KL5098
Tugas 2
Latar Belakang dan Metodologi
Mikhael Mangopo
25516007
Latar Belakang
Bumi merupakan planet dengan luas perairan jauh lebih besar dibandingkan dengan luas
daratannya yaitu hingga 70% dari luas total permukaannya, hal ini menunjukkan bahwa sumber
daya perairan mempunyai potensi yang besar dalam menentukan kemajuan peradaban suatu
bangsa jika dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Indonesia merupakah salah satu
negara maritim dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari perairan(laut), dan salah satu
bentuk pemanfaatan yang dilakukan terkait hal tersebut adalah melakukan pembangunan
saran dan prasarana di wilayah pesisir.
Dalam kegiatan pembangunan dan perawatan infrastruktur wilayah pesisir. Pekerjaan
pengerukan merupakan salah satu kegiatan yang sangat menunjang kegiatan pembangunan
maupun perawatan infrastruktur kawasan pesisir. pengerukan menurut Asosiasi Internasional
Perusahaan Pengerukan adalah mengambil tanah atau material dari lokasi di dasar air, biasanya
perairan dangkal seperti danau, sungai, muara ataupun laut dangkal, dan memindahkan atau
membuangnya ke lokasi lain. Dari pengertian tersebut maka diperlukan sebuah media atau
sistem peralatan yang digunakan untuk mendukung kegiatan tersebut. Untuk melakukan
pengerukan biasanya digunakan kapal keruk yang memiliki alat-alat khusus sesuai dengan
kondisi di areal yang akan dikeruk.
Pengerukan utamanya terdiri dari 3 tahap
Berrikut adalah beberapa jenis metode atau teknik pengerukan yang akan dikaji dalam
penelitian ini
2. Bucket Dredger
Bucket dredger sudah termasuk tua dari kapal keruk dan dilengkapi dengan beberapa
alat seperti timba atau bucket yang bergerak secara simultan untuk mengangkat
sedimen dari dasar air. Varian dari Bucket dredger ini adalah Bucket Wheel Dredger
(BWD).
Metodologi
Metodologi yang akan digunakan dalam kajian ini adalah dengan melakukan tinjauan pada
parameter yang digunakan sebagai kriteria dalam penentuan metode pengerukan sesuai yaitu
tipe material keruk, kedalaman areal pengerukan, kondisi fisis dan geografis lokasi, volume
pengerukan, serta kebutuhan lingkungan hidup di Pelabuhan Labuhan Lombok.
Tipe Material Keruk
Dalam setiap jenis aplikasi tanah harus diselidiki. Jenis material tanah, yaitu :
- Kohesif: tanah liat, lumpur
- Granular: pasir lepas, kerikil
- Sedimen atau padat
Tipe material keruk di Pelabuhan Labuhan Lombok dapat diperoleh dengan meninjau data hasil
uji sedimen dasar yang diperoleh dengan grab sampling. Kriteria yang bisa diperoleh dari hasil
uji tersebut adalah grain size dan penggolongan jenis sedimen beradasarkan kriteria tersebut.
Parameter soil lainnya dapat diperoleh dari data survei geoteknik yang telah dilakukan pada
lokasi rencana pengerukan. Kriteria yang diperoleh dari data tersebut lebih mendalam seperti
jenis tanah pada lapisan dibawah permukaan dasar perairan, nilai N-SPT , tegangan geser, sifat
kohesivitas dari tanah, dll.
Kedalaman Areal Pengerukan
Setiap metode pengerukan memiliki minimal nilai draft masing-masing pada kapal dilakukan.
Oleh karena itu peninjauan kedalaman areal pengerukan dapat dilakukan dengan
mengumpulkan data bathimetri perairan Pelabuhan Labuhan Lombok. Data bathimetri dapat
diperoleh dari data sekunder yang disediakan oleh instansi yang reliable seperti Badan
Informasi Geospasial dan Dinas Hidrografi dan Oseanografi TNI-AL. Selain data sekunder jika
diperlukan maka dapat dilakukan survei bathimetri menggunakan perangkat echosounder dan
DGPS secara independen dimana data yang diperoleh akan lebih actual dan terkini. Disamping
peninjauan kedalaman areal pengerukan terhadap draft kapal yang akan digunakan, perlu juga
ditinjau target kedalaman pengerukan yang diinginkan untuk memilih jenis metode dan kapal
yang sesuai untuk digunakan dalam proses pengerukan.
Kondisi Fisis dan Geografis
Kondisi fisis diperoleh dari data hidro-oseanografi dari survei yang telah dilakukan. Kriteria yang
bisa diperoleh antara lain jenis pasang surut dan parameternya, pola sirkulasi arus, dan tinggi
gelombang di lokasi rencana pengerukan. Kondisi geografis perlu ditinjau meliputi akses untuk
menuju lokasi pengerukan, lebar area, dan jarak lokasi damping area terhadap lokasi
pengerukan. Kepadatan lalu lintas pelayaran juga perlu ditinjau dan data ini dapat diperoleh
dari dinas navigasi perairan setempat.
Volume Pengerukan
Rencana volume pengerukan diperoleh dengan melakukan perhitungan berdasarkan data
bathimetri eksisting. Terkait hal tersebut maka perlu dilakukan desain alur dan geometri
rencana pengerukan yang akan dilakukan. Perhitungan volume dilakukan dengan membuat
cross section sepanjang area rencana pengerukan kemudian dengan perangkat lunak AutoCAD
Land Desktop dapat secara otomatis dilakukan kalkulasi sesuai target desain rencana
pengerukan yang diberikan. Perhitungan volume disesuaikan dengan kapasitas produktivitas
yang dapat dicapai dari masing-masing metode pengerukan.
Kebutuhan Lingkungan Hidup
Parameter kebutuhan lingkungan hidup diperoleh dengan meninjau regulasi yang berlaku
terkait AMDAL untuk pelaksanaan pekerjaan pengerukan sesuai dengan lokasi dimana akan
dilakukan pekerjaan tersebut. Selain meninjau regulasi dari pemerintah yang berlaku perlu juga
dilakukan survei sosial ekonomi dengan contoh pengambilan pendapat penduduk setempat
yang akan terkena dampak dari terganggunya keberlangsungan lingkungan hidup di lokasi
rencana pengerukan melalui kuisioner dan wawancara.
Berikut beberapa regulasi yang mengatur mengenai keberlangsungan lingkungan hidup terkait
dengan pelaksanaan pekerjaan pengerukan;
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19/1999, pencemaran laut diartikan dengan masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnyaturun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya
(Pramudianto, 1999). Sedangkan Konvensi Hukum Laut III (United Nations Convention on the
Law of the Sea = UNCLOS III) memberikan pengertian bahwa pencemaran laut adalah erubahan
dalam lingkungan laut termasuk muara sungai (estuaries) yang menimbulkan akibat yang buruk
sehingga dapat merugikan terhadap sumber daya laut hayati (marine living resources), bahaya
terhadap kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk perikanan dan
penggunaan laut secara wajar, memerosotkan kualitas air laut dan menurunkan mutu
kegunaan dan manfaatnya (Siahaan, 1989a).
Pencemaran laut (perairan pesisir) didefinisikan sebagai “dampak negatif” (pengaruh yang
membahayakan) terhadap kehidupan biota, sumberdaya dan kenyamanan (amenities)
ekosoistem laut serta kesehatan manusia dan nilai guna lainnya dari ekosistem laut yang
disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh pembuangan bahan-bahan atau
limbah (termasuk energi) ke dalam laut yang berasal dari kegiatan manusia (GESAMP,1986).
Menurut Soegiarto (1978), pencemaran laut adalah perubahan laut yang tidak menguntungkan
(merugikan) yang diakibatkan oleh benda-benda asing sebagai akibat perbuatan manusia
berupa sisa-sisa industri, sampah kota, minyak bumi, sisa-sisa biosida, air panas dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Oktoberty, Dredging Perairan Dangkal. Staf Pengajar Akademi Teknik Perkapalan (ATP) Veteran
Semarang