BAB I
PENDAHULUAN
Dermaga atau pelabuhan merupakan simpul sistem perangkutan laut dan atau perairan
dengan darat. Dermaga atau Pelabuhan merupakan suatu unit ekonomi yang berperan
merangsang pertumbuhan dan perkembangan perdagangan atau perekonomian yang
terdiri atas kegiatan penyimpanan, distribusi, pemrosesan, pemasaran, dan lain-lain.
Dermaga atau Pelabuhan merupakan suatu unit dalam sistem ekonomi secara
keseluruhan dan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ekonomi daerah yang dilayani
oleh suatu pelabuhan.
I-1
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
sumber daya. Pelabuhan merupakan simpul sistem perangkutan laut dengan darat.
Pelabuhan merupakan suatu unit ekonomi yang berperan merangsang pertumbuhan
dan perkembangan perdagangan atau perekonomian yang terdiri atas kegiatan
penyimpanan, distribusi, pemrosesan, pemasaran, dan lain-lain. Pelabuhan merupakan
suatu unit dalam sistem ekonomi secara keseluruhan dan tidak dapat dipisahkan
dengan kondisi ekonomi daerah yang dilayani oleh suatu pelabuhan. Dalam rangka
menunjang kegiatan pembangunan pelabuhan, diperlukan sebuah aktifitas studi yang
mampu memberikan gambaran secara lebih komprehensif tentang kelayakannya baik
teknis maupun sosial serta ekonomi. Dokumen studi Kelayakan akan menjadi acuan
dalam pengembangan pembangunan pelabuhan.
Salah satu pelabuhan strategis di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan adalah Pelabuhan
Maccini Baji yang terletak di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Pelabuhan
Maccini Baji merupakan Pelabuhan Umum terletak di Desa Pundata Baji, Kecamatan
Labakkang, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep). Letak Pelabuhan
Umum Maccini Baji berada pada koordinat 4°46’ LS dan 119°29’ BT. Adapun lokasi
Pelabuhan Maccini Baji dapat dilihat pada peta lokasi berikut :
I-2
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Berdasarkan hasil Studi Kelayakan yang merupakan bagian dari tahap pra‐desain
dalam studi perencanaan, selanjutnya dapat disusun studi lanjutan berupa Rencana
Induk Pelabuhan dan Studi Lingkungan maupun dokumen‐dokumen studi Survey,
Investigasi dan Rancangan Dasar maupun Rancangan Rinci yang merupakan tahapan
desain dalam pembangunan pelabuhan.
Hasil dari kegiatan ini pada prinsipnya untuk dijadikan acuan bagi para pelaksana studi
lanjutan maupun pelaksana pembangunan serta para pengambil kebijakan. Dalam
skala yang lebih besar, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat
sekitar dan para pelaku usaha dari dampak yang mungkin timbul dari pelaksanaan
pembangunan suatu pelabuhan, yaitu :
1. Terwujudnya suatu kajian kelayakan yang komprehensif baik ditinjau dari aspek
kelayakan teknis, sosial ekonomi..
I-3
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
I-4
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
6. Perpres No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah beserta
Perubahannya
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten dan Kota;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
9. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 112 Tahun 2017 tentang Pedoman
Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan;
10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 432 Tahun 2017 tentang Penetapan
Rencana Induk Pelabuhan Nasional beserta perubahannya.
11. Berbagai konvensi internasional yang diterbitkan oleh International Maritime
Organization (IMO) dan beberapa peraturan pelaksanaan yang relevan.
I-5
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
2. Laporan Antara
Laporan Antara merupakan laporan yang berisikan tentang penjelasan mengenai
data survey lapangan yang berhubungan dengan lokasi studi. Seluruh rencana
kegiatan yang tertuang dalam laporan ini menjadi bahan diskusi dengan pihak
pemberi pekerjaan yang hasilnya akan menjadi bahan/pedoman untuk langkah
pelaksanaan pekerjaan lebih lanjut. Pada tahap ini diharapkan telah dipahami
karakteristik fisik daratan dan perairan di wilayah studi. Selanjutnya dibuat kajian
I-6
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
I-7
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
I-8
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
4. Laporan Final
Laporan ini merupakan produk akhir dari studi kelayakan pembangunan
pelabuhan dan merupakan penyempurnaan akhir dari masukan-masukan yang
telah diberikan oleh pihak-pihak terkait dalam tahapan sebelumnya.
Dokumen Laporan Rampung berisikan :
a. Penjelasan hasil-hasil studi berdasarkan analisis teknis, tata ruang, sosial,
keselamatan pelayaran, ekonomi dan finansial serta lingkungan hidup;
b. Tanggapan terhadap masukan-masukan dari pembahasan sebelumnya;
c. Rekomendasi kelayakan teknis, finansial dan lingkungan dari pembangunan
pelabuhan laut di wilayah studi;
Dokumen lainnya yang tidak terpisahkan dari produk laporan akhir meliputi :
a. Dokumen peta – peta;
b. Dokumen Laporan Ringkas (Executive Summary);
c. Salinan dokumen (soft copy) laporan dalam bentuk CD.
I-9
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
BAB II
METODOLOGI STUDI
Gambar 2.1. memperlihatkan bahwa terdapat empat tahapan kegiatan utama pada
penyusunan Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji di Kabupaten
Pangkep ini, yaitu Tahap Persiapan, Tahap Pengumpulan atau Survei Data, Tahap
Kompilasi dan Analisis Data, dan Tahap Analisis Kelayakan. Jenis-jenis kegiatan pada
setiap tahapan dari Kerangka Rencana Kerja tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Telaah awal KAK, khususnya terhadap maksud, tujuan, dan lingkup pekerjaan
penyusunan Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji.
2. Penyusunan rencana awal Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji.
3. Penyusunan metodologi dan teknis pelaksanaan studi kelayakan penyusunan Studi
Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji.
4. Persiapan SDM, peralatan dan bahan studi kelayakan penyusunan Studi
Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji.
II - 1
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Jaringan
Transportasi Analisis Kondisi Tata
Topografi Analisis Kelayakan
2. Survei Topografi
-Maksud Pekerjaan
Transportasi
-Tujuan Pekerjaan Prasarana
Analisis Kondisi
-Lingkup Pekerjaan Transportasi Premilinary Design
Hidrografi Air (Sungai)
Potensi Demografi-
Ekonomi Wilayah & Analisis Biaya
Pembangunan
4. Survei Potensi
Pergerakan
Perahu
Kondisi
Lingkungan Analisis Kondisi
Barang Analisis Manfaat
Pelayanan Transp.
1. Survei Data Sosio Demografi,
Ekonomi, Lingungan Wilayah
PENYUSUNAN Dermaga
Jumlah Penumpang
METODOLOGI &
Penduduk Analisis Lokasi
TEKNIS
Rencana Pembangunan
PELAKSANAAN Analisis Kelayakan
Pengembangan Dermaga/Pelabuhan
STUDI Tenaga keruangan dan
Prasarana
Perencanaan Terkait
5. Survei Hasil Studi
Kerja
Keselamatan
Topografi dan
Pelayaran
Rencana Hidrografi
PDRB Tata
Pengembangan
PERSIAPAN SDM, Sarana
Guna Analisis Kondisi Analisis Awal
PERALATAN &
Lahan Kelayakan
BAHAN STUDI Rencana
Perairan Analisi Kondisi Lingkungan
Pengembangan
Kawasan Lingkungan Wilayah
Gambar 2.1. Kerangka Rencana Kerja Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
II - 2
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Pada Tahap Pengumpulan atau Survei Data ini, terdapat beberapa kegiatan
sebagai berikut:
1. Survei Data Potensi Sosio Demografi, Ekonomi, dan Lingkungan pada
Wilayah Studi. Pada survei ini, data-data yang dikumpulkan meliputi: Data
Kondisi Lingkungan, Data Jumlah Penduduk, Data Tenaga Kerja, Data
PDRB, dan Data Tata Guna Lahan dan Perairan.
2. Survei Kondisi Topografi, Hidrografi, dan Geologi pada Wilayah Studi.
Pada survei ini, data-data yang dikumpulkan meliputi: Data Topografi, Data
Hidrografi, dan Data Kondisi Geologi Teknik pada Wilayah Studi.
3. Survei Kondisi Sistem Transportasi. Pada survei ini, data-data yang
dikumpulkan meliputi: Data Kondisi Jaringan Transportasi Darat, Data
Prasarana Transportasi Air dan atau Sungai.
4. Survei Potensi Pergerakan. Pada survei ini, data-data yang dikumpulkan
meliputi: Data Jenis Kapal atau Perahu, Data Potensi Pergerakan Barang,
dan Data Potensi Pergerakan Orang.
5. Survei Hasil Studi atau Perencanaan yang terkait. Pada survei ini, data-data
yang dikumpulkan meliputi: Data hasil-hasil studi Rencana Pengembangan
Prasarana, Rencana Pengembangan Sarana, dan Rencana Pengembangan
Kawasan.
Pada Tahap Kompilasi dan Analisis Data ini, terdapat beberapa kegiatan sebagai
berikut:
II - 3
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
II - 4
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
II - 5
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
4. Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter.
Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur,
sangat tergantung kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan
tanah. Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan
dengan cara seperti pada 4
Jarak AB = d1 + d2 + d3
d1 d2
d3
A
B
Gambar 2.3 Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring
II - 6
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
f x 2 fy 2
II - 7
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
II - 8
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
dimana D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan kilo
meter G. Penentuan Situasi Rinci
Penentuan situasi dilakukan untuk mengambil data rinci lapangan, baik
obyek alam maupun bangunan-bangunan, Spillway, jalan dan
sebagainya. Obyek-obyek yang diukur kemudian dihitung harga
koordinatnya (x,y,z).
Azimuth magnetis
Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)
Sudut zenith atau sudut miring
Tinggi alat ukur
II - 9
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Setiap ujung dermaga (bila ada) diambil posisinya dan untuk pengecekan
peta, jarak antara ujung-ujung dermaga yang bersebelahan juga akan
diukur.
2.3.2 Survei Bathimetri
Pekerjaan survei dan pemetaan laut/perairan pada dasarnya merupakan proses
penggambaran keadaan fisik daerah perairan melalui data ukuran hasil survei di
lapangan. Data-data tersebut merupakan data-data yang memvisualisasikan
kondisi perairan secara horizontal dan vertikal. Dengan demikian berarti bahwa
untuk setiap titik yang berada di dasar laut dapat diketahui berapa kedalaman dan
dimana posisi pada satu sistem koordinat tertentu. Pada dasarnya pekerjaan
survei pemetaan laut sangat luas cakupannya. Hal ini dapat dilihat dari definisi
hidrografi yang dikeluarkan oleh PBB: “Hidrografi adalah ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana mengukur (measure), menjelaskan (describe),
dan melukiskan (depict) tentang konfigurasi dasar laut (batimetri, geologi dan
geofisika), hubungan geografis daratan dan laut serta sifat dan dinamika air laut”.
Dari definisi ini tampak jelas bahwa spektrum kegiatan survei pemetaan laut
sangat luas di antaranya menyangkut survei geologi, geodesi, geofisika dan
oseanografi.Dalam bidang geodesi pekerjaan paling utama dalam survei
pemetaan laut adalah survei batimetri. Kegiatan dalam survei batimetri meliputi
kegiatan-kegiatan seperti pengukuran kedalaman, pengamatan pasang surut,
penentuan posisi horizontal fix perum, pengukuran titik kerangka dasar dan lain-
lain. Survei batimetri atau sering disebut dengan pemeruman adalah proses dan
aktivitas yang ditujukan untuk memperoleh gambaran (model) bentuk
permukaan (topografi) dasar perairan (seabed surface). Proses penggambaran
dasar perairan tersebut (sejak pengukuran, pengolahan hingga visualisasinya)
disebut survei batimetri.
II -
1010
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Metoda pelaksanaan survei batimetri yang dilakukan pada pekerjaan saat ini
adalah mengikuti bagan alir dibawah ini.
II -
1111
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
3. Garis Pantai
Garis pantai merupakan garis pertemuan antara pantai (daratan) dan air
(lautan). Walaupun secara periodik permukaan air laut selalu berubah, suatu
tinggi pasang surut tertentu yang tetap harus dipilih untuk menjelaskan
II -
1212
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
posisi garis pantai. Pada peta laut biasanya digunakan garis air tinggi (high
water line) sebagai garis pantai. Sedangkan untuk acuan nol kedalaman dari
garis air terendah (low water line) harus digambarkan di peta batimetri atau
topografi yang dibuat. Sebelum kegiatan pengukuran garis perairan
dilakukan, sebaiknya terlebih dahulu dilakukan survey pendahuluan untuk
mengenal karakteristik perairan yang akan ditemui. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara memeriksa peta-peta lama yang tersedia. Kegiatan ini dapat
dianggap sebagai bagian dari kegiatan perencanaan sebelum survei lapangan
dilaksanakan. Berdasarkan informasi awal ini, dapat ditentukan metode dan
peralatan apa yang akan digunakan untuk penentuan garis pantai.
II -
1313
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
5. Prosedur Pemeruman
Echosounder yang digunakan harus sesuai dengan syarat pada sub bab
sebelumnya. Echosounder harus dapat beroperasi setidaknya 6 jam non-stop
perhari dengan menggunakan catu daya listrik yang ringkas dan dapat
dioperasikan di atas kapal bermotor tunggal. Data posisi dari GPS yang
digunakan harus dapat terintegrasi dengan data echosounder baik dengan
metode manual (fix sounding line) atau dengan metode digital (terintegrasi
dalam komputer).
II -
1414
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
agar berada sesuai jalur yang direncanakan. Kapal yang digunakan juga
harus mudah bermanuver dan dapat menjangkau perairan dangkal.
II -
1515
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Cara yang paling sederhana untuk mengamati pasang surut dengan menggunakan
rambu atau papan duga (peilschaal). Tinggi pasang surut setiap interval waktu
diamati secara manual oleh operator (pencatat) dan dicatat pada suatu formulir
yang telah disediakan. Pada rambu atau papan duga dilukis tanda-tanda skala
bacaan dalam satuan desimeter. Pencatat akan menuliskan kedudukan tinggi
rendahnya muka air relatif terhadap rambu atau papan duga pada jam-jam
tertentu sesuai dengan skala bacaan yang ada. Pasang surut air laut yang relatif
tidak tenang membatasi kemampuan pencatatan dalam menaksir bacaan skala.
Walaupun demikian, cara ini cukup efektif untuk memperoleh data pasang surut
dengan ketelitian hingga sekitar 2,5 cm. Tinggi rambu atau papan duga
disesuaikan dengan karakter tunggang air di wilayah perairan yang diamati pola
pasang surutnya, yang biasanya sekitar 2 hingga 3 meter.
Beberapa persyaratan untuk penempatan lokasi stasiun pasang surut yang harus
dipenuhi antara lain adalah:
II -
1616
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Tanah di daerah lokasi stasiun pasang surut harus keras (tidak berlumpur).
Lokasi stasiun pasang surut sebaiknya jauh dari muara sungai, untuk
menghindari pengaruh aliran serta endapan dan sampah yang terbawa
menuju ke laut.
Perairan di lokasi stasiun pasang surut diupayakan bersih dan jernih serta
tidak terganggu oleh tumbuhan laut yang ada di sekitarnya.
Lokasi dicari sedemikian rupa agar memudahkan pengawasan dan
pemeliharaan stasiun pasang surut.
Terlindung dari pengaruh ombak dan gelombang serta pengaruh lainnya
secara langsung.
1. Metoda Pelaksanaan survei Pasang surut
Pada pekerjaan ini pengamatan pasang surut dilakukan pada 1 (satu) stasiun
Pasut selama 24 (dua puluh empat) jam dengan interval pembacaan setiap
0,5 jam (30 menit). Alat utama yang digunakan dalam pengamatan pasang
surut ini adalah dengan menggunakan rambu Peilschaal dengan interval
skala bacaan 1 (satu) cm. Pengukuran dilakukan pada tempat yang secara
teknis memenuhi syarat.
II -
1717
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
II -
1818
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Analisa pasang surut dilakukan untuk menentukan elevasi muka air bagi
perencanaan fasilitas laut, mengetahui tipe pasang surut yang terjadi dan
meramalkan fluktuasi muka air. Urutan analisa pasang surut adalah sebagai
berikut:
Tipe pasang surut di berbagai daerah tidak sama, di suatu daerah dalam satu
hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara umum tipe
pasang surut di berbagai daerah dapat dibedakan menjadi empat tipe, yaitu:
II -
1919
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
II -
2020
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
BAB III
4. mengembangkan usaha jasa angkutan di perairan nasional yang andal dan berdaya
saing serta didukung kemudahan memperoleh pendanaan, keringanan perpajakan,
dan industri perkapalan yang Tangguh sehingga mampu mandiri dan bersaing;
III - 1
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
6. mewujudkan sumber daya manusia yang berjiwa bahari, profesional, dan mampu
mengikuti perkembangan kebutuhan penyelenggaraan pelayaran; dan
Untuk aspek kepelabuhanan dijelaskan mengenai peran pelabuhan antara lain sebagai :
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 yang telah diperbaharui dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 mengatur tentang Kepelabuhanan. Dimana Pelabuhan
adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan
sebagai tempat bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa
terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan
intra-dan antarmoda transportasi. Sedangkan kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan,
dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan
keamanan berlayar, tempat perpindahan intra-dan/atau antarmoda serta mendorong
perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah.
III - 2
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Dalam peraturan ini menjelaskan fungsi pelabuhan sebagai pelabuhan utama, pelabuhan
pungumpul, dan pelabuhan pengumpan. Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi
pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat
angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal
tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan
pelayanan antarprovinsi. Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya
melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri
dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang,
serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi. Dan
Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas,
merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai
tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan
jangkauan pelayanan dalam provinsi.
III - 3
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
3.3 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP 432 Tahun 2017
Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP 432 Tahun 2017 mengatur
tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional. Keberadaan suatu pelabuhan dengan
berbagai jenis jasa kepelabuhanan tidak terlepas dari wilayah pendukung di
belakangnya, termasuk kelengkapan sarana dan prasarana pelabuhan serta adanya
kegiatan pengelolaan pelabuhan baik dari aspek penyediaan maupun pelayanan jasa
kepelabuhanan. Hal tersebut harus dirancang dan ditata kelola sedemikian rupa sehingga
dapat memenuhi kebutuhan akan jasa kepelabuhanan baik untuk kapal, penumpang
maupun barang, untuk kurun waktu sekarang maupun di masa yang akan datang, yang akan
terus berkembang secara dinamis sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis baik
nasional maupun internasional.
III - 4
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
III - 5
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
5. Menciptakan kerangka kerja hukum serta peraturan yang tepat dan fleksibel
Penerbitan peraturan pelaksanaan yang lebih menunjang implementasi operasional
diperlukan untuk meningkatkan keterpaduan perencanaan, mengatur prosedur
penetapan tarif jasa kepelabuhanan yang lebih efisien dan meningkatkan daya saing
terhadap pasar.
6. Mewujudkan sistem operasional pelabuhan yang aman dan terjamin
Sektor pelabuhan harus memiliki tingkat keselamatan dan keamanan kapal dan fasilitas
pelabuhan yang baik serta mempunyai aset dan sumber daya manusia yang andal.
7. Meningkatkan perlindungan maritim
Pengembangan pelabuhan akan meningkatkan penggunaan wilayah perairan
sehingga berdampak terhadap lingkungan maritim. Penyelenggara pelabuhan harus
lebih cermat dalam mitigasi lingkungan guna memperkecil atau sedapat mungkin
menghilangkan dampak pencemaran lingkungan maritim.
8. Mengembangkan sumberdaya manusia
Pengembangan sumber daya manusia diarahkan untuk meningkatkan profesionalisme
dan kompetensi dalam upaya meningkatkan produktivitas dan tingkat efisiensi.
Hasil penetapan dan hirarki pelabuhan untuk jangka waktu panjang untuk wilayah
Kabupaten Pangkep dapat dilihat dari tabel berikut :
III - 6
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
III - 7
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
III - 8
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Kapasitas mencukupi, dalam arti bahwa kapasitas sarana dan prasarana transportasi cukup
tersedia untuk memenuhi permintaan pengguna jasa.Kinerja kapasitas tersebut dapat
diukur berdasarkan indikator sesuai dengan karakteristik masing-masing moda, antara
lain perbandingan jumlah sarana transportasi dengan jumlah penduduk pengguna
transportasi, antara sarana dan prasarana, antara penumpang-kilometer atau ton-kilometer
dengan kapasitas yang tersedia.
Teratur, dalam arti pelayanan transportasi yang mempunyai jadwal waktu keberangkatan
dan waktu kedatangan. Keadaan ini dapat diukur antara lain dengan jumlah sarana
transportasi dengan jumlah sarana transportasi berjadwal terhadap seluruh sarana
transportasi yang beroperasi.
Lancar dan cepat, dalam arti terwujudnya waktu tempuh yang singkat dengan tingkat
keselamatan yang tinggi. Keadaan tersebut dapat diukur berdasarkan indikator antara
lainkecepatan kendaraan per satuan waktu.
Mudah dicapai, dalam arti bahwa pelayanan menuju kendaraan dan dari kendaraan ke
tempat tujuan mudah dicapai oleh pengguna jasa melalui informasi yang jelas, kemudahan
mendapatkan tiket, dan kemudahan alih kendaraan. Keadaan tersebut dapat diukur antara
lain melalui indikator waktu dan biaya yang dipergunakan dari tempat asal perjalanan ke
sarana transportasi atau sebaliknya.
Tepat waktu, dalam arti bahwa pelayanan transportasi dilakukan dengan jadwal yang
tepat, baik saat keberangkatan maupun kedatangan, sehingga masyarakat dapat
merencanakan perjalanan dengan pasti. Keadaan tersebut dapat diukur antara lain dengan
jumlah pemberangkatan dan kedatangan yang tepat waktu terhadap jumlah sarana
transportasi berangkat dan datang.
Nyaman, dalam arti terwujudnya ketenangan dan kenikmatan bagi penumpang selama
berada dalam sarana transportasi. Keadaan tersebut dapat diukur dari ketersediaan dan
kualitas fasilitas terhadap standarnya.
Tarif terjangkau, dalam arti terwujudnya penyediaan jasa transportasi yang sesuai
dengan daya beli masyarakat menurut kelasnya, dengan tetap memperhatikan
berkembangnya kemampuan penyedia jasa transportasi . Keadaan tersebut dapat diukur
berdasarkan indikator perbandingan antara pengeluaran rata-rata masyarakat untuk
pemenuhan kebutuhan transportasi terhadap pendapatan.
III - 9
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Tertib, dalam arti pengoperasian sarana transportasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan norma atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Keadaan
tersebut dapat diukur berdasarkan indikator antara lain perbandingan jumlah pelanggaran
dengan jumlah perjalanan.
Aman, dalam arti terhindarnya pengoperasian transportasi dari akibat faktor eksternal
transportasi baik berupa gangguan alam, gangguan manusia, maupun gangguan alam,
gangguan manusia, maupun gangguan lainnya. Keadaan tersebut dapat diukur antara lain
dengan perbandingan antara jumlah terjadinya gangguan dengan jumlah perjalanan.
Polusi rendah, dalam arti polusi yang ditimbulkan sarana transportasi baik polusi gas
buang, air, suara, maupun polusi getaran serendah mungkin. Keadaan dapat diukur antara
lain dengan perbandingan antara tingkat polusi yang terjadi terhadap ambang batas polusi
yang ditetapkan.
Efisien, dalam arti mampu memberikan manfaat yang maksimal dengan pengorbanan
tertentu yang harus ditanggung oleh pemerintah, operator, masyarakat dan lingkungan, atau
memberikan manfaat tertentu dengan pengorbanan minimum. Keadaan ini dapat diukur
antara lain berdasarkan perbandingan manfaat dengan besarnya biaya yang dikeluarkan.
Sedangkan utilisasi merupakan tingkat penggunaan kapasitas sistem transportasi yang
dapat dinyatakan dengan indikator seperti faktor muat penumpang, faktor muat barang
dan tingkat penggunaan sarana dan prasarana.
III -
1010
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
III -
1111
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
10. menjadi pedoman bagi aparat terkait dalam hal pengendalian pemanfaatan ruang, baik
melalui pengawasan, perizinan dan penertiban.
1. meningkatkan kualitas jaringan prasarana transportasi darat, laut dan udara secara
terpadu;
III -
1212
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
III -
1313
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
1. sistem perkotaan Nasional yang dibentuk dari kawasan perkotaan dengan skala
pelayanan yang berhierarki, meliputi pusat kegiatan Nasional (PKN), pusat kegiatan
wilayah (PKW) dan pusat kegiatan lokal (PKL) yang didukung dan dilengkapi
dengan jaringan prasarana wilayah yang tingkat pelayanannya disesuaikan dengan
hierarki kegiatan dan kebutuhan pelayanannya;
2. jaringan prasarana utama merupakan sistem primer yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah nasional selain untuk melayani kegiatan berskala
Nasional.
Rencana struktur ruang wilayah Provinsi merupakan arahan perwujudan sistem perkotaan
dalam wilayah Provinsi dan jaringan prasarana wilayah Provinsi yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah Provinsi selain untuk melayani kegiatan skala Provinsi, yang
terdiri dari:
1. rencana sistem perkotaan;
2. rencana sistem jaringan transportasi;
3. rencana sistem jaringan energi;
4. rencana sistem jaringan telekomunikasi dan informasi;
5. rencana sistem jaringan sumber daya air; dan
6. rencana sistem prasarana persampahan dan sanitasi.
Rencana sistem perkotaan di Provinsi berhierarki, yang terdiri dari PKN, PKW dan PKL;
1. PKN sebagaimana yang telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26
tahun 2008 tentang RTRW Nasional, adalah Mamminasata yang terdiri dari Kota
Makassar, kawasan perkotaan di Kabupaten Maros, kawasan perkotaan di Kabupaten
Gowa dan kawasan perkotaan di Kabupaten Takalar;
2. PKW sebagaimana telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun
2008 tentang RTRW Nasional, yang terdiri dari Bulukumba, Jeneponto, Pangkajene,
Barru, Parepare, Watampone dan Palopo;
3. PKL sebagaimana ditetapkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan usulan
Pemerintah Kabupaten/Kota terdiri dari : Kota Bantaeng sebagai ibukota Kabupaten
Bantaeng, Kota Enrekang sebagai ibukota beserta kawasan agropolitan di Kabupaten
Enrekeng, Kota Masamba sebagai ibukota di Kabupaten Luwu Utara, Kota Belopa
III -
1414
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
sebagai ibukota Kabupaten Luwu, Kota Malili sebagai ibukota Kabupaten dan Kota
Terpadu Mandiri Mahalona di Kabupaten Luwu Timur, Kota Pinrang/Watansawitto
sebagai ibukota Kabupaten Pinrang, Kota Pangkajene sebagai ibukota Kabupaten
Sidenreng-Rappang, Kawasan Ekonomi Khusus Kota Emas di Kabupaten Barru,
Kota Benteng sebagai ibukota dan kawasan pusat distribusi bahan kebutuhan bahan
pokok KTI Kota Pamatata di Kabupaten Kepulauan Selayar, Kota Sinjai sebagai
ibukota Kabupaten Sinjai, Kota Watansoppeng sebagai ibukota Kabupaten Soppeng,
Kota Makale sebagai ibukota Kabupaten Tana Toraja, Kota Rantepao sebagai ibukota
Kabupaten Toraja Utara, dan Kota Sengkang sebagai ibukota Kabupaten Wajo;
III -
1515
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
III -
1616
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Gambar 3.1 Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
III -
1717
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Gambar 3.2 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
III -
1818
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
2. Dalam Rencana Sistem Jaringan Transportasi laut, akan dilakukan pembangunan dan
pengembangan Pelabuhan Maccini Baji yang dalam tatanan kepelabuhan wilayah
Kabupaten Pangkep merupakan pelabuhan pengumpan.
Berdasarkan kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka rencana kawasan
strategis untuk pertumbuhan perekonomian kabupaten yang ditetapkan dalam RTRW
Kabupaten Pangkep diarahkan pada:
1. Kawasan perdagangan di Kota Pangkajene
2. Kawasan Wisata Mattampa
3. Kawasan Minapolitan Labakkang yang terletak di Kelurahan Pundata Baji Dusun
Maccini Baji Kecamatan Labakkang yang meliputi wilayah Kecamatan Kecamatan
Minasa Te’ne, Pangkajene, Bungoro, Ma’rang, Segeri, Mandalle, dan Liukang
Tupabbiring Utara dengan potensi yaitu untuk perikanan budidaya dan pengolahan.
III -
1919
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan diatur
dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2012. Perencanaan tata ruang merupakan proses
untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang
meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Rencana Struktur Tata Ruang
merupakan kegiatan menyusun rencana yang produknya menitikberatkan pada pengaturan
hirarki pusat pemukiman dan pusat pelayanan barang dan jasa, serta keterkaitan antara
pusat tersebut melalui sistem prasarana.
Secara umum pusat kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan pemerintahan berada di
kawasan perkotaan. Sedangkan kebutuhan hasil pertanian diproduksi di kawasan
perdesaan untuk memenuhi kebutuhan wilayah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan dan wilayah luarnya, baik berupa bahan mentah maupun barang siap
konsumsi. Begitu juga sebaliknya kebutuhan barang hasil industri manufaktur
diproduksi atau disalurkan melalui kawasan perkotaan. Agar interkoneksitas antar
pusat kegiatan, serta pelayanan prasarana wilayah efisien dan efektif maka perlu
diwujudkan sistem interkoneksitas antar kawasan perkotaan dan perdesaan yang
berdaya guna besar. Sistem perkotaan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
dibangun dengan beberapa pusat kegiatan seperti pusat kegiatan wilayah, pusat
kegiatan lokal maupun sub pusat kegiatan lokal, serta kawasan perkotaan berupa kota,
ibukota kabupaten, ibukota kecamatan dan kawasan pusat pertumbuhan industri dan
perdagangan yang padat dengan kegiatan perkotaan dan fasilitas permukiman.
III -
2121
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
PKW adalah perkotaan sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul
transportasi yang melayani beberapa kabupaten. Dalam RTRWP, pusat-pusat
perkotaan di Provinsi Sulawesi Selatan yang ditentukan sebagai PKW adalah Kota
Pangkajene di Kecamatan Pangkajene.
III -
2222
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Adapun peta rencana struktur ruang Kabupaten Pangkajene Kepulauan sebagaimana pada
gambar berikut :
III -
2323
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
III - 24
2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
III -
2525
a) Jaringan jalan arteri yang merupakan system jaringan jalan nasional yang
ada di Kabupaten Pangkajene Kepulauan, terdiri atas:
(1) Ruas Batas Kabupaten Barru – Batas Kota Pangkajene Kepulauan
sepanjang 31,866 Km;
(2) Ruas jalan Kemakmuran sepanjang 0,699 Km;
(3) Ruas Batas Kota Pangkajene Kepulauan – Batas Kab. Maros
sepanjang 4,353 Km; dan
(4) Ruas jalan Hasanuddin sepanjang 4,213 Km
b) Peningkatan status jalan dari jalan lokal menjadi jalan provinsi berupa
kolektor primer (K2) yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan,
terdiri atas :
(1) Ruas jalan Ladonge – Mallawa -Balocci panjang ruas 1,3 Km
(2) Ruas jalan Jenetaesa -Bontobalang – Leangleang -Balocci Panjang
ruas 2,8 Km
c) Peningkatan status jalan dari jalan lokal menjadi jalan provinsi berupa jalan
kolektor sekunder (K3) yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan,
terdiri atas :
(1) Ruas jalan Manyampa-Bantimurung panjang ruas 2,5 Km
(2) Ruas jalan Katapang-Dengeng-Dengeng; Boddie-Patalasang Panjang
ruas 2,3 Km
(3) Ruas jalan Galung Boko-Lamperangeng panjang ruas 1,7 Km
(4) Ruas jalan Padang-Padange-Jollo panjang ruas 1,0 Km
(5) Ruas jalan Padang-Padange-Biringkassi panjang ruas 2,3 Km
(6) Ruas jalan Bawasalo-Gusung panjang ruas 2,0 Km
(7) Ruas jalan Tanarajae-Kayu Jawaya panjang ruas 3,0 Km
(8) Ruas jalan Tondong Kura-Pabbicarae panjang ruas 2,7 Km
(9) Ruas jalan Tumbue-Bonti panjang ruas 2,8 Km
(10)Ruas jalan Pattupunge-Pujananti panjang ruas 5,0 Km
(11)Ruas jalan Tekolabbua-pandanglau panjang ruas 2,8 Km
2) Jaringan prasarana lalu lintas sebagaimana dimaksud terdiri atas :
a) Terminal tipe C terdapat di Kelurahan Samalewa Kecamatan Bungoro
III -
2626
b) Halte yang terdapat di setiap wilayah kecamatan yang dipusatkan di
Ibukota Kecamatan, terdiri atas :
(1) Kawasan Perkotaan Balleangin di Kecamatan Balocci;
(2) Kawasan Perkotaan Labakkang di Kecamatan Labakkang;
(3) Kawasan Perkotaan Bonto-Bonto di Kecamatan Ma’rang;
(4) Kawasan Perkotaan Segeri di Kecamatan Segeri;
(5) Kawasan Perkotaan Minasa Te’ne di Kecamatan Minasa Te’ne;
(6) Kawasan Perkotaan Bantimurung di Kecamatan Tondong Tallasa;
(7) Kawasan Perkotaan Mandalle di Kecamatan Mandalle;
(8) Kawasan Perkotaan Pangkajene di Kecamatan Pangkajene;
c) Terminal barang yang penempatannya dilakukan berdasarkan hasil
studi/kajian terlebih dahulu.
d) Terminal kagro diarahkan pada Kecamatan Bungoro yang penempatannya
dilakukan berdasarkan hasil studi/kajian terlebih dahulu.
3) Jaringan layanan lalu lintas sebagaimana dimaksud terdiri atas :
a) Trayek angkutan barang, terdiri atas jalur pengangkutan hasil produksi
industri dari tempat produksi menuju pusat pemasaran dan pusat-pusat
kegiatan ekonomi yakni dari Kecamatan Bungoro menuju pelabuhan
pengangkutan barang dan menuju Makassar.
b) Trayek angkutan penumpang, terdiri atas :
(1) Bus (AKAP) dengan pelayanan sepanjang jalan arteri dari poros
Maros-Pangkajene dan Kepulauan-Barru;
(2) Mini Bus (AKDP) dengan pelayanan sepanjang jalan arteri dan
kolektor yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan;
(3) Angkutan Kota (Angkot) dengan pelayanan di Kota Pangkajene; dan
(4) Angkutan Perdesaan (Angdes) dengan pelayanan antar kecamatan
dalam wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
4) Jaringan angkutan sungai sebagaimana dimaksud adalah jaringan prasarana
dan pelayanan bagi pergerakan orang atau barang ke wilayah pulau-pulau
dalam wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Jaringan tersebut terdiri atas :
III -
2727
a) Pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Kalibone
Kecamatan Minasa Te’ne;
b) Pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai
Pangkajene Kecamatan Pangkajene;
c) Pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai
Limbangan Kecamatan Labakkang;
d) Pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Kassi
Kebo Kecamatan Ma’rang;
e) Pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai
Biringkassi Kecamatan Bungoro;
f) Pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Jennae
Kecamatan Ma’rang;
g) Pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Padadae
Kecamatan Pangkajene;
h) Pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Pandang
Lau-Kecamatan Pangkajene;
i) Pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Bawasalo
Kecamatan Segeri;
III -
2828
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
III - 29
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
2) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu alur
pelayaran angkutan barang (terutama produk semen) dan orang, terdiri atas :
a) Biringkassi – Pulau Kalimantan;
b) Biringkassi – Pulau Nusa Tenggara; dan
c) Biringkassi – Provinsi di Pulau Sulawesi
d) Biringkassi – Pulau Maluku dan Maluku Utara
e) Biringkassi – Pulau Papua
III - 30
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
III - 31
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Sistem transportasi rel kereta api yang akan dikembangkan di Pulau Sulawesi
masih berorientasi pada pelayanan angkutan barang. Meskipun demikian, orientasi
pengembangan jaringan rel kereta api tersebut dalam kaitannya dengan keberadaan
wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, maka perencanaan jaringan rel
kereta api Pulau Sulawesi akan melayani sebagian wilayah Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan untuk trayek Makassar - Pare-Pare. Untuk rute jalur kereta api yang
melintas di Kabupaten Pangkep malintas pada wilayah pesisir pantai Kecamatan
Minasa Te’ne, Pangkajene, Bungoro, Labakkang, Ma’rang, segeri, Mandalle.
Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud terdiri atas rencana stasiun kereta api
yang terdapat di tiap wilayah kecamatan yang dilintasi dan lokasinya ditetapkan
setelah dilakukan studi kelayakan lokasi stasiun kereta api.
III - 32
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
III - 33
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten meliputi rencana kawasan lindung dan
kawasan budidaya yang mempunyai nilai strategis kabupaten dan atau lintas
kecamatan dan atau kota. Kebijakan pengembangan pola ruang ditujukan untuk
mewujudkan pola penggunaan ruang yang seimbang antara daya lindung kawasan
lindung dengan kapasitas produksi dan pemanfaatan kawasan budidaya secara asri
dan lestari.
Kawasan lindung yang baik yang bersifat: (i) preservasi berupa hutan lindung baik di
daerah ketinggian pedalaman yang merupakan daerah hulu (upstream) Daerah Aliran
Sungai (DAS), (ii) konservasi berupa taman margasatwa. Selain daripada itu, untuk
kepentingan pelestarian warisan sejarah dan budaya dapat ditetapkan suatu kawasan
konservasi seperti cagar budaya bangunan buatan manusia yang ditetapkan sebagai
benda purbakala. Dalam kawasan budi daya juga diusahakan sebisa mungkin
menumbuhkembangkan dan melestarikan kawasan lindung setempat baik ruang
darat, maupun udara untuk menjaga keasrian dan kelestarian ragam hayati, yang juga
merupakan mata rantai sistem ekologi wilayah, seperti ruang terbuka hijau, baik
berupa hutan kota, jalur hijau di sempadan sungai, sempadan danau, dan sempadan
jalan. Dalam skala lingkungan mikro terutama di daerah perdesaan diarahkan tumbuh
berkembangnya tatanan desa mandiri pangan dan energi yang didukung alam yang asri
dan lestari.
Adapun rencana pola ruang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebagai pada
gambar berikut :
III - 34
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
III - 35
IV - 36
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
BAB IV
1. Wilayah Daratan
Secara garis besar wilayah daratan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ditandai
dengan bentang alam wilayah dari derah dataran rendah sampai pegunungan, dimana
potensi cukup besar terdapat pada wilayah daratan Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan yaitu ditandai dengan terdapatnya sumber daya alam berupa hasil
tambang, seperti batu bara, marmer, dan semen. Disampingitu potensi pariwisata
alam yang mampu menambah pendapatan daerah.
Kecamatan yang terletak pada wilayah daratan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
yaitu terdiri dari : Kecamatan Pangkajene, Kecamatan Balocci, Kecamatan Bungoro,
Kecamatan Labakkang, Kecamatan Ma’rang, Kecamatan Segeri, Kecamatan Minasa
Te’ne Kecamatan Tondong Tallasa, dan Kecamatan Mandalle.
IV - 1
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
2. Wilayah Kepulauan
Wilayah kepulauan Kabupaten Pangkajene dan kepulauan merupakan wilayah yang
memiliki kompleksitas wilayah dan memiliki potensi wilayah yang sangat besar
untuk dikembangkan secara lebih optimal, untuk mendukung perkembangan wilayah
Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan.
Kecamatan yang terletak di wilayah Kepulauan Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan yaitu : Kec. Lk.Tuppabiring, Liukang Tupabbiring Utara, Kecamatan
Liukang Kalmas dan Kecamatan Liukang Tangayya.
IV - 2
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Adapun luas wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan untuk tiap kecamatan
dapat dilihat pada table berikut :
IV - 3
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa luas wilayah lokasi kajian (wilayah gugus
kepulauan) mencapai 351,5 km2 atau sebesar 31,6% dari luas keseluruhan Kabupaten
Pangkep.
IV - 4
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan kondisi tipe iklim ini menjadi iklim tipe C1
dengan bulan kering < 2 bulan, iklim tipe C2 dengan bulan kering 2-3 bulan, dan iklim
dengan bulan kering 3 bulan. Keduanya memiliki bulan basah antara 5-6 bulan secara
berturut-turut dalam satu tahun dengan curah hujan rata-rata 2.500-3.000 mm/tahun.
Tipe ini merupakan tipe iklim agak basah. Temperatur udara di Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan berada pada kisaran 21 ºC – 31 ºC atau rata-rata suhu udara 26.4 ºC.
Keadaan angina berada pada kecepatan sedang, dimana pada daerah ketinggian
kelembaban udara rendah sedangkan pada wilayah pesisir kelembaban udara tinggi.
2. Morfologi
Wilayah Kabupaten Pangkep berada pada jarak +60 Km dari Kota Makassar dan
terletak pada ketinggian 100 – 1000 m diatas permukaan laut,. Dari segi morfologi,
Kabupaten Pangkep dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah yaitu: dataran rendah yang
membentang di pantai barat, perbukitan di bagian timur, dan pulau-pulau kecil.
Gugusan kepulauan kecil yang terdapat di wilayah Kabupaten Pangkep terdiri dari
gugusan pulau-pulau kecil yang terdapat pada Kecamatan Liukang Tupabiring,
Kecamatan Liukang Tupabiring Utara, Kecamatan Liukang Tangaya dan Kecamatan
Liukang Kalmas. Dimana gugusan pulau-pulau ini sampai dengan perbatasan Bali,
Nusa Tenggara, dan Kalimantan.
3. Topografi
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan mempunyai kondisi topografi yang relatif
bervariasi secara garis besar dapat dibagi dalam 4 (empat) bagian yaitu:
a. Daratan rendah (0-25 Mpdl) sebagian besar terletak di Kecamatan Pangkajene,
Kecamatan Minasa Te’ne, Kecamatan Bungoro, Kecamatan Labakkang,
Kecamatan Ma’rang, Kecamatan Segeri dan Kecamatan Mandaalle.
b. Daratan Tinggi (25-100 Mpdl) terletak di sebagian wilayah Kecamatan Balocci,
Kecamatan Tondong Tallasa, Kecamatan Segeri, Kecamatan Minasa Te’ne dan
Kecamatan Mandalle, terutama dibagian Utara.
IV - 5
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
4. Geologi
Berdasarkan peta geologi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, terdapat 4 (empat)
bagian besar dari kondisi struktur yang menyusun tanah dan batuan dalam wilayah
Kabupaten Pangkep.
Adapun struktur geologi batuan yang terdapat di Kabupaten Pangkep antara lain :
a. Endapan Permukaan : jenis endapan permukaan ini berupa jenis tanah alluvial,
daerah rawa, endapan pantai, delta dan daerah aliran sungai.
b. Batuan sedimen : jenis batuan sedimen meliputi batuan berpasir, batuan kerikil,
kerakal konglomerat, batuan berlempung, batuan lanau, napal, luvaran, lava dan
breksi.
c. Batuan sedimen bercampur batuan gunung api : jenis struktur batuan ini terbentuk
dari formasi camba : terdiri dari batuan sedimen laut berselingan dengan batuan
gunung api, breksi lava, tufa, konglomerat, batu pasir, batu lanau, batu lempung,
dan batuan napalm alihan.
d. Batuan terobosan : jenis struktur batuan ini terdiri dari terobosan bersifat basa
terutama batuan terobosan yang bersifat asam dan menengah, meliputi :
granodinamit, diorite, tralit, dan batuan baku terobosan bersifat ultra basa terutama
pridotil.
Secara garis besar sebaran dari jenis struktur geologi Kabupaten Pangkep terdiri dari:
a. Jenis endapan permukaan tersebar tidak merata pada sepanjang bagian pesisir;
b. Jenis batuan sedimen tersebar secara tidak merata pada bagian dataran rendah;
IV - 6
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
c. Jenis batuan sedimen berselingan gunung api dan batuan terobosan sebagian besar
tersebar di dataran tinggi terutama Kecamatan Balocci, Tondong Tallasa dan
Ma’rang.
Berdasarkan struktur geologi, maka terdapat berbagai jenis bahan tambang, seperti
basal, batu gamping, batu sabak, diotite, tras, kaolin, feldspar, lempung marmer, batu
bara dan lain-lain. Bahan galian ini tersebar di Kabupaten Pangkep.
Kondisi Geologi Kabupaten Pangkep adalah hal sesar yaitu pada bagian daratan
terdiri atas: foliasi perlipatan, sesar dan kekar dengan arah umum foliasi arah barat
laut tenggara miring ke arah timur laut antara 200 - 600, sumbu perlipatan berarah
utara selatan dan barat laut tenggara berupa antiklin tidak simetris, dan sesar di
Kabupaten Pangkep terdiri atas sesar normal dan sesar geser.
5. Hidrologi
Keadaan hidrologi Kabupaten Pangkep, berdasarkan hasil observasi lapangan
dibedakan antara lain permukaan (sungai, rawa dan sebagainya) dan air yang
bersumber di bawah permukaan (air-tanah). Air di bawah permukaan yang
merupakan air tanah adalah sumber air bersih untuk kehidupan sehari-hari
masyarakat.
Kabupaten Pangkep dialiri oleh 5 (lima) sungai yang cukup besar yang mengalir dari
timur ke barat Kabupaten Pangkep, sungai yang terpanjang adalah Sungai Tabo-Tabo,
sungai yang terdapat di Kabupaten Pangkep semuanya langsung bermuara ke lautan,
sehingga airnya masih dipengaruhi oleh kondisi pasang surut.
Sebaran sumber air permukaan berupa danau dan waduk. Pada daerah sepanjang
wilayah pesisir air tanah dapat diperoleh pada kedalaman 2-8 meter, namun kondisi
air terkontaminasi oleh intrusi air laut. Sedangkan pada daerah dataran tinggi air
tanah dapat dijumpai secara bervariasi antara 8-25 meter, namun pada daerah yang
terdapat di sekitar pegunungan seperti Balocci dan Tondong Tallasa sumber air
masyarakat diperoleh dari pegunungan.
Curah hujan tinggi terjadi pada bulan Desember dan Februari, sehingga pada bulan
tersebut biasanya terjadi banjir pada daerah rawan banjir. Dimana lokasi rawan bajir
terdapat di Kecamatan Labbakkng, Ma’rang, Segeri dan Kecamatan Mandalle,
IV - 7
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
terutama pada daerah yang sangat terpengaruh oleh pasang surut air laut. Daerah
rawan banjir tersebut mempunyai guna lahan berupa rawa dan tambak.
Potensi sumber daya air permukaan pada aliran sungai, selain dapat dimanfaatkan
sebagai sumber air bersih untuk keperluan air minum dan rumah tangga, juga dapat
dimanfaatkan untuk pertanian dan untuk kegiatan industry.
Air tanah dangkal sampai saat ini dimanfaatkan petani dengan pembuatan sumur-
sumur sementara untuk sumber air bagi pertanian dan hortikultura sayuran.
Di Kabupaten Pangkajene Kepulauan terdapat 6 (enam) lokasi mata air dan 3 (tiga)
lokasi diantaranya dimanfaatkan sebagai bahan baku air bersih. Ketiga sumber mata
air ini dikelola oleh PDAM setempat untuk keperluan air minum (air bersih). Mata
air di daerah Lejang dan Kampung Baru dijumpai pada Batu Gamping Formasi Tonasa
dengan debit lebih dari 100 liter/detik. Sedangkan mata air di daerah Camado dijumpai
batuan vulkanik dengan debit air 10-50 liter/detik.
Potensi air tanah dalam khususnya di daerah dataran rendah bagian barat wilayah
Kabupaten Pangkep dapat dibagi menjadi 6 (enam) berdasarkan sebaran ke dalam
lapisan pembawa air yaitu :
a. Potensi air tanah pada kedalaman 25 meter, tahapan lapisan batuan 11-62 ohm-
meter
b. Potensi air tanah pada kedalaman 50 meter, tahapan jenis lapisan batuan 12-75
ohm-meter. Potensi air tanah pada kedalaman 75 meter tahapan jenis batuan 12-
75 ohm-meter.
c. Potensi air tanah pada kedalaman 100 meter tahapan jenis lapisan batuan 15-86
ohm-meter.
d. Potensi air tanah pada kedalaman 125 meter tahapan jenis lapisan batuan 15-86
ohm-meter.
e. Potensi air tanah pada kedalaman 150 meter tahapan jenis lapisan batuan 15-86
ohm-meter.
IV - 8
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
IV - 9
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Data tahun 2016 tidak tersedia untuk jumlah penduduk per kecamatan. Yang tersedia
hanya total jumlah penduduk Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebesar 326.700
jiwa.
Tabel 4.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan di Kabupaten Pangkep, 2017
Jumlah Luas
Ibukota Kepadatan
No Kecamatan Penduduk Wilayah
Kecamatan (jiwa/km2)
(Jiwa) (km2)
1 Liukang Tangaya Sapuka 22.223 120,00 185,19
2 Liukang Kalmas Kalu-kalukuang 13.724 91,50 149,99
Liukang Lupabbiring
4 Mattiro Kanja 11.589 85,56 135,45
Utara
5 Pangkajene Pangkajene 45.481 47,39 959,72
6 Minasatene Minasatene 36.219 76,48 473,58
7 Balocci Balloangin 16.188 143,48 112,82
8 Tondong Tallasa Bantimurung 8.941 111,20 80,40
9 Bungoro Samalewa 42.627 90,12 473,00
10 Labbakkang Labbakkang 46.440 98,46 471,66
11 Ma’rang Bonto-bonto 30.841 75,22 410,01
12 Segeri Segeri 21.501 78,28 274,67
13 Mandalle Tama’rupa 14.842 40,16 369,57
Total 329.791 1112,29 296,50
Sumber : Kabupaten Pangkep Dalam Angka 2018
2. Pendidikan
Peningkatan jumlah penduduk usia sekolah memerlukan dukungan sarana dan
prasarana pendidikan. Penduduk dewasa sebagian besar telah menikmati pendidikan
IV -
1010
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
IV -
1111
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Rp.13.367,01 Milyar pada tahun 2015. Dan pada tahun 2017 mengalami peningkatan
menjadi Rp.15.433,50 Milyar.
PDRB ADHB Kabupaten Pangkep tahun 2017 tersebut pada tingkat provinsi menempati
urutan ke-4 terbesar setelah Kota Makassar (Rp.100.026,50 Milyar), Kabupaten Luwu
Timur (Rp.20.363,59 Milyar), dan Kabupaten Bone (Rp.19.739,12 Milyar).
Tabel 4.5 Data PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten
Pangkep Eksisting 2010 - 2017
(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Dalam
Angka 2018 )
Distribusi PDRB menurut lapangan usaha tahun 2017 yang terbesar adalah dari sector
industry pengolahan sebesar 52,23 persen setelah itu adalah sector pertanian, kehutanan
dan perikanan sebesar 16,27 persen.
Adapun laju pertumbuhan PDRB ADHK 2010 untuk Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan pada tahun 2013 sebesar 9,33%, tahun 2014 sebesar 10,41%, tahun 2015
mengalami penurunan sebesar 7,63%, tahun 2016 meningkat sebesar 8,31% dan tahun
2017kembali mengalami penurunan sebesar 6,60%. Laju PDRB untuk tiap lapangan
usaha dapat dilihat pada tabel berikut :
IV -
1212
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel 4.6 Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pangkep Eksisting
2010 - 2017
Tabel 4.7 Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pangkep Eksisting
2010 - 2017
IV -
1313
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah biasanya diikuti oleh pertumbuhan perdagangan, dan
juga pertumbuhan pelayaran yang pada akhirnya membutuhkan pengembangan fasilitas
pelabuhan. Perencanaan pengembangan pelabuhan harus dilihat dari persoalan pelabuhan
secara menyeluruh dalam konteks sistem transportasi yang lebih luas, serta harus
didasarkan pada pertimbangan strategis, politik, ekonomi, sosial dan pengembangan
wilayah serta hinterland pelabuhan harus terlebih dahulu dilihat dari permintaan
transportasi (demand) dan potensi hinterland dari sebuah pelabuhan. Setiap potensi
hinterland dari sebuah pelabuhan mempunyai beberapa sektor unggulan dan karakteristik
yang akan disajikan acuan bagi rencana pengembangan pelabuhan. Karakteristik dan
sektor unggulan hinterland pelabuhan yang berpotensi dikembangkan ditinjau dari
beberapa faktor antara lain: potensi yang ada diwilayah hinterland khususnya dan
kabupaten setempat pada umumnya.
1. Potensi Perikanan
Pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan Kab.Pangkep telah
berlangsung sejak lama dan menjadi salah satu sektor unggulan daerah dalam
peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Pemanfaatan potensi tersebut juga telah
banyak memberikan lapangan kerja bagi masyarakat Kab.Pangkep. Pemanfaatan
sumberdaya perikanan dan kelautan ini diberbagai bidang, baik perikanan (perikanan
tankap dan budidaya), pariwisata (selam, snorkeling, pantai, budaya, kuliner, dll)
serta jasa lingkungan, industri, dan bioteknologi.
a. Perikanan Tangkap
Bidang perikanan tangkap telah memberikan lapangan kerja bagi masyarakat
Kab.Pangkep. Lapangan pekerjaan bergerak dalam bentuk produksi perikanan
(penangkapan, pemasaran, pengolahan serta kegiatan ekspor impor).
IV -
1414
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
kementerian perikanan dan kelautan, jumlah nelayan (laut dan perairan umum) di
Indonesia sebesar 2.755.794 orang akan tetapi lebih 50% atau 1.466.666 nelayan
berstatus sambilan utama dan sambilan tambahan. Jumlah nelayan mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun sebesar 2,06% namun stok ikan semakin langkah.
IV -
1515
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
ramah lingkungan. Tidak hanya itu permasalahan illegal fishing juga perlu
diperangi karena dianggap menjadi akar permasalahan pemanfaatan dan perebutan
wilayah dan pada akhirnya memicu konflik horisontal atau secara vertikal. Konflik
tersebut juga akan memicu destructive fishing yang berujung kerusakan
sumberdaya dan hilangnya stok sumberdaya perikanan dan kelautan.
Statistik perikanan Kabupaten Pangkep memperlihatkan bahwa produksi
perikanan tangkap tahun 2017 sebesar 15.310,20 ton. Sebagai wilayah kepulauan,
semestinya produksi perikanan Kab.Pangkep menjadi penghasil komoditas ikan
yang diperhatikan dalam skala nasional. WWF mengemukakan bahwa potensi
paceklik sumberdaya ikan di laut Indonesia semakin tinggi. Indikasinya terlihat dari
ketersediaan ikan yang diekspor, sementara permintaan ikan impor dari luar
semakin meningkat. Jika hal ini dibiarkan beberapa tahun ke depan masyarakat
hanya bisa makan sup plankton. Krisis ikan sudah mulai kita rasakan sekarang ini,
akibat mulai meningkatnya tingkat komsumsi ikan yang tidak dibarengi dengan
pertumbuhan produksi dan perlindungan pasar dalam negeri.
Adapun produksi perikanan tangkap per kecamatan di Kabupaten Pangkep tahun
2017 sebagaimana pada gambar di bawah :
Mandalle
595,80 Sigeri
781,40 Ma'rang
559,10
Labbakkang'
823,50
618,70 Bungoro
- Tondong Tallasa
-
Balocci
110,40
766,30 Minasa Tene
2.259,30 Pangkajene
2.784,40
Liukang Tupabbiring Utara
2.517,80
3.603,90 Liukang Tupabbiring
Liukang Kalmas
- 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00
Liukang Tangayya
IV -
1616
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
b. Perikanan Budidaya
Perikanan budidaya di Kab. Pangkep dibagi menjadi budidaya laut (keramba jaring
apung) dan budidaya tambak. Kondisi geografis wilayah Kabupaten Pangkep yang
terdiri dari perairan laut dan daratan pastinya memiliki potensi budidaya yang cukup
besar. Wilayah darat berupa tambak dengan komuditi udang, bandeng, kepiting
dan lain sebagainya serta wilayah laut potensi budidaya keramba jaring apung dan
rumput laut. Namun demikina pemanfaatan potensi budidaya tersebut perlu kajian-
kajian kesesuaian dari sektor oseanografi, kondisi tanah dan aspek lingkungan.
Upaya lahan tamak di daratan juga perli memperhatuikan keberadaan mangrove
sebagai green belt. Potensi perikanan budidaya seharusnya lebih meperhatikan
aspek lingkungan karena terdapat hubungan timbal balik diantara fungsi lingkungan
dengan aktifitas budidaya.
Tabel 4.8 Potensi Perikanan Budidaya Kabupaten pangkep
No. Jenis Budidaya Potensi Pemanfaatan Peluang Pengembangan
(Ha) (Ha) (Ha)
1 Tambak 13.494,80 10.755,47 2.739,33
2 Laut 7.900 1.421,80 6.478,20
Sumber : RZWP3K Kabupaten Pangkep 2014
IV -
1717
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Jumlah produksi perikanan budidaya laut memiliki jumlah yang cukup besar
dibandingkan produksi perikananj budidaya tambak. Pada tahun 2017 jumlah
produksi perikanan budidaya laut sebesar 273.296 ton sedangkan produksi
budidaya tambak hanya 27.751 ton. Jumlah produksi budidaya laut mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya. Kegiatan perikanan budidaya menggunakan
keramba jaring apung berlangsung di empat kecamatan kepulauan kab. Pangkep
dengan komoditi udang lobster, kerapu, sunu dan lain sebagainya. Sedangkan
perikanan budidaya tambak berlangsung di wilayah pesisir pantai Kab. Pangkep
dengan jenis komoditi udang, bandeng, dan kepiting.
Mandalle
Sigeri
20.428,00
10.209,50 Ma'rang
52.797,00 Labbakkang'
18.799,00 Bungoro
1.466,00
Tondong Tallasa
3,00
2,00 Balocci
962,00 Minasa Tene
7.634,00 Pangkajene
11.801,00
Liukang Tupabbiring Utara
2.596,60
111.985,00 Liukang Tupabbiring
62.548,00 Liukang Kalmas
Liukang Tangayya
- 20.000,00 40.000,00 60.000,00 80.000,00100.000,00120.000,00
2. Potensi Pariwisata
Pengembangan suatu daerah menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang ebrbasis
pada ekowisata, sangat bergantung kepada potensi daya tarik bentang alam dan
pemandangan (land configuration and landscape), seperti wilayah pesisir, kepulauan
bentangan terumbu, pantai dan gua-gua. Pengembangan pariwisata bahari sangat
dipengaruhioleh keanekaragaman hayati, ekosistem, habitat, spesies bahkan genetik.
Bahkan keberadaan flora dan fauna endemik. Peluang pengembangan pariwisata
berbasis ekowisata didukung oleh adanya kecenderungan wisatawan untuk
memenuhi kebutuhan mereka, seperti mencari gambaran baru tentang sisi lain
IV -
1818
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
kehidupan yang mereka belum dapatkan di wilayah lain. Karena itu pula daya tarik
ekowisata tidak semata-mata terletak pada kelestarian lingkungan alam tetapi juga
dimensi budaya lokal baik dalam bentuk keunikan tradisi, seni pertunukan,
peninggalan sejarah maupun hasil-hasil budaya karya atau produk lokal yang
dianggap menarik oleh wartawan.
Kabupaten Pangkajene dan kepualauan memiliki banyak potensi wisata antara lain
wisata selam, snorkeling, pantai, berjemur dan lain sebagainya. Spot-spot selam juga
banyak terdapat di wilayah pulau-pulau kecil baik berupa obyek terumbu karang, ikan
karang, cumi-cumi, lobster dan lain-lain. Kegiatan ekowisata bertujua untuk
mengembangkan kegiatan ekonomi yang ramah lingkungan, sehingga kelestarian
ekosistem dapat terjaga. Sebelum dilakukan pengembangan wisata perlu melalui
persyarata ekologis yang harus dipenuhi agar dapat menjadi obyek ekowisata yang
menarik.
Tabel 4.9 Daftar sentra kegiatan wisata di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Kabupaten pangkep
Lokasi Lokasi
No Lokasi Wisata Daya Tarik Kegiatan
Desa/Kelurahan Kecamatan
Panorama
Bahari,
Budaya, Spot
Transplantasi, Diving,
Pulau Badi,
Karang, Snorkeling, Liukang
1 Pulau Badi Desa Mattiro
Panorama Kunjungan Tupabbiring
Deceng
Cumi-cumi Wisata
Bertelur, Pulau
Budidaya
Teripang
Tempat
Spot
Bertelur Penyu
Diving,
sisik, Pulau Cengkeh
Snorkeling, Liukang
2 Pulau Cengkeh Hamparan Desa Mattiro
Kunjungan Tupabbiring
Karang yang Dolangeng
Wisata
Indah, Berbagai
Pulau
Jenis Karang
Tempat Spot Pulau Pala Desa
Liukang
3 Pulau Pala Bertelur Penyu Diving, Mattiro
Tupabbiring
Sisik, Snorkeling, Dolangeng
IV -
1919
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Hamparan Kunjungan
Karang yang Wisata
Indah, Berbagai Pulau
Jenis Karang
Pasir Putih,
Terumbu Spot
Karang, Ikan Diving,
Pulau
Hias, Penyu, Snorkeling,
Pulau Kapoposang Liukang
4 Mollusca, Spot Kunjungan
Kapoposang Desa Mattiro Tupabbiring
Memancing, Wisata
Ujung
Vegetasi Pulau, Bird
Pantai, Burung Watching
Laut
Spot
Pasir Putih,
Diving,
Terumbu Pulau Pammang
Pulau Pammang Snorkeling, Liukang
5 Karang, Ikan Gangang, Desa
Gangang Kunjungan Tupabbiring
Hias, Mollusca, Matiro Matae
Wisata
Spot Mancing
Pulau
Spot
Pasir Putih,
Diving,
Terumbu Pulau Saranti,
Snorkeling, Liukang
6 Pulau Saranti Karang, Ikan Desa Mattiro
Kunjungan Tupabbiring
Hias, Mollusca, Matae
Wisata
Spot Mancing
Pulau
Spot
Pasir Putih, Diving, Pulau
Pulau Terumbu Snorkeling, Panambungan, Liukang
7
Panambungan Karang, Ikan Kunjungan Kelurahan Tupabbiring
Hias, Mollusca Wisata Mattiro Sompe
Pulau
Pulau
Wisata Budaya, Snorkeling,
Pajenekang, Liukang
8 Pulau Pajenekang Terumbu Wisata
Kelurahan Tupabbiring
Karang Budaya
Mattiro Sompe
Spot
Pasir Putih,
Diving,
Terumbu Pulau Camba-
Pulau Camba- Snorkeling, Liukang
9 Karang, Ikan Cambang, Desa
Cambang Kunjungan Tupabbiring
Hias, Mollusca, Mattiro Baji
Wisata
Spot Mancing
Pulau
IV -
2020
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Spot
Pasir Putih,
Diving, Pulau
Terumbu
Pulau Snorkeling, Papandangan, Liukang
10 Karang, Ikan
Papandangan Kunjungan Desa Mattiro Tupabbiring
Hias, Mollusca,
Wisata Ujung
Spot Mancing
Pulau
Pasir Putih, Snorkeling, Pulau
Terumbu Kunjungan Langkadea, Liukang
11 Pulau Langkadea
Karang, Ikan Wisata Desa Mattiro Tupabbiring
Hias, Mollusca Pulau Bintang
Pasir Putih, Snorkeling,
Pulau Laiya, Liukang
Formasi Unik Kunjungan
12 Pulau Laiya Desa Mattiro Tupabbiring
Terumbu Wisata
Labangenf Utara
Karang Pulau
Snorkeling,
Tempat Pulau Saugi, Liukang
Kunjungan
13 Pulau Saugi Pengolahan Desa Mattiro Tupabbiring
Wisata
Kepiting Baji Utara
Pulau
Tempat Snorkeling, Pulau
Liukang
Pembuatan Kunjungan Kulambing,
14 Pulau Kulambing Tupabbiring
Perahu Wisata Desa Mattiro
Utara
Tradisional Pulau Uleng
Spot
Pasir Putih,
Diving,
Terumbu Pulau Kondong
Pulau Kondong Snorkeling, Liukang
15 Karang, Ikan Bali, Desa
Bali Kunjungan Tupabbiring
Hias, Mollusca, Mattiro matae
Wisata
Spot Mancing
Pulau
Pasir Putih,
Spot
Formasi Unik
Diving,
Terumbu Desa
Pulau Snorkeling, Liukang
16 Karang, Slope Kapoposang
Kapoposang Bali Kunjungan Tangaya
Diving, Ikan Bali
Wisata
Hias, Spot
Pulau
Mancing
Pasir Putih,
Spot
Formasi Unik
Diving,
Terumbu
Snorkeling, Kelurahan Liukang
17 P.Kalukalukuang Karang, Slope
Kunjungan Kalukalukuang Kalmas
Diving, Ikan
Wisata
Hias, Spot
Pulau
Mancing
IV -
2121
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Mangrove,
Sungai, Kunjungan
Pelelangan Wisata
18 Limbangan Talaka Ma’rang
Ikan, Alam dan
Pelabuhan Kuliner
Lokal
Sumber : RZWP3K Kabupaten Pangkep 2014
IV -
2222
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
3. Potensi Pertanian
Tahun 2017, produksi padi sebesar 220.445 ton yang merupakan produksi tanaman
pangan yang terbesar dimana produksi terbesar terdapat di Kecamatan Minasatene.
Setelah itu adalah tanaman jagung sebesar 9.593 ton dengan produksi terbesar
terdapat di Kecamatan Sigeri.
Mandalle
19367 Sigeri
30151
Ma'rang
20159
40475 Labbakkang'
31306 Bungoro
17799
15393
40680 Balocci
Liukang Kalmas
0 10000 20000 30000 40000 50000 Liukang Tangayya
Gambar 4.5 Produksi Pertanian Tanaman Pangan per Kecamatan di Kabupaten Pangkep
Produksi tanaman holtikultura berupa tanaman sayuran pada tahun 2017 sebesar
2.885 ton dengan produksi terbesar adalah tanaman cabai. Adapun sebaran produksi
tanaman sayuran di setiap kecamatan di Kabupaten Pangkep sebagaimana pada
gambar berikut :
IV -
2323
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Mandalle
387,00 Sigeri
169,00
Ma'rang
372,00
54,00 Labbakkang'
424,00
Bungoro
771,00
1 400,00 Tondong Tallasa
7,00
Balocci
16,00
- Minasa Tene
202,00 Pangkajene
-
83,0 0 Liukang Tupabbiring
Utara
Liukang Tupabbiring
- 200,00 400,00 600,00 800,00 1.000,00
Gambar 4.6 Produksi Pertanian Tanaman Sayuram per Kecamatan di Kabupaten Pangkep
Produksi tanaman buah-buahan yang terbesar adalah tanaman jeruk besar yang
merupakan salah satu potensi unggulan Kabupaten Pangkep dengan produksi jeruk
terbesar terdapat di Kecamatan Ma’rang.
Mandalle
7.336,00
Sigeri
26.140 ,00
320.432,00 Ma'rang
46.870,00
7.455,00 Labbakkang'
4.187,00
Bungoro
1 1.973,00
1.562,00 Tondong Tallasa
1.825,00
- Balocci
- Minasa Tene
-
878,00 Pangkajene
4. Potensi Pertambangan
Kabupaten Pangkep telah mengalami proses-proses geologi yang sangat kompleks.
Dengan kerumitan dan/kekomplekan kondisi geologi tersebut menyebabkan
IV -
2424
Laporan Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
terbentuknya berbagai jenis sumber daya mineral dan energi, serta air tanah, demikian
pula terbentuknya barisan pegunungan dimana pada lereng bagian barat yang
memanjang dari utara hingga ke selatan disusun oleh sebagian besar batu kapur terdiri
dari batu gamping dan marmer, kelompok batuan ini membentukpola morfologi yang
khas yaitu Topografi Karst. Sampai saat ini jenis bahan galian yang telah
dieksploitasi dan dimanfaatkan adalah batu gamping, tanah liat, dan pasir
silika/kuarsa untuk bahan galian industri semen, marmer, untuk batu tempel, batu
gunung dan sirtu untuk bahan bangunan, serta batu mulia untuk permata, dan emas
alluvial untuk perhiasan. Adapun potensi pertambangan dan galian serta industry
pengolahan Kabupaten Pangkep sebagaimana pada gambar dibawah:
Pertambangan dan Galian Industri Pengolahan
1199,4
1072,76 7741,44 8132,27
993,45 7077,96
897,46 919,56
6522,2
5771,53
5107,1
Gambar 4.8 Produksi Pertambangan dan Galian serta Industry Pengolahan Kabupaten
Pangkep Tahun 2011-2017
IV -
2525
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
BAB V
KONDISI EKSISTING PELABUHAN MACCINI BAJI
Pelabuhan Maccini Baji merupakan Pelabuhan Umum terletak di Desa Pundata Baji,
Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep). Letak
Pelabuhan Umum Maccini Baji berada pada koordinat 4°46’ LS dan 119°29’ BT.
V-1
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) tahun 2016, tipe pasang surut di perairan
sekitar Pelabuhan Maccini Baji adalah campuran yang condong ke harian tunggal
dengan tunggang air maksimum 180 cm. Kecepatan arus di perairan ini maksimum 28
m/menit, dengan tinggi gelombang maksimum 1,5 meter pada bulan Desember s/d
Februari.
Disamping itu potensi pariwisata alam yang mampu menambah pendapatan daerah.
Kecamatan yang terletak pada wilayah daratan Kabupaten Pangkep yaitu terdiri dari:
Kecamatan Pangkajene, Kecamatan Balocci, Kecamatan Bungoro, Kecamatan
Labakkang, Kecamatan Ma’rang, Kecamatan Segeri, Kecamatan Minasa Te’ne
Kecamatan Tondong Tallasa, dan Kecamatan Mandalle.
Merupakan wilayah yang memiliki kompleksitas memiliki potensi wilayah yang sangat
besar untuk dikembangkan secara lebih optimal, untuk mendukung perkembangan
wilayah Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan. Adapun kecamatan yang terletak dalam
wilayah kepulauan di Kabupaten Pangkep yaitu: Kecamatan Liukang Tuppabiring,
Liukang Tupabbiring Utara, Kecamatan Liukang Kalmas dan Kecamatan Liukang
Tangayya.
Wilayah sekitar pelabuhan merupakan wilayah pemukiman penduduk dan tambak.
Umumnya penduduk sekitar berprofesi sebagai nelayan dengan tingkat Pendidikan
sebagian besar hanya pada jenjang sekolah dasar.
V-4
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
jalan poros provinsi. Kondisi jalan akses secara umum baik, dimana konstruksi jalan
berupa beton dan aspal dengan lebar 6-8 meter. Akses jalan provinsi menuju Pelabuhan
Maccini Baji berjarak 8,1 km. Sementara kondisi jalan masuk pelabuhan adalah jalan
beton, dengan dengan lebar 5-7 meter.
Pelabuhan Parepare
Pelabuhan Awerange
Gambar 5.5 Lokasi Pelabuhan di Wilayah Sulawesi Selatan di sekitar pelabuhan kajian
V-5
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Sementara untuk dalam wilayah Kabupaten Pangkep terdapat pula beberapa lokasi
pelabuhan/dermaga eksiting antara lai : Pelabuhan Biringkassi, dermaga Pangkajene,
dermaga Kalibone, dermaga Pungkalawaki, dermaga Bawasalo, dermaga Politani, dan
lain-lain yang mengakomodir pergerakan antar pulau-pulau dalam Kawasan gugus
kepulaua Kabupaten Pangkep.
V-6
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
V-7
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Dd = DoCos2m
Dd = 100(Ba-Bb)Cos2m
Dimana:
TA = Titik tinggi A yang telah diketahui
TB = Titik tinggi B yang akan diketahui
ΔH = Beda tinggi antara titik A dan B
Ba = Bacaan benang diafragma atas
Bb = Bacaan benang diafragma bawah
Bt = Bacaan benang diafragma tengah
TA = Tinggi alat
Do = Jarak optis [100(Ba-Bb)]
m = Sudut miring
Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya kemampuan
jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka akan diperlukan titik-titik bantu yang
membentuk jaringan polygon kompas terikat sempurna. Sebagai konsekuensinya pada
jalur poligon kompas akan terjadi perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan arah
orientasi utara peta, sehingga sebelum dilakukan hitungan data azimuth magnetis diberi
koreksi Boussole supaya menjadi azimuth geografis. Hubungan matematik koreksi
BoussoleI (C) adalah:
C=αg–αm
Dimana:
V-8
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
g = Azimuth Geografis
m = Azimuth Magnetis
Pada pelaksanaannya kerapatan titik detail akan sangat tergantung pada skala peta yang
akan dibuat, selain itu untuk keadaan tanah yang mempunyai perbedaan tinggi yang
ekstrim dilakukan pengukuran lebih rapat. Hasil dari pengukuran berupa data ray dari
masing-masing ruas jalur poligon yang menyajikan ketinggian titik-titik tanah yang
dipilih dan posisi bangunan yang dianggap penting. Hasil perhitungan koordinat titik
dalam tiap ray lalu diikatkan pada masing-masing patoknya sehingga didapatkan
posisinya terhadap bidang referensi. Secara jelas titik-titik ini dapat dilihat pada gambar
topografi yang memiliki skala rinci.
Gambar 5.8. Sketsa definisi besaran-besaran yang terlibat dalam koreksi kedalaman
V-9
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Ket. Gambar:
EMA= Elevasi muka air diukur dari nol papan duga (peilschaal)
Z = Kedalaman air hasil saounding (jarak dasar perairan ke transducer)
A = Jarak transducer ke muka air
Dari definisi-definisi di atas, maka elevasi dasar saluran dihitung dari nol papan duga adalah (ED):
ED = Z + A – EMA
2. Pengikatan terhadap elevasi referensi
Hasil dari koreksi pertama (koreksi terhadap jarak transducer ke muka air dan
terhadap pasang surut) menghasilkan elevasi dasar perairan terhadap nol papan
duga (peilschaal). Elevasi ini kemudian diikatkan kepada elevasi BM-01 Maccini
Baji yang dihitung pada pengolahan data pasang surut. Pengikatan terhadap BM-
01 Maccini Baji dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut ini:
EDTTG = ED – EPasut
Berdasarkan data lapangan serta prinsip pengikatan diatas maka didapatkan untuk
elevasi BM-01 Maccini Baji adalah mempunyai nilai sebesar +4.214m.
V-10
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
V-11
3. Rumusan kedalaman sebenarnya
Setiap pengukuran kedalaman yang dilakukan menggunakan wahana apung memiliki
ketergantungan pada waktu pengukuran, tinggi rendah muka air terhadap nol
ketinggian, kondisi fisis perairan (suhu, salinitas, dan berat jenis air laut). Dengan
demikian data kedalaman yang diperoleh perlu direduksi untuk mengetahui
kedalaman sebenarnya sebelum dilakukan penandaan titik fix perum di atas peta.
Kedalaman sebenarnya diperoleh dengan mengoreksi kedalaman pengukuran
terhadap beberapa parameter, yaitu reduksi pasang surut, koreksi barcheck dan
waktu pengukuran.
Adapun penelitian pengaruh suhu air, salinitas dan berat jenis air terhadap
penjalaran gelombang akustik dapat dianggap terkoreksi bersamaan dengan koreksi
barcheck. Pengaruh ini biasanya sangat kecil dan kurang dari 0,5 dm.
Average water
0. Z0 - - 1.0019
level
Main lunar
1. M2 0.50587 -0.1076 -0.1323 230.8746° 0.1705
constituent 12.4206
Lunar
constituent,
3. N2 0.49637 0.0006 0.0020 72.5151° 0.0021
due to Earth- semi diurnal 12.6582
Moon distance
Soli-lunar
constituent,
4. due to the K2 0.52503 -0.0065 -0.0113 240.2309° 0.0130
11.9673
change of
declination
V-12
7. Main solar 0.26108 -0.0304 -0.0893 251.1718° 0.0943
P1
constituent 24.0658
Sementara itu, data dan grafik elevasi muka air untuk 30 hari pengamatan dapat dilihat
pada tabel dan gambar berikut.
V-13
Tabel 5.2 Data Hasil Pengamatan Pasang Surut
Waktu 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00
10 10 18 0.86 0.86 0.85 0.82 0.79 0.76 0.73 0.70 0.69 0.68 0.69 0.70 0.69 0.68 0.66 0.64 0.63 0.61 0.60 0.61 0.65 0.72 0.80 0.85
11 10 18 0.87 0.86 0.83 0.80 0.76 0.72 0.68 0.65 0.63 0.62 0.62 0.64 0.66 0.66 0.65 0.65 0.65 0.64 0.65 0.68 0.74 0.80 0.87 0.90
12 10 18 0.90 0.88 0.84 0.80 0.75 0.69 0.65 0.61 0.58 0.56 0.56 0.56 0.58 0.60 0.61 0.63 0.64 0.67 0.71 0.77 0.83 0.89 0.94 0.95
13 10 18 0.94 0.91 0.87 0.81 0.75 0.69 0.63 0.58 0.54 0.52 0.51 0.50 0.51 0.53 0.55 0.58 0.62 0.67 0.73 0.80 0.88 0.95 1.00 1.01
14 10 18 0.99 0.96 0.91 0.84 0.77 0.70 0.63 0.58 0.53 0.49 0.47 0.46 0.46 0.47 0.49 0.52 0.57 0.63 0.71 0.80 0.90 0.98 1.04 1.06
15 10 18 1.04 1.01 0.95 0.88 0.81 0.73 0.66 0.59 0.53 0.49 0.46 0.44 0.43 0.42 0.43 0.45 0.50 0.57 0.66 0.77 0.89 0.99 1.06 1.09
16 10 18 1.08 1.05 0.99 0.93 0.85 0.77 0.69 0.63 0.57 0.51 0.47 0.44 0.42 0.40 0.39 0.40 0.43 0.49 0.59 0.71 0.84 0.96 1.05 1.10
17 10 18 1.10 1.07 1.03 0.96 0.89 0.82 0.75 0.68 0.62 0.56 0.51 0.47 0.43 0.40 0.38 0.37 0.38 0.43 0.52 0.63 0.77 0.90 1.01 1.07
18 10 18 1.09 1.07 1.04 0.99 0.92 0.86 0.80 0.73 0.68 0.62 0.57 0.52 0.47 0.43 0.40 0.37 0.36 0.39 0.45 0.56 0.70 0.83 0.95 1.03
19 10 18 1.06 1.05 1.02 0.98 0.93 0.88 0.83 0.78 0.73 0.68 0.64 0.59 0.53 0.48 0.44 0.40 0.38 0.38 0.42 0.51 0.64 0.77 0.89 0.97
20 10 18 1.00 1.00 0.98 0.95 0.91 0.88 0.84 0.80 0.77 0.74 0.70 0.65 0.60 0.55 0.50 0.45 0.42 0.40 0.43 0.50 0.60 0.73 0.84 0.91
21 10 18 0.95 0.94 0.92 0.90 0.87 0.84 0.82 0.80 0.78 0.76 0.74 0.70 0.66 0.61 0.56 0.51 0.48 0.45 0.46 0.51 0.61 0.72 0.82 0.88
22 10 18 0.90 0.89 0.86 0.83 0.80 0.78 0.76 0.75 0.75 0.75 0.74 0.73 0.70 0.67 0.62 0.58 0.54 0.52 0.51 0.55 0.64 0.74 0.83 0.87
23 10 18 0.87 0.86 0.83 0.80 0.76 0.73 0.71 0.69 0.69 0.71 0.72 0.71 0.69 0.67 0.64 0.62 0.59 0.58 0.58 0.61 0.69 0.78 0.86 0.89
24 10 18 0.88 0.85 0.81 0.77 0.72 0.68 0.64 0.62 0.61 0.62 0.66 0.69 0.68 0.68 0.66 0.65 0.64 0.63 0.64 0.68 0.75 0.84 0.90 0.92
25 10 18 0.90 0.87 0.82 0.76 0.70 0.64 0.59 0.56 0.54 0.54 0.56 0.59 0.63 0.65 0.66 0.66 0.67 0.69 0.72 0.78 0.85 0.92 0.96 0.97
26 10 18 0.95 0.91 0.85 0.78 0.70 0.63 0.56 0.51 0.48 0.47 0.47 0.51 0.55 0.59 0.62 0.65 0.68 0.72 0.77 0.83 0.91 0.97 1.01 1.02
27 10 18 0.99 0.95 0.89 0.81 0.73 0.64 0.56 0.50 0.45 0.42 0.41 0.43 0.46 0.51 0.56 0.61 0.66 0.72 0.79 0.87 0.95 1.02 1.06 1.06
28 10 18 1.04 1.00 0.93 0.85 0.76 0.67 0.58 0.51 0.44 0.40 0.38 0.37 0.39 0.42 0.48 0.54 0.61 0.70 0.79 0.88 0.97 1.05 1.10 1.10
29 10 18 1.08 1.04 0.97 0.89 0.80 0.71 0.62 0.53 0.46 0.41 0.37 0.35 0.34 0.36 0.40 0.46 0.54 0.64 0.75 0.87 0.98 1.07 1.12 1.13
30 10 18 1.11 1.07 1.01 0.93 0.84 0.75 0.66 0.57 0.50 0.44 0.38 0.35 0.33 0.32 0.33 0.38 0.46 0.56 0.69 0.83 0.96 1.07 1.13 1.15
31 10 18 1.13 1.09 1.03 0.96 0.88 0.79 0.70 0.62 0.55 0.48 0.42 0.38 0.34 0.32 0.31 0.33 0.39 0.48 0.62 0.77 0.91 1.04 1.12 1.15
1 11 18 1.14 1.10 1.04 0.97 0.90 0.82 0.74 0.67 0.60 0.54 0.48 0.43 0.38 0.34 0.32 0.31 0.34 0.42 0.54 0.69 0.85 0.99 1.09 1.13
2 11 18 1.12 1.09 1.04 0.97 0.90 0.83 0.76 0.70 0.64 0.59 0.54 0.49 0.44 0.40 0.36 0.34 0.34 0.39 0.49 0.63 0.79 0.94 1.04 1.10
3 11 18 1.09 1.06 1.01 0.95 0.89 0.82 0.76 0.71 0.66 0.62 0.58 0.54 0.50 0.46 0.42 0.39 0.38 0.40 0.47 0.59 0.74 0.88 1.00 1.05
4 11 18 1.05 1.02 0.97 0.91 0.85 0.79 0.74 0.70 0.66 0.64 0.61 0.58 0.55 0.52 0.49 0.46 0.44 0.45 0.50 0.60 0.72 0.86 0.96 1.01
5 11 18 1.01 0.98 0.93 0.87 0.80 0.74 0.70 0.66 0.64 0.62 0.61 0.60 0.59 0.57 0.55 0.53 0.52 0.52 0.55 0.63 0.74 0.86 0.94 0.98
6 11 18 0.97 0.94 0.90 0.84 0.78 0.72 0.67 0.63 0.60 0.59 0.59 0.60 0.60 0.59 0.59 0.58 0.58 0.59 0.63 0.70 0.79 0.89 0.95 0.97
7 11 18 0.95 0.92 0.86 0.80 0.73 0.67 0.61 0.57 0.54 0.53 0.53 0.55 0.58 0.60 0.61 0.63 0.65 0.68 0.74 0.81 0.88 0.94 0.98 0.98
8 11 18 0.95 0.91 0.85 0.78 0.70 0.63 0.56 0.51 0.48 0.47 0.47 0.50 0.54 0.58 0.61 0.65 0.69 0.74 0.80 0.87 0.94 0.99 1.02 1.01
V-14
Sumber : hasil analisis
Gambar 5.9 Grafik elevasi muka air
V-15
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
MHHWL 1.0
MHWL 0.8
MSL
1.6 2.0
MLWL -0.8
MLLWL -1.0
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa pada saat spring tide tunggang pasang mencapai
2 m.
IV-16
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Data diatas kemudian dibuatkan data statistik dalam bentuk mawar angin (wind rose).
Gambar 5.11 Windrose Kecepatan Angin Rata-rata Tahunan (2001 – 2016) Kejadian
angin yang paling besar atau sering terjadi adalah angin yang berhembus dari
arah timur (71,11%), disusul masing-masing dari barat (19,44%), selatan (5,56%), barat
daya (2,22%), tenggara (1,11%), utara (0%), timur laut (0%) dan barat laut (0%).
Sekalipun persentasi angin dari arah timur dan barat cukup besar, tetapi tidak berpotensi
menimbulkan gelombang. Berikut disajikan Waverose ketinggian gelombang tahunan
dan presentasi Distribusi Frekuensi Ketinggian Gelombang 10 tahun terakhir di perairan
sekitar Pelabuhan Maccini Baji.
Tabel 5.4 Persentasi distribusi frekuensi Ketinggian Gelombang 10 tahun terakhir
IV-17
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Konstruksi / Kondisi
No Fasilitas Dimensi
Type
A. Fasilitas Sisi Laut
IV-18
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Dermaga
P 270 m
L=8m Trestel
P 250 m
L=6m
Area Parkir
Luas = 1.390 m
Lahan area darat Pelabuhan Maccini Baji seluas + 6.671,5 m2 saat ini merupakan lahan
dari hasil reklamasi dan sudah diberi pagar keliling. Namun sampai saat ini lahan area
darat tersebut belum memiliki tanda bukti kepemilikan/pengelolaan. Lokasi yang
memiliki sertifikat hak milik adalah pada lokasi Kantor Pelabuhan Biringkassi yang
berlokasi di Kelurahan Pundata Baji Kecamatan Labbakkang seluas + 700 m2.
IV-19
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
IV-20
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Selain dermaga beton sebagai fasilitas tambat bagi kapal perintis dan kapal-kapal
pelayaran rakyat, terdapat fasiltas tambat berupa dermaga kayu yang diperuntukkan bagi
kapal pelayaran rakyat yang berukuran relative kecil 1 – 3 GT untuk melayani angkutan
antar pulau di sekitar Pelabuhan Maccini Baji.
Alur Pelayaran di Laut adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar dan bebas
hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari kapal angkutan
laut. Alur pelayaran bertujuan untuk mengarahkan kapal-kapal yang akan keluar masuk
ke pelabuhan sehingga pelabuhan bisa lebih teratur. Alur pelayaran harus memiliki
kedalaman dan lebar yang cukup agar bisa dilalui kapal-kapal yang direncanakan akan
berlabuh.
IV-21
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Alur pelayaran di dalam pelabuhan bertujuan sebagai penghubung antara daerah tempat
kapal melempar sauh (kapal menunggu biasanya di luar breakwater apabila ada) dengan
daerah perairan dekat dermaga (biasanya di dalam breakwater, kolam pelabuhan).
Kondisi perairan di Pelabuhan Maccini Baji berkisar antara -2 m LWS s/d -6 m LWS.
Sedangkan kedalaman kolam pelabuhan berkisar antara -4 m LWS s/d -6 m LWS.
5.11 Spesifikasi Kapal yang Tambat di Pelabuhan Maccini Baji dan Trayek Pelayaran
Pelabuhan Maccini Baji merupakan salah satu pelabuhan yang termasuk dalam trayek
perintis. Saat ini kapal perintis yang menyinggahi Pelabuhan Maccini Baji adalah Kapal
Perintis Papua Dua yang melayani trayek menuju wilayah kepulauan Kecamatan
Liukang Tangayya antara lain Pulau Balo-baloang, Pulau Matalaang, Pulau Sapuka dan
Pulau Sailus dan berkhir pada Pelabuhan Badas di Nusa Tenggara Barat. Jumlah trip
per tahun sebanyak 21 – 26 trip dangan waktu siklus 11 – 14 hari. Selain itu kapal-kapal
pelayaran rakyat yang dominan mengangkut semen dengan daerah tujuan Pulau
Kalimantan. Selain itu Pelabuhan Maccini Baji juga memiliki fasilitas tambat untuk
IV-22
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Kapasitas kapal perintis Papua Dua sebesar 350 ton DWT yang merupakan tipe kapal
penumpang barang dengan Panjang Loa 44,67 meter dan kecepatan operasi 12 knot.
Kapasitas angkut penumpang sebanyak 100 orang.
Adapun kapal perintis Papua Dua yang menyinggahi Pelabuhan Maccini Baji melayani
trayek dengan rute Maccini Baji - P. Balang Lompo – P. Balo-baloang Lompo – P.
Matalaang – P. Sapuka Lompo – P. Saillus Lompo – Badas/Khayangan – P. Sailus
Lompo – P. Sapuka Lompo – P. Matalaang – P. Balobaloang Lompo – P. Balang Lompo
– Maccini Baji. Adapun gambaran trayek kapal perintis sebagaimana pada gambar
berikut :
IV-23
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Selain pelayaran perintis, juga terdapat kapal pelayaran rakyat yang tambat di Pelabuhan
Maccini Baji. Sebagian besar kapal tersebut melayani rute menuju Indonesia Timur dan
mayoritas mengangkut semen.
IV-24
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
dan untuk jam kerja selama 20 jam. Sedangkan jam kerja kantor adalah 8 jam dan hari
kerja kantor selama 5 hari.
Tahun 2017 jumlah kunjungan kapal di Pelabuhan Maccini Baji sebanyak 524 unit
dengan total GT sebesar 60.515. Selama satu tahun tidak terdapat barang yang
dibongkar dan penumpang yang turun di Palabuhan Maccini Baji. Namun jumlah
barang yang dimuat sebanyak 63.315 ton yang kebanyakan adalah muatan semen
dengan kemasan sak yang diangkut dengan kapal-kapal pelayaran rakyat menuju Pulau
Kalimantan. Sedangkan jumlah penumpang yang naik sebesar 3.133 penumpang yang
umumnya menggunakan kapal perintis dengan tujuan wilayah kepulauan Kabupaten
Pangkep yaitu pulau-pulau dmi Kecamatan Liukang Tupabbiring dan Kecamatan
Liukang Tangayya. Berikut adalah data kunjungan kapal dan arus bongkar muat pada
Pelabuhan Maccini Baji dari tahun 2012 hingga tahun 2017.
Tabel 5.6 Arus Kunjungan Kapal dan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Maccini
Baji Tahun 2012-2017
Call Kapal Isi Kotor Bongkar Muat
Tahun
(unit) (GT) (ton) (ton)
2012 906 59.038 961 34.275
2013 651 67.821 949 28.927
2014 1.049 68.349 1.759 27.958
2015 689 71.778 1.609 29.599
2016 683 38.313 2.274 13.152
2017 524 60.515 2.496 63.315
Berdasarkan data pada table di atas terlihat bahwa arus kunjungan kapal di Pelabuhan
Maccini Baji mengalami fluktuasi dimana tahun 2014 arus kunjungan kapal mengalami
peningkatan tertinggi sebesar 61%. GT kapal yag masuk di Pelabuhan Maccini Baji
selama 6 (enam) tahun terakhir mengalami pertumbuhan sebesar 6%, sedangkan arus
bongkar muat barang mengalami pertumbuhan sebesar 53%.
IV-25
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Kinerja pelabuhan Maccini Baji tahun 2017 yang ditinjau adalah tingkat pemanfaatan
dermaga eksisitng. Dengan mengambil acuan Panjang kapal yang singgah yaitu KM.
Papua Dua 44,67 meter, dengan asumsi Berthing Time (BT) 24 jam. Maka dengan
panjang tambatan 270 meter maka tersedia 5 tambatan dengan asumsi jarak antara kapal
10. Meter. Sehingga dengan waktu tersedia selama satu tahun 8.760 jam maka diperoleh
tingkat pemanfaatan dermaga eksisting (BOR) sebesar 26,41 % dimana nilai ini
menunjukkan tingkat pemanfaatan dermaga Pelabuhan Maccini Baji masih sangat jauh
dari nilai optimal 70%.
IV-26
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
BAB VI
PERMINTAAN JASA PELABUHAN
Dalam rangka menyusun Studi peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji, masa
kurun waktu (periode) proyeksi permintaan diselaraskan dengan periodisasi
(pentahapan) perencanaan pembangunan sesuai peraturan yang berlaku, yaitu selama
20 (dua Puluh) tahun kedepan yang dibagi dalam 3 (tiga) tahapan perencanaan sebagai
berikut:
1. Rencana Jangka Pendek, meliputi kurun waktu 5 (lima) tahun pertama, yaitu tahun
2019-2023,
2. Rencana Jangka Menengah, meliputi kurun waktu 5 tahun berikutnya, yaitu tahun
2024-2028,
3. Rencana Jangka Panjang, meliputi kurun waktu 10 tahun yang kedua, yaitu tahun
2029-2038.
VI-1
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
6.2 Metodologi
Pada bagian ini diuraikan metodologi yang digunakan dalam melakukan peramalan
(forecasting) atau proyeksi arus barang dan penumpang pada waktu yang akan datang,
selama masa perencanaan pengembangan 20 tahun kedepan sampai dengan tahun
2038. Selanjutnya arus kunjungan kapal (ship calls) akan diperkirakan berdasarkan
hasil proyeksi barang dan penumpang tersebut.
Sebagai dasar peramalan adalah data arus barang dan penumpang masa lampau yang
terjadi pada Pelabuhan Maccini Baji tahun 2017.
Penyusunan proyeksi dimaksudkan untuk mengetahui permintaan atas layanan kapal,
barang dan penumpang yang selanjutnya digunakan untuk menetapkan kebutuhan
fasilitas dan peralatan pelabuhan pada tahun-tahun tertentu sesuai tahap-tahap
perencanaan program pengembangan pelabuhan yang ditetapkan dalam 3 tahapan
tersebut diatas.
Secara keseluruhan metodologi yang akan dilakukan dalam melakukan proyeksi
disajikan dalam gambar diagram alir (flow chart) berikut.
Analisa Data
Proyeksi Kunjungan
Kapal Penumpang, barang
VI-2
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
VI-3
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Proyeksi Penduduk
Proyeksi PDRB
VI-4
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Dimana,
y t 1
n 1
1
y t
t 1
AGR
n 1
VI-5
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Dimana,
y t = variabel dependent (volume arus barang)
VI-6
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
VI-7
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel 6.1.
Proyeksi Penduduk di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Proyeksi Jumlah Penduduk
No Tahun
Regresi Sederhana Model Pertumbuhan Moderat
Y = 303721 + 3290,3 (x) 1%
1 2010 306.717 306.717 306.717
2 2011 310.288 310.288 310.288
3 2012 313.722 313.722 313.722
4 2013 317.110 317.110 317.110
5 2014 320.293 320.293 320.293
6 2015 323.597 323.597 323.597
7 2016 326.700 326.700 326.700
8 2017 329.791 329.791 329.791
9 2018 333.334 333.226 333.280
10 2019 336.624 336.697 336.660
11 2020 339.914 340.204 340.059
12 2021 343.205 343.748 343.476
13 2022 346.495 347.328 346.912
14 2023 349.785 350.946 350.366
15 2024 353.076 354.601 353.838
16 2025 356.366 358.295 357.330
17 2026 359.656 362.027 360.842
18 2027 362.946 365.798 364.372
19 2028 366.237 369.608 367.922
20 2029 369.527 373.458 371.493
21 2030 372.817 377.348 375.083
22 2031 376.108 381.279 378.693
23 2032 379.398 385.250 382.324
24 2033 382.688 389.263 385.976
25 2034 385.979 393.317 389.648
26 2035 389.269 397.414 393.342
27 2036 392.559 401.554 397.056
28 2037 395.850 405.736 400.793
Sumber : hasil analisis, 2018
430.000
410.000
390.000
370.000
350.000
Regresi
330.000 Sederhana
310.000
Model
290.000 Pertumbuha
n
270.000
250.000
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
VI-8
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
VI-9
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel 6.2.
Proyeksi PDRB Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Atas Dasar Harga Konstan 2010
PDRB
No Tahun Regresi Sederhana Pertumbuhan
Moderat
Y = a + bx 9%
1 2010 8.652.628 8.652.628
2 2011 9.503.814 9.503.814
3 2012 10.288.642 10.288.642
4 2013 11.248.479 11.248.479
5 2014 12.419.763 12.419.763
6 2015 13.367.009 13.367.009
7 2016 14.477.292 14.477.292
8 2017 15.433.504 15.433.504
9 2018 16.356.387 16.764.649 16.560.518
10 2019 17.341.386 18.210.606 17.775.996
11 2020 18.326.384 19.781.277 19.053.831
12 2021 19.311.383 21.487.419 20.399.401
13 2022 20.296.382 23.340.716 21.818.549
14 2023 21.281.381 25.353.860 23.317.621
15 2024 22.266.380 27.540.639 24.903.510
16 2025 23.251.379 29.916.028 26.583.704
17 2026 24.236.378 32.496.296 28.366.337
18 2027 25.221.377 35.299.112 30.260.244
19 2028 26.206.376 38.343.672 32.275.024
20 2029 27.191.374 41.650.827 34.421.101
21 2030 28.176.373 45.243.224 36.709.799
22 2031 29.161.372 49.145.468 39.153.420
23 2032 30.146.371 53.384.281 41.765.326
24 2033 31.131.370 57.988.693 44.560.031
25 2034 32.116.369 62.990.237 47.553.303
26 2035 33.101.368 68.423.166 50.762.267
27 2036 34.086.367 74.324.687 54.205.527
28 2037 35.071.366 80.735.216 57.903.291
90.000.000
80.000.000
70.000.000
60.000.000
50.000.000
40.000.000
30.000.000
20.000.000
10.000.000
0
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
Gambar 6.6. Proyeksi Produk Domestik Regional Bruto Kab. Pangkajene dan Kepulauan
VI-10
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
VI-11
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Proyeksi dengan model regresi menggunakan model regresi linear dengan persamaan
Y = 3171,9x + 23444 dengan nilai R2 sebesar 0,7258. Sedangkan proyeksi dengan
model pertumbuhan menggunakan tingkat pertumbuhan PDRB Kabupaten Pangkep
sebesar 7%.
Saat ini Pelabuhan Maccini Baji juga melayani muatan semen yang diangkut
menggunakan kapal-kapal Pelra menuju Pulau Kalimantan. Dalam perencanaan
jaringan transportasi laut dalam RTRW Kabupaten Pangkep, nantinya Pelabuhan
Maccini Baji akan melayani kapal-kapal angkutan semen yang menuju wilayah Papua,
Maluku dan Nusa Tenggara. Sehingga ke depan akan terjadi peningkatan arus semen
yang melalui Pelabuhan Maccini Baji. Berdasarkan hal tersebut dilakukan analisis
tambahan dengan asumsi terdapat peralihan sebagian muatan semen dari Pelabuhan
Adapun hasil proyeksi dengan asumsi terdapat alih muatan semen dari Pelabuhan
Biringkassi sebagaimana pada table berikut :
Tabel 6.4.
Proyeksi Arus Muat Barang di Pelabuhan Maccini Baji,
Tahun 2018-2037 Asumsi Alih Muat Semen 10% (Ton)
Muat Semen Bag
BONGKAR SEMEN MUAT SEMEN MUAT SEMEN yang Akan dialihkan
NO TAHUN
BIRINGKASSI (m3) BIRINGKASSI (m3) BIRINGKASSIt (ton) Ke Maccini Baji
(ton)
1 2017 3.204.600 3.598.845 3.998.717 143.954
2 2018 3.492.693 3.922.381 4.358.201 156.895
3 2019 3.806.687 4.275.003 4.750.004 171.000
4 2020 4.148.908 4.659.326 5.177.029 186.373
5 2021 4.521.895 5.078.200 5.642.444 203.128
6 2022 4.928.413 5.534.730 6.149.700 221.389
7 2023 5.371.477 6.032.302 6.702.558 241.292
8 2024 5.854.373 6.574.606 7.305.118 262.984
9 2025 6.380.681 7.165.663 7.961.848 286.627
10 2026 6.954.304 7.809.856 8.677.618 312.394
11 2027 7.579.496 8.511.962 9.457.736 340.478
12 2028 8.260.893 9.277.188 10.307.986 371.088
13 2029 9.003.547 10.111.207 11.234.674 404.448
14 2030 9.812.966 11.020.204 12.244.671 440.808
15 2031 10.695.152 12.010.921 13.345.467 480.437
16 2032 11.656.646 13.090.702 14.545.225 523.628
17 2033 12.704.578 14.267.556 15.852.840 570.702
18 2034 13.846.720 15.550.210 17.278.011 622.008
19 2035 15.091.540 16.948.174 18.831.304 677.927
20 2036 16.448.270 18.471.814 20.524.238 738.873
21 2037 17.926.969 20.132.431 22.369.367 805.297
Sumber : hasil analisis, 2018
VI-12
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Biringkassi ke Pelabuhan Maccini Baji dengan muatan yang dialihkan hanya muatan
semen dengan kemasan bag sebesar 10% dari total muatan semen kemasan bag di
Pelabuhan Biringkassi. Adapun proyeksi muatan semen yang di bongkar muat di
Pelabuhan Biringkassi sebagaimana pada table 6.4. Dimana 36% dari total semen
yang dimuat di Pelabuhan Biringkaasi dikemas dalam kemasan bag.
VI-13
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel 6.6.
Proyeksi arus Penumpang di Pelabuhan Maccini Baji dengan Kapal Pelra (pnp)
No Tahun Jumlah PNP
1 2018 25.324
2 2019 25.588
3 2020 25.854
4 2021 26.124
5 2022 26.396
6 2023 26.671
7 2024 26.949
8 2025 27.229
9 2026 27.513
10 2027 27.799
11 2028 28.089
12 2029 28.382
13 2030 28.677
14 2031 28.976
15 2032 29.278
16 2033 29.583
17 2034 29.891
18 2035 30.202
19 2036 30.517
20 2037 30.835
Sumber : hasil analisis, 2018
VI-14
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel 6.7.
Proyeksi Kunjungan Kapal (shipcall)di Pelabuhan Maccini Baji
Arus Barang Call Kapal
No Tahun
(ton) (unit)
Apabila berdasarkan asumsi terdapat alih muatan semen dari Pelabuhan Biringkassi
ke Pelabuhan Maccini Baji maka proyeksi arus kunjungan kapal sebagaimana pada
table berikut :
VI-15
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel 6.8.
Proyeksi Kunjungan Kapal (shipcall)di Pelabuhan Maccini Baji Jika Terjadi Alih
Muat Barang Dari Pelabuhan Biringkassi Berdasarkan Kapal Eksisting
Arus
Call Kapal
No Tahun Barang
(unit)
(ton)
1 2018 156.895 623
2 2019 171.000 679
3 2020 186.373 740
4 2021 203.128 806
5 2022 221.389 879
6 2023 241.292 958
7 2024 262.984 1044
8 2025 286.627 1137
9 2026 312.394 1240
10 2027 340.478 1351
11 2028 371.088 1473
12 2029 404.448 1605
13 2030 440.808 1749
14 2031 480.437 1906
15 2032 523.628 2078
16 2033 570.702 2265
17 2034 622.008 2468
18 2035 677.927 2690
19 2036 738.873 2932
20 2037 805.297 3196
Sumber : hasil analisis, 2018
VI-16
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
BAB VII
ANALISIS PENINGKATAN KAPASITAS PELABUHAN
1. Fasilitas Pokok
a. Kebutuhan Dermaga
Ukuran dermaga untuk bertambat tergantung pada dimensi kapal terbesar dan
jumlah kapal yang menggunakan dermaga. Panjang dermaga didesain
berdasarkan perkiraan jenis kapal dan jumlah kapal yang akan merapat dan
berlabuh di dermaga tersebut, dengan ketentuan terdapat jarak aman antar kapal
dan jarak aman ke tepi dermaga agar menjaga kapal saat tambat maupun saat
meninggalkan dermaga, serta saat bongkar muat barang.
Untuk menentukan panjang dermaga yang memiliki lebih dari satu tambatan
dapat digunakan persamaan dari IMO sebagai berikut:
Lp = nLoa + [(n + 1) x 10% Loa]
Dimana :
Lp : Panjang dermaga (meter)
Loa : Panjang kapal yang ditambat (meter)
n : jumlah kapal yang ditambat
Jumlah kapal yang ditambat di dermaga dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :
Cs . BT
n = Waktu Operasional . BOR
Dimana :
VII-1
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
VII-2
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel 7.2.
Analisis Kebutuhan Dermaga Pelabuhan Maccini Baji Berdasarkan Kapal
Rancangan dan Alih Muat Dari Pelabuhan Biringkassi
Jangka Jangka Jangka
Uraian Pendek Menengah Panjang
2018-2022 2018-2027 2018-2037
Jumlah bongkar muat (ton/tahun) 221.389 340.478 805.297
Jumlah kunjungan kapal (call/tahun) 879 1351 3196
Berthing time (jam/kapal) 24 24 24
Waktu operasional (jam/tahun) 2880 2880 2880
Berth Occupancy Ratio (BOR) 44,28% 68,10% 161,06%
Jumlah tambatan 1 1 1
Panjang kapal Loa (meter) 58,5 58,5 58,5
Kebutuhan Panjang Dermaga (meter) 171 263 622
Panjang Dermaga Eksisting (m) 270 270 270
Penambahan Panjang Dermaga (m) 0 0 352
Sumber : Analisa Konsultan, 2018
VII-3
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel 7.3.
Analisis Kebutuhan Gudang Pelabuhan Maccini Baji
Arus B/M
KEBUTUHAN
KAPASITAS KAPASITAS LUAS GUDANG
No Tahun LUAS EFEKTIF
TON/M^3 GUDANG DALAM GUDANG KESELURUHAN
SETAHUN
VII-4
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Saat ini di Pelabuhan Maccini Baji belum tersedia Gudang tertutup, sehingga
dalam mengantisipasi adanya alih muatan semen dari Pelabuhan Maccini Baji
dengan asumsi 40% dari total muatan yang melalui Gudang dan 60% dengan
sistem truck lossing, maka kebutuhan luas areal gudang sebagaimana pada table
7.3.
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan areal gudang di pelabuhan Maccini Baji
adalah bahwa kebutuhan gudang tertutup di Pelabuhan Maccini Baji hingga tahun
2037 adalah sebesar 1.087 m2.
Tabel 7.4.
Analisis Kebutuhan Luas Area Parkir Pelabuhan Maccini Baji
Luas
Jumlah kedatangan kendaraan Efektif
Tahun Jumlah Kendaraan Dimensi Kendaraan
truk (perhari) Area Luas Area
(pertahun) Yang Parkir Bersamaan Parkir Parkir
Unit Unit Unit M M^2 M^2
2018 4913 13 2 9,2 4,3 89 148
2019 5336 15 2 9,2 4,3 96 161
2020 5797 16 3 9,2 4,3 105 175
2021 6296 17 3 9,2 4,3 114 190
2022 6840 19 3 9,2 4,3 124 206
2023 7429 20 3 9,2 4,3 134 224
2024 8070 22 4 9,2 4,3 146 243
2025 8766 24 4 9,2 4,3 158 264
2026 9522 26 4 9,2 4,3 172 287
2027 10344 28 5 9,2 4,3 187 311
2028 11236 31 5 9,2 4,3 203 338
2029 12205 33 6 9,2 4,3 220 367
2030 13258 36 6 9,2 4,3 239 399
2031 14401 39 7 9,2 4,3 260 434
2032 15643 43 7 9,2 4,3 283 471
2033 16993 47 8 9,2 4,3 307 512
2034 18458 51 8 9,2 4,3 333 556
2035 20050 55 9 9,2 4,3 362 604
2036 21779 60 10 9,2 4,3 393 656
2037 23658 65 11 9,2 4,3 427 712
Pada tahun 2027 lapangan parkir truk akan dapat menampung sebanyak 28 unit
kendaraan dengan interval kedatangan truk yang akan parkir bersamaan adalah
sebanyak 2 unit dan lapangan parkir yang dibutuhkan seluas 311 m2. Sedangkan
hingga tahun 2037 lapangan parkir truk direncanakan untuk menampung sejumlah
VII-5
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
65 unit kendaraan dengan interval kedatangan truk yang parkir bersamaan adalah
sebanyak 12 unit dan lapangan parkir yang dibutuhkan seluas 712 m2.
2. Fasilitas Penunjang
a. Kantor Pelabuhan
Gedung kantor ditujukan untuk menunjang kegiatan administrasi kegiatan
pelabuhan dan pengelolaan pelabuhan . Pelabuhan Maccini Baji memiliki satu
kantor dimana luas gedung perkantoran mempertimbangkan kebutuhan ruang
per orang yang dikalikan dengan jumlah staf.
VII-6
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Gambar 6.1 Layout Pengembangan Pelabuhan Maccini Baji Tahun 2037 (Untuk kapal 350 DWT)
VII-7
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Gambar 6.2 Layout Pengembangan Pelabuhan Maccini Baji Tahun 2037 (Untuk kapal 750 DWT)
VII-8
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKR) pelabuhan adalah wilayah daratan dan
perairan pada pelabuhan laut/sungai yang dipergunakan secara langsung untuk
kegiatan kepelabuhanan. Sedangkan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan
(DLKP) pelabuhan laut/sungai adalah wilayah perairan di sekeliling DLKR perairan
pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran.
Menurut Pedoman Teknis Rencana Induk Pelabuhan yang diterbitkan oleh Ditpelpeng
Hubla, Rencana Induk Pelabuhan akan menjadi acuan dan pertimbangan dalam
penetapan DLKR dan DLKP pelabuhan. Akan tetapi perlu dipahami bahwa
perhitungan luasan DLKR dan DLKP pelabuhan yang menjadi bagian dari Rencana
Induk sifatnya hanya usulan atau rencana berdasarkan pertimbangan teknis,
operasional dan keselamatan pelayaran, tentunya tidak serta merta menjadi suatu
ketetapan.
1) dermaga;
2) gudang lini 1;
3) lapangan penumpukan lini 1;
4) terminal penumpang;
5) terminal peti kemas;
VII-9
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
1) kawasan perkantoran/komersial;
2) instalasi air bersih, listrik dan telekomunikasi;
3) jaringan jalan;
4) jaringan air limbah, drainase dan sampah;
5) areal pengembangan pelabuhan;
6) tempat tunggu kendaraan bermotor;
7) fasilitas umum lainnya (peribadatan, olah raga, kantin dll).
Tabel 7.5.
Zonasi Lahan Darat dalam Kegiatan Operasional Pelabuhan
□ Kawasan Terminal multipurpose □ Area Utilitas
□ Kawasan Terminal speed boat □ Area Perkantoran
□ Kawasan Pergudangan □ Kawasan Komersial
□ Area Fasilitas Umum □
Sumber : hasil analisis, 2018
VII-10
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Rencana tata guna perairan Pelabuhan Maccini Baji berdasarkan fungsinya diatur
sebagai berikut:
Dari kondisi peta laut dan hasil survey bathimetri yang ada maka kebutuhan
lebar alur 133,5 m dan tidak memerlukan pekerjaan pemeliharaan pengerukan.
VII-11
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel 7.6.
Penyajian Tabel Rekapitulasi Pengembangan Fasilitas Perairan
Spesifikasi Kapal
B Lebar kapal (m) 14,0
D Draft Kapal (m) 2,93
Loa Panjang kapal (m) 58,5
Fasilitas Perairan Satuan Rumus
Luas Area (m2)
Alur Pelayaran
1. Lebar alur pelayaran m W = 9B + 30 133,5
2. Kedalaman Alur pelayaran m d = (1,5xD) +1,5 5,85
3. Panjang alur pelayaran m L = 18 x Loa 1.053
4. Luas Alur pelayaran m2 A=WxL 140,575
Kolam Putar
1. Kedalaman kolam putar m H = d + 0,5 H+S+C 6
2. Diameter kolam putar m D=3xL 117
3. Luas kolam putar m2 A = (n.π/4)xD^2 10,745
Areal Labuh
1. Kedalaman areal labuh m H = d + 0,5 H+S+C 6
2. Radius areal labuh m R = L + 6D + 30 105,9
3. Luas areal labuh m2 A = π.R^2 35,214
Areal keadaan darurat kapal
1. Kedalaman areal keadaan
darurat kapal m H = d + 0,5 H+S+C 6
2. Radius Areal m R = L + 6D + 30 105,9
3. Luas Areal m2 A = π.R^2 35,214
Areal Sandar Kapal
1. Kedalaman Areal sandar m H = d + 0,5 H+S+C 6
2. Luas Areal m2 A = 1,8.L x 1,5.L 9240
Sumber : hasil analisis, 2018
VII-12
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
VII-13
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
c. Perbaikan/Perawatan
Kegiatan ini mencakup perbaikan kapal-kapal yang rusak berat/ringan,
penggantian suku cadang maupun perawatan rutin sebelum berlayar. Untuk
kegiatan ini diperlukan fasilitas perbengkelan dan fasilitas docking (slipway).
d. Pelayanan di dermaga
Kapal-kapal yang selesai membongkar muatannya baik penumpang maupun
barang, kemudian akan melakukan pengisian perbekalan yang berupa bahan
bakar, air bersih, bahan makanan dan sebagainya.
e. Tambat labuh dan istirahat (Berthing)
Dalam rangka menunggu kegiatan bongkar muat serta pelayaran berikutnya,
kapal-kapal akan tambat dan beristirahat. Selama masa tambat / istirahat ini
akan dilakukan kegiatan pembersihan dan perawatan kapal, pengisian
perbekalan makanan dan kesempatan beristirahat maupun berpergian bagi para
ABK. Untuk kegiatan ini diperlukan areal labuh yang memadai.
VII-14
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
c. Pengguna jasa
Pemanfaatan pelabuhan-Pelabuhan ini ditujukan untuk kepentingan berbagai
pihak yang ada. Secara garis besar, penumpang dan barang yang
dibongkar/diangkut melalui pelabuhan ini ditujukan untuk melayani kebutuhan
konsumen pengguna jasa transportasi laut dan maupun konsumen industri.
Disamping itu, pemanfaatan Pelabuhan ini dapat juga ditujukan untuk
pemasaran sumber daya alam atau hasil industri komoditi khusus yang ada di
wilayah kajian dan sekitarnya.
VII-15
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
VII-16
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
terkait dikaitkan terhadap lalu lintas di sekitar lokasi site dan dengan lingkungan
sekitar site.
Pencapaian utama terletak pada jalan utama yang mudah dicapai oleh kendaraan (roda
empat dan roda dua) maupun oleh pejalan kaki. Untuk pencapaian utama, sesudah
melalui pos keamanan atau pos jaga secara langsung dipisahkan menuju ke zona
penyeberangan dan zona perbekalan, yang sebelumnya melewati zona administrasi,
karena zona ini merupakan pusat pengelolaan intern dan pusat komunikasi dengan
pihak luar. Dari zona administrasi kemudian dilanjutkan ke zona-zona lainnya.
VII-17
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
BAB VIII
ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI DAN
FINANSIAL PELABUHAN
VIII-1
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
VIII-2
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
VIII-3
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Depresiasi
Investasi
Bunga&Pajak
O&P/A
e : 1-3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pendapatan
BCR (Benefit Cost Ratio) adalah suatu metode yang memperbandingkan NPBV
(Net Present Benefit Value) dan NPCV (Net Present Cost Value). Metode ini
adalah metode yang sangat umum, dengan memperhitungkan umur proyek.
Hitungan BCR dilakukan dengan menganggap bunga bank tidak berubah, dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
NPBV
BCR
NPCV
NPBV Benefit
1i n 1
1
i
NPCV PV i
i n 1
1 n 1 1
i
dimana PV adalah Present Value.
Dalam jangka waktu umur konstruksi ini akan dilihat apakah proyek tersebut
layak dilaksanakan, yaitu :
VIII-4
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Jika BCR NPBV 1 , maka proyek layak dilaksanakan, dan sebaliknya jika
NPCV
NPBV
BCR 1 , maka proyek tidak layak dilaksanakan.
NPCV
Investasi awal berupa biaya (cost), akan diperhitungkan dengan bunga tahunan
dan lamanya umur proyek.
Adalah suatu nilai tingkat suku bunga yang nilainya tergantung dari investasi awal
terhadap Net Benefit Value, dimana jika nilainya lebih besar dari tingkat suku
bunga pinjamam maka proyek tersebut layak untuk dilaksanakan.
VIII-5
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
VIII-6
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
8.4 Hasil Analisis Kelayakan Ekonomi dan Finansial Pelabuhan Maccini Baji
1. Keuntungan (Benefit Cost)
Dari hasil analisis di peroleh penerimaan dari pelabuhan hingga tahun 2037, dapat
dilihat pada tabel berikut :
2. Biaya (Cost)
Besarnya biaya pembangunan itu terdiri dari biaya biaya konstruksi, yang
besarnya Rp. 12.000.000.000,-. Biaya pemeliharan konstruksi tiap 5 tahun
besarnya 8 % dari biaya konstruksi, berdasarkan nilai sekarang.
VIII-7
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
Sedangkan biaya pemeliharaan pada tahun ke-5 = Rp. 112.796.000,-. Biaya ini
dianggap sebagai modal awal (pinjamam), dengan tingkat suku bunga pinjamam
sebesar 12 % per tahun. Penentuan nilai akan datang menggunakan persamaan
berikut :
F P(1 i) n
dengan :
P = Present worth (nilai sekarang)
F = Future worth (nilai akan datang)
i = Tingkat suku bunga pinjaman
n = jumlah tahun ke –n
Tabel cash flow dan hasil perhitungan BCR maupun IRR akan diuraikan pada
Tabel 8,2 di bawah ini :
Berdasarkan tabel tersebut, BCR bernilai lebih dari 1 pada tahun ke-6 dan IRR
bernilai lebih besar dari 8 % per tahun pada tahun ke-20, sehingga lebih besar dari
suku bunga pinjaman yang direncanakan (8%). Dengan demikian, proyek layak
untuk dilaksanakan.
VIII-8
Laporan Draft Akhir
Studi Peningkatan Kapasitas Pelabuhan Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan
VIII-9
BAB IX
ANALISIS KELAYAKAN
LINGKUNGAN PELABUHAN
Berbagai dampak yang mungkin terjadi terhadap lingkungan, maka prioritas kegiatan
dan komponen lingkungan yang perlu dikelola dan dipantau adalah sebagai berikut :
Komponen fisika – kimia : kualitas udara dan kebisinga, udara emisi dan air laut;
Komponen biologi ialah biota terrestrial dan biota perairan;
Komponen sosial ekonomi dan buaya meliputi ketenagakerjaan, persepsi
masyarakat.
1. Komponen fisika – kimia : kualitas udara dan kebisingan, udara emisi dan air
laut
a. Kualitas udara dan kebisingan
Bobot dampak dinilai dengan seberapa jauh kualitas udara dan bising
melampaui baku mutu udara ambient dan seberapa besar pengaruhnya
terhadap lingkungan serta berupaya memenuhi ketentuan yang berlaku.
IX-2
b. Kualitas Air Laut
1) Jenis Dampak penting
Menurut kualitas kimia – fisika perairan disekitar pelabuhan
2) Kegiatan dampak penting
Kegiatan yang menjadi sumber dampak terhadap kualitas air laut ialah:
Bongkar muat barang, baik barang cair maupun padat;
Limbah cair domestik;
Kegiatan lain yang ada dipelabuhan yaitu bongkar muat
barang- barang ;
Saluran limbah kota yang keluarnya berada didaerah pelabuhan;
Buangan limbah cair industri.
3) Tolok Ukur dampak penting
Dampak tergolong penting dengan tolok ukur tingginya beberapa
parameter/kandungan logam berat yaitu Za, Pb, Cu, AL, Cr, suspended
solid. Bobot dampak nilai dengan seberapa jauh kualitas air laut melampaui
Baku Mutu. Sebagai tolok ukur digunakan keputusan menteri lingkungan
hidup nomor 51 tahun 2004 Tentang baku mutu air laut dan peraturan
pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang pengololaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air serta seberapa berat pengerauhnya terhadap
kehidupan dan lingkungan.
IX-3
2. Komponen lingkungan biologi : biota terresial dan biota perairan
Perubahan jumlah jenis dan kelimpahan flora dan fauna darat yang berada
dalam kawasan pelabuhan
Tolok ukur dampak penting adalah besarnya perbedaan jumlah jenis dan
kelimpahan flora dan fauna darat yang ada pada kawasan pelabuhan.
4) Pengelolaan dampak
IX-5
BAB X ANALISIS
KELAYAKAN
PENINGKATAN KAPASITAS PELABUHAN
X-1
- Fasilitas umum dan Sosial
- Bukan daerah konservasi dan perlindungan lingkungan
- Dampak terhadap lingkungan
5. Aspek Keselamatan Pelayaran
- Alur pelayaran cukup
- Kebutuhan SBNP
- Rintangan Navigasi
- Tingkat kerawanan/bencana.
Semua aspek kelayakan diatas diberi bobot penilaian kriteria kelayakan sehingga
didapatkan angka passing grade total nilai dengan kriteria-kriteria seperti yang
tercantum dalam tabel berikut ini :
Tabel 10.1.
Penilaian Pembobotan kriteria kelayakan pelabuhan
No Kriteria Sub Kriteria Bobot
Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN)
1 Tata Ruang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Tatrawil 20%
Rencana Tata Ruang Kab/kota dan Tatralok
Kedalaman perairan
Aksesbilitas dan Infrastruktur Penunjang
Tinggi Gelombang
Sedimentasi
2 Teknis 16%
Luas perairan untuk olah gerak kapal
Arus
Pasang Surut
Topografi
Potensi Hinterland dan foreland
3 Ekonomi PDRB 13%
EIRR
Financial + Biaya
4 FIRR 4%
Pembangunan
Daerah tertinggal, terisolir, perbatasan
Status Tanah
Kependudukan
5 Lingkungan Fasilitas Umum dan Sosial 27%
Bukan daerah Konservasi dan Perlindungan
Lingkungan
Dampak terhadap Lingkungan
Alur pelayaran cukup
6 Keselamatan Pelayaran 20%
Kebuthan SBNP
X-2
Rintangan Navigasi
Tingkat kerawanan Bencana
Total Nilai 100%
Sumber : Juknis studi kelayakan pelabuhan, Dirjen Hubla, 2014
X-3
Total bobot nilai dari Analisis terhadap Tata Ruang dan Wilayah adalah 20% dari
seluruh nilai pembobotan dari analisis kelayakan pembangunan pelabuhan. Analisis
ini terdiri lagi menjadi :
X-4
Pangkajene
2 P. Balang Lompo PL PL PL PL
Kepulauan
Pangkajene P. Balo-Baloang
3 PL PL PL PL
Kepulauan Lompo
Pangkajene P. Dewakang
4 PL PL PL PL
Kepulauan Lompo
Pangkajene P. Doang-
5 PL PL PL PL
Kepulauan Doangan Lompo
Pangkajene
6 P. Gondong Bali PL PL PL PL
Kepulauan
Pangkajene P. Kapoposang
7 PL PL PL PL
Kepulauan Bali
Pangkajene
8 P. Karangrang PL PL PL PL
Kepulauan
Pangkajene
9 P. Kulambing PL PL PL PL
Kepulauan
Pangkajene
10 P. Langkoitang PL PL PL PL
Kepulauan
Pangkajene
11 P. Matalaang PL PL PL PL
Kepulauan
Pangkajene
12 P. Pammantauang PL PL PL PL
Kepulauan
Pangkajene
13 P. Salemo PL PL PL PL
Kepulauan
Pangkajene
14 P. Karumpa PL PL PL PL
Kepulauan
Pangkajene
15 Kalatoa PL PL PL PL
Kepulauan
Sumber : Rencana Induk Pelabuhan Nasional 2017-2037 (RIPN) KM KP 432 2017
PP : Pelabuhan Pengumpul
PR : Pelabuhan Pengumpan Regional
PL : Pelabuhan Pengumpan Lokal
X-5
Lokasi dan nama pelabuhan yang distudi terdapat tidak
50
terdapat dan tidak sesuai dengan RTRWP
Sumber : Juknis Studi Kelayakan Kemhub, 2017
Dalam RTRWP dalam bentuk Perda nomor 9 tahun 2009 tentang Rencana Tata
Ruang Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 – 2029 di sebutkan pada pasal 27 ayat
2 yaitu :
“Sistem tatanan kepelabuhanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa
pelabuhan regional/pengumpan primer meliputi: Waruwaru dan Malili (Kabupaten
Luwu Timur), Belopa (Kabupaten Luwu), Pattirobajo (Kabupaten Bone), Awerange
(Kabupaten Barru), Galesong (Kabupaten Takalar), Jeneponto (Kabupaten
Jeneponto), Benteng dan Maccini Baji (Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
) Bantaeng (Kabupaten Bantaeng)”, yang berarti bahwa pelabuhan Maccini Baji
kabupaten Pangkajene dan Kepulauan di sebutkan dalam RTRW propinsi
Sulawesi Selatan. Sehingga untuk kriteria ini diberi bobot 100.
Lokasi dan nama pelabuhan yang di studi tidak terdapat dan tidak
50
sesuai dengan RTRW Kabupaten/Kota
X-6
Berdasarkan hasil analisis diatas tentang analisis terhadap tata ruang dan wilayah
pelabuhan Maccini Baji dapat di sajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 10.6.
Hasil hitungan bobot berdasarkan analisis Tata ruang dan Wilayah
Hasil Bobot
Berdasarkan tabel hitungan diatas diketahui hasil bobot terhadap analisis Tata ruang
dan wilayah untuk studi kelayakan pembangunan peningkatan kapasitas pelabuhan
Maccini Baji di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan adalah sebesar 20% dari total
bobot 20%.
Kriteria teknis pemilihan lokasi antara lain: terlindung dari angin dan gelombang yang
membahayakan keselamatan olah gerak kapal; memiliki kedalaman yang cukup untuk
pergerakan kapal-kapal sesuai dimensi (draft) kapal rencana, memiliki alur masuk
X-7
kapal yang cukup dan aman untuk keluar masuk kapal-kapal (easy approach);
memiliki tingkat sedimentasi/pengendapan akibat litoral drift, litoral transport,
maupun erosi tepian sungai (apabila terletak di muara sungai) yang rendah atau
minimal; daya dukung tanah cukup baik, tidak berada pada areal karang (coral reef)
karena daerah seperti ini merupakan daerah yang kaya (subur) akan flora dan fauna.
1. Kedalaman Perairan
Untuk kriteria kedalaman perairan diberi bobot 20% untuk analisis dari aspek
teknis. Berikut adalah nilai untuk masing-masing indikator kedalaman pantai.
Tabel 10.7.
Indikator Kedalaman Pantai
Jarak Garis Pantai Ke Kedalaman Yang Diperlukan
Nilai
(m)
<5 100
5 – 10 90
10 – 15 85
15 – 20 80
20 – 25 75
25 – 50 70
50 – 100 65
> 100 60
Sumber : Juknis Studi Kelayakan Kemhub, 2017
Berdasarkan kondisi eksisting di pelabuhan Maccini Baji, dengan kedalaman sangat
landai sehingga untuk jarak dari garis pantai hingga ke dermaga kurang lebih 500 meter,
sehingga bobotnya berdasarkan tabel diatas adalah 60%.
X-8
2. Gelombang
Gelombang laut adalah bentuk permukaan laut yang berupa punggung atau
puncak gelombang dan palung atau lembah gelombang oleh gerak ayun
(oscillatory movement) akibat tiupan angin, erupsi gunung api, pelongsoran dasar
laut, atau lalu lintas kapal (Sunarto, 2003). Gelombang laut memiliki dimensi yaitu
periode gelombang, panjang gelombang, tinggi gelombang, dan cepat rambat
gelombang.
Untuk kriteria ini diberi bobot 20% untuk analisis dari aspek teknis. Sedangkan
untuk pemberian nilai indikator, semakin kecil tinggi gelombang dominan
semakin besar nilai yang diberikan.
Tabel 10.8.
Indikator Gelombang Dominan
Tinggi Gelombang (m) Nilai(m)
< 0,5 100
0,5 – 0,75 95
0,75 – 1,0 90
1,0 – 1,5 85
1,5 – 2,0 80
2,0 –2,5 75
2,5 – 3,0 70
3,0 – 3,5 65
> 3,5 60
Sumber : Juknis Studi Kelayakan Kemhub, 2017
Berdasarkan hasil analisis gelombang, bahwa gelombang di depan dermaga untuk kondisi
normal sangat kecil berkisar antara 0,2 hingga 0,6 meter. Sehingga untuk kriteri
gelombang diberi bobot 95.
X-9
Untuk kriteria ini diberi bobot = 10% untuk analisis dari aspek teknis. Berikut
adalah nilai untuk masing-masing indikator Ruang gerak.
Tabel 10.9.
Indikator Ruang Gerak
Ruang Gerak (P = panjang kapal m) Nilai
> 3P 100
3,0 P - 2,75 P 90
2,75 P - 2,50 P 80
2,25 P - 2,0 P 70
2,0 P - 1,75 P 60
1,75 P - 1,5 P 50
1,5 P - 1,25 P 40
1,25 P - 1,0 P 30
< 1,0 P 20
Sumber : Juknis Studi Kelayakan Kemhub, 2017
Berdasarkan hasil Survey, bahwa ruang gerak kapal di depan dermaga pada kolam putar,
masih sangat bebas dengan kedalaman yang cukup dengan areal putar hingga mencapai
radius 120 meter, sehingga bobotnya berdasarkan tabel diatas adalah 90%.
4. Arus Dominan
Arus laut adalah gerakan molekul air laut yang pada umumnya dengan arah
horizontal dan vertical. Arus atas, jika arusnya bergerak di permukaan laut; Arus
bawah, jika arusnya bergerak di bawah permukaan air laut. Long shore current,
arah aliran arus sejajar dengan garis pantai
Untuk kriteria arus dominan diberi bobot 10% untuk analisis dari aspek teknis.
Berikut adalah nilai untuk masing-masing indikator arus dominan.
Tabel 10.10.
Indikator Arus Dominan
Kecepatan Arus Dominan(m/dt) Nilai
< 0,05 100
0,05 – 0,10 95
0,10 – 0,20 90
0,20 – 0,30 85
0,30 – 0,40 80
0,40 – 0,50 75
0,50 – 0,75 70
0,75 – 1,00 65
> 1,00 60
Sumber : Juknis Studi Kelayakan Kemhub, 2017
X-10
Berdasarkan hasil Survey, untuk arus dominan di depan dermaga pelabuhan Maccini Baji
adalah dengan kecepatan antara 0,05 m/det hingga 0,06 m/det, sehingga bobotnya
berdasarkan tabel diatas adalah 95%.
5. Pasang Surut
Pasang laut adalah naik atau turunnya posisi permukaan perairan atau samudera
yang disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi bulan dan matahari. Untuk kriteria
pasang surut diberi bobot 10% untuk analisis dari aspek teknis. Berikut adalah nilai
untuk masing-masing indikator beda pasang surut.
Tabel 10.11.
Indikator Pasang surut
Tunggang Pasang (m) Nilai
< 1,0 100
1,0 – 1,5 95
1,5 – 2,0 90
2,0 – 2,5 85
2,5 – 3,0 80
3,0 – 3,5 75
3,5 – 4,0 70
4,0 – 4,5 65
> 4,5 60
Sumber : Juknis Studi Kelayakan Kemhub, 2017
Berdasarkan hasil Survey, untuk pasang surut tunggang pasut di lokasi studi 2 meter, yang
diukur dari pasang tertinggi (Hws) hingga surut terendah (Lws), sehingga bobotnya
berdasarkan tabel diatas adalah 90%.
6. Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh
media air, angin, es atau gletser di suatu cekungan.
Untuk kriteria ini diberi bobot 10 % dari nilai keseluruhan dari aspek teknis. Berikut
adalah nilai untuk masing-masing indikator faktor sedimentasi
Tabel 10.12.
Pedoman penentuan nilai Sedimentasi
Aspek Sedimentasi Nilai
Di pantai, jauh dari sungai, jauh dari bangunan pantai yang
100
menjorok ke laut
Di pantai, jauh dari sungai, dekat dengan bangunan pantai yang
90
menjorok ke laut
X-11
Di pantai, dekat sungai, jauh dari bangunan pantai yang
80
menjorok ke laut
Di pantai, dekat dari sungai, dekat dengan bangunan pantai yang
70
menjorok ke laut
Di sungai, jauh dari muara 65
Di sungai, dekat dengan muara 60
Di muara sungai 50
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahwa tidak terdapat sungai atau bangunan yang
menjorok ke laut di sekitar Pelabuhan sehingga bobot sesuai tabel yaitu 100%.
7. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah derajat kemudahan dicapai oleh orang, terhadap suatu objek,
pelayanan ataupun lingkungan. Kemudahan akses tersebut diimplementasikan pada
bangunan gedung, lingkungan dan fasilitas umum lainnya.
Untuk kriteria ini diberi bobot 10 %. Berikut adalah nilai untuk masing-masing
indikator aksesibilitas.
Tabel 10.13.
Indikator Aksesbilitas
Indikator Aksesibilitas Nilai
Sudah Memiliki Jalan Akses, Sudah Perkerasan, Cukup 2 Kendaraan R-4 100
X-12
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahwa jalan masuk ke pelabuhan Maccini Baji
cukup untuk dilalui oleh kendaraan roda 4 maupun truk di tiap arah dengan kondisi jalan
beton dan aspal, sehingga bobotnya berdasarkan tabel diatas adalah 100%
8. Fasilitas Pendukung
Fasilitas penunjang yang dimaksudkan disini adalah semua fasilitas atau
infrastruktur penunjang yang mendukung pengembangan suatu pelabuhan.
Untuk kriteria fasilitas pendukung ini diberi bobot 5% dari nilai keseluruhan dari
aspek teknis. Berikut adalah nilai untuk masing-masing indikator fasilitas
pendukung.
Tabel 10.14.
Indikator Fasilitas Pendukung
Indikator Fasilitas Pendukung Nilai
Fasilitas Lengkap, Ada Jaringan, Mencukupi Kebutuhan, Dekat
100
Instalasi Eksisting
Fasilitas Cukup, Ada Jaringan, Mencukupi Kebutuhan, Jauh Dari
90
Instalasi Eksisting
Fasilitas Cukup, Belum Ada Jaringan, Mencukupi Kebutuhan,
80
Jauh Dari Instalasi Eksisting
9. Topografi
Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti
planet, satelit alami (bulan dan sebaginya) dan asteroid.
Kriteria ini diberi bobot 5% dari nilai keseluruhan dari aspek teknis. Berikut adalah
nilai untuk masing-masing indikator kondisi lahan.
X-13
Tabel 10.15.
Indikator Penilaian Topografi
Indikator kondisi lahan/topografi Nilai
Daya dukung baik, kelandaian lahan < 15o, bebas dari pasang
100
surut
Daya dukung sedang, kelandaian lahan < 15o, bebas dari pasang
90
surut
Daya dukung baik, kelandaian lahan > 15o, bebas dari pasang
85
surut
Daya dukung sedang, kelandaian lahan > 15o, bebas dari pasang
80
surut
Daya dukung buruk, kelandaian lahan < 15o, bebas dari pasang
75
surut
Daya dukung buruk, kelandaian lahan > 15o, bebas dari pasang
70
surut
Daya dukung baik, kelandaian lahan < 15o, terpengaruh pasang
65
surut
Daya dukung buruk, kelandaian lahan > 15o, terpengaruh
60
pasang surut
Sumber : Juknis Studi Kelayakan Kemhub, 2017
Berdasarkan hasil pengukuran topografi di lapangan daya dukung lahan masih ada, hanya
berupa tanah lapang dan bebas dari pasang surut, sehingga bobotnya berdasarkan tabel
diatas adalah 90%
Berdasarkan hasil analisis diatas tentang analisis terhadap Aspek Teknis pelabuhan
Maccini Baji di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dapat di sajikan pada tabel
dibawah ini :
Tabel 10.16
Hasil hitungan bobot berdasarkan analisis Aspek Teknis
Hasil Bobot
No Kriteria Bobot Nilai Hasil
1 Kedalaman perairan 20% 0.6 12%
2 Tinggi gelombang 20% 0.9 18%
3 Luas perairan untuk olah gerak kapal 10% 0.9 9%
4 Arus 10% 0,95 9,5%
5 Pasang surut 10% 0.9 9%
6 Sedimentasi 10% 1.0 10%
7 Aksesbilitas 10% 1.0 10%
8 Fasilitas Pendukung 5% 0.9 4,5%
9 Topografi 5% 0.90 4.5%
JUMLAH % 100% 86,5%
BOBOT DARI 16 % 13.84%
Sumber : hasil analisis, 2018
X-14
Berdasarkan tabel hitungan diatas diketahui hasil bobot terhadap analisis dari aspek
teknis untuk studi kelayakan peningkatan kapasitas pelabuhan Maccini Baji di
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan adalah sebesar 13,84% dari total bobot 16%.
X-15
2. Potensi pencemaran lingkungan akibat dampak pembangunan dan kegiatan
operasi pelabuhan.
3. Berubahnya rona lingkungan
4. Berkurangnya pendapatan masyarakat tertentu.
Aspek kelayakan ekonomi harus memperhatikan produk domestik regional bruto,
aktivitas/perdagangan dan industri yang ada serta prediksi di masa mendatang,
perkembangan aktivitas barang dan penumpang, kontribusi pada peningkatan taraf
hidup penduduk serta perhitungan ekonomi dan finansial bagi kegiatan kepelabuhanan
yang berkelanjutan berdasarkan data indikator ekonomi wilayah dan potensi arus
barang dan penumpang, dilakukan proyeksi untuk jangka menengah dan panjang.
1. Analisis Ekonomi
a. Keuntungan (Benefit Cost)
Manfaat yang diperoleh dari Peningkatan kapasitas Pelabuhan Maccini Baji ini
adalah tercapainya jalur transportasi laut antar daerah khususnya wilayah
kepulauan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan khususnya dan Provinsi
Sulawesi Selatan pada umumnya. Manfaat tersebut dapat dianggap sebagai
benefit cost (keuntungan) dalam perhitungan analisa ekonomi.
b. Potensi Hinterland
Lingkup kegiatan ini merupakan pendalaman terhadap potensi daerah
hinterland yang akan dipengaruhi oleh prospek potensi pelabuhan yang akan
dibangun, ditinjau dari berbagai aspek antara lain dari aspek potensi daerahnya,
komoditas unggulan, karakteristik dan pola perdagangan komoditas,
pergerakan barang dan penumpang, kebijakan pemerintah di bidang
transportasi laut dan pertumbuhan ekonomi kawasan.
Dalam kegiatan ini dilakukan proses identifikasi dan peramalan semua faktor-
faktor di atas yang diperkirakan memiliki kaitan dengan potensi pergerakan
kargo/penumpang dari wilayah studi. Proses peramalan dilakukan dengan
menggunakan pendekatan dan metode ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan, seperti analisis regresi, metode rata-rata
pertumbuhan, analisis kargo surplus, model sistem dinamis, model simulasi,
dan lain-lain.
X-16
Dalam studi kelayakan ini potensi hinterland pelabuhan terwakili oleh jumlah
potensi arus barang dan penumpang yang melalui pelabuhan tersebut.
1) Arus Barang
Untuk kategori kelas pelabuhan pengumpul Regional (PR), kriteria arus
barang diberi bobot 20% dari nilai keseluruhan dari aspek Ekonomi.
Berikut adalah nilai untuk masing-masing indikator arus barang.
Tabel 10.17
Indikator Arus barang pada tahun akhir rencana
Potensi Arus Barang (ton) Nilai
> 250.000 100
250.000 - 200.001 90
200.000 - 150.001 80
150.000 - 100.001 70
100.000 - 50.001 60
50.000 - 25.001 50
< 25.000 40
Untuk Pelabuhan Maccini Baji dengan jumlah arus barang pada tahun
akhir rencana sebesar 184.270 ton maka diberi bobot 80.
2) Arus Penumpang
Untuk kategori kelas pelabuhan pengumpul Regional (PR), kriteria arus
Penumpang diberi bobot 20% dari nilai keseluruhan dari aspek Ekonomi.
Tabel 10.18
Indikator Arus Penumpang pada tahun akhir rencana
Potensi Arus Penumpang (orang) Nilai
> 100.000 100
100.000 - 75.001 90
75.000 - 50.001 80
50.000 - 25.001 70
25.000 - 10.001 60
< 10.000 50
Untuk Pelabuhan Maccini Baji dengan jumlah arus penumpang pada tahun
akhir rencana sebesar + 34.000 ton maka diberi bobot 70.
X-17
ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar
harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
Untuk kategori kelas pelabuhan pengumpul Regional (PR), kriteria PDRB
diberi bobot 3% dari nilai keseluruhan dari aspek Ekonomi. Berikut adalah
nilai untuk masing-masing indikator PDRB.
Tabel 10.19
Indikator PDRB pada tahun akhir rencana
PDRB (Ribu Rp) Nilai
> 15.000 100
15.000 - 10.001 90
10.000 - 7.501 80
7.500 - 5.001 70
5.000 - 2.501 60
2.500 - 1.001 50
< 1.000 40
c. EIRR
Untuk kategori EIRR, kriteria EIRR diberi bobot 4% dari nilai keseluruhan dari
aspek Ekonomi.
Tabel 10.20
Indikator EIRR pada tahun akhir rencana
Indikator Ekonomi Nilai(m)
NVP > 0; B/C > 1; EIRR > suku bunga bank dan
100
BEP < 5 tahun
NVP > 0; B/C > 1; EIRR > suku bunga bank dan 5
90
<= BEP < 10 tahun
NVP > 0; B/C > 1; EIRR > suku bunga bank dan
80
10 <= BEP < 15 tahun
NVP > 0; B/C > 1; EIRR > suku bunga bank dan
70
BEP > 15 tahun
NVP > 0; B/C > 1; EIRR > suku bunga bank dan
60
BEP > umur proyek
NVP < 0; B/C < 1; EIRR < suku bunga bank 50
X-18
Tabel 10.21
Hasil hitungan bobot berdasarkan analisis Aspek Kelayakan Ekonomi
Hasil Bobot
No Kriteria Bobot Nilai Hasil
1 Potensi Hinterland
a. Arus Barang 20% 0.8 12%
b. Arus Penumpang 20% 0.7 16%
2 PDRB 30% 1,0 21%
3 EIRR 30% 0,8 21%
JUMLAH % 100% 70%
BOBOT DARI 13 % 9.10%
Sumber : hasil analisis,2018
Berdasarkan tabel hitungan diatas diketahui hasil bobot terhadap analisis dari aspek
Kelayakan Ekonomi untuk studi kelayakan peningkatan kapasitas pelabuhan Maccini
Baji adalah sebesar 9,10% dari total bobot 13%.
X-19
kebutuhan investasi pembangunan dan operasional pelabuhan dibandingkan
pendapatan (revenue) yang akan diperoleh.
Perhitungan kelayakan ekonomi dan finansial dilakukan untuk skenario-skenario
proyeksi pertumbuhan pergerakan yang rendah (pesimis), sedang (base-case) dan
tinggi (optimis). Dari analisa yang dilakukan dapat diketahui tingkat kelayakan
ekonomi dan finansial yang akan menjadi salah satu dasar kelayakan rencana
pembangunan pelabuhan.
Untuk kategori FIRR, kriteria FIRR diberi bobot 4%. Berikut adalah nilai untuk
masing-masing indikator FIRR.
Tabel 10.22
Indikator FIRR pada tahun akhir rencana
FIRR Nilai
Memenuhi FIRR 100
Tidak memenuhi FIRR 0
Tabel 10.23
Hasil hitungan bobot berdasarkan analisis Aspek Kelayakan Financial
Hasil Bobot
No Kriteria Bobot Nilai Hasil
1 FIRR 100% 1 100%
JUMLAH % 100% 100%
BOBOT DARI 4 % 4.00%
Sumber : hasil analisis,2018
X-20
3. Kawasan perlindungan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil (taman laut,
kawasan perlindungan bagi mamalia laut, suaka perikanan, daerah migrasi biota
laut dan daerah perlindungan laut, terumbu karang, kawasan pemilahan dan
perlindungan biota lainnya).
Kajian terhadap aspek lingkungan dalam Studi Kelayakan hanya bersifat indikatif dan
tetap harus ditindaklanjuti dengan studi lingkungan seperti AMDAL atau UKL/UPL
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.
Dalam pembangunan konstruksi pelabuhan, elemen-elemen lingkungan yang harus
diperhitungkan dalam analisis meliputi:
1. Keseimbangan antara luasan pemanfaatan dan pelestarian ekosistem yang ada, di
mana persyaratan (Luas pemanfaatan / fungsi lahan yang diijinkan untuk
dikonversi terhadap luasan ekosistem yang ada adalah maksimum 40% atau
mengikuti peraturan yang ada di daerah setempat);
2. Daya dukung lingkungan (carrying capacity);
3. Rona awal lingkungan di lokasi yang meliputi kondisi fisik, kimia, biologi,
ekosistem, flora dan fauna perairan, serta sosio ekonomi dan budaya;
4. Lahan pelabuhan maupun jalan akses menuju pelabuhan tidak berada di dalam
kawasan lindung, konservasi atau
5. kawasan khusus di mana pada areal tersebut tidak diperbolehkan adanya kegiatan
kepelabuhanan ataupun pembangunan fisik lainnya;
6. Rencana dan tahapan yang harus ditempuh untuk proses relokasi atau pemindahan
apabila pada rencana lokasi pelabuhan terdapat penduduk ataupun kegiatan
ekonomi di bidang lain seperti perikanan, pertanian, perkebunan, dsb;
7. Rencana pengadaan lahan kompensasi untuk mengganti lahan konservasi atau
hutan lindung yang digunakan untuk kegiatan kepelabuhanan;
8. Rencana tahapan pembangunan yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat
meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan;
9. Teknologi (sistem dan peralatan) yang digunakan dalam proses pembangunan
dipilih yang bersifat ramah terhadap lingkungan.
10. Contoh: Pemancangan tiang pada kawasan yang memiliki ekosistem terumbu
karang tidak diijinkan menggunakan Diesel Hammer/Drop Hammer, tetapi
menggunakan borpile atau cissel system.
X-21
Adapun kelayakan lingkungan yang akan dianalisis adalah sebagai berikut :
1. Kondisi daerah
Pemanfaatan lingkungan fisik oleh manusia pada hakikatnya tegantung pada
kondisi lingkungan fisik itu sendiri dan kualitas manusianya. Penguasaan Ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat berpengaruh terhadap kegiatan
manusia untuk mengelola dan memanfaatkan kondisi lingkungan fisiknya untuk
kesejahteraan hidupnya
Untuk kategori Kondisi daerah, kriteria diberi bobot 20% dari nilai keseluruhan
dari aspek lingkungan. Berikut adalah nilai untuk masing-masing indikator
Kondisi Daerah.
Tabel 10.24
Indikator Kondisi daerah
Indikator Aksesibilitas Nilai
Merupakan daerah tertinggal, terisolir dan daerah
100
perbatasan dengan negara tetangga
Merupakan daerah tertinggal, terisolir dan bukan
90
perbatasan dengan negara tetangga
Merupakan daerah tertinggal, bukan daerah
terisolir dan bukan perbatasan dengan negara 80
tetangga
Bukan merupakan daerah tertinggal, bukan daerah
terisolir dan merupakan daerah perbatasan dengan 70
negara tetangga
Merupakan daerah tertinggal, bukan daerah
terisolir dan merupakan daerah perbatasan dengan 65
negara tetangga
Merupakan daerah tertinggal, bukan daerah
terisolir dan bukan daerah perbatasan dengan 60
negara tetangga
Sumber : Juknis Studi Kelayakan Kemhub, 2017
2. Status Tanah
Kriteria ini diberi bobot 20 %. Berikut adalah nilai untuk masing-masing indikator
ketersediaan lahan.
X-22
Tabel 10.25
Indikator Ketersediaan Lahan
Indikator ketersediaan lahan Nilai
Tanah negara, luas cukup, kosong, dapat
100
dibebaskan
Tanah negara, luas cukup, ada bangunan, dapat
90
dibebaskan
Milik pribadi, luas cukup, kosong, dapat
80
dibebaskan, sesuai rutr
Milik pribadi, luas cukup, ada bangunan, dapat
75
dibebaskan, sesuai rutr
Tanah negara, luas kurang, kosong, dapat
70
dibebaskan, sesuai rutr
Tanah negara, luas kurang, ada bangunan, dapat
65
dibebaskan, sesuai rutr
Milik pribadi, luas kurang, kosong/ada bangunan,
60
dapat dibebaskan, sesuai rutr
Lahan dapat dibebaskan, tidak sesuai rutr 50
Lahan tidak dapat dibebaskan, tidak sesuai rutr 40
Sumber : Juknis Studi Kelayakan Kemhub, 2017
3. Kependudukan
Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur,
jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran,
mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi,
sosial, dan budaya.
Untuk kategori kelas pelabuhan Pengumpul Regional (PR), kriteria
Kependudukan diberi bobot 15% dari nilai keseluruhan dari aspek Lingkungan.
Berikut adalah nilai untuk masing-masing indikator Lingkungan kategori
kependudukan untuk pelabuhan pengumpul regional (PR).
Tabel 10.26
Indikator Kependudukan pada tahun rencana
Indikator ketersediaan lahan Nilai
2
Kepadatan penduduk lebih besar dari 401 jiwa/km 100
Kepadatan penduduk lebih besar dari 251-400
jiwa/km2 90
X-23
Kepadatan penduduk lebih besar dari 1-50
jiwa/km2 60
Tidak berpenghuni 50
Sumber : Juknis Studi Kelayakan Kemhub, 2017
X-24
Tersedia pasar dan hotel dengan jarak lebih besar
60
dari 6000 m dari lokasi pelabuhan
Sumber : Juknis Studi Kelayakan Kemhub, 2017
5. Daerah Kawasan
Adapun pengertian kawasan konservasi yang ditemukan dan digunakan oleh
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA),
Departemen Kehutanan adalah “kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan suaka
alam, kawasan pelestarian alam, taman buru dan hutan lindung
Untuk kategori kawasan konservasi, kriteria diberi bobot 15% dari nilai
keseluruhan dari aspek Lingkungan. Berikut adalah nilai untuk masing-masing
indikator kawasan konservasi.
Tabel 7.28
Indikator Daerah Kawasan
Indikator Daerah Kawasan Nilai
X-25
Merupakan kawasan peruntukan perkebunan, yang dapat dirinci
berdasarkan jenis komoditas perkebunan yang ada di wilayah 70
provinsi
Merupakan kawasan peruntukan pertanian, yang dapat dirinci
meliputi: pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, dan 65
hortikultura
Merupakan kawasan hutan rakyat 60
X-26
Tabel 10.30
Hasil hitungan bobot berdasarkan analisis Aspek Kelayakan Lingkungan
Hasil Bobot
No Kriteria Bobot Nilai Hasil
1 Daerah tertinggal, terisolir, perbatasan 20% 0.7 14%
2 Status Tanah 20% 0.75 15%
3 Kependudukan 15% 0.9 13.5%
4 Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial 15% 0.75 11.25%
5 Kondisi daerah Kawasan 15% 0.75 11.25%
6 Dampak terhadap Lingkungan 15% 0.9 13,5%
JUMLAH % 100% 78.5%
BOBOT DARI 27 % 21.19%
Sumber : hasil analisis, 2018
Berdasarkan tabel hitungan diatas diketahui hasil bobot terhadap analisis dari aspek
Kelayakan lingkungan untuk studi kelayakan peningkatan kapasitas pelabuhan
Maccini Baji di pulau Maccini Baji kabupaten Pangkajene dan Kepulauan adalah
sebesar 21,19% dari total bobot 27%.
X-27
rekomendasi dari pejabat pemegang fungsi keselamatan pelayaran, yaitu syahbandar
pada instansi penyelenggara pelabuhan umum terdekat.
Kondisi struktur sarana prasarana keselamatan pelayaran pada wilayah studi perlu
dianalisis dalam rangka pemenuhan kebutuhan keselamatan pelayaran pelabuhan.
Hasil analisis kelayakan teknis akan menjadi bahan masukan bagi penyusunan disain
teknis kebutuhan pelabuhan dan keselamatan pelayaran.
1. Alur Pelayaran
Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas
hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari oleh kapal
di laut, sungai atau danau. Alur pelayaran dicantumkan dalam peta laut dan buku
petunjuk-pelayaran serta diumumkan oleh instansi yang berwenang.
Kriteria ini diberi bobot 25 % untuk analisis dari aspek Keselamatan Pelayaran.
Berikut adalah nilai untuk masing-masing indikator alur pelayaran.
Tabel 10.31
Indikator Alur Pelayaran
Indikator Alur Pelayaran Nilai
Lebar alur lebih besar dari 4.0 lebar kapal (B) dan kedalaman
100
alur lebih besar dari 1.75 kali sarat kapal (T)
2. Kebutuhan SBNP
Untuk membawa kapal dari suatu tempat ke tampat tujuan dengan aman dan
efisien disamping diperlukan adanya bantuan pesawat navigasi yang ada di atas
kapal diperlukan lagi adanya sarana bantu navigasi yaitu berupa rambu-rambu
navigasi pelayaran. Fungsi dari sarana bantu navigasi pelayaran adalah untuk
X-28
menendai bahaya, sebagai penentuan posisi kapal dan untuk menandai alur
pelayaran.
Kriteria ini diberi bobot 25 % untuk analisis dari aspek Keselamatan Pelayaran.
Berikut adalah nilai untuk masing-masing indikator SBNP.
Tabel 10.32
Indikator SBNP
Indikator SBNP Nilai
Jumlah lampu navigasi maksimal 3 buah 100
Jumlah SBNP antara 3-5 buah 90
Jumlah SBNP antara 5-7 buah 80
Jumlah SBNP antara 7-10 buah 70
Jumlah SBNP antara 10-15 buah 60
Jumlah SBNP lebih dari 15 buah 50
Sumber : Juknis Studi Kelayakan Kemhub, 2017
3. Rintangan Navigasi
Rintangan Navigasi adalah hambatan atau halangan penentuan kedudukan
(position) dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya atau di peta, dan oleh
sebab itulah pengetahuan tentang pedoman arah (compass) dan peta serta teknik
penggunaannya haruslah dimiliki dan dipahami.
Sebelum pedoman arah ditemukan, pandu arah dilakukan dengan melihat
kedudukan benda-benda langit seperti matahari dan bintang-bintang di langit,
yang tentunya bermasalah kalau langit sedang mendung.
Kriteria Rintangan Navigasi diberi bobot 25 % untuk analisis dari aspek
Keselamatan Pelayaran. Berikut adalah nilai untuk masing-masing indikator
Rintangan Navigasi yang ditinjau dari karakteristik dari alur pelayarannya.
X-29
Tabel 10.33
Indikator Rintangan Navigasi
Indikator Rintangan Pelayaran Nilai
Tidak terdapat adanya salah satu dari karang, air dangkal, gosong
100
dan bangkai kapal
Terdapat salah satu dari rintangan pada poin 1 90
Terdapat dua dari ringangan pada poin 1 80
Terdapat 3 dari ringangan pada poin 1 70
Terdapat 4 dari ringangan pada poin 1 60
X-30
Tabel 10.35
Hasil hitungan bobot berdasarkan analisis Aspek Keselamatan pelayaran
Hasil Bobot
No Kriteria Bobot Nilai Hasil
1 Alur pelayaran cukup 25% 0.9 22,5%
2 Kebutuhan SBNP 25% 0.9 22.5%
3 Rintangan Navigasi 25% 0.9 22.5%
4 Tingkat kerawanan/bencana 25% 0.8 20%
JUMLAH % 100% 87.5%
BOBOT DARI 20 % 17.5%
Sumber : hasil analisis, 2018
Berdasarkan tabel hitungan diatas diketahui hasil bobot terhadap analisis dari aspek
keselamatan pelayaran untuk studi kelayakan peningkatan kapasitas pelabuhan
Maccini Baji di pulau Maccini Baji kabupaten Pangkajene dan Kepulauan adalah
sebesar 19% dari total bobot 20%.
Tabel 10.36
Status Kelayakan Pembangunan Pelabuhan berdasarkan Passing Grade
Passing
No Status Kelayakan Keterangan
Grade
1 Tidak Layak dibangun < 60 tidak dilanjutkan dengan studi berikutnya
2 Kurang layak dibangun 60 - 79 dapat dilanjutkan dengan catatan
3 Layak dibangun 80 -89 dapat dilanjutkan ke studi berikutnya
Sangat layak dibangun prioritas untuk dilankutkan ke studi
4 > 90
dan prioritas utama berikutnya
Sumber : Juknis studi kelayakan pelabuhan, Dirjen Hubla, 2017
Berdasarkan hasil analisis kelayakan diatas yang berdasarkan beberapa kriteria, maka
didapatkan angka passing grade total nilai adalah 86,80% yang berarti bahwa
Pembangunan/peningkatan kapasitas pelabuhan Maccini Baji di pulau Maccini Baji
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan , Layak di tingkatkan kapasitasnya dan perlu
X-31
dilengkapi dengan kajian selanjutnya, seperti yang ditunjukkan dalam tabel hasil
analisis sebagai berikut :
Tabel 10.37
Hasil Penilaian Pembobotan kriteria kelayakan Peningkatan Fasilitas Pelabuhan
Maccini Baji
Hasil
No Kriteria Sub Kriteria
Bobot
Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN)
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan
1 Tata Ruang 20,0%
Tatrawil
Rencana Tata Ruang Kab/kota dan Tatralok
Kedalaman perairan
Aksesbilitas dan Infrastruktur Penunjang
Tinggi Gelombang
Sedimentasi
2 Teknis 13.84%
Luas perairan untuk olah gerak kapal
Arus
Pasang Surut
Topografi
Potensi Hinterland dan foreland
3 Ekonomi PDRB 9,10%
EIRR
Financial + Biaya
4 FIRR 4,00
Pembangunan
Daerah tertinggal, terisolir, perbatasan
Status Tanah
Kependudukan
5 Lingkungan 21.19%
Fasilitas Umum dan Sosial
Bukan daerah Konservasi dan Perlindungan
Lingkungan
Dampak terhadap Lingkungan
Alur pelayaran cukup
Keselamatan Kebuthan SBNP
6 17.5%
Pelayaran Rintangan Navigasi
Tingkat kerawanan Bencana
Total Nilai 85,55%
Sumber : hasil analisis,2018
X-32
BAB XI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
11.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari studi kelayakan Peningkatan Kapasitas
Pelabuhan Maccini Baji di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan adalah sebagai
berikut :
1. Secara Teknis kondisi lingkungan di sekitar Pelabuhan Maccini Baji Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan mendukung dilaksanakan peningkatan kapasitas
untuk mengantisipasi demand transportasi laut yang meningkat signifikan hingga
periode jangka panjang.
2. Kajian lingkungan yang dilakukan untuk rencana peningkatan kapasitas
pelabuhan Maccini Baji Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yaitu dengan
menganalisis secara umum dampak terhadap lingkungan dan manusia dalam hal
ini masyarakat pengguna dan yang bermuki di sekitar pelabuhan akibat adanya
kegiatan ini di perkirakan tidak besar apabila dibandingkan dengan manfaat yang
dihasilkan.
11.2. Rekomendasi
Untuk kelengkapan pembangunan pelabuhan Maccini Baji Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan, diperlukan beberapa studi selanjutnya untuk kelengkapan
pembangunan sebuah proyek antara lain :
1. Review Studi Rencana Induk Pelabuhan Maccini Baji Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Review Studi Detail Engineering Desain (DED) Peningkatan kapasitas
Pelabuhan Maccini Baji Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi
Sulawesi Selatan.
3. Review Studi Kelayakan Lingkungan : Studi AMDAL atau Studi UKL/UPL
Pembangunan Pelabuhan Maccini Baji Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Provinsi Sulawesi Selatan
XI-1
4. Studi lainnya yang menyangkut tentang Peningkatan kapasitas Pelabuhan
Maccini Baji Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi
Selatan.
5. Usulan pembangunan jaringan prasarana jalan yang menghubungkan langsung
Pelabuhan Maccini Baji dan Pelabuhan Biringkassi untuk mengantisipasi alih
muatan semen pada periode jangka Panjang.
XI-2