Anda di halaman 1dari 8

PT.

MANDALA JAYAKARTA

b) Mobilitas Material

Matenal untuk kebutuhan konstruksi seperti semen akan dimobilisasi dari


agen/supplier yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan diterima di tempat
Material pasri, sirtu dan kayu akan diperoleh dari supplier yang telah memenuhi
persyaratan administrasi dan teknis berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan terima di tempat.

c) Pengelolaan Lingkungan yang Direncanakan

Pada saat kegiatan mobilitas peralatan dan material, diperkirakan akan


berdampak pada timbulnya gangguan lalulintas laut, pencemaran limbah B3 (Oli bekas)
dan penurunan keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk meminimalkan dampak yang
akan terjadi tersebut, PT. Mandala Jayakarta telah merencanakan pengelolaan dengan
cara sebagai berikut:

1. Gangguan Lalulintas Laut

Untuk meminimalkan dampak gangguan lalulintas laut, altan dilakukan dengan cara
sebagai berikut:

- Jalur pelayaran menggunakan jalur pelayaran umum.

- Memasang sarana bantu navigasi di sekitar perairan laut pelabuhan.

- Memasang lampu mercusuar di sekitar lokasi pelabuhan.

- Memasang lampu badai pada kapal yang sedang berlabuh.

- Posisi kapal pengangkut pada saat berlabuh tidak menghalangi jalur lalulintas kapal
perahu penduduk di sekitar lokasi nelayan.
2. Pencemaran Limbah B3 (Oli Bekas)

Pengelolaan limbah B3 dalam hal ini oli bekas dari kapal pengangkut peralatan dan
material akan dilakukan dengan mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor : 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Peraturan Pemerintah Nomor : 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun. Bentuk pengelolaan limbah B3 yang akan dilakukan yakni
dengan cara sebagai berikut:

- Menyusun dan menerapkan SOP pengelolaan limbah B3 secara ketat.

- Membuat dan memasang papan SOP pengelolaan limbah B3.

- Membuat, mengefektifkan dan perawatan tempat penyimpanan sementara limbah B3


(oli bekas).

- Melakukan pengemasan limbah B3 sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

- Melakukan pelabelan limbah B3 (oli bekas).

- Tidak melakukan pencampuran limbah B3 (oli bekas).

- Tidak melakukan pemanfaatan limbah B3 (oli bekas) tanpa izin.

- Bekerjasama dengan pihak lain yang telah memiliki pengumpulan pemanfaatan,


pengolahan dan penimbunan limbah B3 (oli bekas).

- Tidak melakukan pembuangan limbah B3 ke media lingkungan

- Memberikan informasi dan bantuan terhadap masyarakat di kejadian pencemaran


limbah B3 (ali bekas).

-Melakukan pengurusan izin tempat penyimpanan sementara limbah B3 sesuai peraturan


yang berlaku.
3. Penurunan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pengelolaan K3 pada kegiatan mobilitas peralatan dan material akan dilakukan


berdasarkan peraturan yang berlaku, antara lain sebagai berikut:

a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 01 Tahun 1970 tentang


Keselamatan Kerja.
b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 04 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
d) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah.
e) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 3 Tahun 2020 tentang Perubahan.
Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
f) Peraturan Republik Indonesia Nomor : 55 tahun 2010 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Ponyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batu Bara.
g) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen K3.
h) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor.
38 Tahun 2014 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
i) Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No. 1245.K/26/DDJP/1993
tentang Pelaksanaan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta
Lingkungan Pertambangan Bidang Pertambangan Umum.
j) Peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait dengan K3.
Bentuk pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang direncanakan, antara lain sebagai
berikut:

a. Menyusun dan menerapkan SOP pengelolaan K3 secara ketat.


b. Membuat dan memaang papan SOP pengelolaan K3.
c. Membentuk wadah fungsional maupun struktural yang mengelola k3
d. Membentuk kelompok kerja penerapan K3.
e. Menetapkan sumber daya yang diperlukan, baik menyangkut tenaga, k3, sarana,
waktu dan dana.
f. Melakukan penyuluhan K3 kepada semua tenaga kerja konstruksi
g. Melakukan pelatihan K3.
h. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku, yakni sebagai berikut:
• Pemeriksaan kesehatan petugas (prakaryaya, berkala dan khusus).
• Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja.
• Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat.
• Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan.
• Pengobatan pekerja yang menderita sakit.
• Menciptakan lingkungan kerja yang hygienis secara teratur, melalui
monitoring lingkungan kerja dan hazard yang ada.
• Melaksanakan biological monitoring (pemantauan biologi).
• Melaksanakan surveilans kesehatan pekerja.

i. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan K3.


j. Penyediaan APAR
3) Pembangunan Sarana dan Prasarana Penunjang

a) Jalan Tambang

Jalan tambang rencananya akan dibuat berjarak keseluruhan ±1,2 km dengan


menggunakan 1 unit backhoe excavator, Jalan tambang didesain dapat dilalui lalu lintas
dua arah untuk mengakomodasi lalu lintas peralatan produksi tambang. Lebar jalan
tambang didesain lebih besar atau sama dengan 4 kali lebar alat terbesar yang akan
melewati jalan tersebut. Peralatan operasional yang memiliki lebar terbesar adalah truk
20 ton dengan lebar 2,5 m, sehingga jalan tambang didesain memiliki lebar minimal 10
m. Tipikal desain jalan tambang dapat dilihat pada Untuk mengalirkan air limpasan,
permukaan jalan dibuat melengkung dengan puncak berada di tengah jalan dan kaki
lengkungan berada pada kedua sisi lebar jalan. Kemiringan lengkungan permukaan jalan
dinyatakan dalam inci/kaki lebar jalan. Kemiringan permukaan jalan tambang adalah 0,5
inci/kaki. Material untuk jalan tambang dapat menggunakan sebagian batuan sisa dari
tambang dan atau kuari yang telah dipersiapkan.

Sepanjang jalan tambang terdapat saluran drainase. Air limpasan di permukaan jalan
dialirkan ke saluran drainase di salah satu sisi jalan. Saluran drainase ini memiliki lebar
1 meter dan kedalaman 0,5 meter. Air yang mengalir didalam saluran drainase ini akan
dialirkan ke kolam pengendapan sebelum dilepas perairan.

Kemiringan jalan dalam arah memanjang didesain memiliki kemiringan maksimum 10%
Pada beberapa lokasi yang berpotensi memiliki kemiringan lebih dari 10% diizinkan
sampai dengan 12% dengan jarak tempuh mendatar tidak lebih dari 100 meter. Tepi jalan
tambang dibatasi oleh tanggul pengaman dengan tinggi 3/4 dari tinngi ban kendaraan
terbesar yang melintas. Tanggul pengaman jalan tambang didesain dengan tinggi 1,5
meter dari material tanah yang dikumpulkan membentuk tanggul.

b) Sarana Penirisan Tambang

Faktor, curah hujan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi sistern peninsan yang
akan diterapkan pada suatu daerah tambang terbuka, karena besar kecilnya air tambang
yang akan dikeluarkan atau yang masuk ke daerah tambang adalah tergantung dari
banyaknya air hujan yang jatuh di daerah tambang. Oleh karena itu sistem penirisan
tambang sangat tergantung dari curah hujan yang ada.

Penirisan tambang adalah penirisan yang diterapkan pada daerah penambangan yang
bertujuan untuk mencegah masuknya air atau untuk mengeluarkan air yang masuk dan
menggenangi daerah penambangan yang dapat mengganggu aktivitas penambangan.
Sistem penirisan tambang dapat dibedakan atas:

• Mine drainage adalah upaya untuk mencegah air masuk ke daerah tambang
• Mine dewatering adalah upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke
daerah penambangan, upaya ini terutama untuk menangani air yang berasal dari
air hujan. Penirisan tambang yang akan dilaksanakan oleh PT. Mandala Jayakarta
adalah dengan membuat saluran air dan sarana kolam sedimentasi.

c) Saluran Air

Saluran air tambang berfungsi untuk menampung limpasan air permukaan pada suatu
daerah dan mengalirkannya ke tempat pengumpulan atau biasa dikenal settling pond
(kolam pengendapan) sebelum dibuang ke saluran air yang telah ada. Bentuk
penampang saluran yang digunakan adalah trapesium, penampang saluran berbentuk
trapesium ini merupakan kombinasi antara bentuk penampang segi tiga dan bentuk
penampang segi empat. Bentuk penampang trapesium ini dipilih karena:

• Mudah stalam pembuatannya


• Cocok digunakan pala daerah lambang karena lahan
• Tidak terjadi pengendapan didasar saluran karena kecepatan saluran terbagi rata
• Dapat digunakan untuk debit air yang besar
• Mudah dalam perawatan
d) Kolam Pengendapan

Kolam pengendapan (settling pond) berfungsi sebagai tempat penampungan sementara


sebelum dialirkan kembali ke sungai, selain kolam pengendapan juga berfungsi sebagai
tempat untuk mengendapkan partikel partikel tanah yang terbawa oleh air yang keluar
dan lokasi panambangan sehingga air yang disalurkan kesungai dalam keadaan jernih,
hal ini juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pendangkalan sungai karena
pengendapan lumpur.

Air yang berada di dalam lambang akan dibuang melalu kolam pengendapan dan kolam
kontrol sebelum akhirnya mengalir ke sungai terdekat. Air yang berasal dari tambang
membawa partikel partikel tanah dalam bentuk suspense. sebagai usaha pencegahan,
maka sebelum air masuk ke dalam sungai, air diaturkan tempat pengendapan suspense
terlebih dahulu yang sering disebut kolam pengendapan. Syarat utama terjadinya
pengendapan adalah kecepatan aliran mendekati nol Oleh karena itu kolam
pengendapan harus didesair sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air semakin
berkurang hingga mendekati nol

Pada setiap dasar bukaan tarabang akan dibuat kolam pergendapan yang sifatnya
temporer yaitu mengikuti kemajuan front penambangan, sedangkan pada permukaan
tanah akan dibangun kolam pengendapan yang sifatnya permanen Limbah dan front-
front tambang melalui parit-parit yang dibuat yaitu sepanjang jalan tambang dan jalan
utama dibuat sump-sump sebagai tempat perangkap lumpur dengan ukuran 30 x 30 x 4
m dan jarak antar sump berkisar 200m -300m Sedimen pond untuk blok dengan luas
areal pat yang luas akan dibuat

Anda mungkin juga menyukai