Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan pantai merupakan daerah yang kompleks, namum


mempunyai potensi sumber daya alam yang besar dan menjadi penting
bagi Sebagian besar negara. Pemanfaatan sumber daya lingkungan
pantai mampu meningkatkan perekonomian dari hasil pemanfaatan
sumber daya alamnya. Pemanfaatan daerah pantai dapat berupa
pemanfaatan untuk parawisata, perikanan, Pelabuhan dan masih banyak
lagi pemanfaatanya. Namum, wilayah pantai merupakan sistim dengan
kesimbangan yang dinamis dan tidak stabil. Provinsi Maluku merupakan
sebuah provinsi yang mempunyai pulau terbanyak di indonesia dengan
memiliki luas daratan yang jauh lebih kecil dari pada luas lautan.
Olehnya itu perlu dijaga sehingga luas daratan tetap terjaga dari
ancaman gelombang yang dapat mengakibatkan terjadinya erosi pantai
yang berdampak pada memperkecil luas daratan. Pulau seram yang
berada di Kabupaten Maluku Tengah memiliki pesisir pantai yang
panjang tidak terlepas dari masalah kerusakan pantai yang di sebabkan
oleh gelombang dan arus. Salah satunya adalah Negeri Wolu yang
berada di Kecamatan Telutih Kabupaten Maluku Tengah dengan
panjang pantai ± 200 meter.
Kerusakan pantai yang terjadi dinegeri Wolu ini cukup parah, yang
disebabkan oleh gelombang dan arus yang mangakibatkan kemunduran
garis pantai ke arah darat. Jarak garis pantai dengan permukiman
penduduk ± 10 meter. Jika dilihat dari angka ini, bukan tidak mungkin
beberapa tahun kedepan garis pantai akan terus mengalami kemunduran
kearah darat dan masuk kearah pemukiman penduduk. Sebagian besar
penduduk Negeri Wolu memiliki mata pencaharian sebagai nelayan.
Sehingga penduduk banyak bermukim didaerah pesisir pantai. Dengan
adanya penduduk yang menghuni pesisir pantai maka tentu saja terdapat
fasilitas umum yang berada di dekat pesisir pantai tersebut seperti jalan

1
raya dan masjid. Pada kondisi pasang tertinggi, air laut dapat hampir
mencapai rumah penduduk. Bahkan banyak pohon disekitar pantai
tersebut yang rusak akibat hantaman gelombang air laut. Perubahan
garis pantai ini dirasa cukup mengancam, baik itu rumah penduduk,
fasilitas umum maupun ekosistem yang berada disekitar pantai tersebut.
Berdasarkan semua penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul :‘‘ ALTERNATIF BANGUNAN
PELINDUNG BERDASARKAN ANALISA PERUBAHAN GARIS
PANTAI DI NEGERI WOLU KECAMATAN TELUTIH
KABUPATEN MALUKU TENGAH”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka yang
menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah:
1.
Berapa besar panjang, tinggi dan kecepatan gelombang pecah di
negeri Wolu Kecamatan Telutih ?
2.
Berapa besar perubahan garis pantai di negeri Wolu Kecamatan
Telutih ?
3.
Konstruksi bangunan Pantai apa yang layak digunakan untuk
melindungi pantai di negeri Wolu Kecamatan Telutih ?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian dalam penulisan antara lain :
1.
Menganalisa panjang, tinggi dan kecepatan gelombang pecah di
negeri wolu Kecamatan Telutih.
2.
Menganalisa perubahan garis pantai di negeri wolu Kecamatan
Telutih.
3.
Menentukan konstruksi bangunan pantai apa yang layak
digunakan untuk melindungi pantai di negeri Wolu Kecamatan
Telutih.

2
1.4 Manfaat Penelitian
1.
Menambah ilmu pengetahuan bagi penulisan khususnya dalam
menganalisa perubahan garis pantai.
2.
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan perhatian
bagi Pemerintah Negeri Wolu untuk mengatasi dampak dari
perubahan garis pantai.
3.
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi institusi
maupun menjadi penelitian lainya yang memiliki topik terkait
dengan penelitian ini.

1.5 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penulisan ini antara lain :
1.
Menganalisa gelombang dengan menggunakan data angin
sepuluh Tahun terakhir.
2.
Penelitian ini hanya berfokus pada menganalisa perubahan garis
pantai serta melakukan penentuan bangunan alternatif pelindung
pantai tanpa melakukan perencanaan Bangunan.
3.
Menentukan alternatif pelindung pantai berdasarkan teori dan
data gelombang yang terjadi dipantai tersebut.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori pantai


Pantai secara umum diartikan sebagai batas antara wilayah yang
bersifat daratan dengan wilayah yang bersifat lautan. Pantai merupakan
daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan surut
terendah. Daerah pantai sering juga disebut daerah pesisir atau wilayah
pesisir. Daerah pantai atau pesisir adalah suatu daratan beserta perairannya
dimana pada daerah tersebut masih dipengaruhi baik oleh aktifitas darat
maupun oleh aktifitas kelautan (Kristian, 2019).
Pantai adalah alur batasan antara darat dan laut, diukur pada saat
pasang tertinggi dan surut terendah, dipengaruhi oleh fisik laut dan sosial
ekonomi bahari, sedangkan ke arah darat dibatasi oleh proses alami dan
kegiatan manusia di lingkungan sarat (Triatmojo, 1999). Pada daerah Pantai
sendiri terdapat tiga hal yang sangat berkaitan yaitu daratan, lautan dan
angin. ketiga hal ini sangat saling mempengaruhi seperti angin yang bertiup
ke permukan air membuat gelombang dan gelombang yang terjadi kadang
membawa matrial tanah dari satu tempat ke tempat yang lain,seperti
mengikis tanah dan membawanya ke tempat lain secara berulang-
ulang.akibat dari proses ini maka terjadilah perubahan garis pantai tanpa di
sadari oleh manusia.akan tetapi bebrapa pantai tidak selalu mengalami
perubahan karena memiliki penahan atau penagkal gelombang alami seperti
adanya hutan bakau,dan karang yang berada di sepanjang tepian garis
pantai.

2.2. Transpor sedimen


Sedimentasi merupakan salah satu proses yang terjadi sebabkan oleh
alam dan aktivitas manusia yang berujung pada pengendapan. sedimentasi
terjadi biasanya di kawasan pantai dan laut. Dalam ilmu teknik pantai
dikenal pergerakan sedimen pantai atau transport sedimen pantai. Sebaran
sedimen pantai atau transpor sedimen pantai adalah gerakan sedimen yang

4
di sebabkan oleh gelombang dan arus.arus dan gelombang merupakan faktor
kekuatan utama transport sedimen yang menentukan arah dan sebaran
sedimen.kekuatan ini juga yang menyebabkan karakteristik sedimen
berbeda sehingga komponen dasar perairan tersusun oleh bermacam-macam
sedimen.hal ini di sebabkan bentuk yang berbeda akan diendapkan pada
jarak yang berbeda dari sumbernya oleh kekuatan energi transportasinya
yang sama. (Rifardi.2012)
Transpor sedimen pantai sendiri adalah gerakan sedimen di daerah
pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya.
Transport sedimen pantai inilah yang akan menentukan terjadinya
sedimentasi atau erosi di daerah pantai.( Triatmojo,1999). Ada tiga
kelompok populasi sedimen yaitu gravel (kerikil) terdiri dari partikel
tunggal seperti boulder,cobble dan pebble; sand (pasir) terdiri dari pasir
sangat kasar ,kasar,medium,halus dan sangat halus serta mud(lumpur) terdiri
dari clay dan slit.(Rifardi.2012) Pada daerah pantai yang memiliki
karakteristik sedimen pasir halus, proses sedimen dipengaruhi oleh aktivitas
Oseanografi berupa arus, gelombang dan pasang surut(Putra, 2010).
Perpindahan sedimen pantai dapat diakibatkan oleh arus sungai,
gelombang, arus pasang surut, angin, dan penambangan pasir disekitar
pantai.Sedimen yang berasal dari erosi sungai, tebing pantai, dan dasar laut
kemungkinan akan diangkut ke lepas pantai oleh Rip Current. Sedangkan
sedimen dari lepas pantai ke garis pantai akan diangkut oleh arus gelombang
(mass transpor) dan longshore current.
Transpor sedimen dibedakan menjadi dua yaitu transport sedimen
menuju pantai (onshore), yang memiliki arah rata-rata tegak lurus pantai
dan meninggalkan pantai (offshore transport), yang memiliki transport
sepanjang pantai (longshore transport) yang memiliki arah rata-rata sejajar
pantai.
Transport sedimen tegak lurus pantai dapat dilihat pada kemiringan
pantai dan bentuk dasar lautnya.proses transport sesdimen tegak lurus
sendiri biasanya terjadi pada daerah teluk dan pantai yang cenderung
memiliki gelombang yang tenang.pada saat terjadinya pergantian musim

5
dan terjadinya ombak,energi yang di hasilkan gelombang akan membuat
keadaan garis pantai mengalami perubahan sehingga terjadinya erosi yang
di tandai berubahnya garis pantai dan muncul adanya dinding pantai.
Karena terjadinya perubahan pantai akibat gelombang maka akan
mengakibatkan terbentuknya lembah namun hal itu juga akan dibarengi
dengan terbentuknya punggungan disepanjang lembah tersebut. Karana
peristiwa ini maka mengakibatkan terjadinya perubahan posisi gelombang
pecah karena pada umumnya gelombang akan pecah sebelum mencapai
punggungnya.
Transpor sedimen sejajar pantai terjadi pada daerah pantai yang
langsung berbatasan dengan samudera. Tranport sedimen jenis ini dapat
lebih muda terlihat karena transport jenis ini memberi pengaruh terhadap
bangunan – bangunan pantai yang menjorak ke laut. Akibat adanya
transport sedimen ini maka pada bangunan pantai yang menjulur ke laut
akan mengalami perbedaan pada kedua sisi bangunan pantai tersebut. Pada
satu sisi bangunan tersbeut akan di temukan adanya proses sedimentasi
sedangkan pada sisi lainnya terjadi proses erosi. Maka dari itu dalam
perencanaan untuk mendirikan bangunan pantai harus diperkirakan seberapa
besar pengaruh dan dampak dari transpor sedimen sebagai fungsi dari
gelombang dan arus. Hal itu harus dilakukan untuk mencegah kerusakan
pada daerah pantai. Akibat dari terjadnya transport sedimen sejajar pantai
sering di tandai dengan terbentuknya daratan yang beerada di antara satu
pulau dengan daratan utama.daratan yang muncul tersebut di kenal dengan
sebutan tombolo. Transpor sedimen sepanjang pantai dapat dihitung dengan
mengunakan rumus empiris. Rumus untuk menghitung transport sedimen
sepanjang pantai dikembangkan berdasarkan data pengukuran model dan
prototip pada pantai berpasir yang merupakan hubungan antara transpor
sedimen dan komponen fluks energi gelombang sepanjang pantai dalam
bentuk (Triatmodjo, 1999) :
𝜌𝑔
P1 = 𝐻2 𝐶 sin cos
𝛼
8 𝑏 𝑏 𝑏

𝛼𝑏 ………....................................…….................................………(2.1)

6
Dimana :
P1 = Rapat massa air laut (kg/m3)
Hb = Tinggi gelombang pecah (m)

Cb = Kecepatan rambat gelombang (m/d) = √𝑔𝑑𝑏


𝛼𝑏 = Sudut dating gelombang pecah

CERC (1984), memberikan hubungan berikut :


Qs = 1290P1................................................................................................................(2.2)
Di mana :
Qs = Angka sedimen sapanjang pantai (m3/hari)

2.3. Erosi pantai


Erosi merupakan proses pengikisan pantai oleh gerusan air laut yang
disebabkan oleh meningkatnya permukaan air ataupun gelombang laut yang
bersifat merusak.Pada saat gelombang mendesak pantai, gelombang mulai
bergesekan dengan dasar laut, dan menyebabkan terjadinya turbulensi yang
kemudian membawah material dari dasar pantai atau mengakibatkan
terkikisnya butir – butir pasir di pantai. (Christina, 1984)
Erosi Pantai merupakan kemunduran garis pantai kea arah darat, yang
dapat merusak kawasan pemukiman dan prasarana kota. Erosi pantai bisa
terjadi secara alami karena serangan gelombang atau karena adanya
kegiatan manusia berupa penebangan hutan bakau, pengambilan karang
pantai, pembanguanan pelabuahan, reklamasi pantai dan lain - lain.
Erosi pantai dengan abrasi pantai memiliki perbedaan, seperti yang
dijelaskan oleh Yuwono (2005) dalam wibowo (2012), yaitu bahwa erosi
pantai diartikannya sebagai proses mundurnya garis pantai dari kedudukan
semula yang disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara pasokan
dan kapasitas angkutan sedimen,sedangkan abrasi pantai di artikan dengan
proses terkikisnya batuan atau matrial keras seperti dinding atau tebing batu
yang biasanya di ikuti dengan longsoran dan reruntuhan matrial.

7
Jenis-jenis atau type pantai berpengaruh pada kemudahan teradinya
erosi pantai. Berikut ini adalah penggolongan pantai di Indonesia
berdasarkan tipe – tipe paparan (shelf) dan perairan yaitu antara lain :
1.
Pantai Paparan
Pantai ini merupakan pantai dengan proses pengendapan yang lebih
dominan dibandingkan proses erosi atau abrasi.
2.
Pantai Samudra
Pantai ini merupakan pantai dimana proses erosi lebih dominan
dibandingkan dengan proses sedimen.
3.
Pantai Pulau
Pantai pulau merupakan pantai yang menggeliling pulau kecil.pantai ini
dibentuk oleh endapan sungai,batu gamping,endapan gunung berapi
atau endapan lainnya.
Proses kerusakan pantai yang berupa erosi pantai sering terjadi dan
sering di sebabkan secara alami maupun buatan.Untuk membuat
perancanana pelindung pantai maka Pemahaman akan sebab terjadinya erosi
merupakan salah satu hal penting untuk melakukan perencanaan
perlindungan pantai. Perlindungan pantai yang baik seharusnya bersifat
komprehensif dan efektif untuk menanggulangi permasalahan kerusakan
yang ada.
Untuk itu peneganan masalah yang terjadi di pantai seperti erosi
pantai,maka harus di ketahui atau di identifikasi terlebih dahulu. Karean
secara umum sering di ketahui yang membuat terjadinya kerusakan pantai
yaitu angin dan gelombang.

2.4. Angin
Angin merupakan energi yang terjadi dikarenakan adanya perbedaan
suhu antara udara dingin dan panas yang mengalir.(Kadir,1995). Angin
adalah udara yang bergerak sehingga memiliki kecepatan,tenagga, dan
arah.Penyebab dari pergerakan ini adalah pemanasan bumi oleh radiasi
matahari.Gerakan udara juga di sebabkan oleh berubahnya temperature di
atmosfer.saat terjadinya perpanasan udara maka rapat massanya akan

8
berkurang, sehingga udara tersebut naik dan terjadinya pergantian oleh
udara yang suhunya lebih rendah atau dingin yang berada di
sekitarnya.perubahan temperature atmosfer sendiri terjadi saat proses
penyerapan panas dari tanah dan air serta perubahan yang disebabkan oleh
siang dan malam, atau karena adanya pergantian musim dari musim dingin
ke musim panas.
Di Indonesia sendiri sering terjadinya musim yang di kenal dengan
musim timur dan musim barat.istilah ini banyak di ketahui banyak orang
tetapi kadang di tiap-tiap daerah mengenalnya dengan istilah lain tapi
memiliki arti yang mengerucut kepada hal yang sama sesuai dengan arah
utama angin yang bertiup di suatu daerah tertentu.kecepatan angin dapat di
ukur dengan suatu alat yaitu anemometer. Tetapi jika alat pengukur ini tidak
ada maka kecepatan angin dapat diperkirakan berdasarkan keadaan
lingkungan dengan menggunakan skala Beaufort. seperti pada tabel 2.1
dibawah ini :
Tabel 2.1.Skala Beaufort: (Triatmodjo, 2010)
Tingkat Sifat Angin Keadaan Lingkungan V P
0 Sunyi (calm) Tidak ada angin, asap mengumpul. 0–1 0,2

1 Angin sepoi Arah angin terlihat pada arah 1–3 0,8


asap,tidak ada bendera angin.

2 Angin sangat Angin terasa pada muka,daun 4–6 3,5


lemah ringan bergerak.

3 Angin lemah Daun atau ranting terus menerus 7 – 10 8,1


bergerak.

9
Lanjutann Tabel 2.1

Debu atau kertas tertiup,ranting


4 Angin sedang dan cabang kecil bergerak. 11 –16 15,7

Pohon kecil bergerak, buih putih


5 Angin agak dilaut. 17 - 21 26,6
kuat
Dahan besar bergerak, suara
6 Angin kuat mendesir kawat tilpun. 22 - 27 41,0

Pohon seluruhnya bergerak,


7 Angin perjalanan diluar sukar. 28 - 33 60,1
kencang
Ranting pohon patah, perjalanan
8 Angin sangat menentang angin. 34 - 40 83,2
kuat
Kerusakan kecil pada
9 Badai rumah,genting tertiup dan 41-47 102,5
terlempar.

Pohon tumbang,kerusakan besar


10 Badai kuat pada rumah. 48-55 147,5

Kerusakan karena badai terdapat


11 Angin ribut dideaerah luas. 56-63 188,0

Pohon besar tumbang,rumah rusak


12 Topan berat 64 213,0

Data angin yang di gunakan untuk peramalan gelombang adalah data


yang dipermukaan laut pada lokasi pembangkitan. Data tersebut di dapatkan
dari hasil pengukuran langsung pada permukaan laut menggunakan kapal
yang sedang berlayar atau di darat di lokasi peramalan yang kemudain akan
di olah atau di koversikan menjadi data angin laut. kecepatan angin di ukur
menggunakan alat pengukur yaitu anemometer dan dinyatakan dalam knot.
Satu knot adalah panjang satu menit garis bujur melalui khatuliswa
yang tempuh dalam satu jam, (1 knot = 1.852 km/jam=05 m/d ). Data angin
akan di tampilkan dalam bentuk table. dengan melakukan pencatatan angin
per jam maka akan di ketahui kecepatan angin, durasi, kecepatan angin
maksimum, dan arah angin sehingga dapat di hitung angin rata-rata harian.
Data angin yang diperlukan merupakan hasil pengamatan beberapa
tahun yang di tampilkan dalam bentuk tabel dengan jumlah data yang sangat

10
besar.Kemudian diolah dan di tampilkan kembali dalam bentuk diagram
yang disebut dengan mawar angin.

2.5. Gelombang
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunya air dengan arah tegak
lurus permukaan air laut. Gelombang laut di sebabkan oleh angin.Angin
dilautan mentransfer energinya ke perairan,menyebabkan riak-riak, alun
atau bukit,dan berubah menjadi gulungan gelombang.
Gelombang sendiri merupakan salah satu faktor penting dalam
menganalisis erosi pantai kerana gelombang merupakan faktor yang
mengakibatkan terjadinya kerusakan garis pantai. Gelombang juga di
pengaruhi oleh bebrapa faktor seperti angin, geometri laut dan gempa.
Gelombang juga dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung
pada daya pembangkitnya.
Tinggi gelombang rata – rata yang ditimbulkan oleh angin merupakan
fungsi dari kecepatan angin, Fetch (jarak tempuh gelombang) dan lama
hembus yang tak terbatas akan memberikan gelombang dengan periode dan
tinggi rata – rata yang tertentu, keadaan ini disebut Fully Developed Sea
(FDS). Tinggi gelombang juga dapat terus bertambah dan mencapai
maksimum pada saat energi yang didapat dari angin seimbang dengan
energi yang hilang karena adanya turbulensi maupun pecahnya gelombang.
(Yuwono,1982).
Gelombang memiliki sifat yang tergantung pada kecepatan
angin,durasi,dan jarak gelombang.Gelombang yang terbentuk oleh angin
akan sampai pada tepian pantai dan akan mengalami runup,serta penyurutan
yang kadang selalu terjadi pembawaan sedimen dan matrial di sekitar pantai
saat terjadinya proses penyurutan tersebut.

11
2.5.1 Kecepatan angin
Pengukuran angin yang di lakukan kebanyakan dari daratan.tetapi
seharusnya di dalam rumus-rumus pembangkit gelombang memerlukan
pengukuran di atas permukaan laut untuk di pakai datanya. Sehingga
diperlukan transformasi dari data angin di daratan yang terdekat dengan
lokasi penenlitian ke data angin di atas permukaan laut. Hubungaan antar
angin diatas laut dan angin didaratan terdekat di berikan oleh:
RL = UW/UL.......................................................................... (2.3)
Dimana:
Uw = Kecepatan angin di atas permukaan laut (m/s)
RL = Nilai yang di peroleh dari grafik hubungan antara
kecepatan angin di darat dan di laut
UL = Kecepatan angin di atas daratan (m/s)
Rumus serta grafik pembangkit gelombang mengandung variable UA,
yaitu faktor tegangan angin yang dapat dihitung dari kecepatan angin.
Setelah dilakukan berbagai konversi angin kecepatan angin seperti yang
dijelaskan diatas,kecepatan angin dikonversi pada faktor tegangan angin
dengan menggunakan rumus berikut (Triatmodjo,2010):
UA = W
1,23
…………………………………………….(2.4)
0,71U
Dimana :
Uw adalah kecepatan angin di laut dengan satuan m/d.

2.5.2 Fetch
Fetch adalah jarak perjalaanan tempuh gelombang dari awal
pembangkitanya. fetch ini di batasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi
laut, semakin panjang jarak fetchnya maka ketingginan gelombangnya
semakin besar. Pada daerah pembentukan gelombang, gelombang juga tidak
hanya di bangkitkan dalam arah yang sama dengan arah angin tetapi
kadang di bangkitkan dalam berbagai sudut terhadap arah angin. Fetch
rerata efektif di berikan dengan persamaan :
∑𝑋𝑖 cos 𝛼..................................................................................................
Feef = ∑ cos 𝛼 (2.5)

12
Dengan :
Feef : Fetch rerata efektif
Xi : Panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi
gelombang ke ujung akhir fetch
α : deviasi pada kedua sisi dari arah angin,dengan menggunakan
pertambahan 60 sampai sudut sebesar 420 pada kedua sisi dari arah
angin.

2.5.3 Peramalan gelombang laut


Berdasarkan kecepatan, durasi hembusan angin dan fetch maka akan
di lakukan peramalan dengan menggunakan garfik. hingga dari grafik
tersebut apabila panjang fetch (F), factor tegang angin (UA) juga durasi
diketahui maka tinggi dan periode gelombang signifikan dapat dihitung.
Karena adanya hubungan dengan gelombang maka terdapat bebrapa
persamaan yang di pakai dalam menghitung gelombang. Beberapa
persamaan yaitu:
Pada suatu lokasi tertentu akan terjadi pecahnya gelombang jika
gelombang menjalar dari tempat yang dalam ke tempat yang semakin
dangkal,maka pada lokasi dangkal tersebut gelombang akan perlahan mulai
pecah. Kondisi gelombang pecah tergantung pada kemiringan dasar pantai
dan kecuraman gelombang. Tinggi gelombang pecah dapat dihitung dengan
rumus berikut ini :
𝐻𝑏 ………………....……....................…………...……(2.6)
=
1
𝐻′0 𝘍
3,3 ( 𝐻 )⁄
0
𝑔𝑇2 3

Kedalaman air di mana gelombang pecah diberikan oleh rumus berikut :


𝑑 1 ……………………....................….……………….. (2.7)
. 𝑏𝑏
𝐻 𝑏− ( 𝑎𝐻 ) ⁄
𝑔𝑇2 13

Dimana a dan b merupakan fungsi kemiringan pantai m dan diberikan oleh


persamaan berikut :
a = 43,75 (1-e-19m)............................................................................ (2.8)
1,56 ....................................................................................................
b= (2.9)
(1+𝑒−19.5𝑚)

13
Dengan :
Hb : tinggi gelombang pecah
H’0 : tinggi gelombang laut dalam ekivalen (H’0 = Kr.H0)
L0 : panjang gelombang di laut dalam
db : kedalaman air pada saat gelombang pecah
m : kemiringan dasar laut
g : percepatan gravitasi
T : preiode
gelombang Kr : kofidien
refraksi

2.6. Kecepatan Arus


Arus adalah sistem sirkulasi dari samudra dalam arah pergerakan
vertical dan horizontal yang dibangkitkan oleh gaya gravitasi,gaya gesek
angin dan variasi kerapatan air pada bagian yang berada dalam samudra.
Arus secara umum dapat diartikan sebagai gerakan massa air laut arah
horizontal dari dasar laut hingga permukaan air laut. Bentuk kecepatan arus
laut semakin keatas permukaan air laut, kecepatan arusnya semakin
besar.Arus secara umum disebabkan oleh angin, perbedaan densitas air laut
dan perbedaan suhu, udara, dan air laut.(Denial, 2008).
Arus dekat pantai memainkan peran yang sangat penting dalam proses
traspor sedimen didaerah pantai yaitu didaerah nearshore yang merupakan
daerah dimana gelombang mulai pecah hingga ke arah garis pantai, (Danial,
2008).

2.7. Bangunan pelindung pantai


Pantai merupakan suatu kawasan yang sangat rentan terhadap
terjadinya perubahan yang di timbulan secara alami dari gelombang, badai,
maupun angin kecang yang dating dari laut, kerusakan pantai juga tak
selamanya berasal dari alam tetapi datang dari tingkah laku manusia seperti
pengambilan pasir dalam jumlah besar secara terus menerus,atau juga
penebangan hutan bakau yang tumbuh pada bebrapa tipe pantai hanya untuk
kebutuhan manusia saja tanpa memikirkan sebab dan akibatnya.maka dari

14
itu pantai yang menjadi salah satu tempat yang sangat membawa manfaat
bagi manusia harus di perhatikan agar tidak terjadinya kerusakan.
Secara alami, ancaman pada kawasan pantai yang paling segnifikan
adalah dari gelombang dan arus. Pantai dan infrastruktur disekitarnya perlu
dilindungi dari gelombang yang datang.Pola gelombang dan arus serta
sedimentasi yang terjadi di perairan pantai dapat menyebabkan kerusakan
pantai seperti terjadinya erosi pantai.(Danial, 2008).
Bangunan pelindung pantai digunakan untuk melindungi pantai
terhadap kerusakan karena serangan gelombang dan arus.ada bebrapa cara
yang dapat di lakukan untuk melindungi pantai yakni:
a) Memperkuat atau melindungi pantai agar mampu menahan serangan
gelombang
b) Mengubah laju transport sedimen sepanjang pantai.
c) Mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai.
d) Reklamasi dengan menambah suplai sedimen ke pantai atau dengan
cara lainnya.
Jenis-jenis bangunan pelindung pantai yang bisa digunakan untuk
melindungi pantai dari kerusakan pantai seperti erosi yaitu :
a) Revetment
Revetmet/seawall adalah bangunan berupa dinding penahan
gempuran gelombang yang ditempatkan disepanjang kawasan yang akan
dilindungi. Penggunaan seawall dimaksudkan untuk memperkuat tepi pantai
agar tidak terjadi pengikisan akibat gempuran gelombang. Bangunan
revretment adalah suatu jenis bangunan pengaman pantai yang mana
merupakan salah satu solusi untuk menanggulangi yang banyak aktifitas
parawisatanya.(Sangari et al., 2019).
Tetapi bila dinding penahan tidak direncanakan dengan
baik,bangunan tersebut dapat cepat rusak terutama kerusakan pada bagian
kaki. Karena itu pada bagian dasar perlu dirancang suatu struktur pelindung
erosi yang cukup baik. Secara kasar profil seawall dapat dikelompokan
dalam bentuk: vertikal, miring, lengkung cembung, dan lengkung cekung.

15
Struktur dinding yang vertical kurang efektif menahan hempasan
gelombang terutama overtopping dibanding dengan dinding cekung.
Pemakaian dinding vertical dapat mempercepat scouring di kaki seawall
(pada air dangkal).namun struktur ini sangat murah dan cepat pengerjaanya
(sheet pile).
Struktur dinding miring yang terdiri dari tumpukan batu sangat
efektif untuk menyerapdan menghancurkan gelombang, mereduksi run-up,
overtopping dan scour. Dinding cembung dan miring kurang efektif untuk
mereduksi run-up dan overtopping. Struktur dinding cekung merupakan
srtuktur yang paling efektif mereduksi overtopping gelombang jika angin
laut tidak begitu keras. Jika puncak struktur akan digunakan sebagai jalan
maka desain ini merupakan bentuk yang terbaik untuk melindungi puncak
dan mereduksi hempasan air.
b) Seawall
Seawall hampir sama dengan Revetment yaitu di buat sejajar pantai
tapi seawall memiliki dinding relatif tegak dan melengkng.seawaall juga
dapat di katakan sebagai dinding banjir yang yang beerfungsi melindungi
dan menahan terhadap kekuatan gelombang. seawall umunya di buat
dengan konstruksi padat seperti beton,turap baja atau kayu,pasangan batu
bata atau pipa beton sehingga seawall tidak meredam energi
gelombang,tetapi gelombang yang memukul permukaan seawall akan di
pantulakan kembali dan menyebabkan gerusan pada bagian tumitnya.
Seawall berfungsi sebeagai pelindung pantai terhadap serangan
gelombang untuk menahan terjadinya limpasan gelombang ke daratan di
belakangnya. Biasanya tembok laut di gunakan untuk melindungi daerah
pemukiman dan fasilitas umum yang sudah sangat dekat dengan garis
pantai.Bangunan ini biasanya berbentuk dinding vertikal, miring, lengkung,
atau bertangga dan biasa terbuat dari pasangan batu, dinding beton atau buis
beton.(Sangari et al., 2019).

16
Gambar 2.1 Bentuk-Bentuk Seawall (sumber : Mangor, Drønen, Kærgaard, &
Kristensen, 2016)

c) Groin
Groin adalah struktur yang dibangun secara tegak lurus atau
melintang dari garis pantai. Tujuan dari bangunan ini adalah untuk
menangkap transpor sedimen yang menjalar sepanjang pantai agar dapat
digunakan untuk menambah suplai sedimen di pantai tersebut sehingga
pantai menjadi lebih lebar arah laut. (Utara & Baguala, n.d.).
Umumnya konstruksi Groin berupa konstruksi rubble mound atau
tumpukan batu baik berupa batu alam maupun buatan, cassion beton, turap,
tiang yang di pancang sejajar,namun ada bebrapa groin yang terbuat dari
konstruksi kayu.
Groin hanya dapat di gunakan untuk menghentikan longshore
transport dan tidak menghentikan onshore-off shore transport.

Gambar 2.2 Groin dari tumpukan batu (sumber : Groin dari tumpukan batu
(triatmodjo,1999)

17
d) Breakwater
Breakwater adalah bangunan pelindung pantai yang bertujuan untuk
mengurangi besarnya energi gelombang yang akan merusak daerah tertentu.
Bangunan ini dapat terbuat dari tumpuan batu baik batu alam maupun batu
buatan (lebih dikenal dengan nama rubble mound). (Pratikto, 1996)
Breakwater di bangun sebagai salah satu pelindung pantai terhadap erosi
dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai.
Breakwater dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu pemecah
gelombang lepas pantai dan sambung panatai.tipe pertama banyak di
gunakan pada perlindungan perairan pelabuhan ,sedangkan tipe kedua
sebagai pelindung pantai terhadap erosi.

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bagan Alir Penelitian

START

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data

Tahap Persiapan :
1. Studi Lieratur
2. Survei Pendahuluan

Data Primer : Data Sekunder :


Peta Lokasi Penelitian
1. Perhitungan Pasang surut Pengukuran Garis Pantai
Data Angin (BMKG)
2. Dokumentasi
3.

Analisa Data

Hasil dan Pembahasan


Gambar 3.1.BaganAlir Penelitian
Kesimpulan dan Saran

Finish

19
3.2 Waktu Penelitian
Penulisan yang dilakukan untuk mendapatkan data-data dalam
penulisan tugas akhir maka waktu penelitian yang dibutuhkan dapat dilihat
dalam time schedule.
Tabel 3.1 Time Scedule Penulisan Skripsi
Tahun 2021 - 2022
No Jenis Kegiatan Sep Okt Nov Des Feb Mar Apr Mei Sep
Konsultasi Proposal
1 Dengan Dosen
Kosentrasi

2 Pengusulan Proposal

3 Seminar Proposal

4 Perbaikan Proposal

5 Penelitian
6 Seminar Hasil
Perbaikan Hasil
7 Penelitian
8 Usulan Ujian Skripsi

9 Ujian Skripsi

3.3 Lokasi Penelitian


Dalam Lokasi Penilitian yang ditinjau untuk pengambilan data yaitu
pada pantai Negeri (Desa) Wolu sudah mengalami kerusakan akibat erosi.

Gambar. 3.2. Lokasi Penelitian, Pantai Desa Wolu (Sumber: Google Earth)

20
3.4 Alat Penelitian
Dalam melakukan penelitian guna mendapatkan data – data yang
diperlukan, maka perlu adanya alat dan bahan yang dipakai dalam
mendukung pengukuran di lapangan, untuk itu alat dan bahan yang dipakai
yaitu :
1. Meter Rol
2. Alat Tulis
3. Tide Staff ( alat ukur pasang surut manual ), dan alat bantu lain seperti
Perahu Nelayan

3.5 Metode pengumpulan data

Untuk proses pengumpulan data sendiri diperlukan analisa yang


cukup teliti,karena semakin banyak data yang di dapatkan maka semakin
kompleks analisa yang akan di lakukan.Untuk itu dalam melakukan analisa
yang baik,maka di perlukan data,informasi,teori konsep dasar dan alat bantu
yang memadai agar membantu untuk mendapatkan data yang pasti.
1. Data Primer
Merupakan data yang didapat dari survei lapangan melalui pengamatan
dan pengukuran secara langsung : data pengukuran garis pantai dan data
pasang surut.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait dalam hal ini data
sekunder didapatkan dari badan Meteorologi dan Geofisika. Beberapa
data pendukung yang diperlukan adalah data angin, yang dibutuhkan
untuk menetukan distribusi arah angin dan kecepatan angin yang terjadi
di lokasi pengamatan dan peta lokasi.

21
3.6 Teknik Analisa Data
Analisa data yang dibutuhkan dan dikelompokan sesuai identifikasi
permasalahannya, sehingga dapat hasil analisa yang efektif dan
terarah,analisa data yang diperlukan yaitu :
1.
Perhitungan pasang surut
2.
Analisa data angin untuk peramalan gelombang. Pengolahan data angin
yang didapat dari BMKG menjadi mawar angin (skema feekusensi
angin) dan dilanjutkan dengan perhitungan fetch untuk mengetahui arah
angin terbanyak dan terbesar pada lokasi penelitian.
3.
Analisa erosi garis pantai akibat gelombang. Perhitungan perubahan
garis pantai dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan CERC
dengan memakai program Excel 2010 dan menghitung transport
sedimen pantai dengan menggunakan rumus.
4.
Penetuan bangunan pelindung pantai.

22

Anda mungkin juga menyukai