Anda di halaman 1dari 16

URAIAN PEKERJAAN

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PELABUHAN SEBUAI


KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
TAHUN ANGGARAN 2023

DIREKTORAT KEPELABUHANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PELABUHAN SEBUAI
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
TAHUN ANGGARAN 2023

I. PENDAHULUAN
a. LATAR BELAKANG
Negara Republik Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan banyak diantaranya merupakan
daerah yang terisolir, terpencil, tertinggal dan belum berkembang serta belum terjangkau
oleh sarana transportasi. Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional
perlu dikembangkan dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara yang mempersatukan
semua wilayah Indonesia, di mana transportasi merupakan masalah yang vital dalam
mendukung perekonomian suatu bangsa. Dengan semakin meningkat nya kualitas sistem
dan jaringan transportasi, akan meningkat pula interaksi antar pelaku ekonomi di suatu
wilayah yang pada kelanjutan nya akan dapat meningkatkan perekonomian secara
keseluruhan. Dari sisi legalitas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran mengindikasikan perlu nya penyediaan infrastruktur pelabuhan sebagai
tempat perpindahan intra- dan antarmuka transportasi. Pembangunan pelabuhan tersebut
harus direncanakan secara tepat, memenuhi persyaratan teknis kepelabuhanan, kelestarian
lingkungan, dan memperhatikan keterpaduan intra- dan antarmuka transportasi.

Pembangunan pelabuhan dilaksanakan sebagai pengembangan dari fasilitas yang sudah


ada untuk mendukung perkembangan ekonomi setempat, maupun pada lokasi yang baru
untuk membuka jalan bagi kegiatan transportasi warga sehari-hari yang bersifat mendasar.
Oleh karena itu, pembangunan pelabuhan di Indonesia dalam lingkup Sub Sektor
Perhubungan akan terus dilaksanakan dalam rangka menunjang transportasi penumpang,
peti kemas, general cargo, dan barang curah (bulk), dalam skema pelayaran yang bersifat
komersial maupun pelayaran perintis, pelayaran lokal ataupun pelayaran rakyat.

Dalam rangka menunjang dan mempersiapkan pembangunan pelabuhan yang baik dan
memenuhi syarat untuk operasional kapal-kapal dengan selamat, aman dan lancar,
diperlukan sebuah studi yang mampu memberikan gambaran secara lebih komprehensif
tentang kelayakan pada beberapa aspek yang dianggap penting sebelum dimulainya
pembangunan pelabuhan tersebut. Di samping itu, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
PM. 112 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan
Kementerian Perhubungan mengamanatkan adanya pelaksanaan Studi Kelayakan sebagai
salah satu syarat pembangunan suatu infrastruktur transportasi, termasuk dalam hal ini
pelabuhan, maka Direktorat Jenderal Perhubungan Laut perlu mengadakan Studi
Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut.

Kabupaten Kota waringin Barat berada di Propinsi Kalimantan Tengah dan terletak di
daerah khatulistiwa diantara: 1°19’ sampai dengan 3° 36’ Lintang Selatan, 110° 25’ sampai
dengan 112° 50’ Bujur Timur dengan luas wilayah 10.759 km2.

Kota waringin Barat terletak di antara 3 kabupaten yaitu:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tamandua,


2. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Seruan,
3. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Suka mara dan
4. Sebelah selatan berbatasan langsung dengan Laut Jawa.
Bahwa saat ini kegiatan kepelabuhanan di Kabupaten Kota waringin Barat telah dilayani
oleh Pelabuhan Kumai dan Pelabuhan Pangkalan Bun

Pelabuhan Kumai saat ini berfungsi sebagai pelabuhan penumpang maupun barang yang
dioperasikan oleh PT. Pelindo selaku Badan Usaha Pelabuhan yang mengoperasikan
Pelabuhan Kumai. Pelabuhan Kumai melayani hasil perkebunan pada wilayah Provinsi
Kalimantan Tengah seperti kelapa sawit dalam bentuk CPO (Crude Palm Oil) dan PKO
(Palm Kernel Oil) dikirim ke luar daerah atau diekspor ke luar negeri. Begitu juga komoditas
hinterland seperti kayu dan plywood, rotan dari wilayah Suka mara, Seruan, dan Sempit,
hingga hasil pertambangan seperti bijih besi dari Tamandua, hasil bumi setempat diangkut
ke luar daerah. Sehingga Pelabuhan Kumai memegang peranan penting pada pertumbuhan
perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah. Dari segi transportasi penumpang, pelabuhan
ini mampu menampung 1000 penumpang yang diangkut dengan kapal feri roro (roll on roll
off).

Pelabuhan Pangkalan Bun sebagai salah satu Pelabuhan Pengumpat Lokal berdasarkan
Rencana Induk Pelabuhan Nasional terletak di aliran Sungai Raut dimana kondisi nya saat
ini pada sekitar muara terjadi sedimentasi, sehingga terjadi pendangkalan. Hal ini
berdampak pada waktu tunggu kapal untuk dapat bersandar di Pelabuhan Pangkalan Bun.
Pada sisi darat Pelabuhan Pangkalan Bun memiliki keterbatasan untuk dapat dilakukan
pengembangan mengingat telah dibatasi pemukiman padat dan daerah komersial serta
langsung berhadapan dengan jalan perkotaan.

Pengembangan Pelabuhan Pangkalan Bun saat ini dinilai tidak memungkinkan, karena
memerlukan pembebasan pemukiman padat yang berpotensi menimbulkan dampak sosial
pada masyarakat sekitar dan pengembangan ke arah jalan juga tidak dimungkinkan,
mengingat di seberang jalan terdapat lahan milik PEMDA dan bangunan sejarah Istana.
Sehingga dibutuhkan suatu kajian untuk menilai kondisi existing Pelabuhan. Hal tersebut
sejalan dengan surat Bupati Kota waringin Barat nomor 550/717/Dns-Phb.Kl/2015 tanggal
30 Juni 2015 perihal Rekomendasi Rencana Induk Pelabuhan Pangkalan Bun, dimana pada
surat dimaksud selain menyatakan bahwa Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Pangkalan Bun
Kabupaten Kota waringin Barat telah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Kota waringin Barat (RTRWK) menyatakan pula bahwa Pelabuhan Pangkalan
Bun saat ini (eksisting) sudah tidak dapat dikembangkan sehingga Pemerintah Kabupaten
Kota waringin Barat mengharapkan agar pengembangan Pelabuhan Pangkalan Bun untuk
jangka Panjang dapat dilakukan di Sebuai.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, pihak KSOP Kelas IV Pangkalan Bun selaku
Penyelenggara Pelabuhan bermohon kepada Direktorat Kepelabuhanan sesuai dengan
surat nomor AL. 301/1/8/KSOP.PBN-22 tanggal 21 November 2022 hal Permohonan Studi
Kelayakan Pelabuhan Sebuai.

Berdasarkan hal-hal tersebut, bahwa rencana pembangunan pelabuhan dilaksanakan


merupakan pengembangan dari fasilitas yang sudah ada dalam hal ini Pelabuhan
Pelabuhan Kumai dan Pangkalan Bun guna mendukung perkembangan ekonomi setempat,
maupun pada alternatif lokasi yang baru guna mendukung kegiatan ekonomi maupun sosial
maupun membuka jalan bagi kegiatan.

Pekerjaan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut bertujuan untuk mengetahui


layak atau tidak dibangunnya suatu pelabuhan laut di lokasi studi terpilih berdasarkan aspek
tata ruang, sosial, ekonomi, finansial, lingkungan, dan teknis pelabuhan. Kegiatan ini
merupakan suatu penilaian (appraisal) guna mengetahui kelayakan suatu lokasi untuk
dilaksanakan pembangunan fasilitas pelabuhan di atasnya dengan tetap memperhatikan
dampaknya terhadap pelabuhan eksisting yaitu Pelabuhan Kumai dan Pelabuhan
Pangkalan Bun.

Hasil dari kegiatan ini pada prinsipnya untuk dijadikan acuan bagi para pelaksana studi
lanjutan maupun pelaksana pembangunan serta para pengambil kebijakan. Dalam skala
yang lebih besar, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat sekitar dan
para pelaku usaha dari dampak yang mungkin timbul dari pelaksanaan pembangunan suatu
pelabuhan. Hal ini mengingat untuk dapat dianggap layak, suatu lokasi pembangunan
pelabuhan harus memenuhi berbagai kriteria pada aspek-aspek Analisa Aspek Tata Ruang;
Analisis Potensi Hinterland Terhadap Permintaan Transportasi Laut; Analisis Potensi
Pergerakan (Traffic Forecasting); Kajian Teknis Terhadap Kebutuhan Prasarana Pelabuhan; Analisis
Kelayakan Teknis Terhadap Wilayah Studi; Analisis Kelayakan Ekonomi Terhadap Wilayah
Studi; Analisis Kelayakan Finansial Terhadap Wilayah Studi; Analisis Kelayakan
Lingkungan; Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Perkembangan Sosial Daerah Setempat;
Analisis Keterpaduan Intra dan Antarmoda; Analisis Adanya Aksesibilitas Terhadap
Hinterland; Analisis Keamanan dan Keselamatan Pelayaran; Analisis Pertahanan dan
Keamanan.

b. MAKSUD DAN TUJUAN

Pekerjaan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Sebuai Kabupaten Kotawaringin


Barat Provinsi Kalimantan Tengah bertujuan untuk mengetahui kondisi terkini layak atau
tidak dilakukan pembangunan Pelabuhan Sebuai berdasarkan aspek tata ruang, sosial,
ekonomi, finansial, lingkungan, dan teknis pelabuhan.

II. GAMBARAN PEKERJAAN


a. Tahapan Persiapan
Pekerjaan persiapan ini meliputi:

1) Tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK)


Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Konsultan harus mempelajari secara
seksama Kerangka Acuan Kerja sebagai pedoman pekerjaan, dan selanjutnya
membuat tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini serta menyusun
Rencana Kerja yang mencakup:

a) Penjabaran maksud dan tujuan pekerjaan secara lebih detail;


b) Penyusunan keterangan secara rinci mengenai metode pelaksanaan
pekerjaan;
c) Pembuatan program kerja, meliputi: urutan kegiatan, jadwal pelaksanaan
pekerjaan, organisasi pelaksana pekerjaan, penyediaan tenaga ahli,
penyediaan perlengkapan/peralatan kerja;
d) Studi literatur/kepustakaan;
e) Penyusunan daftar kebutuhan data, rencana survey lapangan, dan formulir-
formulir yang diperlukan
2) Tahapan Pengumpulan Data Sekunder
a) Tujuan: Mengumpulkan semua data yang ada (data sekunder), yang
berkaitan dengan kondisi fisik teknis, sosial ekonomi dan kebijaksanaan
pemerintah, untuk selanjutnya dianalisa guna memperoleh gambaran
tentang daya dukung terhadap pembangunan Pelabuhan;
b) Ruang Lingkup pekerjaan pengumpulan data sekunder ini adalah sebagai
berikut:
i) Rencana Tata Guna Lahan dan Prasarana Fisik Wilayah serta tata guna
perairan yang ada, meliputi:
- Rencana Induk Pelabuhan Nasional;
- Sistem Transportasi Nasional;
- Tataran Transportasi Wilayah;
- Tataran Transportasi Lokal;
- Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan
Kabupaten/Kota;
- Jaringan prasarana transportasi dan rencana pengembangannya
(jika telah ada);
- Informasi mengenai daerah-daerah yang termasuk MP3EI,
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET), Destinasi Pariwisata Super Prioritas
(DPSP) serta Kawasan strategis pembangunan nasional lainnya
sesuai rencana Pemerintah Pusat;
- Penetapan kawasan perairan konservasi;
- Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
- Informasi mengenai daerah khusus, daerah tertinggal, dan pulau
terluar;
- Informasi mengenai daerah rawan bencana.
ii) Data Sosial Ekonomi Wilayah, meliputi:
- Kependudukan;
- Produk Domestik Regional Bruto (PDRB);
- Profil Potensi Investasi dan Pengembangan Industri di Daerah;
- Potensi Pariwisata;
- Kondisi Sosial Ekonomi dan lingkungan masyarakat setempat.
iii) Fisiografi, Topografi, dan Meteorologi
- Peta pada lokasi dan kawasan di sekitar rencana pelabuhan;
- Peta tata guna lahan di sekitar lokasi rencana pelabuhan;
- Data status kepemilikan lahan di lokasi rencana pelabuhan;
- Data meteorologi dan klimatologi (suhu udara, kelembaban, arah
angin dan kecepatan angin, curah hujan, gempa);
- Informasi mengenai daerah konservasi.
iv) Dokumen/hasil studi terkait
- Hasil studi atau perencanaan pengembangan pelabuhan yang
terkait;
- Hasil studi atau rencana pihak-pihak swasta/investor terhadap area
tertentu di kawasan pelabuhan;
- Hasil studi atau perencanaan sektor-sektor lain yang terkait dengan
rencana pembangunan pelabuhan.
v) Kondisi eksisting fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran pada
rencana lokasi pelabuhan, meliputi:
- Data kondisi Alur Pelayaran;
- Data Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP).
vi) Data operasional pada rencana lokasi pelabuhan dan pelabuhan
eksisting terdekat
Merupakan data mengenai kondisi/karakteristik jasa angkutan laut yang
diperlukan untuk analisis kebutuhan pembangunan/ pengembangan
fasilitas pelabuhan, yang meliputi:

- Rencana jumlah ship call;


- Volume pergerakan barang (bongkar, muat, ekspor, dan impor);
- Jumlah pergerakan penumpang;
- Rute/jaringan pelayaran;
- Tipe/jenis kapal yang beroperasi.

b. Tahapan Pelaksanaan Survei Teknis


Survei topografi dan bathimetri ini adalah memperoleh data lapangan sebagai
gambaran bentuk permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian serta posisi
kenampakan yang ada baik untuk area darat maupun area perairan laut di depan
calon pelabuhan.

1) Survei Topografi
Pengukuran Topografi dilakukan pada lokasi dan sekitar rencana pelabuhan
serta bertujuan untuk melakukan pengukuran untuk memperoleh data kontur
tanah pada sisi darat di areal rencana dan lahan-lahan disekitarnya yang
berbatasan langsung, serta memasang titik-titik acuan.

Ruang lingkup survei topografi antara lain:


- Pemasangan Bench Mark (BM) dan patok kayu. Bench Mark (BM) dibuat
2 buah pada tiap alternatif lokasi;
- Pengukuran poligon (kerangka dasar horizontal);
- Pengukuran sipat datar (kerangka dasar vertikal);
- Pengukuran situasi detail;
- Perhitungan hasil pengukuran;
- Luasan area survey topografi disesuaikan dengan hierarki pelabuhan.
Untuk pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul luas areanya >5 Ha,
pelabuhan pengumpan regional seluas 3-5 Ha, sedangkan pelabuhan
pengumpan lokal seluas 3 Ha.
2) Survei Batimetri:
Pengukuran Bathimetri dilakukan pada lokasi dan sekitar rencana lokasi dan
bertujuan untuk mendapatkan peta situasi wilayah perairan pada lokasi
rencana pembangunan pelabuhan. Survey Batimetri mencakup kerapatan,
kedalaman yang diukur sampai batas dari alur pelayaran masuk. Ruang
lingkup survey ini adalah menentukan patok-patok tetap referensi, pengukuran
kedalaman menggunakan echosounder dan pengukuran posisi menggunakan
satelit GPS (Global Positioning System) dan satu unit portable computer
diperlukan untuk menyimpan data yang di-download dari alat GPS setiap 300
kali pencatatan data termasuk menghitung serta mengolah hasil pengukuran.

Luasan area survey minimal 50 Ha di setiap alternatif lokasi dengan interval 50


meter dengan jalur sounding dibuat tegak lurus garis pantai dengan jarak
antara jalur 25 meter. Dibuat lintasan cross check pada jarak 100 meter, 200
meter, 600 meter, 800 meter dan 1000 meter dari garis pantai. Apabila terdapat
indikasi rintangan navigasi, interval dibuat lebih rapat.

Output survei topografi dan bathimetri:

- Data pengukuran asli dan perhitungan semua hasil pengukuran di lapangan


baik topografi maupun batimetri;
- Daftar koordinat dan ketinggian dari semua patok BM yang dipasang di
lapangan dan berikut data triangulasi yang dipakai sebagai titik ikat
pengukuran.

3) Survei Hidro-Oceanografi
Tujuan dari survei hidro-oceanografi adalah mendapatkan data pengukuran,
pengamatan dan sampel sebagai gambaran yang sebenarnya tentang kondisi
oceanografi dari perairan di sekitar lokasi yang meliputi kondisi pasang surut,
arus, gelombang dan sedimen.

Ruang lingkup survei hidro-oceanografi adalah sebagai berikut:

- Pengamatan pasang surut (15 hari);


- Pengukuran arus;
- Pengamatan gelombang;
- Pengambilan contoh air;
- Pengambilan contoh sedimen.
Output survei hidro-oceanografi antara lain:

- Data pengamatan pasang surut 15 hari;


- Data kecepatan dan arah arus;
- Data pengamatan gelombang;
- Sampel air dan sedimen.
4) Survey Permintaan Jasa Angkutan Laut
Survey lapangan untuk permintaan jasa angkutan laut dilakukan bila tidak
tersedia data operasional yang memadai untuk dijadikan bahan analisis
kebutuhan pembangunan/pengembangan fasilitas pelabuhan.

5) Identifikasi Dampak Lingkungan Hidup/ Rona Awal Lingkungan


Rona Awal Lingkungan didapatkan melalui observasi dan pengamatan secara
visual di lapangan. Dari hasil observasi dan pengamatan secara visual
didapatkan data terkait rona lingkungan.

c. Tahapan Analisa Data


Analisa dan evaluasi kelayakan terdiri dari 13 aspek sebagai berikut:

1) Analisa aspek tata ruang.


Tata ruang merupakan suatu input utama timbulnya pergerakan.
Perkembangan tata ruang dapat menghasilkan pergerakan yang lebih besar,
semakin besar intensitas ekonomi suatu wilayah maka semakin besar pula
bangkitan dan tarikan yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Bangkitan dan
tarikan tersebut akan menghasilkan suatu distribusi pergerakan ke wilayah-
wilayah lain yang mempunyai hubungan ekonomi dengan wilayah studi.
Hambatan ruang merupakan suatu masalah besar dalam menghubungkan
ruang dan aktifitas. Prasarana transportasi digunakan untuk mengatasinya.
Perbedaan ruang, hambatan antar ruang, perbedaan waktu dan jarak dapat
diatasi dengan penyediaan prasarana transportasi dengan jenis moda
tertentu.
Analisa struktur ruang pelabuhan itu sendiri akan melihat pada struktur ruang
pelabuhan, penataan ruang kawasan pelabuhan akan lebih diarahkan pada
optimalisasi lahan. Fungsi kegiatan dan fungsi masing-masing bagian yang
mendukung kelancaran kegiatan pelabuhan perlu diperhitungkan
sedemikian rupa dan lebih diarahkan pada optimalisasi lahan.
Hasil analisis tata ruang wilayah studi dapat memberikan arahan terhadap
pola penataan pengembangan kawasan pelabuhan pada wilayah studi
dengan tujuan meminimalisir dampak lingkungan yang negatip seperti
terhadap lingkungan fisik, sosial dan ekonomi. Termasuk juga analisis
terhadap kesesuaian peruntukan lokasi dengan tata ruang secara nasional
(mengacu pada Rencana Induk Pelabuhan Nasional – RIPN) dan tata ruang
pada wilayah studi (kabupaten/kota dan provinsi) serta kesiapan dan status
lahan yang akan dijadikan pelabuhan;
2) Analisis Potensi Hinterland Terhadap Permintaan Transportasi Laut
Lingkup kegiatan ini merupakan pendalaman terhadap potensi daerah
hinterland yang akan dipengaruhi oleh prospek potensi pelabuhan yang akan
dibangun, ditinjau dari berbagai aspek antara lain dari aspek potensi
daerahnya, komoditas unggulan, karakteristik dan pola perdagangan
komoditas, pergerakan barang dan penumpang, kebijakan pemerintah di
bidang transportasi laut dan pertumbuhan ekonomi kawasan.
Dalam kegiatan ini dilakukan proses identifikasi dan peramalan semua
faktor-faktor di atas yang diperkirakan memiliki kaitan dengan potensi
pergerakan kargo/penumpang dari wilayah studi. Proses peramalan
dilakukan dengan menggunakan pendekatan dan metode ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan, seperti analisis regresi, metode rata-rata
pertumbuhan, analisis kargo surplus, model sistem dinamis, model simulasi,
dan lain-lain. Contoh penggunaan metode-metode peramalan potensi
hinterland dapat dilihat di lampiran. Selain itu, peramalan juga dapat
dilakukan dengan menggunakan data hasil studi atau peramalan dari
institusi lain yang dapat dipercaya, seperti data peramalan laju pertambahan
penduduk dari BPS.
3) Analisis Potensi Pergerakan (Traffic Forecasting)
Dalam lingkup kegiatan ini dilakukan analisis proyeksi terhadap pola
pergerakan arus lalu lintas barang dan penumpang, baik arus penumpang dan
barang yang masuk maupun yang keluar wilayah studi. Proses peramalan
bangkitan pergerakan barang/penumpang dilakukan dengan menggunakan
pendekatan dan metode ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, seperti
analisis regresi tunggal atau berganda, analisis multi faktor, analisis multi
kriteria, model sistem dinamis, model simulasi, dan lain-lain. Model
peramalan pola pergerakan barang/penumpang sedapat mungkin
memperhitungkan semua faktor sosial-ekonomi yang membangkitkan
maupun yang menghambat pertumbuhan trafik yang dimodelkan.
Kegiatan analisis potensi pergerakan dilakukan dengan memperhitungkan
juga adanya kemajuan teknologi penanganan barang di pelabuhan.
Perkiraan dan proyeksi arus lalu lintas barang dan penumpang juga harus
memperhatikan pengaruh dari keberadaan pelabuhan-pelabuhan terdekat
serta sarana dan prasarana transportasi lainnya, baik sebagai kompetitor
maupun komplementer dari sarana pelabuhan yang direncanakan
kelayakannya.
Perkiraan dan proyeksi arus lalu lintas barang dan penumpang juga
didasarkan pada ukuran kapal terbesar yang direncanakan akan melayani
pelabuhan serta identifikasi pelabuhan asal dan pelabuhan tujuan.

Perlu dilakukan pula kajian terkait UPT Ditjen Hubla pada pelabuhan
terdekat yang akan mengawasi operasional pelabuhan yang baru dibangun.
Hasil analisis potensi pergerakan (traffic forecasting) akan menjadi bahan
masukan/rekomendasi terhadap kelayakan rencana pembangunan
pelabuhan laut, desain rencana kapasitas pelabuhan laut beserta
kebutuhan fasilitas infrastruktur pendukungnya dan rencana kebutuhan
pengembangan infrastruktur transportasi jalan darat beserta sarana dan
prasarana lainnya.

4) Kajian Teknis Terhadap Kebutuhan Prasarana Pelabuhan


Sebagai tindak lanjut dari analisis potensi serta peluang ekonomi wilayah
dan pola pergerakan barang dan penumpang, diperlukan analisis perkiraan
kebutuhan fasilitas yang harus dipersiapkan dalam memenuhi kebutuhan
permintaan jasa kepelabuhanan tersebut beserta penyusunan rancang
bangun fasilitas pelabuhan laut yang optimal.
Kesimpulan akhir dari hasil kajian teknis ini akan dituangkan dalam bentuk
gambar disain teknis rencana pelabuhan pada lokasi studi disesuaikan
menurut kondisi wilayah lokasi studi dan kondisi potensi lingkungan fisik,
sosial dan ekonomi wilayah.

5) Analisis Kelayakan Teknis Terhadap Wilayah Studi


Aspek kelayakan teknis harus memperhatikan kondisi dan kapasitas daratan
serta perairan (alur dan kolam), bathimetri/kedalaman perairan, kecepatan dan
arah angin (wind rose), karakteristik gelombang, karakteristik pasang surut dan
arus, tingkat erosi dan abrasi serta laju pengendapan (sedimentasi), kondisi
lapisan tanah, luas daratan dan topografi.
Untuk mendukung kegiatan kepelabuhanan yang berkelanjutan dalam satu
kesatuan sistem kepelabuhanan, harus mensinergikan kondisi dan kapasitas
alamiah yang ada dikaitkan dengan indikasi kebutuhan kegiatan
kepelabuhanan di masa mendatang (kebutuhan ruang daratan dan perairan),
kesesuaian rencana lokasi kegiatan kepelabuhanan dengan kegiatan
kepelabuhanan yang ada (terminal khusus dan pelabuhan umum) sehingga
tidak saling merugikan tetapi saling mendukung perkembangan dan
pembangunannya.
Kriteria teknis pemilihan lokasi antara lain: terlindung dari angin dan gelombang
yang membahayakan keselamatan olah gerak kapal; memiliki kedalaman yang
cukup untuk pergerakan kapal-kapal sesuai dimensi (draft) kapal rencana,
memiliki alur masuk kapal yang cukup dan aman untuk keluar masuk kapal-
kapal (easy approach); memiliki tingkat sedimentasi/pengendapan akibat litoral
drift, litoral transport, maupun erosi tepian sungai (apabila terletak di muara
sungai) yang rendah atau minimal; daya dukung tanah cukup baik, tidak berada
pada areal karang (coral reef) karena daerah seperti ini merupakan daerah
yang kaya (subur) akan flora dan fauna.
Berdasarkan analisis terhadap data-data yang relevan terhadap
pengembangan suatu pelabuhan, akan memberikan arahan teknis terhadap
suatu rencana pembangunan pelabuhan baik menurut kapasitasnya maupun
jenis pelabuhan yang akan dikembangkan.
6) Analisis Kelayakan Ekonomi Terhadap Wilayah Studi
Pembangunan pelabuhan laut diarahkan dalam rangka menunjang
pertumbuhan ekonomi wilayah. Analisis kelayakan ekonomi berkaitan
dengan biaya dan manfaat yang bakal ditimbulkan bagi kepentingan daerah.
Analisis kelayakan ekonomi menitik beratkan pada kerugian dan manfaat
ekonomi ikutan (sekunder), meliputi dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh
kegiatan optimalisasi dan pengembangan / pembangunan suatu pelabuhan.
Analisis kelayakan ekonomis diperlukan untuk mengetahui secara obyektif
kelayakan pembangunan pelabuhan dengan mempertimbangkan faktor-
faktor kerugian dan keuntungan ekonomi dari adanya suatu pelabuhan atau
rencana pengembangan pelabuhan di lokasi tersebut.
Yang menjadi parameter manfaat ataupun kerugian ekonomis dari suatu
rencana pembangunan pelabuhan meliputi antara lain:
- Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB);
- Peningkatan Pendapatan Asli Daerah;
- Terbukanya kesempatan berusaha;
- Berkembangnya sektor dan sub sektor ekonomi yang terkait;
- Terbukanya akses terhadap potensi pasar yang baru.
Sedangkan parameter kerugian atau dampak negatif ekonomis dari suatu
rencana pembangunan pelabuhan misalnya antara lain:
- Tertutupnya akses masyarakat/nelayan ke wilayah pesisir;
- Potensi pencemaran lingkungan akibat dampak pembangunan dan
kegiatan operasi pelabuhan;
- Berubahnya rona lingkungan;
- Berkurangnya pendapatan masyarakat tertentu.

Aspek kelayakan ekonomi harus memperhatikan produk domestik regional


bruto, aktivitas/perdagangan dan industri yang ada serta prediksi di masa
mendatang, perkembangan aktivitas barang dan penumpang, kontribusi pada
peningkatan taraf hidup penduduk serta perhitungan ekonomi dan finansial
bagi kegiatan kepelabuhanan yang berkelanjutan berdasarkan data indikator
ekonomi wilayah dan potensi arus barang dan penumpang, dilakukan proyeksi
untuk jangka menengah dan panjang.
Kelayakan ekonomi dihitung minimal dengan metode Benefit-Cost Ratio (BCR)
dengan memperhitungkan multiplier effect keberadaan pelabuhan terhadap
kegiatan ekonomi wilayah.
7) Analisis Kelayakan Finansial Terhadap Wilayah Studi
Analisis kelayakan finansial diperlukan untuk melihat apakah rencana
investasi suatu proyek kawasan pelabuhan secara finansial cukup layak atau
menguntungkan.
Kelayakan finansial ditentukan dengan sekurang-kurangnya memperhitungkan
Net Present Value (NPV) dan Financial Internal Rate of Return (FIRR) dari
kebutuhan investasi pembangunan dan operasional pelabuhan dibandingkan
pendapatan (revenue) yang akan diperoleh.
Perhitungan kelayakan ekonomi dan finansial dilakukan untuk skenario-
skenario proyeksi pertumbuhan pergerakan yang rendah (pesimis), sedang
(base-case) dan tinggi (optimis). Dari analisa yang dilakukan dapat diketahui
tingkat kelayakan ekonomi dan finansial yang akan menjadi salah satu dasar
kelayakan rencana pembangunan pelabuhan.
8) Analisis Kelayakan lingkungan
Aspek lingkungan harus memperhatikan daya dukung lokasi, zona
pemanfaatan lahan dan perairan (apakah rencana lokasi telah sesuai untuk
pemanfaatannya), tidak berlokasi di hutan lindung, daerah konservasi fauna
dan flora, bukan merupakan zona perlindungan pesisir dan laut yang terdiri
dari:
- Kawasan pelestarian alam (taman nasional dan taman wisata alam);
- Kawasan suaka alam (cagar alam dan suaka margasatwa);
- Kawasan perlindungan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil (taman
laut, kawasan perlindungan bagi mamalia laut, suaka perikanan, daerah
migrasi biota laut dan daerah perlindungan laut, terumbu karang, kawasan
pemilahan dan perlindungan biota lainnya).
9) Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Perkembangan Sosial Daerah Setempat
Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial yang berdampak pada
peningkatan aktifitas penumpang, barang dan hewan dari dan ke luar
pelabuhan, serta hubungan saling mendukung bagi pertumbuhan dan
perkembangan kegiatan kepelabuhanan yang telah berjalan di sekitarnya.
10) Analisis Keterpaduan Intra dan Antarmoda
Keberadaan pelabuhan harus didukung keterpaduan dengan moda
transportasi lainnya seperti angkutan darat, kereta api, angkutan sungai dan
sebagainya yang menghubungkan pelabuhan dengan pusat-pusat distribusi
dan konsumsi di sekitarnya.
11) Analisis Adanya Aksesibilitas Terhadap Hinterland
Adanya aksesibilitas terhadap hinterland, seperti ketersediaan jalan darat yang
memadai untuk kelancaran distribusi serta aksesibilitas dari dan menuju
pelabuhan dari arah perairan (alur pelayaran dan daya dukung alamiah
mencukupi). Di samping itu, keberadaan industri di sekitar pelabuhan juga
merupakan potensi yang harus diperhitungkan untuk kebutuhan fasilitas
pelabuhan.

12) Analisis Keamanan dan Keselamatan Pelayaran


Keselamatan pelayaran pada pelabuhan merupakan aspek penting guna
mewujudkan terpenuhinya keselamatan pelayaran pada pelabuhan yang
bersangkutan. Kondisi keselamatan pelayaran sangat dipengaruhi oleh hal-
hal sebagai berikut:
- Kondisi alam seperti lokasi, angin, ombak, arus, pasang surut dan
sedimentasi;
- Kondisi kelengkapan dan fungsi fasilitas pelabuhan termasuk tempat
sandar kapal, kolam pelabuhan, areal labuh, perairan untuk alur
penghubung dalam pelabuhan, alur pelayaran, area darurat dan perairan
khusus;
- Kondisi fasilitas keselamatan pelayaran berupa rambu-rambu navigasi
dan telekomunikasi.
Lokasi pelabuhan harus dapat menjamin keamanan dan keselamatan
pelayaran sehingga kegiatan kepelabuhanan dapat berjalan dengan aman,
nyaman, dan lancar. Setiap halangan dan rintangan navigasi yang ada harus
ditandai dengan sarana bantu navigasi sesuai ketentuan yang berlaku secara
nasional dan internasional.
Untuk menjamin operasional pelabuhan yang aman dan selamat, diperlukan
rencana organisasi dan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk
pengelolaan pelabuhan setelah selesai dibangun. Dalam hal ini, rencana lokasi
pelabuhan harus mendapatkan rekomendasi dari pejabat pemegang fungsi
keselamatan pelayaran, yaitu syahbandar pada instansi penyelenggara
pelabuhan umum terdekat.
Kondisi struktur sarana prasarana keselamatan pelayaran pada wilayah
studi perlu dianalisis dalam rangka pemenuhan kebutuhan keselamatan
pelayaran pelabuhan. Hasil analisis kelayakan teknis akan menjadi bahan
masukan bagi penyusunan disain teknis kebutuhan pelabuhan dan
keselamatan pelayaran.
13) Analisis Pertahanan dan Keamanan.
Semua fasilitas dan infrastruktur pelabuhan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dalam kondisi tertentu (darurat) dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan Negara atau
penanganan dan rehabilitasi pasca bencana. Sedangkan dalam kondisi normal
(damai) dimanfaatkan sepenuhnya untuk mendukung kesejahteraan
masyarakat secara umum. Dengan demikian, fungsi pertahanan dan
keamanan Negara senantiasa dapat terjamin.

III. KELUARAN/OUTPUT
Keluaran dari Pekerjaan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut berupa
laporan yang berisi penjelasan keseluruhan hasil studi berdasarkan analisis dari
semua aspek terkait, tanggapan terhadap hasil-hasil analisis serta rekomendasi
layak atau tidaknya dibangun pelabuhan laut di wilayah studi.

Anda mungkin juga menyukai