PENDAHULUAN
(port)
adalah
daerah
perairan
yang
terlindungi
terhadap
gelombang dan dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana
kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran (crane) untuk bongkar
muat, gudang laut (transito) dan tempat-tempat penyimpanan dimana kapal
membongkar muatannya, dan gudang-gudang dimana barang-barang dapat disimpan
dalam waktu yang lebih lama selama barang menunggu pengriman ke dareah tujuan
atau pengapalan. Terminal ini dilengkapi dengan jalan kereta api dan/atau jalan raya
(Triatmodjo, 2009).
Keberadaan pelabuhan perikanan sangat penting bagi perikanan tangkap
Indonesia. Selain berfungsi sebagai tempat untuk berlabuh kapal, pelabuhan perikanan
juga berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat nelayan dan pusat kegiatan
ekonomi perikanan (produksi, pengolahan, pemasaran hasil perikanan, dan pangkalan
armada perikanan). Jadi pelabuhan perikanan akan mendukung segenap usaha
perikanan, termasuk dalam proses modernisasi nelayan tradisional serta meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan nelayan. Namun, semua itu memerlukan suatu
pengelolaan yang baik. Pengelolaan pelabuhan perikanan yang baik akan menunjang
kelancaran operasi perikanan, pengolahan, maupun pemasarannya sehingga menjadi
lebih terjamin. Disamping itu seluruh kegiatan masyarakat nelayan akan dapat
dikonsentrasikan di pelabuhan perikanan, sekaligus berpengaruh positif terhadap
pengembangan daerah-daerah di sekitarnya (Suherman dan Adhyaksa, 2009).
Tata letak fasilitas pelabuhan merupakan salah satu rancangan penting yang
harus diperhatikan dalam merencanakan pembangunan atau pengembangan suatu
pelabuhan
perikanan
karena
hal
tersebut
sangat
menentukan
kelancaran
operasionalnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rancangan tata letak
1
fasilitas, adalah: susunan dan aturan letak fasilitas sesuai dengan alur kegiatan yang
ada dan pengelompokan fasilitas berdasarkan zonasi kegiatan yang sesuai dengan
fungsi layanan fasilitas atau dengan rancangan fasilitas mana yang seharusnya
berdekatan atau berjauhan (Zain, 2008).
Sesuai dengan bobot kerja, produktivitas kapasitas sarana pokok, fungsional
dan penunjang, serta rencana pengembangannya pelabuhan perikanan dibagi atas
empat golongan, yaitu: (1) Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Tipe A yang berskala
nasional dan internasional seperti PPS Jakarta, PPS Cilacap, dan PPS Kendari, (2)
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tipe B yang berskala nasional dan regional
seperti PPN Brondong, PPN Prigi dan PPN Pelabuhan Ratu, (3) Pelabuhan Perikanan
Pantai (PPP) Tipe C yang berskala regional seperti PPP Bawean dan PPP Karimun
Jawa, dan (4) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tipe D yang berskala regional kecil
atau lokal (PER.08/MEN/2012).
Kabupaten Lamongan memiliki potensi besar disektor perikanan laut
(perikanan tangkap). Kabupaten Lamongan merupakan penghasil ikan terbesar di
Jawa Timur. Produksi perikanan tangkap pada tahun 2010 mencapai 61.431,53 ton, ini
merupakan 63,59% dari keseluruh hasil produksi perikanan di lamongan. Potensi
ekonomi disektor perikanan laut didukung oleh lima Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yaitu
Brondong, Kranji, Weruh, Lohgung dan Labuhan (BKPM, 2012).
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong memiliki peranan strategis
dalam pengembangan perikanan dan kelautan, yaitu sebagai pusat atau sentral
kegiatan perikanan laut terutama yang berada di wilayah Kabupaten Lamongan, Jawa
Timur. PPN Brondong selain merupakan penghubung antara nelayan dengan
pengguna-pengguna hasil tangkapan, baik pengguna langsung maupun tak langsung
seperti: pedagang, pabrik pengolah, restoran dan lain-lain, juga merupakan tempat
berinteraksinya berbagai kepentingan masyarakat pantai yang bertempat di sekitar
PPN Brondong (Suherman dan Adhyaksa, 2009).
2
wawasan
dan
pengalaman
dibidang
pelabuhan
terutama
dalam
1.3. Kegunaan
Kegunaan dari PKL dengan judul Praktek Kerja Identifikasi Kelayakan Sarana
dan Prasarana Pelabuhan Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong,
Lamongan Jawa Timur adalah sebagai berikut:
a. Bagi mahasiswa
Mengasah ketrampilan dan mendapat pengalaman
Menambah wawasan atau informasi tentang pelabuhan perikanan untuk
penelitian selanjutnya
b. Bagi lembaga atau instansi terkait
Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan untuk merawat dan
menjaga sarana dan prasarana pelabuhan
Indonesia
Menambah informasi tentang pemanfaatan sarana dan prasarana di
pelabuhan sehingga sarana dan prasarana pelabuhan dapat dimanfaatkan
dengan maksimal
digital, meteran, recorder, dll. Jika sudah siap semua, barulah bisa melakukan PKL
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh penanggung jawab di tempat PKL.
Setelah data terkumpul, tahap selanjutnya adalah penyusunan laporan (Tabel 1.).
Tabel 1. Jadwal Persiapan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kegiatan
Juli
Bulan
Agustus September
Oktober
BAB II.
dengan cara pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Cara ini sangat
efisien untuk penelitian karena peniliti mendapat data yang sesungguhnya
secara langsung bentuk fisik sarana dan prasarana pelabuhan serta mengamati
prosedur pemanfaatan dan perawatannya di PPN Brondong, Lamongan Jawa
Timur.
b. Wawancara
BAB XII.
dengan
Wawancara
mengajukan
pertanyaan
(interview)
secara
adalah
langsung
pengumpulan
oleh
data
pewawancara
pengambilan
data
mengambil gambar fisik suatu objek yang diteliti. Data yang dihasilkan dari
metode dokumentasi dapat berupa suara menggunakan recorder (perekam
suara) dan gambar menggunakan kamera digital. Peralatan dokumentasi yang
digunakan dalam PKL ini antara lain adalah recorder pada handphone, camera
digital, dan buku catatan sebagai tempat menyimpan data sementara.
BAB XV.
d. Partisipasi Aktif
BAB XVI.
dengan
cara
mengikuti
langsung
suatu
kegiatan
yang
dilakukan
di
Data Sekunder
BAB XVIII.
dalam suatu perencanaan. Yang termasuk dalam klasifikasi data sekunder ini
antara lain adalah literatur-literatur penunjang, grafik, tabel dan peta. Data
sekunder dapat diperoleh secara langsung dari instansi yang bersangkutan,
studi pustaka maupun website. Data ini dibagi menjadi dua yaitu, data teknis
dan data non teknis. Data teknis merupakan data yang berhubungan langsung
dengan perencanaan seperti data tanah dan data bangunan, sedangkan data
non teknis adalah data yang berfungsi sebagai data penunjang seperti kondisi
dan tata letak bangunan (Lietha, 2012).
BAB XIX.
Data sekunder merupakan informasi yang dikumpulkan
bukan untuk kepentingan studi yang sedang dilakukan saat ini tetapi untuk
beberapa tujuan lain. Data sekunder dapat diklasifikasikan berdasarkan
sumber, yaitu data internal dan data eksternal. Data internal adalah data yang
berasal dari dalam organisasi dimana riset sedang dilakukan. Misalnya, data
penjualan dan biaya yang dikomplikasi dalam siklus akuntansi. Sedangkan,
data eksternal adalah data yang berasal dari luar organisasi dimana riset
sedang dilakukan. Sumber eksternal dapat dibagi menjadi sumber-sumber
yang secara teratur menerbitkan data-data statistik dan menyediakannya
secara gratis kepada para pengguna (misalnya pemerintah) dan organisasiorganisasi komersial yang menjual jasanya kepada berbagai pengguna (Hendri,
2009).
8
BAB XX.
DAFTAR PUSTAKA
BAB XXI.
BAB XXII.
BAB XXIII.
BAB XXIV.
BKPM, 2012. Peluang Investasi Daerah. Badan Koordinasi Penanaman
Modal. Kabupaten Lamongan.
BAB XXV.
BAB XXVI.
Hendri, Jhon. 2009. Data Sekunder. Riset Pemasaran. Universitas
Gunadarma. Depok Jawa Barat.
BAB XXVII.
BAB XXVIII. Lietha, 2012. Perencanaan Gedung Hotel Ibis Simpang Lima. 1898
CHAPTER III. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro.
Semarang. http://eprints.undip.ac.id/34027/6/1898_CHAPTER_III.pdf. Diakses
pada tanggal 28 Februari 2014.
BAB XXIX.
BAB XXX.
Nurhayati, 2010. Bab III. Objek dan Metode Penelitian. UNIKOM
NURHAYATI BAB III. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/449/jbptunikompp-gdlnurhayatin-22404-4-unikom_n-i.pdf. diakses pada tanggal 14 Maret 2014.
BAB XXXI.
BAB XXXII. PER.08/MEN/2012. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Tentang Kepelabuhanan Perikanan. Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 440. Jakarta
BAB XXXIII.
BAB XXXIV. Primyastanto, Mimit. 2012. Police (Kebijakan) Pengelolaan SDI (Sumber
Daya Ikan) pada Perikanan Over Fishing (Lebih Tangkap). UB Press. Malang.
225 hlm.
BAB XXXV.
BAB XXXVI. Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
BAB XXXVII.
BAB XXXVIII. Suherman, Agus dan Adhyaksa Dault. 2009. Analisis Dampak Sosial
Ekonomi Keberadaan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Lamongan
Jawa Timur. Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas
Diponegoro. Semarang. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009, 25 30.
BAB XXXIX.
BAB XL.
Triatmodjo, Bambang. 2009. Perencanaan Pelabuhan. Dosen Teknik
Sipil dan Lingkungan. Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada. Beta Offset.
Yogyakarta. ICBN: 979-8541-04-9.
BAB XLI.
BAB XLII.
Zain, Jonny. 2008. The Study of Spatial Planning Facilities Brondong
Fishing Port Lamongan District East Java Province. Lecturer of the Fisheries
and Marine Science Faculty. Riau University.
BAB XLIII.
LAMPIRAN 1.
BAB XLVII.
BAB XLVIII.
BAB XLIX.
BAB L.
BAB LI.
BAB LII.
BAB LIII.
BAB LIV.
BAB LV.
BAB LVI.
SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PKL
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Kegunaan
1.4. Tempat dan Waktu
1.5. Jadwal Pelaksanaan
2. METODE PRAKTEK KERJA LAPANG
2.1. Metode Pengambilan Data
2.2. Teknik Pengumpulan Data
2.2.1. Data Primer
2.2.2. Data Sekunder
3. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANG
3.1. Keadaan Umum Daerah PKL
3.1.1. Letak Geografis dan Topografi
3.1.2. Potensi Kabupaten Lamongan
3.2. Keadaan Umum Penduduk di Sekitar PPN Brondong
3.3. Kondisi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong
3.3.1. Sejarah Perlabuhan Perikanan PPN Brondong
3.3.2. Visi dan Misi PPN Brondong
3.3.3. Landasan Hukum Perikanan Perikanan
3.3.4. Fungsi dan Tugas Pokok PPN Brondong
3.4. Tujuan dan Sasaran PPN Brondong
3.5. Struktur Organisasi PPN Brondong
BAB LVII.
10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
11