Anda di halaman 1dari 21

DINAMIKA KELANDAIAN PANTAI PASIR

AKIBAT GELOMBANG

DISERTASI

Oleh :

Oki Setyandito
06/02-II/2221/PS

PROGRAM STUDI ILMU TEKNIK SIPIL


PROGRAM DOKTOR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA
2012
1. PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Pantai merupakan perbatasan antara daratan dan lautan, yaitu sebuah perairan
yang sangat dinamis. Dinamika perairan tersebut disebabkan oleh pengaruh angin,
gelombang angin, gelombang pasang surut, gelombang badai, tsunami dan lainnya.
Pada pertemuan antara 3 medium, udara, air dan sedimen ini, mekanisme
perlindungan pantai secara alami sebenarnya telah tersedia, di antaranya adalah
dengan adanya dunes sebagai pelindung alami pantai dan keseimbangan transpor
sedimen.
Pantai dikatakan rusak apabila terjadi perubahan baik fisik maupun lingkungan
yang dapat membahayakan atau merugikan kehidupan dan kegiatan perekonomian,
(Yuwono, 2004). Beberapa kerusakan pantai di antaranya adalah erosi pantai,
sedimentasi pada muara sungai, hilangnya pelindung alami pantai (seperti sand
dunes, hutan bakau dan terumbu karang, matinya taman laut dan sebagainya).
Tingkat kerusakan pantai dipengaruhi oleh beberapa parameter, di antaranya gaya
luar dari ombak dan angin, kondisi sedimen, kondisi profil pantai dan keberadaan
struktur di pantai. Pembangunan struktur di pantai sering kali menimbulkan gangguan
terhadap stabilitas dinamik pantai yang ada menuju pada kondisi stabilitas baru.
Perubahan dari kondisi setimbang dinamik satu ke kondisi setimbang lainnya ditandai
dengan kerusakan pantai serta perubahan profil pantai.
Salah satu cara perlindungan pantai secara alami adalah dengan pengisian
pasir dan dengan pembangunan pantai pasir buatan (artificial beach nourishment).
Konsep pengamanan pantai dengan pengisian pasir adalah (Yuwono 2004):
 menyediakan sejumlah pasir untuk dibawa oleh arus (terutama longshore current)
sehingga arus tersebut tidak mengikis pantai (sebagai contoh sand by passing),
 menyediakan cadangan pasir yang sewaktu-waktu dibutuhkan (pada saat badai)
dapat diambil oleh arus laut.
Yuwono (2004), menyebutkan bahwa pantai pasir buatan adalah pantai pasir yang
dibangun dengan menimbun pantai dengan material pasir dan melindunginya dengan

1
bangunan jetty atau krib sejajar pantai. Bentuk krib atau jetty atau groin yang biasa
dipergunakan adalah tipe I, Y, T, atau L.
Pantai pasir buatan biasanya juga difungsikan untuk keperluan pariwisata bahari.
Pembangunan pantai pasir buatan dilakukan, biasanya karena metode perlindungan
pantai ini lebih akrab dengan lingkungan sehingga lebih dapat diterima masyarakat.
Tetapi, fungsi utama pembuatan pantai pasir buatan adalah untuk menyediakan
perlindungan terhadap bangunan struktur dan infrastruktur di daratan dari badai
(CEM 2001).
Permasalahan yang signifikan dalam mendesain pantai pasir buatan adalah
memprediksi volume pengisian pasir serta keseimbangan profil dan bentuk pantai
pasir buatan. Pada pengisian pantai pasir buatan, pasir biasanya diletakkan di pantai
dengan kemiringan yang lebih curam daripada profil pantai pada kondisi seimbang.
Salah satu penyebab kerusakan pantai pasir buatan tersebut antara lain karena
terjadinya kerusakan profil pada kemiringan pantai pasir buatan yang telah dibuat,
yang disebabkan oleh hilangnya material timbunan (erosi). Penyebab terjadinya
kerusakan pada pantai pasir buatan tersebut adalah serangan gelombang yang
menyerang lereng (profil kelandaian) dan garis pantai pasir, sehingga material
timbunan bergerak, dan merubah layout (alignment) serta profil kemiringan yang ada.
Dean dan Dalrymple (2002) menyebutkan bahwa, proses perubahan garis pantai
dibagi menjadi 3 tahap:
 Tahap 1, keseimbangan profil yaitu sebagai hasil dari transfer pasir arah tegak
lurus (cross shore) pantai dari profil bagian atas ke bawah, dan sebagai hasil
dari perubahan garis pantai, tapi bukan transfer pasir keluar dari profil.
 Tahap 2, transfer pasir sepanjang pantai dari ’penyebaran’ pasir sebagai akibat
dari peristiwa perubahan bentuk profil dan layout yang direncanakan saat pasir
tambahan diletakkan.
 Tahap 3, erosi garis pantai yang disebabkan oleh proses yang terjadi sebelum
pantai pasir buatan dibuat.
Pantai pasir buatan yang telah dibuat sebisa mungkin harus dijaga. Perancangan
desain pantai pasir buatan stabil perlu didukung oleh tersedianya referensi dengan
penjabaran yang lebih luas. Pada saat ini, referensi dan penelitian mengenai pantai

2
pasir buatan stabil, belum mampu mendukung cara perlindungan pantai pasir buatan
ini untuk diterapkan di lapangan khususnya di Indonesia. Oleh karena itu, masih
banyak diperlukan suatu kajian yang lebih mendalam mengenai stabilitas pantai pasir
buatan stabil dengan karakteristik hidraulik yang berbeda-beda, terutama yang
disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Penelitian disertasi ini dilakukan di
samping untuk menambah referensi, juga secara langsung mencari solusi
permasalahan dalam perancangan pantai pasir buatan yang stabil.

1.2.Tujuan penelitian
Penelitian disertasi ini bertujuan untuk menentukan variabel-variabel yang
berpengaruh pada profil kelandaian pantai pasir buatan stabil terutama pada area
swashzone (daerah rayapan gelombang). Tujuan utama penelitian ini adalah
a. meneliti terbentuknya profil kelandaian pantai pasir buatan dengan berbagai
parameter gelombang dan material timbunan pasir,
b. mendapatkan pemahaman yang lebih luas tentang parameter-parameter utama yang
berpengaruh terhadap profil kelandaian pantai pasir buatan,
c. mendapatkan disain parameter hidraulik kelandaian pantai pasir buatan,
d. mengevaluasi hasil penelitian berdasarkan data-data lapangan.

1.3.Keaslian
Perbedaan penelitian Dean (1973), Swart (1974), Larson (1988), dan Dong (2008)
dengan penelitian disertasi ini terletak pada pendekatan yang digunakan dalam
perumusan disain hidraulik pantai pasir buatan stabil, yaitu disain kelandaian yang
berhubungan dengan karakteristik gelombang dan karakteristik sedimen pada proses
dan pembentukan pantai pasir buatan stabil.

1.4.Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang signifikan bagi
ilmu pengetahuan dan teknologi, dapat menjadi masukan untuk melengkapi
penelitian-penelitian mengenai stabilitas pantai pasir buatan sebelumnya, dan dapat

3
menjadi pedoman teknis perencanaan pantai pasir buatan sesuai dengan karakteristik
masing-masing wilayah, serta lebih dapat diaplikasikan terutama di Indonesia.

1.5.Batasan masalah
Penelitian disertasi ini dilaksanakan di Laboratorium Hidraulika dan Hidrologi
Pusat Studi Ilmu Teknik UGM (Lab. H-H PSIT UGM) untuk uji model fisik 2 (dua)
dimensi dan Laboratorium Hidraulika dan Hidrologi Jurusan Teknik Sipil dan
Lingkungan UGM untuk uji model fisik 3 (tiga) dimensi.
Batasan-batasan masalah pada penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut
ini:
1) Fluida yang digunakan adalah air tawar, salinitas dan pengaruh mineral air tidak
diperhitungkan.
2) Gelombang yang dibangkitkan adalah gelombang teratur (reguler wave) yang
belum pecah dan konstan (tanpa perubahan temporal) dengan arah datang
gelombang tegak lurus model.
3) Material timbunan yang digunakan telah ditentukan, yaitu material jenis non
kohesif berupa pasir yang diambil dari Pantai Patehan D.I. Yogyakarta dengan
diameter butiran lebih kecil dari 0,7 mm (d < 0,7 mm) dan dari Pantai Tanjung Ann
Nusa Tenggara Barat dengan diameter butiran lebih kecil dari 1,4 mm (d < 1,4
mm).
4) Kepadatan dan porositas benda uji tidak diperhitungkan.
5) Elevasi muka air konstan dan dianggap sebagai MSL.
6) Kelandaian awal pantai pasir buatan (n = 6) dianggap seragam dari puncak model
hingga dasar saluran.
7) Transpor sedimen yang diteliti hanya pada arah tegak lurus pantai (cross shore
transport).
8) Model uji tidak dipengaruhi oleh gaya lain, misalnya gaya akibat angin.

4
2. LANDASAN TEORI

2.1.Teori Gelombang
Teori gelombang linier didasarkan pada anggapan air laut adalah sebagai
fluida ideal, sehingga aliran yang terjadi bersifat irotational. Persamaan yang
diselesaikan pada teori gelombang adalah persamaan Laplace dan persamaan
Bernoulli tak permanen yang telah dilinierkan dalam dua dimensi (x,z). Dengan
mengambil kondisi batas atas mengikuti persamaan Bernaulli yang dilinierisasikan
maka dapat dicari kecepatan potensial yang memenuhi persamaan tersebut. Dengan
menggunakan kecepatan potensial tersebut, kemudian diturunkan berbagai
persamaan dari karakter gelombang di antaranya adalah fluktuasi muka air,
kecepatan orbit partikel dan kecepatan (jalar) gelombang. Anggapan yang digunakan
dalam teori gelombang linier (Airy,1845) adalah bahwa amplitude gelombang relatif
kecil dibandingkan dengan kedalaman air maupun panjang gelombang.
Airy mengembangkan teory gelombang berdasarkan asumsi sebagai berikut:
a. Air merupakan massa yang homogen, tidak dapat dimampatkan dan tegangan
permukaannya dapat diabaikan.
b. Gerakan partikel air mengikuti aliran irotational, dengan kecepatan potensial (Ø)
memenuhi persamaan Laplace:
 2  2
 0 (2.1)
x 2 y 2
c. Dasar laut adalah horisontal, tidak bergerak, dan rapat air.
d. Tekanan di permukaan air adalah konstan.

5
C
L

Puncak

(x,t) a
SWL
H
w
Lembah 
u

Particle d – (-y)
d p Orbit =d+y
z Pressure

x y=-d

Gambar 2.1. Sketsa dan definisi gelombang

Pada Gambar 2.1. menunjukkan suatu gelombang monokromatik bergerak dengan


kecepatan jalar C di air dengan kedalaman d. Pada gambar tersebut ditunjukkan pula
tinggi gelombang (H), dan panjang gelombang (L). Kecepatan jalar gelombang dapat
ditentukan dengan hubungan :
C  L/T (2.2)
Perpindahan partikel air pada tinggi gelombang di perairan dalam dan dangkal
ditunjukkan pada Gambar 2.2. Pada saat gelombang menjalar dari perairan dalam ke
perairan dangkal, orbit partikel akan mengalami perubahan bentuk. Pada perairan dalam,
efek gelombang tidak sampai ke dasar laut, pada perairan dangkal, gelombang akan
menyebabkan gerakan osilasi keseluruh kedalaman. Pada area dekat permukaan, partikel
air membentuk pola berbentuk elips, sedangkan didekat dasar, partikel air membuat
gerakan osilasi horizontal.

6
Gambar 2.2. Gerakan orbital di bawah gelombang di perairan dangkal dan perairan dalam
(Shore Protection Manual, 1984).

Dalam Dean dkk. (1991) dijelaskan bahwa berdasarkan fungsi kedalaman air
(d) dan panjang gelombang (L), gelombang diklasifikasikan menjadi: shallow water
wave, transitional water wave dan deep water wave. Gelombang yang merambat di
perairan dangkal, sering disebut gelombang panjang atau gelombang perairan
dangkal. Gelombang pasut, dan gelombang-gelombang lain yang periode dan
panjang gelombangnya sangat panjang adalah gelombang perairan dangkal
(gelombang pendek) meskipun berada di laut dalam. Ketiga jenis gelombang
tersebut mempunyai karakteristik tersendiri yang dihasilkan dari penyederhanaan
fungsi hiperboliknya.

2.1.Gelombang Pecah
Di daerah surf zone, karena kedalaman pantai semakin dangkal, akan terjadi
gelombang pecah. Gelombang pecah akan terjadi bilamana kecepatan partikel air
horisontal di permukaan lebih besar dari kecepatan jalarnya atau U > C. Daerah
terjadinya gelombang pecah sangat penting, karena pada daerah ini sebagian besar
energi yang dipakai untuk pembentukan pantai diperoleh. Ada dua macam kriteria
gelombang pecah, yaitu gelombang pecah di perairan dalam dan gelombang pecah di
perairan dangkal.
7
2.1.Run Up – Run Down
Run-up gelombang terjadi pada saat gelombang datang bergerak menuju
kepantai dan membentur kelandaian garis pantai atau bangunan pelindung pantai
maka sebagian energi gelombang akan diubah menjadi gerakan air yang meluncur ke
arah lereng bangunan. Setelah mencapai elevasi maksimum, akan terjadi aliran balik
yang disebut run-down akibat gaya gravitasi. Run-down akan terus berlangsung
sampai datang run-up dari gelombang berikutnya atau run-down mencapai lembah
dari gelombang berikutnya. Tinggi elevasi run-up dan run-down diukur secara
vertikal dari muka air rerata seperti Gambar 2.3.

Ru
SWL
Rd
d
Ø

Gambar 2.3. Definisi run-up dan run-down

3. RANCANGAN DAN PELAKSANAAN EKSPERIMEN

3.1.Langkah-langkah Penelitian
Dalam penelitian eksperimental disertasi ini, rancangan prosedur dan langkah-
langkah penelitian disusun sebagai pedoman dalam melaksanakan komponen-komponen
penelitian secara berurutan dengan langkah-langkah yang terkontrol sesuai dengan tujuan
utama adalah pencapaian tujuan akhir penelitian. Sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan, rancangan penelitian ini disusun dalam 3 macam kajian yaitu pendekatan
teoritis, kajian secara eksperimen di laboratorium 2 (dua) dimensi (2-D) dan 3 (tiga)
dimensi (3-D). Eksperimen 2–D meliputi eksperimen dasar (ED), Studi Pembentukan
Profil Kelandaian Pantai Pasir Buatan Stabil (SM1), dan Studi Mekanisme Kecepatan

8
Dasar pada Area Run Up – Run Down (Ru-Rd) pada profil landaian dasar tetap
(Impermiabel smooth slope/ Fix bed) (SM2). Eksperimen 3–D meliputi studi
pembentukan profil kelandaian pada geometri struktur pelindung sebagai pembentuk
alignmen dan garis pantai dengan menggunakan gabungan groin I dan L (SM3-1). Selain
eksperimen–eksperimen tersebut, juga akan dilakukan studi kasus lapangan yaitu
membandingkan atau memverifikasi hasil kajian teoritis dan hasil eksperimen tersebut di
atas dengan profil pantai dari hasil pengukuran di Pantai Kuta (SM4). Data yang
diperoleh dari eksperimen selanjutnya dianalisis dan disimpulkan hasilnya. Hasil
eksperimen juga dibandingkan dengan hasil kajian teoritis dan hasil eksperimen yang
sudah ada. Hal tersebut dilakukan agar dapat dilakukan evaluasi data dan penemuan
penyebab permasalahan apabila hasil analisis sementara menunjukkan indikasi yang
menyimpang dari hipotesis. Evaluasi secara menyeluruh dilakukan atas hasil analisis data
untuk menyimpulkan apakah tujuan penelitian sudah tercapai atau belum. Pada kondisi
tujuan belum tercapai, maka harus dilakukan evaluasi dan peninjauan kembali baik pada
pelaksanaan maupun pada rancangan eksperimen. Perbaikan dilakukan pada bagian yang
bermasalah hingga diperoleh pencapaian tujuan penelitian.
3.2.Perancangan dan Pelaksanaan Eksperimen
Pada penelitian ini, penelitian eksperimental untuk uji model fisik 2 dimensi (2-D)
dilakukan di Laboratorium Hidrolika dan Hidrologi Pusat Studi Ilmu Teknik
Universitas Gadjah Mada (Laboratorium H-H, PSIT UGM), dan untuk uji model fisik
3 dimensi (3-D) dilakukan di Laboratorium Hidrolika dan Hidrologi Jurusan Teknik
Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada. Pelaksanaan penelitian akan terdiri
dari kegiatan persiapan yang meliputi studi pustaka, kajian teoritis, penelusuran
informasi baru, orientasi permasalahan lapangan, perancangan model penelitian
termasuk media percobaan, peralatan akuisisi data, bahan percobaan, penyusunan
prosedur kalibrasi dan percobaan, penyusunan rancangan simulasi. Tahap selanjutnya
adalah pembuatan media percobaan berdasarkan hasil disain yang telah dimatangkan
lewat konsultasi dengan dosen pembimbing.

9
Masalah penelitian:
Desain profil kelandaian stabil belum optimal, terjadi perubahan bentuk profil dan
alignment garis pantai pasir buatan yang tidak sesuai dengan profil dan alignment
garis pantai yang diharapkan.

Tujuan penelitian:

Mendapatkan pendekatan desain profil kelandaian dan bentuk (alignment)


pantai pasir buatan yang lebih baik dengan lingkup:
a) Disain profil dan kelandaian pantai pasir buatan yang stabil (nf)
b) Profil kelandaian stabil nf = f (H0,L0, T, d, Hb, Ru, d,d50,,n)

Tinjauan Pustaka Kajian Teoritis Profil Landasan Teori


Kelandaian Pantai Stabil

Hipotesis

Rancangan Penelitian:
Pendekatan Teoritis dan Eksperimental

Uji Model Fisik 2-D

Kajian Lapangan

Uji Model Hubungan antar parameter


Fisik 3D pantai pasir buatan stabil

Hubungan antar parameter profil


kelandaian pantai pasir buatan
stabil
Tujuan tercapai?
Tidak
Ya

Selesai
Gambar 3.1. Bagan alir rancangan prosedur penelitian disertasi.
10
3.3. Analisa Hasil
Metoda stepwise adalah cara untuk mendapatkan bilangan tak bedimensi
dengan peniadaan (eliminasi) dimensi tahap demi tahap. Tahap pertama adalah
peniadaan dimensi massa (M) dengan menggunakan variabel yang
mengandung dimensi massa. Tahap berikutnya adalah peniadaan dimensi
waktu (T) dengan menggunakan variabel yang mengandung dimensi waktu.
Tahap terakhir adalah peniadaan dimensi panjang (L) dengan menggunakan
variabel yang hanya mengandung dimensi panjang.
Dalam penelitian ini, parameter bebas yang diperkirakan berpengaruh
adalah tinggi gelombang (H), periode gelombang (T), kedalaman air (d),
kelandaian (n), panjang gelombang (L), tinggi run-up (Ru), run-down (Rd),
waktu mencapai run-up (tR), kecepatan jalar gelombang (C), dan gelombang
pecah (Hb). Variabel berulang yang digunakan adalah tinggi gelombang (H),
dan periode (T), panjang gelombang (L), dan periode (T), serta kedalaman air
(d), dan periode (T).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini akan disajikan uraian hasil penelitian dan pembahasan
disertasi. Uraian hasil penelitian dan pembahasan meliputi sifat-sifat fisik material
sedimen pasir yang digunakan dalam eksperimen, eksperimen dasar profil
kelandaian pada pantai pasir buatan stabil, proses pembentukan profil kelandaian
pada lereng stabil dengan kecepatan aliran pada lereng stabil (UUp dan UDw) pada
area run up – run down (swash zones), dan profil kelandaian pantai pasir pada area
antara swashzone dan formasi bar atau berm. Selanjutnya, hasil penelitian 3 D
sebagai evaluasi dan verifikasi lapangan, juga disajikan dengan mengetahui
bentuk profil kelandaian seiring dengan terbentuknya alignmen pantai pasir stabil.
Sistematika uraian dilakukan dengan menyajikan hasil penelitian yang dilanjutkan
dengan pembahasan.

11
Hasil pemeriksaan karakteristik material timbunan disajikan pada Tabel
4.1. berikut ini.

Tabel 4.1. Karakteristik material pasir yang digunakan untuk eksperimen 2 D.

Berat Berat
Berat Berat Diameter Kecepatan
Volume Volume
Volume Jenis Median Jatuh
Pasir Model Kering Kering
Basah (γs) (d50) (ω)
Oven Permukaan
(gr/cm3) (gr/cm3) (mm.) (m/dtk)
(gr/cm3) (gr/cm3)
A 2,565 1,958 1,820 3,264 0,125 0.0187 0.285
B 2,341 1,853 1,681 3,126 0,275 0.0425 0.67
Patehan
C 2,042 1,620 1,577 3,047 0.363 0.0561 0.88
D 1,994 1,535 1,471 2,980 0,463 0.0716 1.129
E 1,672 1,430 1,331 2,681 0,525 0.0734 1.046
Tanjung
F 1,699 1,482 1,391 2,692 0,85 0.1247 1.86
Ann
G 1,629 1,629 1,420 2,710 1,20 0.1889 2.72

Dari hasil eksperimen diperoleh envelope profil kelandaian model pantai pasir
buatan stabil. Contoh hasil eksperimen envelope profil kelandaian model pantai

pasir buatan stabil dengan karakteristik material timbunan pada kondisi

variasi gelombang H0/L0 disajikan pada Gambar 4.1.

12
30

25

20
z ( cm )

15

10

0
60 80 100 120 140 160 180 200 220x ( cm ) 240

Air Profil Awal Profil Stabil T=0.6 H0/L0=0.048


Profil Stabil T=1 H0/L0=0.015 Profil Stabil T=1.5 H0/L0=0.005 Profil Stabil T=2 H0/L0=0.002
Profil Stabil T=2.5 H0/L0=0.001 Profil Stabil T=3 H0/L0=0.001 Profil Stabil T=3.5 H0/L0=0.001
Profil Stabil T=4 H0/L0=0.0002 Profil Stabil T=1 H0/L0=0.025 Profil Stabil T=1.5 H0/L0=0.009
Profil Stabil T=2 H0/L0=0.004 Profil Stabil T=2.5 H0/L0=0.002 Profil Stabil T=3 H0/L0=001
Profil Stabil T=3.5 H0/L0=0.001 Profil Stabil T=4 H0/L0=0.0004 Profil Stabil T=0.9 H0/L0=0.042
Profil Stabil T=1 H0/L0=0.042 Profil Stabil T=1.5 H0/L0=0.010 Profil Stabil T=2 H0/L0=0.005
Profil Stabil T=2.5 H0/L0=0.002 Profil Stabil T=3 H0/L0=0.002 Profil Stabil T=3.5 H0/L0=0.001
Profil Stabil T=4 H0/L0=0.0005

Gambar 4.1. Envelope profil kelandaian pada pantai pasir stabil, = 0.88,
H0/L0 = 0.0003 – 0.06. (Hasil penelitian)

13
Untuk lebih memudahkan dan sesuai dengan hasil eksperimen disertasi,
pembagian kelandaian pada pantai pasir disederhanakan menjadi Gambar 4.2.

nf1
Formasi bar
nf1
nf2 Formasi berm
Kelandaian awal
nf2
nf3

nf3

(a)

nf1 nf1
nf2 nf2

nf3
nf3

Formasi berm
2
Formasi bar
1
(b)

Gambar 4.2.Skema pembagian profil kelandaian pantai pasir buatan stabil.


Gambar 4.3. Skema profil kelandaian (nf ), (nf α) dan (nf ) yang digunakan dalam
penelitian disertasi ini.
1. Profil Kelandaian pada Area Swash zones atau Run Up- Run Down (nf )

14


Dari hasil analisa envelope profil kelandaian beserta grafik pada Gambar

4.4., dengan karakteristik material sedimen = 0.285 – 2.72 diperoleh profil

kelandaian pantai pasir adalah tan = 0.5 – 0.098 atau nf = 1.98 – 10.12. Dari
hasil kajian teoritis dengan nilai = 1 – 1.8, menunjukkan bahwa pada area

swashzone, semakin besar nilai , nilai kelandaian sedikit menuju kearah

semakin tegak.

1
Kajian Teori, K = 1
Karakteristik Material
Data Eksp.nf , Bar, 2.72
Sedimen = 0.285 - 2.72
Data Eksp.nf , Berm, 2.72
Data Eksp.nf , Berm, 0.285
0.1
Data Eksp.nf , Bar, 0.285
H0/L0 Kajian Teori, K = 1.8

0.01

0.001
0.01 0.1 1
Slope (tan )

0.0001

Gambar 4.4. Hubungan antara (tan ) dan H0/L0,data hasil penelitian dan kajian
teoritis, = 1 – 1.8.

2. Profil Kelandaian Pantai Pasir di Area antara Swashzone dan terjadinya


Bar atau Berm (nf ).

Dari Gambar 4.5. diperoleh profil kelandaian pantai pasir stabil adalah tan α =
0.518 – 0.129 atau nfα = 1.94 – 7.77, dan tan β = 0.197 – 0.248. atau nf = 4.03
– 5.38.
Kemudian, dari Gambar 4.5. diperoleh hasil kajian empiris berdasarkan hasil
kalibrasi, dan Persamaan empiris kelandaian tan α juga didapatkan persamaan
empiris kelandaian pantai ( ), dimana terjadi profil kelandaian peralihan
antara bar dan berm adalah sebagai berikut.

15
1.00000
tanβ5 = 0.248, K = 1.94
Dataω2/gD= 2.72, Bar
Dataω2/gD= 2.72, Berm
Dataω2/gD= 1.129, Bar
Dataω2/gD= 1.129, Berm

0.10000 tanβ4 = 0.238, K = 2.08


Dataω2/gD= 0.88, Bar
Dataω2/gD= 0.88, Berm
H0/L0
tanβ3 = 0.228, K = 2.12
Dataω2/gD= 0.67, Bar
Dataω2/gD= 0.67, Berm
0.01000 tanβ1 = 0.188, K = 1.98
tanβ2 = 0.216, K = 2.04
Kajian Empiris tanα, Kα = 0.108
Kajian Empiris tanα, Kα = 0.098
Kajian Empiris tanα, Kα = 0.088
Kajian Empiris tanα, Kα = 0.082
0.00100 Kajian Empiris tanα, Kα = 0.07
0.0 0.1 1.0 Kajian Empiris tanβ,Kβ = 1.9 10.0
Kajian Empiris tanβ,Kβ = 2.12
Slope (tanα)

0.00010

Gambar 4.5. Hubungan antara kelandaian pantai pada area swashzone (tan α)
dengan gelombang gelombang ( ), = 0.285 – 2.72.

Sebaran data hasil penelitian uji model fisik 3 Dimensi dengan struktur
pelindung gabungan Groin I dan L yang disajikan pada Gambar 4.6.,hasil
penelitian disertasi yang diplotkan adalah hasil penelitian pantai pasir buatan pada
area terbuka dibandingkan dengan hasil kajian teoritis. Pada gambar grafik terlihat
bahwa untuk model pantai pasir buatan dengan model A, Lx/Ly = 1.6 / 1.08, pada
zona ini terbentuk formasi bar yang identik dengan hasil kajian teoritis.

16
1.00000
Kajian Empiris tanα, ω2/(gd50 )= 3.03

Kajian Empiris tanα, ω2/(gd50 )= 1.129

Kajian Empiris tanα, ω2/(gd50 )= 0.88

0.10000 Kajian Empiris tanα, ω2/(gd50 )= 0.67

Kajian Empiris tanα, ω2/(gd50 )= 0.285


H0/L0
tanβ1,K = 1.98

tanβ2,K = 2.2
0.01000
Eksp 3 D, Zona Terbuka, Barω2/(gd50 ) = 2.74

Horikawa III (1975), Bermω2/(gd50 ) = 0.68, d50=0.278


mm.

0.00100
0.0 0.1 1.0 Slope (tanα) 10.0

0.00010

Gambar 4.6.. Hubungan antara Slope (tan α) dengan H0/L0,perbandingan antara


kajian teoritis dengan data penelitian 3-D-1, zona terbuka Model A

5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian analisa dan pembahasan atas kajian


teoritis, hasil eksperimen 2 (dua) dimensi selanjutnya dibuat kesimpulan
seperti diuraikan berikut ini.
1. Parameter yang berpengaruh terhadap profil kelandaian pada area
swashzone ( ) dan area diantara swashzone dan gelombang pecah (formasi
bar atau berm) ( ) pada pantai pasir buatan adalah tinggi gelombang (H),
periode gelombang (T), panjang gelombang (L), tinggi gelombang pecah
(Hb), run up gelombang (Ru) , run down gelombang (Rd), kecepatan aliran
pada lereng kelandaian keatas pada area swash zone (UUp) dan kecepatan
aliran pada lereng kelandaian kebawah pada area swash zone (UDw),
kecepatan jatuh material timbunan (ω), diameter material timbunan (d50),
berat jenis material timbunan (γs). nf = f(H, Hb ,T, ω, d50, Uup ,UDw)

17
2. Pada kondisi pantai pasir stabil, perbandingan kecepatan aliran pada lereng
kelandaian keatas pada area swash zone (UUp) dan kecepatan aliran pada
lereng kelandaian kebawah pada area swash zone (UDw) mendekati 1 (satu)

, yaitu ≈ (1 − 1,2)

3. Dari hasil kajian teoritis, dengan kalibrasi hasil eksperimen, didapatkan


persamaan teoritis hubungan antara kelandaian pantai pada area swashzone
(run up-rundown) ( ) dan gelombang ( ) mengikuti Persamaan 5.7.

tan = ∙ ∙ sin , dengan = 1 – 1.6

4. Hasil analisa envelope profil kelandaian pada area swashzones, dengan

karakteristik material sedimen = 0.285 – 2.72 diperoleh profil

kelandaian pantai pasir stabil adalah tan = 0.18 – 0.1 atau nf = 1.2 –

10.8. Dari hasil kajian teoritis dengan nilai K =f ( ), menunjukkan

bahwa pada area swashzone, semakin besar karakteristik material


timbunan, kelandaian akan semakin (tegak).
5. Hasil (envelope) kelandaian pada area area diantara swashzone dan
gelombang pecah (formasi bar atau berm) yang terjadi pada kondisi

sedimen = = 0.285 – 2.72, adalah tan α = 0.518 – 0.129 atau nfα = 1.94

– 7.77.
6. Dari hasil kajian empiris, dengan kalibrasi hasil eksperimen, didapatkan
persamaan teoritis hubungan antara kelandaian pantai pada area diantara
swashzone dan gelombang pecah (formasi bar atau berm) (α) dan
gelombang ( ) mengikuti Persamaan 5.8. dan Persamaan 5.9.=

= , dengan = 0.092( )
.

5. Semakin besar nilai , kelandaian akan bergeser kearah semakin

tegak.

18
6. Kelandaian pantai ( ), dimana terjadi peralihan profil kelandaian dengan

bar dan berm, untuk = 0.285 – 2.72 , berada pada tan β = 0.197 –

0.248. atau nf = 4.03 – 5.38.


7. Dari hasil kajian empiris, dengan kalibrasi hasil eksperimen, didapatkan
persamaan kelandaian pantai ( ), dimana terjadi peralihan profil
kelandaian dengan bar dan berm adalah sebagai berikut. (Persamaan 5.10.
dan Persamaan 5.11)

= , dengan = 2( ) , atau ≈2

Hal ini berarti kelandaian sudut peralihan ( ) antara profil pantai dengan

bar dan berm tidak dipengaruhi oleh karakteristik material, untuk =

0.285 – 2.72.
8. Batas pengaruh sedimen (ω) dan gelombang terhadap profil pada pantai
pasir buatan stabil berdasarkan persamaan profil pantai yang diturunkan
oleh Dean (2001), diperoleh hasil kajian teoritis, yaitu

= .

yang juga merupakan persamaan teoritis profil pantai stabil dengan batas
terjadinya bar maupun berm. Dari hasil perbandingan kajian teoritis dan
hasil penelitian diperoleh bahwa berm pada profil pantai, akan terjadi pada

kondisi batas < dengan K = 12.

9. Hasil eksperimen 3 D menunjukkan kelandaian pantai stabil yang terjadi


untuk area terbuka dengan struktur pelindung gabungan groin I dan L,
menunjukkan kelandaian pantai stabil (nfα) adalah berkisar 0.25 ≤ tan α≤
0.35 atau nfα = 4 sampai dengan nfα = 6, profil kelandaian bar. Hasil
eksperimen 3 D, dengan struktur pelindung pantai pasir buatan dengan
Groin I dan L, tidak bisa dibandingkan langsung terhadap hasil kajian
teoritis. Hal ini karena pada area tersebut terjadi arus nearshore, dimana
pola arus dibelakang struktur sangat berpengaruh terhadap alignmen dan
distribusi material sedimen hingga terbentuk profil stabil. Hasil analisa

19
eksperimen 3 dimensi dan studi kasus masuk dalam grafik hasil kajian
teoritis.

5.2.Rekomendasi

1. Perencanaan profil kelandaian pantai pasir dapat menggunakan persamaan


dan grafik-grafik dalam penelitian disertasi ini dengan tetap
memperhatikan batasan penelitian ini.
2. Penelitian profil kelandaian pantai pasir dengan variasi material sedimen
yang lebih banyak masih perlu dilakukan. Disarankan untuk memodelkan
karakteristik sedimen secara detail, dengan menggunakan pemodelan skala
besar serta memanfaatkan pembangkit gelombang irregular untuk
mendapatkan hasil penelitian yang lebih mendekati fenomena alam yang
sebenarnya.
3. Penelitian studi kasus lapangan yang lebih mendetail perlu dilakukan, yaitu
untuk mengetahui efektifitas kinerja struktur pelindung dan untuk
mengidentifikasi variabel lapangan yang mungkin masih signifikan
berpengaruh.
4. Perancangan dan aplikasi pembangunan pantai pasir buatan di lapangan
sebaiknya dilakukan berdasarkan pedoman perancangan yang disusun dari
hasil-hasil penelitian termasuk hasil penelitian dalam disertasi ini disertai
informasi lapangan tentang kinerja system pada suatu proyek percontohan
yang telah ada.
5. Penelitian lanjutan teoritis, numerik dan eksperimental kelandaian pantai
pasir stabil akibat gelombang terutama pada area gelombang pecah masih
perlu dilakukan. Hal ini perlu dilakukan, di samping untuk menambah
referensi profil pada pantai pasir buatan stabil, juga untuk mematangkan
desain dan metode profil kelandaian pantai sebelum diaplikasikan di
lapangan agar diperoleh desain yang baik dan efektif, sehingga kehilangan
material timbunan pada pantai pasir buatan akan dapat diminimalisir.

20

Anda mungkin juga menyukai