Anda di halaman 1dari 135

BAB 1

PENDAHUL
PENDAHUL
AHULU UAN

1.1 Latar Belakan


Belakangg
Sebagai Negara Kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki wilayah laut seluas 5,8
juta km2 yang terdiri dari wilayah territorial sebesar 3,1 juta km2 dan wilayah ZEEI 2,7
juta km2, mempunyai 17.480 pulau dan memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km.
Dengan potensi yang demikian besar, secara otomatis terkandung keanekaragaman
sumberdaya alam laut baik hayati maupun non-hayati menjadikan sektor kelautan sebagai
penunjang perekonomian penting bagi Indonesia.
Dahulu kita telah mengenal beberapa sektor ekonomi kelautan secara tradisional antara
lain penangkapan ikan, pelayaran rakyat, industri pengolahan hasil laut dan wisata bahari.
Belakangan ini telah berkembang industri baru yang berbasis eksploitasi sumber daya
kelautan yakni: produksi gas alam dan petroleum, budidaya kelautan, perikanan tangkap
dan pariwisata kelautan. Hadirnya era globalisasi yang memperluas jaringan perdagangan
baik nasional maupun internasional menjadikan sektor kelautan Indonesia semakin terbuka
lebar untuk dimanfaatkan bagi peningkatan perekonomian masyarakat antara lain melalui
sektor perkapalan dan jasa pelabuhan sehingga dapat menciptakan kesejahteraan bagi
masyarakat Indonesia secara keseluruhan sesuai dengan amanat yang tercantum pada
Pembukaan UUD 1945.
Namun pernahkah kita menyadari berapa potensi sumber daya alam laut dan nilai ekonomi
kelautan Indonesia? Begitu banyak sektor yang menyentuh atau bahkan berkaitan langsung
dengan bidang kelautan, namun saat ini belum ada satu lembaga pun yang pernah meng-
hitung potensi sumber daya alam laut dan nilai ekonomi kelautan secara total yang dimiliki
Indonesia serta kontribusinya terhadap pembangunan nasional.
Menjelang berakhirnya Rencana Pembangunan Jangka Panjang Pertama, dan di saat
merumuskan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kedua disadari bahwa pembangunan
kelautan belum mendapat perhatian sepenuhnya, sehingga data dan informasi yang ber-
kaitan dengan kelautan pun masih sangat terbatas dan belum dapat diakses secara luas.
Seminar Strategi Pembangunan Aspek Kelautan dalam Pembangunan Jangka Panjang 25
tahun Kedua yang diselenggarakan tahun 1990, menghasilkan konsep pembangunan
kelautan secara terpadu. Untuk itu disarankan perlunya suatu koordinator. Saran tersebut
dalam Kabinet Pembangunan VI diwujudkan dalam bentuk Dewan Kelautan Nasional
yang diketuai oleh Presiden dengan Ketua Harian Menkopolkam. Dewan Kelautan Nasional
ini kemudian berubah menjadi Dewan Maritim Indonesia (DMI). Namun demikian hingga
saat ini belum ada data potensi kelautan yang dapat dijadikan rujukan.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 1
1.2 Tujuan Dan Sasaran
1. Tujuan
a. Untuk menyusun database yang memuat potensi ekonomi maritim sebagai dasar
dalam menyusun kebijakan kelautan.
b. Untuk menyediakan berbagai data dan informasi yang memuat potensi maritim
Indonesia bagi pemangku kepentingan di bidang kelautan.
c. Untuk mendapatkan gambaran tentang pembangunan industri kelautan dan
ekonomi kelautan Indonesia, yang dijadikan dasar dalam merumuskan kebijakan
pembangunan kelautan.
d. Untuk mengestimasi besaran kontribusi sektor-sektor kelautan dalam berbagai
variable mikroekonomik.

2. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai adalah tersedianya data dan informasi tentang potensi
ekonomi maritim Indonesia merumuskan berbagai kebijakan pembangunan di bidang
kelautan.

1.3 Lingkup Ke
Lingkup giatan
Kegiatan
1. Inventarisasi data dan informasi yang terkait dengan potensi ekonomi maritim
Indonesia yang meliputi sektor: perikanan (penangkapan ikan di laut dan di air tawar),
pertambangan (minyak dan gas lepas pantai), pelayaran dan perkapalan, industri
wisata bahari, industri dan galangan kapal dan jasa kepelabuhanan, administrasi
pelayaran dan bea cukai.
2. Melakukan perjalanan ke daerah dalam rangka mengumpulkan data-data/literatur
mengenai potensi ekonomi maritim Indonesia.
3. Kompilasi data dan membuat Tabel input-output yang meliputi 7 (tujuh) sektor potensi
ekonomi maritim Indonesia dan kemudian diolah dengan metoda analisis input -
proses - output.
4. Mengadakan rapat-rapat dengan tim perumus dan Pakar yang dimulai dengan rapat
penyusunan instrumen survei, rapat penyusunan draft laporan, rapat pembahasan,
dan rapat penyempurnaan draft laporan.

1.4 Metodolo gi Analisis Potensi Kelautan


Metodologi
1. Berdasarkan berbagai pertimbangan antara lain: waktu, sumber daya manusia, metoda
analisis dilaksanakan dengan 2 cara:
a. Analisis terhadap data yang dihimpun dari Pemerintah Provinsi.
b. Analisis tabel input - output.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 2
2. Analisis data provinsi.
Penyusunan data base ini terdiri atas 3 kegiatan, yaitu:
a. Penyusunan kuisioner, yang ditujukan kepada Pemerintah Daerah.
b. Melaksanakan survei dengan mengirim kuisioner ke responden serta interview.
c. Mengumpulkan serta melakukan analisis hasil survei.
3. Klasifikasi sektor kelautan.
Penyusunan Tabel Input Output (Tabel IO) dimulai dengan menentukan klasifikasi
sektor kelautan serta jabarannya. Kemudian membuat tabel. Tabel IO dibagi dalam 2
kelompok yaitu tabel-tabel dasar dan tabel-tabel analisis. Menetapkan klasifikasi sektor
kelautan. Klasifikasi sektor kelautan ditetapkan dengan meneliti berbagai sumber,
antara lain:
a. GBHN 1988
b. Seminar Strategi Pembangunan Kelautan dalam Pembangunan Jangka Panjang
ke Dua tahun 1990.
c. Tabel Input Output Indonesia tahun 2000, updating 2003 dan tahun 2005.
4. Analisis Tabel IO Kelautan.
a. Model ini dipilih karena dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang:
1. Struktur perekonomian kelautan yang mencakup struktur Output dan nilai
tambah masing-masing sektor kelautan.
2. Struktur input output penggunaan berbagai barang dan jasa oleh sektor-
sektor produksi kelautan.
3. Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri.
Maupun barang-barang yang berasal dari import.
4. Struktur permintaan barang dan jasa baik permintaan antara oleh sektor-
sektor produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi, atau investasi
atau ekspor.
b. Tabel IO disajikan dalam 2 kelompok tabel yaitu Tabel Dasar dan Tabel Analisis.
1. Tabel dasar yang juga disebut tabel transaksi adalah tabel yang menggambar-
kan besarnya nilai transaksi barang dan jasa antar sektor-sektor ekonomi
kelautan. Tabel dasar diperlukan dalam menyusun analisis deskriptif seperti
analisis struktur perekonomian kelautan, nilai tambah sektoral kelautan,
pola distribusi barang dan jasa, struktur konsumsi dan pembentukan modal,
struktur ekspor, dan lain sebagainya.
Tabel analisis disajikan dalam 3 jenis, yaitu tabel koefisien input, tabel alokasi
output dan matriks kebalikan.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 3
5. Penyusunan draft awal.
Berdasarkan klasifikasi sektor IO kelautan disusun IO kelautan yang di “ekstrak”
dari IO nasional.
6. Review Tabel IO Kelautan.
Ada 3 jenis data yang digunakan untuk menyususn Tabel IO, yaitu data primer, data
sekunder dan estimasi. Tabel IO kelautan perlu direview untuk mengidentifikasi data
sekunder dan estimasi. Data ini secara bertahap perlu diprogram untuk dapat menjadi
data primer.
7. Rencana tindak lanjut.

Secara skematik, metodolo


skematik, gi di
metodologi gambarkan dalam Gambar 1.
dig

1.5 Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini berupa data base Input dan Output kelautan
yang memuat potensi ekonomi maritim sebagai dasar dalam menyusun kebijakan kelautan.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 4
BAB 2
LANDASAN KEBIJ
ANDASAN AKAN
KEBIJAKAN

2.1 Tug as Pok


Tugas ok Depar
Pokok temen Kelautan dan Perikanan
Departemen
Sebagai negara kepulauan yang memiliki panjang pantai ± 95. 181 km dan 17.480 pulau,
maka laut memiliki arti yang sangat penting dan strategis bagi bangsa Indonesia, karena potensi
yang terkandung didalamnya sangat besar, seperti pertambangan, perikanan, pariwisata dan
lain-lain. Dengan berbagai fungsi dan potensi tersebut maka cukup besar jumlah penduduk
Indonesia yang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bertumpu pada laut.
Dari aspek kelembagaan, perhatian pemerintah di masa laut terhadap sumber daya laut
masih sangat lemah. Baru pada masa Kabinet Pemerintahan Abdurahman Wahid dibentuk
Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan, yang telah diubah menjadi Departemen Kelautan
dan Perikanan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 165 tahun 2000. Di sisi lain,
Departemen Kelautan dan Perikanan yang relatif masih baru dibentuk dalam pelaksanaan
tugas pokok dan fungsinya sering dihadapkan pada berbagai kendala, karena pada kenyataannya
secara parsial sumberdaya kelautan sudah dikelola oleh berbagai Departemen/Lembaga/Unit
Organisasi lain.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 165 tahun 2000, Departemen Kelautan dan
Perikanan (DKP) mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagai tugas
pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan. Dalam melaksanakan tugasnya, DKP
menyelenggarakan fungsi:
1. Pelancaran pelaksanaan di bidang kelautan dan perikanan;
2. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas serta pelayanan administrasi departemen;
3. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan teknologi terapan serta pendidikan dan
pelatihan tertentu dalam rangka mendukung kebijakan di bidang kelautan dan perikanan;
4. Pelaksanaan pengawasan fungsional.

Dalam melaksanakan fungsi tersebut, DKP mempunyai kewenangan:


1. Penetapan kebijakan di bidang kelautan dan perikanan untuk mendukung pembangunan
secara makro;
2. Penetapan kriteria penentuan dan perubahan fungsi ruang kawasan/lahan dalam rangka
penyusunan tata ruang di bidang kelautan dan perikanan;
3. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang kelautan dan perikanan;
4. Penetapan persyaratan akreditas lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga profesional/
ahli, serta persyaratan jabatan di bidang kelautan dan perikanan;

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 5
5. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi
pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi di bidang kelautan
dan perikanan;
6. Penetapan pedoman pengelolaan dan perlindungan sumber daya alam di bidang kelautan
dan perikanan;
7. Pengelolaan dan penyelenggaraan perlindungan sumber daya alam di wilayah laut di luar
12 (dua belas) mil di bidang kelautan dan perikanan;
8. Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan atas nama
negara di bidang kelautan dan perikanan;
9. Penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidang kelautan dan perikanan;
10. Penanggulangan bencana yang berskala nasional di bidang kelautan dan perikanan;
11. Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidang kelautan dan perikanan;
12. Penetapan persyaratan kualifikasi usaha jasa di bidang kelautan dan perikanan;
13. Penyelesaian perselisihan antar provinsi di bidang kelautan dan perikanan;
14. Pelancaran kegiatan distribusi bahan-bahan pokok di bidang kelautan dan perikanan;
15. Pengaturan tata ruang perairan di luar 12 (dua belas) mil;
16. Penetapan kebijakan dan pengaturan eksplorasi, konservasi, pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya alam perairan di wilayah laut di luar 12 (dua belas) mil, termasuk perairan
nusantara dan dasar lautnya serta ZEE dan landas kontinen.
17. Penetapan kebijakan dan pengaturan batas-batas maritim yang meliputi batas-batas daerah
otonom di laut dan batas-batas ketentuan hukum laut internasional;
18. Penetapan standar dan pengelolaan pesisir, pantai dan pula-pulau kecil;
19. Penetapan standar pelepasan dan penarikan varietas komoditas perikanan;
20. Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yaitu:
- Penetapan kebijakan dan pengelolaan serta pemanfaatan sumber daya alam kelautan
termasuk benda berharga dari kapal tenggelam dan kawasan konservasi laut;
- Penetapan kebijakan teknis serta pengaturan pemasukan dan pengeluaran benih dan
induk serta penetapan pedoman dan standar perbenihan dan standar pembudidayaan
ikan;
- Penetapan standar jenis dan kualitas komoditi ekspor dan impor dibidangnya;
- Penetapan norma dan standar teknis pemberantasan hama dan penyakit ikan;
- Penetapan persyaratan dan akreditas lembaga pengujian serta sertifikasi tenaga
profesional/ahli dibidangnya;
- Pemberian izin dibidangnya, di wilayah laut di luar 12 (dua belas) mil, termasuk
perairan nusantara dan dasar lautnya, serta ZEE dan landas kontinen.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 6
2.2 Visi, Misi dan Pr ogram De
Pro wan Maritim Indonesia
Dew
Kehadiran Departemen Kelautan dan Perikanan dalam jajaran pemerintah Abdurahman
Wahid sejak tahun 1999 menandakan betapa pentingnya bidang kelautan ini. Dalam kurun
waktu yang sangat singkat cukup banyak perubahan, mulai dari nomenklatur yang semula
Departemen Eksplorasi Laut (DEL) berubah menjadi Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan
(DELP) dan akhirnya menjadi Departemen Kelautan dan Perikanan (Dep. KP). Hal ini
mencirikan bidang kelautan dan perikanan mempunyai dinamika yang tinggi sehingga
diperlukan daya inovatif yang cepat dan kreatif dalam mengelolanya.
Namun, sejak awal pembentukan Departemen Kelautan dan Perikanan terdapat pertanyaan
mendasar, yaitu apakah mungkin dan bagaimana departemen ini dapat berperan membangun
kelautan dalam arti luas, bahkan membangun Indonesia untuk menjadi negara maritim, karena
pengelolaan wilayah laut sudah tersebar ke pelbagai instansi. Keterlambatan lahirnya
Departemen Kelautan dan Perikanan membuat tumpangtindih kepentingan di laut. Dengan
demikian dirasakan, hal itu akan mengalami kesulitan dalam koordinasi, karena tugas pokok
dan fungsi Departemen Kelautan dan Perikanan sangat terbatas dalam menangani kelautan
atau kemaritiman, yang telah dimiliki oleh departemen dan instansi-instansi lain. Selanjutnya
dengan menyadari bahwa tugas pokok dan fungsi telah terdistribusi pada beberapa instansi
pemerintah. Bahkan dalam kenyataan di lapangan beberapa peraturan/perundang-undangan
terjadi “overlaping” antar instansi. Dalam upaya membangun menuju negara maritim yang
kuat dan dihormati dunia internasional dipandang perlu dibentuk lembaga, yang merupakan
“forum” konsultasi/koordinasi, untuk menciptakan sinergi kebijakan antar instansi, bahkan
antar “stakeholders”, pemerintah dan non pemerintah. Oleh karena itu, dengan Keputusan
Presiden Nomor 161 Tahun 1999, terbentuklah Dewan Maritim Indonesia (DMI).

Org anisasi De
Organisasi Dewwan Maritim Indonesia
Sesuai Keputusan Presiden RI Nomor 161 Tahun 1999 susunan organisasi dikemukakan
sebagai berikut:
1. Susunan keanggotaan DMI terdiri dari:
a. Ketua : Presiden RI
b. Ketua Harian : Menteri Kelautan dan Perikanan RI
c. Anggota : 10 Menteri terkait dan KSAL serta 17 wakil dari Forum, Asosiasi,
Lembaga Swadaya Masyarakat, Perguruan Tinggi dan Pakar.
d. Sekretaris Umum : Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan.
2. Dalam rangka operasionalisasi pelaksanaan pekerjaan DMI, telah diterbitkan Keputusan
Ketua Harian DMI Nomor 1 Tahun 2000 tentang Organisasi, Tata Kerja dan Personalia
Sekretariat DMI, yang terdiri dari :
a. Sekretaris Umum
b. Sekretaris Bidang : Wilayah, Potensi, Industri dan Jasa, Lingkungan Hidup, Hukum,
Sumber Daya Manusia, dan Sosialisasi.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 7
c. Kepala Tata Usaha
- Koordinator Urusan Umum
- Koordinator Urusan Program dan Pelaporan
- Koordinator Kepegawaian dan Dokumentasi
3. Susunan organisasi DMI secara lengkap terlampir dalam laporan ini.

Sekr etaris Umum


Sekretaris
Sekr etaris Bidan
Sekretaris g:
Bidang:
- Wilayah
- Lingkungan Hidup
- Potensi
Kepala T ata Usaha
Tata - Industri Jasa
- Hukum
- Sosialisasi
- Sumber Daya Manusia

Koor dinator Ur
Koordinator usan
Urusan Koor dinator
Koordinator Koor dinator Ur
Koordinator usan
Urusan
Admin & Kepe gawaian
Kepeg usan Umum
Urusan
Ur Pro
Pr ogram & Pelaporan

Staf Staf Staf

Tugas Pok
Tugas ok Dan Fun
Pokok gsi Org
Fungsi anisasi DMI
Organisasi
1. Membantu Presiden RI dalam merumuskan kebijakan nasional dibidang kelautan.
2. Menciptakan integrasi dan sinergi kebijakan antar sektor di bidang kelautan yang
penanganannya tersebar secara sektoral, baik polsoskam maupun perekonomian.
3. Mewujudkan “Good Governance” di mana kebijakan di rumuskan bersama-sama
“Stakeholders”, baik pemerintah maupun non pemerintah.
4. Mewadahi penyelesaian perbedaan-perbedaan antar sektor dan kerjasama antar
stakeholders.

Bertolak dari tugas pokok disebut di atas, DMI bukanlah sebagai pengambil keputusan
(decision maker) terhadap kegiatan pembangunan di bidang kelautan, tetapi hanyalah
merupakan mediator antar stakeholders yang berkaitan dengan bidang kelautan. Sedang
pelaksana operasionalnya berada pada instansi teknis sesuai dengan tupoksinya.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 8
Visi dan Misi DMI
DMI menjalankan program kegiatan pembangunan bangsa berangkat dari Visi sebagai
berikut:
Visi Maritim Indonesia:
Potensi laut dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan primemover kekuatan
bangsa untuk mempersatukan ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang harus
dikuasai, dikendalikan dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan kedaulatan bangsa.
Atas dasar Visi di atas, maka sebagai Misi DMI, yaitu:
Misi:
a) Memantapkan kedaulatan nyata di laut, agar dapat menguasai, memanfaatkan, memper-
tahankan dan mengendalikan potensi ruang wilayah Indonesia termasuk lautan dan
kekayaan alam di dalamnya untuk kesejahteraan dan kedaulatan bangsa;
b) Menanamkan wawasan maritim melalui pendidikan masyarakat sebagai landasan budaya,
moral dan etos kerja bangsa Indonesia;
c) Mengembangkan penataan ruang wilayah lautan, pesisir dan pulau-pulau kecil secara
berkelanjutan dengan memberi perhatian yang lebih khusus pada wilayah perbatasan;
d) Membangun sistem hukum dan peradilan, serta kelembagaan maritim;
e) Membangun armada pelayaran, industri maritim, dengan memberi perhatian yang lebih
khusus pada pengembangan sistem transportasi, keuangan, Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) serta Sumber Daya Manusia (SDM) maritim.

Per masalahan dan Hambatan Kelemba


Permasalahan Kelembaggaan DMI
DPR-RI telah menetapkan DMI sebagai salah satu dari tiga dewan yang dijadikan mitra
kerjanya. Tetapi, keberadaan DMI “di dalam” satu departemen menghadapi kendala, baik
strategi maupun operasionalnya, dan fungsi DMI hanya sebagai “forum konsultasi” dirasa
kurang mengikat. Lebih terkesan hanya sebagai ajang komunikasi antar sektor yang tidak
mengikat apalagi mensinergikan.
Untuk itu diharapkan ada Kebijakan:
a. Meningkatkan prasarana DMI dengan dari yang semula hanya “forum konsultasi” menjadi:
“perumus kebijakan” lintas sektor; penciptaan “playing field” yang kondusif untuk para
“stakeholders” dan “penyerasian perbedaan” (conflict management).
b. Untuk membantu penyelenggaraan fungsi-fungsi DMI dibentuk Sekretariat Jenderal, yang
ramping tetapi kaya fungsi, dan dengan struktur berorientasi kepada “jaringan” (network),
secara mandiri, tidak berada di dalam salah satu Departemen. Atau DMI dapat dijadikan
sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen, seperti “Badan Kemaritiman Nasional”.
Badan ini memiliki tugas hampir sama dengan “Badan Pertanahan Nasional” hanya
wilayahnya di laut.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 9
BBAB
AB 33
G
GAMB ARAN
ARAN POTENSI
AMBARAN
AMB
AMBARAN POTENSI EK
EKO
EK
EKOO
ONOMI
NOMI MARITIM
MARITIM

3.1 Potensi Sumber Da


Dayya Perikanan
3.1.1 Perikanan T an
Tan gkap
angkap
Potensi perikanan di perairan Indonesia diperkirakan terdiri dari potensi lestari
sumberdaya ikan laut diperkirakan sebesar 6.4 juta ton per tahun dengan jumlah
tangkapan yang diperbolehkan ( JTB) sebesar 5.12 juta ton per tahun atau sekitar 80%
dari potensi lestari, dan baru dimanfaatkan sebesar 4 juta ton (pada tahun 2002, atau
baru 78.13%). Potensi perikanan tangkap Indonesia lebih dari US$ 15 miliar, perikanan
air tawar lebih dari USD 6 milliar, perikanan budidaya tambak dan udang windu sebesar
US$ 10 miliar.
Secara total devisa dari kelautan dan perikanan bisa mencapai US$ 71 miliar setiap
tahun (hampir 2 kali dari APBN). Dengan demikian maka sangatlah logis jika sektor
kelautan dijadikan sebagai alternatif pembangunan ekonomi nasional saat ini dan saat
mendatang.
Peluang pasar hasil perikanan adalah pasar domestik (dalam negeri) dan luar negeri.
Pasar domestik : jumlah penduduk Indonesia (220 juta jiwa), konsumsi per kapita: 22
kg/kapita/tahun), tingkat konsumsi total meningkat setiap tahun, tahun 2000 (4.51
juta ton/tahun), tahun 2001 (4.68 juta ton/tahun), tahun 2002 (4.84 juta ton/tahun),
tahun 2003 (5.31 juta ton/tahun). Sedangkan peluang pasar ekspor antara lain ke
Jepang (40%), USA (15%), Eropa (20%), RRC (10%), Hongkong (5%), Singapor (5%)
dan negara lainnya (5%) (Sumber: DKP 2004).
Jika dibandingkan dengan potensi yang ada, kontribusi terhadap ekonomi nasional masih
sangat jauh jika dibandingkan dengan potensi yang ada. Kontribusi produk perikanan
ke PDB baru mencapai US$ 2 miliar pada tahun 1998, pertanian 12,62%, pertambangan
4,21%, industri manufaktur 19.92%, jasa-jasa 41.12% dan kelautan 20.06%. Kondisi
ini masih berbeda sangat jauh jika dibandingkan dengan negara lain yang memiliki
luas laut lebih kecil tetapi kontribusi ekonomi nasional leih tinggi. Seperti Cina memiliki
luas laut separo dari luas indonesia, kontribusi PDB sebesar 48,40%, Korea 37% dan
Jepang 54%. Thailand, panjang garis pantai 1/3 dari panjang garis pantai Indonesia,
telah mampu memberikan devisa sekitar US$ 5 miliar. Philipina, pada tahun 2000 devisa
dari rumput laut sebesar US$ 700 juta, Indonesia baru mampu mencapai US$ 15 juta.
Padahal 65% bahan baku industri rumput laut di Philipina berasal dari Sulawesi.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 10
Tabel 1.
PDB Perikanan dan PDB Nasional, 1999- 2003 (satuan : Rp Milliar)

Sektor 1999 2001 Kenaikan


2000 2002 2003
(%)
Perikanan 25.932,80 29.509,70 36.654,80 46.610,30 11.890,70 21,72
Peternakan 23.761,20 27.034,60 30.438,20 34.808,90 9.066,50 13,58
Perkebunan 35.966,50 33.744,70 37.491,20 41.919,50 7.257,90 5,58
Tanaman Pangan 116.222,50 112.661,20 126.065,20 141.137,40 44.591,30 6,39
Kehutanan 13.803,80 14.947,80 15.648,30 16.848,90 4.826,80 6,88
PDB Nasional 1.099.731,60 1.264.918,70 1.449398,10 1.610.011,60 77.633,30 13,56

Sumber : BPS dan DKP, Maret 2004

Sebagian besar nelayan kita 83% masih hidup miskin dan berusaha dengan cara traditional
dengan menggunakan armada penangkapan sangat sederhana, sehingga hasil tangkapannya
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Jika dilihat dari kepemilikan kapal yang dimiliki seperti piramida, menunjukkan sangat
melebar di bawah. Kapal tidak bermotor berjumlah 64%, kapal bermotor tempel 21%,
sedangkan kapal motor berjumlah hanya 15%. Pendapatan nelayan yang menggunakan perahu
tanpa motor sekitar Rp 885.000,- per tahun (70% dari hasil penangkapan ikan, 30% dari
sumber pendapatan lain). Sedangkan pendapatan nelayan motor tempel sebesar Rp 1. 180.000,-
per tahun (73% dari hasil ikan, 27% dari sumber lain), nelayan kapal motor berpendapatan
Rp 1.918.000,- per tahun (78% dari usaha ikan, 22% dari sumber lain). Sumber lain berasal
dari usaha tani, upah sebagai buruh, usaha pengolahan, perdagangan, pengangkutan dan
lainnya, seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 2.
Jenis kapal yyan
ang dimiliki nela
ang nelayyan dan tin gkat pendapatan per tahun
tingkat

No. Jenis K apal


Kapal Jumlah Pendapatan/ Sumber Pendapatan
tahun (Rp)
1. Kapal tidak bermotor 64% 885.000,- 70% dari hasil ikan,
30% dari sumber lain
2. Kapal bermotor tempel 21% 1.180.000,- 73% dari hasil ikan,
27% dari sumber lain
3. kapal motor 15% 1.918.000,- 78% dari usaha ikan,
22% dari sumber lain
(Sumber: Hadi Poernomo dan Untung Prasetyono, USPPL- STP Serang, 2002)

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 11
Seperti kita pahami, sumber daya ikan merupakan komoditi yang memiliki karakteristik
khusus. Sebab ikan yang mengandung protein dan bermanfaat bagi tubuh manusia, tersedia
secara bebas di laut. Hanya saja, karena sumber daya ikan merupakan jenis sumber daya yang
renewable, maka tingkat penangkapannya selalu mengancam keberlanjutan sumber daya ikan
tersebut. Lingkungan ikan yang berada pada alam (laut) yang setiap orang bebas menangkapnya,
tentu tidak boleh melebihi kepunahannya (over fishing). Karena laut masih di persepsi atau
dianggap sebagai wilayah bebas, maka laut tetap dikatagorikan sebagai sumber daya yang bersifat
open acces atau sebagai sumber daya yang setiap individu atau kelompok dengan bebas
mengakses sumber dayanya. Naluri kebebasan mengakses sumber daya ikan tersebut, apalagi
setelah teknologi penangkapan ikan terus menerus dapat dimodernisasi, membuat tingkat
eksplorasi ikan di beberapa zona, tidak lagi memperhitungkan daya regenerasinya. Sehubungan
dengan itu maka manajemen perikanan perlu dipikirkan secara serius.
Secara keseluruhan potensi perikanan diperairan Indonesia dapat terlihat pada total eksport
komoditi perikanan di tahun 2004 mencapai 907.970 ton dan pada tahun 2006 mencapai
926.478 ton, sehingga rata-rata mencapai 8,59 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 3.

Tabel 3.
Total Ekspor Komoditi Perikanan, tahun 2001 - 2006

R ata-rata R ata-rata
Kenaikan Kenaikan
Komoditi 2001 2002 2003 2004 2005 2006
2001 - 2006 2004 - 2006
(%) (%)

Volume(ton) 487.116 565.739 857.783 907.970 857.922 926.478 15.22 1.24


Nilai
1.631.999 1.570.0353 1.643.542 1.784.010 1.913.305 2.103.471 5.32 8.59
(1000 US$)
Harg
Hargaa
rata-rata 3,35 2,78 1,92 1,96 2,23 2,27 - 6.05 8.93
(US$ / kkg
g)

Untuk total ekspor hasil perikanan dari tahun 1997 mencapai 574,419 ton dan sampai
dengan tahun 2006 mencapai 926.478 ton, sehingga rata-rata kenaikannya mencapai 7,29 %
dan untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 12
Tabel 4.
Total Ekspor Hasil Perikanan, tahun 1997 - 2006

R ata-rata R ata-rata
Kenaikan Kenaikan
Komoditi 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
1997 - 2006 2002 - 2006
(%) (%)
Volume(ton) 574.419 650.291 644.604 519.416 487.116 565.739 857.783 907.970 857.922 926.478 7.29 15.67
Udang 93.043 142.689 109.650 116.188 128.830 124.765 137.636 142.135 153.906 169.329 9.07 9.15
Tuna, cakalang,
tongkol 82.868 104.330 90.581 92.958 84.206 92.797 117.092 94.221 91.631 91.822 0.23 -0.24
Ikan lainnya
(termasuk darat) 332.010 330.288 354.501 216.339 169.583 236.937 470.045 515.834 428.395 493.540 6.54 25.63
Kepiting 3.303 3.863 10.409 12.381 11.657 11.226 12.041 20.903 18.593 17.905 12.00 8.92
lainnya 63.195 69.121 79.453 81.530 92.840 100.014 120.971 134.877 165.397 153.881 15.61 17.74
Nilai(1000 US$) 1.686.168 1.698.666 1.605.421 1.675.074 1.631.999 1.570.0353 1.643.542 1.784.010 1.913.305 2.103.471 5.17 5.11
Udang 1.011.135 1.011.467 888.982 1.002.124 934.989 836.563 850.222 892.479 948.130 1.115.963 4.26 2.27
Tuna, cakalang,
tongkol 189.433 215.134 189.386 223.916 218.991 212.426 213.179 243.938 246.303 250.567 5.38 2.38
Ikan lainnya
(termasuk darat) 336.730 313.730 328.021 246.546 240.643 297.827 341.494 357.022 366.414 449.812 6.19 16.49
Kepiting 14.008 25.641 34.402 68.209 87.430 90.349 91.918 14.355 130.905 134.825 24.64 19.53
Lainnya 134.862 132.694 144.630 134.279 149.946 133.188 146.730 156.216 221.553 152.305 0.88 2.68
Rata-rata(US$/kg) 2.94 2.61 2.49 3.22 3.35 2.78 1.92 1.96 2.23 2.27 -1.47 -5.92
Udang 10.87 7.09 8.11 8.63 7.26 6.71 6.18 6.28 6.16 6.59 -3.12 -4.72
Tuna, cakalang,
tongkol 2.29 2.06 2.09 2.41 2.60 2.29 1.82 2.59 2.69 2.73 5.09 2.66
Ikan lainnya

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
(termasuk darat) 1.01 0.95 0.93 1.14 1.42 1.26 0.73 0.69 0.86 0.91 -0.25 -4.01
Kepiting 4.24 6.64 5.23 5.51 7.50 8.05 7.63 0.69 7.04 7.53 7.35 7.34
Lainnya 2.13 1.92 1.82 1.65 1.62 1.33 1.21 1.16 1.34 0.99 -7.60 -7.98

13
Kondisi potensi perikanan perairan kita dapat terlihat pada volume dan nilai hasil ekspor
perikanan menurut komoditi tahun 2006 yang mencapai 926.477.608 kg dengan nilai
2.103.470.984 US $, dan secara lengkap dapat kita lihat pada tabel 5.
Tabel 5.
Volume dan Nilai Ekspor
Eksportt Hasil Perikanan Menur ut Komoditi, tahun 2006
Menurut
No. Komoditi Volume(kg)
olume(kg) Nilai(US$)
1. Ikan, binatang berkulit keras dan lunak segar (hidup atau
mati), dingin, beku, kering, asin, dalam air garam atau diasap 693.549.344 1.568.186.811
1.1 Ikan (hidup atau mati) segar atau beku 477.864.917 456.120.299
1.2 Ikan kering, asin, garam atau diasap 25.122.205 61.616.304
1.3 Binatang berkulit keras dan lunak, hidup, segar, dingin beku,
kering, asin dalam air garam 190.562.222 1.050.450.208
2. Ikan, binatang berkulit keras dan lunak diolah atau diawetkan
dalam kemasan 84.944.237 391.603.795
2.1 Ikan diolah atau diawetkan 49.030.713 133.865.824
2.2 Binatang berkulit ketas atau lunak 35.913.524 257.737.971
3. Minyak dan lemak berasal dari binatang air 1.689.864 852.101
3.1 Minyak dan lemak 1.869.864 852.101
4. Bahan umpan dan pupuk berasal dari binatang air tidak baik
dimakan manusia 7.795.959 4.728.229
4.1 Bahan umpak dan pupuk 7.795.959 4.728.229
5. Hasil binatang air lainnya 35.888.926 74.369.245
5.1 Paha kodok 4.387.912 16.670.286
5.2 Daging kodok 150.896 467.534
5.3 Lainnya 31.350.118 57.231.425
6. Hasil tanaman air 102.609.278 63.730.803
6.1 Hasil tanaman air 2.834.966 4.403.489
6.2 Lainnya 99.774.312 59.327.314
Jumlah total 926.477.608 2.103.470.984

Untuk Produksi perikanan laut yang terdapat menurut provinsi di Indonesia tahun 1994
sampai 2004, Nilai Produksi Perikanan Laut Menurut Provinsi, Produksi Perikanan Perairan
Umum Menurut Provinsi, Nilai Produksi Perikanan Perairan Umum Menurut Provinsi, yang
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 6, 7, 8, dan 9 dibawah ini.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 14
Tabel 6.
Pr
Produksi ut Pr
Menurut
oduksi Perikanan Laut Menur Proovinsi, 1999 - 2004
Satuan : Ton
TAHUN Kenaikan rata-rata (%)
PROVINSI
PROVINSI 1999 - 2003 -
1999 2000 2001 2002 2003 2004
2004 2004
JUML AH
JUMLAH 3 682 444 3 807 191 3 966 480 4 073 506 4 383 103 4 320 241 3,29 -1,43
SUMATERA
SUMATERA 1 113 099 1 180 667 1 242 628 1 240 034 1 319 712 1 256 624 2,55 -4,78
Nanggroe Aceh Darussalam 111 690 90 348 102 824 92 236 134 077 102 555 1,25 -23,51
Sumatera Utara 314 359 338 215 341 325 345 193 341 183 323 794 0,68 -5,10
Sumatera Barat 92 126 95 508 100 880 85 745 98 431 102 368 2,62 4,00
Riau 263 424 286 290 301 519 308 595 313 473 308 304 3,26 -1,65
Jambi 37 387 41 106 44 935 45 262 48 826 47 078 4,86 -3,58
Sumatera Selatan 146 937 157 530 46 192 49 724 61 368 54 041 -8,87 -11,94
Bangka Belitung 127 866 136 526 143 897 144 006 4,08 0,08
Bengkulu 24 759 24 169 25 602 25 903 27 211 27 615 2,25 1,48
Lampung 122 417 147 501 151 485 150 850 151 246 146 863 4,03 -2,90
JAWA 828 309 820 774 929 072 999 139 975 519 904 168 2,03 -7,31
Banten 108 109 64 966 52 871 53 535 -19,09 1,26
DKI Jakarta 94 723 105 179 107 136 106 668 120 827 123 869 5,65 2,52
Jawa Barat 177 183 169 585 141 261 150 010 149 158 160 240 -1,59 7,43
Jawa Tengah 262 172 246 514 274 809 281 268 236 235 244 389 -0,94 3,45
D.I. Yogyakarta 1 248 1 428 1 339 1 641 1 775 1 444 4,05 -18,65
Jawa Timur 292 983 298 068 296 418 394 586 414 653 320 691 3,35 -22,66

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
BALI -NUSA TENG
TENGGGARA 208 709 223 057 229 691 246 841 264 138 241 360 3,14 -8,62
Bali 50 660 55 910 59 103 81 650 95 223 65 768 7,98 -30,93
Nusa Tenggara Barat 78 446 85 709 86 597 79 727 81 092 79 450 0,41 -2,02
Nusa Tenggara Timur 79 603 81 438 83 991 85 464 87 823 96 142 3,89 9,47

15
TAHUN Kenaikan rata-rata (%)
PROVINSI
PROVINSI 1999 - 2003 -
1999 2000 2001 2002 2003 2004
2004 2004
KALIMANT
KALIMANTAN AN 287 252 284 344 302 632 311 126 307 695 321 465 2,32 4,48
Kalimantan Barat 61 667 61 503 64 616 64 896 63 618 65 414 1,22 2,82
Kalimantan Tengah 51 785 53 018 55 911 56 071 45 176 46 286 -1,77 2,46
Kalimantan Selatan 96 597 97 886 99 390 106 070 111 098 116 254 3,79 4,64
Kalimantan Timur 77 203 71 937 82 715 84 089 87 803 93 511 4,15 6,50
SUL
SULAAWESI 704 854 734 269 751 902 798 609 820 977 817 331 3,03 -0,44
Sulawesi Utara 181 891 187 770 183 862 196 239 182 321 192 433 1,27 5,55
Gorontalo 22 413 32 171 33 168 34 997 17,38 5,51
Sulawesi Tengah 87 552 92 350 79 639 65 771 65 569 87 565 1,51 33,55
Sulawesi Selatan 278 397 309 890 306 115 337 042 354 399 314 678 2,83 -11,21
Sulawesi Tenggara 157 014 144 259 159 873 167 386 185 520 187 658 3,88 1,15
MAL
MALUKU AYA
UKU -IRIAN JJA 540 221 264 080 510 555 477 757 695 062 779 293 9,22 12,12
Maluku 361 111 361 112 217 642 171 536 373 771 424 736 14,12 13,64
Maluku Utara 83 783 91 342 77 832 79 963 1,01 2,74
Papua 179 110 202 968 209 130 214 879 243 459 274 594 9,04 12,79

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
16
Tabel 7.
Nilai Pr oduksi Perikanan Laut Menur
Produksi Menurut Pro
ut Pr ovinsi, 1999 - 2004
Satuan : Rp. 1000
Kenaikan rata-rata
TAHUN
(%)
PROVINSI
PROVINSI
1999 - 2003 -
1999 2000 2001 2002 2003 2004
2004 2004
JUML AH
JUMLAH ..... 18 466 368 808 22 154 235 830 24 741 519 513 26 641 072 151 29 110 268 823 12,15 9,27
SUMATERA
SUMA TERA …. 6 440 253 275 7 582 120 064 9 667 725 860 10 778 725 023 11 439 840 340 15,72 6,13
Nanggroe Aceh
Darussalam …. 837 861 818 968 413 285 637 007 408 863 363 302 878 211 688 4,65 1,72
Sumatera Utara …. 2 256 079 878 2 410 992 495 2 646 217 440 3 048 687 410 2 245 428 860 1,37 -26,35
Sumatera Barat …. 724 956 543 851 426 752 883 534 740 1 015 149 757 2 335 411 093 41,54 130,06
Riau …. 1 163 592 330 1 201 802 356 3 198 133 077 3 287 879 184 2 961 369 959 40,57 -9,93
Jambi …. 308 375 005 199 426 680 258 421 090 249 789 360 249 270 059 -2,32 -0,21
Sumatera Selatan …. 394 821 930 270 311 450 252 674 941 474 988 145 451 943 400 11,27 -4,85
Bangka Belitung …. 728 041 855 777 210 543 782 561 533 1 233 784 823 21,70 57,66
Bengkulu …. 149 792 671 152 676 006 215 989 920 224 535 009 244 446 089 14,05 8,87
Lampung …. 604 773 100 799 029 185 798 536 701 831 771 323 839 974 369 9,30 0,99
JAWA …. 3 263 122 546 4 181 550 647 4 614 441 604 4 861 968 777 4 914 956 990 11,24 1,09
Banten …. 592 532 034 341 380 735 281 528 654 287 722 190 -19,24 2,20
DKI Jakarta …. 186 192 090 154 057 529 191 568 796 647 665 405 901 626 700 71,10 39,21
Jawa Barat …. 913 813 023 892 978 903 1 044 176 491 1 070 760 458 1 073 304 446 4,36 0,24
Jawa Tengah …. 899 502 910 1 035 984 852 1 125 514 294 773 621 119 852 502 428 0,69 10,20
D.I. Yogyakarta …. 14 876 700 10 890 140 13 786 548 14 798 855 10 264 660 -5,87 -30,64

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
Jawa Timur …. 1 248 737 823 1 495 107 189 1 898 014 740 2 073 594 286 1 789 536 566 10,56 -13,70
BALI -NUSA
TENG
TENGG GARA …. 973 996 702 1 120 307 529 1 515 414 964 1 171 743 811 1 314 828 417 9,96 12,21
Bali …. 362 756 728 392 986 779 421 710 417 499 847 745 499 379 092 8,52 -0.09
Nusa Tenggara
Barat …. 359 117 064 445 383 700 294 509 149 411 912 903 452 257 200 9,95 9,79

17
Kenaikan rata-rata
TAHUN
(%)
PROVINSI
PROVINSI
1999 - 2003 -
1999 2000 2001 2002 2003 2004
2004 2004
Nusa Tenggara
Timur …. 252 122 910 281 937 050 799 195 398 259 983 163 363 192 125 41,88 39,70
KALIMANTAN
KALIMANT AN …. 2 997 645 824 3 503 967 963 3 067 485 051 2 727 843 424 3 137 492 584 2,09 15,02
Kalimantan Barat …. 766 724 585 946 282 452 573 951 666 581 190 337 534 601 927 -5,67 -8,02
Kalimantan
Tengah …. 205 476 215 389 822 735 328 691 320 308 777 950 376 223 155 22,45 21,84
Kalimantan
Selatan …. 1 564 555 415 1 574 765 790 1 465 458 750 1 084 823 253 1 320 446 735 -2,64 21,72
Kalimantan Timur …. 460 889 609 593 096 986 699 383 315 753 051 884 906 220 767 18,65 20,34
SUL
SULAAWESI …. 3 043 221 211 3 808 404 586 3 445 289 773 3 846 242 176 4 057 414 722 8,18 5,49
Sulawesi Utara …. 1 046 817 664 1 515 333 554 898 086 722 843 683 085 925 536 822 1,92 9,70
Gorontalo …. 56 812 965 108 223 330 111 753 145 120 760 958 33,94 8,06
Sulawesi Tengah …. 222 048 336 216 998 780 169 165 244 274 706 700 377 459 850 18,87 37,40
Sulawesi Selatan …. 1 203 924 791 1 192 139 382 1 271 144 147 1 411 764 692 1 424 392 475 4,40 0,89
Sulawesi Tenggara …. 570 430 420 827 119 905 998 670 330 1 204 334 554 1 209 264 617 21,69 0,41
MAL UKU -
MALUKU
AYA
IRIAN JJA …. 1 748 129 250 1 957 885 041 2 431 162 261 3 254 548 940 4 245 735 770 25,12 30,46
Maluku …. 585 360 620 555 424 841 508 237 491 1 192 586 696 1 446 804 388 35,59 21,32
Maluku Utara …. 43 192 360 466 759 120 378 130 794 338 000 482 317,02 -10,61
Papua …. 1 162 768 630 1 359 267 840 1 456 165 650 1 683 831 450 2 460 930 900 21,45 46,15

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
18
Tabel 8.
Pr oduksi Perikanan Perairan Umum Menur
Produksi Menurut Pro
ut Pr ovinsi, 1999 - 2004
Satuan : Ton
Kenaikan rata-rata
TAHUN
(%)
PROVINSI
PROVINSI
1999 - 2003 -
1999 2000 2001 2002 2003 2004
2004 2004
JUML AH
JUMLAH 327 627 318 334 310 240 304 989 308 693 330 880 0,27 7,19
SUMATERA
SUMATERA 94 538 95 285 89 531 90 871 109 716 136 471 8,27 24,39
Nanggroe Aceh Darussalam 925 895 929 1 023 963 1 540 12,95 59,92
Sumatera Utara 7 060 6 298 7 039 11 645 11 494 11 226 12,56 -2,33
Sumatera Barat 7 032 7 176 7 308 4 261 7 542 7 678 8,20 1,80
Riau 12 558 13 286 13 767 14 286 14 570 14 714 3,23 0,99
Jambi 5 855 5 858 5 246 5 443 5 374 5 134 -2,47 -4,47
Sumatera Selatan 43 935 44 927 41 769 42 268 57 696 84 174 15,76 45,89
Bangka Belitung - - - - - -
Bengkulu 3 745 3 723 3 755 3 570 3 785 3 785 0,27 -
Lampung 13 428 13 122 9 718 8 375 8 292 8 220 -8,78 -0,87
JAWA 45 097 45 589 43 303 47 402 39 320 42 639 -0,61 8,44
Banten 796 821 450 533 -7,87 18,44
DKI Jakarta - - - - - - - -
Jawa Barat 11 803 9 504 5 781 7 590 5 785 8 432 -1,08 45,76

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
Jawa Tengah 17 622 18 780 19 536 20 572 14 334 16 443 0,06 14,71
D.I. Yogyakarta 1 445 1 212 875 1 131 1 128 1 118 -3,16 -0,89
Jawa Timur 14 227 16 093 16 315 17 288 17 623 16 113 2,77 -8,57
BALI - NUSA TENG
TENGGGARA 8 216 3 731 4 482 2 838 3 475 3 161 -11,55 -9,04

19
Kenaikan rata-rata
TAHUN
(%)
PROVINSI
PROVINSI
1999 - 2003 -
1999 2000 2001 2002 2003 2004
2004 2004
Bali 1 031 869 943 656 600 629 -8,27 4,83
Nusa Tenggara Barat 6 740 2 435 3 112 1 772 2 834 2 512 -6,11 -11,36
Nusa Tenggara Timur 445 427 427 410 41 20 -29,85 -51,22
KALIMANTAN
KALIMANTAN 144 174 138 194 135 593 132 173 123 961 117 624 -3,98 -5,11
Kalimantan Barat 11 518 11 729 12 961 13 113 11 914 10 046 -2,26 -15,68
Kalimantan Tengah 35 874 36 421 35 654 36 376 29 360 27 308 -4,97 -6,99
Kalimantan Selatan 59 911 59 158 58 653 55 855 54 563 47 950 -4,26 -12,12
Kalimantan Timur 36 871 30 886 28 425 26 829 28 124 32 320 -2,01 14,92
SUL
SULAAWESI 32 591 32 478 34 226 28 608 28 989 26 273 -3,88 -9,37
Sulawesi Utara 2 871 3 015 2 250 1 087 1 167 907 -17,39 -22,28
Gorontalo 968 810 870 822 -4,81 -5,52
Sulawesi Tengah 366 398 147 95 118 132 -10,72 11,86
Sulawesi Selatan 25 228 25 250 26 668 22 258 22 412 19 947 -4,23 -11,00
Sulawesi Tenggara 4 126 3 815 4 193 4 358 4 422 4 465 1,75 0,97
MAL
MALUKU AYA
UKU -IRIAN JJA 3 011 3 057 3 005 3 097 3 232 4 712 10,61 45,79
Maluku 113 113 - - 6 58 - 866,67
Maluku Utara 4 - - - - -
Papua 2 898 2 944 3 001 3 097 3 226 4 654 11,03 44,27

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
20
Tabel 9.
Nilai Pr
Produksi ut Pr
Menurut
oduksi Perikanan Perairan Umum Menur Proovinsi, 1999 - 2004
Satuan : Rp. 100
Kenaikan rata-rata
TAHUN
(%)
PROVINSI
PROVINSI
1999 - 2003 -
1999 2000 2001 2002 2003 2004
2004 2004
JUML AH
JUMLAH ..... 1 585 811 457 1 890 586 258 2 032 041 162 2 345 789 945 2 474 693 985 11,91 5,50
SUMATERA
SUMATERA …. 525 714 914 596 842 380 675 969 708 1 001 153 611 807 855 089 13,90 -19,31
Nanggroe Aceh
Darussalam …. 10 110 374 9 989 530 9 758 515 13 306 938 16 226 213 13,70 21,94
Sumatera Utara …. 42 638 500 54 912 020 93 837 020 98 563 775 87 821 344 23,45 -10,90
Sumatera Barat …. 41 006 260 57 790 220 31 760 376 56 347 673 74 588 401 26,42 32,37
Riau …. 61 596 950 58 844 014 134 583 813 169 773 169 197 633 875 41,70 16,41
Jambi …. 60 961 082 57 049 330 63 336 125 57 681 393 53 534 664 -2,88 -7,19
Sumatera Selatan …. 233 936 010 287 002 125 291 812 421 529 816 453 298 170 015 15,55 -43,72
Bangka Belitung …. - - - - - -
Bengkulu …. 34 745 588 34 745 588 14 328 388 36 184 000 37 800 000 24,56 4,47
Lampung …. 40 720 150 36 509 553 36 553 050 39 480 210 42 080 577 1,09 6,59
JAWA …. 203 316 906 208 695 816 261 607 211 205 573 572 245 096 938 6,45 19,23
Banten …. 4 510 104 4 664 650 2 688 876 2 590 800 -14,19 -3,65
DKI Jakarta …. - - - - - - -

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
Jawa Barat …. 35 338 193 25 041 285 38 828 220 27 538 613 46 057 555 16,02 67,25
Jawa Tengah …. 103 414 362 109 658 598 130 219 470 91 904 223 107 505 698 3,09 16,98
D.I. Yogyakarta …. 5 929 250 5 261 740 6 672 380 6 265 910 7 931 215 9,01 26,58
Jawa Timur …. 58 635 101 64 224 089 81 222 491 77 175 950 81 011 670 9,00 4,97

21
Kenaikan rata-rata
TAHUN
(%)
PROVINSI
PROVINSI
1999 - 2003 -
1999 2000 2001 2002 2003 2004
2004 2004
BALI - NUSA
TENG
TENGGGARA …. 17 502 054 30 385 453 16 159 258 19 640 329 23 478 849 16,97 19,54
Bali …. 4 220 460 4 764 028 4 498 788 4 518 383 5 598 849 7,92 23,91
Nusa Tenggara Barat …. 11 526 494 22 648 725 7 832 120 14 761 596 17 785 400 35,01 20,48
Nusa Tenggara Timur …. 1 755 100 2 972 700 3 828 350 360 350 94 600 -16,54 -73,75
KALIMANTAN
KALIMANTAN …. 714 988 980 887 447 302 911 060 837 912 533 976 1 170 018 563 13,79 28,22
Kalimantan Barat …. 71 837 414 106 094 689 97 520 964 110 753 499 141 847 800 20,31 28,08
Kalimantan Tengah …. 187 915 370 295 717 290 307 168 620 294 145 450 305 308 650 15,20 3,80
Kalimantan Selatan …. 305 700 280 353 930 125 400 684 100 397 041 710 455 432 145 10,70 14,71
Kalimantan Timur …. 149 535 916 131 705 198 105 687 153 110 593 317 267 429 968 28,69 141,81
SUL
SULAAWESI …. 105 193 658 145 937 059 140 844 098 175 507 457 179 181 046 15,49 2,09
Sulawesi Utara …. 6 023 118 6 643 641 5 344 620 11 193 547 9 436 556 21,12 -15,70
Gorontalo …. 3 506 250 2 833 335 5 631 965 4 736 663 21,23 -15,90
Sulawesi Tengah …. 1 812 275 733 600 713 050 715 900 758 200 -14,00 5,91
Sulawesi Selatan …. 85 446 165 113 571 668 105 959 493 128 038 215 128 739 822 11,90 0,55
Sulawesi Tenggara …. 11 912 100 21 481 900 25 993 600 29 927 830 35 509 805 33,78 18,65
MAL UKU -
MALUKU
AYA
IRIAN JJA …. 19 094 945 21 278 248 26 400 050 31 381 000 49 063 500 27,68 56,35
Maluku …. 222 875 - - 7 750 83 150 - 972,90

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
Maluku Utara …. - 98 - - - - -
Papua …. 18 872 070 21 278 150 26 400 050 31 373 250 48 980 350 27,94 56,12

22
3.1.2 Perikanan Budida
Budidayya
Cepatnya pertumbuhan produksi perikanan budidaya menjadikan sektor budidaya terus
berkembang. Perikanan budidaya itu sendiri terbagai atas: Budidaya laut, Budidaya tambak,
Budidaya kolam, Budidaya karamba, Budidaya jaring apung, dan Budidaya sawah.
Guna menyuplai makanan laut dalam jumlah besar dan berkualitas tinggi maka tidak
lagi diandalkan sistem penangkapan alami, tetapi pola produksi bergeser pada aspek
budidaya ikan, terutama tambak. Hal ini dilakukan mengingat semakin banyaknya areal
penangkapan yang mulai menunjukan gejala over fishing di beberapa wilayah perairan
Indonesia yang memiliki intensitas penangkapan tinggi, seperti di perairan Selat Malaka,
Pantai Utara Jawa dan Selatan Sulawesi. Untuk mengalihkan nelayan agar tidak
mengkonsentrasikan sis-tem penangkapan di wilayah yang telah mengalami kelebihan
tangkap, alternatif terbaik adalah mengembangkan sistem budidaya perikanan.
Pada tahun 1999, realisasi lahan untuk budidaya perikanan mencapai luas 594.741.000
Ha atau sekitar 2,27 % dengan total produksi menurut provinsi sebanyak 882.989 ton.
Sedangkan pada tahun 2004 realisasi lahan untuk budidaya perikanan mencapai
716.317.000 Ha dengan total produksi menurut provinsi mencapai 1.468.610 ton.
Ikan yang dihasilkan dari sistem budidaya adalah ikan-ikan yang bernilai ekonomis
tinggi untuk tujuan ekspor seperti udang, kerapu, mutiara, kepiting, teripang, rumput
laut, ikan bandeng, napo-leon, ikan hias dan lain-lain. Untuk memacu produksi budidaya
perikanan di Indonesia dalam rangka menambah devisa negara, perlu diperkuat jaringan
produksi, pemasaran dan kelembagaan (seperti balai pembenihan) serta pembenahan
usaha-usaha pertambakan yang sudah berjalan agar lebih besar skala usahanya.
Dalam konteks yang spesifik, budidaya intensif keramba volume kecil (1 - 10 m3) dengan
kepadatan ikan sekitar 500 ekor atau 200 kg ikan per keramba, misalnya, dapat menjadi
alternatif penting bagi perluasan produksi ikan di Indonesia pada dasawarsa yang akan
datang. Lokasi usaha budidaya laut di perairan pantai harus terlindung dari arus kuat
dan gelombang besar serta angin musim dan kedalaman air. Jenis-jenis plankton, juga
harus dipertimbangkan dalam hal usaha budidaya perikanan seperti: oscilatoria sp,
chaetoceros sp, skletonema sp, gyrosigma sp, dinophysis sp dan brachionus sp.
Ketersediaan hara untuk kesuburan perairan antara lain dapat disumbang dari beberapa
sungai yang mengalir ke teluk terusan. Untuk mengetahui secara jelas mengenai produksi
dan nilai produksi perikanan budidaya dapat dilihat pada Tabel 10 sampai 12.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 23
Tabel 10.
Pr oduksi Perikanan Budida
Produksi Budidayya Menur
Menurut Budidayya, 1999 - 2004
ut Jenis Budida
Satuan : Ton
Kenaikan rata-rata
TAHUN
(%)
JENIS BUDID
BUDID AYA
UDIDA
1999 - 2003 -
1999 2000 2001 2002 2003 2004
2004 2004
Jumlah 882 989 994 962 1 076 752 1 137 153 1 224 192 1 468 610 10,83 19,97
Budidaya Laut 135 969 197 114 221 010 234 859 249 242 420 919 27,67 68,88
Budidaya Tambak 412 935 430 017 454 710 473 128 501 977 559 612 6,30 11,48
Budidaya Kola 177 622 214 393 222 792 254 625 281 262 286 182 10,22 1,75
Budidaya Keramba 32 323 25 773 39 340 40 742 40 304 53 695 13,62 33,22
Budidaya Jaring Apung 29 506 34 602 40 710 47 172 57 628 62 371 16,24 8,23
Budidaya Sawah 94 634 93 063 98 190 86 627 93 779 85 831 -1,63 -8,48

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
24
Tabel 11.
Pr
Produksi
oduksi Perikanan Budida Menurut
Budidayya Menur Propinsi,
ut Pr opinsi, 1999 - 2004
Satuan : Ton
Kenaikan rata-rata
TAHUN
(%)
PROVINSI
PROVINSI
1999 - 2003 -
1999 2000 2001 2002 2003 2004
2004 2004
JUML AH
JUMLAH 882 989 994 962 1 076 752 1 137 153 1 224 192 1 468 610 10,83 19,97
SUMATERA
SUMATERA 143 137 146 894 172 595 206 511 261 076 282 368 14,87 8,16
Nanggroe Aceh Darussalam 24 984 21 853 17 078 27 449 33 877 35 525 10,93 4,86
Sumatera Utara 37 164 36 388 38 216 43 960 44 187 41 640 2,54 -5,76
Sumatera Barat 21 569 20 840 22 399 27 922 30 690 37 414 12,12 21,91
Riau 8 802 9 235 21 729 26 491 36 393 35 622 39,48 -2,12
Jambi 3 129 3 857 5 992 6 208 9 358 10 205 28,40 9,05
Sumatera Selatan 8 798 20 491 30 541 35 703 42 504 24 735 35,22 -41,81
Bangka Belitung - - 303 315 776 791 50,75 1,93
Bengkulu 4 882 5 707 5 707 4 341 8 141 7 152 13,67 -12,15
Lampung 33 809 28 523 30 630 34 122 55 150 89 284 25,33 61,89
JAWA 434 126 466 314 495 528 498 761 515 246 532 581 4,20 3,36
DKI Jakarta - - 20 836 22 048 28 568 22 370 4,56 -21,70
Banten 1 084 985 1 601 1 601 6 227 3 778 60,60 -39,33
Jawa Barat 237 879 257 714 252 860 247 737 230 523 264 630 2,46 14,80

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
Jawa Tengah 72 381 81 540 81 977 80 090 97 660 81 718 3,30 -16,32
D.I. Yogyakarta 4 273 4 299 4 318 5 075 7 599 6 220 10,03 -18,15
Jawa Timur 118 509 121 776 133 936 142 210 144 669 153 865 5,40 6,36
BALI - NUSA TENG
TENGGGARA 125 141 155 431 165 107 186 581 177 737 279 346 19,17 57,17
Bali 93 757 109 723 108 709 114 050 114 633 160 685 12,34 40,17

25
Kenaikan rata-rata
TAHUN
(%)
PROVINSI
PROVINSI
1999 - 2003 -
1999 2000 2001 2002 2003 2004
2004 2004
Nusa Tenggara Barat 30 356 32 730 34 638 42 143 48 692 51 125 11,17 5,00
Nusa Tenggara Timur 1 028 12 978 21 760 30 388 14 412 67 536 317,16 368,61
KALIMANTAN
KALIMANTAN 25 066 33 416 35 610 36 958 38 630 65 814 23,17 70,37
Kalimantan Barat 2 805 7 831 2 882 2 938 3 917 4 785 34,68 22,16
Kalimantan Tengah 1 726 1 900 2 142 2 831 4 215 4 576 22,49 8,56
Kalimantan Selatan 4 452 5 387 7 499 7 958 9 517 13 791 26,17 44,91
Kalimantan Timur 16 083 18 298 23 087 23 231 20 981 42 662 26,84 103,34
SUL
SULAAWESI 153 093 188 257 203 572 191 376 228 499 301 951 15,33 32,15
Sulawesi Utara 12 177 12 715 12 772 15 620 23 521 19 881 12,56 -15,48
Gorontalo - - 10 715 5 048 6 274 7 469 -3,18 19,05
Sulawesi Tengah 5 140 23 689 23 689 25 607 40 492 22 226 76,40 -45,11
Sulawesi Selatan 126 641 133 252 136 964 121 876 135 062 153 894 4,35 13,94
Sulawesi Tenggara 9 195 18 601 19 432 23 225 23 150 98 481 90,27 325,40
MAL
MALUKU AYA
UKU - IRIAN JJA 2 426 4 650 4 340 16 966 3 004 6 550 82,34 118,04
Maluku 208 1 243 1 243 262 105 3 416 702,42 3153,33
Maluku Utara - - 856 13 918 119 680 632,74 471,43
Papua 2 218 3 407 2 214 2 786 2 780 2 454 6,35 -11,73

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
26
Tabel 12.
Nilai Pr
Produksi
oduksi Perikanan Budida Menurut
Budidayya Menur Propinsi,
ut Pr opinsi, 1999 - 2004
Satuan : Rp 1000
Kenaikan
TAHUN
rata-rata (%)
PROVINSI
PROVINSI
1999 - 2003 -
1999 2000 2001 2002 2003 2004
2004 2004
JUML AH
JUMLAH 8 586 845 991 11 047 071 226 12 355 274 170 14 373 036 16 022 332 141 19 271 287 107 17,72 20,28
SUMATERA
SUMATERA 2 106 180 662 2 776 958 101 3 404 892 782 5 325 168 306 5 838 067 916 6 749 000 265 27,22 15,60
Nanggroe Aceh
Darussalam 435 063 929 329 638 216 342 414 609 481 015 990 630 367 421 684 616 819 11,96 8,61
Sumatera Utara 262 298 294 1 119 338 1 166 355 170 1 511 880 690 1 111 788 600 1 099 701 102 66,60 -1,09
Sumatera Barat 138 979 668 153 454 571 218 521 586 322 214 358 254 589 817 317 587 449 20,80 24,74
Riau 86 714 950 99 543 310 233 598 445 676 382 476 1 151 401 938 780 033 800 75,40 -32,25
Jambi 40 130 172 39 061 773 78 062 830 119 877 484 115 366 599 132 692 469 32,40 15,02
Sumatera Selatan 301 078 069 146 786 570 354 601 568 1 096 408 111 708 397 850 946 103 059 59,54 33,56
Bangka Belitung - - 12 222 300 13 745 038 15 153 921 14 929 397 7,08 -1,48
Bengkulu 44 301 566 59 245 836 74 510 870 79 904 770 98 317 816 92 910 250 16,86 -5,50
Lampung 797 614 014 829 889 775 924 605 404 1 023 739 389 1 752 674 954 2 680 425 920 30,06 52,93
JAWA 4 271 757 034 4 476 963 5 540 453 943 5 590 476 861 6 687 148 124 6 458 580 728 9,13 -3,42
DKI Jakarta - - 145 529 050 279 133 318 220 494 511 261 388 883 29,78 18,55
Banten 6 040 155 6 789 542 38 245 046 31 636 082 35 805 574 41 427 711 97,46 15,70

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
Jawa Barat 1 825 992 596 1 975 349 283 2 555 401 867 2 475 204 879 4 214 147 418 2 890 802 774 14,65 -31,40
Jawa Tengah 586 144 168 930 466 509 1 022 405 735 922 010 401 881 230 486 1 112 302 943 16,12 26,22
D.I. Yogyakarta 26 033 875 30 682 781 32 018 032 42 010 173 45 385 514 59 439 524 18,48 30,97
Jawa Timur 1 827 616 240 1 533 675 257 1 746 854 213 1 840 482 008 1 290 084 621 2 093 218 893 7,11 62,25

27
Kenaikan
TAHUN
rata-rata (%)
PROVINSI
PROVINSI
1999 - 2003 -
1999 2000 2001 2002 2003 2004
2004 2004
BALI – NUSA
TENG
TENGGGARA 308 023 555 420 332 582 619 188 515 763 076 694 800 552 926 1 645 135 347 43,48 105,50
Bali 123 584 035 208 453 804 344 252 252 144 876 524 116 766 786 1 060 739 775 172,99 808,43
Nusa Tenggara
Barat 179 792 070 202 420 599 257 876 879 587 021 555 619 157 435 350 075 813 25,93 -43,46
Nusa Tenggara
Timur 4 647 450 9 458 179 17 059 384 31 178 615 64 628 705 234 319 759 127,30 262,56
KALIMANTAN
KALIMANTAN 296 254 100 495 828 711 788 631 253 814 036 583 880 372 410 1 457 570 896 40,67 65,56
Kalimantan Barat 59 874 395 131 932 816 52 955 372 81 097 655 75 014 136 133 770 816 36,89 78,33
Kalimantan Tengah 10 937 500 11 749 161 13 853 910 63 578 350 126 219 728 59 064 544 85,92 -53,20
Kalimantan Selatan 58 013 977 167 602 929 196 034 080 207 493 899 166 811 116 277 198 640 51,66 66,18
Kalimantan Timur 167 428 228 184 543 805 525 787 891 461 866 679 512 327 430 987 536 896 57,33 92,76
SUL
SULAAWESI 1 584 001 321 2 824 130 024 1 986 497 803 1 727 165 194 1 689 113 277 2 873 413 914 20,70 70,11
Sulawesi Utara 32 261 742 33 720 616 34 206 576 78 964 696 105 175 961 11 2 914 557 35,47 7,36
Gorontalo - - 15 110 600 12 374 723 17 342 769 52 669 579 75,25 203,70
Sulawesi Tengah 5 576 098 923 926 890 114 576 925 140 631 860 103 020 192 186 145 228 3291,70 80,69
Sulawesi Selatan 1 423 147 546 1 696 661 220 1 551 158 292 1 480 118 990 1 299 981 816 2 103 993 162 11,15 61,85
Sulawesi Tenggara 123 015 935 169 821 298 271 445 410 15 074 925 163 592 539 417 691 388 228,79 155,32
MAL UKU -
MALUKU

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
AYA
IRIAN JJA 20 629 319 52 858 436 15 609 874 153 113 188 127 077 488 87 585 957 183,71 -31,08
Maluku 1 435 319 2 807 441 2 673 789 2 229 300 1 392 350 63 786 662 903,58 4481,22
Maluku Utara - - 442 751 133 190 820 110 214 750 3 939 640 9956,29 -96,43
Papua 19 194 000 50 050 995 12 493 334 17 693 068 15 470 388 19 859 655 28,63 28,37

28
3.1.3 Pen
Penggolahan Perikanan
Saat ini industri pengolahan ikan nasional masih jauh tertinggal dibanding industri
sejenis yang ada di negara-negara lain di kawasan ASEAN. Ketertinggalan industri
pengolahan ikan dalam negeri dari negara seperti Filipina, Thailand maupun Cina
disebabkan sektor tersebut baru tumbuh saat ini. Sedangkan industri pengolahan ikan
di Thailand dan Filipina telah tumbuh sejak 1980-an, bahkan di Cina mulai 1960-
1970 an. negara-negara tersebut tidak memiliki sendiri sumberdaya ikan sebagai bahan
baku industri pengolahan.
Tumbuhnya industri pengolahan ikan secara pesat di negara-negara tetangga tersebut
disebabkan sektor lain seperti seperti perpajakan sangat mendukung sehingga mereka
mampu menjadi produsen pengolahan ikan di dunia. Selama ini, kapal asing yang
melakukan penangkapan ikan di Indonesia hanya membayar biaya perijinan sementara
ikan hasil tangkapannya langsung di bawa ke negara mereka untuk memasok kebutuhan
industrinya. Bahkan ikan hasil tangkapan yang dibawa dari perairan Indonesia tersebut
tanpa dikenai pajak ekspor selain itu pemerintah setempat juga menerapkan pembebasan
pajak bagi kapal milik mereka untuk ikan segar yang diperuntukkan bagi bahan baku
industrinya. Sedangkan jika ikan segar tersebut dibawa dengan kapal berbendera
Indonesia maka akan dikenakan pajak 30 % di Cina sementara Thailand mengenakan
70 % untuk komoditas serupa yang masuk.
Untuk membangkitkan industri pengolahan ikan dalam negeri, Departemen Kelautan
dan Perikanan (DKP) membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Illegal Fishing dan
Revitalisasi Industri Pengolahan Perikanan, yang dituangkan dalam Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. 34 tahun 2006. Dengan pembentukan tim ini diharapkan
industrialisasi dalam negeri agar bangkit. Tim Teknis Revitalisasi Industri Pengolahan
Ikan akan bertugas menyusun standar operasional dan ketentuan lain dalam upaya
membangun industri pengolahan perikanan.
Selain itu, tim ini juga melakukan inventarisasi dan evaluasi kapasitas industri
pengolahan perikanan guna menentukan jumlah kapal yang diizinkan sesuai kapasitas
industri terpasang, melakukan monitoring dan evaluasi proses penerbitan izin usaha
perikanan, serta menciptakan dan menyempurnkanan kondisi kondusif industri
pengolahan perikanan. Nantinya seluruh ikan hasil tangkapan dari perairan Indonesia
harus didaratkan di Indonesia untuk memasok industri dalam negeri kecuali jenis-
jenis ikan tertentu yang memang harganya lebih tinggi tanpa melalui pengolahan serta
ikan yang karena sifatnya tidak bisa dilakukan proses pengolahan.
Selain itu juga apabila sumberdaya ikan yang dicuri tersebut dimanfaatkan oleh armada
penangkapan nasional maka sedikitnya dapat menghidupi bahan baku industri-industri
pengolahan hasil perikanan, misalnya industri pengalengan tuna. Karena umumnya
sumberdaya ikan yang dicuri dari perairan indonesia adalah ikan tuna dan ikan pelagis
besar lainnya. Misalnya setiap industri pengalengan ikan tuna umumnya memerlukan
bahan baku perhari minimalnya sekitar 80 - 100 ton atau sekitar 28.000 - 36.000 ton

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 29
per tahun maka sumberdaya ikan yang dicuri tersebut sedikitnya dapat menghidupi
sekitar 42 industri pengalengan ikan tuna nasional.
Dengan demikian target revitalisasi perikanan untuk membangkitkan industri peng-
olahan ikan akan terlaksana dengan baik. Selain itu juga kekhawatiran para pemilik
industri pengalengan ikan tuna yang ada saat ini terhadap kekurangan bahan baku
dapat diminimalisir.
Menurut catatan Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (APII) empat tahun lalu tersebar
tujuh industri pengalengan ikan tuna di Jawa Timur. Tetapi, kini empat unit di antaranya
tidak berproduksi lagi karena kekurangan bahan baku. Di Sulawesi Utara, yang semula
memiliki empat industri yang sama, sekarang tinggal dua industri yang beroperasi. Itu
pun setelah diambil alih investor dari Filipina. Sementara itu, di Bali juga tinggal satu
unit, padahal sebelumnya ada dua industri pengalengan ikan tuna.
Selain itu juga pemberantasan illegal fishing tersebut akan sangat berdampak positif
terhadap pencapaikan target revitalisasi perikanan lainnya seperti pertama, peningkatan
devisa ekspor. Selama ini praktek illegal fishing tersebut telah mengurangi peran tempat
pendaratan ikan nasional dan pembayaran uang pandu pelabuhan. Hal ini akan
berdampak secara nyata terhadap berkurangnya pendapatan ekspor nasional. Hal ini
juga berimplikasi serius terhadap aktivitas pengawasan, dimana jika aktivitas
pengawasan tersebut didukung secara keseluruhan atau sebagian oleh pendapatan
ekspor (atau pendapatan pelabuhan).
Dalam hal penyerapan tenaga kerja, illegal fishing selama ini telah mengurangi potensi
ketenagakerjaan nasional dalam sektor perikanan seperti perusahaan penangkapan ikan,
pengolahan ikan dan sektor lainnya yang berhubungan. Untuk peningkatan konsumsi
ikan masyarakat dan peningkatan pendapatan nelayan. Maraknya illegal fishing akan
mengancam pengurangan ketersediaan ikan pada pasar lokal dan mengurangi
ketersediaan protein dan keamanan makanan nasional.
Hal ini akan meningkatkan resiko kekurangan gizi dalam masyarakat. Selain itu juga
praktek illegal fishing selama ini telah mengancam keamanan nelayan Indonesia
khususnya nelayan-nelayan tradisional dalam menangkap ikan di perairan Indonesia.
Hal ini disebabkan, nelayan asing selain melakukan penangkapan secara illegal juga
mereka tak jarang menembaki nelayan-nelayan tradisional yang lagi melakukan
penangkapan ikan di fishing ground yang sama.
Revitalisasi perikanan yang telah dicanangkan pada tanggal 11 Juni 2005 oleh Presiden
Republik Indonesia, merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat perikanan, khususnya nelayan. Namun demikian gerakan semacam ini
bukan hal baru yang dilaksanakan oleh pemerintah. Dari periode ke periode gerakan
semacam ini telah mengalami berbagai perubahan nama, akan tetapi kesejahteraan
nelayan tetap saja belum mengalami perubahan. Misalnya pada periode pemerintahan
sebelumnya gerakan ini dikenal dengan Protekan 2003 dan Gerbang Mina Bahari.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 30
3.2 Potensi Sumber Da
Dayya Per tamban
Pertamban gan dan Energi Lepas Pantai
tambang
3.2.1 Potensi Min
Minyyak dan Gas
Pengelolaan minyak dimulai sejak tahun 1960, dimana ketika itu fokus utama
pengelolaan dititikberatkan pada sumber-sumber minyak yang besar dan relatif dekat
dengan pantai. Survei geologi dan geofisika di lepas pantai banyak dilakukan pada tahun
1965. Laut Cina Selatan, Jawa dan sedikit di paparan sebelah selatan Papua.
Pada tahun 1967 banyak perusahaan asing yang melakukan eksplorasi minyak di lepas
pantai Indonesia. Berdasarkan data geologi diketahui bahwa ada 60 cekungan yang
prospektif, dan 39 buah cekungan diantaranya berada di Kawasan Timur Indonesia
(KTI) yang sebagian besar adalah cekungan laut dalam. Hal ini bukan hal aneh karena
umumnya KTI memiliki wilayah yang sebagian besar adalah laut dan banyak yang
termasuk laut dalam. Saat ini yang beroperasi secara komersil adalah cekungan Salawati-
Bimuni di Kepala Burung, Papua dan cekungan Bula di Seram.
Minyak merupakan sumber daya mineral utama yang menjadi andalan penerimaan
devisa negara saat ini. Kedua mineral tersebut telah memberikan sumbangan yang sangat
besar terhadap negara. Misalnya: dari total produksi minyak dan gas (termasuk bentuk
LPG/LNG) tahun 2000 diperoleh nilai penjualan sebesar US $ 32,661 miliar. Dari jumlah
tersebut sebesar US $ 23,31 miliar yang menjadi bagian Pemerintah. Secara umum
total pendapatan negara yang berasal dari minyak dan gas dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13.
Nilai Penjualan Min
Minyyak dan Gas dan
Pendapatan Pemerintah (dalam Miliar US $)

Lifting Cr
Lifting ude Oil dan
Crude
Minyyak dan Gas
Min Total
Gas / LNG / LPG
T ahun
Penjualan Pendapatan Penjualan Pendapatan Penjualan Pendapatan
Nasional Pemerintah Nasional Pemerintah Nasional Pemerintah
1998 11,06 6,11 11 ,692 7,45 22,752 13,56
1999 13,63 8,27 14,225 9,14 27 ,85 5 17,41
2000 20,45 15,62 12,211 7,69 32,651 23,31

Sumber: Data Pertamina diolah kembali 2001

Untuk tahun 2000, penerimaan Pemerintah dari minyak dan gas sebesar US$ 9,54
miliar; sekitar 40% bersumber dari lepas pantai atau merupakan sumbangan mineral
dari sektor maritim. Secara umum kontribusi mineral di laut terhadap pendapatan
Pemerintah disajikan pada Tabel 14.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 31
Tabel 14.
Sumbangan Mineral Lepas Pantai (dalam Miliar US $)
Sumbang

Lifting Cr
Lifting ude Oil
Crude
Tahun Min
Minyyak dan Gas Total
dan Gas / LNG / LPG
1998 3,54 2,61 6,15
1999 4,63 3,75 8,38
2000 6,54 3,00 9,54
Sumber: Data Pertamina diolah kembali 2001

Kurangnya kemampuan teknologi dan keterbatasan sumber daya manusia menjadi


kendala utama bagi Pemerintah untuk melakukan eksploitasi dan pencarian sumber-
sumber minyak baru, sehingga selain dikerjakan oleh Pertamina pengelolaan minyak
ini juga mengikutsertakan perusahaan asing (dengan Kontrak Production Sharing).
Pendapatan dari minyak pada tahun 2000 adalah sebesar US$ 20,45 miliar. Dari total
penjualan minyak tersebut yang berasal dari darat sebesar US$ 13,91 miliyar, sedangkan
yang berasal dari lepas pantai sebesar US$ 6,54 miliar. Untuk lebih jelasnya, pendapatan
minyak dalam negeri dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15.
Total Pr oduksi Min
Produksi Minyyak Nasional, Min
Minyyak dari Darat,
Minyyak Lepas Pantai (Offshor
Min e) tahun 1998 - 2000
(Offshore)

Total Min
Minyyak Min
Minyyak Darat Min
Minyyak Lepas Pantai
T ahun
Pr oduksi
Produksi Penjualan Pr oduksi
Produksi Penjualan Pr oduksi
Produksi Penjualan
MMBO Miliar (US $) MMBO Miliar (US $) MMBO Miliar (US $)
1998 502,7 11,06 341,8 7,52 160,9 3,54
1999 519,9 13,63 343,2 8,99 176,8 4,63
2000 487,2 20,45 331,3 13,91 155,9 6,54

Sumber: Data Pertamina diolah kembali 2001

Dari kedua sumber tersebut, secara umum persentase minyak yang berasal dari lepas
pantai (offshore) besarnya rata-rata 33 %, dengan perincian: tahun 1998 kontribusi
minyak lepas pantai sebesar 32 %, tahun 1999 sebesar 34 %, dan tahun 2000 sebesar
32 %. Secara umum perkiraan cadangan minyak dan gas di Indonesia dapat dilihat
pada Tabel 16.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 32
Tabel 16.
Perkiraan Cadangan Min
Cadang Minyyak dan Gas di Indonesia

Perkiraan Cadangan Min


Cadang Minyyak dan Gas
No. K awasan Lokasi Min
Minyyak (MMBO) Gas (TCF)
ukti Potensial
Terbukti
Terb Terb ukti Potensial
Terbukti
1. Kawasan Darat 3,788 3,545 21 16
Barat Indonesia Lepas Pantai 1,214 1,034 55 43
Sub total 5,002 4,579 16 59
2. Kawasan Timur Darat 87 13 1 1
Indonesia Lepas Pantai 10 0 14 9
Sub total 97 13 15 10
3. Kawasan Seluruh Darat 3,875 3,558 22 17
Indonesia Lepas Pantai 1,224 1,034 69 52
Sub total 5,099 4,592 91 69
Sumber: Badan Pembinaan Pengusahaan Kontraktor Asing 2001

Gas alam merupakan mineral utama yang ditemukan di Indonesia selain minyak. Salah
satu contoh gas alam yang terbesar ada di Natuna. Investasi yang dibutuhkan umuk
membangun proyek gas ini mencapai US$ 35 miliar. Mega proyek ini merupakan
pantungan investasi antara Pertamina dan Exxonmobil dari Amerika Serikat dengan
saham masing-masing 50 % dengan lama kontrak 8 - 10 tahun.
Gas diproduksi 225 km di Timur Natuna. Sebelumnya lapangan ini dikontrak oleh
perusahaan Italia pada tahun 1972. Setelah penandatanganan kontrak, ditemukan
cadangan gas sebanyak 210 triliun kaki kubik dengan komposisi gas karbon dioksida
(CO2) mencapai 71 %, asam sulfat (H2SO4) 5 %, nitrogen N2 0,5 % dan metana
(hidrokarbon) sebesar 28 %. Dengan jumlah tersebut diperkirakan terdapat cadangan
bersih sebesar 45 triliun kaki kubik.
Selain pada minyak, Pemerintah juga menerapkan pola KPS untuk gas. Total produksi
gas nasional tahun 2000 mencapai 2,38 TCSF dengan total penjualan mencapai US$
12,21 miliar. Secara umum kontribusi penerimaan negara dari minyak dan gas dapat
dilihat pada Tabel 17.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 33
Tabel 17.
Pendapatan Negara dari Pr
Neg oduksi Gas dan Gas dari Lepas Pantai
Produksi
(KPS tahun 1998 - 2000)

Pendapatan Negara dari Liftin


Neg g Cr
Lifting ude Oil Gas /
Crude
Tahun LNG / LPG(dalam miliar US $)
Total Pendapatan Bagian Pemerintah Dari Lepas Pantai
Bagian
1990 11,17 7,45 2,61
1999 14,23 9,14 3,75
2000 12,21 7,69 3,00

Sumber : Diolah dari Data Pertamina, 2001

Gas yang dihasilkan oleh negara kita selama ini dipakai untuk memenuhi kebutuhan
domestik maupun untuk ekspor. Untuk kebutuhan dalam negeri, umumnya gas di
salurkan untuk memenuhi kebutuhan industri diantaranya sebagai bahan baku industri
dan bahan bakar. Sebagai bahan baku industri, gas terutama diperlukan oleh pabrik
pupuk, petrokimia, LPG, pembangkit listrik. Sedangkan untuk kebutuhan bahan bakar,
gas diperlukan untuk transportasi dan pemakaian rumah tangga. Tidak seperti minyak,
pasar gas masih sulit, dan karena itu masih ada kelebihan gas dari yang diproduksi.
Salah satu sebab sulitnya pemasaran gas ini adalah karena masih populernya
penggunaan bahan bakar lain, seperti minyak tanah dan kayu bakar.

3.2.2 Potensi Mineral Lepas Pantai


Indonesia yang memiliki luas wilayah laut sebesar 3,1 juta km2 diperkirakan memiliki
mineral sangat kaya. Mineral tersebut merupakan sumber devisa yang bisa diandalkan
meskipun bukan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Sayangnya potensi besar
mineral di laut belum dikelola secara optimal karena kurang memadainya kemampuan
teknologi, dana dan sumber daya manusia untuk melakukan eksploitasi. Penelitian
terhadap sumber-sumber mineral di laut juga kurang dilakukan, sehingga Pemerintah
hanya mengelola sumber-sumber mineral yang selama ini sudah diketahui bernilai
ekonomi tinggi, seperti minyak dan gas. Selama ini keberadaan mineral lepas pantai
masih dihitung bersama dengan mineral yang bersumber dari daratan. Dengan cara
ini kontribusi sumbangan sekror maritim tidak nampak ke permukaan karena dominasi
daratan. Padahal bila dikelompokkan tersendiri, seluruh mineral yang dieksploitasi dari
laut jelas akan sanggup mengubah pandangan kita terhadap sektor maritim.
Timah merupakan salah satu mineral unggulan yang ditemukan di lepas pantai dan
telah dikelola selama ratusan tahun. Kepulauan Bangka dan Belitung, Maluku serta
Sulawesi Tenggara, merupakan penghasil timah terbanyak. Di Indonesia potensi timah
yang ada diprediksi mencapai 800.000 ton hingga 1.000.000 ton. Saat ini dari total

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 34
produksi timah nasional, sebanyak 53.959 metrik ton, 70 % berasal dari pertambangan
lepas pantai.
Bahan mineral lainnya yang ditemukan di lepas pantai antara lain adalah kromit, pasir
besi dan kerikil, dan merupakan bahan agregat konstruksi yang baik. Bahan-bahan
tersebut tersebah di beberapa tempat di paparan Sunda, Kalimantan, Sulawesi, Irian,
Sumatera, Nusa Tenggara dan Jawa. Karena merupakan bahan agregat konstruksi yang
baik, maka meningkatnya pembangunan akan diikuti dengan eksploitasi yang berlebihan
pada bahan mineral ini. Tidak dapat dipastikan jumlah yang telah dieksploitasi. Reklamasi
pelabuhan merupakan kegiatan yang paling banyak menyerap agregat pasir dan kerikil.
Misalnya saja Singapura yang melakukan reklamasi pelabuhannya harus mendatangkan
agregat ini dari Indonesia. Pada tahun 1985 bahkan terjadi penjualan agregat ini sebesar
US $ 55 juta. Sayangnya pengambilan pasir yang tidak terkontrol oleh pihak swasta
telah menyebabkan kerusakan lingkungan. Beberapa bahan mineral lainnya yang dapat
ditemukan di laut antara lain adalah: mineral monazite, zircon, mangan, batu gamping,
dan koral.

3.2.3 Potensi Energi Laut


Indonesia memiliki banyak pulau dan selat yang menyebabkan arus laut akibat interaksi
bumi - bulan - matahari mengalami percepatan saat melewati selat-selat tersebut,
sehingga wilayah Indonesia memiliki prospek energi arus laut yang sangat baik.
Penggunaan energi arus laut memiliki beberapa keuntungan, yaitu ramah lingkungan
dan mempunyai intensitas energi kinetik yang besar dibandingkan dengan energi
terbarukan yang lain. Hal ini disebabakn karena densitas air laut 830 kali lipat densitas
udara sehingga dengan kapasitas yang sama, turbin arus laut akan jauh lebih kecil di
bandingkan dengan turbin angin. Selain itu, pemanfaatan energi laut tidak memerlukan
perancangan struktur yang kekuatannya berlebihan seperti turbin angin yang dirancang
dengan memperhitungkan adanya angin topan karena kondisi fisik pada kedalaman
tertentu cenderung tenang dan dapat diperkirakan.
Namun demikian pemanfaatan energi laut juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu
output-nya mengikuti grafik sinusoidal sesuai dengan respons pasang surut akibat
gerakan interaksi Bumi-Bulan-Matahari. Pada saat pasang purnama, kecepatan arus
akan deras sekali, saat pasang perbani, kecepatan arus akan berkurang kira-kira setengah
dari pasang purnama. Kekurangan lainnya adalah biaya instalasi dan pemeliharaannya
yang cukup besar. Kendati demikian, bila turbin arus laut dirancang dengan kondisi
pasang perbani, yakni saat di mana kecepatan arus paling kecil, dan dirancang untuk
bekerja secara terus-menerus tanpa reparasi selama lima tahun, maka kekurangan ini
dapat diminimalkan dan keuntungan ekonomisnya sangat besar. Hal yang terakhir ini
merupakan tantangan teknis tersendiri untuk para insinyur dalam desain sistem turbin,
sistem roda gigi, dan sistem generator yang dapat bekerja secara terus-menerus selama
lebih kurang lima tahun.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 35
Energi laut atau energi samudera dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu energi
panas laut, energi pasang surut, dan energi gelombang. Pemanfaatan energi samudera
kebanyakan masih dalam tahap percobaan, namun beberapa dari teknologinya memiliki
potensi untuk menjadi sumber energi utama dan saat ini sedang diujicobakan. Samudera
dapat menghasilkan dua macam energi, yaitu: (1) energi termal, yang berasal dari panas
matahari; dan (2) energi mekanik, yang berasal dari pasang surut, gelombang, dan
arus laut. Sebagai negara maritim, Indonesia relatif memiliki wilayah yang potensial
untuk pemanfaatan energi samudera.

A. Energi Perbedaan Suhu (Ocean T her


Ther mal Energy Con
hermal Convver sion / OTEC)
ersion
Samudera melingkupi lebih dari 70 % permukaan bumi, sehingga samudera
merupakan pengumpul surya terbesar dan sekaligus merupakan sistem penyimpan
energi di dunia. Panas matahari menghangatkan air di permukaan samudera jauh
lebih banyak dibandingkan dengan air di kedalaman samudera, perbedaan / gradien
temperatur ini menghasilkan energi termal.
Energi termal samudera digunakan untuk berbagai macam aplikasi, termasuk
pembangkitan tenaga listrik. Terdapat tiga macam sistem konversi energi termal
samudera (OTEC) menjadi listrik: siklus tertutup, siklus terbuka, dan hibrid. Sistem
siklus tertutup memanfaatkan air di permukaan samudera yang hangat untuk
menguapkan fluida kerja, yaitu fluida yang memiliki titik didih rendah, seperti
amonia. Uap mengalami ekspansi dan menggerakkan turbin. Selanjutnya turbin
akan memutar generator untuk menghasilkan listrik. Sistem siklus terbuka aktual-
nya mendidihkan air laut melalui pengoperasian pada tekanan rendah. Selanjutnya
akan dihasilkan uap yang dilewatkan pada turbin/generator. Sedangkan sistem
hibrid mengkombinasikan kedua siklus yang telah disebutkan, yaitu siklus tertutup
dan siklus terbuka.
Berdasarkan penempatan, instalasi OTEC diklasifikasikan menjadi tiga tipe: landasan
darat, terapung landasan permanen, dan terapung kapal. Instalasi landasan darat
alat utamanya terletak di darat, hanya sebagian kecil peralatan yang menjorok ke
laut. Cocok pada pantai yang curam, agar tidak memerlukan pipa air dingin yang
panjang. Kelebihan sistem ini adalah dayanya lebih stabil dan pemeliharaan yang
mudah. Fasilitas OTEC komersial dapat dibangun di daratan/dekat pantai, platform
yang menempel pada landasan kontinental, dan fasilitas mengambang - bebas (atau
mooring ) di laut dalam.

B. Energi Pasang Sur


Pasang ut
Surut
Wilayah Indonesia terdiri dari banyak pulau. Cukup banyak selat sempit yang
membatasinya maupun teluk yang dimiliki masing-masing pulau. Hal ini
memungkinkan untuk memanfaatkan energi pasang surut. Saat laut pasang dan

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 36
saat laut surut aliran airnya dapat menggerakkan turbin untuk membangkitkan
listrik. Tidak kurang dari 100 lokasi di dunia yang dinilai sebagai tempat yang cocok
bagi pembangunan pembangkit energi pasang surut. Beberapa laut di Indonesia
mempunyai ombak dengan ketinggian di atas 5 meter, maka potensi energi
gelombangnya perlu diteliti lebih jauh. Di Indonesia daerah yang potensial adalah
sebagian Pulau Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Papua,
dan pantai selatan Pulau Jawa, karena pasang surutnya bisa lebih dari lima meter.
Berdasarkan estimasi kasar jumlah energi pasang surut di samudera seluruh dunia
adalah 3.106 MW. Khusus untuk Indonesia beberapa daerah yang mempunyai
potensi energi pasang surut adalah Bagan Siapi-api, yang pasang surutnya mencapai
7 meter, Teluk Palu yang ini struktur geologinya merupakan patahan (Palu Graben)
sehingga memungkinkan gejala pasang surut, Teluk Bima di Sumbawa (Nusa
Tenggara Barat), Kalimantan Barat, Papua, dan Pantai Selatan Pulau Jawa.
Sumber energi arus pasang-surut dunia hanya untuk jenis Tidal Fence diperkirakan
lebih dari 450.000 MW dan dari potensi tersebut baru sebagian kecil dimanfaatkan.
Banyak lokasi dunia dinilai sebagai tempat yang cocok bagi pembangunan
pembangkit energi arus pasut ini termasuk Indonesia. Saat ini ada 3 jenis teknologi
pembangkit listrik tenaga arus pasut; yaitu, Tidal Power, Tidal Fence dan Tidal
Turbine.

C. Energi Gelomban
Gelombang g
Energi gelombang didapatkan secara langsung di permukaan laut atau fluktuasi
tekanan dibawah permukaan laut. Para peneliti energi terbarui yakin bahwa energi
gelombang laut dapat menyediakan lebih dari 2 terawatts (trilyun wats) listrik. Di
sekitar pantai Selandia Baru misalnya dengan tinggi rata-rata 1 meter dan periode
9 detik mempunyai daya sebesar 4,3 kW per meter panjang ombak. Sedangkan
deretan ombak serupa dengan tinggi 2 meter dan 3 meter dayanya sebesar 39 kW
per meter panjang ombak. Karena beberapa laut di Indonesia mempunyai ombak
dengan ketinggian di atas 2 meter, maka dapat dibayangkan bagaimana potensi
energinya.Gelombang laut merupakan salah satu bentuk energi yang bisa
dimanfaatkan dengan mengetahui tinggi, panjang, dan periode waktunya. Energi
ini dapat dikonversi ke listrik lewat 2 kategori yaitu off-shore (lepas pantai) dan
on-shore (pantai).
Gelombang laut merupakan salah satu bentuk energi yang dapat dimanfaatkan
dengan mengetahui tinggi gelombang, panjang gelombang, dan periode waktunya.
Ada 3 cara untuk menangkap energi gelombang, yaitu:
1. Pelampung: listrik dibangkitkan dari gerakan vertikal dan rotasional
pelambung

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 37
2. Kolom air yang berosilasi (Oscillating Water Column): listrik dibangkitkan
dari naik turunnya air akibat gelombang dalam sebuah pipa silindris yang
berlubang. Naik turunnya kolom air ini akan mengakibatkan keluar masuknya
udara di lubang bagian atas pipa dan menggerakkan turbin.
3. Wave Surge, Peralatan ini biasa juga disebut sebagai tapered channel atau
kanal meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah struktur kanal
yang dibangun di pantai untuk mengkonsentrasikan gelombang, membawanya
ke dalam kolam penampung yang ditinggikan. Air yang mengalir keluar dari
kolam penampung ini yang digunakan untuk membangkitkan listrik dengan
menggunakan teknologi standar hydropower.
Keuntungan pemanfaatan energi gelombang ini adalah: Energi ini bebas, tidak
perlu bahan bakar, tidak ada limbah/polusi, Sumber energi yang dapat di
perbaharui, dapat menghasilkan banyak energi, dan biaya tidak mahal.
Sedangkan kelemahannya adalah: Sangat tergantung dengan karakteristik
gelombang, kadang-kadang bisa menghasilkan energi yang besar, kadang-
kadang tidak ada, Perlu satu lokasi yang tepat dimana gelombangnya konsisten
besar, dan alatnya harus kokoh sehingga tahan terhadap kondisi cuaca yang
jelek. Dibandingkan dengan teknologi hijau lainnya seperti energi matahari
dan angin, energi gelombang laut ini memberikan ketersedian mencapai 90%
dengan kawasan yang potensial tidak terbatas, selama ada ombak, energi listrik
bisa didapat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18.
ediksi Energi Gelomban
Prediksi
Pr g
Gelombang

Kerapatan K awasan
Tipe Pr ediksi
Prediksi Keter sediaan
Ketersediaan
Energi Potensial
Energi Dapat diprediksikan Tidak
gelombang laut Tinggi dibanyak tempat 80 - 90 % terbatas
Tidak dapat diprediksi, Sangat
Energi angin Rendah kecuali di tempat-tempat 20 - 30 % terbatas
terbatas
Energi Rendah Tidak dapat diprediksi, Di beberapa
20 - 30 %
matahari kecuali di beberapa tempat kawasan
Sumber: www.oceanpowertechnologies.com

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 38
D. Energi Perbedaan Salinitas
Konsep yang mendasari perolehan energi dari perbedaan salinitas (perbedaan kadar
garam air laut) adalah prinsip termodinamika yakni proses percampuran bolak-
balik (reversible) dua larutan dengan konsentrasi berbeda pada suhu tetap akan
melepas sejumlah energi bebas yang dapat dikonversikan menjadi energi berdaya-
guna. Indonesia mempunyai banyak muara sungai yang cukup besar dan daerah
estuaria ini merupakan lokasi-lokasi potensial untuk mendapatkan energi
nirkonvensional.
Secara teoritis percampuran antara 1 m3 air tawar dengan 1 m3 air laut dapat
melepas energi bebas sebesar 2,24 MW. Hal ini berarti energi bebas yang dihasilkan
di seluruh dunia berjumlah sekitar 30.000.000 MW, dimana 8 % dari jumlah itu
berada di muara-muara sungai di seluruh dunia. Muara-muara sungai besar
merupakan daerah berpotensi tinggi untuk menghasilkan energi nir-konvensional.
Sebagai contoh, sungai dengan debit sebesar 57.000 m3/detik secara teoritis dapat
menghasilkan 128.000 MW. Jika hanya 10 % dari aliran tersebut dimanfaatkan
dengan efisiensi, maka akan disadap energi sebesar 1,28 MW dari perbedaan
salinitas yang terjadi.

3.3 Potensi Perhub


Perhubunungan Laut
ung
3.3.1 Kondisi Perk emban
Perkemban
embang gan Sektor Transpor tasi Laut
Transportasi
Transportasi menjadi bagian dari kehidupan manusia. Karena faktor mobilitas dalam
hal pemenuhan kebutuhan manusia tidak secara utuh terpenuhi diwilayahnya, untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, daerah yang kekurangan membutuhkan daerah lain
yang memiliki daerah surplus (barang dan jasa) agar kebutuhannnya dapat terpenuhi
secara utuh. Pada saat itulah terjadi pertukaran barang dan jasa antardaerah dan lahirlah
transportasi sebagai alat pengangkut segala kebutuhan yang diinginkan manusia.
Singkatnya, transportasi dapat memecahkan masalah jarak, serta memperlancar
hubungan dua atau lebih daerah-daerah yang saling berinteraksi. Walaupun transportasi
banyak ragamnya, pembahasan dalam buku ini hanya mengkhususkan diri pada
elaborasi pengembangan transportasi laut.
Dalam sejarahnya, perkembangan transportasi laut dimulai dari suatu perjalanan
panjang, ketika seorang pejalan kaki berkeinginan ingin menyeberangi sungai tanpa
harus kedinginan dan tenggelam di dalam air. Disney’s wonderful word of knowledge
(1993) mengisahkan perkembangan transportasi laut itu. Ketika seorang pejalan kaki
merenung mencari cara supaya dapat menyeberangi sungai, sambil duduk ia melempar
batu ke dalam air dan melihat batu tersebut tenggelam ke dasar sungai. Tidak lama
kemudian jatuh sehelai daun dari pohon dan terapung di air, lalu ia melihat ranting
pohon yang juga terapung di air. Pejalan kaki itu berpikir, mengapa batu dapat tenggelam,
sedangkan ranting pohon terapung di air? Inilah yang mengilhami tumbuhnya
transportasi laut seperti sekarang ini.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 39
Sekitar tahun 1588 SM, orang Funisia Kuno telah lama mengenal alat transportasi dan
penduduk Karibia juga sudah mengenal perahu yang disebut kano kecil. Dalam sejarah
pelayaran, Funisia dikenal sebagai bangsa yang pelautnya berlayar hingga mencapai
negeri seperti Inggris untuk mencari timbel. Kartago di Afrika Utara dijadikan tempat
untuk membangun koloni; sedangkan di Spanyol bangsa Funisia juga mendirikan kota
Cadiz, sehingga ada tanggapan bahwa pelaut Funisia itulah yang pertama berlayar
mengelilingi Afrika. Pelaut seperti Herodotus yang berasal dari Funisia telah melakukan
pelayaran yang menakjubkan sekitar 2000 tahun sebelum bangsa Portugis menemukan
rute pelayaran di Benua Afrika. Di daerah Pasifik, sejak lama penduduknya sudah
menggunakan sampan untuk transportasi laut dengan panjang lebih dari 30 meter,
berbentuk sampan gandeng dan dapat membawa penumpang sekitar 300 orang.
Sedangkan dikepulauan Fiji alat transportasi yang digunakan saat itu berupa rakit yang
terbuat dari bambu. orang-orang Indian mengarungi Pantai Amerika Selatan pertama
kali dengan memakai rakit, dan itu dibuktikan dalam sejarah tentang kisah pelayaran
Thor Heyerdahl, yang berlayar dari Peru ke Pulau Raroia dengan rakitnya Kon-Tiki,
sejauh 8.000 km (Disney’s Encyclopedia, 1993).
Jenis transportasi laut yang terkenal pada Abad Pertengahan berupa kapal chelandia.
Kapal ini agak kecil tapi sangat cepat memiliki layar dan dayung. Sebelum muncul
kapal chelandia, orang Viking juga sudah menggunakan kapal drakkar, yaitu sejenis
perahu panjang dengan haluan berkepala naga dan layar. Sedangkan kapal besar sejenis
kapal breton pernah digunakan Raja Louis IX dari Perancis. Ia bahkan juga pernah
menggunakannya untuk keperluan perang (Perang Salib ke-7 dan ke-8) dengan
mengangkut serdadu sekitar 500 orang.
Sejarah pelayaran masa lampau ini mencatat bahwa armada palayaran yang cukup
mengagumkan di dunia berasal dari Tiongkok. Teknologi pembuatan kapal dari Tiongkok
kala itu sangat maju dan mengalahkan armada-armada kapal dari Eropa. Sebagai
buktinya, Tiongkok telah melakukan ekspedisi untuk tujuan perdagangan, politik, sosial,
budaya dengan melakukan ekspedisi ke berbagai penjuru dunia. Ekspedisi bangsa
Tiongkok itu dipimpin oleh Laksamana ChenCheng g Ho (Dinasti Ming) yang melakukan 7
kali pelayaran dengan lebih dari 30 negara tujuan dikawasan yang terletak di Asia
Tenggara (termasuk ke Indonesia), Samudera Hindia, Laut Merah, Afrika Timur, dan
lain-lain.
Ditinjau dari skala armadanya, pelayaran Cheng Ho (muslim Tiongkok) yang dilakukan
pada tahun 1405-1433 memiliki armada kapal terbanyak dibandingkan dengan
ekspedisi yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa. Setiap pelayaran itu menyertakan
317 kapal dengan 37.000 orang anggotanya.
Menurut Kong Yuanzhi (2000), tiap kali melakukan pelayarannya Cheng Ho meng-
gunakan kapal besar yang panjangnya 138 meter dengan lebar 56 meter. Kapal besar
ini dijuluki dengan nama Kapal Pusaka, dan ini merupakan kapal terbesar di dunia
pada pertengahan abad ke-15.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 40
Di Eropa sekitar tahun 1400 dikenal empat jenis kapal sekaligus yaitu kapal usciera,
carrack,caravel dan galleon. Sedangkan di Amerika Serikat yang dikenal memiliki
pangkalan pertahanan laut yang kuat, pertama kali dibuat kapal bernama Fregrat tahun
1814. Kapal itulah yang menjadi tulang punggung Angkatan Laut Amerika Serikat.
Sebelumnya, oleh Amerika Serikat kapal Fregrat dibuat untuk menangkal para bajak
laut atas perintah anggota Konggres tahun 1794.
Revolusi transportasi terjadi pertama kali di Amerika Serikat, ketika John FFitc
itch membuat
itch
kapal bertenaga uap untuk menggerakkan baling-baling tersebut disempurnakan oleh
Rober Fulton.Kapal itu yang terkenal dengan nama North River Steamboat.Pelayaran
Robertt Fulton
perdana kapal bertenaga uap Amerika Serikat itu mengarungi sungai Hudson.Penduduk
di tepi sungai berjubel menyaksikan mesin baru yang menakutkan itu melintas di atas
air. Pelayaran perdana kapal tersebut dimulai pada bulan Agustus 1807. Atas keahlian
Fulton jugalah Amerika Serikat bisa menciptakan kapal perang.
Dari kemajuan perkembangan transportasi laut itu, pada abad ke-19 dan 20, dunia
pelayaran mulai dipadati dengan kapal samudera, dan dengan kapal itu manusia bisa
mengarungi Samudera Atlantik. Salah satu kapal samudera yang terkenal adalah kapal
Great Eastern yang dibuat pada tahun1858 oleh ahli kapal berkebangsaan Inggris
bernama Isambar
Isambardd Kin gdom Br
Kingdom unel pada tahun 1912 dunia pelayaran membuat satu
Brunel
kapal yang disebut Titanic yang diiklankan tidak akan tenggelam, namun dalam
pelayaran perdananya secara tragis tenggelam di Samudera Atlantik Utara setelah
menabrak gunung es. Meskipun tragedi menimpa kapal samudera Titanic, kapal
samudera tetap menjadi kapal yang paling populer untuk bepergian hingga usai Perang
Dunia II. Tatkala pesawat terbang segera menggantikan tugas-tugas kapal penumpang,
kapal-kapal samudera seperti Queen Mary, Queen Elizabeth dan France mulai
diistirahatkan, dan ketika itu hanya Queen Mary yang masih diperbolehkan melakukan
pelayaran lintas Atlantik (Disney’s Encyclopedia, 1993).

3.3.2 Gambaran Umum Transpor tasi Laut di Indonesia


Transportasi
Sebagai negara maritim terbesar di dunia yang memiliki lautan luas dengan jumlah
penduduk sebanyak 220 juta jiwa, seharusnya bangsa Indonesia unggul dari segi
pelayaran. Tetapi, nyatanya saat ini perkembangan transportasi laut Indonesia cukup
memprihatinkan, karena terbukti terus mengalami penurunan pangsa muatan dan
jumlah armada. Disamping itu, ada kondisi di mana pelayaran nasional dikategorikan
sebagai beresiko tinggi dalam bisnis industri pelayaran. Dari pangsa muatan angkutan
dalam negeri, pelayaran nasional hanya dapat mengangkut muatan sebanyak 50,15%.
Sedangkan dari pangsa muatan angkutan luar negeri, pelayaran nasional hanya mampu
mengangkut muatan sekitar 4,79%. Bila dibandingkan dengan pelayaran asing untuk
keperluan angkutan luar negeri, nampak sekali ketertinggalan yang dihadapi pelayaran
dalam negeri. Sampai tahun 1999, pelayaran asing berhasil mengangkut pangsa muatan
hingga mencapai 95,21% dengan tujuan ke luar negeri.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 41
Kecilnya kontribusi angkutan laut nasional terhadap perekonomian, salah satunya dapat
dilihat dari perkembangan bisnis pelayaran yang tidak menggembirakan. Kinerja
transportasi laut yang tertinggal itu disebabkan oleh citra Indonesia dalam kancah bisnis
transportasi laut dunia yang masih dikategorikan sebagai transportasi laut yang beresiko
tinggi, berkenaan dengan keselamatan pelayaran. Disinyalir bahwa selain faktor risiko
pelayaran, kondisi pelayaran nasional juga diperburuk oleh semakin menurunnya
pangsa angkutan (muatan) dalam negeri maupun luar negeri. Pangsa angkutan laut
internasional yang semula mencapai 37%, kini hanya tinggal 3% (Ditjenla,2000).
Hal demikian merupakan pertanda bahwa kemampuan daya saing perusahaan pelayaran
nasional semakin turun, sementara kepemilikan kapal perusahaan pelayaran nasional
relatif kecil. Sebagian besar perusahaan pelayaran nasional itu bertindak sebagai agen
dari perusahaan asing. Pelayaran nasional mayoritas menjadi feeder dari Pelabuhan
Singapura. Bahkan, Indonesia nyaris dijadikan hinterland (kawasan belakang) Singapura.
Kondisi demikian diperburuk oleh tingkat keselamatan yang masih sangat rendah.
Internasional Maritime Organisation (IMO) mencatat negara Indonesia sebagai negara
dengan tingkat kecelakaan dan di rampokan di laut cukup tinggi (bight risk country).
Untuk memecahkan masalah itu, perlu perhatian semua pihak, termasuk di perlukan
sinergi antara industri maritim dan instrumen pendukungnya.
Dari sisi persaingan usaha, kemerosotan pelayaran nasional untuk angkutan barang
keluar negeri juga disebabkan karna selama ini angkutan barang itu masih dikuasai
oleh kapal-kapal niaga asing. Dengan demikian, pilihan yang mungkin kita lakukan
untuk menggenjot perkembangan pelayaran nasional adalah dengan meningkatkan
kemampuan daya saing kapal-kapal pelayaran domestik terhadap kapal-kapal asing.
Sekadar data, sebelumnya kemampuan angkutan kapal dalam negeri hanya berkisar
16.236.366 ton barang, atau 4,79 %, yang diangkut keluar negeri meningkat menjadi
5 % (Dephubtel,2001). Hal seperti ini harus terus di upayakan agar proporsinya semakin
meningkat.
Kenyataan lain, keberadaan kapal-kapal niaga dalam negeri untuk angkutan local juga
masih kecil, sehingga perlu ada perhatian dari pemerintahj untuk meningkatkannya
agar domestic cargo bisa seluruhnya dikuasai oleh armada kapal niaga nasional. Idealnya,
95 % angkutan domestic cargo ditangani oleh pelayaran nasional, namun realitasnya
sampai sejauh ini baru sekitar 55 %.
Berkenan dengan kebutuhan akan kapal-kapal perintis, seharusnya pemerintah
memprioritaskan pengadaannya. Artinya, pihak Departemen Perhubungan perlu segera
merealisasikan kapal perintis itu. Berhubungan dengan angkutan barang dari satu pulau
ke pulau lain di wilayah Indonesia, keberadaan kapal-kapal yang sifatnya pelayaran
rakyat masih sangat penting saat ini, karena biasanya kapal rakyat memiliki daya jelajah
yang sangat tinggi, sehingga bisa mencapai lokasi-lokasi yang tidak bisa ditangani oleh
kapal-kapal reguler.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 42
Berangkat dari gambaran perkembangan transportasi laut diatas, harus diupayakan
pengembangan transportasi laut Indonesia yang diarahkan pada pencapaian visi dan misi
transportasi laut dengan mewujudkan penyediaan pelayanan dan jasa transportasi laut
yang andal (service excellence) sebagai urat nadi kehidupan dan sarana pemersatu Negara
Kepulauan Indonesia. Agar pengembangan transportasi laut di Indonesia terarah dan
berkesinambungan, pemerintah (Departemen Perhubungan,2000) telah merumuskan
misi transportasi laut sebagai berikut:
a. Mewujudkan usaha di bidang transportasi laut yang mampu ( competitive
competent) di era globalisasi.
b. Mewujudkan tingkat keselamatan dan keamanan serta kualitas pelayanan jasa
transportasi laut yang andal dan unggul (reliable and excellent service).
c. Mewujudkan kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang antisipasif
dan adaptif dengan perkembangan lingkungan strategis khususnya dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah.
d. Mewujudkan lingkungan laut bersih dan budaya hemat energi dengan memanfaat-
kan teknologi secara tepat guna.
e. Mewujudkan dan memberdayagunakan sumber daya manusia dan manajemen di
bidang transportasi laut yang berkualitas dan kompeten serta berdaya saing tinggi.
f. Memberdayakan ekonomi kerakyatan usaha kecil dan menengah di bidang
transportasi laut.
g. Meningkatkan ketersediaan/kecukupan dan keandalan prasarana, sarana, dan
system jaringan transportasi laut, antara lain melalui penciptaan iklim usaha yang
kondusif bagi keikutsertaan (kemitraan) pelaku ekonomi/swasta dalam
pembangunan dan pengoperasian prasarana dan sarana transportasi laut.
Untuk mewujudkan misi di atas, Pemerintah berupaya menerapkan beberapa strategi
dan kebijakan tentang transportasi laut yakni:
a. Melakukan penataan usaha angkutan laut nasional agar tidak hanya berperan
sebagai agen perusahaan pelayaran asing, dengan jalan (i) meningkatkan
persyaratan pendirian usaha angkutan laut nasional, yaitu harus memiliki kapal
berbendera Indonesia yang laik laut berukuran 175 GT; (ii) persyaratan sebagai
agen umum harus memiliki kapal berbendera Indonesia yang laik laut dengan
ukuran sekurang-kurangnya 5000 GT.
b. Menegakan ketentuan bahwa penggunaan kapal niaga asing untuk angkutan laut
dalam negeri dengan sistem charter bersifat sementara dan harus dioperasikan
secara nyata oleh perusahaan angkutan laut nasional dengan : (i) melakukan
pematauan dan pengendalian terhadap supply dan demand kapasitas ruang kapal
berbendera Indonesia dengan mengikutsertakan asosiasi pemilik kapal dan asosiasi
pemilik muatan; (ii) meningkatkan pemantauan dan pengawasan penggunaan kapal
asing yang dicarter untuk angkutan laut dalam negeri.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 43
c. Mengupayakan terwujudnya pola kemitraan antara pemilik muatan dan pemilik
kapal dalam rangka mengembangkan armada niaga nasional, antara lain dalam
bentuk kontrak pengangkutan jangka panjang, dengan jalan meningkatkan
koordinasi dengan instansi terkait untuk mewujudkan kontrak pengangkutan jangka
panjang (kemitraan) antara perusahaan pelayaran nasional dan instansi
pemerintah/BUMN.
d. Mendorong terciptanya iklim yang kondusif agar pengusaha nasional memilih
syarat perdagangan CIF saat melakukan ekspor dan FOB saat melakukan impor
dengan menggunakan perusahaan pelayaran nasional, dengan jalan meningkatkan
koordinasi dengan instansi terkait untuk memberikan insentif bagi pengusaha
nasional yang menggunakan cara perdagangan CIF saat melakukan ekspor dan
FOB saat melakukan impor dengan menggunakan kapal Indonesia.
e. Mengupayakan dana pengembangan armada pelayaran dengan kondisi pinjaman
yang lebih lunak, dengan cara (i) mengupayakan terbentuknya lembaga pembiayaan
nasional; (ii) mengupayakan pinjaman lunak baik dari sumber-sumber dalam negeri
maupun luar negeri, antara lain two-step-loan dari Jepang.
Melakukan penataan lokasi pelabuhan umum yang terbuka untuk perdagangan luar
negeri guna menunjang perkembangan perdagangan nasional dan internasional, dengan
cara: (i) melakukan evaluasi terhadap kegiatan perdagangan angkutan laut di pelabuhan
umum yang terbuka untuk perdagangan luar negeri;(ii) meningkatkan koordinasi dengan
instansi terkait dalam menentukan kriteria dan menetapkan lokasi pelabuhan umum
yang terbuka untuk perdagangan luar negeri.

3.3.3 Peranan Transpor tasi Laut dalam Ek


Transportasi onomi Maritim
Ekonomi
Salah satu penunjang utama nilai ekonomi maritim berasal dari aspek transportasi laut.
Transportasi laut memegang peranan penting karena dapat memperlancar transaksi
antar pulau, sehingga dapat merangsang pertumbuhan ekonomi pada wilayah
berkembang. Selain itu, transportasi laut juga dapat menjadi sarana untuk melayani
mobilitas manusia, barang, dan jasa, baik di dalam negeri maupun ke dan dari luar
negeri, sebab lebih dari 90 % volume barang ekspor/impor diangkut melalui laut dan
sekitar 88 % pergerakan barang antar pulau nasional diangkut melalui laut. Berapa
besar devisa yang dihasilkan oleh transportasi laut yang belum pernah diteliti secara
mendalam, namun defisit yang terjadi akibat lemahnya penguasaan transportasi oleh
armada nasional telah menjadi pemikiran yang terus-menerus di kalangan pelaku usaha
perkapalan di tanah air.
Berdasarkan peranannya, secara umum transportasi laut merupakan urat nadi
kehidupan ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan nasional sehingga kinerja
pengembangan transportasi laut sesungguhnya sangat mempengaruhi kinerja
pembangunan nasional secara umum. Karena begitu strategisnya peranan transportasi
laut, sistem penyelenggaraan transportasi laut harus mengintegrasikan variabel

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 44
kepelabuhan dan variabel keselamatan pelayaran. Variabel kepelabuhan dikategorikan
sebagai pintu gerbang yang menjembatani antara kepentingan darat dan laut. Sedangkan
variabel keselamatan pelayaran menyangkut keadaan kapal yang memenuhi persyaratan
material, konstruksi, permesinan dan pelistrikkan, stabilitas, tata susunan serta
perlengkapan termasuk radio dan elektronika kapal yang dibuktikan dengan sertifikat
setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian.
Untuk menjamin terciptanya keselamatan pelayaran dan angkutan laut yang aman,
nyaman dan lancar, perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan secara terus-menerus
yang dilakukan dengan berpedoman pada peraturan nasional dan internasional.
Pengawasan keselamatan kapal dimulai dari awal pembangunan suatu kapal, selama
kapal beroperasi sampai dengan kapal tidak dioperasikan lagi. Dalam ketiga sistem
tersebut (angkutan laut, kepelabuhan dan keselamatan pelayaran) diharapkan
pemerintah dapat bertindak sebagai regulator yang bertanggung jawab dalam hal
pembinaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian.

3.4 Potensi Pariwisata Bahari


Keinginan manusia untuk selalu “menikmati” keaslian alam (back to nature) harus diakui
sebagai salah saru faktor yang mendorong pesatnya perkembangan bisnis pariwisara,
yang secara umum bisa dibedakan menjadi dua kategori, yaitu pariwisara berbasis dan
arah dan pariwisata berbasis maritim. Karena fokus buku ini adalah ekonomi maritim
dan pariwisata merupakan salah satu komponen sektor maritim yang bernilai ekonomi
tinggi pada bab ini kita akan memfokuskan diri hanya pada pengembangan pariwisata
bahari di Indonesia.
Indonesia terkenal sebagai negara yang sangat kaya dengan obyek pariwisata bahari, karena
negara kira merupakan salah saru negara maritim yang memiliki garis pantai terpanjang
(95.181 km). Sepanjang garis pantai itu tumbuh keanekaragaman hayati yang menakjub-
kan, yang menjadi magnet yang menarik orang untuk mengunjunginya. Keragaman yang
ditawarkan oleh wisata bahari ini bahkan bukan hanya dinikmati oleh para pelancong
yang ingin menikmati keasliannya,melainkan juga menarik minat para peneliti dan
pemerhati lingkungan.
Sayangnya, banyak obyek wisata bahari di Indonesia, baik yang potensial maupun yang
sudah dimanfaatkan, belum dikelola dengan baik. Umumnya pengelolaannya masih sangat
parsial dan tidak inovatif. Bila cara pengelolaan yang parsial dan tidak inovatif ini tetap
dipertahankan, pengembangan wisata bahari di Indonesia tidak akan mencapai hasil
maksimum, padahal aspek kepariwisataan merupakan salah satu sektor yang diharapkan
dapat menjadi andalan pendapatan negara yang berasal dari non migas.
Faktor lain yang penting bagi pengembangan wisata secara umum, termasuk wisata bahari,
bersifat non teknis seperti stabilitas keamanan dalam negeri. Berbagai kerusuhan di
Indonesia selalu dipersepsi oleh kalangan wisatawan sebagai risiko dalam melakukan
perjalanan wisata ke Indonesia. Karena kendala non-teknis itu, para wisatawan yang ingin

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 45
datang ke Indonesia membatalkan niatnya. Hal ini tentunya akan mempengaruhi jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara. Di samping kenyamanan, wisata juga mengandalkan
rasa aman. Karena itu, pencitraan keamanan pada setiap obyek wisata menjadi sangat
penting. Untuk itu perlu upaya maksimal untuk menjaga keamanan wisatawan. Kalau
tidak, tentu akan terjadi penurunan jumlah wisatawan, dan itu akan diikuti oleh turunnya
pemasukan negara dari sektor ini.
Kita perlu mengupayakan agar pariwisata bahari menjadi salah satu sumber ekonomi di
bidang maritim yang menjadi sumber devisa negara ini. Potensi untuk ini besar sekali,
karena dari 50 titik wisata bahari dunia yang diakui sebagai tempat wisata terindah bertaraf
internasional, tiga titik di antaranya berlokasi di Indonesia yaitu di Tulamben (Bali), Likuan
2 (Manado), dan Pulau Tomia (Wakatobi). Adanya pengakuan internasional seperti ini
jelas merupakan peluang yang besar untuk dapat mengambil keuntungan ekonomi. Tiga
lokasi tersebut dapat dijadikan contoh pengembangan wisata bahari di tempat-tempat
lain di Indonesia, dengan mengandalkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh masing-
masing tempat. Bila ini dilakukan, tidak mustahil bahwa di masa mendatang wisata bahari
akan menjadi salah satu tumpuan dan harapan pembangunan bangsa ini.

Kontrib usi Pariwisata Bahari Indonesia


Kontribusi
Karena pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat menjadi andalan negara untuk
memperoleh devisa, pengembangannya perlu dilakukan dengan baik. Sekadar untuk
mendapatkan gambaran, sektor wisata untuk tahun 1999 menyumbang sebesar US$ 4,7
miliar. Dengan sumbangan sebesar itu sektor ini merupakan penghasil devisa nomor satu
untuk katagori nonmigas.
Pada tahun 1997 sektor pariwisata memiliki penghasilan bruto sebesar US$ 26 miliar,
atau sama dengan 9,1 % GDP nasional. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang terserap oleh
sektor ini Indonesia sebanyak 6,6 juta orang. Secara nasional daya serap tenaga kerja
pada sektor pariwisata terhadap total tenaga kerja adalah 7,9 %.
Peningkatan kebutuhan tenaga kerja akan berbanding lurus dengan semakin meningkatnya
industri pariwisata. Menurut perkiraan Word Tourism Center (WTC), untuk tahun 2007
sektor ini dapat menghasilkan 10,1 % GNP Indonesia. Jumlah tersebut sama dengan US$
67 miliar dengan jumlah serapan tenaga kerja yang ditargetkan sebanyak 8,5 juta orang.
Hal ini wajar karena sektor pariwisata dunia juga diprediksi akan mengalami peningkatan.
Menurut WTC (1998), perputaran ekonomi pada sektor pariwisata di dunia sebesar US$
4,4 triliun dengan menyerap 231 juta tenaga kerja. Dan pada tahun 2010 perputaran
ekonomi pada sektor pariwisata diprediksikan akan sebesar US$ 10 triliun. Data WTO
1998 menunjukkan 10 negara yang memiliki penerimaan devisa terbesar di dunia, yang
dapat dilihat pada Tabel 19.
Prospek devisa dari sektor pariwisata yang besar di dunia tersebut tentunya tidak terlepas
dari faktor-faktor penting yang mendukung. Di antara beberapa faktor penting untuk
menciptakan iklim wisata yang baik adalah dukungan keamanan dan hubungan antar
bangsa yang terjalin baik. Dapat dilihat pada tabel 19 dan 20.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 46
Tabel 19.
Sepuluh Negara Penerima De
Neg visa Terbesar dari Pariwisata
Devisa

No Negara
Neg Devis:l (US$ miliar)
Devis:l
1 Amerika Serikat 71,3
2 Prancis 29,9
3 Italia 29,8
4 Spanyol 29,7
5 Inggris 21,0
6 Jerman 16,4
7 China 12,6
8 Austria 11,6
9 Canada 9,4
10 Mexico 7,9
Sumber: World Tourism Center 1998

Dari Tabel 19 dan 20 tampak bahwa Indonesia belum masuk di dalam sepuluh penerima
devisa rerbesar dari pariwisata dunia, padahal obyek wisata khususnya obyek wisata bahari
Indonesia memiliki keunggulan-keunggulan tertentu dan sangar populer di dunia. Karena ini,
perlu kita kaji apa yang salah dan yang mesti dilakukan untuk menjadikan pariwisata,
khususnya wisata bahari, sebagai salah satu sumber penghasil devisa yang besar bagi negara.

Tabel 20.
Sepuluh Negara Penerima W
Neg isata
Wisata wan Mancane
isataw gara Terbesar di Dunia
Mancaneg

No Negara
Neg Jumlah
1 Perancis -1,4
2 Spanyol 51,9
3 Amerika Serikat -16,9
4 Italia 35,8
5 Cina 27,0
6 Inggris 25,7
7 Mexico 20,2
8 Canada 19,5
9 Polandia 17,9
10 Austria 17,6
Sumber: World Tourism Center 1998

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 47
Peta Pariwisata Bahari Nasional
Pada peta pengembangan pariwisata bahari di Indonesia yang tercakup dalam belt (sabuk)
ekonomi maritim terdapat, 21 titik pengembangan yaitu:
1. Jalur Lingkar Luar, yang dimulai dari barat yaitu Pulau Weh (Sabang) Nangroe Aceh
Darusalam, dengan obyek wisata bahari andalan yaitu game fishing; Pulau Nias
Provinsi Sumatera Utara, dengan obyek wisata bahari berupa selancar angin; Pulau
Siberut Provinsi Sumatera Barat, dengan obyek wisata andalan berupa game fishing
dan selancar angin; Pulau Enggano Provinsi Bengkulu, dengan obyek wisata andalan
berupa game fishing, dan selancar angin; Ujung Kulon Provinsi Jawa Barat, dengan
obyek wisata bahari game fishing dan selancar angin; Pangandaran, dan Pelabuhan
Ratu Provinsi Jawa Barat, dengan obyek wisata pantai; Cilacap Provinsi Jawa Tengah,
dengan obyek wisata pantai; Sendang Biru Provinsi Jawa Timur dapat mengembangkan
wisata pantai; Sumba Provinsi NTT, dengan obyek wisata menyelam (diving); Pulau
Roti Provinsi NTT, dengan obyek wisata yang dikembangkan berupa game fish- dengan
obyek wisata yang dikembangkan berupa game fishing; Pulau Biak Provinsi Papua,
dengan obyek wisata menyelam.
2. Jalur Lingkar Dalam, yang terdiri dari Pulau Seribu DK] Jakarta, dengan obyek wisata
bahari berupa wisata pantai: kepulauan Karimun Jawa, Jawa Tengah) dengan wisata
pantai, selancar, dan game fishing; Pulau Bali, dengan wisata pantai, menyelam dan
selancar; Pulau Moyo Provinsi NTB, dengan obyek wisata berupa game fishing; Pulau
Bonerate dan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan, dengan obyek wisata menyelam Pulau
Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan obyek wisata menyelam dan wisata
pantai; Pulau Banda Provinsi Maluku, dengan obyek wisata menyelam dan wisata
pantai Pulau Bitung Provinsi Sulawesi Utara, dengan obyek wisata yang dikembangkan
berupa menyelam dan game fishing; Sangihe Talaud Provinsi Sulawesi Utara, dengan
obyek wisata menyelam.
3. Jalur Barat Tengah: pariwisata yang dikembangkan di Pulal Belitung Provinsi Babel
adalah wisata pantai. Obyek wisata bahari daerah lain terdapat di Krakatau berupa
wisata pantai dan game fishing; Pulau Karimata dapat mengembangkan wisata pantai;
Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis, juga dapa mengembangkan wisata pantai. Obyek
wisata Batam adalal panorama pantai; obyek wisata Natuna dengan pariwisata yang
dikembangkan adalah selancar, game fishing dan wisata pantai.
Semua obyek wisata bahari tersebut merupakan kekayaan yang perlu dikelola dan
dimanfaatkan dengan baik, sehingga bisa bernilai ekonomi tinggi. Kesempatan kita besar
sekali, karena wisata bahari kita telah diakui oleh dunia luar. Misalnya saja ekspedisi
yang dilakukan oleh Francis Lee dengan crew-nya yang menggunakan 3 buah kapal
bernama Lady Olivia, Leeway II dan Agape yang dimulai tanggal 14 September hingga 5
Desember 1999 juga merupakan bukti bahwa wisata bahari kita diaku dunia. Tempat-
tempat wisata bahari yang menjadi pengamatan mereka adalah Batam, Tanjung Pandan
di Kepulauan Bangka Belitung, Bunaken Manado, Teluk Cendrawasih di Papua, Wakatobi

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 48
Dive Resort di Buton, Taka Bonerate Sulawesi Selatan, Wisata Taman Nasional Komodo di
Nusa Tenggara Barat, Taman Nasional Bali Barat dan Baluran, Karimunjawa di Jawa
Tengah, Kepulauan Seribu, dan terakhir Ujung Kulon. Mereka juga mengunjungi Pantai
Carita di Jawa Barat sebelum kembali ke Singapura.
Dalam catatan perjalanannya, Francis Lee sangat mengagumi keindahan pariwisata yang
ada di Indonesia. Menurut pengamatannya, kondisi karang-karang yang ada di Wakatobi,
misalnya, masih sangat bagus dan sehat ditambah dengan keindahan bermacam-macam
spesies ikan yang dapat ditemukan pada kedalaman 20 meter.

Keun ggulan Komparatif W


Keunggulan isata Bahari
Wisata
Secara umum pengembangan pariwisata di Indonesia bertumpu pada dua hal pokok.
Pertama, keunikan dan kekhasan budaya dan alamo Kedua, hubungan antarmanusia yang
bersinggungan dengan sektor ini.
Indonesia yang memiliki keunggulan komparatif sebagai negara maritim merupakan motor
penggerak untuk menghasilkan sumber devisa yang penting bila dikelola dengan baik.
Fakta menunjukkan bahwa keunggulan komparatif di bidang maritim ini telah dijadikan
pilar untuk membangun kepariwisataan Indonesia. Salah satu komponen maritim di bidang
pariwisata adalah ecotourism (ekoturisme) berbasis maritim. .
Salah satu contoh pengembangan pariwisata bahari yang mengilhami berkembangnya
industri pariwisata dl Indonesia adalah Wisata Pantai Kuta di Bali yang sudah tersohor.
Awalnya Kuta hanya merupakan des a nelayan dengan pesona alam yang indah. Selain itu
nuansa kehidupan nelayan yang ada di pantai itu merupakan daya tarik tersendiri bagi
wisatawan mancanegara.
Minat wisatawan yang begitu tinggi terhadap pesona alam Kuta lambat laun ditangkap
sebagai peluang usaha, dan pada akhirnya berkembanglah pariwisata pantai di daerah
ini. Sayangnya, dalan perjalanannya kemudian, kehidupan nelayan Kuta yang asli yang
mengilhami tumbuhnya pariwisata tersebut justru terabaikan.
Selain contoh Kuta ini, masih banyak obyek wisata di Nusantara yang memiliki daya tarik
laut maupun wilayah pesisir. Dengan luas wilayah yang membentang sejauh 3.200 mi
dari Australia hingga Asia Tenggara, Indonesia n1erupakan negar, kepulauan terbesar di
dunia dengan 17.508 pulau. Kendati hanya mencakup 1.3 % dari luas daratan bumi,
Indonesia menjadi habi tat tempat tinggal 17 % dari total spesies hewan yang ada d bumi,
termasuk 25 % dari total spesies ikan. Selain itu, kepulauan Indonesia juga memiliki 15
famili koral yang ada di dunia, yang terdiri dari 80 generasi dan 452 spesies. Terumbu
karang yang ada di Indonesia membentang seluas 85.000 km atau 14 % dari total luas
terumbu karang yang ada di dunia Indonesia juga memiliki garis pantai dengan panjang
hampir 81.000 km dan luas laut hampir 6 juta km2. Singkatnya, pengembangan ekoturisme
dengan mengandalkan keunggulan komparatif ini sungguh menjanjikan.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 49
Kalau potensi ini betul-betul kita garap, jelas akan memberikan nilai ekonomi yang sangat
besar. Seiring dengan itu akan terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh
ekoturisme ini. Sayangnya, sampai saat ini belum ada penelitia yang dilakukan di Indonesia
yang mengupas secara tunntas berapa besar kontribusi ekonomi, dan multiplier effect
yang dihasilkan dari ekoturisme ini. Pandangan para pakar pariwisata kita yang masih
menyatukan semua obyek wisata dalam sam kerangka pikiran menyebabkan mereka tidak
dapat melihat secara spesifi sumbangan wisata bahari yang ada. Karena itu, bukan hal
aneh bila angka-angka yang disajikan di berbagai tulisan ilmiah hanya merupakan jumlah
keseluruhan dari aktivitas ekonomi dari pariwisata tanpa ada klasifikasinya.

Nilai Ek onomi W
Ekonomi isata Bahari
Wisata
Secara umum potensi wisata bahari yang ada di Indonesia sangat besar untuk di
kembangkan. Memang, saat ini baru ada tiga yang bertaraf internasional karena
keunggulan komparatif berupa kekayaan alam hayati bawah laut yang masih orisinil dan
indah. Bunaken, Tulamben Bali, Takabonerate, dan Wakatobi merupakan tempat-tempat
yang betul-betul menawarkan kepuasan bagi para pengunjungnya. Sayangnya, potensi
wisata lain yang bersebelahan dalam belt ekonomi tersebut belum mengalami sentuhan.
Parahnya, keindahan sektor maritim dengan estetika pulau-pulau kecil yang kita miliki
juga hanya dimanfaatkan untuk mendapatkan devisa bagi negara lain. Misalnya, banyak
kapal pesiar yang berlayar dari Singapura dan Australia melewati perairan Indonesia,
dan sesungguhnya menjual keindahan maritim kita dan tidak memberikan kontribusi
apa-apa bagi negara kita.
Alur wisata bahari per paket dimulai dari Singapura melalui Selat Karimata - Selat Makassar
ke Manado - Wakatobi - Takabonerete - Bali - Karimun Jawa - Kepulauan Seribu - Ujung
Kulon - Krakatau - Riau kembali ke Singapura. Biaya untuk menikmati wisata bahari
tersebut sebesar US$ 2.000 per orang. Bila setiap kapal pesiar yang berlayar berpenumpang
1.168 orang (Sumber Pudji Sumarto, General Manager PT. Multikrea Senalaut Services),
potensi Indonesia kehilangan devisa sebesar US$ 2,336 juta sekali kapal tersebut berlayar.
Bila diasumsikan satu unit kapal pesiar tersebut melintasi perairan laut kita sebanyak 2
kali dalam sebulan dengan waktu efektif 10 buh per tahun, potensi loss bagi devisa negara
akan membengkak sebesar US$ 46,72 juta atau Rp 420,.480 miliar per tahun per kapal.
Padahal kapal pesiar yang beroperasi di dunia saat ini termasuk di Singapura mencapai
294 buah. Artinya bila 2 kapal pesiar saja yang memanfaatkan perairan Indonesia sebagai
daya tarik para wisatawan dan melintas di perairan kita untuk menikmati keindahan laut
ini, sesungguhnya Singapura telah memperoleh US$ 93,44 juta per tahun atau sebesar Rp
840,96o miliar (asumsi kurs Rp 9.000/US$).
Ironisnya, Indonesia tidak memperoleh apa-apa. Karena itu diperlukan langkah-langkah
strategi dari Pemerintah untuk menyiasati hal ini agar keindahan alam kita bukan cuma
dimanfaatkan pihak lain secara gratis. Angka-angka tersebut tentunya akan semakin
membengkak dan mencapai jumlah triliunan rupiah, bila kapal pesiar yang berlayar

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 50
melintasi perairan Indonesia semakin banyak. Karena itu, Indonesia harus jeli melihal
potensi wisata bahari yang dimiliki, sehingga pengembangan dan pemanfaatannya dapat
menghasilkan nilai ekonomi tinggi.
Contoh pengembangan wisata bahari di salah satu titik sabuk ekonomi maritim yang
bernilai ekonomi tinggi adalah Wakatobi. Wakatobi Dive Resort ini sudah diakui oleh
dunia sebagai salal satu wisata bahari bertaraf internasional yang menawarkan berbagai
keindahan bawah laut. Keunikan yang dimiliki oleh wisata di kepulauan Tukang Besi ini
diyakini merupakan salah satu yang terindah di dunia. Karena itu, para wisatawan
mancanegara tidak segan mengeluarkan uang mereka untuk menikmati keindahan
tersebut. Karenanya tidak mengherankan bila wisata bahari yang satu ini sudah mendunia
dan memberi nilai ekonomi yang besar. Contohnya, untuk melakukan salah satu kegiatan
wisata seperti menyelam di Wakatobi ini para wisatawan harus mengeluarkan uang ribuan
dolar per paket yang disediakan.
Untuk menambah kenyamanan berwisata, tempat ini dilengkapi dengan hunian dengan
rancangan artistik dan tipe desain rumah tradisional setempat. Kapasitas hunian di
Wakatobi Dive Resort ini cuma 22 orang dengan tarif per orang rata-rata US$ 45 per
malam. Artinya selama setahun (10 bulan efektif) diperoleh pendapatan sebanyak US$
297.000 dari penginapan.
Kegiatan utama para pelancong yang menikmati keindahan bawah laut dirancang
sedemikian rupa dengan paket-paket khusus. Tarif yang diberlakukan unruk 11 malam
dan 12 hari menyelam sebesar US$ 1.998 per orang. Dengan tarif sebesar ini, diperoleh
revenue (pendapatan) sebesar US$ 1.098.900 per tahun. Pendapatan itu masih ditambah
dengan biaya perjalanan sebesar US$ 270 per orang dengan menggunakan kapal laut
dari Kendari ke Wakatobi Dive Resort. Maka revenue yang dihasilkan dari transportasi
laut ini sebesar US$ 237.600 per tahun. Nilai ekonomi yang dihasilk dari transportasi ini
akan semakin bertambah bila para pelancong menggunakan pesawat terbang ke Wakatobi
Dive Resort. Hal ini dimungkinkan karena Wakatobi Dive Resort ini juga dilengkapi dengan
lapangan terbang yang bisa didarati pesawat jenis Fokker 28. Bila semua komponen tersebut
dijumlahkan, diperoleh revenue. (pendapatan) sebesar US$ 1.632.900 atau Rp. 14,696
miliar (kurs Rp 9.000 per US$) tiap tahun.
Untuk Likuan Manado dan Tulamben Bali, nilai ekonomi pariwisata bahari yang dihasilkan
dihitung dengan menggunakan asumsi bahwa Tulamben Bali memiliki revenue 2 kali
lipat dari Wakatobi Dive Resort; sedangkan Likuan Manado memiliki revenue sebesar 1,5
kali lipat. Asumsi ini masuk akal karena dalam urutan ranking yang terbaik dari ketiga
titik wisata bahari Indonesia yang diakui dunia tersebut ternyata Tulamben Bali menduduki
peringkat teratas, disusul Likuan Manado pada urutan kedua dan kemudian Wakatobi
Dive Resort.
Dengan menggunakan asumsi tersebut, diperoleh nilai reveneu dari wisata bahari
Tulamben Bali sebesar Rp. 29,392 miliar per tahun. Dari wisata bahari Likuan Manado
diperoleh revenue sebesar Rp. 22,044 miliar per tahun. Potensi lain yang belum tergali

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 51
adalah 29 titik wisata bahari dalam sabuk ekonomi maritim. Bila diterima asumsi bahwa
revenue yang dapat diperoleh dari tiap-tiap titik tersebut lebih kurang 50 % dari Wakatobi
Dive Resort, dari 29 titik tersebut dapat diperoleh revenue sebesar Rp. 213,O92 miliar
per tahun. Dengan memperhitungkan potensi yang dinikmati oleh Singapura dan tidak
kita terima (yaitu sebesar Rp 840,96 miliar), bila ditotal potensi devisa yang bisa di
sumbangkan oleh wisata bahari adalah sebesar Rp. 1,120 triliun per tahun. Dapat dilihat
pada Tabel 21.

Tabel 21.
Potensi dan Nilai Ekonomi Beberapa Ek
Ekonomi Ekoturisme
oturisme di Indonesia (dalam miliar)

No. Wisata Bahari dan Potensin


Potensinyya Pendapatan

1 Likuan 2 (Sulawesi Utara) 22,04


2 Wakatobi (Sulawesi Tenggara) 14,70
3 Tulamben (Bali) 29,39
4 Potensi Lainnya 213,09
5 Potensi Loss)* 840,96
Total 1120,18
Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber
(Wakatobi Dive Resort, Kesatuan Pelaut Indonesia)
Keterangan )* = nilai ekonomi wisata bahari yang diambil oleh Singapura

Tabel 21 menunjukan bahwa selama ini potensi wisata bahari kita yang bernilai tinggi
justru dimanfaatkan oleh negara lain, seperti Singapura, yang jeli melihat peluang untuk
memperoleh devisa bagi negaranya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 22 sampai dengan
23.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 52
Tabel 22.
Distrib usi Bulanan K
Distribusi unjun
Kunjun
unjung Wisman
gan W Tahun
isman kkee Indonesia T ahun 1995-2005

Bulan 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
J anuari 350,665 353,867 376,848 387,305 360,051 356,090 395,511 372,678 340,972 426,465 417,237
Febr uari
Februari 338,872 379,352 398,432 348,520 358,857 397,548 372,743 392,683 355,345 379,614 382,614
Mar et
Maret 323,958 420,705 460,514 364,912 413,470 413,502 427,878 449,151 353,877 410,128 419,390
April 332,870 410,724 400,351 380,825 369,520 408,239 423,268 409,802 249,491 383,693 405,952
Mei 315,727 400,330 413,533 312,397 361,200 370,474 454,259 444,173 268,959 434,792 419,747
Juni 347,251 432,835 461,250 320,716 372,293 424,277 474,527 454,029 371,642 477,017 448,593
Juli 374,127 447,361 482,525 394,754 463,168 464,278 478,515 486,749 431,512 488,096 483,681
Agustus 403,347 460,569 486,334 451,480 433,760 455,967 487,169 503,447 441,144 519,615 474,235
September 364,827 401,483 455,932 411,236 416,529 457,683 470,667 461,135 411,791 466,500 464,957
Oktober 370,217 405,940 398,731 430,988 388,256 448,696 391,119 382,004 424,965 449,865 342,605
No
Novvember 372,023 432,214 399,054 387,109 400,483 439,905 388,739 318,442 372,261 392,821 342,119
Desember 430,318 489,092 451,739 416,174 389,663 427,558 389,225 359,107 445,062 492,559 400,971
Jan - Des 4,324,229 5,034,472 4,185,243 4,606,416 4,727,520 5,064,217 5,153,620 5,033,400 4,467,021 5,321,165 5,002,101

Tabel 23.
Jumlah Kedatan
Kedatang Wisman
gan W Menurut
isman Menur Angkutan
ut Jenis Angkutan 1995-2005

Jenis
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
gkutan
Angkutan
An

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
Udara 2,699,711 3,210,219 3,138,152 2,345,818 2,448,617 2,760,236 2,765,770 2,745,105 2,178,192 2,790,127 2,888,809
Laut 1,598,530 1,796,112 2,023,610 2,222,766 2,255,638 2,270,809 32,354,644 2,256,128 2,261,849 2,509,183 2,082,483
Darat 25,988 28,141 23,481 37,832 23,265 33,172 33,206 32,167 26,980 21,855 30,809
Total 4,324,229 5,034,472 5,185,243 4,606,416 4,727,520 5,064,217 5,153,620 5,033,400 4,467,021 5,321,165 5,002,101

53
Tabel 24.
Jumlah Kedatan
Kedatang Wisman
gan W Menurut
isman kkee Indonesia Menur ut Pintu Masuk 1995-2005

Pintu Masuk 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Soekar no -
Soekarno
1,259,264 1,565,706 1,457,340 883,016 819,318 1,029,888 1,049,471 1,095,507 921,737 1,005,072 1,105,202
Hatta
Ngurah R ai
Rai 1,065,313 1,194,793 1,293,657 1,246,289 1,399,571 1,468,207 1,422,714 1,351,176 1,054,143 1,525 1,454,804
Polonia 217,647 225,368 174,724 70,441 76,097 84,301 94,211 97,870 74,776 97,087 109,034
Batam 941,415 1,048,119 1,119,238 1,173,392 1,248,791 1,134,051 1,145,578 1,101,048 1,285,394 1,527,132 1,024,758
Juanda 70,718 124,917 114,688 65,310 75,931 105,371 112,513 112,241 67,627 75,802 81,409
Sam
7,555 9,822 10,732 9,720 8,632 9,989 12,679 10,999 12,069 16,930 15,938
R atulangi
atulangi
Entik on
Entikon
ongg 27,772 25,822 20,954 35,093 20,526 33,172 29,534 25,378 19,863 16,914 21,301
T abin
abingg 12,470 13,029 9,209 6,287 5,430 7,245 6,630 4,104 4,495 12,677 17,708
Adi Sumar no
Sumarno 2,915 4,004 4,793 4,191 3,216 5,192 4,870 5,388 2,948 4,042 4,736
Selaparang
Selaparang 5,293 12,810 11,884 7,789 11,798 16,512 26,526 25,869 17,067 23,997 31,174
Hasanuddin 2,907 8,725 10,389 8,505 4,354 4,525 4,156 4,207 410 323 2,059
Pintu masuk
710,960 8,725 957,635 1,096,383 1,053,856 1,165,764 1,244,738 1,199,613 1,006,492 1,015,195 1,134,077
lainn
lainnyy a
Total 4,324,229 801,357 5,185,243 4,606,416 4,727,520 5,064,217 5,153,620 5,033,400 4,467,021 5,321,165 5,002,101

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
54
BAB 4
HASIL SURVEI
SURVEI

4.1 Pen gumpulan Data


Pengumpulan
Berbagai kemungkinan ke depan yang sebenarnya amat kaya di bidang kelautan,
kelihatannya sampai sekarang belum terpikirkan oleh para pengambil keputusan di
Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pendekatan pembangunan yang cenderung sektoral
dan masih berwawasan sentralistik, kendati otonomi daerah sudah dicanangkan dan mulai
diwujudkan. Dari hasil data yang diperoleh dari berbagai provinsi dapat dilihat mengalami
kepincangan disektor maritim dalam keunggulan potensi maritim, karena program
pembangunan kurang melihat pada potensi lokal. Potensi maritim di provinsi selalu
disuguhkan program yang sama dengan provinsi daratan. Misalnya, APBN selalu
menawarkan infrastruktur jalan, jembatan, pengairan, dan lain-lain. Padahal provinsi
maritim lebih membutuhkan infrastruktur maritim seperti pelabuhan, transportasi laut,
alat tangkap perikanan, rumpon, dan infrastrutkur polisi laut. Pilihan-pilihan seperti itu
dalam economics of collective choice disebut sebagai tindakan zero sum game. Bila setting
program hanya menguntungkan satu pihak, sementara pihak lain dirugikan, maka
keputusan pembangunan akan menghasilkan perolehan yang sama dengan kerugiannya
atau zero sum game. Berikut ini adalah hasil survai yang didapat selama kegiatan
pengumpulan data:
a. Pr ovinsi Sumatera Utara
Pro
Potensi maritim yang menunjang perekonomian daerah Provinsi Sumatera Utara
antara lain: sektor trasportasi laut, perikanan, pariwisata bahari, energi dan
pertambangan lepas pantai, dan Benda Berharga Muatan Kapal yang Tenggelam
(BMKT). Dan yang telah dimanfaatkan antara lain sektor trasportasi laut, perikanan,
pariwisata bahari, energi dan pertambangan lepas pantai, dan BMKT. Dalam
kewenangan pengelolaan SDA (sumber daya alam) laut Provinsi Sumatera Utara
mengalami kendala yaitu, masih berkembangnya institusi pemerintah baik di pusat
maupun di daerah yang berdampak pada ketidakjelasan bagi berbagai pihak untuk
mengetahui dengan tepat instansi mana yang diberi tanggung jawab atau yang paling
bertanggung jawab, belum adanya kesadaran dan informasi bagi masyarakat dan
semua pihak terkait sebagai pelaku industri maritim yang menyangkut pemanfaatan
dan pengelolaan lingkungan laut tersebut yaitu infomasi tentang pembangunan yang
berwawasan lingkungan hidup untuk mengurangi perusakan lingkungan yang
menjadi akibat samping dari kegiatan pembangunan diberbagai sektor, informasi
tentang potensi maritim di wilayah perairan laut belum dapat dimiliki dan terdistribusi
luas, sehingga persepsi tentang resiko bisnisnya masih tinggi dan para peminat bisnis
kemaritiman belum berani mengambil resiko yang sulit diperhitungkan, maka
diperlukan sosilalisasi yang seluas-luasnya khususnya di daerah Provinsi Sumatera
Utara mengenai peratuaran peraundang-undangan.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 55
Selain itu, prasarana yg terkait dengan Industri maritim yang bergerak dalam
pengelolaan SDA laut di daerah belum memadai (fasilitas kota pesisir, pelabuhan,
jaringan jalan regional, telekomunikasi) sebagian daya tarik industri yang berbasis
maritim belum sebaik sektor lainnya. Potensi maritim di wilayah perairan yurisdiksi
laut akan memberikan mata pencaharian bagi masyarakat yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

b. Pr
Proovinsi Kepulauan Riau
Potensi maritim yang menunjang perekonomian di daerah Provinsi Kepulauan Riau
adalah sektor transportasi laut, pelabuhan, perikanan dan pariwisata bahari. Yang
telah dimanfaatkan secara maksimal oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau adalah
sektor transportasi laut dan pelabuhan dimana kegiatan ekspor dan impor terjadi di
pelabuhan bongkar-muat yang ada di tiap-tiap pelabuhan di Provinsi Kepulauan
Riau. Dalam memanfaatkan potensi-potensi maritim tersebut Pemerintah Provinsi
Kepulauan Riau menemui kendala-kendala, yaitu berupa sarana dan prasarana yang
tersedia masih kurang memadai, hukum dan perundang-undangan yang overlap serta
dana/modal yang kurang memadai. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut
Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau melakukan tindakan-tindakan berupa
memfasilitasi sarana dan prasarana yang memadai, meningkatkan kemampuan/
keahlian SDM melalui pendidikan dan pelatihan, memberikan jaminan kemudahan
pinjaman lunak (soft loan) yang difasilitasi pemerintah, serta merencanakan kegiatan
pembangunan daerah tertinggal khususnya di wilayah pesisir melalui anggaran yang
berasal dari APBN, APBD, BLN, dan ADB. Kendala lain yang dihadapi oleh Pemerintah
Provinsi Kepulauan Riau dalam pemanfaatan potensi maritim di daerah oleh beberapa
instansi terkait yang ada di Provinsi Kepulauan Riau terdapat tumpang tindih/over
lap, untuk itu Pemerintah Daerah mengeluarkan kebijakan lokal dalam rangka
pemanfaatan potensi maritim/sumberdaya alam laut yaitu berupa Peraturan Daerah
berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Kepulauan Riau.

c. Pr
Proovinsi JJambi
ambi
Sektor perikanan merupakan sektor utama yang telah dimanfaatkan dengan maksimal
di Provinsi Jambi. Pengembangan potensi perikanan dilakukan dengan memanfaatkan
perairan Sungai Batanghari untuk pengembangan budidaya ikan air tawar, yaitu ikan
patin jambal. Ikan jenis ini merupakan komoditas unggulan ekspor perikanan dan
menjadi pilihan utama karena merupakan satu-satunya ikan lokal asli Jambi yang
memiliki peluan pasar ekspor hampir sama dengan jenis ikan yang dimiliki Vietnam.
Pengembangan budidaya ikan patin jambal untuk ekspor di Provinsi Jambi merupakan
wujud implementasi pelaksanaan revitalisasi perikanan.
Budidaya ikan patin jambal telah memberikan kontribusi potensi maritim yang cukup
besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, karena hasil budidaya perikanan ini

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 56
merupakan komoditas utama ekspor perikanan, bahkan kegiatan budidaya ikan jenis
ini telah menjadi pilihan alternatif usaha bagi eks karyawan perusahaan kayu yang
terkena PHK.
Dalam pemanfaatan potensi maritim selain sektor perikanan, terdapat beberapa
kendala yang dihadapi oleh Pemda Provinsi Jambi, yaitu kurangnya sarana, prasarana
serta dana yang memadai untuk mendukung pemanfaatan pontesi maritim; serta
kurangnya kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas.
Pelaksanaan otonomi daerah juga memberikan andil dalam pengembangan ekonomi
maritim di Provinsi Jambi, karena telah memberikan dampak kurangnya keterpaduan
atau keselarasan antara Pemerintah Daerah Provinsi dengan Kabupaten/Kota. Hal
ini merupakan efek dari belum adanya kesepakatan antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab pengelolaan
daerah, sehingga terjadi perbedaan penafsiran aturan pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya alam laut, dan juga menyebabkan terjadinya tumpang tindih kewenangan
antar sektor atau instansi dalam pemanfaatan potensi maritim.
Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi, hal utama yang dilakukan
Pemerintah Daerah Provinsi Jambi antara lain adalah: memfasilitasi sarana dan
prasarana yang memadai, yang diikuti dengan peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan merencanakan kegiatan pembangunan daerah tertinggal khususnya di
wilayah pesisir.

d. Pr
Proovinsi Ben gkulu
Bengkulu
Potensi maritim yang telah dimanfaatkan secara maksimal di Provinsi Bengkulu adalah
transportasi laut, sedangkan sektor perikanan kurang dimanfaatkan dengan maksimal
meskipun masyarakat menggantungkan hidupnya sebagai nelayan. Untuk
pengembangan potensi maritim, Pemerintah Daerah terbentur dengan dana investasi
yang minim dan rendahnya kepercayaan perbankan untuk memberikan kredit pada
nelayan. Kualitas sumber daya manusianya pun relatif rendah, serta sarana dan
prasarana iklim usaha masih minim.
Upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah antara lain adalah memfasilitasi
sarana dan prasarana yang memadai. Saat ini Pemerintah Daerah tengah berupaya
memperbaikan kendala secara bertahap, diantaranya dengan memberikan
penyuluhan dan pelatihan manajemen kepada sejumlah Kelompok Usaha Bersama
(KUB), memberikan pembinaan investasi kepada para investor, dan program ini tengah
di jalankan dengan bekerja sama dengan investor dari Singapura serta Pemerintah
daerah Provinsi Bengkulu mulai tahun depan akan menganggarkan dana melalui
APBD untuk mengembangkan dan membuat Pusat Pelelangan Ikan (PPI) terbesar di
Provinsi Bengkulu.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 57
e. Pr
Proovinsi Lampun
Lampung g
Potensi maritim yang selama ini menjadi andalan dan menunjang perekonomian di
daerah Provinsi Lampung yang utama adalah sektor transportasi laut, pelabuhan,
perikanan dan pariwisata bahari adapun sektor-sektor lainnya yang menunjang
perekonomian di daerah tersebut yaitu energi dan pertambangan lepas pantai, industri
perkapalan, dan Benda Berharga Muatan Kapal Tenggelam (BMKT). Sedangkan
potensi maritim yang telah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya di Provinsi Lampung
adalah sektor pelabuhan dan transportasi laut dimana kegiatan ekspor dan impor
terjadi di Pelabuhan Cargo Pelindo Panjang dan Pelabuhan Bakahueni sebagai
pelabuhan penyeberangan. Dalam memanfaatkan potensi-potensi maritim tersebut
Pemerintah Provinsi Lampung menemui kendala-kendala berupa hukum dan
perundang-undangan, sarana dan prasarana, dana permodalan serta Sumber Daya
Manusia (SDM). Untuk mengatasi kendala-kendala dalam pemanfataan potensi
maritim Pemerintah Provinsi Lampung melakukan tindakan-tindakan berupa
memfasilitasi sarana dan prasarana yang memadai, mengeluarkan peraturan dan
kebijakan lokal, meningkatkan kemampuan/keahlian SDM melalui pendidikan dan
pelatihan,serta merencanakan kegiatan pembangunan daerah tertinggal khususnya
di wilayah pesisir melalui anggaran yang berasal dari APBN, APBD, BLN, dan ADB.
Pemerintah Provinsi Lampung pun telah mengeluarkan kebijakan lokal berupa
Peraturan Daerah No.3 tahun 2006 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup, selain itu ada juga Peraturan Gubernur No. 30 tahun 2006 tentang
Penataan Daerah Penangkapan Ikan dalam Perairan Wajib Pandu dan Alur Pelayaran
Pelabuhan Umum Panjang.

f. Pr
Proovinsi JJaawa Tengah
Teng
Provinsi Jawa Tengah mempunyai potensi maritim yang dapat menunjang
perekonomian yaitu dalam sektor pariwisata bahari dan sektor perikanan. Potensi
maritim yang telah dimanfaatkan secara maksimal di Provinsi Jawa Tengah adalah
sektor pariwisata bahari dimana Pemerintah Provinsi Jawa Tengah saat ini tengah
mengembangkan kawasan wisata di Pantai Selatan. Dalam memanfaatkan potensi-
potensi maritim tersebut Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menemui kendala-kendala,
yaitu mengenai hukum dan peraturan perundang-undangan yang overlap, sarana
dan prasarana yang kurang memadai, terbatasnya dana/permodalan, ilmu
pengetahuan dan teknologi yang kurang serta kurangnya kualitas dan kuantitas
Sumber Daya Manusia (SDM) Maritim. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melakukan tindakan-tindakan berupa
mengeluarkan peraturan dan kebijakan lokal, memfasilitasi sarana dan prasarana
yang memadai, serta meningkatkan kemampuan/keahlian SDM melalui pendidikan
dan pelatihan. Sedangkan dampak yang terjadi akibat adanya pelaksanaan otonomi
daerah dalam memanfaatkan sumberdaya alam laut di daerah Provinsi Jawa Tengah

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 58
adalah terjadinya tumpang-tindih dalam kewenangan pemanfaatan sumberdaya alam
laut dengan sektor lainnya, serta kurangnya keterpaduan atau keselarasan antara
pemerintah daerah di provinsi dan kabupaten atau kota dalam menyelesaikan masalah
yang terjadi dalam pemanfaatan sumber daya alam laut.

g. Pr
Proovinsi JJaawa Timur
Potensi maritim di Provinsi Jawa Timur yang dapat menunjang perekonomian daerah,
adalah transportasi laut, pelabuhan, perikanan, pariwisata bahari, energi dan
pertambangan lepas pantai, industri perkapalan, benda berharga muatan kapal yang
tenggelam. Dari ke 7 (tujuh) sektor tersebut yang paling besar untuk dimanfaatkan
potensinya oleh pemerintah daerah adalah transportasi laut, karena Provinsi Jawa
Timur mempunyai banyak pulau maka perlu adanya sarana transportasi laut untuk
mengangkut hasil laut terutama ikan. Potensi perikanan merupakan potensi terbesar
sesudah transportasi laut yang telah dimanfaatkan dengan baik karena perikanan
merupakan mata pencaharian pokok masyarakat nelayan disepanjang pantai
kepulauan.
Dalam pemanfaatan potensi maritim, yang menjadi kendala terbesar adalah kurangnya
sarana dan prasarana, serta hukum dan peraturan perundangan yang mengatur
tentang pemanfaatan potensi maritim. Upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah
Daerah untuk mengatasi kendala-kendala tersebut antara lain adalah dengan
memfasilitasi sarana dan prasarana yang memadai untuk meningkatkan kemampuan/
keahlian sumber daya manusia melalui pendidika dan pelatihan, mengingat kualitas
sumber daya manunsia yang ada belum mencukupi. Kendala lainnya adalah,
pelaksanaan otonomi daerah memberikan dampak masih tumpang tindihnya
kewenangan pemanfaatan sumber daya alam laut dengan sektor lainnya, seperti antara
Dinas Kelautan dengan Dinas Kehutanan dalam kewenangan reboisasi mangrove di
pesisir.
Upaya lain yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala di atas, Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Timur telah mengeluarkan beberapa kebijakan lokal atau peraturan
daerah dalam rangka pemanfaatan potensi maritim di Provinsi Jawa Timur antara
lain, Peraturan Daerah No. 4 tahun 2005 tentang Usaha Perikanan dan Usaha Kelautan
Provinsi Jawa Timur, Surat Keputusan Bersama tentang Pengelolaan Perairan Selat
Provinsi Bali antar Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan Pemerintah Provinsi Bali.
Sedangkan kebijakan lokal lain yang mengatur perhubungan laut, perikanan
pengelolaan dan pelestarian lingkungan serta untuk pariwisata adalah Surat Keputusan
Gubernur Provinsi Jawa Timur No.17 tahun 1997 dan Surat Keputusan Gubernur
Jawa Timur No.188/120/KPTS/013/2001 dan Surat Keputusan Gubernur Jawa
Timur No.188/251/KPTS/013/2004.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 59
h. Pr
Proovinsi K alimantan Barat
Kalimantan
Potensi maritim yang terdapat di daerah Provinsi Kalimantan Barat dan yang
menunjang perekonomian daerah antara lain: sektor trasportasi laut, pariwisata
bahari, dan energi dan pertambangan lepas pantai (pertambangan zircon, bijih besi
di lepas pantai, pasir besi, bauksit, pasir kwarsa, silikon, batu bara, perkebinan kelapa
sawit, perkayuan/kehutanan, pertanian/jeruk), dan sektor perikanan terdiri dari
budidaya pantai (tambak), budidaya laut, perikanan tangkap, terumbu karang, lamun
(sea grass) dan makrophyta, hutan mangrove, kawasan konservasi (suaka alam laut
dan cagar alam), kawasan pariwisata (suaka alam laut dan cagar alam). Untuk potensi
maritim yang telah dimanfaatkan antara lain sektor trasportasi laut, perikanan,
pariwisata bahari, dan energi dan pertambangan lepas pantai dan lain-lain termasuk
kelapa sawit (CPO) dan kayu. Dalam pemanfaatan potensi maritim yang terdapat di
Provinsi Kalimantan Barat terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan
pemberdayaan dan pengelolaannya seperti masalah SDM yang masih kurang
memadai, infrastruktur yang ada masih kurang mendukung, dana dan permodalan
yang tersedia masih kurang peminat dari para investor juga kurangnya penguasaan
IPTEK secara terpadu, selain itu juga kendala yang paling dominan dalam pengeloaan
SDA laut di daerah Kalimantan Barat yaitu masalah pelaksanaan hukum dan peraturan
perundang-undangan/ketegasan hukumnya yang terkait dengan pengelolaan SDA
laut di daerah.
Dalam mengatasi kendala-kendala tersebut Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan
Barat, membuat suatu kebijaksanaan seperti mengeluarkan peraturan dan kebijakan
lokal, memfasilitasi sarana dan prasarana yang memadai, serta merencanakan
kegiatan pembangunan daerah tertinggal khususnya di wilayah pesisir melalui
anggaran yang berasal dari APBN, APBD, BLN dan ADB. Selain itu juga menyusun
master plan dan design detil terminal perikanan terpadu di Mempawah (oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan), pembangunan terminal agrobisnis terpadu, dan
pembangunan tempat pendaratan ikan.
Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat telah mengeluarkan kebijakan lokal
seperti Peraturan Daerah No. 4 tahun 2001 tentang Retribusi Tempat Pendaratan
Kapal, dan Peraturan Daerah No. 6 tahun 2002 tentang Bea Balik Nama Pendaftaran
Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air, serta Peraturan Daerah tentang Uji Mutu. Dalam
memghasilkan kebijkan lokal tersebut, Pemerintah Daerah Kalimantan Barat
melakukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait, pelaksanaan dan penyusunan
serta evaluasi, dan daerah harus bekerja sama dengan pemerintah dalam menindak
pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di wilayah perairan laut. hasil perikanan.

i. Pr
Proovinsi K alimantan Timur
Kalimantan
Provinsi Kalimantan Timur banyak memiliki potensi maritim yang sangat potensial
dalam menunjang perekonomian daerah, diantaranya melalui sektor pelabuhan,

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 60
perikanan, transportasi laut, pariwisata bahari, energi dan pertambangan lepas pantai,
industri perkapalan, dan BMKT. Diantara sektor-sektor tersebut, sektor maritim yang
telah memberikan kontribusi yang cukup besar adalah sektor transportasi laut,
pelabuhan, perikanan, energi dan pertambangan lepas pantai, serta industri galangan
kapal. Industri galangan kapal di Kota Samarinda sangat berpotensi dalam menyerap
banyak tenaga kerja. Potensialnya pembiayaan usaha galangan kapal ini karena
beberapa perusahaan pertambangan batu bara di Kalimatan Timur mengalami
kesulitan memperolah alat angkut berupa kapal tunda dan kapal tongkang untuk
distribusi.
Sektor lainnya yang cukup berpotensi tapi belum cukup dimanfaatkan dengan baik
dalam meningkatkan perekonomian daerah, adalah sektor pariwisata. Apabila potensi
ini dikembangkan secara optimal maka Kalimantan Timur dapat menjadi salah satu
daerah tujuan wisata yang dapat menarik banyak wisatawan, karena provinsi ini
kaya dengan potensi alam dengan panorama yang indah dan keunikan serta
kekhasannya. Namun sayangnya, beberapa kawasan konsevasi yang ada di Kalimantan
Timur saat ini belum banyak dikembangkan, dan hanya dijadikan sebagai areal
penelitian. Beberapa faktor utama yang menjadi kendala dalam pengembangan
paiwisata adalah rendahnya aksesibilitas, manajemen yang kurang profesional dan
keamanan kawasan dari tekanan penduduk sekitar kawasan, serta faktor alam.
Sedangkan kendala yang dihadapi sektor lainnya antara lain adalah:
- Dalam sektor perikanan, sarana prasarana dalam penggunaan dan penguasaan
teknologi penangkapan ikan, pengolahan ikan dan pengelolaan hasil kelautan
lainnya, kurang diperhatikan, begitu juga dengan sarana pendidikan maritim,
sehingga kualitas sumber daya manusiannya kurang memadai.
- Industri galangan kapal berpotensi menjadi industri yang banyak menyerap
tenaga kerja, tapi sedikit sekali bank yang berani mengambil resiko memberikan
kredit ke sektor yang kurang populer dan bersifat khusus ini. Hal ini diantaranya
disebabkan karena lemahnya analisis perbankan terhadap sektor tersebut,
padahal sangat potensial.
Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk mengatasi
kendala tersebut adalah merencanakan kegiatan pembangunan daerah tertinggal
khususnya di wilayah pesisir melalaui anggaran yang berasal dari APBN, APBD, BLN
dan ADB, yang dapat memberikan manfaat dan keuntungan untuk meningkatkan
kemampuan/keahlian SDM melalui pendidikan dan pelatihan, meningkatkan
kesadaran masyarakat pesisir untuk berperan secara aktif dalam pelestarian
lingkungan, membuka kesempatan kerja untuk berusaha meningatakan pendapatan
negara dan mengeluarkan peraturan dan kebijakan lokal agar tidak terjadi tumpang
tindih antar sektor dalam pemanfaatan potensi maritim.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 61
j. Pr
Proovinsi Sula wesi Utara
Sulaw
Potensi maritim yang selama ini menjadi andalan dan yang menunjang perekonomian
di daerah Provinsi Sulawesi Utara yaitu sektor transportasi laut, kepelabuhanan,
perikanan, energi dan pertambangan serta indutri perkapalan. Dan yang telah
dimanfaatkan antara lain dari sektor transportasi laut, kepelabuhanan, perikanan,
energi dan pertambangan serta indutri perkapalan. Dalam mengelola potensi maritim
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara menemui kendala yaitu tidak tersedianya
infrastruktur yang baik dalam hal pengelolaan SDA laut dari daerah, dan berdasarkan
data yang didapatkan dari sektor-sektor terkait di daerah Selama ini Pemerintah
Daerah Provinsi Sulawesi Utara masih kurang memperhatikan efektifitas kelembagaan
di daerah mereka dalam menjalankan pembangunan pengeloaan di wilayah perairan
laut.
Dalam mengatasi permasalahan dalam pengelolaan dan pemanfaatan potensi maritim
yang ada di Provinsi Sulawesi Utara yaitu memfasilitasi sarana dan prasarana yang
memadai, memberikan jaminan kemudahan pinjaman lunak (soft loan) yang di
fasilitasi pemerintah, mengeluarkan peraturan dan kebijakan lokal dan meningkatkan
kemampuan/keahlian SDM melalui pendidikan dan pelatihan serta Merencanakan
kegiatan pembangunan daerah tertinggal khususnya di wilayah pesisir melalui
anggaran yang berasal dari APBN, APBD, BLN, dan ADB.
Dalam pengembangan tolok ukur keberhasilan ekonomi maritim dengan salah satu
ukurannya adalah aspek ekologi, agar arah jangka panjang yang ingin dicapai dapat
dilakukan secara kesinambungan. Belum berperannya para pengusaha daerah
(stakeholders) untuk berperan dalam mengelola SDA yang ada seperti menyediakan
coldstorage, dan pabrik tepung ikan untuk mewujudkan pengeloaan ikan yang benar.

k. Pr
Proovinsi Gor ontalo
Gorontalo
Potensi maritim yang dapat menunjang perekonomian di Provinsi Gorontalo adalah
dari sektor perikanan, karena Gorontalo memiliki garis pantai yang cukup panjang
dan wilayah perairan laut yang cukup luas. Sedangkan sektor penunjangnya adalah
transportasi laut, pelabuhan dan pariwisata bahari. Sektor perikanan telah mem-
berikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, ter-
utama jenis ikan pelagis dan demersal. Apalagi dengan garis pantai yang cukup
panjang yaitu sekitar 590 km dan jumlah luas wilayah perairan laut sebesar 50.500
km2. Selain itu, Teluk Tomini mempunyai potensi besar sebagai perairan dengan
kekayaan hayati yang disinyalir terlengkap di dunia.
Pada dasarnya potensi-potensi maritim yang ada di Provinsi Gorontalo sudah dikelola
dengan cukup baik namun belum maksimal, karena terdapat beberapa kendala yang
dihadapi oleh Pemda Provinsi Gorontalo, terutama dalam kurangnya sarana dan
prasarana; kurangnya dana atau permodalan serta kurangnya sumber daya manusia
yang ada. Namun kendala utama yang dihadapi adalah Gorontalo merupakan provinsi

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 62
baru, dan tentunya untuk pengelolaan potensi maritim tersebut memerlukan biaya
yang besar yang ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia yang handal
dibidangnya.
Pelaksanaan otonomi daerah juga menyebabkan tumpang tindih dalam kewenangan
pemanfaatan sumber daya laut dengan sektor lain, terutama antara Pemerintah
Provinsi, kabupaten dan kota, yang disebabkan karena lemahnya komunikasi dan
koordinasi internal dan eksternal antar pemerintah daerah. Hal ini juga mengakibat-
kan terjadinya tumpang tindih kewenangan dalam pemanfaatan potensi maritim.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, beberapa hal yang dilakukan Pemnda
adalah: merencanakan kegiatan pembangunan daerah tertinggal khususnya di wilayah
pesisir melalui anggaran yang berasal dari APBN, APBD, BLN dan ADB; memfasilitasi
sarana dan prasarana; serta meningkatkan kemampuan SDM melalui pendidikan
dan pelatihan.

l. Pr
Proovinsi Bali
Potensi maritim yang paling menunjang perekonomian daerah di Provinsi Bali adalah
pariwisata. Hal ini tidak mengherankan karena Bali merupakan daerah tujuan utama
wisata di Indonesia. Kepariwisataan tidak terbatas pada usaha kerajinan tangan,
pertanian dan budaya, serta kesenian, tapi justru merupakan usaha komplementer
yang sangat komplek dan menyeluruh, baik dalam bentuk pelayanan seperti akomodasi
dan transportasi, serta pelayanan jasa-jasa lainnya. Meskipun sektor pariwisata
merupakan bisnis jasa yang paling rentan terhadap kondisi sosial, ekonomi, politik
dan keamanan yang sifatnya sudah mengglobal, tapi sektor ini telah memberikan
kontribusi yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
Untuk sektor lainnya, seperti sektor perikanan, meskipun belum terlalu memberikan
kontibusi yang cukup signifikan, meskipun perkembangan perikanan laut di Bali
telah menunjukan trend yang meningkatkan, baik jumlah tangkapan maupun kapal
penangkap ikan. Sektor transportasi laut dan pelabuhan juga dinyatakan dapat
menunjang perekonomian daerah, hal tersebut memungkinkan karena transportasi
laut dan pelabuhan merupakan sektor yang saling menunjang.
Terdapat beberapa kendala dalam pengembangan ekonomi maritim daerah, antara
lain adalah kurangnya dana dan permodalan. Hal ini tidak mengherankan mengingat
salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi daerah adalah tersedianya
dana yang cukup dengan didukung sarana penyaluran yang lengkap. Untuk mengatasi
hal tersebut, hal utama yang perlu dilakukan adalah dengan mengeluarkan peraturan
dan kebijakan lokal yang dapat dijadikan pedoman untuk mengembangkan potensi
ekonomi maritim. Sejalan dengan dilaksanakan peraturan dan kebijakan yang ada,
maka otomatis dapat meminimalkan kendala-kendala lainnya yang ada.
Selain kendala dana dan permodalan, kendala lainnya adalah kurangnya kualitas
sumber daya manusia yang ada. Salah satu komponen yang berkaitan langsung dengan

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 63
peningkatan SDM adalah pendidikan, oleh karena itu kualitas SDM harus selalu
diupayakan peningkatannya melalui sistem pendidikan yang baik. Namun demikian,
segala bentuk upaya peningkatan pendidikan selalu terganjal dengan beragam kendala,
diantaranya adalah ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan, yang meliputi
gedung sekolah, tenaga pengajar, kelengkapan literatur dan sarana penunjang
pendidikan lainnya.
Disamping itu, pelaksanaan otonomi daerah juga menyebabkan kurangnya
keterpaduan atau keselarasan antara Pemda provinsi dengan kabupaten/kota dalam
menyelesaikan masalah yang terjadi pada pemanfaatan sumber daya laut, sehingga
terjadinya tumpang tindih kewenangan pemanfaatan sumber daya laut dengan sektor
lainnya. Hal ini disebabkan karena lemahnya komunikasi dan koordinasi internal
maupun eksternal. Lahirnya Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah telah menggeser paradigma yang membawa perubahan mendasar dalam
penyelenggaraan, dan telah berdampak pada semakin lemahnya komunikasi dan
koordinasi, terutama antara Pemda Provinsi dengan Pemda Kabupaten/Kota.

m. Pr
Proovinsi Nusa Ten gg
Tengg ara Barat
ggara
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTB) merupakan provinsi kepulauan yang wilayahnya
didominiasi oleh laut. Potensi maritim yang paling menonjol dalam menunjang
perekonomian di Provinsi NTB adalah pariwisata bahari, transportasi laut dan
perikanan. Pada umumnya yang menjadi kendala dalam pemanfaatan potensi maritim
di provinsi NTB adalah kurangnya sarana dan prasarana yang ada serta masalah
hukum dan peraturan perundang-undangan. Lemahnya penegakan hukum antara
lain disebabkan karena belum dilaksanakannya pembangunan hukum yang
komprehensif. Intensitas peningkatan produk peraturan daerah, dan peningkatan
kapasitas aparatur penegak hukum serta sarana dan prasarana hukum pada
kenyataannya belum seimbang dengan peningkatan integritas moral dan
profesionalitas aparat penegak hukum, kesadaran, serta mutu pelayanan publik
dibidang hukum kepada masyarakat. Akibatnya keadilan dan jaminan kepastian
hukum, tidak tercipta dan akhirnya melemahkan penegakan supremasi hukum.
Disamping itu pelaksanaan otonomi daerah sedikit banyak menyebabkan kurangnya
keterpaduan atau keselarasan antara Pemda provinsi dengan kabupaten/kota dalam
menyelesaikan masalah yang terjadi pada pemanfaatan sumber daya laut, sehingga
terjadinya tumpang tindih kewenangan pemanfaatan sumber daya laut dengan sektor
lainnya. Hal ini disebabkan karena lemahnya komunikasi dan koordinasi internal
maupun eksternal. Lahirnya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah
menggeser paradigma yang membawa perubahan mendasar dalam penyelenggaraan,
dan telah berdampak pada semakin lemahnya komunikasi dan koordinasi, terutama
antara Pemda Provinsi dengan Pemda Kabupaten/Kota.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 64
Untuk mengatasi kendala-kendala dalam pemanfaatan potensi maritim, Pemda telah
merencanakan kegiatan pembangunan daerah tertinggal khususnya di wilayah pesisir
melalui anggaran yang berasal dari APBN, APBD, bahkan BLN dan ADB. Dana yang
didapat bisa digunakan untuk memfasilitasi sarana dan prasarana yang memadai,
sekaligus meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melalui pendidikan dan
pelatihan.
n. Pr
Proovinsi Nusa Ten gg
Tengg ara Timur
ggara
Sektor perikanan merupakan sektor yang sangat menunjang perekonomian, di Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT), terutama perikanan tangkap untuk jenis cakalang,
kerapu, kakap putih, sardin, baronang, cumi-cumi, mutiara dan rumput laut,
meskipun pemanfaatannya belum maksimal. Hal ini mungkin disebabkan karena
Pemerintah Provinsi NTT telah mencanangkan Gerakan Masuk Laut (GEMALA), yang
dapat mengubah sebagian nesar masyarakan yang tinggal di kawasan pesisir pantai
menekuni secara total usaha di sektor kelautan yang dijadikan sebagai tumpuan hidup
utama. Permasalah yang dihadapi Pemerintah Daerah dalam pemanfaatan potensi
maritim antara lain adalah:
- Sarana dan prasarana seperti nelayan di daerah itu masih menggunakan armada,
teknologi penangkapan dan budidaya yang tradisional, sehingga kapasitas,
kuantitas, dan kualitas produksi sangat rendah dan kurangnya peralatan
komunikasi, transportasi yang diandalkan guna mendukung kelancaran distribusi
dan pemasaran produk.
- Dukungan modal juga mengalami kendala dalam usaha produktif sektor
kelautan, karena dikalangan perbankan masih kurang peduli terhadap kegiatan
usaha di sektor ini, akibatnya nelayan terpaksa meminjam dari tengkulak dengan
suku bunga kredit yang sangat tinggi.
- Masih kurangnya Sumber Daya Manusia yang berkualitas di bidang maritim
yang tidak didukung oleh pendidikan yang memadai.

o. Pr
Proovinsi Maluku Utara
Potensi maritim yang terdapat di Provinsi Maluku Utara dan yang menunjang
perekonomian daerah antara lain transportasi laut, pelabuhan, perikanan, pariwisata
bahari, energi dan pertambangan, industri perkapalan serta BMKT. Untuk sektor
perikanan pemerintah harus memperhatikan kebijakan yang menyangkut dengan
sektor perikanan dan pelayanan jasa transportasi laut mengingat wilayah Maluku
Utara terdiri dari 70 % perairan dan 30 % daratan. Untuk potensi maritim yang
terdapat di daerah Provinsi Maluku Utara dan yang telah dikelola secara maksimal
yaitu sektor perikanan dan sektor transportasi laut. Dalam mengelola potensi ekonomi
maritim tersebut Pemerintah Provinsi Maluku Utara mengalamai kendala yaitu modal
usaha bagi masyarakat pesisir (nelayan, pembudidayaan ikan dan pengolahan ikan)

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 65
sangat terbatas atau kecil, SDM memiliki pengetahuan yang rendah, masih banyaknya
IUU Fishing, terjadi kerusakan ekosistem wilayah pesisir, dan sarana prasarana
perikanan belum memadai.
Beberapa hal yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Maluku Utara rangka
pemanfaatan potensi maritim antara lain adalah:
- Dana Pendampingan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
- Pelatihan bagi Masyarakat Pesisir dengan anggaran APBD
- Terbentuknya Forum Kemaritiman di Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara.
- Bantuan Paket Mata Pencaharian Alternatif baik dengan APBN/APBD
- Peningkatan anggaran APBD guna mendukung bidang perikanan dan kelautan.

4.2 Potensi Ek onomi Maritim Sesuai Hasil Sur


Ekonomi Survvei
Berdasarkan hasil yang didapatkan melalui pengambilan data dengan menggunakan alat
bantu berupa kuisioner di beberapa instansi terkait, maka dapat ditampilkan hasil
penelitian sebagai berikut:

Tabel 25.
Sektor Perikanan
Pr oduksi T
Produksi ahun 2004
Tahun Pr oduksi T
Produksi ahun 2005
Tahun Pr oduksi T
Produksi ahun 2006
Tahun
No. Sub Sektor Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai
(ton) (Rp 1000) (ton) (Rp 1000) (ton) (Rp 1000)
Pr
Proovinsi Bali
1. Perikanan Laut
a. Penangkapan 65.767,8 492.534.040 78.702,5 611.460.958,5 77.240,4 522.467.669,0
b. Budidaya Laut:
- Rumput laut 155.984,6 63.150.327 160.955,3 64.057.004,0 164.687,0 116.531.975,0
- Kerapu 37,3 2.591.200 150,1 7.154.000,0 70,7 4.942.000,0
- Mutiara 30,3 1.561.872 14,8 37.000,0 9,6 19.101,0
- Bandeng 1,4 23.600 1,0 20.000,0 1,2 27.500,0
- Lobster 0 0 0 0 0,3 52.500,0
2. Perikanan Darat
a. Penangkapan 629 5.598.849 589,5 5.545.577,0 4.605,8 6.745.422,0
b. Budidaya darat:
- Tambak 2.642,7 62.588.825 2.740,7 172.312.100,0 2.765,1 95.980.250,0
- Kolam 629,7 15.146.912 634,4 16.925.607,0 634,4 16.818.050,0
- Sawah 364,9 4.230.823 357,6 4.328.594 355,9 5.302.800,0

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 66
Pr oduksi T
Produksi ahun 2004
Tahun Pr oduksi T
Produksi ahun 2005
Tahun Pr oduksi T
Produksi ahun 2006
Tahun
No. Sub Sektor Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai
(ton) (Rp 1000) (ton) (Rp 1000) (ton) (Rp 1000)
- Saluran
irigasi 48,1 567.500 44,5 568.450,0 45,6 762.550,0
- Jaring apung 110,9 1.315.528 115,0 1.382.850,0 145,0 1.904.250,0
- Keramba - - - - - -
Pr
Proovinsi
Maluku Utara
1. Perikanan Laut
a. Penangkapan*)*) 88.627,57 284.193,690 106.999,34 505.641,635 117.301,80 559.246,560
b. Budidaya Laut: 523,39 - 694,50 - - -
- Rumput laut - - - - - -
- Kerapu - - - - - -
- Mutiara - - - - - -
- Bandeng - - - - - -
- Lobster - - - - - -
2. Perikanan Darat
a. Penangkapan*)*) 88.627,57 284.193,690 106.999,34 505.641,635 117.301,80 559.246,560
b. Budidaya darat
- Tambak 2.87 - 3.60 - - -
- Kolam 135.84 - 168.20 - - -
- Sawah - - - - - -
- Saluran
irigasi - - - - - -
- Jaring apung 13.09 - 18.25 - - -
- Keramba 4.95 - 5.12 - -
*) Penan gkapan laut dan darat di
Penangkapan gab
dig un
abun g
ung
Pr
Proovinsi Sumatera Utara
1. Perikanan Laut
a. Penangkapan 323.793,9 - 323.456,7 - - -
b. Budidaya Laut: 495,8 - 528,08 - - -
- Rumput laut - - - - - -
- Kerapu - - - - - -
- Mutiara - - - - - -
- Bandeng - - - - - -
- Lobster - - - - - -
2. Perikanan Darat
a. Penangkapan 109.243,8 - 116.344,64 - - -
b. Budidaya darat 22.510,3 - 23.973,47 - - -
- Tambak - - - - - -

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 67
Pr oduksi T
Produksi ahun 2004
Tahun Pr oduksi T
Produksi ahun 2005
Tahun Pr oduksi T
Produksi ahun 2006
Tahun
No. Sub Sektor Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai
(ton) (Rp 1000) (ton) (Rp 1000) (ton) (Rp 1000)
- Kolam - - - - - -
- Sawah - - - - - -
- Saluran
irigasi - - - - - -
- Jaring apung - - - - - -
- Keramba - - - - - -
Pr
Proovinsi K alimantan Barat
Kalimantan
1. Perikanan Laut
a. Penangkapan 65.413,7 534.600,927 60.515,8 509.718,287 63.018,4 501.800,500
b. Budidaya Laut: 57,30 2.343.400 56,42 2.924.430 68,17 3.503.440
- Rumput laut - - - - - -
- Kerapu - - - - - -
- Mutiara - - - - - -
- Bandeng - - - - - -
- Lobster - - - - - -
2. Perikanan Darat
a. Penangkapan 10.041,3 141.847,800 12.279,6 164.230,924 11.674,2 118.188,558
b. Budidaya darat 3.622,50 74.060.999 6.847,15 93.870.995 7.689,04 161.817.377
- Tambak - - - - - -
- Kolam - - - - - -
- Sawah - - - - - -
- Saluran
irigasi - - - - - -
- Jaring
apung - - - - - -
- Keramba - - - - - -

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 68
Tabel 26.
Perhubun
Sektor Perhub ung
ungan

Tahun
No. Sub Sektor
2004 2005 2006
Provinsi Bali (Pelab
Pro uhan Benoa)
(Pelabuhan
1. Kegiatan Bongkar Muat
a. Barang (ton):
• Dalam negeri
- Bongkar 965.208 964.346 707.053
- Muat 172.395 161.490 169.566
• Luar negeri
- Bongkar (import) - - -
- Muat (export) - - -
b. Penumpang (orang):
- Turun 204.288 181.753 152.179
- Naik 95.144 174.264 144.842
c. Hewan (ekor):
- Turun - - -
- Naik - - -
2. Arus Kunjungan Kapal
2.1 Angkutan laut dalam negeri
a. Kapal peti kemas
- Call 201 217 241
- GT383.160 492.423 478.496
b. Kapal non-peti kemas
- Call 112 91 73
- GT566.809 672.473 764.966
c. Kapal penumpang:
- Call 5.470 5.255 4.464
- GT1.014.060 995.481 909.763
d. Kapal tanker
- Call 413 468 378
- GT630.687 632.908 500.590
e. Angkutan laut perintis
- Call - - -

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 69
Tahun
No. Sub Sektor
2004 2005 2006
- GT- - -
f. Pelayaran Rakyat
- Call - - -
- GT- - -
g. Pelayaran Nusantara
- Call - - -
- GT- - -
h. Pelayaran Khusus
- Call - - -
- GT- - -
i. Kapal dengan muatan tetap
- Call 4.800 4.559 3.458
- GT232.169 227.729 264.042
2.2 Angkutan laut luar negeri
• Reguler
a. Kapal peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
b. Kapal non-peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
c. Kapal penumpang
- Call - - -
- GT - - -
d. Kapal tanker
- Call - - -
- GT - - -
• Non Reguler
a. Kapal peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
b. Kapal non-peti kemas
- Call 77 122 142

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 70
Tahun
No. Sub Sektor
2004 2005 2006
- GT 70.392 152.832 107.203
c. Kapal penumpang
- Call 1 6 18
- GT 733 2.201 58.739
d. Kapal tanker
- Call - - -
- GT - - -
Provinsi Nusa Ten
Pro gg
Tenggara Barat
ggara
1. Kegiatan Bongkar Muat
a. Barang (ton):
• Dalam negeri
- Bongkar 400.009 390.547 422.368
- Muat 75.250 31.600 34.029
• Luar negeri
- Bongkar (import) - - 321
- Muat (export) - - 321
b. Penumpang (orang):
- Turun 6.499 5.806 8.178
- Naik 6.679 8.440 8.667
c. Hewan (ekor):
- Turun 608 - -
- Naik 14.002 10.856 9.468
2. Arus Kunjungan Kapal
2.1 Angkutan laut dalam negeri
a. Kapal peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
b. Kapal non-peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
c. Kapal penumpang:
- Call - - -
- GT - - -

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 71
Tahun
No. Sub Sektor
2004 2005 2006
d. Kapal tanker
- Call - - -
- GT - - -
e. Angkutan laut perintis
- Call - - -
- GT - - -
f. Pelayaran Rakyat
- Call 599 395 259
- GT 76.975 147.763 32.000
g. Pelayaran Nusantara
- Call 254 296 285
- GT 682.037 712.766 695.008
h. Pelayaran Khusus
- Call 45 48 35
- GT 4.073 5.546 3.459
i. Kapal dengan muatan tetap
- Call - - -
- GT - - -
2.2 Angkutan laut luar negeri *)
- Call 3 6 4
- GT 13.757 57.378 38.252
• Reguler
a. Kapal peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
b. Kapal non-peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
c. Kapal penumpang
- Call - - -
- GT - - -
d. Kapal tanker
- Call - - -

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 72
Tahun
No. Sub Sektor
2004 2005 2006
- GT - - -
• Non Reguler
a. Kapal peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
b. Kapal non-peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
c. Kapal penumpang
- Call - - -
- GT - - -
d. Kapal tanker
- Call - - -
- GT - - -
*) Tidak ada perincian
Pr
Proovinsi K alimantan Timur
Kalimantan
1. Kegiatan Bongkar Muat
a. Barang (ton):
• Dalam negeri
- Bongkar 46.994.575 28.067.663 36.056.438
- Muat 70.692.897 74.277.183 85.303.571
• Luar negeri
- Bongkar (import) 16.309.633 10.587.234 15.692.060
- Muat (export) 116.116.348 118.149.204 137.393.414
b. Penumpang (orang):
- Turun 1.240.038 1.217.482 1.363.785
- Naik 1.402.906 1.412.116 1.552.070
c. Hewan (ekor):
- Turun - - -
- Naik - - -
2. Arus Kunjungan Kapal
2.1 Angkutan laut dalam negeri *)
- Call 49.730 43.285 54.581

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 73
Tahun
No. Sub Sektor
2004 2005 2006
- GT - - -
a. Kapal peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
b. Kapal non-peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
c. Kapal penumpang:
- Call - - -
- GT - - -
d. Kapal tanker
- Call - - -
- GT - - -
e. Angkutan laut perintis
- Call - - -
- GT - - -
f. Pelayaran Rakyat
- Call - - -
- GT - - -
g. Pelayaran Nusantara
- Call - - -
- GT - - -
h. Pelayaran Khusus
- Call
- GT
i. Kapal dengan muatan tetap
- Call - - -
- GT - - -
2.2 Angkutan laut luar negeri *)
- Call 13.354 12.863 14.381
- GT - - -
• Reguler
a. Kapal peti kemas
- Call - - -

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 74
Tahun
No. Sub Sektor
2004 2005 2006
- GT - - -
b. Kapal non-peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
c. Kapal penumpang
- Call - - -
- GT - - -
d. Kapal tanker
- Call - - -
- GT - - -
• Non Reguler
a. Kapal peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
b. Kapal non-peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
c. Kapal penumpang
- Call - - -
- GT - - -
d. Kapal tanker
- Call - - -
- GT - - -
*) Tidak ada perincian
Pr
Proovinsi K alimantan Barat
Kalimantan
1. Kegiatan Bongkar Muat
a. Barang (ton):
• Dalam negeri
- Bongkar 2.194.695 2.221.823 1.721.399,80
- Muat 616.521 715.800 1.108.888,80
• Luar negeri
- Bongkar (import) 90.351 117.097 104.324,90
- Muat (export) 669.102 589.164 626.448,30

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 75
Tahun
No. Sub Sektor
2004 2005 2006
b. Penumpang (orang):
- Turun 76.374 72.742 79.937
- Naik - - -
c. Hewan (ekor):
- Turun - - -
- Naik - - -
2. Arus Kunjungan Kapal
2.1 Angkutan laut dalam negeri
a. Kapal peti kemas
- Call 310 245 145
- GT 989.484 807.555 462.895
b. Kapal non-peti kemas
- Call 1.033 1.221 1.075
- GT 2.089,818 2.004,356 1.623,622
c. Kapal penumpang:
- Call 444 383 219
- GT 1.734,667 1.082,742 1.212,633
d. Kapal tanker
- Call 528 476 462
- GT 1.020,063 942.467 972.803
e. Angkutan laut perintis
- Call - - -
- GT - - -
f. Pelayaran Rakyat
- Call 256 206 154
- GT 66.023 54.156 39.476
g. Pelayaran Nusantara
- Call - - -
- GT - - -
h. Pelayaran Khusus
- Call - - -
- GT - - -
i. Kapal dengan muatan tetap
- Call - - -

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 76
Tahun
No. Sub Sektor
2004 2005 2006
- GT - - -
2.2 Angkutan laut luar negeri
• Reguler
a. Kapal peti kemas - - -
- Call - - -
- GT
b. Kapal non-peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
c. Kapal penumpang
- Call - - -
- GT - - -
d. Kapal tanker
- Call - - -
- GT - - -
• Non Reguler
a. Kapal peti kemas
- Call 526 445 352
- GT 2.158,402 1.775,803 1.423,011
b. Kapal non-peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
c. Kapal penumpang
- Call - - -
- GT - - -
d. Kapal tanker
- Call - - -
- GT - - -
Provinsi Sumatera Utara
Pro
1. Kegiatan Bongkar Muat
a. Barang (ton):
• Dalam negeri
- Bongkar - 13.221.476 -
- Muat - 9.930.395 -

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 77
Tahun
No. Sub Sektor
2004 2005 2006
• Luar negeri
- Bongkar (import) - - -
- Muat (export) - - -
b. Penumpang (orang):
- Turun - 473.817 -
- Naik - 589.602 -
c. Hewan (ekor):
- Turun - - -
- Naik - - -
2. Arus Kunjungan Kapal
2.1 Angkutan laut dalam negeri *)
- Call 113.504
- GT 22.151.875
a. Kapal peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
b. Kapal non-peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
c. Kapal penumpang:
- Call - - -
- GT - - -
d. Kapal tanker
- Call - - -
- GT - - -
e. Angkutan laut perintis
- Call - - -
- GT - - -
f. Pelayaran Rakyat
- Call - - -
- GT - - -
g. Pelayaran Nusantara
- Call - - -
- GT - - -

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 78
Tahun
No. Sub Sektor
2004 2005 2006
h. Pelayaran Khusus
- Call - - -
- GT - - -
i. Kapal dengan muatan tetap
- Call - - -
- GT - - -
2.2 Angkutan laut luar negeri
• Reguler
a. Kapal peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
b. Kapal non-peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
c. Kapal penumpang
- Call - - -
- GT - - -
d. Kapal tanker
- Call - - -
- GT - - -
• Non Reguler
a. Kapal peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
b. Kapal non-peti kemas
- Call - - -
- GT - - -
c. Kapal penumpang
- Call - - -
- GT - - -
d. Kapal tanker
- Call - - -
- GT - - -
*) Tidak ada perincian

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 79
Tabel 27.
Sektor Pariwisata

No. Keterangan
Keterang 2004 2005 2006
Pr
Proovinsi Sumatera Utara
1. Wisatawan Domestik (orang) 624.792 513.538 -
2. Wisatawan Mancanegara (orang) 37.327 21.417 -
Pr
Proovinsi K alimantan Barat
Kalimantan
1. Wisatawan Domestik (orang) - - -
2. Wisatawan Mancanegara (orang) 26.774 24.967 25.159

Tabel 28.
Pertamban
Sektor Per tambang
tambangan
Pr oduksi T
Produksi ahun 2004
Tahun Pr oduksi T
Produksi ahun 2005
Tahun Pr oduksi T
Produksi ahun 2006
Tahun
No. Sub Sektor
Nilai Nilai Nilai
Volume Volume Volume
(Rp.1.000.000)
(Rp.1.000.000) (Rp 1000) (Rp 1000)

Pr
Proovinsi K alimantan Timur
Kalimantan
1. Lifting
minyak 74.573,59 935.759,04 45.573,76 1.634.324,11 - 2.224.534,90
(ribu barrel)
2. Gas bumi
(ribu 1.179.515,83 2.977.006,00 910.067,15 5.005.259,65 - 6.777.263,45
MMBTU)

Sedangkan untuk menyusun Tabel IO Kelautan disusun data base dengan struktur sebagai
berikut:

Tabel 29.
Input Output Kelautan 2000 (6 Sektor)

Sektor IO
Uraian Sektor
Kelautan
1. Perikanan
Perikanan T an
Tan gkap di Laut
angkap
001 Penangkapan ikan
002 Penangkapan crustacea
003 Penangkapan mollusca

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 80
Sektor IO
Uraian Sektor
Kelautan
004 Penangkapan binatang air lainnya (teripang, bunga karang, ubur-ubur, dll)
005 Tanaman air (rumput laut)
006 Produksi ikan kering / asin
007 Produksi ikan pindang
008 Produksi ikan peragian
009 Produksi ikan asap
010 Produksi ikan beku
011 Produksi ikan kalengan
012 Produksi tepung ikan
013 Produksi ikan olahan lainnya
Perikanan T an
Tangkap di Perairan Umum
angkap
014 Penangkapan ikan
015 Penangkapan crustacea (udang grago, udang galah, udang udang tawar, udang lainnya)
016 Penangkapan mollusca (remis, siput, dll)
017 Penangkapan binatang air lainnya (buaya, katak benggala, kodok, kura-kura, dll)
018 Produksi ikan kering / asin
019 Produksi ikan pindang
020 Produksi ikan peragian
021 Produksi ikan asap
022 Produksi ikan beku
023 Produksi ikan olahan lainnya
Perikanan Budida
Budidayya
024 Budidaya laut
025 Budidaya tambak
026 Budidaya kolam
027 Budidaya keramba
028 Budidaya jaring apung
029 Budidaya sawah
Lain-lain
030 Penangkapan / pengambilan benih biota laut
031 Pembenihan biota laut
032 Pembenihan biota air tawar
033 Pembenihan biota air payau
034 Jasa sarana produksi perikanan laut
035 Jasa produksi perikanan laut
036 Jasa pasca panen perikanan laut

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 81
Sektor IO
Uraian Sektor
Kelautan
037 Jasa sarana produksi perikanan darat
038 Jasa produksi perikanan darat
039 Jasa pasca panen perikanan darat
040 Ekstraksi garam
041 Industri kosmetik
042 Perdagangan besar binatang hidup
043 Perdagangan besar hasil perikanan
044 Perdagangan besar hasil kehutanan dan perburuan
045 Perdagangan eceran khusus hasil perikanan di dalam bangunan
046 Perdagangan eceran ikan asin / kering di dalam bangunan
047 Perdagangan eceran khusus pakan ternak / unggas / ikan di dalam bangunan
048 Perdagangan ekspor binatang hidup
049 Perdagangan ekspor hasil perikanan
050 Perdagangan eksport hasil kehutanan dan perburuan
051 Perdagangan impor binatang hidup
052 Perdagangan impor hasil perikanan
053 Jasa cold storage
054 Es (untuk perikanan) dan fresh water
055 Tekstil (untuk perikanan)
056 Kertas dan karton (packing)
2. Per tamban
Pertamban gan Laut
tambang
057 Pertambangan minyak dan gas bumi
058 Jasa pertambangan minyak dan gas alam
059 Pengusahaan tenaga panas bumi
060 Pertambangan nitrat
061 Pertambangan yodium
062 Pertambangan potash (kalsium karbonat)
063 Pertambangan mineral bahan kimia dan bahan pupuk lainnya
064 Pertambangan dan penggalian lainnnya
065 Penggalian pasir
066 Pertambangan minyak dan gas alam
067 Industri pemurnian dan pengilangan minyak bumi
068 Industri pemurnian dan pengolahan gas bumi
069 Industri barang-barang dari hasil kilang minyak bumi
070 Industri pembuatan minyak pelumas

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 82
Sektor IO
Uraian Sektor
Kelautan
3. Perhub un
Perhubun
unggan Laut (Transpor tasi Laut)
(Transportasi
071 Bangunan dermaga
072 Konstruksi telekomunikasi sarana bantu navigasi laut, dan rambu sungai
073 Instalasi navigasi laut dan sungai
074 Pengerukan
075 Instalasi jaringan pipa
076 Angkutan laut domestik untuk penumpang umum
077 Angkutan laut domestik untuk barang
078 Angkutan laut domestik untuk wisata
079 Angkutan laut internasional untuk penumpang umum
080 Angkutan laut internasional untuk barang
081 Angkutan laut internasional untuk wisata
082 Angkutan sungai dan danau untuk penumpang
083 Angkutan sungai dan danau untuk barang
084 Angkutan penyeberangan domestik
085 Angkutan penyeberangan internasional
086 Jasa pelayanan bongkar muat barang
087 Pergudangan
088 Jasa bounded warehousing atau wilayah kawasan berikat
089 Jasa pergudangan lainnya
090 Jasa pelayanan kepelabuhanan
091 Jasa Pengurusan Transportasi ( JPT)
092 Jasa Ekspedisi Muatan Kapal (EMKL) / container ( jasa)
093 Persewaan alat transportasi
094 Komunikasi maritim / INMARSAT (International Maritime Satelite)( jasa satelit)
095 Submarine cable
096 Container (material)
4. Industri Kelautan
097 Industri mesin-mesin industri khusus lainnya (industri bangunan lepas pantai
dan perbaikannya)
098 Industri bangunan lepas pantai
099 Industri mesin pendingin bukan untuk keperluan rumah tangga
100 Industri motor listrik
101 Industri mesin pembangkit listrik
102 Industri motor pembakaran dalam
103 Industri kapal / perahu

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 83
Sektor IO
Uraian Sektor
Kelautan
104 Industri peralatan dan perlengkapan kapal
105 Industri perbaikan kapal
106 Industri pemotongan kapal (Ship Breaking)
107 Industri pembuatan dan pemeliharaan perahu pesiar, rekreasi dan olahraga
5. Pariwisata Bahari
108 Hotel dan restoran
109 Real estate yang dimiliki sendiri atau disewa
110 Real estate atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak
111 Real estate (penyewaan tanah pantai)
112 Kawasan pariwisata
113 Penyediaan sarana wisata tirta
114 Taman rekreasi
115 Wisata tirta
6. Kegiatan dan JJasa
Kegiatan Lainnyya
asa Kelautan Lainn
116 Perdagangan besar berdasarkan balas jasa (fee) atau kontrak
117 Perdagangan besar lainnya
118 Perdagangan ekspor berdasarkan balas jasa (fee) atau kontrak
119 Perdagangan ekspor produk antara (intermediate products)
120 Perdagangan ekspor lainnya
121 Perdagangan impor berdasarkan balas jasa (fee) atau kontrak
122 Perdagangan ekspor lainnya
123 Perdagangan impor lainnya
124 Asuransi jiwa
125 Asuransi non jiwa
126 Agen asuransi
127 Adjuster
128 Aktuaria
129 Jasa penunjang asuransi dan dana pensiun lainnya
130 Jaminan sosial wajib
131 Penelitian dan pengembangan ilmu teknologi dan rekayasa (engineering)
132 Jasa hukum
133 Pembinaan pendidikan
134 Kegiatan yang belum jelas batasannya
135 Jasa survei kelautan

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 84
Sektor IO
Uraian Sektor
Kelautan
136 Mitigasi bencana alam
137 Asuransi maritim dan asuransi lainnya
138 Pendidikan maritim

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 85
BAB 5
RANCANGAN D
RANCANGAN DAATTAAB
DA
DA ASE
ASE KEL
ABASE
B
BASE KELA
KEL
KELAAAUTAN
UTAN
UT AN
UTAN

Untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif mengenai potensi ekonomi maritim,


pertama kali perlu disepakati batas dan ruang lingkup potensi maritim itu sendiri. Dalam
pengertian internasional, maritim adalah berkaitan dengan pelayaran dan perdagangan lewat
laut. Istilah kelautan mulai dipopulerkan sejak tahun 1990, yaitu saat diselenggarakan Seminar
Nasional Pembangunan Kelautan dalam Pembangunan Jangka Panjang ke dua. Dalam studi
ini pengertian maritim dan kelautan dianggap sama.

5.1 Pemba gian Sektor Kelautan


Pembagian
Hingga saat ini belum ada ketentuan baku tentang “sektor” kelautan. Sektor-sektor kelautan
dirumuskan dengan mempelajari berbagai sumber seperti: Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN), Seminar Strategi Pembangunan Kelautan tahun 1990, Hasil Studi BPS dan Hasil
survei.
Istilah sektor digunakan pada Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP Pertama). Sektor
merupakan jabaran dari bidang. Dalam PJP Pertama terdapat 4 bidang (kemudian
bertambah menjadi 7 pada Pembangunan Lima Tahun - Pelita VI). Pada Pelita V susunan
Bidang dan sektor adalah sebagai berikut:
a. Bidang Ekonomi terdiri atas sektor-sektor:
1. Pertanian,
2. Industri
3. Pertambangan
4. Energi
5. Perhubungan
6. Pariwisata
7. Perdagangan
8. Koperasi
9. Dunia Usaha Nasional
10. Tenaga Kerja
11. Transmigrasi
12. Pembangunan Daerah
13. Sumber Alam dan Lingkungan Hidup.
b. Bidang Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Sosial Budaya terdiri
atas sektor-sektor:
1. Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 86
2. Pendidikan
3. Kebudayaan
4. Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Penelitian
5. Kesehatan
6. Kependudukan dan Keluarga Berencana
7. Perumahan dan Pemukiman
8. Kesejahteraan Sosial
9. Generasi Muda
10. Peranan Wanita dan Generasi Bangsa
c. Bidang Politik, Aparatur Pemerintahan, Hukum, Penerangan dan Media Massa,
Hubungan Luar Negeri terdiri atas sektor-sektor:
- Politik
- Aparat Pemerintah
- Hukum
- Penerangan dan Media Massa
- Hubungan Luar Negeri
- Bidang Pertahanan Keamanan terdiri hanya satu sektor.

Pembagian sektor kelautan telah dijelasikan dalan Sminar Kelautan. Dalam Seminar
Kelautan merumuskan Strategi Pembangunan Kelautan Terpadu. Dalam seminar tersebut
digunakan istilah “aspek kelautan”. Berbagai sektor memiliki aspek kelautan. Perikanan
misalnya adalah sub-sektor dari sektor pertanian, Perhubungan laut adalah sub-sektor
dari Perhubungan. Keterpaduan diharapkan dapat terwujud dengan pertama-tama
menetapkan sasaran kelautan, yang kemudian dijabarkan kedalam sasaran-sasaran aspek
kelautan. Dari rumusan sektor-sektor diidentifikasi aspek kelautan sebagai berikut:
- Perikanan
- Industri Maritim dan Perkapalan
- Pertambangan dan Energi laut
- Perhubungan Laut
- Pariwisata Bahari
- Tenaga Kerja Kelautan
- Pendidikan Kelautan
- Masyarakat Bahari dan Desa Pantai
- Hukum Tata Kelautan
- Penerangan bahari
- Survei dan Pemetaan serta Iptek Kelautan

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 87
- Sumber daya alam di Laut serta lingkungan hidup laut dan pantai
Seminar tersebut juga mengidentifikasi lima sektor “utama kelautan” yaitu aspek kelautan
yang merupakan pusat produksi yaitu: perikanan, perhubungan laut, pertambangan dan
energi, industri dan pariwisata. Aspek kelautan lainnya merupakan pendukung.
Dari ketiga acuan di atas (bidang ekonomi, agama dan politik) maka ditetapkan 6 sektor
kelautan, yaitu:
1. Perikanan
2. Pertambangan di laut
3. Perhubungan laut
4. Industri kelautan
5. Pariwisata bahari
6. Jasa yang tidak termasuk dimana pun
Dalam sektor tersebut telah termasuk elemen jasa, yang selanjutnya dirinci ke dalam
beberapa elemen sektor. Untuk menyediakan berbagai data dan informasi yang memuat
berbagai potensi di Indonesia bagi berbagai pemangku kepentingan, maka Badan Pusat
Statistik (BPS) menerbitkan Tabel IO Indonesia. Tabel ini dimaksudkan untuk menyajikan
gambaran tentang hubungan timbal balik keterkaitan antar sektor dalam perekonomian
di Indonesia secara menyeluruh. Bentuk penyajian Tabel IO Indonesia adalah matriks,
dimana masing-masing baris menunjukkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan
untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Sedangkan masing-masing
kolomnya menunjukkan pemakaian input antara input primer oleh suatu sektor dalam
proses produksinya. Dengan menganalisis Tabel IO Indonesia, klasifikasi sektor
berkembang dari waktu kewaktu. Tabel IO Indonesia 2000 disajikan dengan 66 sektor,
yang diperbarui lagi pada tahun 2003. Kemudian Tabel IO Indonesia 2005 disajikan dengan
175 sektor. Namun Tabel IO Indonesia 2005 baru akan beredar akhir tahun 2007. Jumlah
sektor bertambah karena beberapa sektor lebih rinci, dengan penambahan terbanyak ada
pada sektor industri, misalnya: Sektor 2 - kacang-kacangan menjadi 3 sektor; 6, 7 dan 8,
serta Sektor 24 - Penambangan batubara dan bijih logam menjadi 9 sektor: 35, 38, 39,
40, 41, 42, 43, 44 dan 45.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 88
BBAB
AB 66
ABEL INPUT
TTABEL INPUT OUTPUT
OUTPUT KEL
KEL
KELA
KELAAAUT
UTAN
AN INDO
UTAN
UTAN INDO NESIA
NESIA
INDONESIA
INDONESIA

6.1 Pen
Pengger tian Dasar T
ertian abel Input Output
Tabel
Tabel Input Output (Tabel IO) pada dasarnya merupakan uraian statistik dalam bentuk
matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling
keterkaitan antar sektor ekonomi dalam suatu wilayah dan periode tertentu. Sebagai model
kuantitatif Tabel IO memberikan gambaran menyeluruh mengenai:
a. Struktur perekonomian yang mencakup struktur luaran dan nilai tambah masing-
masing sektor.
b. Struktur masukan antara, yaitu penggunaan berbagai barang dan jasa oleh sektor-
sektor produksi.
c. Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri maupun
import.
d. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh sektor-sektor
produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi dan ekspor.

Kerangka umum T
Kerangka abel IO mempun
Tabel mempunyyai str uktur seba
struktur gai berikut:
sebag

Kuadran I Kuadran II
(n x n ) (n x m )
Transaksi antar sektor/ kegiatan Permintaan akhir
Kuadran III Kuadran IV
(p x n ) (p x m)
Input primer

Kerangka tersebut terdiri dari empat (4) kuadran, dengan penjelasan sebagai berikut:
ƒ Kuadran I menunjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan digunakan oleh
sektor-sektor dalam suatu sistem ekonomi. Kuadran ini menunjukkan distribusi
penggunaan barang dan jasa untuk suatu proses produksi. Penggunaan atau konsumsi
barang dan jasa disini adalah penggunaan untuk diproses kembali, baik sebagai bahan
baku atau bahan penolong. Karenanya transaksi yang digambarkan dalam Kuadran I
ini disebut juga transaksi antara.
ƒ Kuadran II menunjukkan permintaan akhir. Penggunaan barang dan jasa bukan untuk
proses produksi digolongkan sebagai permintaan akhir. Permintaan akhir ini biasanya
terdiri atas: konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi dan eksport.
ƒ Kuadran III memperlihatkan input primer sektor-sektor produksi. Disebut input
primer karena bukan merupakan bagian dari output suatu sektor produksi

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 89
sebagaimana pada Kuadran I dan Kuadran II. Input primer adalah semua balas jasa
faktor produksi yang meliputi: upah dan gaji, surplus usaha ditambah penyusutan
dan pajak tidak langsung neto.
ƒ Kuadran IV memperlihatkan input primer yang langsung didistribusikan ke sektor-
sektor permintaan akhir. Karena informasi ini bukan merupakan tujuan pokok, dalam
penyusunan Tabel IO biasanya diabaikan.
Berikut ini adalah contoh Tabel Transaksi 5 x 5 sektor atas harga beli:

Tabel 31.
Transaksi 5 x 5 sektor atas harg
hargaa beli

1 2 3 4 5 190 309 310 409 509 600

1 614 469 117 11 1211 1559 2770 -25 -504 2241


2 3 2 163 168 210 378 -3 35 340
3 95 19 675 304 98 1191 2275 3448 -714 -583 2151
4 17 4 39 36 14 110 453 563 -33 1227 1657
5 17 5 53 53 35 158 597 755 -31 -5 719
190 746 30 1399 505 158 2838 5067 7914 -806 0 7108
209 1495 310 752 1152 561 4270
219 2241 340 2151 1657 719 7108

Sumber: (Statistik: J Supranto hal 307)


Keterangan:
190 : Jumlah input antara
209 : Nilai tambah bruto
210 : Jumlah input
309 : Permintaan akhir
310 : Jumlah permintaan seluruhnya
409 : Import ditambah bea masuk
509 : Margin perdagangan
600 : Jumlah output domestik

Untuk membaca tabel tersebut di atas dapat dilakukan baik secara vertikal maupun secara
horizontal:
ƒ Vertikal (input):
Sektor 1 memerlukan materi dari sektor 1 sebanyak 514 unit, 3 unit sektor 2, 95 unit
sektor 3, 17 unit sektor 4 dan juga 17 unit dari sektor 5. Jumlah materi yang digunakan

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 90
sektor 1 adalah 746 unit. Selain itu untuk berlangsungnya proses produksi sektor 1
memerlukan nilai tambah bruto yang terdiri dari upah, bunga, tanah dan keahlian
sebagaimana ditunjukkan dalam baris 210 sebesar 1495 unit. Jadi jumlah input
keseluruhan untuk sektor 1 adalah 2241.
ƒ Horisontal (output):
Output Sektor 1 yang berjumlah 1211, digunakan oleh sektor 1 sendiri sebesar 614
unit, untuk sektor 3 sebanyak 469 unit, untuk sektor 4 sebesar 117 unit, sektor 5
sebesar 11 unit. Permintaan antara sektor 1 (190) berjumlah 1211 unit. Permintaan
akhir (309) terdiri atas: rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal dan untuk
eksport. Permintaan akhir sektor 1 besarnya 1559 unit, sehingga permintaan
seluruhnya (310) sebesar 2770 unit. Oleh karena itu perlu impor (409) sebanyak
25 unit. Untuk dapat sampai konsumen, harus ada sektor perdagangan yang
mendistribusikannya (509) sebesar 504 unit. Unit dalam Tabel IO adalah satuan
uang.

6.1.1 Konsep dan Definisi Input Output


Output adalah nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi
dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia dalam suatu wilayah dalam suatu
periode tertentu tanpa memperhatikan asal usul pelaku produksinya. Berdasarkan
wujudnya, produk umumnya dibagi dalam dua yaitu: berupa barang apabila berwujud
dan jasa bila tak berwujud. Produk berupa barang terdiri atas sektor primer yaitu:
pertanian, pertambangan dan penggalian, dan sektor sekunder yaitu: industri, bangunan,
listrik, dan lain-lain. Sektor berupa barang outputnya merupakan hasil kali antara
kuantitas yang dihasilkan dengan harga perunitnya. Sedangkan nila jasa output-nya
dihitung berdasarkan nilai penerimaan dari jasa yang telah diberikan kepada pihak
lain. Definisi output terbagi atas:
ƒ Output sektor bangunan, adalah nilai dari seluruh pekerjaan yang telah dilakukan
selama periode penghitungan. Tidak dipersoalkan apakah bangunan sudah selesai
atau belum. Umumnya output sektor ini merupakan perkiraan.
ƒ Output sektor perdagangan, mencakup seluruh margin perdagangan yang timbul
dari kegiatan perdagangan disuatu wilayah. Margin perdagangan adalah selisih
antara penjualan dan harga pembelian dikurangi dengan biaya angkutan yang
dikeluarkan dalam rangka memperdagangkan produk terseut.
ƒ Output sektor bank, terdiri dari jasa pelayanan di bidang perbankan dan imputansi
jasa bank yaitu selisih antara bunga yang diterima dan bunga yang dibayar.
ƒ Output sektor pemerintahan, secara umum terdiri atas belanja pegawai dan
penyusutan barang-barang modal milik pemerintah
Sedangkan input terdiri atas input antara dan input primer, dengan penjelasan sebagai
berikut:

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 91
ƒ Input antara, yaitu adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa
yang digunakan habis dalam proses proses produksi. Komponen input antara terdiri
atas barang tidak tahan lama, dan jasa. Barang tidak tahan lama adalah bahan
yang habis dalam sekali pakai atau umur pemakaiannya kurang dari setahun.
ƒ Input primer terdiri atas:
- Upah dan gaji, adalah balas jasa yang diberikan kepada tenaga kerja yang
terlibat dalam kegiatan produksi. Balas jasa tersebut mencakup semua jenis
balas jasa, baik yang berupa uang maupun barang.
- Surplus, adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan
modal. Surplus usaha antara lain terdiri dari keuntungan sebelum dipotong
pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak
kepemilikan lainnya. Besarnya silai surplus usaha adalah sama dengan nilai
tambah bruto dikurangi upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak lagsung
netto.
- Penyusutan, adalah biaya atas pemakaian barang modal tetap dalam kegiatan
produksi. Nilai penyusutan dari suatu barang modal tetap dihitung dengan
jalan memperkirakan besarnya penurunan nilai dari barang modal tersebut
yang disebabkan oleh pemakaiannya dalam kegiatan produksi.
- Pajak tak langsung netto, adalah selisih antara pajak tak langsung dengan
subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor pajak eksport, bea masuk,
pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Sedangkan subsidi adalah
bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepadaprodusen untuk menutupi
biaya produksi. Dengan demikian subsidi merupakan tambahan pendapatan
bagi produsen dan sering disebut sebagai pajak tak langsung negatif. Subsidi
pada umumnya dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat harga tertentu
dari suatu produk.
Permintaan akhir dan import terdiri atas:
ƒ Pajak tak langsung netto, adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi.
Pajak tak langsung mencakup pajak impor pajak ekspor, bea masuk, pajak
pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Sedangkan subsidi adalah bantuan yang
diberikan oleh pemerintah kepada produsen untuk menutupi biaya produksi.
Dengan demikian subsidi merupakan tambahan pendapatan bagi produsen dan
sering disebut sebagai pajak tak langsung negatif. Subsidi pada umumnya
dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat harga tertentu dari suatu produk.
ƒ Pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba, merupakan jumlah semua
pengeluaran rutin untuk melaksanakan kegiatan lembaga tersebut terdiri dari biaya
pegawai, belanja barang bukan barang modal dan jasa, serta penyusutan, dikurangi
dengan penerimaan dari jasa yang diberikan.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 92
ƒ Pengeluaran konsumsi pemerintah, adalah semua pengeluaran atas barang dan
jasa yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan administrasi pemerintahan baik
yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pengeluaran
konsumsi pemerintah terdiri dari belanja pegawai, belanja barang bukan barang
modal dan penyusutan. Pengeluaran pemerintah untuk keperluan militer baik
berupa pengeluaran rutin maupun pengeluaran untuk barang-barang seperti
pesawat terbang, peralatan perang dan bangunan juga merupakan bagian dari
pengeluaran konsumsi pemerintah.
ƒ Pengeluaran konsumsi pemerintah, adalah semua pengeluaran atas barang dan
jasa yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan administrasi pemerintahan baik
yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pengeluaran
konsumsi pemerintah terdiri dari belanja pegawai, belanja barang bukan barang
modal dan penyusutan. Pengeluaran pemerintah untuk keperluan militer baik
berupa pengeluaran rutin maupun pengeluaran untuk barang-barang seperti
pesawat terbang, peralatan perang dan bangunan juga merupakan bagian dari
pengeluaran konsumsi pemerintah.
ƒ Pembentukan modal tetap, adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan,
pembuatan atau pembelian barang modal baru, baik yang berasal dari dalam negeri
maupun impor. Pembelian barang modal bekas dari luar negeri juga dicakup dalam
pembentukan modal tetap, karena barang barang modal tersebut pada dasarnya
merupakan barang modal baru di wilayah dalam negeri. Pembentukan modal tetap
dalam Tabel IO hanya mencakup pembentukan modal tetap yang dilakukan oleh
sektor ekonomi di dalam negeri.
ƒ Perubahan stok, adalah nilai stok pada akhir periode perhitungan dikurangi dengan
nilai stok pada awal periode. Perubahan stok digolongkan ke dalam: perubahan
stok barang jadi dan setengah jadi, perubahan stok bahan baku dan perubahan
stok dagangan yang belum terjual.
ƒ Ekspor dan impor, adalah transaksi ekonomi yang terjadi antara penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lainnya. Transaksi mencakup transaksi barang
dagang, jasa angkutan, jasa pariwisata, jasa asuransi, jasa komunikasidan berbagai
jenis transaksi ekonomi lainnya.
ƒ Margin perdagangan dan biaya pengangkutan, adalah selisih antara nilai transaksi
barang atas dasar harga pembeli dengan nilai transaksi atas harga produsen. Oleh
karena itu margin perdagangan dan biaya pengangkutan hanya adapada jenis
produk berupa barang.

6.2 Tabel Input Output Indonesia


Badan Pusat Statistik (BPS) menerbitkan Tabel Input Output (Tabel IO) Indonesia. Tabel
ini dimaksudkan untuk menyajikan gambaran tentang hubungan timbal balik keterkaitan

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 93
antar sektor dalam perekonomian di Indonesia secara menyeluruh. Bentuk penyajian Tabel
IO adalah matriks, dimana masing-masing baris menunjukkan bagaimana output suatu
sektor dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, sedangkan
masing-masing kolomnya menunjukkan pemakaian input antara input primer oleh suatu
sektor dalam proses produksinya. Dengan menganalisis Tabel IO, klasifikasi sektor
berkembang. Awalnya menggunakan 19 sektor, kemudian dikembangkan menjadi 66
sektor dan dikembangkan lagi menjadi 175 sektor (lihat Lampiran 1). Tabel IO 2000
yang disajikan dengan 66 sektor diperbaharui (update) tahun 2003. Sedangkan pada
Tabel IO 2005 disajikan dengan 175 sektor, namun tabel ini baru akan beredar pada
akhir tahun 2007. Jumlah sektor bertambah karena beberapa sektor lebih dirinci misalnya,
dengan penambahan terbanyak terdapat pada sektor-sektor industri:
- Sektor 2 (kacang-kacangan) menjadi 3 sektor (6, 7 dan 8)
- Sektor 24 (penambangan batubara dan bijih logam) menjadi 9 sektor (35, 38, 39,
40, 41, 42, 43, 44 dan 45)
Tabel IO Indonesia disajikan dalam dua kelompok tabel yaitu tabel dasar dan tabel analisis,
dengan penjelasan sebagai berikur:
a. Tabel dasar yang juga disebut tabel transaksi adalah tabel yang menggambarkan
besarnya nilai transaksi barang dan jasa antar sektor-sektor ekonomi kelautan. Tabel
dasar diperlukan dalam menyusun analisis deskriptif seperti analisis struktur
perekonomian kelautan, nilai tambah sektoral kelautan, pola distribusi barang dan
jasa, struktur konsumsi dan pembentukan modal, struktur ekspor, dan sebagainya.
b. Tabel analisis disajikan dalam 3 (tiga) jenis yaitu: tabel koefisien input, tabel alokasi
output dan matriks kebalikan.

6.3 Analisis T abel Input Output Kelautan tahun 2000


Tabel
Tabel IO Kelautan Indonesia tahun 2000 dapat berfungsi sebagai sumber informasi
mengenai keterkaitan antar sector-sektor kelautan. Artinya, perubahan kebijakan pada
suatu sector dapat diprediksi dampaknya pada sekto-sektor lainnya. Oleh karena itu,
keberadaan Tabel IO Kelautan sangat diperlukan agar dapat merumuskan kebijakan yang
dapat mengembangkan sector kelautan, misalnya kebijakan mengenai rencara pembangunan
kelautan yang terpadu. Namun sayangnya hingga saat Tabel IO Kelautan belum ada.
Sebagai contoh, telah dibuat disusun Tabel IO Kelautan tahun 2000 dengan klasifikasi:
a. Sektor 1 : perikanan
b. Sektor 2 : pertambangan laut
c. Sektor 3 : perhubungan laut (transportasi laut)
d. Sektor 4 : industri kelautan
e. Sektor 5 : pariwisata bahari
f. Sektor 6 : kegiatan dan jasa kelautan lainnya

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 94
g. Sektor 7 : sektor sisa (tidak termasuk dalam 6 sektor di atas)
Melalui data tahun 2000 tersebut, dengan melihat Tabel 32, dapat diketahui bahwa Jumlah
input antara sektor kelautan adalah sebesar Rp 288.220.980.000.000 terdiri atas perikanan
Rp 98.757.658.000.000, pertambangan Rp 76.564.196.000.000, sektor perhubungan
laut sebesar Rp 66.272.473.000.000, sektor industri kelautan sebesar Rp
19.701.179.000000 sektor wisata sebesar Rp 7.414.928.000.000 dan kegiatan dan jasa
kelautan lainnya sebesar Rp 19.510.545.000.000.
Kemudian jumlah permintaan antara sektor kelautan sebesar Rp 288.220.980.000.000,
yang terdiri atas: perikanan Rp 95.711.855.000.000; pertambangan di laut sebesar Rp
114.387.688.000.000; perhubungan laut sebesar Rp 28.928.355.000.000; industri
kelautan sebesar Rp 21.112.891.000.000; wisata bahari sebesar Rp 20.280.834.000.000;
dan kegiatan dan jasa laut lainnya Rp 7.799.357.000.000.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 95
Hargaa Pr
Tabel 32. Transaksi Domestik atas Dasar Harg odusen,
Produsen,
upiah)
7 sektor tahun 2000 ( juta rrupiah)

SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 180 301

1 52.928.688 1.551.959 22.893.084 4.136.091 4.920.954 9.281.079 166.690.651 262.402.506 120.056.281


2 9.687.472 73.012.764 28.298.552 671.891 204.196 2.512.812 82.400.764 196.788.452 19.495.425
3 12.384.319 1.556.236 9.694.480 672.853 559.537 4.060.930 16.703.520 45.631.876 20.286.691
4 2.211.683 216.399 4.029.800 14.082.290 48.433 524.286 16.347.958 37.460.849 1.084.301
5 17.300.004 152.078 459.816 116.433 1.134.442 1.118.061 3.625.621 23.906.455 39.198.919
6 4.245.492 74.760 896.743 21.621 547.365 2.013.376 5.866.302 13.665.659 41.743.995
7 81.271.026 3.420.483 28.862.199 9.752.515 12.305.742 29.085.337 590.046.443 754.743.744 614.932.701
190 180.028.684 79.984.679 95.134.672 29.453.694 19.720.669 48.595.882 881.681.260 1.334.599.541 856.798.315
200 - - - - - - - - -
201 61.239.095 27.905.652 27.874.034 5.251.268 5.352.681 70.799.952 209.759.123 408.181.805
202 159.785.133 152.735.427 30.438.673 4.995.791 33.258.469 4.494.386 394.470.339 780.178.217
203 16.330.171 14.528.440 10.524.674 1.021.677 4.162.633 3.895.728 61.077.042 111.540.366
204 15.086.136 6.712.500 2.470.008 1.129.489 2.590.756 689.348 41.312.248 69.990.486
205 - - - - - - (3.390.578) (3.390.578)
209 252.440.536 201.882.019 71.307.390 12.398.225 45.364.539 79.879.414 703.228.174 1.366.500.296
210 432.469.220 281.866.698 166.442.062 41.851.919 65.085.208 128.475.296 1.584.909.434 2.701.099.837

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
96
Hargaa Pr
Tabel 32 (lanjutan). Transaksi Domestik atas Dasar Harg odusen,
Produsen,
upiah)
7 sektor tahun 2000 ( juta rrupiah)

SEKTOR 302 303 304 305 306 309 310 401 402
1 - 6.728.790 1.500.093 69.305.756 4.567.591 202.158.511 464.561.017 4.257.549 196.419
2 - 4.682 6.162.458 128.570.964 - 154.233.529 351.021.982 68.829.305 244.264
3 - 106.015.120 303.788 6.673.799 2.529.702 135.809.101 181.440.976 7.491.747 7.885
4 - 19.987.734 (100.763) 26.162.058 - 47.133.331 84.594.179 40.898.111 1.475.167
5 - 88.428 - - 17.571.214 56.858.561 80.765.015 - -
6 79.634.232 - 498 77.200 1.304.227 122.760.153 136.425.812 75.501 10.431
7 11.145.368 139.813.116 10.916.708 290.041.847 22.685.818 1.089.535.559 1.844.279.303 193.313.267 13.306.878
190 90.779.600 272.637.871 18.782.783 520.831.623 48.658.552 1.808.488.743 3.143.088.284 314.865.480 15.241.044
200 - - - - - - - - -
201
202
203
204
205
209
210

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
97
Tabel 32 (lanjutan). Transaksi Domestik atas Dasar Harg
Hargaa Pr odusen,
Produsen,
upiah)
7 sektor tahun 2000 ( juta rrupiah)

SEKTOR 403 404 409 501 502 503 509 600 700

1 168.197 27.469.633 32.091.797 - - - - 432.469.220 464.561.017


2 81.715 - 69.155.284 - - - - 281.866.698 351.021.982
3 2.398 7.496.885 14.998.914 - - - - 166.442.062 181.440.976
4 368.982 - 42.742.260 - - - - 41.851.919 84.594.179
5 - 15.679.807 15.679.807 - - - - 65.085.208 80.765.015
6 64 7.864.519 7.950.515 - - - - 128.475.296 136.425.812
7 7.407.099 45.342.625 259.369.869 - - - - 1.584.909.434 1.844.279.303
190 8.028.454 103.853.469 441.988.447 - - - - 2.701.099.837 3.143.088.284
200 - - - - - - - - -
201
202
203
204
205
209
210

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia
98
6.3.1 Koefisien Input
Koefisien Input dapat dilihat pada Tabel 33 dapat diketahui (baca menurut kolom),
untuk menghasilkan output Sektor 1 (perikanan) membutuhkan 0,1224 sektor 1; 0,0224
sektor 2 (pertambangan) dan seterusnya. Akhirnya sektor 1 membutuhkan input antara
kode 190 sebesar 0,4163. Sementara untuk menghasilkan output sektor 1 membutuhkan
input primer atau Nilai Tambah Bruto (NTB) kode 209 sebesar 0.5837, yang terdiri
dari 0,1416 upah dan gaji kode 201; 0,3695 surplus usaha kode 202; 0,0378 penyusutan
kode 203 dan 0,0349 pajak tak langsung kode 204. Begitu seterusnya bila dibaca untuk
setiap sektor sampai dengan sektor 7 menurut baris. Khusus untuk kuadran permintaan
akhir mulai dari kode 301 dan seterusnya koefisien input ini berarti struktur dari
permintaan akhir itu sendiri. Seperti kalau dilihat sektor 301 konsumsi rumah tangga
terdiri dari 0,1401 sektor 1; 0,0228 sektor 2; 0,0237 sektor 3 dan seterusnya.

6.3.2 Koefisien Alokasi Output


Koefisien Alokasi Output dapat dilihat pada Tabel 34 dapat diketahui (baca menurut
baris), Sektor 1 digunakan oleh Sektor 1 sebesar 0,1139; Sektor 2 sebesar 0,0033; Sektor
3 (perhubungan) sebesar 0,0493; dan seterusnya sampai sektor 7 (lainnya) yang
akhirnya digunakan sebagai permintaan antara menjadi sebesar 0,5648 kode 180.
Selanjutnya sektor ini dipergunakan sebagai konsumsi rumah tangga kode 301 sebesar
0,2584, pembentukan modal kode 303 sebesar 0,0145 dan seterusnya sehingga
kesemuanya dipergunakan sebagai permintaan akhir kode 309 sebesar 0,4352. Bila
dilihat dari total penyediaannya maka Sektor 1 ini terdiri dari atau berasal dari impor
sebesar 0,0691 kode 409 dan output domestiknya sebesar 0,9309 kode 600.

6.3.3 Dampak Pen gg


Pengg anda
gganda
Dalam proses produksi misalnya pada industri perikanan bahan baku, bahan penolong,
jasa-jasa yang digunakan dan sebagainya untuk menghasilkan ikan kaleng disebut
sebagai output. Disamping itu dibutuhkan juga tenaga kerja, mesin-mesin dan peralatan
lainnya. Misalnya terjadi perubahan permintaan terhadap output ikan kaleng karena
adanya perubahan pola makan masyarakat terhadap makanan jadi yang instan, maka
untuk mengantisipasi kenaikan permintaan ini industri ikan kaleng perlu untuk
meningkatkan output-nya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Upaya untuk
meningkatkan output ikan kaleng pada tahap awal akan berdampak kepada peningkatan
jumlah input yang diperlukan untuk menghasilkan ikan kaleng, seperti ikan segar, garam
kasar, bahan pengawet, bumbu-bumbu dan sebagainya. Pada tahap selanjutnya
peningkatan penggunaan ikan segar oleh industri ikan kaleng akan menyebabkan
peningkatan penggunaan input untuk menghasilkan ikan segar seperti penggunaan
jala, pancing umpan dan sebagainya. Demikian pula peningkatan penggunaan jala akan
menyebabkan peningkatan benang jala, demikian seterusnya. Dari rangkaian ini dapat
diperhatikan bahwa peningakatan output ikan kaleng memberikan dampak tidak hanya

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 99
terhadap kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa yang digunakan langsung
sebagai input ikan kaleng tetapi juga memberikan dampak tidak langsung kepada
kegiatan ekonomi lainnya.

6.3.4 Matriks Pen gg


Pengg anda
gganda
Matriks pengganda dapat dilihat pada Tabel 35 dihitung dari koefisien input yaitu bila
Tabel IO dibaca menurut kolom. Koefisien input ini dihitung dengan membagi setiap
nilai yang ada di masing-masing kolom suatu sektor dengan jumlah output-nya. Misal
aij = xij/Xj, dimana aij = koefisien input sektor ke-i oleh sektor j, xij = penggunaan
input sektor ke-i oleh sektor ke-j (dalam nilai), Xj output sektor ke-j (dalam nilai).
Dalam Tabel IO Kelautan lihat angka-angka yang ada di dalam tabel koefisien input.
Setelah semua koefisien input ini dihitung akan terbentuk angka-angka ini dalam suatu
tabel koefisien input. Bila angka-angka ini dibaca secara baris akan didapat persamaan
AX+F = X+M, bila diubah menjadi X-AX = F-M, maka X(I-A) = F-M, seterusnya menjadi
X(I-A)-1 = F-M atau X = (I-A)-1F, bila transaksi yang digunakan hanya transaksi
domestik saja. Matriks (I-A)-1 inilah yang disebut dengan matriks pengganda. Lihat
matriks pengganda Tabel IO Kelautan dengan angka-angkanya. Artinya terdapat
hubungan antara output (X) dengan permintaan akhir (F) dengan (I-A)-1 sebagai
koefisiennya.

6.3.5 Da
Dayya Pen
Penyyebaran
Dari matriks pengganda Tabel IO Kelautan dapat dilihat bahwa perubahan 1 unit
permintaan akhir di sektor 1 (perikanan) akan menimbulkan dampak perubahan
terhadap output seluruh sektor ekonomi sebesar 1,8012 yang merupakan penjumlahan
dari angka-angka 1,2020 sampai dengan 0,3997 menurut kolom. Begitu seterusnya
untuk terjemahan angka-angka 1,4172 sampai dengan 2,1057. Bila angka-angka ini
dibandingkan dengan rata-rata jumlah dampak sebesar 13,3336/7=1,9048, maka akan
dapat dilihat daya penyebaran sektor-sektor yang lebih tinggi dari rata-ratanya seperti
sektor 3 dan 4 perhubungan dan industri daya penyebarannya lebih tinggi dari rata-
rata sektor lainnya. Sehingga sektor 3 dan 4 ini disebut juga dengan sektor dengan daya
penyebaran yang tinggi atau daya keterkaitan kebelakang atau backward linkages yang
tinggi dengan pengertian dampak dari suatu perubahan permintaan akhir suatu sektor
terhadap output seluruh sektor ekonomi.

6.3.6 Derajat Kepekaan


Dengan cara yang sama pada point 5 dapat juga dilihat dampak yang terjadi terhadap
output suatu sektor sebagai akibat dari perubahan permintaan 1 unit permintaan akhir
pada masing-masing sektor ekonomi. Dalam Tabel IO Kelautan dapat dilihat dari
penjumlahan matriks pengganda menurut baris seperti sektor 1 perikanan mulai dari

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 100
angka 1,2020 sampai dengan 0,2120 menjadi 2,1971 dan seterusnya. Bila angka ini
dibandingkan dengan rata-ratanya sebesar 1,9048 akan terlihat sektor yang mempunyai
derajat kepekaan yang tinggi seperti sektor 1, 2, dan 7. Artinya apabila permintaan
akhir seluruh sektor ekonomi naik satu unit sektor 1, 2 dan 7 ini output-nya akan naik
2,1971; 2,0527 dan 3,9762 unit.

Tabel 33.
Koefisien Input Transaksi Domestik atas Dasar Harg
Hargaa Pr odusen, 7 sektor tahun 2000
Produsen,

SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 180 301 302 303

1 0,1224 0,0055 0,1375 0,0988 0,0756 0,0722 0,1052 0,0971 0,1401 0,0000 0,0247
2 0,0224 0,2590 0,1700 0,0161 0,0031 0,0196 0,0520 0,0729 0,0228 0,0000 0,0000
3 0,0286 0,0055 0,0582 0,0161 0,0086 0,0316 0,0105 0,0169 0,0237 0,0000 0,3888
4 0,0051 0,0008 0,0242 0,3365 0,0007 0,0041 0,0103 0,0139 0,0013 0,0000 0,0733
5 0,0400 0,0005 0,0028 0,0028 0,0174 0,0087 0,0023 0,0089 0,0458 0,0000 0,0003
6 0,0098 0,0003 0,0054 0,0005 0,0084 0,0157 0,0037 0,0051 0,0487 0,8772 0,0000
7 0,1879 0,0121 0,1734 0,2330 0,1891 0,2264 0,3723 0,2794 0,7177 0,1228 0,5128
190 0,4163 0,2838 0,5716 0,7038 0,3030 0,3783 0,5563 0,4941 1,0000 1,0000 1,0000
200 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 - - -
201 0,1416 0,0990 0,1675 0,1255 0,0822 0,5511 0,1323 0,1511
202 0,3695 0,5419 0,1829 0,1194 0,5110 0,0350 0,2489 0,2888
203 0,0378 0,0515 0,0632 0,0244 0,0640 0,0303 0,0385 0,0413
204 0,0349 0,0238 0,0148 0,0270 0,0398 0,0054 0,0261 0,0259
205 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 -0,0021 -0,0013
209 0,5837 0,7162 0,4284 0,2962 0,6970 0,6217 0,4437 0,5059
210 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000

Tabel 33 (lanjutan).
Koefisien Input Transaksi Domestik atas Dasar Harg
Hargaa Pr odusen, 7 sektor tahun 2000
Produsen,

SEKTOR 304 305 306 309 310 401 402 403 404 409 501

1 0,0799 0,1331 0,0939 0,1118 0,1478 0,0135 0,0129 0,0210 0,2645 0,0726
2 0,3281 0,2469 0,0000 0,0853 0,1117 0,2186 0,0160 0,0102 0,0000 0,1565
3 0,0162 0,0128 0,0520 0,0751 0,0577 0,0238 0,0005 0,0003 0,0722 0,0339
4 -0,0054 0,0502 0,0000 0,0261 0,0269 0,1299 0,0968 0,0460 0,0000 0,0967
5 0,0000 0,0000 0,3611 0,0314 0,0257 0,0000 0,0000 0,0000 0,1510 0,0355
6 0,0000 0,0001 0,0268 0,0679 0,0434 0,0002 0,0007 0,0000 0,0757 0,0180

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 101
Tabel 33 (lanjutan).
Koefisien Input Transaksi Domestik atas Dasar Harg
Hargaa Pr odusen, 7 sektor tahun 2000
Produsen,

SEKTOR 304 305 306 309 310 401 402 403 404 409 501

7 0,5812 0,5569 0,4662 0,6025 0,5868 0,6140 0,8731 0,9226 0,4366 0,5868
190 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000
200 - - - - - - - - - - -
201
202
203
204
205
209
210

Tabel 33 (lanjutan).
Koefisien Input Transaksi Domestik atas Dasar Harg
Hargaa Pr odusen, 7 sektor tahun 2000
Produsen,

SEKTOR 502 503 509 600 700

1 0,1601 0,1478
2 0,1044 0,1117
3 0,0616 0,0577
4 0,0155 0,0269
5 0,0241 0,0257
6 0,0476 0,0434
7 0,5868 0,5868
190 1,0000 1,0000
200 - - - - -
201
202
203
204
205
209
210

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 102
Tabel 34.
Koefisien Alokasi Output Transaksi Domestik Atas Dasar Harg
Hargaa Pr odusen,
Produsen,
7 Sektor tahun 2000

SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 180 301 302 303


1 0,1139 0,0033 0,0493 0,0089 0,0106 0,0200 0,3588 0,5648 0,2584 0,0000 0,0145
2 0,0276 0,2080 0,0806 0,0019 0,0006 0,0072 0,2347 0,5606 0,0555 0,0000 0,0000
3 0,0683 0,0086 0,0534 0,0037 0,0031 0,0224 0,0921 0,2515 0,1118 0,0000 0,5843
4 0,0261 0,0026 0,0476 0,1665 0,0006 0,0062 0,1933 0,4428 0,0128 0,0000 0,2363
5 0,2142 0,0019 0,0057 0,0014 0,0140 0,0138 0,0449 0,2960 0,4853 0,0000 0,0011
6 0,0311 0,0005 0,0066 0,0002 0,0040 0,0148 0,0430 0,1002 0,3060 0,5837 0,0000
7 0,0441 0,0019 0,0156 0,0053 0,0067 0,0158 0,3199 0,4092 0,3334 0,0060 0,0758
190 0,4163 0,2838 0,5716 0,7038 0,3030 0,3783 0,5563 0,4941 1,0000 1,0000 1,0000
200
201 0,1500 0,0684 0,0683 0,0129 0,0131 0,1735 0,5139 1,0000
202 0,2048 0,1958 0,0390 0,0064 0,0426 0,0058 0,5056 1,0000
203 0,1464 0,1303 0,0944 0,0092 0,0373 0,0349 0,5476 1,0000
204 0,2155 0,0959 0,0353 0,0161 0,0370 0,0098 0,5903 1,0000
205 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 1,0000
209 0,1847 0,1477 0,0522 0,0091 0,0332 0,0585 0,5146 1,0000
210 0,1601 0,1044 0,0616 0,0155 0,0241 0,0476 0,5868 1,0000

Tabel 34 (lanjutan)
Koefisien Alokasi Output Transaksi Domestik Atas Dasar Harg
Hargaa Pr odusen,
Produsen,
7 Sektor tahun 2000

SEKTOR 304 305 306 309 310 401 402 403 404 409 501
1 0,0032 0,1492 0,0098 0,4352 1,0000 0,0092 0,0004 0,0004 0,0591 0,0691 0,0000
2 0,0176 0,3663 0,0000 0,4394 1,0000 0,1961 0,0007 0,0002 0,0000 0,1970 0,0000
3 0,0017 0,0368 0,0139 0,7485 1,0000 0,0413 0,0000 0,0000 0,0413 0,0827 0,0000
4 -0,0012 0,3093 0,0000 0,5572 1,0000 0,4835 0,0174 0,0044 0,0000 0,5053 0,0000
5 0,0000 0,0000 0,2176 0,7040 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,1941 0,1941 0,0000
6 0,0000 0,0006 0,0096 0,8998 1,0000 0,0006 0,0001 0,0000 0,0576 0,0583 0,0000
7 0,0059 0,1573 0,0123 0,5908 1,0000 0,1048 0,0072 0,0040 0,0246 0,1406 0,0000
190 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000
200
201

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 103
Tabel 34 (lanjutan)
Koefisien Alokasi Output Transaksi Domestik Atas Dasar Harg
Hargaa Pr odusen,
Produsen,
7 Sektor tahun 2000

SEKTOR 304 305 306 309 310 401 402 403 404 409 501
202
203
204
205
209
210

Tabel 34 (lanjutan)
Koefisien Alokasi Output Transaksi Domestik Atas Dasar Harg
Hargaa Pr odusen,
Produsen,
7 Sektor tahun 2000

SEKTOR 502 503 509 600 700

1 0,0000 0,0000 0,0000 0,9309 1,0000


2 0,0000 0,0000 0,0000 0,8030 1,0000
3 0,0000 0,0000 0,0000 0,9173 1,0000
4 0,0000 0,0000 0,0000 0,4947 1,0000
5 0,0000 0,0000 0,0000 0,8059 1,0000
6 0,0000 0,0000 0,0000 0,9417 1,0000
7 0,0000 0,0000 0,0000 0,8594 1,0000
190 1,0000 1,0000
200
201
202
203
204
205
209
210

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 104
Tabel 35.
Hargaa Pr
Matriks Kebalikan atas Harg odusen, 7 sektor tahun 2000
Produsen,
(I-A)
SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7

1 0.8776 -0.0055 -0.1375 -0.0988 -0.0756 -0.0722 -0.1052


2 -0.0224 0.7410 -0.1700 -0.0161 -0.0031 -0.0196 -0.0520
3 -0.0286 -0.0055 0.9418 -0.0161 -0.0086 -0.0316 -0.0105
4 -0.0051 -0.0008 -0.0242 0.6635 -0.0007 -0.0041 -0.0103
5 -0.0400 -0.0005 -0.0028 -0.0028 0.9826 -0.0087 -0.0023
6 -0.0098 -0.0003 -0.0054 -0.0005 -0.0084 0.9843 -0.0037
7 -0.1879 -0.0121 -0.1734 -0.2330 -0.1891 -0.2264 0.6277

Tabel 36.
Matriks Pen
Pengganda, 7 sektor tahun 2000
gganda,
gg
(I-A)-1
SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7

1 1,2020 0,0145 0,2251 0,2600 0,1368 0,1468 0,2120 2,1971


2 0,0751 1,3546 0,2828 0,0973 0,0386 0,0725 0,1317 2,0527
3 0,0427 0,0088 1,0760 0,0422 0,0183 0,0444 0,0270 1,2595
4 0,0173 0,0025 0,0475 1,5211 0,0086 0,0159 0,0290 1,6421
5 0,0502 0,0015 0,0135 0,0167 1,0244 0,0162 0,0129 1,1352
6 0,0142 0,0007 0,0098 0,0063 0,0116 1,0194 0,0088 1,0708
7 0,3997 0,0346 0,3954 0,6634 0,3627 0,4361 1,6844 3,9762
1,8012 1,4172 2,0502 2,6069 1,6010 1,7514 2,1057 13,3336

Keterangan
Keterangan:
1 : Sektor perikanan
2 : Sektor pertambangan laut
3 : Sektor perhubungan laut (transportasi laut)
4 : Sektor industri kelautan
5 : Sektor pariwisata bahari
6 : Sektor kegiatan dan jasa kelautan lainnya
7 : Sektor Sisa (tidak termasuk dalam 6 sektor di atas)
180 : Jumlah permintaan antara
190 : Jumlah input antara
200 : Import

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 105
201 : Upah dan gaji
202 : Surplus usaha
203 : Penyusutan
204 : Pajak tak langsung
205 : Subsidi
209 : Nilai tambah bruto
210 : Jumlah input
301 : Pengeluaran konsumsi rumah tangga
302 : Pengeluaran konsumsi pemerintah
303 : Pembentukan modal tetap bruto
304 : Perubahan stok
305 : Ekspor barang dagangan
306 : Ekspor jasa
309 : Jumlah permintaan akhir
310 : Jumlah permintaan
401 : Impor barang dagangan
402 : Pajak penjualan
403 : Bea masuk
404 : Impor jasa
409 : Jumlah impor
501 : Margin perdagangan besar
502 : Margin perdagangan eceran
503 : Biaya pengangkutan
509 : Jumlah margin perdagangan dan biaya pengangkutan
600 : Jumlah output
700 : Jumlah penyediaan

6.4 Manajemen Data Input Output Kelautan


Penggunaan Model IO masih menghadapi beberapa masalah yang perlu dipecahkan, antara
lain:
a. Kesenjangan antara penyusun Tabel IO, yaitu Badan Pusat Statistik dengan para
pengguna tabel tersebut. Belum dipahaminya manfaat Tabel IO menyebabkan belum
memadainya apresiasi terhadap Tabel IO.
b. Berbagai perbedaan kepentingan menyebabkan perbedaan dalam keterincian dan
ketersediaan data yang diperlukan dalam menyusun Tabel IO.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 106
c. Ketidakseragaman penggunaan metoda dan pendekatan antar daerah dan dengan
nasional.
Tabel IO disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Terdapat beberapa tingkat Tabel IO,
yaitu nasional, provinsi dan kabupaten. Data diperoleh dari berbagai sumber, yaitu instansi
terkait, dikumpulkan sendiri melalui survei, serta cara-cara lain. Seyogyanya Tabel IO
didasarkan pada data primer. Tabel IO kelautan ini perlu secara bertahap disempurnakan,
sehingga pada akhirnya digunakan data primer secara lengkap.
Pada kegiatan ini perlu keterlibatan beberapa instansi terkait dengan tupoksinya masing-
masing antara lain:
1. Dewan Maritim Indonesia (DMI)
Mensosialisasikan manfaat Tabel IO Kelautan kepada para pemangku kepentingan.
Mendorong sektor-sektor kelautan menyediakan data yang diperlukan bagi
penyusunan Tabel IO. Bersama BPS mempersiapkan penerbitan IO Kelautan secara
rutin.
2. Badan Pusat Statistik
Struktur Khusus Input Output (SKIO). Sesuai dengan kebutuhan dimana perlu
digunakan pula estimasi BPS membuat Tabel IO dengan data dari berbagai sumber.
Sumber utama adalah dari Departemen Teknis. Karena tidak semua data tersedia,
maka untuk melengkapi data, BPS juga menyelenggarakan Survei.
3. Departemen Teknis
Departemen teknis menyiapkan data serta menyampaikan ke BPS sesuai dengan
prosedur.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 107
BAB 7
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
1. Data dan informasi mengenai potensi ekonomi maritim Indonesia, belum tersedia
secara maksimal karena masih kurangnya penelitian yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga terkait, iptek yang kurang mendukung, masih banyak peraturan perundangan
yang tumpang tindih dengan pengelolaan potensi maritim. Sumber daya manusia
yang ada juga masih kurang memadai secara kualitas dan kuantitas. Selain itu,
pemanfaatan dan pengelolaan potensi ekonomi maritime juga belum terpadu.
2. Belum terpetakannya potensi ekonomi Indonesia secara jelas.
3. Belum dipahaminya manfaat Tabel IO menyebabkan belum memadainya apresiasi
terhadap Tabel IO. Padahal dengan Tabel IO tersebut dapat diketahui berbagai
informasi yang dibutuhkan untuk menunjang pembangunan ekonomi nasional.
4. Untuk membuat Tabel IO Kelautan diperlukan data dan informasi dari instansi-
instansi yang berkaitan dengan kelautan, tapi hal ini sulit tercapai karena dalam
masing-masing instansi itu sendiri masih terjadi tumpang tindih kepentingan. Sehingga
diperlukan peraturan perundangan yang jelas dalam hal ini.

7.2 Rekomendasi
Rekomendasi
1. Perlu ada tindak lanjut dari BPS untuk menyusun input output Kelautan Indonesia.
2. Perlu ada peraturan perundangan yang khusus mengatur tentang pembagian data
dan informasi yang terkait dengan bidang kelautan.
3. Diperlukan sosialisasi tentang perlunya pengolahan data input ouput untuk
menunjang pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 108
LAMPIRAN - LAMPIRAN

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 109
Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 110
Lampiran 1

KL ASIFIKASI T
KLASIFIKASI ABEL INPUT OUTPUT INDO
TABEL NESIA T
INDONESIA AHUN 2000
TAHUN

KODE KBLI KODE KBLI


JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000
001 PADI 01131 Pertanian Buah-Buahan Musiman
01111 Pertanian Padi 01132 Pertanian Buah-Buahan
01300 Kombinasi Pertanian atau Sepanjang Tahun
Perkebunan dengan Peternakan 01139 Perkebunan Tanaman Rempah
(Mixed Farming) Lainnya
002 JAGUNG 01300 Kombinasi Pertanian atau
01112 Pertanian Palawija Perkebunan dengan Peternakan
01300 Kombinasi Pertanian atau (Mixed Farming)
Perkebunan dengan Peternakan 011 PADI-PADIAN DAN BAHAN
(Mixed Farming) MAKANAN LAINNYA
003 KETELA POHON 01112 Pertanian Palawija
01112 Pertanian Palawija 01300 Kombinasi Pertanian atau
01300 Kombinasi Pertanian atau Perkebunan dengan Peternakan
Perkebunan dengan Peternakan (Mixed Farming)
(Mixed Farming) 01139 Perkebunan Tanaman Rempah
004 UBI JALAR Lainnya
01112 Pertanian Palawija 012 KARET
005 UMBI-UMBIAN LAINNYA 01115 Perkebunan Karet dan Penghasil
01112 Pertanian Palawija Getah Lainnya
01121 Pertanian Hortikultura Sayuran 01300 Kombinasi Pertanian atau
yang Dipanen Sekali Perkebunan dengan Peternakan
01300 Kombinasi Pertanian atau (Mixed Farming)
Perkebunan dengan Peternakan 013 TEBU
(Mixed Farming) 01113 Perkebunan Tebu dan Tanaman
006 KACANG TANAH Pemanis Lainnya
01112 Pertanian Palawija 01300 Kombinasi Pertanian atau
01300 Kombinasi Pertanian atau Perkebunan dengan Peternakan
Perkebunan dengan Peternakan (Mixed Farming)
(Mixed Farming) 014 KELAPA
007 KEDELE 01133 Perkebunan Kelapa
01112 Pertanian Palawija 01300 Kombinasi Pertanian atau Perkebun-
008 KACANG-KACANGAN LAINNYA an dengan Peternakan (Mixed Farming)
01112 Pertanian Palawija 015 KELAPA SAWIT
009 SAYUR-SAYURAN 01134 Perkebunan Kelapa Sawit
01121 Pertanian Hortikultura Sayuran 01300 Kombinasi Pertanian atau
yang Dipanen Sekali Perkebunan Dengan Peternakan
01122 Pertanian Hortikultura Sayuran (Mixed Farming)
yang Dipanen Lebih dari Sekali 016 HASIL TANAMAN SERAT
01125 Pembibitan dan Pembenihan 01116 Perkebunan Tanaman Bahan
Hortikultura Sayuran dan Bunga- Baku Tekstil dan Sejenisnya
bungaan 01300 Kombinasi Pertanian atau
01300 Kombinasi Pertanian atau Perkebunan dengan Peternakan
Perkebunan dengan Peternakan (Mixed Farming)
(Mixed Farming) 017 TEMBAKAU
010 BUAH-BUAHAN 01114 Perkebunan Tembakau
01125 Pembibitan dan Pembenihan 01300 Kombinasi Pertanian atau
Hortikultura Sayuran dan Bunga- Perkebunan dengan Peternakan
Bungaan (Mixed Farming)

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 111
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000
018 KOPI 01123 Pertanian Hortikultura Bunga-
01135 Perkebunan Tanaman untuk Bungaan
Bahan Minuman 01124 Pertanian Tanaman Hias Lainnya
01300 Kombinasi Pertanian Atau 013002) Kombinasi Pertanian atau
Perkebunan dengan Peternakan Perkebunan Dengan Peternakan
(Mixed Farming) (Mixed Farming)
019 TEH 025 TERNAK DAN HASIL-HASILNYA
01135 Perkebunan Tanaman untuk KECUALI SUSU SEGAR
Bahan Minuman 01211 Pembibitan dan Budidaya Sapi
01300 Kombinasi Pertanian atau Potong
Perkebunan dengan Peternakan 01213 Pembibitan dan Budidaya Kerbau
(Mixed Farming) Potong
020 CENGKEH 01215 Pembibitan dan Budidaya Kuda
01138 Perkebunan Cengkeh 01216 Pembibitan dan Budidaya
01300 Kombinasi Pertanian atau Kambing Potong
Perkebunan dengan Peternakan 01218 Pembibitan dan Budidaya Domba
(Mixed Farming) 01221 Pembibitan dan Budidaya Babi
021 KAKAO 01228 Pembibitan dan Budidaya Aneka
01135 Perkebunan Tanaman untuk Ternak Lainnya
Bahan Minuman 01300 Kombinasi Pertanian atau
01300 Kombinasi Pertanian atau Perkebunan dengan Peternakan
Perkebunan dengan Peternakan (Mixed Farming)
(Mixed Farming) 026 SUSU SEGAR
022 JAMBU METE 01212 Pembibitan dan Budidaya Sapi
01136 Perkebunan Jambu Mete Perah
01300 Kombinasi Pertanian atau 01214 Pembibitan dan Budidaya Kerbau
Perkebunan dengan Peternakan Perah
(Mixed Farming) 01217 Pembibitan dan Budidaya
023 HASIL PERKEBUNAN LAINNYA Kambing Perah
01113 Perkebunan Tebu dan Tanaman 01300 Kombinasi Pertanian atau
Pemanis Lainnya Perkebunan Dengan Peternakan
01115 Perkebunan Karet dan Penghasil (Mixed Farming)
Getah Lainnya 027 UNGGAS DAN HASIL-HASILNYA
01117 Perkebunan Tanaman Obat/ 01222 Pembibitan dan Budidaya Ayam
Bahan Farmasi Ras
01118 Perkebunan Tanaman Minyak 01223 Pembibitan dan Budidaya Ayam
Atsiri Buras
01119 Perkebunan Tanaman Lainnya 01224 Pembibitan dan Budidaya Itik
yang tidak Diklasifikasikan Di 01225 Pembibitan dan Budidaya Burung
Tempat Lain Puyuh
01125 Pembibitan dan Pembenihan 01226 Pembibitan dan Budidaya Burung
Hortikultura Sayuran dan Bunga- Merpati
Bungaan 01227 Pembibitan dan Budidaya Burung
01137 Perkebunan Lada Onta
01139 Perkebunan Tanaman Rempah 01229 Pembibitan dan Budidaya Ternak
Lainnya Unggas Lainnya
01300 Kombinasi Pertanian atau 01300 Kombinasi Pertanian atau
Perkebunan dengan Peternakan Perkebunan Dengan Peternakan
(Mixed Farming) (Mixed Farming)
024 HASIL PERTANIAN LAINNYA 028 HASIL PEMELIHARAAN HEWAN
01119 Perkebunan Tanaman Lainnya LAINNYA
yang tidak Diklasifikasikan Di 01228 Pembibitan dan Budidaya Aneka
Tempat Lain Ternak Lainnya

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 112
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000
01300 Kombinasi Pertanian atau 05041 Budidaya Biota Air Tawar
Perkebunan dengan Peternakan 05042 Budidaya Biota Air Payau
(Mixed Farming) 05043 Pembenihan Biota Air Tawar
029 KAYU 05044 Pembenihan Biota Air Payau
02011 Pengusahaan Hutan Jati 033 UDANG
02012 Pengusahaan Hutan Pinus 05012 Penangkapan Crustacea Laut
02013 Pengusahaan Hutan Mahoni 05021 Budidaya Biota Laut
02014 Pengusahaan Hutan Sonokeling 05022 Pembenihan Biota Laut
02015 Pengusahaan Hutan Albasia/ 05032 Penangkapan Crustacea, Mollusca,
Jeunjing dan Biota Lainnya di Perairan Umum
02016 Pengusahaan Hutan Cendana 05041 Budidaya Biota Air Tawar
02017 Pengusahaan Hutan Akasia 05042 Budidaya Biota Air Payau
02018 Pengusahaan Hutan Ekaliptus 05043 Pembenihan Biota Air Tawar
02019 Pengusahaan Hutan Lainnya 05044 Pembenihan Biota Air Payau
02020 Pengusahaan Hutan Alam 034 JASA PERTANIAN
030 HASIL HUTAN LAINNYA 01401 Jasa Pengolahan Lahan
01501 Perburuan/ Penangkapan Satwa 01402 Jasa Pemupukan, Penanaman
Liar Bibit/ Benih dan Pengendalian
01502 Penangkaran Satwa Liar Jasad Pengganggu
02031 Pengusahaan Rotan 01403 Jasa Pemanenan dan Pasca Panen
02032 Pengusahaan Getah Pinus 01404 Usaha Jasa Pertanian Lainnya
02033 Pengusahaan Daun Kayu Putih 01405 Jasa Pelayanan Kesehatan Ternak
02034 Pengusahaan Kokon/ Kepompong 01406 Jasa Pemacekan Ternak
Ulat Sutera 01407 Jasa Penetasan Telur
02035 Pengusahaan Damar 01408 Jasa Pelayanan Peternakan
02039 Penggunaan Hasil Hutan Selain Lainnya
Kayu Lainnya 02041 Jasa Kehutanan Bidang Inven-
02051 Usaha Pemungutan Kayu tarisasi dan Tataguna Lahan
02052 Usaha Pemungutan Selain Kayu 02042 Jasa Kehutanan Bidang Perlin-
02059 Usaha Kehutanan Lainnya dungan Hutan dan Pelestarian
92332 Taman Nasional (TN) Alam
92333 Taman Hutan Raya (Tahura) 02043 Jasa Kehutanan Bidang Reboisasi
92334 Taman Wisata Alam (TWA) Dan Rehabilitasi
92335 Hutan Lindung (HL), Suaka 02049 Jasa Kehutanan Lainnya
Margasatwa (SM), Dan Cagar 05051 Jasa Sarana Produksi Perikanan
Alam (CA) Laut
031 IKAN LAUT DAN HASIL LAUT 05052 Jasa Produksi Perikanan Laut
LAINNYA 05053 Jasa Pasca Panen Perikanan Laut
05011 Penangkapan Ikan di Laut 05054 Jasa Sarana Produksi Perikanan
05012 Penangkapan Crustacea Laut Darat
05013 Penangkapan Mollusca Laut 05055 Jasa Produksi Perikanan Darat
05014 Penangkapan / Pengambilan 05056 Jasa Pasca Panen Perikanan Darat
Tanaman Laut 035 BATUBARA
05015 Penangkapan / Pengambilan 10101 Pertambangan batubara dan
Benih Biota Laut penggalian gambut
05021 Budidaya Biota Laut 10102 Gasifikasi Batubara di Lokasi
05022 Pembenihan Biota Laut Penambangan
05042 Budidaya Biota Air Payau 036 MINYAK BUMI
032 IKAN DARAT DAN HASIL 11101 Pertambangan Minyak dan Gas
PERAIRAN DARAT Bumi
05031 Penangkapan Ikan di Perairan Umum 11200 Jasa Pertambangan Minyak dan
05032 Penangkapan Crustacea, Mollusca, Gas Alam
dan Biota Lainnya di Perairan Umum

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 113
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000
037 GAS BUMI DAN PANAS BUMI 14292 Penggalian Asbes
11101 Pertambangan Minyak dan Gas 14299 Pertambangan dan Penggalian
Bumi Lain
11102 Pengusahaan Tenaga Panas Bumi 049 DAGING, JEROAN DAN
11200 Jasa Pertambangan Minyak dan SEJENISNYA
Gas Alam 15111 Industri Pemotongan Hewan
038 BIJIH TIMAH 050 DAGING OLAHAN DAN AWETAN
13201 Pertambangan Bijih Timah 15112 Industri Pengolahan dan
13207 Pertambangan Bijih Timah Hitam Pengawetan Daging
039 BIJIH NIKEL 051 MAKANAN DAN MINUMAN
13204 Pertambangan Bijih Nikel TERBUAT DARI SUSU
040 BIJIH BAUKSIT 15211 Industri Susu
13202 Pertambangan Bijih Bauksit 15212 Industri Makanan dari Susu
041 BIJIH TEMBAGA 15213 Industri Es Krim
13203 Pertambangan Bijih Tembaga 052 BUAH-BUAHAN DAN SAYUR-
042 BIJIH EMAS SAYURAN OLAHAN DAN AWETAN
13206 Pertambangan Emas dan Perak 15131 Industri Pengalengan Buah-
043 BIJIH PERAK Buahan dan Sayuran
13206 Pertambangan Emas dan Perak 15132 Industri Pengasinan/ Pemanisan
044 BIJIH DAN PASIR BESI Buah-Buahan dan Sayuran
13101 Pertambangan Pasir Besi 15133 Industri Pelumatan Buah-Buahan
13102 Pertambangan Bijih Besi dan Sayuran
045 BARANG TAMBANG LOGAM 15134 Industri Pengeringan Buah-
LAINNYA Buahan dan Sayuran
12000 Pertambangan Biji Uranium dan 15139 Industri Pengolahan dan Peng-
Thorium awetan Lainnya untuk Buah-
13205 Pertambangan Bijih Mangan Buahan dan Sayuran
13209 Bahan Galian Lainnya yang tidak 053 IKAN KERING DAN IKAN ASIN
Mengandung Bijih Besi 15122 Industri Penggaraman/ Pengering-
046 BARANG TAMBANG MINERAL an Ikan dan Biota Perairan Lainnya
BUKAN LOGAM 054 IKAN OLAHAN DAN AWETAN
10101 Pertambangan Batubara dan 15121 Industri Pengalengan Ikan dan
Penggalian Gambut Biota Perairan Lainnya
14211 Pertambangan Belerang 15123 Industri Pengasapan Ikan dan
14212 Pertambangan Fosfat Biota Perairan Lainnya
14213 Pertambangan Nitrat 15124 Industri Pembekuan Ikan dan
14214 Pertambangan Yodium Biota Perairan Lainnya
14215 Pertambangan Potash (Kalium 15125 Industri Pemindangan Ikan dan
Karbonat) Biota Perairan Lainnya
14219 Pertambangan Mineral Bahan 15129 Industri Pengolahan dan
Kimia dan Bahan Pupuk Lainnya Pengawetan Lainnya untuk Ikan
14291 Pertambangan Aspal Alam dan Biota Perairan Lainnya
14299 Pertambangan dan Penggalian Lain 055 KOPRA
047 GARAM KASAR 15318 Industri Kopra
14220 Ekstraksi Garam MINYAK HEWANI DAN MINYAK
048 BARANG GALIAN SEGALA JENIS NABATI
14101 Penggalian Batu Hias dan Batu 056 15141 Industri Minyak Kasar (Minyak
Bangunan Makan) dari Nabati dan Hewani
14102 Penggalian Batu Bahan Industri 15142 Industri Margarine
14103 Penggalian Tanah, dan Tanah Liat 15143 Industri Minyak Goreng dari
14104 Penggalian Gips Minyak Kelapa
14105 Penggalian Pasir 15144 Industri Minyak Goreng dari
14106 Penggalian Kerikil Minyak Kelapa Sawit

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 114
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000
15145 Industri Minyak Goreng Lainnya 066 TEH OLAHAN
dari Nabati Dan Hewani 15491 Industri Pengolahan Teh dan Kopi
15149 Industri Minyak Makan dan 067 HASIL PENGOLAHAN KEDELE
Lemak Lainnya dari Nabati dan 15493 Industri Kecap
Hewani 15494 Industri Tempe
057 BERAS 068 MAKANAN LAINNYA
15311 Industri Penggilingan Padi dan 15492 Industri Es
Penyosohan Beras 15495 Industri Makanan dari Kedele dan
058 TEPUNG TERIGU Kacang-Kacangan Lainnya Selain
15321 Industri Tepung Terigu Kecap dan Tempe
059 TEPUNG LAINNYA 15496 Industri Kerupuk dan Sejenisnya
15312 Industri Penggilingan dan 15497 Industri Bumbu Masak dan
Pembersihan Padi-Padian Lainnya Penyedap Masakan
15317 Industri Pengupasan dan 15498 Industri Kue-Kue Basah
Pembersihan Umbi-Umbian 15499 Industri Makanan yang tidak
(Termasuk Rizoma) Diklasifikasikan di Tempat Lain
15322 Industri Berbagai Macam Tepung 069 PAKAN TERNAK
dari Padi-Padian, Biji-Bijian, 15331 Industri Ransum Pakan Ternak/
Kacang-Kacangan, Umbi- Ikan
Umbian, dan Sejenisnya 15332 Industri Konsentrat Pakan Ternak
15323 Industri Pati Ubi Kayu 070 MINUMAN BERALKOHOL
15324 Industri Berbagai Macam Pati 15510 Industri Minuman Keras
Palma 15520 Industri Anggur dan Sejenisnya
15329 Industri Pati Lainnya 15530 Industri Malt dan Minuman yang
060 ROTI, BISKUIT DAN SEJENISNYA Mengandung Malt
15410 Industri Roti dan Sejenisnya 071 MINUMAN TAK BERALKOHOL
061 MIE, MAKARONI DAN 15424 Industri Sirop
SEJENISNYA 15540 Industri Minuman Ringan (Soft
15440 Industri Makaroni, Mie, Spagheti, Drink)
Bihun, So’un dan Sejenisnya 072 TEMBAKAU OLAHAN
062 GULA 16001 Industri Pengeringan dan
15421 Industri Gula Pasir Pengolahan Tembakau
15422 Industri Gula Merah 16009 Industri Hasil Lainnya dari
15423 Industri Gula Lainnya Tembakau, Bumbu Rokok dan
15429 Industri Pengolahan Gula Lainnya Klobot/ Kawung
Selain Sirop 073 ROKOK
063 BIJI-BIJIAN KUPASAN 16002 Industri Rokok Kretek
15314 Industri Pengupasan, Pembersihan 16003 Industri Rokok Putih
dan Pengeringan Cokelat (Cacao) 16004 Industri Rokok Lainnya
15315 Industri Pengupasan dan 074 KAPUK BERSIH
Pembersihan Biji-bijian Selain 17400 Industri Kapuk
Kopi dan Cokelat (Cacao) 075 BENANG
15316 Industri Pengupasan dan 17111 Industri Persiapan Serat Tekstil
Pembersihan Kacang-Kacangan 17112 Industri Pemintalan Benang
064 COKLAT DAN KEMBANG GULA 17113 Industri Pemintalan Benang Jahit
15431 Industri Bubuk Coklat 17121 Industri Penyempurnaan Benang
15432 Industri Makanan dari Coklat dan 24301 Industri Serat / Benang Filamen
Kembang Gula Buatan
065 KOPI GILING DAN KUPASAN 076 TEKSTIL
15313 Industri Pengupasan dan 17114 Industri Pertenunan (Kecuali
Pembersihan Kopi Pertenunan Karung Goni dan
15491 Industri Pengolahan Teh dan Kopi Karung Lainnya)
17115 Industri Kain Tenun Ikat

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 115
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000
17122 Industri Penyempurnaan Kain 19121 Industri Barang dari Kulit dan
17123 Industri Pencetakan Kain Kulit Buatan untuk Keperluan
17124 Industri Batik Pribadi
077 TEKSTIL JADI KECUALI PAKAIAN 19122 Industri Barang dari Kulit dan
17211 Industri Barang Jadi Tekstil, Kulit Buatan untuk Keperluan
Kecuali untuk Pakaian jadi Teknik / Industri
17212 Industri Barang jadi Tekstil, untuk 19123 Industri Barang dari Kulit dan
Keperluan Kesehatan Kulit Buatan untuk Keperluan
17213 Industri Tekstil Jadi, untuk Hewan
Keperluan Kosmetika 19129 Industri Barang dari Kulit dan
36109 Industri Furnitur yang Belum Kulit Buatan untuk Keperluan
Tercakup dalam Kelompok 36101 Lainnya
Hingga 36104 083 ALAS KAKI
078 BARANG-BARANG RAJUTAN 19201 Industri Alas Kaki untuk
17301 Industri Kain Rajut Keperluan Sehari-Hari
17302 Industri Pakaian Jadi Rajutan 19202 Industri Sepatu Olahraga
17303 Industri Rajutan Kaos Kaki 19203 Industri Sepatu Teknik Lapangan/
17304 Industri Barang Jadi Rajutan Keperluan Industri
079 PAKAIAN JADI 19209 Industri Alas Kaki Lainnya
18101 Industri Pakaian jadi dari Tekstil 084 KAYU GERGAJIAN DAN AWETAN
18102 Industri Pakaian Jadi Lainnya dari 20101 Industri Penggergajian Kayu
Tekstil 20102 Industri Pengawetan Kayu
18103 Industri Pakaian jadi (Garmen) 085 KAYU LAPIS DAN SEJENISNYA
dari Kulit 20211 Industri Kayu Lapis
18104 Industri Pakaian Jadi Lainnya dari 20212 Industri Kayu Lapis Laminasi,
Kulit Termasuk Decorative Plywood
18202 Industri Pakaian Jadi/ Barang jadi 20213 Industri Panel Kayu Lainnya
dari Kulit Berbulu dan atau Aksesoris 20214 Industri Veneer
080 PERMADANI, TALI DAN TEKSTIL 086 BAHAN BANGUNAN DARI KAYU
LAINNYA 20220 Industri Moulding dan Komponen
17214 Industri Karung Goni Bahan Bangunan
17215 Industri Bagor dan Karung Lainnya 087 PERABOT RUMAH TANGGA
17220 Industri Permadani (Babut) TERBUAT DARI KAYU, BAMBU
17231 Industri Tali DAN ROTAN
17232 Industri Barang-Barang dari Tali 29261 Industri Kabinet Mesin Jahit
17291 Industri yang Menghasilkan Kain 36101 Industri Furnitur dari Kayu
Pita (Narrow Fabric) 36102 Industri Furnitur dari Rotan, dan
17292 Industri yang Menghasilkan Kain Atau Bambu
Keperluan Industri 088 BARANG-2 LAINNYA TERBUAT
17293 Industri Bordir / Sulaman DARI KAYU, GABUS, BAMBU DAN
17294 Industri Non Woven ROTAN
17295 Industri Kain Ban 20103 Industri Pengawetan Rotan,
17299 Industri Tekstil yang tidak Bambu, dan Sejenisnya
Diklasifikasikan di Tempat Lain 20104 Industri Pengolahan Rotan
18201 Industri Bulu Tiruan 20230 Industri Peti Kemas dari Kayu
18203 Industri Pencelupan Bulu Kecuali Peti Mati
37200 Daur Ulang Barang-Barang Bukan 20293 Industri Kerajinan Ukir-Ukiran
Logam Dari Kayu Kecuali Furnitur
081 KULIT SAMAKAN DAN OLAHAN 20294 Industri Alat-Alat Dapur dari
19111 Industri Pengawetan Kulit Kayu, Rotan dan Bambu
19112 Industri Penyamakan Kulit 20299 Industri Barang dari Kayu, Rotan,
082 BARANG-BARANG DARI KULIT Gabus yang tidak Diklasifikasikan
19113 Industri Kulit Buatan/ Imitasi di Tempat Lain

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 116
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000
089 BARANG ANYAMAN KECUALI 24118 Industri Kimia Dasar Organik
TERBUAT DARI PLASTIK yang Menghasilkan Bahan Kimia
20291 Industri Anyam-Anyaman dari Khusus.
Rotan dan Bambu 24119 Industri Kimia Dasar Organik
20292 Industri Anyam-Anyaman dari yang tidak Diklasifikasikan di
Tanaman Selain Rotan dan Bambu Tempat Lain
090 BUBUR KERTAS 24211 Industri Bahan Baku Pemberantas
21011 Industri Bubur Kertas (Pulp) Hama (bahan aktif)
091 KERTAS DAN KARTON 24214 Industri Bahan Amelioran
21012 Industri Kertas Budaya (Pembenah Tanah)
21013 Industri Kertas Berharga 095 PUPUK
21014 Industri Kertas Khusus 24121 Industri Pupuk Alam / Non
21015 Industri Kertas Industri Sintetis Hara Makro Primer
21016 Industri Kertas Tissue 24122 Industri Pupuk Buatan Tunggal
21019 Industri Kertas Lainnya Hara Makro Primer
092 BARANG-BARANG DARI KERTAS 24123 Industri Pupuk Buatan Majemuk
DAN KARTON Hara Makro Primer
21020 Industri Kemasan dan Kotak dari 24124 Industri Pupuk Buatan Campuran
Kertas dan Karton Hara Makro Primer
21090 Industri Barang dari Kertas dan 24125 Industri Pupuk Hara Makro
Karton yang tidak Diklasifikasi- Sekunder
kan di Tempat Lain 24126 Industri Pupuk Hara Mikro
093 BARANG CETAKAN 24127 Industri Pupuk Pelengkap
22110 Penerbitan Buku, Brosur, Buku 24129 Industri Pupuk Lainnya
Musik dan Publikasi lainnya 096 PESTISIDA
22120 Penerbitan Surat Kabar, Jurnal, 24212 Industri Pemberantas Hama
dan Majalah (Formulasi)
22140 Industri Penerbitan Khusus 24213 Industri Zat Pengatur Tumbuh
22190 Industri Penerbitan Lainnya 097 DAMAR SINTETIS, BAHAN
22210 Industri Percetakan PLASTIK DAN SERAT SINTETIS
22220 Industri Jasa Penunjang 24131 Industri Damar Buatan (Resin
Percetakan Sintetis) dan Bahan Baku Plastik
094 KIMIA DASAR KECUALI PUPUK 24132 Industri Karet Buatan
23300 Pengolahan Bahan Bakar Nuklir 24302 Industri Serat Stapel Buatan
(Nuclear Fuel) 098 CAT, VERNIS DAN LAK
24111 Industri Kimia Dasar Anorganik 24221 Industri Cat (Termasuk Tinta
Khlor dan Alkali Cetak)
24112 Industri Kimia Dasar Anorganik 24222 Industri Pernis
Gas Industri 24223 Industri Lak
24113 Industri Kimia Dasar Anorganik 099 OBAT-OBATAN
Pigment 24231 Industri Bahan Farmasi
24114 Industri Kimia Dasar Anorganik 24232 Industri Farmasi
yang tidak Diklasifikasikan di 100 JAMU
Tempat Lain 24233 Industri Simplisia (Bahan Jamu)
24115 Industri Kimia Dasar Organik, 24234 Industri Jamu
yang Bersumber dari Hasil 101 SABUN DAN BAHAN PEMBERSIH
Pertanian 24241 Industri Sabun dan Bahan
24116 Industri Kimia Dasar Organik, Pembersih Keperluan Rumah
Bahan Baku Zat Warna dan Tangga, Termasuk Pasta Gigi
Pigmen, Zat Warna dan Pigmen 102 BARANG-BARANG KOSMETIK
24117 Industri Kimia Dasar Organik 24242 Industri Kosmetik
yang Bersumber dari Minyak
Bumi, Gas Bumi dan Batu Bara

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 117
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000
103 BARANG-BARANG KIMIA 25201 Industri Pipa dan Selang dari
LAINNYA Plastik
24221 Industri Cat (Termasuk Tinta 25202 Industri Barang Plastik Lembaran
Cetak) 25203 Industri Media Rekam dari Plastik
24291 Industri Perekat / Lem 25204 Industri Perlengkapan dan
24292 Industri Bahan Peledak Peralatan Rumah Tangga (Tidak
24293 Industri Tinta (Tidak Termasuk Termasuk Furnitur)
Tinta Cetak) 25205 Industri Kemasan dari Plastik
24294 Industri Minyak Atsiri 25206 Industri Barang-Barang dan
24295 Industri Korek Api Peralatan Teknik/ Industri dari
24299 Industri Bahan Kimia dan Barang Plastik
Kimia Lainnya 25209 Industri Barang-Barang Plastik
29270 Industri Senjata dan Amunisi Lainnya
104 BARANG-BARANG HASIL KILANG 36103 Industri Furnitur dari Plastik
MINYAK 37200 Daur Ulang Barang-Barang
11101 Pertambangan Minyak dan Gas bukan Logam
Alam 110 KERAMIK DAN BARANG-
23201 Industri Pemurnian dan BARANG DARI TANAH LIAT
Pengilangan Minyak Bumi 26319 Industri Barang-Barang Tahan
23202 Industri Pemurnian dan Peng- Api dari Tanah Liat/ Keramik
olahan Gas Bumi Lainnya
23203 Industri Barang-Barang dari Hasil 26321 Industri Barang-Barang dari
Kilang Minyak Bumi Tanah Liat untuk Keperluan
23204 Industri Pembuatan Minyak Rumah Tangga
Pelumas 26329 Industri Barang Lainnya dari
23205 Industri Pengolahan Kembali Tanah Liat
Minyak Pelumas Bekas 111 KACA DAN BARANG-BARANG
105 GAS ALAM CAIR (LNG) DARI KACA
11101 Pertambangan Minyak dan Gas 26111 Industri Kaca Lembaran
Bumi 26112 Industri Kaca Pengaman
106 KARET REMAH DAN KARET ASAP 26119 Industri Kaca Lainnya
25121 Industri Pengasapan Karet 26121 Industri Perlengkapan dan
25122 Industri Remilling Karet Peralatan Rumah Tangga dari
25123 Industri Karet Remah (Crumb Gelas
Rubber) 26122 Industri Alat-Alat Laboratorium,
37200 Daur Ulang Barang-Barang bukan Farmasi dan Kesehatan dari Gelas
Logam 26123 Industri Barang Gelas untuk
107 B A N Keperluan Sampul
25111 Industri Ban Luar dan Ban Dalam 26124 Industri Kemasan dari Gelas
25112 Industri Vulkanisir Ban 26129 Industri Barang-Barang Lainnya
108 BARANG-BARANG LAINNYA DARI dari Gelas
KARET 112 BAHAN BANGUNAN KERAMIK
25191 Industri Barang-Barang dari Karet DAN DARI TANAH LIAT
Untuk Keperluan Rumah Tangga 26311 Industri Bata Tahan Api dan
25192 Industri Barang-Barang Dari Karet Sejenisnya
Untuk Keperluan Industri 26322 Industri Batu Bata dari Tanah Liat
25199 Industri Barang-Barang dari Karet 26323 Industri Genteng dari Tanah Liat
Yang Belum Termasuk 25191 dan 26324 Industri Bahan Bangunan dari
25192 Tanah Liat Selain Batu Bata dan
37200 Daur Ulang Barang-Barang bukan Genteng
Logam 113 SEMEN
109 BARANG-BARANG PLASTIK 26411 Industri Semen
19209 Industri Alas Kaki Lainnya

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 118
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000
114 BARANG-BARANG LAINNYA DARI 117 LOGAM DASAR BUKAN BESI
BAHAN BUKAN LOGAM 27201 Industri Pembuatan Logam Dasar
10200 Pembuatan Briket Batubara Bukan Besi
23100 Industri Barang-Barang dari Batu 28920 Jasa Industri untuk Berbagai
Bara Pekerjaan Khusus Terhadap
26201 Industri Perlengkapan Rumah Logam dan Barang-Barang dari
Tangga dari Porselin Logam
26202 Industri Bahan Bangunan dari 118 BARANG-BARANG DARI LOGAM
Porselin DASAR BUKAN BESI
26203 Industri Alat Laboratorium dan 27202 Industri Penggilingan Logam
Alat Listrik/ Teknik dari Porselin Bukan Besi
26209 Industri Barang-Barang Lainnya 27203 Industri Ekstrusi Logam Bukan
dari Porselin Besi
26412 Industri Kapur 27320 Industri Pengecoran Logam Bukan
26413 Industri Gips Besi dan Baja
26421 Industri Barang-Barang dari Semen 28910 Industri Penempaan, Pengepresan,
26423 Industri Barang-Barang dari Semen dan Penggulungan Logam
Dan Kapur Untuk Konstruksi 28920 Jasa Industri untuk Berbagai
26501 Industri Barang dari Marmer dan Pekerjaan Khusus Terhadap Logam
Granit untuk Keperluan Rumah dan Barang-Barang dari Logam
Tangga dan Pajangan 119 ALAT-ALAT DAPUR, PERTUKANG-
26502 Industri Barang dari Marmer dan AN DAN PERTANIAN DARI
Granit untuk Keperluan Bahan LOGAM
Bangunan 28931 Industri Alat Pertanian dari Logam
26503 Industri Barang dari Batu untuk 28932 Industri Alat Pertukangan dari
Keperluan Rumah Tangga dan Logam
Pajangan 28933 Industri Alat Pemotong dan Alat-
26509 Industri Barang dari Marmer, Alat Lain yang Digunakan dalam
Granit dan Batu Lainnya Rumah Tangga
26601 Industri Barang dari Asbes untuk 28991 Industri Alat-Alat Dapur
Keperluan Bahan Banguna 29301 Industri Kompor, Alat-Alat
26602 Industri Barang dari Asbes untuk Pemanas, Alat Pemanas Ruangan,
Keperluan Industri Tanpa Menggunakan Arus Listrik
26609 Industri Barang-Barang dari Asbes 37100 Daur Ulang Barang-Barang Logam
Lainnya 120 PERABOT RUMAH TANGGA DAN
26900 Industri Barang Galian bukan KANTOR DARI LOGAM
Logam Lainnya 28992 Industri Peralatan Kantor dari
115 BESI DAN BAJA DASAR Logam, Tidak Termasuk Furnitur
27101 Industri Besi dan Baja Dasar (Iron 29301 Industri Kompor, Alat-Alat
and Steel Making) Pemanas, Alat Pemanas Ruangan,
28920 Jasa Industri untuk Berbagai Tanpa Menggunakan Arus Listrik
Pekerjaan Khusus Terhadap Logam 36104 Industri Furnitur dari Logam
dan Barang-Barang dari Logam 121 BAHAN BANGUNAN DARI
116 BARANG-BARANG DARI BESI DAN LOGAM
BAJA DASAR 28111 Industri Barang-Barang dari
27102 Industri Penggilingan Baja (Steel Logam Bukan Aluminium siap
Rolling) Pasang untuk Bangunan
27310 Industri Pengecoran Besi dan Baja 28112 Industri Barang-Barang dari
28910 Industri Penempaan, Pengepresan, Logam Aluminium Siap Pasang
dan Penggulungan Logam untuk Bangunan
28920 Jasa Industri untuk Berbagai 28113 Industri Konstruksi Berat Siap
Pekerjaan Khusus Terhadap Logam Pasang dari Baja untuk Bangunan
dan Barang-Barang dari Logam

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 119
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000
28119 Industri Barang-Barang dari 29191 Industri Mesin untuk Pembungkus,
Logam Siap Pasang untuk Pembotolan, dan Pengalengan
Konstruksi Lainnya 29192 Industri Mesin Timbangan
28120 Industri Tangki, Penampungan 29193 Industri Mesin Pendingin bukan
Zat Cair, dan Kontainer dari Logam untuk Keperluan Rumah Tangga
29299 Industri Mesin-Mesin Industri 29199 Industri Mesin-Mesin Umum
Khusus Lainnya (Industri Bangunan Lainnya
Lepas Pantai dan Perbaikannya) 29211 Industri Mesin Pertanian dan
35115 Industri Bangunan Lepas Pantai Kehutanan
122 BARANG-BARANG LOGAM 29212 Jasa Penunjang Industri Mesin
LAINNYA Pertanian dan Kehutanan
27103 Industri Pipa dan Sambungan Pipa 29221 Industri Mesin/ Peralatan untuk
dari Baja dan Besi Pengolahan/ Pengerjaan Logam
27202 Industri Penggilingan Logam 29222 Industri Mesin/ Peralatan untuk
Bukan Besi Pengolahan/ Pengerjaan Kayu
27204 Industri Pipa dan Sambungan Pipa 29223 Industri Mesin/ Peralatan untuk
dari Logam Bukan Besi dan Baja Pengolahan/ Pengerjaan Material
28920 Jasa Industri untuk Berbagai Selain Logam dan Kayu
Pekerjaan Khusus Terhadap Logam 29230 Industri Mesin-Mesin Metalurgi
dan Barang-Barang dari Logam 29240 Industri Mesin-Mesin untuk
28939 Industri Peralatan Lainnya dari Pertambangan, Penggalian dan
Logam Konstruksi
28993 Industri Paku, Mur dan Baut 29250 Industri Mesin Untuk Pengolahan
28994 Industri Macam-Macam Wadah Makanan, Minuman dan
dari Logam Tembakau
28995 Industri Kawat Logam dan 29262 Industri Mesin Jahit, Mesin Cuci,
Barang-Barang dari Kawat dan Mesin Pengering
28996 Industri Pembuatan Profil 29263 Industri Mesin Tekstil
28997 Industri Lampu dari Logam 29291 Industri Mesin-Mesin untuk
28999 Industri Barang Logam Lainnya Percetakan
Yang Tidak Diklasifikasikan Di 29292 Industri Mesin-Mesin Pabrik Kertas
Tempat Lain 29299 Industri Mesin-Mesin Industri
37100 Daur Ulang Barang-Barang Logam Khusus Lainnya (Tidak Termasuk
123 MESIN PENGGERAK MULA Industri Bangunan Lepas Pantai
29111 Industri Mesin Uap, Turbin dan dan Perbaikannya)
Kincir 30001 Industri Mesin Kantor dan
29112 Industri Motor Pembakaran Dalam Akuntansi Manual
124 MESIN DAN PERLENGKAPANNYA 30002 Industri Mesin Kantor dan
29113 Industri Komponen dan Suku Akuntansi Elektrik
Cadang Motor Penggerak Mula 30003 Industri Mesin Kantor, Komputasi
29114 Jasa Penunjang Industri Motor Dan Akuntansi Elektronik
Penggerak Mula 125 MESIN PEMBANGKIT DAN
29120 Industri Pompa dan Kompresor MOTOR LISTRIK
29130 Industri Transmisi Mekanik 31101 Industri Motor Listrik
29141 Industri Tungku dan Alat Pemanas 31102 Industri Mesin Pembangkit Listrik
Sejenis yang tidak Menggunakan 126 MESIN LISTRIK DAN
Arus Listrik (bukan untuk PERLENGKAPANNYA
keperluan rumah tangga) 29224 Industri Mesin / Peralatan untuk
29142 Industri Tungku, Oven, dan Alat Pengelasan yang Menggunakan
Pemanas Sejenis yang Meng- Arus Listrik
gunakan Arus Listrik 31101 Industri Motor Listrik
29150 Industri Alat Pengangkat dan Alat 31102 Industri Mesin Pembangkit Listrik
Pemindah

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 120
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000

31103 Industri Pengubah Tegangan 31402 Industri Akumulator Listrik (Batu


(Transformator), Pengubah Arus Baterai Sekunder)
( Rectifier ) dan Pengontrol 131 KAPAL DAN JASA PERBAIKANNYA
Tegangan (Voltage Stabilizer) 29112 Industri Motor Pembakaran
31201 Industri Panel Listrik dan Switch Dalam
Gear 35111 Industri Kapal / Perahu
31900 Industri Peralatan Listrik yang 35112 Industri Peralatan dan
Tidak Diklasifikasikan di Tempat Perlengkapan Kapal
Lain 35113 Industri Perbaikan Kapal
127 BARANG-BARANG ELEKTRONIKA, 35114 Industri Pemotongan Kapal (Ship
KOMUNIKASI DAN PER- Breaking)
LENGKAPANNYA 35120 Industri Pembuatan dan
22130 Penerbitan dalam Media Rekaman Pemeliharaan Perahu Pesiar,
30003 Industri mesin kantor, komputasi Rekreasi dan Olahraga
dan akuntansi elektronik 132 KERETA API DAN JASA
32100 Industri Tabung dan Katup PERBAIKANNYA
Elektronik Serta Komponen 35201 Industri Kereta Api, Bagian-
Elektronik Lainnya Bagian dan Perlengkapannya
32200 Industri Alat Transmisi Komunikasi 35202 Jasa Penunjang Industri Kereta
32300 Industri Radio, Televisi, Alat-Alat Api
Rekaman Suara dan Gambar, dan 133 KENDARAAN BERMOTOR
Sejenisnya KECUALI SEPEDA MOTOR
33112 Industri Peralatan Sinar X, 34100 Industri Kendaraan Bermotor
Perlengkapan dan Sejenisnya Roda Empat atau Lebih
33119 Industri Peralatan Kedokteran, 34200 Industri Karoseri Kendaraan
dan Perlengkapan Orthopaedic Bermotor Roda Empat atau Lebih
Lainnya 34300 Industri Perlengkapan dan
52602 Reparasi Barang-Barang Per- Komponen Kendaraan Bermotor
lengkapan Rumah Tangga Roda Empat atau Lebih
72200 Jasa Konsultasi Piranti Lunak 134 SEPEDA MOTOR
128 ALAT LISTRIK UNTUK RUMAH 35911 Industri Sepeda Motor dan
TANGGA Sejenisnya
29302 Industri Peralatan Rumah Tangga 35912 Industri Komponen dan
dengan Menggunakan Arus Listrik Perlengkapan Sepeda Motor dan
29309 Industri Alat-Alat Listrik Lainnya Sejenisnya
Untuk Keperluan Rumah Tangga 135 ALAT PENGANGKUTAN LAINNYA
129 PERLENGKAPAN LISTRIK 35921 Industri Sepeda dan Becak
LAINNYA 35922 Industri Perlengkapan Sepeda dan
31202 Industri Peralatan Pengontrol Becak
Arus Listik 35990 Industri Alat Angkut yang tidak
31300 Industri Kabel Listrik dan Telepon Diklasifikasikan di Tempat Lain
31501 Industri Bola Lampu Pijar, Lampu 136 PESAWAT TERBANG DAN JASA
Penerangan Terpusat dan Lampu PERBAIKANNYA
Ultra Violet 35301 Industri Pesawat Terbang dan
31502 Industri Lampu Tabung Gas Perlengkapannya
(Lampu Pembuang Listrik) 35302 Industri Jasa Perbaikan dan
31509 Industri Komponen Lampu Listrik Perawatan Pesawat Terbang
31900 Industri Peralatan Listrik yang 137 ALAT UKUR,FOTOGRAFI, OPTIK
Tidak Diklasifikasikan di Tempat DAN JAM
Lain 30004 Industri Mesin Fotocopy
130 BATERAI DAN AKI 33111 Industri Perabot untuk Operasi,
31401 Industri Batu Baterai Kering (Batu Perawatan, dan Kedokteran Gigi
Baterai Primer)

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 121
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000
33113 Industri Peralatan Kedokteran dan 36991 Industri Alat-Alat Tulis dan Gambar,
Kedokteran Gigi, Perlengkapan Termasuk Perlengkapannya
Orthopaedic dan Prosthetic 36992 Industri Pita Mesin Tulis/ Gambar
33119 Industri Peralatan Kedokteran, 36993 Industri Kerajinan yang Tidak
dan Perlengkapan Orthopaedic Diklasifikasikan di Tempat Lain
Lainnya 36999 Industri Pengolahan Lain yang
33121 Industri Peralatan Pengukuran, Tidak Diklasifikasikan di Tempat
Pengatur dan Pengujian Manual Lain (Tidak Termasuk Pembuatan
33122 Industri Pengukuran, Pengatur Perhiasan Imitasi)
dan Pengujian Elektrik 142 LISTRIK DAN GAS
33123 Industri Pengukuran, Pengatur 40101 Pembangkitan Tenaga Listrik
dan Pengujian Elektronik 40102 Transmisi Tenaga Listrik
33130 Industri Peralatan Pengujian 40103 Distribusi Tenaga Listrik
dalam Proses Industri 40104 Jasa Penunjang Kelistrikan
33201 Industri Kaca Mata 40201 Pengadaan Gas
33202 Industri Teropong dan Alat Optik 40202 Distribusi Gas
33203 Industri Kamera Fotografi 40300 Uap dan Air Panas
33204 Industri Kamera Cinematografi 143 AIR BERSIH
Proyektor dan Perlengkapannya 41001 Pengadaan Air Bersih
33300 Industri Jam, Lonceng, dan 41002 Penyaluran Air Bersih
Sejenisnya 41003 Jasa Penunjang Pengadaan dan
138 BARANG-BARANG PERHIASAN Penyaluran Air Bersih
36911 Industri Permata 144 BANGUNAN TEMPAT TINGGAL
36912 Industri Barang Perhiasan DAN BUKAN TEMPAT TINGGAL
Berharga untuk Keperluan 45100 Penyiapan Lahan
Pribadi dari Logam Mulia 45211 Konstruksi Gedung Tempat Tinggal
36913 Industri Barang Perhiasan 45212 Konstruksi Gedung Perkantoran
Berharga Bukan untuk Keperluan 45213 Konstruksi Gedung Industri
Pribadi dari Logam Mulia 45214 Konstruksi Gedung Perbelanjaan
36914 Industri Barang untuk Keperluan 45215 Konstruksi Gedung Kesehatan
Teknik dan atau Laboratorium 45216 Konstruksi Gedung Pendidikan
dari Logam Mulia 45217 Konstruksi Gedung Penginapan
36915 Industri Barang Perhiasan Bukan 45218 Konstruksi Gedung Tempat
Untuk Keperluan Pribadi dari Hiburan
bukan Logam Mulia 45219 Konstruksi Gedung Lainnya
36999 Industri Pengolahan Lain yang 45241 Pemasangan Pondasi Dan Pilar
Tidak Diklasifikasikan Di Tempat 45244 Pemasangan Atap/Roof Covering
Lain (Pembuatan Perhiasan Imitasi) 45311 Instalasi Air (Plumbing)
139 ALAT-ALAT MUSIK 45312 Instalasi Listrik
36921 Industri Alat-Alat Musik Tradisional 45313 Instalasi Telekomunikasi
36922 Industri Alat-Alat Musik Non 45314 Instalasi Gas
Tradisional 45315 Instalasi Elektronika
140 ALAT-ALAT OLAHRAGA 45316 Instalasi Mekanikal
36930 Industri Alat-Alat Olahraga 45317 Instalasi AC
141 BARANG-BARANG INDUSTRI 45319 Instalasi Gedung Lainnya
LAINNYA 45401 Pengerjaan Pemasangan Kaca
26422 Industri Barang-Barang dari Kapur dan Alumunium
26429 Industri Barang-Barang dari 45402 Pengerjaan Lantai, Dinding,
Semen dan Kapur Lainnya Peralatan Saniter dan Plafon
29264 Industri Jarum Mesin dan Jarum 45403 Pengecatan
Rajut 45404 Dekorasi Interior
36941 Industri Alat Permainan 45409 Penyelesaian Konstruksi Gedung
36942 Industri Mainan Lainnya

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 122
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000
145 PRASARANA PERTANIAN 45500 Penyewaan Alat Konstruksi atau
45224 Bangunan Pengairan Peralatan Pembongkar/ Peng-
146 JALAN, JEMBATAN DAN hancur Bangunan dengan
PELABUHAN Operatornya
45221 Bangunan Jalan, Jembatan dan 149 JASA PERDAGANGAN
Landasan 50101 Perdagangan Besar Mobil
45222 Bangunan Jalan dan Jembatan 50102 Penjualan Eceran Mobil
Kereta Api 50301 Perdagangan Besar Suku Cadang
45227 Bangunan Dermaga dan Aksesoris Mobil
147 BANGUNAN & INSTALASI 50302 Penjualan Eceran Suku Cadang
LISTRIK, GAS, AIR MINUM dan Aksesoris Mobil
DAN KOMUNIKASI 50401 Perdagangan Besar Sepeda Motor
45225 Bangunan Pengolahan, Penyaluran Serta Suku Cadang dan Aksesorisnya
Dan Penampungan Air Bersih, Air 50402 Penjualan Eceran Sepeda Motor
Limbah dan Drainase Serta Suku Cadang dan Aksesorisnya
45226 Bangunan Pengolahan, Penyaluran 50500 Perdagangan Eceran Bahan Bakar
dan Penampungan Barang Minyak Kendaraan
dan Gas 51100 Perdagangan Besar Berdasarkan
45231 Bangunan Elektrikal Balas Jasa (Fee) Atau Kontrak
45232 Konstruksi Telekomunikasi Sarana 51211 Perdagangan Besar Bahan Baku
Bantu Navigasi Laut, dan Rambu Hasil Pertanian
Sungai 51212 Perdagangan Besar Binatang
45233 Konstruksi Telekomunikasi Hidup
Navigasi Udara 51213 Perdagangan Besar Hasil Perikanan
45234 Konstruksi Sinyal dan 51214 Perdagangan Besar Hasil
Telekomunikasi Kereta Api Kehutanan dan Perburuan
45235 Konstruksi Sentral Telekomunikasi 51220 Perdagangan Besar Makanan,
45239 Konstruksi Elektrikal dan Minuman Dan Tembakau
Telekomunikasi Lainnya 51310 Perdagangan Besar Tekstil,
45242 Pembuatan/ Pengeboran Sumur Pakaian Jadi dan Kulit
Air Tanah 51391 Perdagangan Besar Peralatan dan
45321 Instalasi Listrik Bangunan Sipil Perlengkapan Rumah Tangga
45322 Instalasi Navigasi Laut dan Sungai 51392 Perdagangan Besar Barang-
45323 Instalasi Meteorologi dan Geofisika Barang Kimia dan Farmasi untuk
45324 Instalasi Navigasi Udara Keperluan Rumah Tangga
45325 Instalasi Sinyal dan Teleko- 51399 Perdagangan Besar Berbagai
munikasi Kereta Api Barang-Barang dan Perlengkapan
45326 Instalasi Sinyal dan R ambu- Rumah Tangga Lainnya
Rambu Jalan Raya 51410 Perdagangan Besar Bahan Bakar
45327 Instalasi Telekomunikasi Gas, Cair, dan Padat, Serta Produk
148 BANGUNAN LAINNYA Sejenis
45223 Bangunan Terowongan 51420 Perdagangan Besar Logam dan
45229 Bangunan Sipil Lainnya Bijih Logam
45243 Pemasangan Perancah (Steiger) 51430 Perdagangan Besar Bahan-Bahan
45245 Pemasangan Bangunan Konstruksi Konstruksi
Prefab dan Pemasangan Kerangka 51490 Perdagangan Besar Barang antara
Baja (Intermediate Products), Barang-
45246 Pengerukan barang Bekas dan Sisa-sisa Tak
45249 Konstruksi Khusus Lainnya Terpakai (Scrap)
45328 Instalasi Jaringan Pipa 51500 Perdagangan Besar Mesin-Mesin,
45329 Instalasi Bangunan Sipil Lainnya Suku Cadang dan Perlengkap-
45405 Dekorasi Eksterior annya
51900 Perdagangan Besar Lainnya

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 123
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000

52111 Perdagangan Eceran Berbagai 52228 Perdagangan Eceran Khusus


Macam Barang yang Utamanya Pakan Ternak/ Unggas/ Ikan di
Makanan, Minuman, atau dalam Bangunan
Tembakau Di Pasar Swalayan 52229 Perdagangan Eceran Khusus
52112 Perdagangan Eceran Barang- Makanan Lainnya di dalam
barang yang Utamanya Makanan, Bangunan
Minuman, atau Tembakau di 52311 Perdagangan Eceran Khusus
dalam Bangunan Selain di Pasar Bahan Kimia di dalam Bangunan
Swalayan 52312 Perdagangan Eceran Khusus
52191 Perdagangan Eceran Berbagai Barang Farmasi di Apotik
Macam Barang yang Utamanya 52313 Perdagangan Eceran Khusus
Bukan Bahan Makanan/Makanan, Barang Farmasi Selain di Apotik
Minuman, atau Tembakau di 52314 Perdagangan Eceran Khusus Jamu
Toserba (Department Store) di dalam Bangunan
52192 Perdagangan Eceran Berbagai 52315 Perdagangan Eceran Khusus
Macam Barang yang Utamanya, Kosmetik di dalam Bangunan
Bukan Bahan Makanan, Minuman 52316 Perdagangan Eceran Khusus
Atau Tembakau (Barang-Barang Pupuk dan Pemberantasan Hama
kelontong) Selain di Toserba di dalam Bangunan
(Department Store) 52317 Perdagangan Eceran Khusus Alat-
52211 Perdagangan Eceran Khusus Padi Alat Laboratorium, Farmasi, dan
dan Palawija di Dalam Bangunan Kesehatan di dalam Bangunan
52212 Perdagangan Eceran Khusus 52318 Perdagangan Eceran Khusus
Buah-Buahan di dalam Bangunan Minyak Atsiri di dalam Bangunan
52213 Perdagangan Eceran Khusus 52319 Perdagangan Eceran Khusus
Sayuran di dalam Bangunan Lainnya Selain yang Tercakup
52214 Perdagangan Eceran Khusus Hasil pada Kelompok 52311 s.d. 52318
Peternakan di dalam Bangunan di dalam Bangunan
52215 Perdagangan Eceran Khusus Hasil 52321 Perdagangan Eceran Khusus
Perikanan di dalam Bangunan Tekstil di dalam Bangunan
52216 Perdagangan Eceran Khusus 52322 Perdagangan Eceran Khusus
Tanaman Hias di dalam Bangunan Pakaian Jadi di dalam Bangunan
52219 Perdagangan Eceran Khusus Hasil 52323 Perdagangan Eceran Khusus
Pertanian Lainnya di dalam Sepatu, Sandal, dan Alas Kaki
Bangunan Lainnya di dalam Bangunan
52221 Perdagangan Eceran Khusus Beras 52324 Perdagangan Eceran Khusus
di dalam Bangunan Pelengkap Pakaian dan Benang di
52222 Perdagangan Eceran Khusus Roti, dalam Bangunan
Kue Kering dan Sejenisnya di 52325 Perdagangan Eceran Khusus Kaca
dalam Bangunan Mata di dalam Bangunan
52223 Perdagangan Eceran Khusus Kopi, 52326 Perdagangan Eceran Khusus
Gula Pasir, atau Gula Merah di Barang Perhiasan di dalam Bangunan
dalam Bangunan 52327 Perdagangan Eceran Khusus Jam
52224 Perdagangan Eceran Khusus di dalam Bangunan
Tahu, Tempe, Tauco, dan Oncom 52328 Perdagangan Eceran Khusus Tas,
di dalam Bangunan Dompet, Koper, R ansel dan
52225 Perdagangan Eceran Ikan Asin/ Sejenisnya di dalam Bangunan
Kering di dalam Bangunan 52329 Perdagangan Eceran Khusus
52226 Perdagangan Eceran Khusus Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki,
Minuman di dalam Bangunan dan Barang Keperluan Pribadi
52227 Perdagangan Eceran Khusus Lainnya di dalam Bangunan,
Rokok dan Tembakau di dalam 52331 Perdagangan Eceran Khusus
Bangunan Furniture di dalam Bangunan

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 124
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000
52332 Perdagangan Eceran Khusus 52352 Perdagangan Eceran Khusus
Barang Elektronik Di Dalam Minyak Tanah di dalam Bangunan
Bangunan 52353 Perdagangan Eceran Khusus Gas
52333 Perdagangan Eceran Khusus Alat Elpiji Di Dalam Bangunan
dan Perlengkapan Listrik di dalam 52359 Perdagangan Eceran Bahan Bakar
Bangunan Dan Minyak Pelumas Lainnya di
52335 Perdagangan Eceran Khusus dalam Bangunan
Barang Pecah Belah dan Perleng- 52361 Perdagangan Eceran Kertas,
kapan Dapur dari Batu atau Tanah Kertas Karton, dan Barang Dari
Liat di dalam Bangunan Kertas/ Kertas Karton di dalam
52336 Perdagangan Eceran Khusus Bangunan
Barang Pecah Belah dan Perleng- 52362 Perdagangan Eceran Khusus Alat
kapan Dapur dari Kayu, Bambu, Tulis Menulis dan Gambar di
atau Rotan di dalam Bangunan dalam Bangunan
52337 Perdagangan Eceran Khusus 52363 Perdagangan Eceran Khusus Hasil
Barang Pecah Belah dan Perleng- Pencetakan, Penerbitan dan
kapan Dapur Bukan dari Plastik, Perangkat Lunak ( Software) di
Batu, Tanah Liat, Kayu, Bambu, dalam Bangunan
Atau Rotan di dalam Bangunan 52364 Perdagangan Eceran Khusus Alat-
52339 Perdagangan Eceran Khusus Alat Olahraga di dalam Bangunan
Perlengkapan Rumah Tangga dan 52365 Perdagangan Eceran Khusus Alat-
Perlengkapan Dapur Lainnya di Alat Musik di dalam Bangunan
dalam Bangunan 52366 Perdagangan Eceran Khusus Alat
52341 Perdagangan Eceran Khusus Baja/ Fotografi dan Perlengkapannya di
Besi untuk Bahan Konstruksi di dalam Bangunan
dalam Bangunan 52367 Perdagangan Eceran Khusus Alat-
52342 Perdagangan Eceran Khusus Alat Optik dan Perlengkapannya
Barang-Barang Logam untuk di dalam Bangunan
Bahan Konstruksi di dalam Bangunan 52368 Perdagangan Eceran Khusus
52343 Perdagangan Eceran Khusus Kaca Komputer Dan Mesin Kantor di
untuk Bahan Konstruksi di dalam dalam Bangunan
Bangunan 52371 Perdagangan Eceran Khusus
52344 Perdagangan Eceran Khusus Mesin Pertanian dan Perlengkap-
Genteng, Batu Bata, Ubin, dan annya Di Dalam Bangunan
Sejenisnya dari Tanah Liat, Kapur, 52372 Perdagangan Eceran Khusus
Semen, atau Gelas di dalam Bangunan Mesin Jahit di dalam Bangunan
52345 Perdagangan Eceran Khusus 52373 Perdagangan Eceran Khusus
Semen, Kapur, Pasir dan Batu di Mesin Lainnya di dalam Bangunan
dalam Bangunan 52374 Perdagangan Eceran Khusus Alat
52346 Perdagangan Eceran Khusus Transportasi (Kecuali Mobil dan
Bahan Konstruksi dari Porselen di Sepeda Motor) di dalam Bangunan
dalam Bangunan 52381 Perdagangan Eceran Khusus
52347 Perdagangan Eceran Khusus Barang Kerajinan dari Kayu,
Bahan Konstruksi dari Kayu di Bambu, Rotan, Pandan,Rumput
dalam Bangunan dan Sejenisnya di dalam Bangunan
52348 Perdagangan Eceran Khusus Cat di 52382 Perdagangan Eceran Khusus
dalam Bangunan Barang Kerajinan dari Kulit,
52349 Perdagangan Eceran Khusus Tulang, Tanduk, Gading, Bulu
Bahan Konstruksi Lainnya di Dan Binatang/ Hewan yang
dalam Bangunan Diawetkan di dalam Bangunan
52351 Perdagangan Eceran Khusus 52383 Perdagangan Eceran Khusus
Premium, Premix, dan Solar di Barang Kerajinan dari Logam di
Kios/Toko dalam Bangunan

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 125
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000

52384 Perdagangan Eceran Khusus 53310 Perdagangan Ekspor Tekstil,


Barang Kerajinan dari Keramik di Pakaian Jadi, Dan Kulit
dalam Bangunan 53391 Perdagangan Ekspor Peralatan
52385 Perdagangan Eceran Khusus Dan Perlengkapan Rumah Tangga
Mainan Anak-Anak di dalam 53392 Perdagangan Ekspor Barang-
Bangunan Barang Kimia Dan Farmasi Untuk
52386 Perdagangan Eceran Khusus Keperluan Rumah Tangga
Lukisan di dalam Bangunan 53399 Perdagangan Ekspor Berbagai
52389 Perdagangan Eceran Khusus Barang-Barang Dan Perlengkapan
Barang-Barang Kerajinan, Mainan Rumah Tangga Lainnya
Anak-Anak, dan Lukisan Lainnya 53410 Perdagangan Ekspor Bahan Bakar
di dalam Bangunan Gas, Cair, Dan Padat Serta Produk
52390 Perdagangan Eceran Khusus Sejenis
Komoditi Lainnya (Bukan 53420 Perdagangan Ekspor Logam Dan
Makanan, Minuman, atau Bijih Logam (Hasil Pertambangan
Tembakau) di dalam Bangunan Dan Penggalian)
52401 Perdagangan Eceran Barang 53430 Perdagangan Ekspor Bahan-
Perlengkapan Rumah Tangga Bahan Konstruksi (Kecuali Bahan
Bekas di dalam Bangunan Hasil Penggalian)
52402 Perdagangan Eceran Pakaian Jadi, 53491 Perdagangan Ekspor Produk
Alas Kaki dan Pelengkap Pakaian Antara (Intermediate Products)
Bekas di dalam Bangunan 53492 Perdagangan Ekspor Barang-
52403 Perdagangan Eceran Barang Barang Bekas dan Sisa-Sisa Tak
Perlengkapan Pribadi Bekas di Terpakai (Scrap)
Dalam Bangunan 53500 Perdagangan Ekspor Mesin-
52404 Perdagangan Eceran Barang Mesin, Suku Cadang dan
Listrik Dan Elektronik Bekas Di Perlengkapannya
Dalam Bangunan 53900 Perdagangan Ekspor Lainnya
52405 Perdagangan Eceran Bahan 54100 Perdagangan Impor Berdasarkan
Konstruksi Dan Sanitasi Bekas Di Balas Jasa (Fee) atau Kontrak
Dalam Bangunan 54211 Perdagangan Impor Bahan Baku
52406 Perdagangan Eceran Barang Antik Hasil Pertanian
di Dalam Bangunan 54212 Perdagangan Impor Binatang
52409 Perdagangan Eceran Barang Bekas Hidup
Lainnya Di Dalam Bangunan 54213 Perdagangan Impor Hasil Perikanan
52510 Perdagangan Eceran Melalui 54214 Perdagangan Impor Hasil
Pesanan Atau Surat Kehutanan dan Perburuan
52520 Perdagangan Eceran Keliling 54220 Perdagangan Impor Makanan,
52590 Perdagangan Eceran Lainnya Di Minuman dan Tembakau
Luar Bangunan 54310 Perdagangan Impor Tekstil,
53100 Perdagangan Ekspor Berdasarkan Pakaian Jadi, dan Kulit
Balas Jasa (Fee) Atau Kontrak 54391 Perdagangan Impor Peralatan
53211 Perdagangan Ekspor Bahan Baku Dan Perlengkapan Rumah Tangga
Hasil Pertanian Lainnya
53212 Perdagangan Ekspor Binatang 54392 Perdagangan Impor Barang-
Hidup Barang Kimia dan Farmasi untuk
53213 Perdagangan Ekspor Hasil Keperluan Rumah Tangga
Perikanan 54399 Perdagangan Impor Berbagai
53214 Perdagangan Ekspor Hasil Barang-Barang dan Perlengkapan
Kehutanan Dan Perburuan Rumah Tangga Lainnya
53220 Perdagangan Ekspor Makanan, 54410 Perdagangan Impor Bahan Bakar
Minuman Dan Tembakau Gas, Cair, dan Padat Serta Produk
Sejenis

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 126
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000
54420 Perdagangan Impor Logam dan 60130 Angkutan Jalan Rel untuk Wisata
Bijih Logam 60190 Angkutan Jalan Rel Lainnya
54430 Perdagangan Impor Bahan-Bahan 154 JASA ANGKUTAN JALAN RAYA
Konstruksi 60211 Angkutan Jalan R aya dalam
54491 Perdagangan Impor Produk Trayek dan Berjadwal untuk
Antara (Intermediate Products) Penumpang
54492 Perdagangan Impor Barang- 60212 Angkutan Jalan R aya dalam
Barang Bekas dan Sisa-Sisa Tak Trayek dan Tidak Berjadwal
Terpakai (Scrap) untuk Penumpang
54500 Perdagangan Impor Mesin- 60221 Angkutan Taksi
Mesin, Suku Cadang dan 60222 Angkutan Sewa
Perlengkapannya 60223 Angkutan untuk Wisata
54900 Perdagangan Impor Lainnya 60224 Angkutan Tidak Bermotor untuk
150 JASA PERBENGKELAN Penumpang
50200 Pemeliharaan dan Reparasi Mobil 60231 Angkutan Bermotor untuk Barang
50403 Pemeliharaan dan Reparasi Umum
Sepeda Motor 60232 Angkutan Bermotor untuk Barang
52601 Reparasi Barang-Barang Pribadi Khusus
52602 Reparasi Barang-Barang 60233 Angkutan Tidak Bermotor untuk
Perlengkapan Rumah Tangga Barang Umum
52609 Reparasi Lainnya 60300 Angkutan dengan Saluran Pipa
151 JASA RESTORAN 155 JASA ANGKUTAN LAUT
55211 Restoran/ Rumah Makan Talam 61111 Angkutan Laut Domestik untuk
Kencana Penumpang Umum
55212 Restoran/ Rumah Makan Talam 61112 Angkutan Laut Domestik untuk
Selaka Barang
55213 Restoran/ Rumah Makan Talam 61113 Angkutan Laut Domestik untuk
Gangsa Wisata
55214 Restoran/ Rumah Makan Non 61121 Angkutan Laut Internasional
Talam untuk Penumpang Umum
55220 Warung Makan 61122 Angkutan Laut Internasional
55230 Bar untuk Barang
55240 Kedai Makanan dan Minuman 61123 Angkutan Laut Internasional
55250 Penjual Makanan dan Minuman untuk Wisata
Keliling/ Tempat Tidak Tetap 156 JASA ANGKUTAN SUNGAI DAN
55260 Jasa Boga (katering) DANAU
152 JASA PERHOTELAN 61211 Angkutan Sungai dan Danau
55111 Hotel Bintang Lima untuk Penumpang
55112 Hotel Bintang Empat 61212 Angkutan Sungai dan Danau
55113 Hotel Bintang Tiga untuk Barang
55114 Hotel Bintang Dua 61220 Angkutan Penyeberangan Domestik
55115 Hotel Bintang Satu 61230 Angkutan Penyeberangan
55120 Hotel Melati Internasional
55130 Penginapan Remaja ( Youth 157 JASA ANGKUTAN UDARA
Hostel) 62100 Angkutan Udara Berjadwal
55140 Pondok Wisata (Home Stay) 62200 Angkutan Udara Tidak Berjadwal
55150 Bumi Perkemahan 158 JASA PENUNJANG ANGKUTAN
55160 Persinggahan Karavan 63100 Jasa Pelayanan Bongkar Muat
55190 Jasa Akomodasi Lainnya Barang
153 JASA ANGKUTAN KERETA API 63210 Pergudangan
60110 Angkutan Jalan Rel untuk 63220 Jasa Cold Storage
Penumpang 63230 Jasa bounded warehousing atau
60120 Angkutan Jalan Rel untuk Barang Wilayah Kawasan Berikat

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 127
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000
63240 Jasa Pergudangan Lainnya 64260 Jasa Satelit
63310 Jasa Terminal Darat 64270 Jasa Komunikasi Data Paket/
63320 Jasa Pelayanan Kepelabuhanan JDKP (Provider)
63330 Jasa Kebandarudaraan 64290 Jasa Komunikasi Lainnya
63340 Jasa Jalan Tol 160 BANK
63350 Jasa Perparkiran 65110 Bank Sentral
63390 Jasa Penunjang Angkutan Lainnya 65121 Bank Devisa
63411 Jasa Biro Perjalanan Wisata Cakra 65122 Bank Non Devisa
Empat 65191 Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
63412 Jasa Biro Perjalanan Wisata Cakra 161 LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA
Tiga 65199 Jasa Perantara Moneter lainnya
63413 Jasa Biro Perjalanan Wisata Cakra 65910 Sewa Guna Usaha (Leasing)
Dua 65921 Pembiayaan Anjak Piutang
63414 Jasa Biro Perjalanan Wisata Cakra (Factoring)
Satu 65922 Pembiayaan Konsumen (Consumers
63415 Jasa Biro Perjalanan Wisata Non Credit)
Cakra 65923 Pembiayaan Kartu Kredit (Credit
63420 Agen Perjalanan Wisata Card)
63430 Jasa Pramuwisata 65929 Pembiayaan Non Leasing lainnya
63460 Jasa Konsultasi Pariwisata 65930 Modal Ventura (Ventura Capital)
63470 Jasa Informasi Pariwisata 65940 Pegadaian
63490 Jasa Perjalanan Wisata Lainnya 65950 Koperasi Simpan Pinjam/Unit
63510 Jasa Pengurusan Transportasi Simpan Pinjam
( JPT) 65991 Jasa Merger dan Akuisisi
63520 Jasa Ekspedisi Muatan Kereta Api 65999 Jasa Perantara Keuangan Lainnya
dan Ekspedisi Angkutan Darat yang Tidak Diklasifikasikan di
(EMKA & EAD) Tempat Lain
63530 Jasa Ekspedisi Muatan Kapal 67111 Bursa Efek
(EMKL) 67112 Lembaga Kliring dan Penjaminan
63540 Jasa Ekspedisi Muatan Pesawat 67113 Lembaga Penyimpanan dan
Udara (EMPU) Penyelesaian
63590 Jasa Pengiriman dan Pengepakan 67121 Penjamin Emisi Efek (Underwriter)
Lainnya 67122 Perantara Pedagang Efek (Broker
63900 Jasa Penunjang Angkutan Lainnya Dealer)
yang tidak Diklasifikasikan di 67123 Manager Investasi
Tempat Lain 67131 Wali Amanat (Trustee)
71110 Persewaan Alat Transportasi Darat 67132 Biro Administrasi Efek
71120 Persewaan Alat Transportasi Air 67133 Kustodian (Custodian)
71130 Persewaan Alat Transportasi Udara 67134 Lembaga Pemeringkat Efek
159 JASA KOMUNIKASI 67191 Jasa Penukaran Mata Uang
64110 Pos Nasional (Money Changer)
64120 Unit Pelayanan Pos 67199 Jasa Penunjang Keuangan Lainnya
64130 Jasa Kurir ( Jasa Titipan Swasta) yang tidak Diklasifikasikan di
64211 Telepon Tetap Pemerintah Tempat Lain
64212 Telepon Tetap Swasta 67209 Jasa Penunjang Asuransi dan
64221 Sistem Telekomunikasi Bergerak Dana Pensiun Lainnya
Seluler (STBS) Pemerintah 162 ASURANSI DAN DANA PENSIUN
64222 Sistem Telekomunikasi Bergerak 66010 Asuransi Jiwa
Seluler (STBS) Swasta 66020 Dana Pensiun
64230 Jasa Radio Panggil untuk Umum 66030 Asuransi Non Jiwa
(RPUU) 67201 Agen Asuransi
64240 Jasa Radio Trunking 67202 Adjuster
64250 Jasa Sistem Komunikasi 67203 Aktuaria

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 128
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000

67204 Broker 74140 Jasa Konsultasi Bisnis dan


67209 Jasa Penunjang Asuransi dan Manajemen
Dana Pensiun Lainnya 74210 Jasa Konsultasi Arsitek, Kegiatan
75300 Jaminan Sosial Wajib Teknik dan Rekayasa (Engineering)
163 SEWA BANGUNAN DAN SEWA 74220 Analisis dan Testing
TANAH 74300 Jasa Periklanan
70101 Real Estate yang Dimiliki Sendiri 74910 Jasa Penyeleksian dan Penyediaan
Atau Disewa Tenaga Kerja
70102 A s r a m a (Boarding House) 74920 Jasa Penyelidikan dan Keamanan
70200 Real Estate Atas Dasar Balas Jasa 74930 Jasa Kebersihan Gedung
(fee) Atau Kontrak 74940 Jasa Fotografi
70310 Kawasan Pariwisata 74950 Jasa Pengepakan
70320 Penyediaan Sarana Wisata Tirta 74990 Jasa Perusahaan yang tidak
164 JASA PERUSAHAAN Diklasifikasikan di Tempat Lain
63440 Jasa Konvensi, Pameran, dan 165 JASA PEMERINTAHAN UMUM
Perjalanan Insentif 73110 Penelitian dan Pengetahuan Ilmu
63450 Impresariat Pengetahuan Alam
71210 Persewaan Mesin Pertanian dan 73120 Penelitian dan Pengembangan
Peralatannya Ilmu Teknologi dan Rekayasa
71220 Persewaan Mesin Konstruksi dan (Engineering)
Teknik Sipil dan Peralatannya 73210 Penelitian dan Pengembangan
71230 Persewaan Mesin Kantor dan Per- Ilmu Pengetahuan Sosial
alatannya (Termasuk Komputer) 73220 Penelitian dan pengembangan
71290 Persewaan Mesin Lainnya dan Humaniora
Peralatannya yang tidak 75111 Lembaga Legislatif
Diklasifikasikan di Tempat Lain 75112 Penyelenggaraan Pemerintah
71301 Persewaan Alat-Alat Pesta Negara dan Kesekretariatan
71309 Persewaan Barang-Barang Negara
Keperluan Rumah Tangga dan 75113 Lembaga Eksekutif Keuangan,
Pribadi Lainnya yang tidak Perpajakan dan Bea Cukai
Diklasifikasikan di Tempat Lain 75114 Lembaga Eksekutif Perencanaan
72100 Jasa Konsultasi Piranti Keras 75115 Lembaga Yudikatif
(Hardware Consulting) 75121 Pembinaan Pendidikan
72200 Jasa Konsultasi Piranti Lunak 75122 Pembinaan Kesehatan
72300 Pengolahan Data 75123 Pembinaan Perumahan dan
72400 Jasa Kegiatan Data Base Lingkungan Hidup
72500 Perawatan dan Reparasi Mesin- 75124 Pembinaan Pelayanan
Mesin Kantor, Akutansi, dan Kesejahteraan Sosial
Komputer 75125 Pembinaan Keagamaan
72900 Kegiatan Lain yang Berkaitan 75126 Pembinaan Penerangan
dengan Komputer 75127 Pembinaan Kebudayaan/
73110 Penelitian dan Pengetahuan Ilmu Kesenian/Rekreasi/Olahraga
Pengetahuan Alam 75129 Pembinaan Pelayanan Sosial
73120 Penelitian dan Pengembangan Lainnya Selain Kesehatan,
Ilmu Teknologi dan Rekayasa Pendidikan, Keagamaan dan
(Engineering) Kebudayaan
73210 Penelitian dan Pengembangan 75131 Kegiatan Lembaga Pemerintahan
Ilmu Pengetahuan Sosial Bidang Pertanian
73220 Penelitian dan pengembangan 75132 Kegiatan Lembaga Pemerintahan
Humaniora Bidang Pertambangan dan
74110 Jasa Hukum Penggalian
74120 Jasa Akuntansi dan Perpajakan 75133 Kegiatan Lembaga Pemerintahan
74130 Jasa Riset Pemasaran Bidang Perindustrian

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 129
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000
75134 Kegiatan Lembaga Pemerintahan 85313 Panti Asuhan Pemerintah
Bidang Listrik, Gas dan Air 85321 Kegiatan Sosial Pemerintah Di
75135 Kegiatan Lembaga Pemerintahan Luar Panti
Bidang Konstruksi 90001 Jasa Kebersihan Pemerintah
75136 Kegiatan Lembaga Pemerintahan FILM DAN JASA DISTRIBUSINYA
Bidang Perdagangan dan Pariwisata (PEMERINTAHAN)
75137 Kegiatan Lembaga Pemerintahan 22301 Reproduksi Media Rekaman
Bidang Perhubungan dan 22302 Reproduksi Film Dan Video
Komunikasi 92111 Produksi Dan Distribusi Film,
75138 Kegiatan Lembaga Pemerintahan Serta Video Oleh Pemerintah
Bidang Ketenagakerjaan dan 92120 Kegiatan Bioskop
Transmigrasi JASA HIBURAN, REKREASI DAN
75139 Kegiatan Lembaga Pemerintahan KEBUDAYAAN (PEMERINTAH)
untuk Menciptakan Efisiensi 92131 Kegiatan Radio dan Televisi Oleh
Produksi dan Bisnis Lainnya Pemerintah
75140 Lembaga Pemerintah Non 92141 Kegiatan Drama, Musik dan
Departemen dengan Tugas Khusus Hiburan Lainnya oleh Pemerintah
75210 Hubungan Luar Negeri 92190 Kegiatan Hiburan Lainnya
75221 Lembaga Pertahanan dan 92201 Kegiatan Kantor Berita oleh
Angkatan Bersenjata Pemerintah
75222 Angkatan Darat 92311 Perpustakaan dan Arsip Pemerintah
75223 Angkatan Udara 92321 Museum Pemerintah
75224 Angkatan Laut 92323 Peninggalan Sejarah yang
75231 Kepolisian Dikelola Pemerintah
75232 Pertahanan Sipil 92331 Kebun Raya dan Kebun Binatang
75233 Lembaga Peradilan 92332 Taman Nasional (TN)
75300 Jaminan Sosial Wajib 169 JASA PENDIDIKAN SWASTA
166 JASA PENDIDIKAN PEMERINTAH 80121 Jasa Pendidikan Pra Sekolah
80111 Jasa Pendidikan Pra Sekolah Swasta
Pemerintah 80122 Jasa Pendidikan Sekolah Dasar
80112 Jasa Pendidikan Sekolah Dasar Swasta
Pemerintah 80123 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
80113 Jasa Pendidikan Sekolah Lanjutan Swasta
Tingkat Pertama Pemerintah 80221 Jasa Pendidikan Sekolah
80211 Jasa Pendidikan Sekolah Menengah Umum Swasta
Menengah Umum Pemerintah 80222 Jasa Pendidikan Sekolah
80212 Jasa Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta
Menengah Kejuruan Pemerintah 80321 Jasa pendidikan Tinggi Program
80311 Jasa pendidikan Tinggi Program Gelar Swasta
Gelar Pemerintah 80322 Jasa Pendidikan Tinggi Program
80312 Jasa Pendidikan Tinggi Program Non Gelar Swasta
Non Gelar Pemerintah 80921 Jasa Pendidikan Komputer Swasta
80910 Jasa Pendidikan Pemerintah 80922 Jasa Pendidikan Bahasa Swasta
Lainnya 80923 Jasa Pendidikan Kecantikan dan
167 JASA KESEHATAN PEMERINTAH Kepribadian Swasta
85111 Jasa Rumah Sakit Pemerintah 80929 Jasa Pendidikan Keterampilan
85112 Jasa Poliklinik Pemerintah Swasta Lainnya
85193 Jasa Pelayanan Penunjang 170 JASA KESEHATAN SWASTA
Kesehatan 85113 Jasa Rumah Sakit Swasta
168 JASA PEMERINTAHAN LAINNYA 85114 Jasa Klinik Swasta
JASA KEMASYARAKATAN 85119 Jasa Rumah Sakit Lainnya
PEMERINTAHAN 85121 Praktek Dokter Umum
85311 Panti Wreda Pemerintah 85122 Praktek Dokter Spesialis

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 130
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000
85123 Praktek Dokter Gigi 92411 Billiard
85191 Jasa Pelayanan Kesehatan yang 92412 Padang Golf
Dilakukan oleh Paramedis 92413 Bowling
85192 Jasa Pelayanan Kesehatan 92414 Gelanggang Renang
Tradisional 92419 Kegiatan Olahraga Lainnya
85193 Jasa Pelayanan Penunjang 92421 Taman Rekreasi
Kesehatan 92422 Pemandian Alam
85200 Jasa Kesehatan Hewan 92423 Kolam Pemancingan
171 JASA KEMASYARAKATAN SWASTA 92424 Gelanggang Permainan dan
LAINNYA Ketangkasan
85312 Panti Wreda Swasta 92425 Kelab Malam (Night Club) Dan
85314 Panti Asuhan Swasta Atau Diskotik
85319 Panti Sosial Lainnya 92426 Panti Pijat
85322 Kegiatan Sosial Swasta di Luar 92427 Panti Mandi Uap
Panti 92429 Jasa Rekreasi Lainnya
90002 Jasa Kebersihan Swasta 92431 Wisata Argo
91110 Organisasi Bisnis dan Pengusaha 92432 Wisata Tirta
91121 Organisasi Sains Sosial dan 92433 Wisata Petualangan Alam
Masyarakat 92434 Wisata Gua
91122 Organisasi Sains Alami dan 92439 Wisata Minat Khusus Lainnya
Teknologi 174 JASA PERORANGAN DAN RUMAH
91200 Organisasi Buruh TANGGA
91910 Organisasi Keagamaan 93010 Jasa Binatu
91920 Organisasi Politik 93021 Pangkas Rambut
91990 Organisasi Sosial Masyarakat 93022 Salon Kecantikan
99000 Badan Internasional dan Badan 93030 Jasa Pemakaman
Ekstra Internasional Lainnya 93091 Jasa Penjahitan
172 FILM DAN JASA DISTRIBUSI 93092 Jasa Penyaluran Tenaga Kerja
SWASTA 93093 Jasa Pelayanan Kebugaran
74940 Jasa Fotografi 93094 Jasa Perorangan yang tidak
92112 Produksi Dan Distribusi Film, Diklasifikasikan di Tempat Lain
Serta Video Oleh Swasta 95000 Jasa Perorangan yang Melayani
92120 Kegiatan Bioskop Rumah Tangga
173 JASA HIBURAN, REKREASI & 175 BARANG DAN JASA YANG TIDAK
KEBUDAYAAN SWASTA TERMASUK DI MANAPUN
92132 Kegiatan Radio Dan Televisi Oleh 00000 Kegiatan yang Belum Jelas
Swasta Batasannya
92142 Kegiatan Drama, Musik dan 180 JUMLAH PERMINTAAN ANTARA
Hiburan Lainnya oleh Swasta 190 JUMLAH INPUT ANTARA
92143 Jasa Penunjang Hiburan 200 IMPOR
92190 Kegiatan Hiburan Lainnya 201 UPAH DAN GAJI
92202 Kegiatan Kantor Berita oleh Swasta 202 SURPLUS USAHA
92203 Penulis Berita (Free Lance) oleh 203 PENYUSUTAN
Swasta 204 PAJAK TAK LANGSUNG
92312 Perpustakaan Swasta 205 SUBSIDI
92322 Museum Swasta 209 NILAI TAMBAH BRUTO
92324 Peninggalan Sejarah yang Dikelola 210 JUMLAH INPUT
Swasta 301 PENGELUARAN KONSUMSI
92331 Kebun Raya dan Kebun Binatang RUMAH TANGGA
92332 Taman Nasional (TN) 302 PENGELUARAN KONSUMSI
92336 Taman Buru Dan Kebun Buru PEMERINTAH
92339 Kebun Raya, Kebun Binatang dan 303 PEMBENTUKAN MODAL TETAP
Taman Konservasi Alam Lainnya BRUTO

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 131
KODE KBLI KODE KBLI
JUDUL JUDUL
IO 2000 2000 IO 2000 2000

304 PERUBAHAN STOK 409 JUMLAH IMPOR


305 EKSPOR BARANG DAGANGAN 501 MARGIN PERDAGANGAN BESAR
306 EKSPOR JASA 502 MARGIN PERDAGANGAN ECERAN
309 JUMLAH PERMINTAAN AKHIR 503 BIAYA PENGANGKUTAN
310 JUMLAH PERMINTAAN 509 JUMLAH MARGIN
401 IMPOR BARANG DAGANGAN PERDAGANGAN DAN BIAYA
402 PAJAK PENJUALAN PENGANGKUTAN
403 BEA MASUK 600 JUMLAH OUTPUT
404 IMPOR JASA 700 JUMLAH PENYEDIAAN

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 132
Lampiran 2

KLASIFIKASI SEKTOR KELAUTAN TAHUN 2007

Sektor IO SektorIO Sektor IO SektorIO


Uraian Sektor Uraian Sektor
Indonesia Kelautan Indonesia Kelautan
1. Perikanan 032, 033 033 Pembenihan biota air payau
Perikanan T an
Tan gkap di Laut
angkap 034 034 Jasa sarana produksi perikanan
laut
031 001 Penangkapan ikan 034 035 Jasa produksi perikanan laut
031, 033 002 Penangkapan crustacea 034 036 Jasa pasca panen perikanan laut
031 003 Penangkapan mollusca 034 037 Jasa sarana produksi perikanan
031 004 Penangkapan binatang air lainnya darat
(teripang, bunga karang, ubur- 034 038 Jasa produksi perikanan darat
ubur, dll) 034 039 Jasa pasca panen perikanan darat
031 005 Tanaman air (rumput laut) 047 040 Ekstraksi garam
053 006 Produksi ikan kering / asin 102 041 Industri kosmetik
054 007 Produksi ikan pindang 149 042 Perdagangan besar binatang hidup
054 008 Produksi ikan peragian 149 043 Perdagangan besar hasil perikanan
054 009 Produksi ikan asap 149 044 Perdagangan besar hasil kehutanan
054 010 Produksi ikan beku dan perburuan
054 011 Produksi ikan kalengan 149 045 Perdagangan eceran khusus hasil
054 012 Produksi tepung ikan perikanan di dalam bangunan
054 013 Produksi ikan olahan lainnya 149 046 Perdagangan eceran ikan asin /
Perikanan T an
Tan gkap di Perairan Umum
angkap kering di dalam bangunan
149 047 Perdagangan eceran khusus pakan
032 014 Penangkapan ikan ternak / unggas / ikan di dalam
032, 033 015 Penangkapan crustacea (udang bangunan
grago, udang galah, udang udang 149 048 Perdagangan ekspor binatang
tawar, udang lainnya) hidup
032, 033 016 Penangkapan mollusca (remis, 149 049 Perdagangan ekspor hasil
siput, dll) perikanan
032, 033 017 Penangkapan binatang air lainnya 149 050 Perdagangan eksport hasil
(buaya, katak benggala, kodok, kehutanan dan perburuan
kura-kura, dll) 149 051 Perdagangan importt binatang
053 018 Produksi ikan kering / asin hidup
054 019 Produksi ikan pindang 149 052 Perdagangan importt hasil
054 020 Produksi ikan peragian perikanan
054 021 Produksi ikan asap 158 053 Jasa cold storage
054 022 Produksi ikan beku 068 054 Es (untuk perikanan) dan fresh
054 023 Produksi ikan olahan lainnya water
Budidayya
Perikanan Budida 077 055 Tekstil (untuk perikanan)
091 056 Kertas dan karton (packing)
031, 033 024 Budidaya laut
031 - 033 025 Budidaya tambak 2. Per tamban
Pertamban gan Laut
tambang
032, 033 026 Budidaya kolam 036, 037,
032, 033 027 Budidaya keramba 105 057 Pertambangan minyak dan gas
032, 033 028 Budidaya jaring apung bumi
032, 033 029 Budidaya sawah 036, 037 058 Jasa pertambangan minyak dan gas
Lain-lain alam
037 059 Pengusahaan tenaga panas bumi
031 030 Penangkapan / pengambilan benih
046 060 Pertambangan nitrat
biota laut
046 061 Pertambangan yodium
031, 033 031 Pembenihan biota laut
046 062 Pertambangan potash (kalsium
032, 033 032 Pembenihan biota air tawar
karbonat)

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 133
Sektor IO SektorIO Sektor IO SektorIO
Uraian Sektor Uraian Sektor
Indonesia Kelautan Indonesia Kelautan
046 063 Pertambangan mineral bahan 158 093 Persewaan alat transportasi
kimia dan bahan pupuk lainnya 159 094 Komunikasi maritim / INMARSAT
046, 048 064 Pertambangan dan penggalian (International Maritime Satelite)
lainnnya ( jasa satelit)
048 065 Penggalian pasir 159 095 Submarine cable
104 066 Pertambangan minyak dan gas 158 096 Container (material)
alam 4. Industri Kelautan
104 067 Industri pemurnian dan
pengilangan minyak bumi 121 097 Industri mesin-mesin industri
104 068 Industri pemurnian dan khusus lainnya (industri bangun-
pengolahan gas bumi an lepas pantai dan perbaikannya)
104 069 Industri barang-barang dari hasil 121 098 Industri bangunan lepas pantai
kilang minyak bumi 124 099 Industri mesin pendingin bukan
104 070 Industri pembuatan minyak untuk keperluan rumah tangga
pelumas 125 100 Industri motor listrik
3. Perhub un
Perhubun gan Laut (Transpor
ung tasi Laut)
(Transportasi 125 101 Industri mesin pembangkit listrik
131 102 Industri motor pembakaran dalam
146 071 Bangunan dermaga 131 103 Industri kapal / perahu
147 072 Konstruksi telekomunikasi sarana 131 104 Industri peralatan dan per-
bantu navigasi laut, dan rambu lengkapan kapal
sungai 131 105 Industri perbaikan kapal
147 073 Instalasi navigasi laut dan sungai 131 106 Industri pemotongan kapal (Ship
148 074 Pengerukan Breaking)
148 075 Instalasi jaringan pipa 131 107 Industri pembuatan dan pe-
155 076 Angkutan laut domestik untuk meliharaan perahu pesiar, rekreasi
penumpang umum dan olahraga
155 077 Angkutan laut domestik untuk 5. Pariwisata Bahari
barang
155 078 Angkutan laut domestik untuk 152 108 Hotel dan restoran
wisata 163 109 Real estate yang dimiliki sendiri
155 079 Angkutan laut internasional untuk atau disewa
penumpang umum 163 110 Real estate atas dasar balas jasa
155 080 Angkutan laut internasional untuk (fee) atau kontrak
barang 163 111 Real estate (penyewaan tanah
155 081 Angkutan laut internasional untuk pantai)
wisata 163 112 Kawasan pariwisata
156 082 Angkutan sungai dan danau untuk 163 113 Penyediaan sarana wisata tirta
penumpang 173 114 Taman rekreasi
156 083 Angkutan sungai dan danau untuk 173 115 Wisata tirta
barang
6. Kegiatan dan JJasa
Kegiatan asa Kelautan Lainn
Lainnyya
156 084 Angkutan penyeberangan domestik
156 085 Angkutan penyeberangan inter- 149 116 Perdagangan besar berdasarkan
nasional balas jasa (fee) atau kontrak
158 086 Jasa pelayanan bongkar muat 149 117 Perdagangan besar lainnya
barang 149 118 Perdagangan ekspor berdasarkan
158 087 Pergudangan balas jasa (fee) atau kontrak
158 088 Jasa bounded warehousing atau 149 119 Perdagangan ekspor produk
wilayah kawasan berikat antara (intermediate products)
158 089 Jasa pergudangan lainnya 149 120 Perdagangan ekspor lainnya
158 090 Jasa pelayanan kepelabuhanan 149 121 Perdagangan importt berdasarkan
158 091 Jasa Pengurusan Transportasi ( JPT) balas jasa (fee) atau kontrak
158 092 Jasa Ekspedisi Muatan Kapal 149 122 Perdagangan ekspor lainnya
(EMKL) / container ( jasa) 149 123 Perdagangan importt lainnya

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 134
Sektor IO SektorIO Sektor IO SektorIO
Uraian Sektor Uraian Sektor
Indonesia Kelautan Indonesia Kelautan

162 124 Asuransi jiwa 164 132 Jasa hukum


162 125 Asuransi non jiwa 165 133 Pembinaan pendidikan
162 126 Agen asuransi 175 134 Kegiatan yang belum jelas
162 127 Adjuster batasannya
162 128 Aktuaria 164 135 Jasa survei kelautan
162 129 Jasa penunjang asuransi dan dana 164 136 Mitigasi bencana alam
pensiun lainnya 162 137 Asuransi maritim dan asuransi
162 130 Jaminan sosial wajib lainnya
164, 165 131 Penelitian dan pengembangan 166, 169 138 Pendidikan maritim
ilmu teknologi dan rekayasa
(engineering)

Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Ekonomi Martim Indonesia 135

Anda mungkin juga menyukai