan yang tidak berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu, kasus 10
drainase di kota Lubuk Sikaping diperlukan penataan ulang pada desain dan sistem saluran 11
drainase. Penelitian ini bermaksud menawarkan desain saluran drainase yang lebih optimal. Taha- 12
pan pertama yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data curah hujan harian 13
maksimum yang didapatkan dari stasiun BMKG terdekat. Setelah data curah hujan didapatkan 14
dilakukan analisis frekuensi curah hujan untuk mendapatkan intensitas hujan. Tahapan kedua yaitu 15
pengumpulan data topografi daerah penelitian. Kemudian data yang didapatkan digunakan untuk 16
melakukan analisis luas catchment area dan analisis koefisien limpasan. Data yang didapatkan 17
digunakan untuk melakukan perhitungan analisis debit rencana dan analisis debit limpasan. 18
Tahapan ketiga yang dilakukan pada penelitian ini yaitu observasi, pengumpulan dan pengukuran 19
data teknis saluran drainase. Hal ini berguna untuk menganalisis kapasitas saluran eksisting saluran 20
drainase. Kemudian kapasitas eksisting saluran drainase dibandingkan dengan kapasitas saluran 21
teoritis drainase. Pada analasis curah hujan harian maksimum yang tertinggi terjadi pada tahun 22
2021 dengan nilai 145 mm. Analisis distribusi yang dipakai yaitu metode distribusi gumbel dengan 23
nilai Cs sebesar 0.182 dan nilai Ck sebesar 1.944. Distribusi gumbel memenuhi uji kesesuain chi 24
kuadrat dengan nilai F2 sebesar 1, sedangkan nilai F2cr sebesar 5.991. Disamping itu, distribusi 25
gumbel juga lolos uji kesesuain smirnof kholmogorov dengan nilai D2 sebesar 0.225, sedangkan 26
nilai D2cr sebesar 0.410. Kawasan lubuk sikaping memiliki pola yang bervariasi yaitu jaringan 27
natural system dan natural grid system. Daerah penelitian dibagi menjadi 4 DTA. 28
Sitasi:
Halim. Kaji Ulang Sistem Drainase
Perkotaan. J. Teknik Sipil dan Ling- 31
kungan. Tahun publikasi; nomor vol- 1. Pendahuluan 32
ume (nomor issue): nomor hala-
man.,https://doi.org/10.29244/xxxxx Daerah perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang begitu pe- 33
sat. Hal ini ditandai dengan banyaknya penawaran pekerjaan pada beberapa 34
sektor, sehingga banyak masyarakat pedesaan tertarik untuk pindah ke kota. Ber- 35
tambahnya jumlah penduduk dan tidak seimbang nya sarana dan prasarana 36
perkotaan yang memadai akan mengakibatkan pemanfaatan lahan menjadi tidak 37
sesuai [1]. Di samping itu pertumbuhan penduduk di perkotaan pun semakin pe- 38
sat. Kondisi tersebut menyebabkan kepadatan penduduk dan kebutuhan lahan 39
untuk pemukiman meningkat. Alih fungsi lahan ini menyebabkan terjadinya peru- 40
bahan struktur tanah yang mempengaruhi kemampuan infiltrasi tanah sehingga 41
semakin meningkatnya aliran permukaan [2]. Sedangkan lahan untuk pem- 42
bangungan infrastruktur seperti drainase menjadi terkesampingkan [3]. 43
Selain itu kasus banjir di sepanjang jalan raya juga sering terjadi karena 44
masalah kerusakan drainase perkotaan yang mengalami kerusakan dan tidak 45
dapat menjalankan fungsinya sebagai saluran buangan air hujan. Fenomena ini 46
JSIL | Natasyarini dkk: Efektivitas Penyerapan Amonia Menggunakan Zeolit, Arang Aktif, dan Karang pada Metode SCU-CP 2
menyebabkan saluran drainase didaerah perkotaan bermasalah. Masalah tersebut diantaranya seperti 47
drainase yang mengalami kerusakan dan tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai saluran buangan 48
air hujan, atau bahkan pada beberapa lokasi tidak tersedianya saluran drainase [4]. 49
Lebih jauh, perilaku buruk membuang sampah sembarangan menjadi kebiasaan beberapa 50
masyarakat perkotaan. salah satunya membuang sampah ke dalam saluran drainase. Dengan 51
banyaknya sampah yang menumpuk di dalam drainase menyebabkan terjadinya sedimen, sehingga 52
kapasitas saluran drainase semakin kecil [3]. 53
Permasalahan drainase tersebut akan menjadi semakin pelik jika dikaitkan dengan kondisi cuaca 54
salah satunya curah hujan. Melihat permasalahan genangan air yang sering terjadi disebabkan karena 55
curah hujan yang cukup tinggi, dalam kondisi normal air hujan sebagian besar masuk ke dalam tanah, 56
sebagian lainnya dialirkan, dan sebagian lainnya menguap [5]. Curah hujan yang tinggi dengan kapasi- 57
tas saluran drainase tidak mencukupi menyebabkan terjadinya luapan genangan air bahkan dapat me- 58
nyebabkan terjadinya banjir [6]. Banjir dapat terjadi karena tanah tidak dapat menampung air hujan dan 59
penyaluran air yang kurang baik [7]. Banjir dengan skala kecil ataupun besar menyebabkan masuknya 60
air ke rumah warga dan menjadi sumber penyakit bagi masyarakat sekitar. Jumlah kejadian banjir 61
selama beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan dan menyebabkan berbagai kerugian bagi 62
masyarakat [8]. 63
Persoalan drainase perkotaan seperti yang dipaparkan sebelumnya juga ditemui di kota Lubuk 64
Sikaping. Pada beberapa lokasi di Lubuk Sikaping terdapat genangan air atau banjir ketika curah hujan 65
tinggi. Ketika terjadi curah hujan yang tinggi dalam durasi lebih kurang 40 menit menimbulkan genangan 66
air yang berakibat masuknya air kedalam rumah warga. Berdasarkan penjelasan [3], genangan air 67
disebabkan oleh dimensi saluran drainase yang kecil, banyaknya sampah dan lumpur yang menumpuk 68
pada saluran drainase dan tali air pada ruas jalan yang tidak berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu, 69
kasus drainase di kota Lubuk Sikaping diperlukan penataan ulang pada desain dan sistem saluran 70
drainase. Penelitian ini bermaksud menawarkan desain saluran drainase yang lebih optimal. 71
2. Metode 72
Penelitian “Kaji Ulang Sistem Drainase Perkotaan” ini dilakukan di Kota Lubuk Sikaping, Sumatera 73
Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – April 2022. Setelah didapatkan data untuk 74
kebutuhan penelitian dilakukakan analisis data yang akan dilaksanakan di Departemen Teknik Sipil dan 75
Lingkungan Institut Pertanian Bogor. 76
2.1. Material 77
Dimensi dan kondisi fungsional saluran drainase pada kawasan lubuk sikaping diukur secara 78
lansung, sedangkan data sekunder yang dikumpulkan meliputi, data curah hujan harian maksimum 10 79
tahun terakhir, data topografi, dan siteplan perkotaan. Perlatan yang dibutuhkan untuk pengumpulan 80
data seperti, pita ukur, GPS (Global Positioning System), stopwatch, kamera digital, dan alat tulis. 81
Analisis data menggunakan seperangkat komputer dengan software seperti ArcGIS 10.8, AutoCAD 82
untuk pemetaan. Sedangkan untuk pengolahan data menggunakan micosoft excel dan microsoft word 83
digunakan untuk pengolahan data. Penelitian ini dilakukan pada kawasan perkotaan lubuk sikaping yang 84
dapat dilihat pada gambar 1 berikut 85
JSIL | Natasyarini dkk: Efektivitas Penyerapan Amonia Menggunakan Zeolit, Arang Aktif, dan Karang pada Metode SCU-CP 3
86
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian 87
drainase pada kawasan perkotaan hanya memilki pola parrarel grid system. hal ini dikarenakan pola ini 158
dapat menghindari genangan air, luapan sungai dan banjir kiriman [6]. Selain itu juga menciptakan 159
lingkungan yang aman dan indah. Pola aliran drainase dapat dilihat pada gambar 2 berikut. 160
161
Gambar 2 Pola Jaringan Drainase 162
163
3.3. Jaringan Drainase Terbangun 164
Daerah penelitian ini dibagi menjadi 4 daerah tangkapan air (DTA). DTA 1 mewakili daerah banjir 165
pada lokasi perumahan masyarakat. DTA 2, 3, dan 4 mewakili daerah banjir yang terjadi pada saluran 166
buangan. Hal ini dikarenakan pada DTA 1 ada aliran anak sungai yang melewati perkotaan, sehingga 167
DTA 1 tidak menjadi sumber air banjir pada saluran buangan drainase. Pada beberapa lokasi 168
perumahan warga masih ada drainase yag belum terbangun sehingga air hujan yang turun menggenangi 169
daerah sekitar rumah warga tersebut. Genangan ini tidak mengganggu kenyamanan warga sekitar untuk 170
melakukan aktifitas sehari hari karena, genangan tersebut juga tidak terlalu tinggi. Jaringan drainase 171
yang terbangun dapat dilihat pada gambar 3 berikut. 172
173
174
Gambar 3 Jaringan Drainase Terbangun 175
JSIL | Natasyarini dkk: Efektivitas Penyerapan Amonia Menggunakan Zeolit, Arang Aktif, dan Karang pada Metode SCU-CP 7
176
3.4. Fenomena Banjir 177
Banjir yang terjadi pada kawasan lubuk sikaping disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, main 178
hole pada trotoar yang mengalirkan air dari jalan ke saluran drainase tersumbat. Hal ini disebabkan oleh, 179
saluran drainase yang terbangun sudah memiliki umur yang sudah cukup tua sekitar 30 tahun sehingga 180
kondisi drainase pun sudah kurang memadai. Kedua, tingginya sedimen pada saluran drainase 181
mencapai 60 cm dengan ketinggian total drainase 100 cm. Pada 10 tahun terakhir drainase sudah jarang 182
dilakukan perawatan sehingga saluran drainase memiliki sedimen yang tinggi. Ketiga, sampah pada 183
saluran drainase yang menumpuk. Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar untuk membuang sampah 184
pada tempatnya sehingga sampah yang dibuang oleh masyarakat menyumbat aliran air pada saluran 185
drainase. Dan yang terakhir yaitu karena adanya penyempitan saluran drainase. Pada saluran 186
pembuang saluran drainase memiliki lebar 200 cm dan terjadi penyempitan pada pada titik tengah 187
sebesar 100 cm. Foto fenomena dan penyebab banjir dapat dilihat pada gambar berikut. 188
189
190
Gambar 4 Fenomena Banjir 191
192
193
Gambar 5 Sampah pada saluran drainase 194
JSIL | Natasyarini dkk: Efektivitas Penyerapan Amonia Menggunakan Zeolit, Arang Aktif, dan Karang pada Metode SCU-CP 8
195
4. Kesimpulan 196
Pada analasis curah hujan harian maksimum yang tertinggi terjadi pada tahun 2021 dengan nilai 197
145 mm. Analisis distribusi yang dipakai yaitu metode distribusi gumbel dengan nilai Cs sebesar 0.182 198
dan nilai Ck sebesar 1.944. Distribusi gumbel memenuhi uji kesesuain chi kuadrat dengan nilai F2 199
sebesar 1, sedangkan nilai F2cr sebesar 5.991. Disamping itu, distribusi gumbel juga lolos uji kesesuain 200
smirnof kholmogorov dengan nilai D2 sebesar 0.225, sedangkan nilai D2cr sebesar 0.410. Kawasan 201
lubuk sikaping memiliki pola yang bervariasi yaitu jaringan natural system dan natural grid system. 202
Daerah penelitian dibagi menjadi 4 DTA. Banjir terjadi pada 2 titik yaitu pada DTA 1 dan pada saluran 203
pembuang. Banjir disebabkan oleh main hole pada trotar yang tersumbat, tingginga sedimen pada salura 204
drainase, sampah yang menumpuk pada saluran, dan penyempitan saluran drainase. 205
206
1. Suripin. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. yogyakarta: ANDI; 2004. 208
2. Nainggolan J, Lilis Y, Sutikno S. Analisis Dampak Perubahan Tata Guna Lahan DAS Siak Bagian Hulu Terhadap 209
3. Setyawan A, Puri A, Harmiyati. Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Debit Saluran Drainase Jalan 211
Arifin Ahmad Pada Ruas Antara Jalan Rambutan Dengan Jalan Paus Ujung Di Kota Pekanbaru. J Saintis. 212
2018;18(2):55–64. 213
5. Rahmawati A, Damayanti A, Soedjono E. Evaluasi Sistem Drainase Terhadap Penanggulangan Genangan di 215
6. Kurid H, Zairin A. STUDI DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN UNTUK JALAN PANGERAN ANTASARI 217
7. Krisantos R, Engelbertha N, Mauritius I, Don G. Hubungan Antara Pola Tutupan Lahan Terbangun Dan Laju 219
8. Suadnya D, Sumarauw J, Mananoma T. Analisis Debit Banjir Dan Tinggi Muka Air. J Sipil Statik [Internet]. 221
2017;5(3):143–50. 222
9. Basuki ., Winarsih I, Adhyani NL. Analisis Periode Ulang Hujan Maksimum dengan Berbagai Metode. Agromet. 223
2009;23(2):76–92. 224
10. PermenPU. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan. Jakarta (ID); 225
2014. 226
227