Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PEMBORAN AIRTANAH & ANALISIS INTI BOR( CORRING )

1.1. Pendahuluan
1.1.1. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan manusia. Pada zaman
dahulu kehidupan berada di dekat air, sungai, mataair atau danau. Namun
dengan bertambahnya populasi manusia dan kemajuan industri menyebabkan
kebutuhan akan air bersih sangat meningkat. Bagi seseorang yang bertempat
tinggal jauh dari sumber air, maka memerlukan banyak biaya untuk
mengalirkan dari sumber ketempatnya. Oleh karena itu perlu dicari sumber air
yang dekat, yaitu air yang berada di bawah permukaan tanah atau air tanah.
Air tanah merupakan bagian dari air yang terdapat di bumi. Air dalam
beberapa wujudnya di bumi ini selalu bergerak dalam suatu peredaran alami,
yang dikenal sebagai daur hidrologi (hydrologic cycle). Air tanah
(groundwater) adalah bagian dari air yang ada di bawah permukaan tanah
(sub-surface water), yakni hanya yang berada di zona jenuh (zone of
saturation). Penyebaran vertikal air bawah permukaan dapat dibagi menjadi
zona tak-jenuh (zone of aeration) dan jenuh. Zona tak-jenuh terdiri dari ruang
antara yang sebagian terisi oleh air dan sebagian terisi oleh udara, sementara
ruang antara pada zona jenuh seluruhnya terisi oleh air.
Air yang berada pada zona takjenuh disebut air gantung (vadose water). Air
gantung yang terdapat dekat permukaan hingga tersedia bagi akar tetumbuhan
disebut air solum (solumn water), dan yang tersimpan dalam ruang merambut
(capillary zone) disebut air merambut (capillary water).
Keterdapatan (occurrence) airtanah pada zona jenuh adalah mengisi ruang-
ruang antar butir batuan atau rongga-rongga batuan . Akuifer merupakan suatu
formasi batuan yang mengandung cukup bahan-bahan yang lulus dan mampu
melepaskan air dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mataair. Ini berarti,
formasi tersebut mempunyai kemampuan menyimpan dan melalukan air atau
disebut akuifer.
1.1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini adalah agar praktikan mengetahui data litologi
bawah permukaan kedalaman keterdapatan air tanah dan jenis akuifer.
2.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui geologi bawah
permukaan, untuk mengetahui geohidrologi, serta mengetahui air bawah tanah
dengan cara menganalisa warna, porositas, permeabilitas, tingkat pelapukan,
kekompakan, komposisi, dan kekerasan.

1.1.3 Lokasi dan Waktu Pengamatan


Pengamatan inti bor dilakukan di Laboratorium Geologi Dinamik Institut
Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. I Dewa Nyoman Oka No. 32
Kotabaru Yogyakarta pada hari selasa, tanggal 3 Oktober 2014 pada jam 09.30
WIB - selesai.

1.2. Landasan Teori


1.2.1. Macam Pemboran
Pemboran adalah pembuatan lubang silindris dalam tanah atau batuan
dengan menggunakan pahat bor. Cara pemboran dengan penumbukan dan
pemutaran pahat disertai tekanan, atau dengan memadukan kedua gerakan
tersebut. Pemboran yang menguntungkan yaitu dengan kecepatan tinggi, waktu
pendek, biaya murah, dan dapat mencapai kedalaman yang besar.
Terdapat beberapa metoda pemboran yang dibedakan berdasarkan:
A. Berdasarkan mekanisme pemboran, maka metoda pemboran dapat
dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Bor tumbuk (Percussive Drilling)
2. Bor putar (Rotary Drilling)
3. Bor putar hidrolik (Hidraulic Rotary)

Gambar 1. bor tumbuk (kiri), bor putar(kanan)


Gambar 2. bor hidrolik

Perbandingan antara Mesin Bor Tumbuk terhadap Mesin Bor Putar:


1. Metode bor tumbuk (cable tool)
Pada prinsipnya adalah mengangkat dan menjatuhkan rangkaian alat yang
dijatuhkan di tanah hingga terbentuk lubang bor yang diinginkan, kemudian
diambil hancuran tanah hasil dengan alat timba.
Kemampuan kecepatan bor tumbuk tergantung beberapa faktor antara lain:
1. Sifat dan kekerasan batuan
2. Diameter dan kedalaman lubang bor
3. Perlengkapan dari alat bor
4. Kecepatan dan jarak pemukulan.

Keuntungan dari sistem ini adalah :


1. Biaya murah
2. Peralatan sederhana, dan
3. Kegunaan praktis
Pemboran ini digunakan pada batuan yang didak keras atau kekompakan
litologi dari lepas agak kompak.
2. Pemboran metode bor putar
Pada prinsipnya dalah memutar dan menekan alat bor dan biasanya dibantu
oleh pemasukan zat alir pemboran melalui pipa bor.
Fungsi zat alir (lumpur bor) :
1. Membantu tekanan poros vertikal formasi batuan di bawah bor.
2. Penyalur energi, yaitu untuk menyingkarkan serbuk bor yang tertutup
dibawah mata bor, serta membawa serbuk bor ke permukaan.
3. Mempertahankan kestabilan lubang bor.
4. Mendinginkan mata bor.

B. Berdasarkan sirkulasi fluida, maka metoda pemboran dapat dibedakan


menjadi 2, yaitu:
1. Sirkulasi Langsung (Direct Circulation)
Fluida bor dipompakan dari mudpit ke mata bor melalui bagian dalam
stang bor kemudian kembali lagi ke permukaan akibat tekanan pompa
melalui rongga anulus.
2. Sirkulasi Terbalik (Reverse Circulaition)
Fluida bor dari mudpit bergerak melalui rongga anulus, kemudian kembali
lagi kepermukaan akibat gaya hisap pompa melalui bagian dalam stang
bor.

C. Berdasarkan jenis fluida, maka metoda pemboran dapat dibedakan menjadi


2, yaitu:
a. Mudflush: Pemboran menggunakan cairan/ lumpur
b. Airflush: Pemboran menggunakan udara

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suatu sumur bor :


1. Diameter sumur
2. Kedalaman sumur
3. Screen
4. Gravel Pack
5. Pompa
6. Piezometer
7. Grouting

Gambar 3.skema sumur bor airtanah

1.2.2. Pencatatan dan Pengamatan Data Inti Bor


Dalam pemboran perlu diadakan pengamatan dan pencatatan selama
pelaksanaan pemboran untuk menentukan dan penilaian lubang bor.
Di antaranya:
1. Laporan pemboran
Pencatatan kegiatan pemboran dari awal sampai akhir, yaitu :
a. Tanggal
b. Kedalaman pemboran
c. Pemakaian mata bor
d. Jenis dan diameter mata bor
e. Kecepatan pemboran rata-rata
f. Tinggi kenaikan air sebelum dan sesudah pemboran
g. Permasalhan casing, persiapan pemompaan dan kegiatan uji pompa.
2. Log pemboran
Merupakan catatan pemboran yang terdiri dari :
a. Tanggal
b. Nomor
c. Panjang dan jumlah pipa bor
d. Kedalaman yang diamati dan diambil contoh inti bor
e. Jam mulai dan jam selesai
f. Kecepatan pemboran
g. Debit air yang keluar
h. Keterangan mengenai muka airtanah sebelum dan sudah pemboran
i. Warna air pemboran dan perubahannya
j. Pemakaian mata bor
k. Pemasangan pipa pelindung/casing dan semua perubahan selama waktu
pemboran

3. Log litologi
Merupakan catatan litologi berdasarkan serbuk bor, terdiri dari :
a. Kedalaman
b. Ketebalan lapisan
c. Jenis batuan
d. Warna
e. Kekompakan
f. Kekerasan
g. Sortasi
h. Porositas
i. Tekstur dan keadaan litologi untuk penilain air yang dikandungnya.
4. Laporan pompa uji
Untuk mendapatkan data zona pembawa air dari lapisan pembawa air atau
akuifer.
5. Pengamatan lubang bor (logging)
Pada pemboran putar sering terjadi pengotoran atau pencampuran serbuk
bor, sehingga dalam log litologi sering terjadi kekeliruan. Biasanya untuk
meyakinkan log litologi dilakukan bore hole geophysical logging dengan alat-
alat log listrik atau dikenal sebagai log SP (spontaneous potential) dan log
resistivity. Kadang-kadang juga dilakukan metode seismik, yang digunakan
untuk mendapatkan gambaran yang berpengaruh dari data log tersebut.
6. Pengamatan lapangan
Data yang perlu diselidiki dilapangan adalah :
a. Singkapan
b. Jenis litologi
c. Kemiringan dan jurus perlapisan
d. Struktur geologi.

1.2.3. Langkah-langkah Perencanaan Pemboran


Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pemboran, yaitu :
1. Dari log sumur yang lama didapatkan penampang geologi pada daerah yang
bersangkutan, dengan demikian perlu diperhatikan keadaan lapangan yang
berada pada zona bertekanan tinggi atau rendah dan kekerasan batuan.
2. Pipa pelindung/casing perlu disiapkan untuk menahan tekanan maupun
runtuhnya tekanan lubang bor.
3. Grafik pemboran lama maka dapat diadakan persiapan mengenai jenis dan
berat dari pahat yang diperlukan hidrolika dan penyimpangannya, diaman
hal ini menyangkut biaya dan waktu.
4. Persiapan lain yang diperlukan mengenai mesin bor, mesin pencampur
lumpur bor, mesin pompa serta perlengkapan lain yang diperlukan.
5. Operator dan regu bor perlu diberi penjelasan mengenai pemboran tersebut
sesuai data yang ada, sehingga tidak meninggalkan sikap hati-hati dalam
pekerjaan pemboran tersebut.

Berikut ini diberi catatan mengenai standar kekerasan, kekompakan dan


tingkat pelapukan.
1. Standar kekerasan
a. Sangat lunak
b. Lunak (bisa digores dengan kuku)
c. Agak keras (digores dengan pisau)
d. Keras (tidak dapat digores dengan pisau)
e. Sangat keras.
2. Standar kekompakan
a. Lepas (bisa dipegang, fragmen/butiran terurai)
b. Agak lepas (ditekan dengan tangan, fragmen terurai)
c. Agak kompak (bila dipukul dengan palu fragmen terurai)
d. Kompak (dipukul dengan palu fragmen sukar terurai)

3. Tingkat pelapukan
a. Segar (bila tidak ada tanda-tanda pelapukan)
b. Lapuk sedikit (bila memperlihatkan sedikit tanda pelapukan, pelunturan
warna)
c. Lapuk menengah (tanda-tanda pelapukan cukup terlihat) yaitu perubahan
warna dan pengurangan kekuatan batuan cukup berarti
d. Lapuk tinggi (memperlihatkan tanda pelapukan cukup tinggi hingga
batuan menjadi lemah dan tidak mudah terurai bila kemasukan air)
e. Lapuk sangat tinggi, bila seluruh batuan telah lapuk tapi tekstur batuan
masihterlihat dan akan terurai bila direndam dalam air dan digoyang
sedikit.
1.3. Analisis Data
1.3.1. Tabel hasil analisis core (terlampir)
1.3.2. Kolom stratigrafi (terlampir)
1.4. Kesimpulan
Pada praktikum analisis sampel inti bor ini dapat diketahui bahwa, data
bor dengan kedalaman 500 cm, tersusun oleh litologi yang berlapis serta
memiliki besar butir yang tak seragam dengan sifat dapat melalukan air
(permeable). Sehingga lapisan batuan ini dapat berfungsi sebagai akuifer.
Dilihat dari analisis inti bor (corring) yang ada, selanjutnya dilakukan
deskripsi dari batuan yang dianalisa dari perlapisan bawah permukaan yang
kami lakukan. Maka disimpulkan pada kedalaman kurang lebih 500 cm
airtanah lebih berpotensi untuk didapatkan dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKA

Miftahussalam;Purnama.D.I,1996, Petunjuk Praktikum Geohidrologi,


Laboratorium Geologi dan Rekayasa Mineral,Institut Sains & Teknologi
AKPRIND;Yogyakarta.
LAPORAN GEOHIDROLOGI

PEMBORAN AIRTANAH & ANALISIS INTI BOR

Oleh:

Krismawan
121.10.1121

Kelompok: A

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2014

Anda mungkin juga menyukai