Anda di halaman 1dari 55

PENAWARAN TEKNIS PT.

ARTAMA INTERKONSULTINDO

Sesuai dengan pelingkupan studi, pada bagian Metode Studi ini akan menguraikan
mengenai metodologi yang digunakan dalam Penyusunan Amdal Pembangunan
Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 yang terdiri dari:

- Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data


- Metode Prakiraan Dampak Penting
- Metode Evaluasi Dampak Pening

Uraian untuk setiap metode penyusunan Dokumen Lingkungan akan disajikan didalam
sub bab dibawah ini.

MAKSUD DAN TUJUAN STUDI PRA STUDI

PENGUMPULAN DATA RANCANGAN DAN MODIFIKASI


METODE

PENGUMPULAN DATA SEKUNDER PENGUMPULAN DATA PRIMER

KOMPILASI DATA ANALISA LABORATORIUM

ANALISA DATA

IDENTIFIKASI, PREDIKSI DAN EVALUASI DAMPAK

LAPORAN STUDI ANDAL, RKL DAN RPL

Gambar 6.1 Bagan Alir Metode Pengumpulan Data Pekerjaan Penyusunan Amdal
Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6-1


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

6.1 METODE PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA

Pada bagian ini akan dijelaskan metode pengumpulan dan analisis data baik primer
dan/atau sekunder yang digunakan dalam prakiraan dampak. Metode pengumpulan
dan analisis data ini akan digunakan untuk :
a. Menelaah, mengamati, dan mengukur komponen rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diperkirakan mendapat dampak besar dan penting dari
lingkungan hidup sekitarnya;
b. Menelaah, mengamati dan mengukur komponen lingkungan hidup yang
diperkirakan terkena dampak besar dan penting.
Data primer yang diambil meliputi data-data yang menjadi isu penting yang akan
diperoleh dengan cara survei dan pengukuran langsung di lapangan serta pengambilan
contoh untuk dianalisis di laboratorium, selain itu juga akan dilakukan wawancara
langsung dengan masyarakat maupun aparat pemerintah setempat. Data sekunder
akan dikumpulkan melalui cara studi literatur serta informasi dari instansi terkait.

6.1.1 Penurunan Kualitas Udara

a. Metode Pengumpulan Data


Data yang diperlukan untuk aspek kualitas udara terdiri dari data primer dan data
sekunder yang berupa:
 Data hasil pengukuran kualitas udara ambien yang pernah dilakukan di sekitar
lokasi.
 Data perkiraan jumlah kendaraan berat dan alat berat yang akan digunakan
selama masa konstruksi dan perkiraan konsumsi bahan bakar.
Penentuan titik/lokasi sampling didasarkan atas pertimbangan arah dan kecepatan
angin yang dihubungkan dengan tapak rencana kegiatan. Parameter kualitas udara
ambien yang akan dianalisis dan dibandingkan dengan baku mutu menurut Keputusan
Gubernur DKI Jakarta Nomor 551 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien
Provinsi DKI Jakarta (untuk parameter SO2, NO2, CO, Ox, PM10, PM2,5 dan Pb).
Pengambilan contoh kualitas udara (sampling) dilakukan dengan mengalirkan udara
yang dihisap oleh pompa udara atau gas sampler yang berkecepatan rendah melalui
pereaksi kimia di dalam tabung impinger yang berbeda untuk setiap gas yang akan
diukur sesuai dengan metode yang digunakan.
Gas yang telah 'ditangkap' oleh pereaksi kimia dalam tabung impinger kemudian
dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer, kecuali untuk gas CO menggunakan
titrasi. Pengambilan contoh partikel debu dilakukan dengan menggunakan

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6-2


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

pompa udara berkekuatan tinggi (high volume sampler) dengan dilengkapi filter
khusus, kemudian dianalisis secara gravimetri. Setelah ditimbang, melalui filter
tersebut ditentukan kandungan logamnya dengan mendestruksi kertas filter dan
dianalisis dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer).

b. Metode Analisis Data


Pengukuran kualitas udara dilakukan dengan metode yang mengacu pada Keputusan
Gubernur DKI Jakarta Nomor 551 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien
Provinsi DKI Jakarta, Kepmen LH Nomor 50 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat
Kebauan (untuk parameter H2S dan NH3) seperti disajikan pada Tabel 6.1 dan Tabel
6.2.

Tabel 6.1. Baku Mutu Kualitas Udara Ambien menurut SK Gubernur DKI Jakarta
No Parameter Waktu Baku Metode Analisis Peralatan
Pengukuran Mutu
1. SO2 24 jam 0,1 ppm Pararosanilin Spektrofotometer
260 µg/m3
2. CO 8 jam 15.000 NDIR NDIR Analyzer
µg/m3
3. NO3 24 jam 0,05 ppm Saltzman Spektrofotometer
92,50
µg/m3
4. O3 1 jam 0,1 ppm Chemiluminescent Spektrofotometer
200 µg/m3
5. Debu 24 jam 0,26 µg/m3 Gravimetri Hi-Vol
6. Pb 24 jam 2 µg/m3 - Gravimetrik - Hi-Vol
ekstraktif - AAS
- Pengabutan
Tabel 6.2. Baku Tingkat Kebauan Menurut Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 50 Tahun 1996

No. Parameter Satuan Nilai batas Metode Peralatan


pengukuran
1. Amoniak (NH3) ppm 2,0 Indofenol Spektrofotometer
2. Hidrogen Sulfida (H2S) ppm 0,02 - Merkuri tiosianat - Spektrofotometer
- Absorsi gas - Gas Kromatografi

c. Lokasi Pengambilan Sampel


Lokasi pengambilan dampel kualitas udara akan dilaksanakan di titik-titik berikut ini:
 4 titik dilokasi terkena dampak pekerjaan pembangunan terpadu pesisir ibukota
negara tahap 2.
 4 titik dilokasi pemukiman penduduk

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6-3


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

 2 titik dilokasi akses jalan untuk mobilisasi kendaraan pengangkut.

6.1.2 Peningkatan Kebisingan

a. Metode Pengumpulan Data


Data yang diperlukan untuk tingkat kebisingan terdiri dari data primer dan data
sekunder yang berupa:
 Data hasil pengukuran tingkat kebisingan yang pernah dilakukan disekitar lokasi.
 Data perkiraan jumlah kendaraan berat dan alat berat yang akan digunakan
selama masa konstruksi.
Penentuan titik/lokasi sampling didasarkan atas pertimbangan sumber dampak dan
lokasi permukiman penduduk.

b. Metode Analisis Data


Pengukuran tingkat kebisingan akan dilakukan dengan metode yang mengacu pada
Kepmen LH Nomor 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan seperti disajikan
pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3. Metode Pengumpulan Tingkat Kebisingan

No. Parameter Satuan Alat

1. Kebisingan dB(A) Sound Level Meter

Untuk kebisingan pada prinsipnya pengumpulan sampel dilakukan dengan


menggunakan alat pengukur khusus yaitu sound level meter untuk mengukur tingkat
kebisingan. Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan selama sepuluh menit dengan
pembacaan nilai tingkat kebisingan setiap lima detik, sesuai dengan Lampiran II
Kepmen LH Nomor 48 tahun 1996.
Waktu pengukuran dilakukan selama aktivitas 24 jam (LSM) dengan cara pada siang hari
tingkat aktivitas yang paling tinggi selama 16 jam (L S) pada selang waktu 06.00 – 22.00
dan aktivitas malam hari selama 8 jam (L M) pada selang waktu 22.00 – 06.00. Setiap
pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling
sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling sedikit 3 waktu
pengukuran.

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6-4


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

c. Lokasi Pengambilan Sampel


Lokasi pengambilan contoh tingkat kebisingan akan dilakukan pada lokasi yang
dipandang representatif, yaitu di lokasi proyek disesuaikan dengan titik sampling udara
ambien sebanyak 10 titik.

6.1.3 Kualitas Air Permukaan

a. Metode Pengumpulan Data

Kualitas air merupakan komponen lingkungan yang diperkirakan akan menerima


dampak penting dari kegiatan. Parameter lingkungan yang akan ditelaah dari
komponen kualitas air adalah kualitas air tanah dan air permukaan. Data kualitas air
yang digunakan adalah data primer (pengamatan langsung) dan data sekunder.

Pelaksanaan pengambilan sampel ini, sangat berpengaruh terhadap keakuratan hasil


analisis laboratorium. Mengingat kesalahan pada saat pengambilan sampel akan
mempengaruhi struktur dan komposisi fisika-kimia air sampel tersebut, maka ketelitian
dalam pengambilan sampel sangatlah mutlak. Beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi antara lain: peralatan, bahan penolong, sarana pengambilan sampel, volume
contoh, pola kerja, cara pengawetan, dan waktu pengambilan. Keseluruhan metode
tersebut akan disesuaikan dengan SNI. 6989.57:2008, bagian 57 tentang metode
pengambilan contoh air permukaan.
Terhadap beberapa parameter, pengukuran langsung dilakukan di lokasi pengambilan
contoh uji, seperti:
 Penentuan pH, temperatur dan oksigen terlarut dengan menggunakan Water
Quality Checker.
 Pengamatan benda terapung dan lapisan minyak secara visual.
Untuk parameter lainnya yang uji contoh airnya dilakukan di laboratorium, dilakukan
pengawetan dan penyimpanan contoh uji.

b. Metode Analisis Data


Sampel dianalisis di laboratorium dan hasilnya dibandingkan dengan baku mutu yang
berlaku. Untuk air permukaan baku mutu air yang digunakan adalah PP Nomor 82
Tahun 2001.

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6-5


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Tabel 6.4. Metode Analisis Kualitas Air Permukaan

No. Parameter Metode Analisis Peralatan


Sifat Fisika
1. Kecerahan Visual Keping Secci
2. Kekeruhan Turbidimetri Turbidimeter
3. Padatan Tersuspensi Gravimetri Neraca Analitik
4. Padatan Terlarut Gravimetri Neraca Analitik
5. Temperatur Elektrometri Horiba Water Quality Checker
6. Bau **) Organoleptik
7. Warna **) Kolorimetri Spektrofotometer
Sifat Kimia
1. Amoniak bebas Nessler Spektrofotometer
2. Arsen Spektrofotometri Spektrofotometer Serapan Atom
3. Barium Spektrofotometri Spektrofotometer Serapan Atom
4. Besi Spektrofotometri Spektrofotometer Serapan Atom
5. Fluorida Spektrofotometri Spektrofotometer
6. Kadmium Spektrofotometri Spektrofotometer Serapan Atom
7. Klorida Titrimetri Buret
8. Kromium Val. 6 Spektrofotometri Spektrofotometer Serapan Atom
9. Krom total Spektrofotometri Spektrofotometer Serapan Atom
10. Mangan Spektrofotometri Spektrofotometer Serapan Atom
11. Nitrat Brusin Spektrofotometer
12. Nitrit Sulfanilik Spektrofotometer
13. Oksigen Terlarut Potensiometri DO-meter
14. PH Potensiometri pH-meter
15. Selenium Spektrofotometri Spektrofotometer Serapan Atom
16. Seng Spektrofotometri Spektrofotometer Serapan Atom
17. Sianida Spektrofotometri Spektrofotometer
18. Sulfat Turbidimetri Turbidimeter
19. Sulfida – H2S Iodometri Buret
20. Tembaga Spektrofotometri Spektrofotometer Serapan Atom
21. Timbal Spektrofotometri Spektrofotometer Serapan Atom
22. BOD Winkler Buret
23. COD Titrasi – K2CrO7 Buret
24. Timah putih *) Spektrofotometri Spektrofotometer Serapan Atom
25. Kobalt *) Spektrofotometri Spektrofotometer Serapan Atom
26. Raksa Spektrofotometri Spektrofotometer Serapan Atom

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6-6


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

No. Parameter Metode Analisis Peralatan


27. Kesadahan (Ca CO3) Titrimetri Buret
**)
Mikrobiologi
1. Koliform tinja **) Rapa atau filtrasi Tabel rapa, filter holder dan corong
counter
2. Total Koliform **) Rapa atau filtrasi Tabel rapa, filter holder dan corong
counter
Organik
1. Fenol Spektrofotometri Spektrofotometer
2. Minyak dan lemak Ekstraksi Freon Separating Funnels
3. Senyawa aktif biru Spektrofotometri Spektrofotometer
metilen
4. Pestisida Chromatografi GC

c. Lokasi Pengambilan Sampel


Lokasi pengambilan sampel air permukaan pada pembangunan terpadu pesisir ibukota
negara tahap 2 dilaksanakan di bagian hulu dan hilir daerah rencana kegiatan dengan
banyak 10 titik pengambilan sample.

6.1.4 Sistem Transportasi (Tingkat Pelayanan Jalan dan Kerusakan Fisik


Jalan)

Analisa lalu-lintas yang dilakukan pada dasarnya adalah pembandingan kondisi lalu-
lintas eksisting, dengan kondisi lalu-lintas selama proses konstruksi dan pasca
konstruksi (operasi). Untuk mengetahui perkembangan kondisi lalu lintas yang terjadi,
analisa traffic forecasting terhadap kondisi lalu-lintas saat ini juga dilakukan, untuk
mengetahui kondisi lalu-lintas pada tahun dimana pembangunan akan selesai (start
operating).

a. Metode Pengumpulan Data


Untuk mengkaji permasalahan transportasi yang timbul akibat kegiatan pembangunan
terpadu pesisir ibukota negara tahap 2 diperlukan data-data sebagai berikut :
 Rencana kegiatan yang ajan berpotensi menimbulkan permasalahan
transportasi;
 Volume lalu lintas di jalan eksisting yang terpengaruh;

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6-7


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

 Kondisi jalan dan kapasitas jalan eksisting


Metodologi pengumpulan data seperti diuraikan berikut ini :

 Penetapan Jaringan Jalan yang Terpengaruh Langsung


Penetapan jaringan jalan yang terpengaruh didasarkan atas pengaruh langsung dari
kegiatan pembangunan terpadu pesisir ibukota negara tahap 2. Dalam hal ini
ditetapkan jalan yang terpengaruh merupakan jalan yang digunakan untuk
mobilisasi kendaraan pengangkut material dan alat berat yaitu jalan eksisting. Hal
ini dilakukan untuk menilai kinerja jalan eksisting yanag akan digunakan terutama
pada saat konstruksi.
 Pengumpulan Data Primer
Untuk mengetahui volume lalu lintas maka dilakukan pengumpulan data primer
melalui pencacahan (traffic counting) terklasifikasi pada titik pengamatan yang telah
ditetapkan, baik pada jalan maupun simpang yang diidentifikasi terkena dampak
langsung dari rencana kegiatan.
 Pengumpulan Data Sekunder

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data instansi maupun studi literatur untuk
mencari beberapa analogi terkait permasalahan transportasi yang ditimbulkan oleh
kegiatan tersebut. Jenis-jenis data yang dikumpulkan antara lain:
 Studi Instansional
Studi ini bertujuan untuk mendapatkan data sekunder tentang tingkat
pertumbuhan lalu lintas, program prasarana jalan, rencana tata ruang dan
sistem transportasi, baik yang berkaitan langsung dengan rencana kegiatan
pembangunan terpadu pesisir ibukota negara tahap 2 maupun sistem
transportasi yang mendukung rencana kegiatan tersebut.
 Studi Literature
Studi ini dimaksudkan untuk mendapatkan referensi tentang permasalahan
transportasi yang sesuai dengan rencana pembangunan terpadu pesisir
ibukota negara tahap 2 dalam rangka mendapatkan analogi permasalan
transportasi yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut.

b. Metode Survey
Pemilihan metode survey dilakukan berdasarkan kondisi (kendala dan potensi)
wilayah studi, serta mempertimbangkan tingkat kedalaman dan ketelitian
data yang dibutuhkan pada proses selanjutnya. Pada studi ini survey primer yang
dilakukan terdiri dari survey lalu lintas dan survey kondisi jaringan jalan.

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6-8


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

 Survey di Ruas Jalan


Survey Volume Lalu Lintas Terklasifikasi, Metode survey yang digunakan adalah
dengan cara manual. Waktu survey yang dipilih adalah hari kerja (weekdays) dan
hari libur (weekend) untuk ruas jalan. Pencacahan kendaraan (traffic counting)
terklasifikasi pada titik pengamatan yang telah ditetapkan dilakukan pada periode
waktu puncak, yakni pagi antara jam 06.00-09.00, siang antara jam 11.00 -
15.00 dan sore antara jam 16.00-20.00. Waktu puncak ditetapkan berdasarkan
data pra survey yang mengindikasikan pola lalu-lintas harian pada jalan
tersebut, yakni terdapat jam - jam puncak pagi, siang dan sore seperti tersebut di
atas.
 Survey Geometrik
Survey geometrik dilakukan untuk mengetahui ukuran-ukuran (diameter) fisik
jalan yang sebenarnya, seperti lebar ROW, lebar perkerasan, trotoar dan bahu
irigasi. Metoda survey yang dilakukan adalah dengan cara manual
(menggunakan meteran). Geometrik ruas-ruas yang diukur adalah ruas irigasi
dan juga jembatan (bila ada) di sekitar lokasi studi. Dalam survey geometrik
ini juga dilakukan pengamatan penggunaan lahan di kanan-kiri irigasi dan
penggunaan bahu irigasi untuk mengetahui klasifikasi hambatan samping.
Survey geometrik ini tidak dipengaruhi oleh waktu survey.

c. Metode Analisis Data


Tujuan dari analisis sistem transportasi untuk mengkaji pola perkembangan sistem
transportasi darat, keterkaitan antar pusat kegiatan yang ada dengan yang akan
direncanakan untuk mengarahkan perkembangan penggunaan lahan di sekitar lokasi
kegiatan. Dalam buku Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI,1997) istilah
volume lalulintas diubah menjadi arus lalulintas, karena adanya pergerakan
yang memiliki dimensi besaran volume dan unsur waktu. Namun selanjutnya
untuk menyesuaikan dengan rumus, maka istilah Volume lalu lintas tetap
digunakan.
Tingkat kinerja lalu lintas pada suatu ruas jalan yang akan terpengaruh oleh
kegiatan proyek akan dinilai menggunakan metoda MKJI, 1997. Besaran lalu lintas
di suatu ruas jalan dikenal dengan nama Volume lalu lintas (Traffic Volume) dengan
parameter lalu lintas yang dikaji (akan disesuaikan dengan kondisi jaringan jalan)
terutama untuk ruas jalan di perkotaan/di luar kota adalah dengan parameter sebagai
berikut :

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6-9


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Derajat Kejenuhan Lalulintas (Degree of Saturation, DS)

Derajat Kejenuhan (DS) adalah rasio volume arus lalulintas (Q) terhadap
kapasitas jalan (C).

DS = Q/C

Dimana :

Q : arus lalulintas

C : kapasitas jalan

Kapasitas (Capacity/C)

C = Co x FCw x FSsp x FCsf x FCcs (smp/jam)

Dimana:

Co : Kapasitas dasar (smp/jam)


FCw : Faktor penyesuaian lebar jalur lalulintas.
FSsp : Faktor penyesuaian pemisahan arah.
FCsf : Faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs : Faktor penyesuaian ukuran kota.
Pada kenyataan di lapangan arus lalu lintas yang terjadi tidaklah homogen sejumlah
kendaraan dengan berbagai jenis, ukuran dan sifatnya membentuk suatu arus lalu
lintas. Keseragaman ini membentuk karakteristik lalu lintas yang berbeda untuk
setiap komposisi dan berpengaruh terhadap arus lalu lintas secara keseluruhan.
Satuan mobil penumpang (smp) merupakan sebuah besaran yang menyatakan
ekivalensi pengaruh setiap jenis kendaraan yang dibandingkan terhadap jenis
kendaraan penumpang. Dengan besaran ini diharapkan dapat dinilai setiap
komposisi lalu lintas. Untuk pemakaian praktis harga-harga satuan mobil penumpang
(smp) dari setiap jenis kendaraan dipergunakan harga koefisien standar sebagai nilai
pembanding. Nilai pembanding itu dinyatakan dalam ekivalensi mobil penumpang
(emp) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6.5. Faktor Konversi Ekivalensi Mobil Penumpang (EMP)

No. Jenis Kendaraan EMP

1. Sepeda Motor 0,50

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 10


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

2. Kendaraan Ringan 1,00

3. Kendaraan Berat 1,30

Sumber : MKJI, 1997

Berdasarkan hasil perhitungan LOS ini dicari hubungan dengan kecepatan operasi
kendaraan.

Tabel 6.6. Tingkat Pelayanan Jalan

Kecepatan V/C (Volume per


LOS Deskripsi Arus
(km/jam) kapasitas)
A Arus bebas bergerak (aliran lalu
lintas bebas, tanpa hambatan) > 50 0,4
B Arus stabil, tidak bebas (aliran lalu
lintas, kemungkinan terjadi kasus 40 – 50 0,5
perlambatan)
C Arus stabil, kecepatan terbatas (aliran
lalu lintas masih baik dan stabil, 32 – 40 0,8
dengan perlambatan yang masih
diterima)
D Arus mulai tidak stabil (mulai dirasakan
adanya gangguan dalam aliran, aliran 27 – 32 0,9
mulai terganggu)
E Aliran tidak stabil, kadang macet
(volume pelayanan berada pada 24 – 27 1
kapasitas, aliran tidak stabil)
F Macet antrian panjang (volume < 24 >1
pelayanan melebihi kapasitas)
A Arus bebas bergerak (aliran lalu
lintas bebas, tanpa hambatan) > 50 0,4
Sumber : MKJI, 1997

Kerusakan Fisik Jalan / Kualitas Jalan

Untuk melihat kerusakan jalan dilakukan observasi lapangan dan dokumentasi.

Lokasi Pengambilan Sampel


Lokasi pengamatan volume kendaraan adalah pada jalan-jalan yang terkait
dengan rencana kegiatan.

6.1.5 Flora Terestial

a. Pengumpulan Data

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 11


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Data komponen flora yang dikumpulkan meliputi:


 Inventarisasi jenis dan kelimpahan jenis tumbuhan. Metode yang digunakan
adalah plot kuadrat.
 Inventarisasi jenis tumbuhan karena mempunyai nilai sejarah, ekonomis,
tanaman khas, dan dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah, IUCN, dan
Cites. Metode yang digunakan adalah sensus secara menyeluruh.

b. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan identifikasi jenis flora terestrial yang dijumpai
berdasarkan tipe ekosistem yang terdapat di lokasi studi. Data kuantitatif dianalisis
dengan menghitung kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR) dan dominansinya
(DR). Ditentukan pula INP (Indeks Nilai Penting) dan Indeks Diversitas (H‘).
KR = jumlah individu suatu jenis/jumlah individu seluruh jenis x 100 %
FR = frekuensi suatu jenis/frekuensi seluruh jenis x 100 %
DR = dominansi mutak suatu jenis/dominansi seluruh jenis x 100%
- Indeks Nilai Penting : KR + FR + DR
Nilai ini untuk menentukan jenis yang dominan di lokasi penelitian
- Indeks Keanekaan ;
H’ = - Σ pi ln pi (pi = ni/N)
H’ = Indeks Keanekaan Shannon
ni = Jumlah individu jenis I yang ditemukan
N = Jumlah seluruh individu yang ditemukan
Besarnya Indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wiener didefinisikan
sebagai berikut ;

- Nilai H’ > 3, menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek


adalah melimpah tinggi

- Nilai 1 ≤ H’ ≤ 3, menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu


transek adalah sedang melimpah

- Nilai H’ < 1, menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek


adalah sedikit atau rendah.

c. Lokasi Pengamatan
Lokasi pengamatan flora dilakukan di tapak proyek yang meliputi ekosistem
pekarangan, rivarian, pekarangan, dan hutan produksi.

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 12


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

6.1.6 Fauna

a. Pengumpulan Data
Data komponen fauna yang dikumpulkan meliputi:
 Inventarisasi jenis fauna (Burung, Mamalia, Herpetofauna, dan Nekton) baik yang
tidak dilindungi maupun satwa langka dilindungi, bernilai ekonomi, dan keindahan
dilakukan dengan metode visual encounter survey (VES) dan wawancara.
 Populasi jenis burung dengan menggunakan metode IPA

b. Analisis Data
Data fauna kemudian akan diklasifikasikan statusnya berdasarkan daftar fauna yang
dilindungi di Indonesia PP. Nomor 7 Tahun 1999 , CITES, dan Redlist IUCN. Data
populasi burung dianalisis dengan menghitung kelimpahan relatif (KR), frekuensi
relatif (FR) dan INP (Indeks Nilai Penting)
KR = jumlah individu suatu jenis/jumlah individu seluruh jenis x 100 %
FR = frekuensi suatu jenis/frekuensi seluruh jenis x 100 %
INP= KR + FR

c. Lokasi Pengamatan
Lokasi pengamatan fauna dilakukan di daerah tapak dan pemukiman penduduk.
Contoh diambil secara acak terhadap setiap tipe habitat yang representatif.

6.1.7 Biota Air

a. Pengumpulan Data
Komponen Biota Air yang akan ditelaah meliputi:
 Keanekaragaman jenis nekton. Metode yang digunakan adalah observasi
langsung melalui wawancara dengan penduduk setempat.
 Keanekaragaman dan kelimpahan jenis plankton dan benthos. Metode yang
digunakan adalah composite di titik-titik pengamatan yang representatif.
Pengambilan contoh plankton menggunakan plankton net dengan saringan No
25 pengawetan MAF 4%, kemudian dianalisis di laboratorium. Benthos perairan
diambil dengan alat Eckman Dregde. Pemisahan dilakukan di lapangan
kemudian diawetkan dengan formalin 4%.

b. Analisis Data
Contoh biota air diidentifikasi di laboratorium dan ditentukan indeks
keanekaragaman plankton dan benthos berdasarkan Shanon dan Winers

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 13


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

S
ni ( ni  1)

i 1 N (N  1)

dimana:

λ = indeks keanekaragaman
S = total jumlah spesies
N = total jumlah individual/jenis
ni = jumlah individu dari spesies i

c. Lokasi Pengamatan
Lokasi pengambilan biota air sama dengan air permukaan.

6.1.8 Hidrologi dan Hidrogeologi

a. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data hidrologi dan hidrogeologi, dibedakan atas data sekunder dan
data primer.
Data sekunder teriri dari:
 Hidrologi mencakup data curah hujan, hari hujan dan temperatur akan diperoleh
dari instansi terkait dalam hal ini BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika) terdekat.
 Hidrogeologi terdiri dari peta hidrogeologi regional atau laporan hasil penelitian
terdahulu diperoleh dari Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan,
Badan Geologi - Bandung.
Data primer diperoleh di lapangan dengan cara analisis, pengamatan, pengukuran
dan pengambilan contoh air:
 Hidrologi meliputi data air permukaan (sungai, badan air lainnya), run off,
infiltrasi, evaporasi/evapotranspirasi.
 Hidrogeologi mencakup pengamatan kondisi air tanah, mata air dan menafsirkan
lapisan pembawa air (akuifer).

b. Metode Analisis Data


 Data iklim terdiri dari curah hujan, hari hujan, temperatur dianalisis hingga
diperoleh data a curah hujan dan hari hujan rata-rata bulanan atau rata-rata
tahunan.

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 14


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

 Limpasan air permukaan


Limpasan air permukaan (Run off) adalah air yang berasal dari curahan hujan
yang jatuh dipermukaan tanah yang membentuk limpasan di permukaan tanah.
Tinggi rendahnya limpasan air permukaan dipengaruhi oleh ke-kedap-an
(permeabilitas) tanah, tutupan lahan, dan kemiringan lahan. Sedangkan koefisin
limpasan air permukaan (C) adalah perbandingan antara jumlah air yang
melimpas di permukaan tanah dan jumlah air hujan dalam satuan waktu tertentu.
Data koefisien limpasan permukaan dapat diperoleh berdasarkan beberapa cara
yaitu hasil pengukuran/analisis run off dan data empiris yang yang dapat
merepresentasikan daerah studi. Nilai C ini berkisar dari 0 sampai 1.

Pendekatan yang digunakan untuk memprakirakan debit aliran permukaan adalah


metoda rasional (USSCS, 1973 dalam Suripin, 2004), yaitu:

Q = 0,002778 CIA

Dimana: Q = laju/debit aliran permukaan (m 3/satuan waktu)

C = koefisien aliran permukaan (0 ≤ C ≤ 1)

I = intensitas hujan (mm/satuan waktu)

A = luas area (m2, ha)

 Pengukuran debit sungai

Pengukuran debit sungai dilakukan pada aliran sungai yang terdapat di tapak
proyek. Hubungan antara debit sungai, luas penampang badan air atau saluran
dihitung berdasarkan persamaan rasional, yaitu:

Q= A.v

Disini :

Q = debit sungai (m3/det)

A = luas penampang basah saluran (m 2)

v = kecepatan arus sungai (m/det)

Kecepatan arus sungai diukur di lapangan dengan pelampung (jika kedalaman air
dangkal), sedangkan kedalaman dan lebar sungai diketahui dengan alat ukur
dalam satuan panjang (Centimenter, meter).

 Hidrogeologi mencakup analisis kompsisi litologi/batuan dan kelulusannya yang


penyusun akuifer, keterdapatan air tanah dan prakiraan cara pengaliran air tanah

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 15


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

berdasarkan jenis batuan penyusun, pengamatan kedudukan muka air tanah, dan
prakiraan potensi air tanah.

c. Lokasi Pengambilan Data


Lokasi pengamatan dan pengukuran komponen hidrologi dan hidrogeologi dilakukan
di tapak studi yaitu area rencana pembangunan terpadu pesisir ibukota negara tahap
2.

6.1.9 Geologi (Stabilitas Lereng)

a. Metode Pengambilan Data


Data geologi yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan data primer.

Data sekunder meliputi peta topografi dan atau rupa bumi diperoleh dari Badan
Informasi Geospatial (BIG), sedangkan peta geologi dari Pusat Survey Geologi (PSG) –
Badan Geologi Bandung.

Pengumpulan data primer dilakukan di lapangan terdiri dari:

 Morfologi: pengamatan dan deskripsi bentuk bentangalam/permukaan lahan


mencakup morfometri, klasifikasi kemiringan lereng lahan, sungai dengan pola
alirannya, dan elevasi lahan.
 Litologi/batuan: pengamatan dan deskripsi jenis litologi mencakup sifat fisik
warna, tekstur dan struktur, bentuk dan ukuran butir, pemilahan, konsistensi,
porositas/permeabilitas, tingkat kelapukan.
 Sampling contoh tanah/batuan: untuk uji sifat fisik dasar (index properties) tanah
dan sifat mekanika (mechanical properties) tanah di laboratorium mekanika
tanah/batuan sesuai urgensi.

b. Metode Analisis Data


 Kemiringan lereng
Selain dilakukan pengukuran di lapangan menggunakan kompas geologi di
lokasi-lokasi cuplikan yang merepresentasikan kelas kemiringan lereng, juga
dapat diperoleh dengan cara analisis dari peta topografi dalam kegiatan ini
digunakan peta skala 1 : 25.000. Analisis yang digunakan untuk memperoleh
besaran kemiringan lereng menggunakan persamaan:

L = (Ci x 100)/(s x d)

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 16


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Disini:
L = kemiringan lereng (%)
Ci= interval kontur (m)
s = skala interval
d = jarak antara dua garis kontur (transis)
Acuan yang digunakan dalam klasifikasi sudut kemiringan lereng lahan adalah
Kementerian Kehutanan (1988) yang membagi kelas kemiringan lereng yaitu: 0
– 8 (datar), 8 – 15% (landai), 15 – 25% (miring), 25 – 40% (curam), > 40%
(terjal).
Bahan dan peralatan yang digunakan yaitu peta topografi skala 1 : 25.000, dan
kompas geologi.
 Morfologi
Data sekunder untuk memetakan morfologi/bentangalam tapak studi adalah
peta topografi. Unsur-unsur yang dianalisis yaitu keragaman bentuk muka bumi
(topografi), lembah, pola aliran sungai dan ketinggian (elevasi) lahan dari
permukaan laut. Data primer berupa hasil pengamatan secara fisual di
lapangan.
Dengan menggabungkan unsur-unsur morfologi yang diperoleh dari data
sekunder dan data primer tersebut di atas, selanjutnya dikelompokkan berdasar
satuan morfologi dengan karakteristik bentuk lahan berikut:

Tabel 6.7. Klasifikasi lahan berdasar bentuk, sudut kemiringan lereng dan
beda tinggi

No Bentuk Lahan Lereng Beda Tinggi


(%) (m)
1. Datar sampai agak datar 0–3 <5
(level to slightly level)
2. Datar dan agak bergelombang >3 <5
(level and slightly undulating)
3. Bergelombang dan agak datar 0–3 < 15
(undulating and slightly level)
4. Agak melandai (slightly slooping) 0–3 5 – 15
5. Berombak (undulating) 3-8 5 - 15
6. Berombak dan agak bergelombang >8 5 – 15
(undulating and slightly rolling)
7. Bergelombang (rolling) 8 - 15 15 – 50
8. Bergelombang dan agak berbukit > 15 15 – 50
(rolling and slightly hilly)
9. Agak berbukit (slightly hilly) 3-8 50 – 120

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 17


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

No Bentuk Lahan Lereng Beda Tinggi


(%) (m)
10. Berbukit dan agak bergelombang (hilly 8 - 15 50 - 200
and slightly roling)
11. Berbukit (hilly) 15 - 30 50 – 200

 Litologi/Batuan
Data sekunder yang digunakan dalam pemetaan litologi yaitu peta topografi dan
peta geologi regional. Sedangkan pengumpulan data primer dilakukan melalui
pengamatan secara terestris di lapangan pada titik-titik yang telah ditentukan
berdasarkan satuan litologi yang dapat dibedakan antara satu dan lainnya.
Analisis yang dilakukan dengan cara mendeskripsi susunan litologi dan sifat fisik
berdasarkan kaidah-kaidah litostratigrafi dan sifat-sifat mekanis yang dimiliki
pada masing-masing satuan litologi.
Peralatan yang digunakan yaitu peta topografi, kompas geologi, loupe 10 – 20 x
pembesaran, palu geologi, pita ukur, GPS.
 Pengambilan contoh tanah
Pengambilan contoh tanah tak terganggu dimaksudkan untuk mengetahui sifat
fisik dasar tanah (index properties) dan sifat-sifat mekanika tanah (mechanical
properties) di tapak proyek. Contoh tanah yang diambil pada kedalaman 0,4 –
0,6 m di bawah rata tanah setempat menggunakan tabung PVC diameter 4 inci,
tinggi 6 inci. Contoh tanah yang diambil dilakukan semi-sistematis yang
dianggap mewakili jenis tanah/satuan litologi tapak studi. Contoh ini kemudian
analisis di laboratorium mekanika tanah yang mengacu pada standar baku yaitu
SNI (Standar Nasional Indonesia) dan ASTM (American Society for Testing
Materials) untuk beberapa parameter terkait dalam studi ini seperti dapat dilihat
pada Tabel 6.8 di bawah.

Tabel 6.8. Standar Pengujian Laboratorium mekanika tanah untuk contoh


tanah daerah studi

No. URAIAN STANDAR UJI

SNI : M – 11 – 1989 - F
1 Kadar air (Soil Moistured)
ASTM : D – 2216
SNI : M-05 s/d M-07– 1989 -
2 Batas atterberg (Atterberg Limits) F
ASTM : D – 423 & D - 424
SNI : M – 13 – 1989 - F
3 Berat isi (Volume Density)
ASTM : D – 1556
SNI : M – 04 – 1989 – F
4 Berat jenis (Specific Gravity)
ASTM : D – 854
Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 18
PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

No. URAIAN STANDAR UJI

SNI : M – 08 – 1989 - F
5 Ukuran butir (Grain size)
ASTM : D – 422
SNI : 03-6388-2002
6 Permeabilitas (Permeability)
ASTM : D - 2434
7 Kuat tekan (Unconfined Compresive SNI : M – 11 – 1990 - 03
Strenght) ASTM : D – 2850 & D – 4767
SNI : M – 09 – 1990 - 03
8 Geser langsung (Direct Shear)
ASTM : D – 3060
SNI : M – 11 – 1990 - 03
9 UU-Triaxial
ASTM : D – 2850 & D – 4767

 Analisis Kestabilan Lereng


Pemotongan dan pengupasan lereng yang tidak mempertimbangkan
karakteristik dan sifat fisik tanah pembentuk lereng dapat berpengaruh terhadap
menurunnya kestabilan lereng yang selanjutnya berpotensi terjadinya
longsoran. Untuk mengetahui kestabilan lereng dilakukan analisis kestabilan
lereng.
Analisis kestabilan lereng dilakukan berdasarkan metode kesetimbangan batas
(Metode Bishop). Data masukan yang diperlukan untuk analisis ini adalah
dimensi lereng, jenis tanah dan distribusinya, serta sifat fisik-mekanika tanah
pembentuk lereng.
Teori Dasar :

Dalam perhitungan berdasar metode kesetimbangan batas (Gambar 2.1),


besarnya kekuatan geser ditentukan dengan rumus  = c’ + ( - u) tan ’ ,
sehingga besarnya nilai faktor keamanan adalah :

FK 
 (c ' l  (N  ul ) tan  '
W sinn

1
FK   c' l  (N  ul ) tan  '
 n sin
W

dengan:

c' = kohesi pada tekanan efektif

 ' = sudut geser dalam pada tekanan efektif

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 19


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

N ialah gaya normal pada dasar segmen yang bersangkutan. Nilai W,  dan l
diperoleh secara langsung untuk setiap segmen, dan c’ dan ’ dapat ditentukan
di laboratorium. Gaya normal (N) ini tidak dapat ditentukan dengan cara
menghitung kesetimbangan statis (karena terdapat keadaan statis tidak
tertentu), sehingga harus dipakai suatu cara pendekatan untuk menentukan
besarnya σ.:

Gambar 6.2 Cara perhitungan kestabilan lereng dengan membagi beberapa


segmen.

Pada Metode Bishop besarnya σ diperoleh dengan menguraikan gaya-gaya lain


dari arah vertikal dan dianggap bahwa resultan gaya pada batas vertikal segmen
bekerja pada arah horizontal.

Rumus umum untuk Metode Bishop adalah:

1 sec
FK   (c' b  (W  ub) tan  ' )
 sin
W
1
tan  ' tan 
FK

disini : FK = Faktor keamanan


c’ = kohesi
u = tekanan air pori
W = berat segmen
b = lebar segmen
 = sudut geser dalam

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 20


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

 = sudut yang dibuat antara bidang lincir dan horizontal


Nilai FK pada persamaan di atas terdapat pada bagian kiri maupun kanan,
sehingga untuk menghitung FK harus digunakan dengan cara iterative
(pengulangan), yaitu pada awalnya diambil nilai FK percobaan, kemudian nilai FK
yang diperoleh dimasukkan kembali pada bagian kanan dan seterusnya hingga
diperoleh nilai FK terkecil.

c. Lokasi Pengambilan Sampel


Lokasi pengamatan dan pengukuran komponen geologi dilakukan di tapak proyek
yaitu di tapak studi yaitu area rencana pembangunan terpadu pesisir ibukota negara
tahap 2.

6.1.10 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya

a. Metode Pengambilan Data


Metode Pengambilan data untuk komponen Sosial Ekonomi dan Budaya adalah
sebagai berikut :
1) Demografi
Data kependudukan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
melalui wawancara langsung kepada masyarakat yang diprakirakan terkena
dampak kegiatan. Data sekunder diperoleh melalui data statistik di Kelurahan,
Kecamatan dan Kabupaten yang menjadi lokasi rencana kegiatan. Adapun
parameter kependudukan yang diteliti meliputi:
 Struktur penduduk (kelompok umur menurut jenis kelamin, mata pencaharian
dan tingkat pendidikan) serta kepadatan penduduk
 Tenaga kerja, meliputi angkatan kerja dan tingkat pengangguran
2) Sosial Ekonomi
Pengumpulan data sosial ekonomi dilakukan melalui data sekunder dan data
primer. Data sekunder meliputi data monografi, data statistik pada instansi
terkait di daerah yang diteliti. Data primer diperoleh dengan cara wawancara
secara langsung terhadap masyarakat di daerah sekitar proyek dan pada
kegiatan-kegiatan ekonomi di lapangan. Adapun parameter sosial ekonomi yang
akan diteliti meliputi:
Ekonomi rumah tangga terdiri dari :
a) Tingkat pendapatan
Perekonomian lokal yang terdiri dari :
a) Kesempatan kerja dan berusaha,

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 21


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

b) Jenis dan jumlah aktivitas ekonomi non formal,


c) Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi,
d) Pendapatan Asli Daerah (PAD),
e) Aksesibilitas wilayah,
f) Fasilitas umum dan fasilitas sosial.

3) Sosial Budaya
Pengumpulan data sosial budaya dilakukan dengan mengumpulkan data
sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari hasil-hasil penelitian
sosial budaya yang pernah dilakukan di wilayah yang menjadi lokasi proyek,
serta buku-buku referensi yang menunjang penelitian ini. Data primer
diperoleh melalui penelitian di lapangan yang meliputi observasi dan
wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guidance)
terhadap responden dan melakukan wawancara secara mendalam yang
terarah/terfokus (indepth interview) terhadap beberapa informan kunci (key
person) seperti tokoh masyarkat, tokoh adat dan tokoh agama yang dianggap
sangat berpengaruh dalam masyarakat.
Adapun parameter sosial budaya yang akan diteliti adalah :
Kebudaya masyarakat setempat yang meliputi :
a) Adat istiadat.
b) Nilai dan norma budaya.
c) Nilai dan norma agama.
Proses sosial dalam masyarakat yang meliputi :
a) Proses asosiatif (kerjasama).
b) Proses disosiatif (konflik sosial).
Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha atau kegiatan serta sikap
masyarakat terhadap keadaan lingkungan yang menjadi penyebab
kekhawatiran terhadap masalah lahan, pemukiman maupun konflik yang muncul
di masyarakat.

b. Metode Analisis Data


Metode analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Demografi
Metode analisis data kependudukan yang bersifat kuantitatif dilakukan dengan
analisis statistik, sedangkan yang bersifat kualitatif dilakukan dengan

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 22


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

menggunakan metode deskriptif analisis. Metode analisis data demografi bersifat


kuantitatif dan kualitatif.

2) Sosial Ekonomi

Analisis data sosial ekonomi yang bersifat kuantitatif akan dilakukan dengan
analisis statistik, sedangkan yang bersifat kualitatif akan dilakukan dengan
menggunakan metode deskriptif analisis.

3) Sosial Budaya

Metode analisis data sosial budaya dilakukan dengan menggunakan metode


deskriptif analisis yang mendasarkan pada pengamatan data yang ada di
lapangan serta data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada
responden. Selain itu, diperoleh data dari hasil wawancara terarah yang
dilakukan terhadap beberapa informan kunci, serta dengan menggunakan
metode analogi yang mendasarkan pada data referensi hasil penelitian
mengenai topik serupa yang pernah dilakukan sebelumnya. Untuk data yang
bersifat kualitatif, analisis data akan disajikan dalam bentuk deskripsi dan
untuk data yang bersifat kuantitatif, data akan disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 6.9. Parameter dan Metode Pengumpulan Serta Analisis Data Sosial
Ekonomi dan Budaya

Metode
Komponen/Sub Pengumpulan
No. Parameter Satuan Jenis Data
Komponen dan Analisis
Data
1. SOSEKBUD
A DEMOGRAFI/KEPENDUDUKAN
1. Struktur - Kelompok Umur Jiwa Data Studi
pendudu - Jenis kelamin dan sekunder Pustaka dan
k -Mata % Deskriptif
pencaharian
- Pendidikan
- Agama
2. Tenaga Kerja - Tingkat % Data Wawancara
partisipasi sekunder dan Studi
angk. kerja Pustaka,
- Tingkat Deskriptif
pengangguran
B EKONOMI
1.Ekonomi - Tingkat Rp/bln Data Wawancara
Rumah Tangga Pendapatan sekunder dan Studi
- Sumber-Sumber dan primer Pustaka,
Pendapatan Deskriptif

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 23


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Metode
Komponen/Sub Pengumpulan
No. Parameter Satuan Jenis Data
Komponen dan Analisis
Data
2.Perekonomian  Kesempatan Data Pengamatan,
Lokal & Regio- kerja dan ber- sekunder Wawancara
nal usaha dan primer dan Studi
 Jenis & Pustaka,
jumlah
aktivitas
 Produksi
Domestik
Regional Bruto
 Pendapatan Asli
Daerah
 Pusat-pusat
pertumbuhan
ekonomi
 Fasilitas umum
& sosial
C. BUDAYA
1. Sikap &  Terhadap % Data Primer Pengamatan,
persepsi Lingkungan Wawancara
Terhadap  Terhadap dan Studi
Rencana rencana Pustaka,
proyek kegiatan Deskriptif
2. Fungsi Hutan  Terhadap
Bagi Masyarkat Keamanan
3. Fungsi Sungai dan ketertiban
 Terhadap
kehidupan
budaya dan
agama

c. Jumlah dan Lokasi Pengambilan Sampel


 Jenis Data dan Penentuan Responden

Penelitian AMDAL aspek sosial rencana pembangunan terpadu pesisir ibukota


negara tahap 2 ini mengacu kepada Ka. BAPEDAL No. 299/1996 tentang
Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan AMDAL. Data
yang diperlukan komponen sosial ekonomi dan budaya dalam penelitian
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
responden melalui wawancara secara terarah/terfokus dengan
menggunakan pedoman wawancara (interview guidance). Responden
ditentukan dengan metode purposive random. Purposive sampling umumnya
digunakan untuk penelitian kualitatif, dimana pemilihan responden lebih

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 24


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

didasarkan pada kriteria khusus dan tujuan penelitian yang akan dilakukan
serta kurang menekankan pada sifat representativitas dalam pengambilan
sampel. Responden yang diambil meliputi anggota masyarakat dari berbagai
kelompok, seperti tokoh formal dan informal, para pemuda, wanita dan ibu rumah
tangga serta kelompok-kelompok profesi atau mata pencaharian. Adapun data
sekunder diperoleh dari instansi terkait di tingkat kelurahan, kecamatan, kota
dan kabupaten.

 Penentuan Sampel dan Jumlah Responden

Untuk penentuan jumlah responden akan memperhatikan jumlah penduduk


disetiap desa yang terkena dampak, kemudian ditentukan menggunakan rumus :

N = n/N(d)2 + 1

Dimana :

N = Sampel;

N = populasi;

D = nilai presisi 90 % atau sig. = 0,10

 Lokasi Pengambilan Sampel

Lokasi pengambilan sampel akan dilakukan terhadap penduduk yang terkena


dampak kegiatan.

6.1.11 Komponen Kesehatan Masyarakat

Metode pengumpulan data dan analisis data kesehatan masyarakat mengacu


pada Keputusan Kepala Bapedal No. 124 Tahun 1997.

a. Metode Pengumpulan data


Teknik pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Jenis data
yang akan dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder yang meliputi :
 Parameter lingkungan yang akan diperkirakan terkena dampak dari
rencana pembangunan dan akan terpengaruh terhadap kesehatan masyarakat
 Proses dan potensi terjadinya pemajanan
 Potensi besarnya dampak timbulnya penyakit (angka kesakitan dan
angka kematian)
 Karakteristik spesifik penduduk yang beresiko
 Sumberdaya kesehatan

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 25


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

 Kondisi sanitasi lingkungan


 Status gizi masyarakat
Pengumpulan data untuk parameter lingkungan yang diperkirakan terkena
dampak dari rencana pembangunan akan berpengaruh terhadap kesehatan
masyarakat dilakukan dengan cara observasi/pengamatan lapangan dan
wawancara mendalam pada sampel penduduk. Sementara data sekunder diambil
dari catatan berdasarkan kunjungan pasien ke puskesmas di sekitar lokasi kegiatan
dan dari data BPS.

Tabel 6.10. Jenis dan Metode Pengumpulan Data Komponen Kesehatan

No. Jenis Data Metode Pengumpulan Data

1. Sumber daya Data Profil Puskesmas, Frofil Dinas Kesehatan


kesehatan dan Da t a K ec am a t a n - D es a
2. Status gizi Data Profil Puskesmas, Frofil Dinas Kesehatan
masyarakat dan Da t a K ec am a t a n - De sa

3. Pola penyakit Data Profil Puskesmas, Frofil Dinas Kesehatan


dan Da t a K ec am a t a n - De sa
4. Kondisi sanitasi Wawancara dan observasi
lingkungan
5. Kondisi permukiman Wawancara dan observasi

6. Fasilitas kesehatan Data Profil Puskesmas, Frofil Dinas Kesehatan


dan Da t a K ec am a t a n - De sa

b. Metode Analisis Data


Data kesehatan masyarakat dianalisis secara kualitatif dan disajikan dalam
bentuk deskripsi dan diinterpretasikan dengan kondisi lingkungan masyarakat yang
terdapat di lokasi rencana kegiatan dan sekitarnya. Kajian aspek kesehatan
masyarakat akan mengacu pada Kep. 124/12/1997 tentang Panduan Kajian
Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan AMDAL dan KepMenKes No.
876 Tahun 2002.

c. Lokasi Pengambilan Sampel


Lokasi Pengambilan sampel akan dilakukan terhadap penduduk yang terkena
dampak kegiatan yaitu lokasi yang disesuaikan dengan survey sosekbud.
Sedangkan data sekunder diambil dari Puskesmas setempat.

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 26


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

6.2 METODE PRAKIRAAN DAMPAK PENTING YANG AKAN DIGUNAKAN

Prakiraan dampak dimaksudkan sebagai telaahan secara cermat dan


mendalam terhadap kualitas lingkungan yang berubah secara mendasar akibat
dari suatu kegiatan. Perubahan kualitas lingkungan diungkapkan sebagai
besar dampak (magnitude) dan penting dampak (importance). Besar dampak
merupakan selisih antara kualitas lingkungan tanpa adanya proyek (without
project) dengan kondisi kualitas lingkungan sebagai akibat dari adanya proyek (with
project).

Prakiraan besar dampak penting ini akan dilakukan terhadap setiap


komponen lingkungan yang berdasarkan hasil pelingkupan tergolong sebagai dampak
penting hipotetik.

Metode yang digunakan dalam prakiraan dampak ini terdiri dari metode formal
dan metode non formal. Metode formal menggunakan pendekatan matematis
sedangkan metode non formal dilakukan pada prakiraan dampak yang sulit
dilakukan dengan model matematis, sehingga lebih tepat dilakukan melalui pendekatan
kualitatif.

6.2.1 Metode Formal

Metode formal digunakan untuk memprakirakan besarnya dampak terhadap beberapa


komponen lingkungan yang terkena dampak penting, dengan memakai perhitungan
matematis dan baku mutu lingkungan. Pemilihan atas metoda prakiraan dampak
disesuaikan dengan masalah yang dihadapi.

6.2.2 Metode Matematis

Penggunaan metode formal dalam prakiraan dampak penting diaplikasikan antara lain
untuk memprakirakan :

a) Kualitas Udara

Metode prakiraan dampak untuk kualitas udara menggunakan metode matematis guna
memperkirakan konsentrasi pencemar di udara ambien yang diakibatkan oleh
operasional kendaraan, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Qs
C
u z

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 27


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Dimana :

C = konsentrasi ambien (g/m3)

Q = laju emisi (g/detik/m2)

s = panjang daerah tinjauan searah dengan arah angin (m)

u = kecepatan angin rata-rata (m/dtk)

z = tinggi pencampuran (m).

Untuk faktor emisi gas buang Buang Kendaraan Bermotor di Indonesia digunakan
pedoman estimasi beban pencemar dari kendaraan bermotor, KLH, 2007. Faktor emisi
gas buang kendaraan bermotor dapat dilihat pada berikut ini :

Tabel 6.11. Faktor Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor di Indonesia

CO HC NOx PM10 SO2


No. Kategori
(g/km) (g/km) (g/km) (g/km) (g/km)
1 Sepeda Motor 14 5.9 0.29 0.24 0.008
Mobil Penumpang
2 40 4 2 0.01 0.026
(Bensin)
Mobil Penumpang
3 2.8 0.2 3.5 0.53 0.44
(Solar)
4 Mobil Penumpang (mix) 32.4 3.2 2.3 0.12 0.11
5 Bis 11 1.3 11.9 1.4 0.93
6 Truk 8.4 1.8 17.7 1.4 0.82
Sumber : pedoman estimasi beban pencemar dari kendaraan bermotor, KLH, 2007

b) Tingkat Kebisingan

Metode yang akan digunakan untuk perkiraan dampak kebisingan adalah metode

r2
Lp1  Lp2  20 log
r1
matematis dengan menggunakan model Inverse Square Law, yaitu :

Dimana :

Lp1 = Tingkat kebisingan untuk sumber 1 dengan jarak r1 dari sumber 1.

Lp2 = Tingkat kebisingan untuk sumber 2 dengan jarak r2 dari sumber 2.

c) Kualitas Air

Perkiraan dampak untuk aspek kualitas air permukaan akan dilakukan dengan
metode formal maupun non formal. Metode formal digunakan untuk menentukan

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 28


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

konsentrasi pertemuan antara outlet sumber pencemar dengan badan air sungai
yaitu dengan metode matematik :

 Beban Pencemaran

Beban pencemaran adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung


dalam air atau air limbah (Kepmen LH Nomor 110 Tahun 2003) Beban
pencemaran dirumuskan :

L = C.Q atau C = L/Q

Keterangan:
L = Beban pencemaran atau Load

C = Konsentrasi pencemar

Q = Debit

 Konsentrasi Pencemar di Titik Pencampuran

Polutan yang baru masuk ke dalam sungai akan mengalami proses


pencampuran dengan polutan yang ada dalam badan air tersebut. Jika jumlah
polutan dalam air sungai lebih kecil, polutan akan mengalami pengenceran.
Untuk menghitung konsentrasi polutan di titik pencampurannya, model
matematis yang banyak digunakan adalah model Neraca Massa. Perhitungan
beban pencemaran pada titik percampuran dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

C0 = Konsentrasi pencemarn dititik pencampuran

Cs = Konsentrasi pencemar di sungai

Qs = Debit aliran sungai

Cp = Konsentrasi pencemar di aliran limbah

Qp = Debit air limbah

 Prakiraan Dampak

Prakiraan dampak perubahan kualitas air air yang terjadi akibat pelaksanaan
kegiatan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 29


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

∆ C = (CDP – CRA) – (CTP – CRA)

Keterangan :

∆ C = Perubahan konsentrasi TSS

CDP = Konsentrasi TSS pada kondisi dengan proyek

CTP = Konsentrasi TSS pada kondisi tanpa proyek

CRA = Konsentrasi TSS pada kondisi rona awal

d) Transportasi

Memprediksi kinerja jalan sesudah kegiatan beroperasi dengan cara menghitung


volume lalu lintas pada saat kegiatan beroperasi ditambah bangkitan dari kegiatan
yang akan berlangsung. Perhitungan Level of Service mengacu kepada Lampiran
PM 96 Tahun 2015 mengenai Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas, dengan nilai-nilai parameter kinerja lalu lintas mengacu
kepada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997. Nilai V/C didapatkan
dari perbandingan nilai volume riil kendaraan pada lokasi pengamatan dengan
kapasitas aktual ruas jalan yang dilewatinya.

V/C = Volume (smp/jam) / Capacity (smp/jam)

Keterangan :

V = volume lalu-lintas (smp/jam)

C = kapasitas aktual jalan (smp/jam)

Sedangkan nilai kecepatan didapatkan dari survey dengan pendekatan:

1. Spot speed

2. Survey kecepatan dengan jarak tempuh / waktu tempuh

3. Moving car observer

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 30


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Tabel 6.12. Karakteristik Tingkat Pelayanan Jalan

Tingkat
Karakteristik Operasi Terkait
Pelayanan
 Arus bebas , volume lalu lintas rendah
 Kecepatan perjalanan > 80 Km/jam
A  Kepadatan lalu lintas rendah
 Kebebasan mempertahankan kecepatan tanpa/dengan
sedikit tundaan
 Arus stabil dan volume lalu lintas sedang
 Kecepatan perjalanan > 70 Km/jam
B  Kepadatan lalu lintas rendah, hambatan internal belum
mengganggu kecepatan
 Kebebasan memilih kecepatan dan lajur
 Arus stabil dengan pergerakan dipengaruhi volume lalu
lintas yang lebih tinggi
 Kecepatan perjalanan > 60 Km/jam
C  Kepadatan lalu lintas sedang, hambatan internal lalu lintas
meningkat
 Keterbatasan memilih kecepatan, pindah lajur, atau
mendahului
 Arus mendekati tidak stabil, volume lalu lintas tinggi
 Kecepatan perjalanan > 50 Km/jam
 Kepadatan lalu lintas sedang, fluktuasi volume lalu lintas
dan hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan
D
kecepatan yang besar
 Keterbatasan menjalankan kendaraan, kenyamanan
rendah, namun masih dapat ditolerir untuk waktu yang
singkat
 Arus mendekati tidak stabil, volume lalu lintas mendekati
kapasitas jalan
 Kecepatan perjalanan > 30 km/jam untuk jalan antar kota
dan >10 km/jam untuk jalan perkotaan
E
 Kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu
lintas tinggi
 Pengemudi mengalami kemacetan-kemacetan durasi
pendek
 Arus tertahan, terjadi antrian kendaraan yang panjang
 Volume lalu lintas rendah dan kepadatan lalu lintas tinggi
F  Kecepatan perjalanan < 30 Km/jam
 Dalam keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun
sampai 0 (nol)
Sumber : Lampiran PM 96/2015

6.2.3 Metode Non Formal

Metode non formal dilakukan secara sederhana berdasarkan intuisi dan pengalaman.
Metode non formal yang digunakan adalah analogi dan pertimbangan para pakar
(Professional Judgement).

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 31


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

1) Analogi

Metode analogi yaitu dengan cara mengkaji masalah-masalah yang timbul akibat
kegiatan sejenis di lokasi lain yang memiliki karakteristik sama untuk digunakan
dasar dalam memperkirakan dampak yang terjadi di kegiatan pembangunan
terpadu pesisir Ibukota Negara tahap 2.

2) Pertimbangan Profesional dan Pakar

Prakiraan dampak pada metode ini ditetapkan berdasarkan pengetahuan dan


pengalaman para ahli. Cara ini dipergunakan apabila keterbatasan-keterbatasan
dalam hal data dan informasi serta kurang diketahuinya fenomena alam yang
diperkirakan terjadi.

6.2.4 Penilaian Dampak Penting

Tingkat kepentingan dampak dikelompokkan atas 2 tingkat kepentingan dampak, yakni


tidak penting (TP) dan penting (P). Penetapan dampak penting dilakukan berdasarkan 7
(tujuh) kriteria tingkat dampak dari Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012, tentang
Izin Lingkungan, sebagai berikut :

1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak

Dampak dikatakan penting jika manusia di wilayah studi ANDAL yang terkena
dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan,
jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari
usaha atau kegiatan di wilayah studi.

2. Luas wilayah persebaran dampak

Dampak dikatakan penting bila rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan


adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak,
atau tidak berbaliknya dampak atau segi kumulatif dampak.

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Dampak dikatakan penting jika rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan


timbulnya perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya
dampak atau segi kumulatif dampak, yang berlangsungnya hanya pada satu atau
lebih tahapan kegiatan.

Intensitas dampak

Dampak dikatakan penting apabila :


Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 32
PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

a. Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-sifat


fisik atau hayati lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan mendasar pada


komponen lingkungan yang melampaui kriteria yang diakui berdasarkan
pertimbangan ilmiah.

c. Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan species-species yang


langka dan atau endemik, dan atau dilindungi menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku terancam punah, atau habitat alaminya mengalami
kerusakan.

d. Rencana usaha atau kegiatan menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap


kawasan lindung (hutan lindung, cagar alam, taman nasional, suaka
margasatwa, dan sebagainya) yang telah ditetapkan menurut peraturan
perundang-undangan.

e. Rencana usaha atau kegiatan akan merusak atau memusnahkan benda-benda


dan bangunan sejarah bernilai tinggi.

f. Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan konflik atau kontroversi


dengan masyarakat, pemerintah daerah, atau pemerintah pusat dan atau
menimbulkan konflik atau kontroversi di kalangan masyarakat, pemerintah
daerah atau pemerintah pusat.

g. Rencana usaha atau kegiatan mengubah atau memodifikasi areal yang


mempunyai nilai keindahan alami yang tinggi.

4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak

Dampak dikatakan penting jika rencana usaha atau kegiatan menimbulkan dampak
sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponen lainnya lebih atau
sama dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer.

5. Sifat kumulatif dampak

Dampak dikatakan penting, apabila:

a. Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus-menerus, sehingga


pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau
sosial yang menerimanya.

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 33


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

b. Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam satu ruang tertentu, sehingga


tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya.

c. Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang


saling memperkuat (sinergistik).

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampak dikatakan penting bila perubahan yang dialami oleh suatu komponen
lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia.

7. Kriteria lain berdasarkan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dampak dikatakan penting bila ada kriteria lain yang menyatakan penting
berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

6.3 METODE EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK


LINGKUNGAN

Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012


tentang Pedoman Penyusunan AMDAL, metode evaluasi secara holistik terhadap
dampak lingkungan merupakan evaluasi secara holistik terhadap dampak
lingkungan yang terjadi dilakukan untuk menentukan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup.

Bagian ini menguraikan metode-metode yang lazim digunakan dalam studi


ANDAL untuk mengevaluasi keterkaitan dan interaksi dampak lingkungan yang
diprakirakan timbul (seluruh dampak penting hipotetik) secara keseluruhan
dalam rangka penentuan karakteristik dampak rencana usaha dan/atau
kegiatan secara total terhadap lingkungan hidup. Metode evaluasi dampak
menggunakan metode-metode ilmiah yang berlaku secara nasional dan/atau
internasional di berbagai literatur yang sesuai dengan kaidah ilmiah metode evaluasi
dampak penting dalam AMDAL.

Evaluasi dampak penting dalam studi AMDAL ini dilakukan secara holistik yaitu
menggunakan bagan alir, mencakup dampak yang penting sebagaimana telah
dihasilkan dalam bab prakiraan dampak sebelumnya.

Evaluasi dampak pada dasarnya merupakan penggabungan beberapa komponen


lingkungan yang sangat berkaitan, kemudian dianalisis dan digunakan untuk
memantapkan refleksi dari dampak komponen-komponen sebagai indikator perubahan
kualitas lingkungan. Karena itu evaluasi dampak merupakan upaya untuk memahami

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 34


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

sifat dampak dan mengkaji keterkaitan antara dampak primer, sekunder, dan
tersier, serta mengkaji alternatif kegiatan yang memberikan kesetimbangan optimal
antara kepentingan kegiatan (proyek) dengan lingkungan.

6.4 PERUMUSAN PENGELOLAAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pada hakekatnya perumusan lingkungan hidup yang dilakukan ini memiliki


fungsi paling penting dalam proses penyusunan Studi AMDAL, karena di dalamnya
memuat berbagai upaya penanganan dampak penting serta pemantauan terhadap
tingkat keberhasilannya.

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) merupakan dokumen yang memuat


pokok-pokok arahan, prinsip-prinsip, pedoman atau upaya untuk mencegah,
mengendalikan dan menanggulangi dampak penting terhadap lingkungan yang bersifat
negatif dan meningkatkan dampak positif yang timbul sebagai akibat dari suatu
rencana usaha atau kegiatan. Di dalam rumusan RKL tersebut secara implisit
telah memilih pendekatan yang tepat untuk pengelolaan dampak penting tertentu.

Dalam pengertian tersebut upaya pengelolaan lingkungan mencakup kelompok


aktivitas :

a. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau


mencegah dampak negatif lingkungan melalui pemilihan atas alternatif, tata
letak (tata ruang mikro) lokasi dan rancang bangun proyek.
b. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menanggulangi, meminimasi,
atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul di saat usaha atau
kegiatan beroperasi, maupun hingga saat usaha/kegiatan berakhir.
c. Pengelolaan yang bersifat meningkatkan dampak positif, sehingga dampak
tersebut dapat memberikan manfaat lebih besar baik kepada pemrakarsa
maupun pihak lain terutama masyarakat yang turut menikmati dampak positif
tersebut.
d. Pengelolaan lingkungan yang bersifat memberikan pertimbangan ekonomi
lingkungan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas sumber daya
tidak dapat pulih, hilang atau rusak (baik dalam arti sosial ekonomi dan atau
ekologis) sebagai akibat usaha atau kegiatan.

Untuk maksud pengelolaan lingkungan tersebut di atas, maka pengelolaan lingkungan


yang akan dilakukan dengan pendekatan teknologi, pendekatan sosial ekonomi budaya
dan pendekatan institusional, baik secara bersama-sama ataupun terpisah.

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 35


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

a. Pendekatan teknologi merupakan tata cara atau usaha-usaha yang secara


teknis dapat dilaksanakan untuk menanggulangi, meminimalkan atau mencegah
dampak negatif yang timbul. Selain itu juga untuk mengembangkan dampak
positif dari kegiatan.
b. Pendekatan sosial ekonomi budaya merupakan usaha yang melibatkan
Pemerintah Daerah dan instansi-instansi terkait dalam menangani dampak
penting yang ditimbulkan oleh kegiatan. Dengan pendekatan ini pemrakarsa
atau pengelola kegiatan dapat melakukan penanganan dampak kegiatan
secara wajar dan secara ekonomis tidak terlalu membebani.
c. Pendekatan institusional merupakan usaha koordinasi dan kerjasama
dengan berbagai instansi yang terkait dalam penanganan dampak dari kegiatan,
sehingga penanganan dampak dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) disusun berdasarkan jenis


kegiatan per tahapan kegiatan yang menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan. Rumusan tersebut mencakup sumber dampak, tolok ukur dampak, tujuan
pengelolaan lingkungan, upaya pengelolaan lingkungan, lokasi dan periode
pengelolaan lingkungan, serta instansi pengelolaan lingkungan baik sebagai
pelaksana, pengawas maupun penerima laporan pengelolaan.

Sedangkan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) bersifat konsisten dan


mempunyai keterkaitan langsung dengan hal-hal yang dikemukakan dalam laporan
ANDAL dan RKL, baik lingkup kegiatan maupun kedalamannya. RPL dapat digunakan
untuk memahami fenomena-fenomena yang terjadi pada berbagai tingkatan, mulai
dari tingkat proyek (untuk memahami ”perilaku” dampak yang timbul akibat usaha
atau kegiatan). RPL disusun untuk memantau pelaksanaan kegiatan pengelolaan
lingkungan dan untuk memantau seberapa jauh tingkat keberhasilan pengelolaan
lingkungan akibat terkena dampak penting proyek, khususnya dampak negatif.

Sebagaimana perumusan RKL, perumusan RPL juga disusun berdasarkan


jenis kegiatan pertahapan kegiatan yang menimbulkan dampak penting. Dengan
demikian rumusan RPL tersebut secara keseluruhan mencakup parameter lingkungan
yang dipantau, tujuan pemantauan, metode dan cara pemantauan, lokasi, waktu
dan frekuensi pemantauan, serta instansi pemantauan lingkungan baik sebagai
pelaksana, pengawas maupun penerima laporan pemantauan lingkungan.

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 36


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

6.5 REKOMENDASI PENILAIAN KELAYAKAN LINGKUNGAN

Rekomendasi penilaian kelayakan lingkungan didasarkan dari hasil evaluasi


dampak penting dan arahan pengelolaan lingkungan hidup, baik pada saat pra
konstruksi, konstruksi maupun saat operasional.

Berdasarkan informasi hasil telahaan keterkaitan dan interaksi dampak


lingkungan/dampak penting hipotetik, alternatif terbaik, arahan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan, pemrakarsa/penyusun Amdal menyimpulkan atau memberikan
pernyataan kelayakan lingkungan hidup atas rencana usaha dan/atau kegiatan yang
dikaji, dengan mempertimbangkan kriteria kelayakan antara lain sebagai berikut:

a. Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.


b. Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta sumber
daya alam yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
c. Kepentingan pertahanan keamanan.
d. Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari aspek
biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan masyarakat
pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi Usaha dan/atau
Kegiatan.
e. Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai sebuah
kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga diketahui
perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif.
f. Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab dalam
menanggulanggi dampak penting negatif yang akan ditimbulkan dari Usaha
dan/atau Kegiatan yang direncanakan dengan pendekatan teknologi, sosial, dan
kelembagaan.

g. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai sosial atau


pandangan masyarakat (emic view).

h. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau mengganggu


entitas ekologis yangmerupakan.

1. entitas dan/atau spesies kunci (key species);

2. memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);

3. memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance); dan/atau

4. memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance).

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 37


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

i. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap usaha


dan/atau kegiatan yang telah berada di sekitar rencana lokasi usaha dan/atau
kegiatan.

j. Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dari lokasi
rencana usaha dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat perhitungan daya dukung dan
daya tampung lingkungan dimaksud.

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 38


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Tabel 6.13. Ringkasan Metode Studi

Metode Prakiraan Data dan Informasi yang Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data
No. DPH Metode Evaluasi
Dampak Relevan dan Dibutuhkan Untuk Prakiraan untuk Prakiraan
1. Penurunan Metode perhitungan Data yang diperlukan untuk aspek Pengambilan data dilakukan Metode yang digunakan Metode evaluasi
Kualitas matematis kualitas udara terdiri dari data dengan sampling atau yang digunakan
Udara primer dan data sekunder yang pengukuran di lapangan Qs adalah metode
C
berupa:
u z bagan alir
untuk menentukan
 Data hasil pengukuran kualitas dampak yang
kualitas udara yaitu :
udara ambien yang pernah dilengkapi
dilakukan di sekitar lokasi. dengan uraian
 Data perkiraan jumlah deskriptif.
Dimana :
kendaraan berat dan alat berat
C = konsentrasi ambien
yang akan digunakan selama
(g/m3)
masa konstruksi dan perkiraan
Q = laju emisi
konsumsi bahan bakar.
(g/detik/m2)
 Data perkiraan jumlah
s = panjang daerah
kendaraan bermotor yang
tinjauan searah dengan
digunakan selama masa
arah angin (m)
operasi dan perkiraan
u = kecepatan angin rata-
konsumsi bahan bakar.
rata (m/dtk)
z = tinggi pencampuran
(m).

Hasil analisis akan


dibandingkan dengan
baku mutu kualitas udara

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 39


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Metode Prakiraan Data dan Informasi yang Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data
No. DPH Metode Evaluasi
Dampak Relevan dan Dibutuhkan Untuk Prakiraan untuk Prakiraan
pada Keputusan
Gubernur Kalimantan
Selatan Nomor 7 Tahun
2016 tentang Baku Mutu
Udara Ambien Provinsi
Kalimantan Selatan.
2. Peningkatan Metode perhitungan Data yang diperlukan untuk aspek Pengambilan data dilakukan Metode yang digunakan Metode evaluasi
Kebisingan matematis peningkatan kebisingan terdiri dari dengan sampling atau untuk menentukan yang digunakan
data primer dan data sekunder pengukuran di lapangan tingkat kebisingan yaitu adalah metode
yang berupa: dengan model Inverse bagan alir
 Data hasil pengukuran tingkat Square Law : dampak yang
kebisingan yang pernah dilengkapi
dilakukan disekitar lokasi. Sumber titik : dengan uraian
 Data perkiraan jumlah deskriptif.
r2
kendaraan berat dan alat berat Lp 1  Lp 2  20 log
r1
yang akan digunakan selama
masa konstruksi.
 Data perkiraan jumlah Dimana :
kendaraan bermotor yang Lp1 = Tingkat kebisingan
digunakan selama masa untuk sumber 1 dengan
operasi. jarak r1 dari sumber 1.
Lp2 = Tingkat kebisingan
untuk sumber 2 dengan
jarak r2 dari sumber 2.

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 40


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Metode Prakiraan Data dan Informasi yang Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data
No. DPH Metode Evaluasi
Dampak Relevan dan Dibutuhkan Untuk Prakiraan untuk Prakiraan
Hasil analisis akan
dibandingkan dengan
baku mutu tingkat
kebisingan pada Kepmen
LH Nomor 48 Tahun
1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan.
3. Penurunan Metode perhitungan Data yang diperlukan untuk aspek Pengambilan data dilakukan Metode formal digunakan Metode evaluasi
Kualitas Air matematis kualitas air permukaan terdiri dari dengan sampling atau untuk menentukan beban yang digunakan
Permukaan data primer dan data sekunder pengukuran di lapangan pencemaran dan adalah metode
yang berupa hasil analisis konsentrasi pertemuan bagan alir
laboratorium, debit air permukaan, antara beban pencemar dampak yang
debit beban pencemaran yang dengan badan air sungai dilengkapi
akan masuk ke air permukaan yaitu dengan metode dengan uraian
tersebut, serta prakiraan matematik. deskriptif.
konsentrasi air permukan. Hasil anaslisi akan
dibandingkan dengan
baku mutu lingkungan
yang berlaku sesuai
Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001.
4. Penurunan Formal : Analisis Data Primer: Survey lalu lintas Perolehan data primer Metode Matematis dan Evaluasi secara
Tingkat perubahan tingkat (traffic counting), survey karakter lapangan dan data sekunder professional judgement holistik
Pelayanan pelayanan jalan (Level of geometri jalan (lebar jalan, lajur), dari instansi terkait menggunakan
Jalan Services / LOS) mengacu kecepatan lalu lintas, data bagan alir untuk

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 41


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Metode Prakiraan Data dan Informasi yang Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data
No. DPH Metode Evaluasi
Dampak Relevan dan Dibutuhkan Untuk Prakiraan untuk Prakiraan
kepada Lampiran PM kendaraan umum menjelaskan:
Perhubungan No 96 Tahun Data Sekunder: Peta jaringan 1. Keterkaitan
2015. jalan, Data BPS terkait aspek antar dampak
Perbandingan kondisi lalu transportasi penting
lintas eksisting dengan lalu 2. Sifat dan
lintas selama proses kumulatif dampak
konstruksi dan operasi. penting
5. Kerusakan Metode Data jaringan jalan, Kondisi Fisik Data sekunder dan observasi Profesional judgement Evaluasi secara
Fisik Jalan analogi/perbandingan Jalan,Kelas Jalan, Jenis dilapangan. dan analogi dengan holistik
kendaraan yang lewat, kegiatan sejenis. menggunakan
Dokumentasi kerusakan jalan. bagan alir untuk
menjelaskan:
1. Keterkaitan
antar dampak
penting
2. Sifat dan
kumulatif dampak
penting.
6. Flora Profesional judgement dari  Jenis tumbuhan yang dominan  Pengamatan langsung Profesional judgement Menggunakan
Terestrial tenaga ahli dan keane-kaan jenis tumbuhan  Analisis kualitatif dari tenaga ahli metode bagan
alir.
7. Fauna Profesional judgement dari Data jenis-jenis fau-na  Pengamatan langsung Profesional judgement Menggunakan
tenaga ahli  Analisis kualitatif dari tenaga ahli metode bagan
 Peralatan teropong medan alir.

 Wawancara

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 42


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Metode Prakiraan Data dan Informasi yang Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data
No. DPH Metode Evaluasi
Dampak Relevan dan Dibutuhkan Untuk Prakiraan untuk Prakiraan
8. Biota Air Profesional judgement dari  Jenis perairan Plankton Analisis di laboratorium Telaahan secara
tenaga ahli Jenis biota air (plank-ton, benthos, Pengambilan sampel. dan dibandingkan de- holistik
nekton) Benthos ngan indeks keanekara-
Mengambil contoh substrat di gaman
dasar perairan yaitu lumpur
atau pasir menggunakan grab Analisis di laboratorium Telaahan secara
sampler untuk perairan dalam dan dibandingkan de- holistik
dan jala surber untuk perairan ngan indeks diversitas
dalam dengan menggunakan Benthos
metode transek.
Nekton
 Menangkap ikan mengguna- Dianalisis melalui perte- Telaahan secara
kan berbagai alat penangkap laahan atau identifikasi holistik
(jaring, jala, seser atau seje- dengan berbagai kriteria
nisnya).
 Wawancara dengan masyara-
kat/narasumber.
9. Hidrologi dan Profesional judgement dari Data sekunder: Data sekunder dan observasi Profesional judgement Menggunakan
Hidrogeologi tenaga ahli Data iklim diperoleh dari Badan dilapangan dari tenaga ahli metode bagan
Meterologi dan Geofisika (BMKG) alir.
Stasiun Klimatologi Semarang.
Data Primer:
Pemetaan komponen-komponen
hidrogeologi di lapangan yaitu
kedalaman akifer dan debit air

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 43


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Metode Prakiraan Data dan Informasi yang Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data
No. DPH Metode Evaluasi
Dampak Relevan dan Dibutuhkan Untuk Prakiraan untuk Prakiraan
tatah (dari mata air).
10. Geologi Profesional judgement dari Data sekunder meliputi peta Data sekunder dan observasi Profesional judgement Menggunakan
(Stabilitas tenaga ahli topografi dan atau rupa bumi dilapangan dari tenaga ahli metode bagan
Lereng) diperoleh dari Badan Informasi alir.
Geospatial (BIG), sedangkan peta
geologi dari Pusat Survey Geologi
(PSG) – Badan Geologi Bandung.
Pengumpulan data primer
dilakukan di lapangan terdiri dari:
 Morfologi: pengamatan dan
deskripsi bentuk
bentangalam/permukaan lahan
mencakup morfometri,
klasifikasi kemiringan lereng
lahan, sungai dengan pola
alirannya, dan elevasi lahan.
 Litologi/batuan: pengamatan
dan deskripsi jenis litologi
mencakup sifat fisik warna,
tekstur dan struktur, bentuk
dan ukuran butir, pemilahan,
konsistensi,
porositas/permeabilitas, tingkat
kelapukan.
 Sampling contoh tanah/batuan:

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 44


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Metode Prakiraan Data dan Informasi yang Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data
No. DPH Metode Evaluasi
Dampak Relevan dan Dibutuhkan Untuk Prakiraan untuk Prakiraan
untuk uji sifat fisik dasar (index
properties) tanah dan sifat
mekanika (mechanical
properties) tanah di
laboratorium mekanika
tanah/batuan sesuai urgensi.
11. Kesempatan Membandingkan hasil  Jumlah penduduk usia Pengumpulan data Kesempatan Kerja: Bagan Alir
Kerja analisis jumlah penyerapan produktif dikelompokkan kedalam 2 (dua) ∑ TKp
= 100%
tenaga kerja dengan  Tingkat partisipasi angkatan kelompok yaitu data primer dan ∑ TKL

angkatan kerja yang kerja, data sekunder. Data primer TKp : Jumlah kebutuhan
tenaga kerja
tersedia di sekitar lokasi  Jumlah angkatan kerja akan diperoleh secara langsung
TKL : Jumlah tenaga
kegiatan (deskriftif kualitatif  Tingkat pengangguran di lapangan dengan teknik
dan kuantitatif) observasi (pengamatan secara kerja yang tersedia
diperoleh
langsung) dan wawancara
terhadap masyarakat yang
diprakirakan terkena dampak.
Jumlah responden sebanyak 50
responden. Data sekunder dari
Profil Desa maupun
Kecamatan yang diterbitkan
Biro Pusat Statistik.
Perubahan Prakiraan dampak dengan Data jenis mata pencaharian Wawancara dan studi pustaka. Tabulasi dan deskriptif. Bagan Alir
Mata analogi. warga
Pencaharian
Penurunan Prakiraan dampak dengan Jumlah lahan pertanian Wawancara dan studi pustaka. Tabulasi dan deskriptif. Bagan Alir

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 45


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Metode Prakiraan Data dan Informasi yang Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data
No. DPH Metode Evaluasi
Dampak Relevan dan Dibutuhkan Untuk Prakiraan untuk Prakiraan
Produktivitas analogi. masyarakat, jenis tanaman yang
Pertanian ditanam.
Pendapatan Prakiraan dampak dengan Jenis-jenis usaha, jumlah usaha Wawancara dan studi pustaka. Tabulasi dan deskriptif. Bagan Alir
Masyarakat analogi. yang ada, mata pencaharian
penduduk sekitar.
Terjadinya Membandingkan hasil Kondisi persepsi awal masyarakat Data primer akan diperoleh 𝑃𝑝/𝑛 Bagan Alir
𝑷𝒑/𝒏 = 𝑥100%
Keresahan analisis data lapangan di Desa yang terkena dampak. secara langsung di lapangan 𝑃𝑡𝑜𝑡

Masyarakat terkait persepsi masyarakat dengan teknik observasi


Keterangan :
dengan prakiraan kondisi (pengamatan secara langsung)
Pp/n =
lingkungan setelah ada dan wawancara terhadap
Persepsi
kegiatan (deskriftif kualitatif masyarakat yang diprakirakan
positif/negatif (%)
dan kuantitatif) terkena dampak. Jumlah
Pp/n = Jumlah
responden sebanyak 50
responden yang
responden.
berpesepsi positif/negatif
(Jiwa)
P Tot = Jumlah
total responden (Jiwa)
12. Kesehatan Metode analogi dengan Data hasil pengukuran kualitas Mengumpulkan data hasil Deskriptif Bagan Alir
Masyarakat kegiatan lain yang sejuenis. udara, tingkat kebisingan,. pengukuran kualitas udara,
data sekunder dari profil/laporan getaran dan kebisingan.
semester/tahunan Puskesmas di Mengumpulkan data sekun-
wilayah studi. der dari profil/laporan tahun- an
Puskesmas di wilayah studi.

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 46


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

6.6 METODE SURVEI HIDROMETRI DAN OCEANOGRAFI

Metodologi survei hidrometri dan oceanografi di dalam pekerjaan Penyusunan Amdal


Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 ini dapat dijelaskan pada sub bab
dibawah ini.

6.6.1 Pengukuran Kedalaman/Pemeruman (Batimetri)

Pemeruman adalah proses dan aktivitas yang ditujukan untuk memperoleh gambaran

(model/konfigurasi) bentuk permukaan dasar (sea surface). Gambaran dasar perairan

akan disajikan dalam garis-garis kontur atau model permukaan digital.

Garis-garis kontur kedalaman atau model batimetri diperoleh dengan menginterpolasi titik-

titik pengukuran kedalaman yang tersebar pada lokasi yang dikaji. Kerapatan titik-titik

pengukuran kedalaman yang direncanakan yaitu setiap interval 10-25 meter.

Pada kegiatan survei hidrografi yang akan dilakukan meliputi :

6.6.1.1 Perencanaan Jalur Pemeruman

Perencanaan lajur perum dilakukan diatas peta kerja dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk perencanaan jalur pemeruman akan dibuat dan dilakukan seting jalur pada peta

digital berskala, dengan menggunakan peta yang telah disediakan didalam perangkat

GPS yang digunakan pada survei ini, sehingga jalur yang direncanakan serta arah

kapal saat dilakukan survei yang sebenarnya akan dapat dimonitor didalam PC yang

digunakan pada saat survei pemerumanan.

b. Jarak antar lajur utama (tegak lurus garis ) dengan interval jarak 50 meter

c. Jarak antar lajur silang pada setiap interval jarak 50 meter dan membentuk sudut

antara 60° s/d 90° terhadap lajur utama.

d. Setiap lajur perum diberi nama atau inisial yang spesifik dan unik yang bertujuan untuk

memudahkan dalam pengorganisasian data.

Perencanaan lajur perum secara simulatif dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 47


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Pengukuran
Pengikatan Ke BM
Rambu
Waterpas GPS (Base)

Rambu
Pasut
BM

25 m
Jal
ur
Pen DGPS (Differential GPS)
guk
ura
50 m n So
und
ing
Posisi Fix
75 m

100 m
GPS (Rover)

Sounding

Gambar 6.3 Pergerakan Perahu Survey pada saat pengambilan data kedalaman di
Lintasan Batimetri yang direncanakan
6.6.1.2 Pengukuran Kedalaman Titik Fix Perum

Pengukuran kedalaman titik fix perum ditujukan untuk menentukan kedalaman dari titik fix
perum.

SATELIT

TAMPAK SAMPING TAMPAK BELAKANG

READER
ANTENA ANTENA

Permukaan Air Laut

TRANDUSER TRANDUSER

DASAR LAUT

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 48


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Gambar 6.4 Sketsa Pengambilan Data Fix Pemeruman

Gambar 6.5 Contoh Pelaksanaan Survey Batimetri

Lintasan kapal survei dijalankan mengikuti lajur survei yang telah direncanakan pada

monitor computer dengan menggunakan Software Mapsource, kemudian dieksport ke

dalam alat Garmin mapsounder. Lintasan kapal juga dapat dipantau setiap saat (real

time) melalui alat tersebut.

Sistem Komputer Navigasi yang digunakan memberikan informasi mengenai data

satelit GPS (Nomor, PDOP dan HDOP), koordinat dan grafik track lintasan pada lajur

survei, dan kecepatan kapal secara real time dan elevation mask satelit akan diset

pada ketinggian 10 derajat. Rekaman data pada posisi fix akan diset pada interval

jarak 10 m dan/ atau pada interval waktu 53 detik dengan kecepatan kapal akan diatur

rata-rata 4 knot atau sekitar 8 Km/jam.

Hasil pemeruman akan terekam secara real time pada memory card yang terdapat

didalam alat echosunder tadi yang kemudian didownload dengan Sotware Mapsource /

Garmin basecamp. Data yang sudah didownload tersebut kemudian diolah dengan

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 49


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

menggunakan formula yang terdapat dalam program software excel. Semua data hasil

pemeruman dikoreksi dengan ketinggian muka air pasang surut pada saat pengukuran

dan dan nilai LWS pada rambu pasut hasil analisa pasang surut.

Data hasil ( XYZ / ENZ ) yang sudah diolah kemudian dieksport ke dalam format *txt

untuk kebutuhan plotting di software Autocad land Development / Autocad Civil 3D.

Kemudian data yang sudah di plot ke autocad tersebut digambar garis kontur dan

detail hasil survey lainnya

Survei batimetri dilakukan dengan menggunakan alat perum gema Echo Sounder (ES)

merk Garmin Mapsounder 585, dimana alat ini berkemampuan pabrikan hingga

kedalaman 200m.

Peralatan yang digunakan dalam survei batimetri adalah:

 Garmin Mapsounder 585i

 Laptop dan Perangkat lunak Mapsource

 Perahu survey

6.6.2 Pengukuran Hidro-Oceanografi

Pengukuran Hidro-Ocanografi yang dilaksanakan pada pekerjaan ini meliputi pengamatan


pasang surut dan pengamatan arus, dan untuk lebih rincinya dapat dilihat pada sub bab
dibawah ini.
6.6.2.1 Pengamatan Pasang Surut

Pengamatan pasang surut dilakukan untuk memperoleh data tinggi pasang surut /perairan
di suatu lokasi. Berdasarkan hasiI pengamatan tersebut dapat ditetapkan datum vertikal
tertentu yang sesuai untuk keperluan keperluan tertentu pula. Pengamatan pasang surut
dilakukan dengan mencatat atau merekam data tinggi pasang surut /perairan pada setiap
interval waktu tertentu. Rentang pengamatan pasang surut sebaiknya dilakukan selama
selang waktu keseluruhan periodisasi benda-benda langit yang mempengaruhi terjadinya
pasang surut telah kembali pada posisinya 'semula'. Rentang waktu pengamatan pasang
surut yang lazim dilakukan untuk keperluan praktis adalah 15 hari.
Cara yang paling sederhana untuk mengamati pasang surut dilakukan dengan palem atau
rambu pengamat pasang surut. Tinggi pasang surut setiap jam diamati secara manual oleh

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 50


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

operator (pencatat) dan dicatat pada suatu formulir pengamatan pasang surut. Pada palem
dilukis tanda tanda skala bacaan dalam satuan desimeter. Pencatat akan menuliskan
kedudukan tinggi pasang surut relatif terhadap palem pada jam-jam tertentu sesuai
dengan skala bacaan yang tertulis pada palem. Pasang surut yang relatif tidak tenang
membatasi kemampuan pencatatan dalam menaksir bacaan skala. Walaupun demikian,
cara ini cukup efektif untuk memperoleh data pasang surut dengan ketelitian hingga sekitar
25 cm. Tinggi palem disesuaikan dengan karakter tunggang air pada wilayah perairan
yang diamati pola pasang surutnya, yang biasanya sekitar 2 hingga 3 meter.
Beberapa persyaratan untuk penempatan lokasi stasiun pasang surut yang harus dipenuhi
antara lain adalah:

1. Lokasi stasiun pasang surut harus menggambarkan karakteristik pasang surut di


daerah sekitarnya.

2. Tanah di daerah lokasi stasiun pasang surut harus keras (tidak berlumpur).

3. Lokasi stasiun pasang surut sebaiknya jauh dari muara untuk menghindari pengaruh
aliran serta endapan dan sampah yang terbawa menuju ke laut .

4. Perairan di lokasi stasiun pasang surut diupayakan bersih dan jernih serta tidak
terganggu oleh tumbuhan yang ada di sekitarnya.

5. Lokasi dicari sedemikian rupa agar memudahkan pengawasan dan pemeliharaan


stasiun pasang surut.

6. Terlindung dari pengaruh ombak dan gelombang serta pengaruh lainnya secara
langsung.
Analisa pasang surut dilakukan untuk menentukan elevasi muka air rencana bagi
perencanaan fasilitas , mengetahui tipe pasang surut yang terjadi dan meramalkan
fluktuasi muka air. Urutan analisa pasang surut adalah sebagai berikut:

1. Menguraikan komponen-komponen pasang surut adalah menguraikan fluktuasi muka


air akibat pasang surut menjadi 9 (sembilan) komponen-komponen harmonik
penyusunnya. Besaran yang diperoleh adalah amplitudo dan fasa setiap komponen.
Metode yang bisa digunakan untuk menguraikan komponen-komponen pasang surut
adalah metode Admiralty dan Least Square. Sebelum dilakukan perhitungan, data hasil
pengamatan terlebih dahulu diikatkan pada referensi topografi yang ada, adapun
diskripsi komponen harmonik pasang surut adalah seperti pada Tabel 6.141 berikut:

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 51


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Tabel 6.14 Deskripsi Komponen Harmonik Pasang Surut

Periode
Komponen Simbol Keterangan
(jam)

Utama bulan M2 12.4106


Utama matahari S2 12.0000
Pasang Surut Semi Diurnal
Bulan akibat variasi bulanan jarak bumi-bulan N2 12.6592
Matahari-bulan akibat perubahan sudut deklinasi matahari-bulan K2 11.9673

Matahari-bulan K1 23.9346
Utama bulan O1 25.8194 Pasang Surut Diurnal
Utama matahari P1 24.0658

Utama bulan M4 6.2103


Perairan Dangkal
Matahari-bulan MS4 6.1033

2. Tipe pasang surut di berbagai daerah tidak sama, di suatu daerah dalam satu hari
dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara umum tipe pasang surut di
berbagai daerah dapat dibedakan menjadi empat tipe yaitu pasang surut harian
tunggal (diurnal tide), pasang surut harian ganda (semidiurnal tide), pasang surut
campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal), dan pasang
surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal). Dengan
didapatkannya nilai amplitudo dari komponen pasang surut, dapat ditentukan tipe
pasang surut yang terjadi pada lokasi, yaitu dengan perhitungan Formzall (F) dengan
persamaan sebagai berikut:
AO1 + AK1
F=
AM2 + AS2

Dimana:

AO = amplitudo komponen O1

AK1 = amplitudo komponen K1

AM2 = amplitudo komponen M2

AS2 = amplitudo komponen S2

Penjelasan untuk masing-masing tipe pasang surut dapat dilihat pada Tabel 6.15
berikut ini,

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 52


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Tabel 6.15 Tipe Pasang Surut

Bilangan Formzall (F) Tipe Pasang surut Keterangan


Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan
2 kali air surut dengan ketinggian yang
F < 0.25 Pasang harian ganda (semi diurnal)
hampir sama dan terjadi berurutan
secara teratur
Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan
0.25 < F < 1.5 Campuran, condong ke semi diurnal 2 kali air surut dengan ketinggian dan
periode yang berbeda
Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan
1.5 < F < 3.0 Campuran, condong ke diurnal 1 kali air surut dengan ketinggian dan
periode yang berbeda
Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan
F > 3.0 Pasang harian tunggal (diurnal)
1 kali air surut

Setelah kesembilan komponen pasang surut berikut amplitudo dan fasanya diketahui,
maka perubahan elevasi pasang surut akibat pasang surut dihitung untuk jangka waktu
tertentu.
Berdasarkan peramalan pasang surut, didapatkan data fluktuasi elevasi pasang surut
selama jangka waktu tertentu. Untuk keperluan perencanaan, ditetapkan elevasi-
elevasi yang digunakan sebagai elevasi acuan dengan cara menganalisa data ramalan
pasang surut tersebut. Analisa dilakukan dengan metode statistika.

Elevasi-elevasi pasang surut yang biasa digunakan adalah sebagai berikut Tabel 6.16:

Tabel 6.16 Elevasi-elevasi Penting

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 53


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

6.6.2.2 Pengamatan Arus

Pengolahan data pengukuran dilakukan berdasarkan variasi temporal dari kecepatan


(magnitude) dan arah (direction) arus. Selanjutnya analisis dilakukan pada setiap lapisan
kedalaman yang diukur. Untuk keperluan deskripsi pola arus setempat, data pengamatan
arus divisualisasikan dalam bentuk diagram polar dan vektor arus yang direpresentasikan
menurut waktu (time series) sehingga dapat diketahui distribusi kekuatan dan arah arus di
area Survei. Visualisasi diberlakukan pada setiap lapisan pengukuran sehingga didapatkan
gambaran pola arus di dekat muka air maupun di dekat dasar perairan. Harga kecepatan
dan arah arus dari ketiga kedalaman kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan
kecepatan dan arah arus di kedalaman rata-rata. Analisis arus pasang surut dilaksanakan
terhadap harga kecepatan dan arah arus pada kedalaman rata-rata tersebut.
Durasi pengukuran pada stasiun pengukuran dilakukan selama 25 jam dengan interval
pengambilan data setiap satu jam. Pengukuran diatur untuk dapat memberikan informasi
arus ketika perioda neap dan perioda spring.
Peralatan yang diperlukan dalam pengukuran arus ini adalah :
 Current Meter
 GPS receiver
 Kompas
 Kapal / Perahu motor
Dari hasil pengamat arus tersebut selanjutnya akan dilakukan analisa data. Analisis data
dilakukan untuk melihat pola arus di daerah survei.

Curren

Gambar 6.6 Skema Pengambilan / Pengamatan Data Arus

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 54


PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO

Gambar 6.7 Contoh Pengambilan / Pengamatan Data Arus di lokasi Survey

Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 6 - 55

Anda mungkin juga menyukai