Anda di halaman 1dari 8

JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol. 00 No.

00 Bulan 2022
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.x.x.pp-pp

Kaji Ulang Sistem Drainase Perkotaan 1

Farhan Hadyan Halim1*, dan Prastowo1 2

1
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Jl. Raya 3
Dramaga, Kampus IPB Dramaga, PO BOX 220, Bogor, Jawa Barat, Indonesia 4
* penulis koresponden: farhan_hadyan@apps.ipb.ac.id 5

Abstrak: Pada beberapa lokasi di Lubuk Sikaping terdapat genangan air atau banjir ketika curah 6
hujan tinggi. Ketika terjadi curah hujan yang tinggi dalam durasi lebih kurang 40 menit menimbulkan 7
genangan air yang berakibat masuknya air kedalam rumah warga. genangan air disebabkan oleh 8
dimensi saluran drainase yang kecil, banyaknya sampah dan lumpur yang menumpuk pada saluran 9
drainase dan tali air pada ruas jalan yang tidak berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu, kasus 10
drainase di kota Lubuk Sikaping diperlukan penataan ulang pada desain dan sistem saluran 11
drainase. Penelitian ini bermaksud menawarkan desain saluran drainase yang lebih optimal. Taha- 12
pan pertama yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data curah hujan harian 13
maksimum yang didapatkan dari stasiun BMKG terdekat. Setelah data curah hujan didapatkan 14
dilakukan analisis frekuensi curah hujan untuk mendapatkan intensitas hujan. Tahapan kedua yaitu 15
pengumpulan data topografi daerah penelitian. Kemudian data yang didapatkan digunakan untuk 16
melakukan analisis luas catchment area dan analisis koefisien limpasan. Data yang didapatkan 17
digunakan untuk melakukan perhitungan analisis debit rencana dan analisis debit limpasan. 18
Tahapan ketiga yang dilakukan pada penelitian ini yaitu observasi, pengumpulan dan pengukuran 19
data teknis saluran drainase. Hal ini berguna untuk menganalisis kapasitas saluran eksisting saluran 20
drainase. Kemudian kapasitas eksisting saluran drainase dibandingkan dengan kapasitas saluran 21
teoritis drainase. Pada analasis curah hujan harian maksimum yang tertinggi terjadi pada tahun 22
2021 dengan nilai 145 mm. Analisis distribusi yang dipakai yaitu metode distribusi gumbel dengan 23
nilai Cs sebesar 0.182 dan nilai Ck sebesar 1.944. Distribusi gumbel memenuhi uji kesesuain chi 24
kuadrat dengan nilai F2 sebesar 1, sedangkan nilai F2cr sebesar 5.991. Disamping itu, distribusi 25
gumbel juga lolos uji kesesuain smirnof kholmogorov dengan nilai D2 sebesar 0.225, sedangkan 26
nilai D2cr sebesar 0.410. Kawasan lubuk sikaping memiliki pola yang bervariasi yaitu jaringan 27
natural system dan natural grid system. Daerah penelitian dibagi menjadi 4 DTA. 28

Diterima: hh bulan tahun Kata kunci: banjir, curah hujan, gumbel 29


Disetujui : hh bulan tahun
30

Sitasi:
Halim. Kaji Ulang Sistem Drainase
Perkotaan. J. Teknik Sipil dan Ling- 31
kungan. Tahun publikasi; nomor vol- 1. Pendahuluan 32
ume (nomor issue): nomor hala-
man.,https://doi.org/10.29244/xxxxx Daerah perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang begitu pe- 33
sat. Hal ini ditandai dengan banyaknya penawaran pekerjaan pada beberapa 34
sektor, sehingga banyak masyarakat pedesaan tertarik untuk pindah ke kota. Ber- 35
tambahnya jumlah penduduk dan tidak seimbang nya sarana dan prasarana 36
perkotaan yang memadai akan mengakibatkan pemanfaatan lahan menjadi tidak 37
sesuai [1]. Di samping itu pertumbuhan penduduk di perkotaan pun semakin pe- 38
sat. Kondisi tersebut menyebabkan kepadatan penduduk dan kebutuhan lahan 39
untuk pemukiman meningkat. Alih fungsi lahan ini menyebabkan terjadinya peru- 40
bahan struktur tanah yang mempengaruhi kemampuan infiltrasi tanah sehingga 41
semakin meningkatnya aliran permukaan [2]. Sedangkan lahan untuk pem- 42
bangungan infrastruktur seperti drainase menjadi terkesampingkan [3]. 43
Selain itu kasus banjir di sepanjang jalan raya juga sering terjadi karena 44
masalah kerusakan drainase perkotaan yang mengalami kerusakan dan tidak 45
dapat menjalankan fungsinya sebagai saluran buangan air hujan. Fenomena ini 46
JSIL | Natasyarini dkk: Efektivitas Penyerapan Amonia Menggunakan Zeolit, Arang Aktif, dan Karang pada Metode SCU-CP 2

menyebabkan saluran drainase didaerah perkotaan bermasalah. Masalah tersebut diantaranya seperti 47
drainase yang mengalami kerusakan dan tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai saluran buangan 48
air hujan, atau bahkan pada beberapa lokasi tidak tersedianya saluran drainase [4]. 49
Lebih jauh, perilaku buruk membuang sampah sembarangan menjadi kebiasaan beberapa 50
masyarakat perkotaan. salah satunya membuang sampah ke dalam saluran drainase. Dengan 51
banyaknya sampah yang menumpuk di dalam drainase menyebabkan terjadinya sedimen, sehingga 52
kapasitas saluran drainase semakin kecil [3]. 53
Permasalahan drainase tersebut akan menjadi semakin pelik jika dikaitkan dengan kondisi cuaca 54
salah satunya curah hujan. Melihat permasalahan genangan air yang sering terjadi disebabkan karena 55
curah hujan yang cukup tinggi, dalam kondisi normal air hujan sebagian besar masuk ke dalam tanah, 56
sebagian lainnya dialirkan, dan sebagian lainnya menguap [5]. Curah hujan yang tinggi dengan kapasi- 57
tas saluran drainase tidak mencukupi menyebabkan terjadinya luapan genangan air bahkan dapat me- 58
nyebabkan terjadinya banjir [6]. Banjir dapat terjadi karena tanah tidak dapat menampung air hujan dan 59
penyaluran air yang kurang baik [7]. Banjir dengan skala kecil ataupun besar menyebabkan masuknya 60
air ke rumah warga dan menjadi sumber penyakit bagi masyarakat sekitar. Jumlah kejadian banjir 61
selama beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan dan menyebabkan berbagai kerugian bagi 62
masyarakat [8]. 63
Persoalan drainase perkotaan seperti yang dipaparkan sebelumnya juga ditemui di kota Lubuk 64
Sikaping. Pada beberapa lokasi di Lubuk Sikaping terdapat genangan air atau banjir ketika curah hujan 65
tinggi. Ketika terjadi curah hujan yang tinggi dalam durasi lebih kurang 40 menit menimbulkan genangan 66
air yang berakibat masuknya air kedalam rumah warga. Berdasarkan penjelasan [3], genangan air 67
disebabkan oleh dimensi saluran drainase yang kecil, banyaknya sampah dan lumpur yang menumpuk 68
pada saluran drainase dan tali air pada ruas jalan yang tidak berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu, 69
kasus drainase di kota Lubuk Sikaping diperlukan penataan ulang pada desain dan sistem saluran 70
drainase. Penelitian ini bermaksud menawarkan desain saluran drainase yang lebih optimal. 71

2. Metode 72
Penelitian “Kaji Ulang Sistem Drainase Perkotaan” ini dilakukan di Kota Lubuk Sikaping, Sumatera 73
Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – April 2022. Setelah didapatkan data untuk 74
kebutuhan penelitian dilakukakan analisis data yang akan dilaksanakan di Departemen Teknik Sipil dan 75
Lingkungan Institut Pertanian Bogor. 76

2.1. Material 77
Dimensi dan kondisi fungsional saluran drainase pada kawasan lubuk sikaping diukur secara 78
lansung, sedangkan data sekunder yang dikumpulkan meliputi, data curah hujan harian maksimum 10 79
tahun terakhir, data topografi, dan siteplan perkotaan. Perlatan yang dibutuhkan untuk pengumpulan 80
data seperti, pita ukur, GPS (Global Positioning System), stopwatch, kamera digital, dan alat tulis. 81
Analisis data menggunakan seperangkat komputer dengan software seperti ArcGIS 10.8, AutoCAD 82
untuk pemetaan. Sedangkan untuk pengolahan data menggunakan micosoft excel dan microsoft word 83
digunakan untuk pengolahan data. Penelitian ini dilakukan pada kawasan perkotaan lubuk sikaping yang 84
dapat dilihat pada gambar 1 berikut 85
JSIL | Natasyarini dkk: Efektivitas Penyerapan Amonia Menggunakan Zeolit, Arang Aktif, dan Karang pada Metode SCU-CP 3

86
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian 87

2.2. Prosedur Penelitian 88


Tahapan pertama yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data curah hujan harian 89
maksimum yang didapatkan dari stasiun BMKG terdekat. Setelah data curah hujan didapatkan dilakukan 90
analisis frekuensi curah hujan untuk mendapatkan intensitas hujan. Tahapan kedua yaitu pengumpulan 91
data topografi daerah penelitian. Kemudian data yang didapatkan digunakan untuk melakukan analisis 92
luas catchment area dan analisis koefisien limpasan. Data yang didapatkan digunakan untuk 93
melakukan perhitungan analisis debit rencana dan analisis debit limpasan. Tahapan ketiga yang 94
dilakukan pada penelitian ini yaitu observasi, pengumpulan dan pengukuran data teknis saluran 95
drainase. Hal ini berguna untuk menganalisis kapasitas saluran eksisting saluran drainase. Kemudian 96
kapasitas eksisting saluran drainase dibandingkan dengan kapasitas saluran teoritis drainase. Setelah 97
itu dilakukan kaji ulang terhadap fungsional dan dimensi saluran drainase. Setelah dilakukan kaji ulang 98
sistem drainase, dilakukan penyusunan alternatif penanggulangan terjadinya banjir pada daerah 99
penelitian. 100

3. Hasil dan Pembahasan 101

3.1. Analisis Curah Hujan Rencana 102


Menurut [9] Pada periode tertentu misal 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun dan seterusnya akan terjadi 103
curah hujan harian maksimum disebut dengan curah hujan rencana. Dalam menentukan hujan rencana 104
digunakan analisis frekuensi curah hujan harian maksimum selama 10 tahun terakhir. Data curah hujan 105
harian maksimum yang dikumpulkan yait data curah hujan 10 tahun terakhir yang terhitung sejak tahun 106
2012 – 2021. Data ini diperolah dari stasiun BMKG Lubuk Sikaping, seperti yang disajikan pada tabel 1. 107
Dengan adanya data curah hujan ini dapat dilakukan perhitungan nilai curah hujan rencana dengan 108
metode distribusi probabiltas. Jika data yang didapatkan kurang dari 10 tahun maka perhitungan tidak 109
dapat dilakukan. Hal ini dikarenakan dalam menentukan hujan rencana setidaknya data curah hujan 110
harian maksimum yang dikumpulkan 10 tahun terakhir. 111
112
JSIL | Natasyarini dkk: Efektivitas Penyerapan Amonia Menggunakan Zeolit, Arang Aktif, dan Karang pada Metode SCU-CP 4

Tabel 1 Hasil Analisis Curah Hujan Harian Maksimum 113


Curah Hujan Periode 10 Tahun
Tahun Rmaks mm
2012 101
2013 104
2014 74
2015 80
2016 93
2017 114
2018 130
2019 114
2020 112
2021 145
Maks 145
Rata-Rata 106,7
114
Berdasarkan ilmu statistika analasis curah hujan rencana dapat dilakukan dengan beberapa 115
metode distribusi yaitu distribusi normal, distribusi gumbel, distribusi log normal dan distribusi log 116
pearson III. Metode ini menggunakan periode ulang 2, 5, 10, 25 dan 100 tahun. Periode ulang adalah 117
perkiraan terjadinya curah hujan tertentu yang dapat menyamai bahkan melampaui sekali dalam jangka 118
waktu tersebut. Kemungkinan terjadinya curah hujan atau debit dengan besaran tertentu akan 119
menyamai bahkan melampaui dalam jangka waktu tertentu disebut periode ulang [10]. Hasil dari analisis 120
frekuensi curah hujan rencana dapat dilihat pada tabel 2. 121
122
Tabel 2 Hasil Analsis Frekuensi Curah Hujan Rencana 123
PUH Curah Hujan Rencana
(Tahun) Normal Log Normal Log Person Gumbel
III
2 106,700 104,724 105,703 103,788
5 124,746 124,457 124,769 129,430
10 134,199 136,236 135,361 146,405
25 141,933 146,698 147,101 167,860
50 150,742 159,595 154,922 183,774
100 156,757 169,048 162,064 199,570
124
Setelah dilakukan analisis frekuensi curah hujan rencana menggunakan empat metode diatas, 125
data tersebut dibandingkan dengan parameter distribusi probabilitas berdasarkan nilai koefisien 126
kemencengan (Cs), nilai koefisien kurtosis (Ck), dan koefisien variasi (Cs) setiap metode distribusi. 127
Perbandingan ini dilakukan untuk memenuhi syarat penggunaan jenis sebaran. Nilai Cs dan Ck dari 128
setiap distribusi harus ada yang memenuhi syarat agar metode tersebut dapat digunakan untuk 129
menganalisis debit rencana. Hasil analisis perbandingan dapat dilihat pada tabel 3. 130
131
Tabel 3 Syarat Penggunaan Jenis Sebaran 132
No Jenis Distribusi Syarat Hasil Perhi- Keterangan
tungan
1 Metode Gumbel I Ck ≤ 5,4 1,944 Memenuhi
Cs ≤ 1,14 0,182 Memenuhi
3
2 Metode Log Normal Cs = 3Cv+Cv = 3 0,003 Tidak memen-
uhi
JSIL | Natasyarini dkk: Efektivitas Penyerapan Amonia Menggunakan Zeolit, Arang Aktif, dan Karang pada Metode SCU-CP 5

Ck = 5,383 2,610 Tidak memen-


uhi
3 Metode Log Pearson Cs ≠ 0 Selain dari 1.14 Tidak memen-
III nilai di atas uhi
Ck = 1,5 Cs (ln -5,050 Tidak memen-
x)2 + 3 = uhi
4 Metode Normal Ck ≈ 3 1,944 Tidak memen-
uhi
Cs ≈ 0 0,182 Tidak memen-
uhi
133
Distribusi gumbel memenuhi nilai Cs dan Ck dari parameter probabilitas. Oleh karena itu, distribusi 134
gumbel dipilih sebagai jenis distribusi untuk curah hujan rencana. Selanjutnya, dilakukan uji kesesuaian 135
terhadap distribusi gumbel dengan metode goodness of fit test yang meliputi uji chi kuadrat. Hasil uji chi 136
kuadrat dari distribusi gumbel dapat dilihat pada tabel 4. 137
138
Tabel 4 Hasil Analisis Uji Chi Kuadrat 139
Distribusi Frekuensi F2 F2cr Keterangan
Gumbel 1 5,991 Diterima
Normal 1 5,991 Diterima
Log Normal 1 5,991 Diterima
Log Pearson III 1 5,991 Diterima
140
Berdasarkan tabel 4, metode distribusi gumbek sesuai dengan syarat dari uji chi kuadrat yaitu nilai 141
dari F2 < dari F2cr, nilai F2 dari distribusi gumbel yaitu sebesar 1 sedangkan nilai F 2cr 5.999. setelah 142
dilakukan uji kecocokan chi kuadrat dilakukan uji kesesuaian dengan metode smirnof kolmogorov. Hasil 143
uji kesesuaian smirnof kolmogorov untuk distribusi gumbel dapat dilihat pada tabel 5. 144
145
Tabel 5 Hasil Analisis Uji Smirnof Kolmogorov 146
No Xi P (Xi) f(t) YT T PI(Xi) D
1 145 0,091 1,783 2,188 9,247 0,108 0,017
2 130 0,182 1,085 1,525 5,113 0,196 0,014
3 114 0,273 0,340 0,818 2,803 0,357 0,084
4 114 0,364 0,340 0,818 2,803 0,357 -0,007
5 112 0,455 0,247 0,729 2,613 0,383 -0,072
6 104 0,545 -0,126 0,376 2,013 0,497 -0,049
7 101 0,636 -0,265 0,243 1,840 0,544 -0,093
8 93 0,727 -0,638 -0,110 1,051 0,952 0,225
9 80 0,818 -1,243 -0,685 1,159 0,862 0,044
10 74 0,909 -1,522 -0,950 -0,631 -1,586 -2,495
0,225
147
Nilai D2cr pada uji kesesauian dengan metode smirnof kolmogorov yaitu sebesar 0.410. 148
berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai D2 yaitu sebesar 0.225. lebih rendahnya nilai D2 149
dibandingkan dengan D2cr menggambarkan bahwa metode distribusi gumbel sudah lolos uji kesesuaian. 150
Dengan lolosnya distribusi gumbel pada uji kesesuaian berarti jenis distribusi ini bisa dipakai untuk 151
keperluan perhitungan debit rencana. 152
153
3.2. Pola Aliran Drainase 154
Menurut (1980 feyen) jenis drainase dapat digani menjadi dua jenis yaitu jenis natural system dan 155
parralel grid system. Tetapi berdasarkan observasi yang sudah dilakukan pada lokasi penelitian, 156
kawasan lubuk sikaping memiliki pola jaringan natural system dan natural grid system. sebaiknya pola 157
JSIL | Natasyarini dkk: Efektivitas Penyerapan Amonia Menggunakan Zeolit, Arang Aktif, dan Karang pada Metode SCU-CP 6

drainase pada kawasan perkotaan hanya memilki pola parrarel grid system. hal ini dikarenakan pola ini 158
dapat menghindari genangan air, luapan sungai dan banjir kiriman [6]. Selain itu juga menciptakan 159
lingkungan yang aman dan indah. Pola aliran drainase dapat dilihat pada gambar 2 berikut. 160

161
Gambar 2 Pola Jaringan Drainase 162
163
3.3. Jaringan Drainase Terbangun 164
Daerah penelitian ini dibagi menjadi 4 daerah tangkapan air (DTA). DTA 1 mewakili daerah banjir 165
pada lokasi perumahan masyarakat. DTA 2, 3, dan 4 mewakili daerah banjir yang terjadi pada saluran 166
buangan. Hal ini dikarenakan pada DTA 1 ada aliran anak sungai yang melewati perkotaan, sehingga 167
DTA 1 tidak menjadi sumber air banjir pada saluran buangan drainase. Pada beberapa lokasi 168
perumahan warga masih ada drainase yag belum terbangun sehingga air hujan yang turun menggenangi 169
daerah sekitar rumah warga tersebut. Genangan ini tidak mengganggu kenyamanan warga sekitar untuk 170
melakukan aktifitas sehari hari karena, genangan tersebut juga tidak terlalu tinggi. Jaringan drainase 171
yang terbangun dapat dilihat pada gambar 3 berikut. 172
173

174
Gambar 3 Jaringan Drainase Terbangun 175
JSIL | Natasyarini dkk: Efektivitas Penyerapan Amonia Menggunakan Zeolit, Arang Aktif, dan Karang pada Metode SCU-CP 7

176
3.4. Fenomena Banjir 177
Banjir yang terjadi pada kawasan lubuk sikaping disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, main 178
hole pada trotoar yang mengalirkan air dari jalan ke saluran drainase tersumbat. Hal ini disebabkan oleh, 179
saluran drainase yang terbangun sudah memiliki umur yang sudah cukup tua sekitar 30 tahun sehingga 180
kondisi drainase pun sudah kurang memadai. Kedua, tingginya sedimen pada saluran drainase 181
mencapai 60 cm dengan ketinggian total drainase 100 cm. Pada 10 tahun terakhir drainase sudah jarang 182
dilakukan perawatan sehingga saluran drainase memiliki sedimen yang tinggi. Ketiga, sampah pada 183
saluran drainase yang menumpuk. Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar untuk membuang sampah 184
pada tempatnya sehingga sampah yang dibuang oleh masyarakat menyumbat aliran air pada saluran 185
drainase. Dan yang terakhir yaitu karena adanya penyempitan saluran drainase. Pada saluran 186
pembuang saluran drainase memiliki lebar 200 cm dan terjadi penyempitan pada pada titik tengah 187
sebesar 100 cm. Foto fenomena dan penyebab banjir dapat dilihat pada gambar berikut. 188
189

190
Gambar 4 Fenomena Banjir 191
192

193
Gambar 5 Sampah pada saluran drainase 194
JSIL | Natasyarini dkk: Efektivitas Penyerapan Amonia Menggunakan Zeolit, Arang Aktif, dan Karang pada Metode SCU-CP 8

195

4. Kesimpulan 196

Pada analasis curah hujan harian maksimum yang tertinggi terjadi pada tahun 2021 dengan nilai 197
145 mm. Analisis distribusi yang dipakai yaitu metode distribusi gumbel dengan nilai Cs sebesar 0.182 198
dan nilai Ck sebesar 1.944. Distribusi gumbel memenuhi uji kesesuain chi kuadrat dengan nilai F2 199
sebesar 1, sedangkan nilai F2cr sebesar 5.991. Disamping itu, distribusi gumbel juga lolos uji kesesuain 200
smirnof kholmogorov dengan nilai D2 sebesar 0.225, sedangkan nilai D2cr sebesar 0.410. Kawasan 201
lubuk sikaping memiliki pola yang bervariasi yaitu jaringan natural system dan natural grid system. 202
Daerah penelitian dibagi menjadi 4 DTA. Banjir terjadi pada 2 titik yaitu pada DTA 1 dan pada saluran 203
pembuang. Banjir disebabkan oleh main hole pada trotar yang tersumbat, tingginga sedimen pada salura 204
drainase, sampah yang menumpuk pada saluran, dan penyempitan saluran drainase. 205
206

Daftar Pustaka 207

1. Suripin. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. yogyakarta: ANDI; 2004. 208

2. Nainggolan J, Lilis Y, Sutikno S. Analisis Dampak Perubahan Tata Guna Lahan DAS Siak Bagian Hulu Terhadap 209

Debit rencana. Jom FTEKNIK. 2015;2(2):1–9. 210

3. Setyawan A, Puri A, Harmiyati. Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Debit Saluran Drainase Jalan 211

Arifin Ahmad Pada Ruas Antara Jalan Rambutan Dengan Jalan Paus Ujung Di Kota Pekanbaru. J Saintis. 212

2018;18(2):55–64. 213

4. Hamdani F. Rancangan Ulang Drainase Di Jalan. 2019;1(1):26–30. 214

5. Rahmawati A, Damayanti A, Soedjono E. Evaluasi Sistem Drainase Terhadap Penanggulangan Genangan di 215

Kabupaten Sidoarjo. ATPW. 2015;1–8. 216

6. Kurid H, Zairin A. STUDI DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN UNTUK JALAN PANGERAN ANTASARI 217

BANJARMASIN Holdani. 2013;14(2):126–36. 218

7. Krisantos R, Engelbertha N, Mauritius I, Don G. Hubungan Antara Pola Tutupan Lahan Terbangun Dan Laju 219

Infiltrasi Air Hujan. J Rekayasa Konstr Mek Sipil. 2019;2(2):109–20. 220

8. Suadnya D, Sumarauw J, Mananoma T. Analisis Debit Banjir Dan Tinggi Muka Air. J Sipil Statik [Internet]. 221

2017;5(3):143–50. 222

9. Basuki ., Winarsih I, Adhyani NL. Analisis Periode Ulang Hujan Maksimum dengan Berbagai Metode. Agromet. 223

2009;23(2):76–92. 224

10. PermenPU. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan. Jakarta (ID); 225

2014. 226
227

Anda mungkin juga menyukai