Anda di halaman 1dari 5

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No.

1, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1

Metode Konstruksi Pekerjaan Peti Kemas dan


Reklamasi Pelabuhan Bitung
Almutahir, Siswono Gati A. W.
Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Raya ITS, Keputih, Surabaya, Jawa Timur 60117
email: almutahir13@gmail.com ; gatiaws@gmail.com

Abstrak— PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) atau Pelindo


IV berencana memperpanjang dermaga Terminal Peti
Kemas Bitung, Sulawesi Utara (Sulut), sekitar 130 meter
menjadi 460 meter dari panjang eksisting 330 meter. Selain
itu juga terdapat pekerjaan reklamasi seluas 5 Ha.
Pada proyek ini, Pekerjaan Reklamasi dan Pekerjaan
dermaga rencananya dikerjakan secara bersamaan. Akan
tetapi terkendala area manuver yang terbatas karena jarak
antara posisi tanggul armor reklamasi dan dermaga hanya
berjarak 20 Meter. Sehingga tahapan pekerjaan pada
proyek ini dilakukan secara bertahap (sequence) dimulai
dari pemancangan tiang pancang turap reklamasi, pekerjaan Gambar 1. 1 Eksisting Dermaga Pelabuhan Bitung
batu armor, pekerjaan timbunan reklamasi, dan pekerjaan
dermaga. Dengan pekerjaan bertahap ini dapat
mempermudah metode dan memperlancar pekerjaan
reklamasi dan dermaga.
Material timbunan berupa butir-butir tanah halus dapat
keluar melewati dinding tanggul melalui sela-sela batuan Dermaga Turap
sehingga dapat mendangkalkan dermaga karena adanya
endapan material tersebut. Oleh karena itu untuk mencegah
terjadinya hal tersebut maka pada dinding armor bagian
dalam reklamasi akan dipasang geotextile. Penggunaan Reklamasi
material geotextile sebagai material konstruksi tambahan
pada pekerjaan reklamasi pantai memberikan banyak
manfaat mulai dari tingkat keekonomisan, kemudahan
pelaksanaan, serta dampaknya terhadap lingkungan.

Kata Kunci—Terminal Peti Kemas Bitung, Tahapan Gambar 1. 2 Rencana Dermaga dan Reklamasi Pelabuhan
Pekerjaan, Sequence, Geotextile.
Bitung
Adapun kendala yang dihadapi dalam Proyek ini adalah
I. PENDAHULUAN sebagai berikut:

I ndonesia merupakan negara maritim yang 2/3 dari luas


wilayah negaranya adalah lautan. Dengan jumlah pulau
1. Pergerakan tongkang Pancang dan tongkang
pemasangan batu bolder cukup terhambat karena area
sebanyak lebih dari tujuh belas ribu pulau, termasuk manuver cukup sempit.
Sumatera, Jawa, Sulawesi dan bagian dari Kalimantan. 2. Material halus timbunan reklamasi keluar melewati
Untuk menghubungkan kesejahteraan dalam bidang celah batuan, sehingaa dapat mengakibatkan
ekonomi maka pemerintah melakukan pembangunan pendangkalan dermaga.
dermaga pelabuhan atau jembatan.
PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) atau Pelindo IV II. TINJAUAN PUSTAKA
berencana memperpanjang dermaga Terminal Peti Kemas 2.1. Dermaga
Bitung, Sulawesi Utara (Sulut), sekitar 130 meter menjadi Dermaga merupakan tempat bertambatnya kapal di
460 meter dari panjang eksisting 330 meter. Selain itu juga pelabuhan yang digunakan sebagai kegiatan bongkar muat
terdapat pekerjaan reklamasi seluas 5 Ha. Adapun Lingkup barang dan orang dari dan ke atas kapal. Di dermaga juga
Pekerjaannya adalah Pekerjaan Reklamasi, Pekerjaan dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk
Pemancangan dan Pekerjaan Beton. Struktur penahan kapal, air minum, air bersih, saluran untuk air kotor/
timbunan reklamasi berupa Struktu Armor Layer dan limbah yang akan diproses lebih lanjut di pelabuhan.
Turap. Struktur Armor Layer didesain berbentuk Bentuk dan luas halaman dermaga (apron) tergantung dari
trapesium dan terletak didekat trestle sedangkan Turap jenis barang, peralatan bongkar muat, keberadaan rel
berupa tian pancang yang dipasang mendekati dermaga. kereta maupun jalan truck.
Jarak antar dermaga dan bagian terluar reklamasi adalah Dermaga peti kemas (container) adalah dermaga
20 Meter. khusus untuk bongkar muat peti kemas (peti atau kotak
yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan ISO)
yang biasanya dilakukan menggunakan kran (crane). Pada
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2

jurnal ini, akan menjelaskan mengenai pekerjaan dermaga tinggi (high water level). Sistem ini berkembang didukung
dimana pembangunan dermaga dilakukan bersamaan dengan berbagai jenis alat-alat besar seperti alat
tahap reklamasi. penggalian tanah, alat pengambilan dan pengeruk tanah,
Pada tahap awal pekerjaan pembangunan konstruksi alat-alat transport, perlengkapan penebaran bahan-bahan
dermaga dilakukan perencanaan terlebih dahulu dengan tanah urug, dan alat perlengkapan pemadatan tanah. Pada
memperhatikan topografi di perairan lokasi, akses ke sistem urugan, sistem ini menggunakan dua macam cara
lokasi, daya dukung tanah dan lain-lain. Pembangunan kerja yaitu: Hydraulic Fill dimana dibuat tanggul terlebih
konstruksi dermaga terdapat beberapa jenis item pekerjaan dahulu baru kemudian dilakukan pengurugan. Blanket Fill:
yang dilakukan seperti: earth work (pekerjaan darat), Tanah di urug terlebih dahulu setelah itu kemudian baru
reclamation work (pekerjaan reklamasi), dredging work tanggul atau sistem perlindungan dibuat belakangan.
(pekerjaan pengerukan), dan port construction (konstruksi 2. Sistem Polder
dermaga). Sistem ini dilakukan dengan melingkupi suatu lahan
basah (genangan) dengan tanggul yang diusahakan kedap
2.2. Reklamasi air, lalu menurunkan tinggi muka air tanah di dalam area
Reklamasi adalah proses pembuatan daratan baru tersebut, mengendalikan tinggi muka air supaya selalu
dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan berada di bawah ambang batas yang dikehendaki, sehingga
yang ditinjau dari sudut lingkungan dan social ekonomi lahan cukup kering dan siap dimanfaatkan menjadi lahan
dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan industri untuk pertanian, perindustrian dan lain-lainnya.
khususnya dalam konteks pertumbuhan kota. Pembangunan tanggul kedap air mengelilingi daerah yang
Saat ini pemerintah negara Indonesia telah mengatur akan direklamasi. Adapun pelaksanaan sistem polder ini
Reklamasi dalam Peraturan Menteri Kelautan Dan dengan cara :
Perikanan Republik Indonesia Nomor 25/Permen- a. Air di daerah yang akan direklamasi dipompa keluar
Kp/2019 Tentang Izin Pelaksanaan Reklamasi. Di Wilayah sehingga kering.
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil dan Peraturan Presiden b. Perbaikan tanah dasar agar dapat dipergunakan
Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2012 Tentang sesuai peruntukan.
Reklamasi Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil c. Pembuatan jaringan drainase termasuk pompanisasi
untuk menangani perizinan dalam hal pelaksanaan untuk menjamin bahwa lahan hasil reklamasi dapat
reklamasi supaya dapat menjaga ekosistem air laut. kering baik pada musim kemarau maupun
Seperti aktivitas pada umumnya, ada juga pro maupun penghujan. Pemompaan juga perlu dilakukan untuk
kontra dari pelaksanaan reklamasi. Kontra dari sudut memberi jalan bagi aliran dari hulu
pandang lingkungan misalnya bahaya terjadi longsor pada 3. Sistem kombinasi Polder dan Urugan
saat pelaksanaan reklamasi sehingga material reklamasi Reklamasi cara ini merupakan gabungan system polder
berlarian kemana–mana terkena arus air laut yang dapat dan system timbunan, yaitu setelah lahan diperoleh dengan
menyebabkan terjadi pencemaran air laut yang ada metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai
disekitar area reklamasi. Sedangkan dari sudut pandang ketinggian tertentu sehingga perbedaan elevasi antara
hidrologi misalnya penurunan kualitas air tanah dangkal, lahan reklamasi dan muka air laut tidak besar
perubahan pola arus dan dari sudut pandang ekonomi 4. Sistem Drainase
misalnya tingginya harga lahan di sekitar pantai, Reklamasi sistem ini dipakai untuk wilayah pesisir
perubahan mata pencaharian. yang datar dan relatif rendah dari wilayah di sekitarnya
Selain itu reklamasi dapat didefinisikan sebagai tetapi elevasi muka tanahnya harus lebih tinggi dari elevasi
kegiatan yang dilakukan orang dalam rangka muka air laut
meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari
sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara 2.4 Peralatan yang digunakan
pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. Rekalamsi 1. Excavator adalah alat berat yang dipergunakan untuk
terdapat dua bentuk yaitu: menggali dan mengangkut (loading and unloading)
a) Reklamasi Menempel pada Daratan Utama suatu material (tanah, batubara, pasir dan lain-lainnya.
Reklamasi ini merupakan reklamasi yang areanya 2. Wheel Loader berfungsi untuk mengangkat material
masih tersambung dengan daratan. Keuntungannya untuk dipindahkan ke tempat lain atau dimasukkan ke
adalah adanya kemudahan pembuatan prasarana dan dalam
akses ke lokasi pekerjaan. Tetapi terdapat kerugiannya 3. Dumptruck Alat pengangkut atau lebih sering disebut
yaitu hasil dari reklamasi akan berpotensi menghalangi dumptruck mempunyai fungsi untuk mengangkut
atau memperpanjang jaringan drainase yang ada, material seperti tanah, pasir, batuan untuk proyek
sehingga meningkatkan elevasi muka air di muara yang konstruksi.
berdampak meningkatkan potensi banjir di daerah 4. Motor Grader adalah alat berat dengan pisau panjang
hulu. yag digunakan untuk meratakan tanah permukaan
b) Reklamasi Terpisah dari Daratan Utama dalam proses perataan.
Reklamasi ini merupakan reklamasi yang lokasinya 5. Vibro Roller adalah Alat yang digunakan untuk
tidak tersambung dengan daratan utama. Reklamasi ini pemadatan timbunan.
biasanya membentuk pulau baru. 6. Water Tanker
7. Ponton Transport berfungsi untuk mengambil tiang
2.3 Sistem pelaksanaan reklamasi pancang dari stokyard menuju ponton pancang dengan
1. Sistem Urugan dibantu crane service
Reklamasi dilakukan dengan cara menimbun perairan
pantai sampai muka lahan berada di atas muka air laut
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3

8. Alat pancang / Crawler crane mengangkat tiang


pancang yang ada di ponton pancang, kemudian
diposisikan diatas titik pancang rencana

2.5 Bangunan Pelindung Reklamasi


Menurut Bambang Triatmodjo dalam buku Teknik
Pantai (1999), perlindungan pantai dapat ditimbulkan
secara alami oleh pantai maupun dengan bantuan
manusia. Bangunan Pantai digunakan untuk
melindungi lahan reklamasi terhadap kerusakan karena
serangan gelombang dan arus yang dapat
menyebabkan erosi. Bangunan pengaman pantai dapat
diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok yaitu :
1. Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar
dengan garis pantai. Contohnya seawall dan revetment.
2. Konstruksi yang di bangun kira–kira tegak lurus
pantai dan menyambung ke pantai. Contohnya groin
dan jetty.
3. Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kira-
kira sejajar dengan garis pantai. Contohnya breakwater

III. METODE PENELITIAN Gambar 4. 1 Urutan Pemancangan Tiang Pancang

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini


adalah metode pendekatan studi kasus. Sehingga penulis
menerapkan kedalam studi kasus dikonstruksi Proyek
Pembangunan Dermaga Peti Kemas dan Reklamasi
Pelabuhan Bitung PT Pelabuhan Indonesia (Persero).

IV. PEMBAHASAN

Pada proyek ini, Pekerjaan Reklamasi dan Pekerjaan


dermaga rencananya dikerjakan secara bersamaan. Akan
tetapi terkendala area manuver yang terbatas karena jarak
antara posisi tanggul armor reklamasi dan dermaga hanya Gambar 4. 2 Ilustrasi Proses Pemancangan Tiang Pancang
berjarak 20 Meter.
Adapun Tahap Pekerjaanya adalah sebagai berikut.
1. Pekerjaan pemancangan tiang pancang turap 2. Pekerjaan pemasangan batu armor.
reklamasi (garis berwarna kuning yang ditunjukan Struktur batu armor selain sebagai dinding penahan
pada gambar 4.1). tanah juga berfungsi sebagai breakwater. Sisi miring dan
a. Tiang Pancang diangkut dari stock yard dengan kasar dapat menghancurkan serta menyerap energi
menggunakan ponton gelombang, mengurangi kenaikan gelombang (wave run-
b. Pemancagan tiang pancang menggunakan crane up), limpasan gelombang dan erosi dasar.
pancang sesuai dengan arah dan urutan Adapun metode kerja yang dilakukan adalah sebagai
pemancangan. Urutan seperti pada gambar berikut :
dimulai dari zona 1 kemudian Zona 2. a. Mengukur titik batas untuk pekerjaan reklamasi
dan dinding penahan tanah
b. Pengangkatan material dari stock yard ke posisi
rencana dengan menggunakan ponton.
c. Pemasangan batu rubble dilakukan diatas ponton.
Kemudian untuk melindungi batu rubble maka
dipasang batu amor dengan menggunakan clamp
shell
d. Memastikan kemiringan struktur sesuai rencana.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 4

4. Pekerjaan Pemancangan Dermaga


a. Pengangkutan Tiang Pancang ke lokasi
pemancangan dengan menggunakan ponton
b. Menentukan titik tiang pancang
c. Pemancagan tiang pancang menggunakan crane
pancang sesuai dengan arah dan urutan
pemancangan

Gambar 4. 3 Pemasangan Batu Armor dan Batu

3. Pekerjaan timbunan reklamasi


a. Urugan material timbunan dilakukan mulai dari tepi
daratan dan berjalan kearah penahan reklamasi
menggunakan dump truck
b. Material timbunan yang berada di tepi kemudian Gambar 4. 7 Penentuan Titik Pancang
diratakan menggunakan motor grader/bulldozer
c. Setelah timbunan telah diratakan, maka timbunan dapat
dipadatkan menggunakan vibrator roller.

Lokasi

Gambar 4. 8 Ilustrasi Urutan Pekerjaan Dermaga


Gambar 4. 4 Arah Pekerjaan Timbunan Reklamasi

Gambar 4. 5 Pekerjaan Timbunan

Gambar 4. 9 Ilustrasi Alur Pemancangan Tiang Pancang

Material timbunan berupa butir-butir tanah halus


dapat keluar melewati dinding tanggul melalui sela-sela
batuan sehingga dapat mendangkalkan dermaga karena
adanya endapan material tersebut. Oleh karena itu untuk
mencegah terjadinya hal tersebut maka pada dinding armor
bagian dalam reklamasi akan dipasang geotextile.
Geotextile adalah salah bagian dari geosintetik yang
merupakan material dari bahan sintetik berbentuk
Gambar 4. 6 Ilustrasi Pekerjaan Timbunan Reklamasi
lembaran dan tembus air. Geotextile mempunyai
kemampuan untuk memisahkan dua material yang berbeda
dan sekaligus berfungsi sebagai penyaring air
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 5

dimungkinkan lolos, sedangkan partikel tanah akan


tertahan. Selain itu geotextile juga mengurangi
pencemaran lingkungan saat pekerjaan reklamasi.
Metode Pekerjaan Geotextile adalah sebagai berikut.
a. Dilakukan bila pekerjaan reklamasi mencapai + 3,00 m
LWS (contoh). Geotextile digelar mulai dari posisi
berm dari tanggul nantinya ditarik ke atas hingga tepi
timbunan sand bag lalu dilipat ke atas, tanpa perlu
meratakan lerengnya secara khusus. Kebutuhan
panjang geotextile dapat disesuaikan langsung di
lapangan, demikian juga untuk arah melebarkannya
harus langsung dijahit di tempat.
b. Berm perlu dipasang secepatnya setelah geotextile
bagian bawah sudah berada pada posisi nya. Ditata
berbentuk gundukan trapesium. Secondary layer
berupa batuan kecil sampai sedang seberat maksimum
20 kg ditata secara random diatas geotextile sampai
setebal t=50 cm. Diikuti pemasangan lapisan primer
(primary layer) dengan batu besar (max. 60 kg) Setebal
t=90 cm sepanjang tepi,

V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari Makalah ini adalah


1. Manajemen sequence pekerjaan dapat mempermudah
metode dan memperlancar pekerjaan reklamasi dan
dermaga. Mendahulukan pekerjaan reklamasi daripada
pekerjaan dermaga juga akan menghidari terjadinya
kemiringan tiang pancang dermaga akibat sliding tanah
pada lapisan compressible yang disebabkan oleh tanah
timbunan reklamasi. Jika mendahulukan reklamasi
maka sliding tanah akan terjadi lebih dulu. Selain itu
pemasangan armor pada bagian dekat Trestle akan
mengalami kesulitan karena harus dilakukan hati-hati
agar tidak mengenai tiang pancang yang dapat
menyebabkannya miring.
2. Penggunaan material geotextile sebagai material
konstruksi tambahan pada pekerjaan reklamasi pantai
memberikan banyak manfaat mulai dari tingkat
keekonomisan, kemudahan pelaksanaan, serta
dampaknya terhadap lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Suhendra, Andriyan, (2013), Aplikasi Produk
Geosintetik Untuk Pekerjaan Reklamasi Pantai,
Jakarta, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Bina
Nusantara

[2] Triatmodjo, Bambang. (1999). Buku Teknik Pantai,


Yogyakarta: Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Gajah Mada

[3] Modul Terapan Kawasan Reklamasi Pantai; Pedoman


Perencanaan Tata Ruang: Ditjen Penataan Ruang;
Departemen Pekerjaan Umum, (2007)

[4] Metode Konstruksi Proyek Dermaga Peti Kemas


Pelabuhan Bitung;. Adhi-IK KSO (2017)

Anda mungkin juga menyukai