DIREKTORAT KEPELABUHANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PELABUHAN SEBUAI
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
TAHUN ANGGARAN 2023
I. PENDAHULUAN
a. LATAR BELAKANG
Negara Republik Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan banyak diantaranya merupakan
daerah yang terisolir, terpencil, tertinggal dan belum berkembang serta belum terjangkau
oleh sarana transportasi. Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional
perlu dikembangkan dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara yang mempersatukan
semua wilayah Indonesia, di mana transportasi merupakan masalah yang vital dalam
mendukung perekonomian suatu bangsa. Dengan semakin meningkat nya kualitas sistem
dan jaringan transportasi, akan meningkat pula interaksi antar pelaku ekonomi di suatu
wilayah yang pada kelanjutan nya akan dapat meningkatkan perekonomian secara
keseluruhan. Dari sisi legalitas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran mengindikasikan perlu nya penyediaan infrastruktur pelabuhan sebagai
tempat perpindahan intra- dan antarmuka transportasi. Pembangunan pelabuhan tersebut
harus direncanakan secara tepat, memenuhi persyaratan teknis kepelabuhanan, kelestarian
lingkungan, dan memperhatikan keterpaduan intra- dan antarmuka transportasi.
Dalam rangka menunjang dan mempersiapkan pembangunan pelabuhan yang baik dan
memenuhi syarat untuk operasional kapal-kapal dengan selamat, aman dan lancar,
diperlukan sebuah studi yang mampu memberikan gambaran secara lebih komprehensif
tentang kelayakan pada beberapa aspek yang dianggap penting sebelum dimulainya
pembangunan pelabuhan tersebut. Di samping itu, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
PM. 112 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan
Kementerian Perhubungan mengamanatkan adanya pelaksanaan Studi Kelayakan sebagai
salah satu syarat pembangunan suatu infrastruktur transportasi, termasuk dalam hal ini
pelabuhan, maka Direktorat Jenderal Perhubungan Laut perlu mengadakan Studi
Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut.
Kabupaten Kota waringin Barat berada di Propinsi Kalimantan Tengah dan terletak di
daerah khatulistiwa diantara: 1°19’ sampai dengan 3° 36’ Lintang Selatan, 110° 25’ sampai
dengan 112° 50’ Bujur Timur dengan luas wilayah 10.759 km2.
Pelabuhan Kumai saat ini berfungsi sebagai pelabuhan penumpang maupun barang yang
dioperasikan oleh PT. Pelindo selaku Badan Usaha Pelabuhan yang mengoperasikan
Pelabuhan Kumai. Pelabuhan Kumai melayani hasil perkebunan pada wilayah Provinsi
Kalimantan Tengah seperti kelapa sawit dalam bentuk CPO (Crude Palm Oil) dan PKO
(Palm Kernel Oil) dikirim ke luar daerah atau diekspor ke luar negeri. Begitu juga komoditas
hinterland seperti kayu dan plywood, rotan dari wilayah Suka mara, Seruan, dan Sempit,
hingga hasil pertambangan seperti bijih besi dari Tamandua, hasil bumi setempat diangkut
ke luar daerah. Sehingga Pelabuhan Kumai memegang peranan penting pada pertumbuhan
perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah. Dari segi transportasi penumpang, pelabuhan
ini mampu menampung 1000 penumpang yang diangkut dengan kapal feri roro (roll on roll
off).
Pelabuhan Pangkalan Bun sebagai salah satu Pelabuhan Pengumpat Lokal berdasarkan
Rencana Induk Pelabuhan Nasional terletak di aliran Sungai Raut dimana kondisi nya saat
ini pada sekitar muara terjadi sedimentasi, sehingga terjadi pendangkalan. Hal ini
berdampak pada waktu tunggu kapal untuk dapat bersandar di Pelabuhan Pangkalan Bun.
Pada sisi darat Pelabuhan Pangkalan Bun memiliki keterbatasan untuk dapat dilakukan
pengembangan mengingat telah dibatasi pemukiman padat dan daerah komersial serta
langsung berhadapan dengan jalan perkotaan.
Pengembangan Pelabuhan Pangkalan Bun saat ini dinilai tidak memungkinkan, karena
memerlukan pembebasan pemukiman padat yang berpotensi menimbulkan dampak sosial
pada masyarakat sekitar dan pengembangan ke arah jalan juga tidak dimungkinkan,
mengingat di seberang jalan terdapat lahan milik PEMDA dan bangunan sejarah Istana.
Sehingga dibutuhkan suatu kajian untuk menilai kondisi existing Pelabuhan. Hal tersebut
sejalan dengan surat Bupati Kota waringin Barat nomor 550/717/Dns-Phb.Kl/2015 tanggal
30 Juni 2015 perihal Rekomendasi Rencana Induk Pelabuhan Pangkalan Bun, dimana pada
surat dimaksud selain menyatakan bahwa Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Pangkalan Bun
Kabupaten Kota waringin Barat telah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Kota waringin Barat (RTRWK) menyatakan pula bahwa Pelabuhan Pangkalan
Bun saat ini (eksisting) sudah tidak dapat dikembangkan sehingga Pemerintah Kabupaten
Kota waringin Barat mengharapkan agar pengembangan Pelabuhan Pangkalan Bun untuk
jangka Panjang dapat dilakukan di Sebuai.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, pihak KSOP Kelas IV Pangkalan Bun selaku
Penyelenggara Pelabuhan bermohon kepada Direktorat Kepelabuhanan sesuai dengan
surat nomor AL. 301/1/8/KSOP.PBN-22 tanggal 21 November 2022 hal Permohonan Studi
Kelayakan Pelabuhan Sebuai.
Hasil dari kegiatan ini pada prinsipnya untuk dijadikan acuan bagi para pelaksana studi
lanjutan maupun pelaksana pembangunan serta para pengambil kebijakan. Dalam skala
yang lebih besar, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat sekitar dan
para pelaku usaha dari dampak yang mungkin timbul dari pelaksanaan pembangunan suatu
pelabuhan. Hal ini mengingat untuk dapat dianggap layak, suatu lokasi pembangunan
pelabuhan harus memenuhi berbagai kriteria pada aspek-aspek Analisa Aspek Tata Ruang;
Analisis Potensi Hinterland Terhadap Permintaan Transportasi Laut; Analisis Potensi
Pergerakan (Traffic Forecasting); Kajian Teknis Terhadap Kebutuhan Prasarana Pelabuhan; Analisis
Kelayakan Teknis Terhadap Wilayah Studi; Analisis Kelayakan Ekonomi Terhadap Wilayah
Studi; Analisis Kelayakan Finansial Terhadap Wilayah Studi; Analisis Kelayakan
Lingkungan; Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Perkembangan Sosial Daerah Setempat;
Analisis Keterpaduan Intra dan Antarmoda; Analisis Adanya Aksesibilitas Terhadap
Hinterland; Analisis Keamanan dan Keselamatan Pelayaran; Analisis Pertahanan dan
Keamanan.
1) Survei Topografi
Pengukuran Topografi dilakukan pada lokasi dan sekitar rencana pelabuhan
serta bertujuan untuk melakukan pengukuran untuk memperoleh data kontur
tanah pada sisi darat di areal rencana dan lahan-lahan disekitarnya yang
berbatasan langsung, serta memasang titik-titik acuan.
3) Survei Hidro-Oceanografi
Tujuan dari survei hidro-oceanografi adalah mendapatkan data pengukuran,
pengamatan dan sampel sebagai gambaran yang sebenarnya tentang kondisi
oceanografi dari perairan di sekitar lokasi yang meliputi kondisi pasang surut,
arus, gelombang dan sedimen.
Perlu dilakukan pula kajian terkait UPT Ditjen Hubla pada pelabuhan
terdekat yang akan mengawasi operasional pelabuhan yang baru dibangun.
Hasil analisis potensi pergerakan (traffic forecasting) akan menjadi bahan
masukan/rekomendasi terhadap kelayakan rencana pembangunan
pelabuhan laut, desain rencana kapasitas pelabuhan laut beserta
kebutuhan fasilitas infrastruktur pendukungnya dan rencana kebutuhan
pengembangan infrastruktur transportasi jalan darat beserta sarana dan
prasarana lainnya.
III. KELUARAN/OUTPUT
Keluaran dari Pekerjaan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut berupa
laporan yang berisi penjelasan keseluruhan hasil studi berdasarkan analisis dari
semua aspek terkait, tanggapan terhadap hasil-hasil analisis serta rekomendasi
layak atau tidaknya dibangun pelabuhan laut di wilayah studi.