Anda di halaman 1dari 58

Konvensi Protocol Marpol 1973/1978

Pencemaran laut yang terkandung


dalam Annex I dan Annex II
Oleh : Bambang Safari Alwi (Praktisi)

Jakarta : 23 Maret 2021


Referensi
Referensi
Referensi
MARPOL 73/78
• Marine Pollution (Marpol) adalah bagian dari
resolusi IMO 1973 dengan beberapa kali
amandemen/ perbaikan pada tahun 1978
yang kita kenal Marpol 73/78.
• Marpol melahirkan 6 annex yang isinya
mengatur tentang kewajiban dan tanggung
jawab negara-negara anggota dalam menjaga
pencemaran lingkungan maritim.
MARPOL 73/78
• Pencemaran dari kapal adalah kerusakan pada perairan
dengan segala dampaknya yang diakibatkan oleh tumpahnya
atau keluarnya bahan yang disengaja atau tidak disengaja
berupa minyak, bahan cair beracun, muatan berbahaya
dalam kemasan, kotoran, sampah dan gas buang dari kapal.
• Pencegahan pencemaran dari kapal adalah upaya yang harus
dilakukan Nakhoda dan/atau awak kapal sedini mungkin
untuk menghindari atau mengurangi pencemaran tumpahan
minyak, bahan cair beracun, muatan berbahaya dalam
kemasan, limbah kotoran (sewage), sampah (garbage) dan
gas buang dari kapal ke perairan dan udara
MARPOL 73/78
Definisi Marpol 73/78
 Merupakan konvensi International untuk
pencegahan pencemaran atau polusi dari kapal.
 Merupakan peraturan tentang perlindungan
lingkungan maritim (laut, pantai dan udara),
bertujuan untuk meminimalisasi pencemaran di
laut oleh minyak termasuk pencemaran oleh bahan
berbahaya, dan penanganan pembuangan sampah
serta pencemaran udara.
MARPOL 73/78
Sejarah Marpol
1. Konvensi Internasional untuk pencegahan polusi dari kapal atau dikenal juga
sebagai MARPOL 73/78 (akronim dari maritime pollution, angka 73 sebagai
tahun penandatanganan konvensi tersebut, dan angka 78 sebagai tahun
konvensi tersebut diamendemen dengan Protokol tahun 1978. Konvensi ini
merupakan konvensi internasional tentang pencegahan polusi di laut dari kapal
akibat dari aktivitas operasional di kapal ataupun kecelakaan kapal.
2. Konvensi ini, berfokus pada penetapan regulasi untuk pencegahan pencemaran
lingkungan laut dari berbagai polutan tertentu yang berhubungan dengan kapal,
yang digelar oleh Organisasi Maritim Internasional (IMO).
3. Konvensi MARPOL 73/78 berlaku bagi seluruh kapal berbendera negara-negara
yang telah menandatangani konvensi tersebut dan dimanapun kapal tersebut
berlayar.
MARPOL 73/78
4. Kapal-kapal tersebut menjadi tanggung jawab negara-negara anggota yang
mendaftarkannya dan badan klasifikasi nasional negara bersangkutan.
5. Pada 17 Februari 1973, dalam pertemuan IMO, konvensi bernama "International
Convention for the Prevention of Pollution from Ships" (MARPOL) dikeluarkan
dan ditandatangani oleh anggota-anggota IMO. Meskipun demikian,
pemberlakuan konvensi tersebut belum diterapkan secara resmi.
6. Sebagai tanggapan dari serangkaian kecelakaan kapal tanker yang terjadi pada
periode tahun 1976-1977, konvensi tersebut kemudian diamendemen dengan
Protokol tahun 1978. Hal ini menyebabkan nama resmi konvensi tersebut
diperbarui menjadi "International Convention for the Prevention of Pollution
from Ships, 1973 as modified by the Protocol of 1978" (MARPOL 73/78).
MARPOL 73/78 pada akhirnya diberlakukan secara resmi pada 2 Oktober 1983.
7. Pada bulan Januari 2018, konvensi MARPOL 73/78 telah disepakati oleh 158
negara anggota IMO yang mencakup 98,95% jumlah tonase pengapalan dunia.
Marpol 73/78
• MARPOL terbagi menjadi enam (6) paragraf (annex) teknis berdasarkan
kategori polutan yang ditangani. Setiap paragraf menjelaskan regulasi
teknis untuk pencegahan polusi tertentu dari kapal. 6 annex yaitu:
– Annex I, pencegahan pencemaran minyak dan air yang mengandung minyak (Dirty
Oil) pada tanggal 2 October 1983.
– Annex II, pengontrolan bahaya pencemaran dari zat cair berbahaya yang dimuat
oleh kapal (NLS “Noxious Liquid Substances”) pada tanggal 6 April 1987.
– Annex III, pencegahan pencemaran dari muatan berbahaya dalam bentuk kemasan
yang di muat oleh kapal barang (Harmful Substances) pada tanggal 1 July 1992.
– Annex IV, pencegahan pencemaran dari tinja kotoran manusia yang di hasilkan oleh
kapal (Sewage) pada tanggal 27 September 2003.
– Annex V, Pencegahan pencemaran dari sampah yang dihasilkan oleh kapal
(Garbage) pada tanggal 31 December 1988.
– Annex VI, Pencegahan pencemaran udara yang dihasilkan dari gas buang dari kapal
(Air Pollution) pada tanggal 19 Mei 2005.
Marpol 73/78

ANNEX I
PENCEGAHAN PENCEMARAN MINYAK DAN
AIR YANG MENGANDUNG MINYAK
Annex I
• Kapal tangki minyak atau kapal yang
difungsikan mengangkut minyak secara curah
dengan tonase kotor GT 150 atau lebih dan
kapal selain kapal tangki minyak dengan
tonase kotor GT 400 atau lebih yang berlayar
di perairan International dan perairan
Indonesia wajib memenuhi ketentuan Annex I
MARPOL 73/78 dan PM 29 Tahun 2014.
Annex I
Annex I
Annex I
• Kapal wajib memenuhi persyaratan konstruksi dan
peralatan untuk pencegahan pencemaran berupa
peralatan pemisah air berminyak (Oily Water
Separator/ OWS) yang dipasang di ruang mesin dengan
kadar pembungan tidak melebihi 15 ppm ( part per
million).
• Setiap kapal dengan ukuran GT 400 atau lebih harus
dilengkapi tangki penampungan minyak kotor (sludge)
yang dihasilkan dari penyaringan bahan bakar dan
pelumas minyak dan kebocoran minyak di ruang mesin.
Annex I
• Alat Pemisah Kandungan Minyak (Oily Water Separator)
– Penempatan peralatan ini terbagi dalam beberapa katagori
disesuaikan dengan jenis kapal, yaitu untuk pencegahan
tumpahan polusi minyak dari dalam ruang mesin dan polusi
dari dalam ruamg muat (untuk kapal jenis tanker)
– Peralatan yang dipasang antara lain terdiri dari : Oily water
Separator, oil filtering unit, monitoring and control system,
sludge tank dan discharging piping yang keseluruhannya harus
memenuhi persyaratan MARPOL.
– Pada kapal dengan GT 10.000 atau lebih, dilengkapi alarm dan
alat penghenti otomatis jika kandungan minyak yang dibuang
melebihi 15 ppm.
Annex I
Annex I
Annex I
• Perlindungan tangki bahan bakar dengan total
bahan bakar 600 m3 atau lebih
– Kapal dengan jumlah minyak bahan bakar 600 m3
atau lebih, maka tangki minyak bahan bakar harus
diletakan di atas pelat kulit dasar kapal dengan
ukuran tidak kurang dari h = B/20 atau h = 2,0 meter
dipilih yang lebih kecil.
– Minimum h adalah 0,76 meter.
– h adalah tinggi dasar ganda dan B adalah lebar kapal.
Annex I
Annex I
Regulasi 13 - Sambungan Pembuangn Standar
• Dilengkapi sambungan pembuangn standar
(Standard Discharge Connection) untuk
memudahkan penyaluran pembuangan dari
sisa-sisa bilga permesinan dan minyak dari
tangki penampungan minyak kotor (sludge
tank) ke darat, dengan ukuran flensa
sambungan pembuangan standar sesuai
MARPOL 73/78.
Annex I
Annex I
• Sistem Pipa Dan Tangki Penampungan
– Instalasi pipa pembuangan terletak di atas geladak dilengkapi
dengan Standard Connection untuk dapat disambungkan ke
darat atau fasilitas penampungan lainnya.
– Sisa dari air atau minyak yang tidak dapat dibuang kelaut
akan ditampung di dalam tangki khusus Slop Tank.
– Apabila tangki muat minyak dapat berfungsi sebagai tangki
balas, maka sistem pembuangannya harus melalui monitor
instalasi pembuangan.
– Oil tankers yang dilengkapi tangki balas yang terpisah
(Dedicated Clean Ballast Tank) air balasnya dapat dibuang
langsung ke laut.
Annex I
• Pembuangan Sisa-Sisa Minyak (Disposal of Oil Residues)
– Kapal dilengkapi dengan fasilitas untuk pembuangan sisa-sisa minyak.
Peralatan ini juga harus disesuaikan dengan jumlah sisa minyak yang
dihasilkan
– Incenerator adalah suatu alat khusus untuk membakar sisa minyak
kotor yang dihasilkan dari OWS yang sudah tidak dapat dipakai lagi.
– Tangki untuk menampung minyak kotor disebut sludge tank. Tangki ini
merupakan tangki khusus yang tersedia di kapal guna menampung
minyak kotor yang kemudian akan dibuang ke darat.
– Tangki ini harus secara jelas dan tepat penempatannya serta memiliki
kapasitas yang mencukupi dan tercatat isinya setiap saat.
– Tangki harus memiliki instalasi pipa pembuangan secara khusus, pipa
pembuangan ini dihubungkan dengan flens pembuangan khusus yang
mempunyai ukuran standard international.
Annex I
Regulasi 15 - Pengendalian pembuangan minyak ke laut
 Setiap kapal dilarang melakukan pembuangan minyak atau
campuran berminyak ke laut.
 Minyak atau campuran berminyak dari ruang permesinan (machinery
spaces) harus disimpan tetap di kapal untuk selanjutnya di buang ke
fasilitas penampungan (reception facilities) atau dapat dibuang ke laut
dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) Kapal dalam kondisi berlayar
b) Campuran berminyak diproses melalui peralatan pemisah air berminyak (oily
water seperator/ OWS)
c) Kandungan campuran berminyak yang dibuang tidak melebihi 15 ppm
d) Campuran berminyak tidak berasal dari air bilga ruang pompa kargo
e) Campuran minyak tidak bercampur dengan sisa muatan minyak.
Annex I
Regulasi 16 - Pemisah minyak dan air balas serta yang memuat minyak
pada tangki ceruk haluan
• Pemisah minyak dan air balas serta yang memuat minyak pada tangki ceruk
haluan (forepeak) sekurang-kurangnya memenuhi hal-hal sebagai beriku:
a) Kapal tangki minyak dengan ukuran GT 150 atau lebih dan kapal selain tangki
minyak dengan ukuran GT 400 atau lebih tidak boleh membawa air balas di dalam
tangki bahan bakar.
b) Jika diperlukan membawa air balas ke dalam tangki bahan bakar untuk keperluan
mempertahankan stabilitas dan kondisi keselamatan pelayaran, maka air balas
tersebut harus dibuang ke fasilitas penampungan (reception facilities) atau di buang
ke laut dengan memenuhi ketentuan pengendalian pembungan dengan
menggunakan peralatan pemisah air berminyak (OWS).
c) Semua kapal dengan ukuran GT 400 atau lebih, minyak tidak boleh di tempatkan di
tangki ceruk haluan atau tangki di depan sekat tubrukan.
Annex I
Regulasi 17 - Buku catatan minyak (oil record book) bagian I untuk
ruang permesinan
• Buku catatan minyak ruang permesinan harus digunakan untuk
mencatat kegiatan yang meliputi:
– Pengisian air balas kotor dan air pembersihan dari tangki bahan bakar
– Pembungan balas kotor atau air bekas cucian dari tangki bahan bakar
– Pengumpulan dan pemindahan residu minyak kotor
– Pembuangan, pemindahan atau penanganan air bilga yang telah terkumpul
di dalam ruangan mesin
– Pencatatan kondisi alat pemisah air dan minyak
– Pembuangan minyak yang tidak sengaja atau karena pengecualian lain,
– Pengisian dan pemindahan bahan bakar atau minyak pelumas dalam
jumlah besar
Annex I
Oil Record Book terbagi atas 2 bagian :
1. Kamar mesin .
2. Kegiatan bongkar muat minyak dan air balas
kapal tanker 150 GRT atau lebih atau kapal
selain tanker 400 GRT atau lebih.

@.WEDOES_22.com
Annex I
Regulasi 18 - Tangki Balas Terpisah
• Kapal tangki minyak mentah (crude oil tangker) dengan bobot
mati DWT 20.000 ton atau lebih, dan setiap kapal tangki
minyak olahan (product oil tanker) dengan bobot mati DWT
30.000 ton atau lebih harus di lengkapi dengan tangki balas
terpisah (Segregated Ballast Tank / SBT) yang memenuhi
ketentuan berikt:
– Kapasitas tangki balas terpisah (SBT) harus ditentukan sehingga
kapal dapat beroperasi aman tanpa menggunakan tangki muatan
untuk air balas.
– Kapasitas tangki balas terpisah (SBT) harus memenuhi persyaratan
sarat tengah kapal dan kondisi trim kapal.
Annex I
• Kapal tangki minyak olahan dengan DWT 40.000 atau lebi dilengkapi
dengan tangki balas terpisah (Segregated Ballast Tank/SBT) atau
beroperasi dengan tangki balas bersih khusus (Dedicated clean ballast
tank) yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
– Memiliki tangki dengan kapasitas yang memadai yang dikhususkan
sepenuhnya mengangkut air balas bersih
– Dilengkapi dengan alat ukur kandungan minyak (oil content meter) untuk
memungkinkan pengawasan kandungan minyak di dalam air balas yang
sedang dibuang
– Kapal pengangkut minyak olahan yang beroperasi dengan tangki balas bersih
khusus harus tersedia manual pengoperasian tangki balas bersih khusus.
• Kapal tangki minyak dengan DWT 70.000 ton atau lebih harus
dilengkapi dengan tangki balas terpisah sesuai dengan ketentuan.
Annex I
Regulasi 19 - Konstruksi dasar ganda dan lambung ganda
• Kapal tangki minyak yang mengangkut minyak dengan DWT 600 ton atau lebih,
wajib memenuhi ketentuan konstruksi dasar ganda.
• Kapal tangki minyak yang mengangkut minyak dengan DWT 5.000 ton atau lebih,
wajib memenuhi ketentuan kontruksi dasar ganda dan lambung ganda.
• Ukuran dasar ganda sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut:
– h = B/15 atau =2,0 meter, dipilih mana yang lebih kecil minimal nilai dari h = 1,0 meter
untuk kapal DWT 5.000 ton ke atas. Sedangkan untuk kapal DWT 5.000 ton ke bawah
tinggi h = 0,76 meter.
– h adalah jarak antara pelat dasar tangki muatan dengan dasar lunas. B adalah lebar kapal.
• Ukuran lambung ganda sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut:
– W = 0,5 + DWT/20.000 atau W = 2.0 meter dipilih mana yang lebih kecil. Minimla w = 1,0
meter
– W = lambung ganda. DWT = bobot mati (ton) kapal.
Annex I
Regulasi 22 – Ruang pompa dengan perlindungan dasar ganda
• Kapal tangki minyak dengan bobot mati DWT 5.000 ton atau lebih
harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Ruang pompa dilengkapi perlindungan dengan dasar ganda atau ruang
yang dapat berupa tangki kosong atau tangki balas, dengan ketinggian
minimal (h) yang diukur dari dasar kapal ke dasar ruang pompa yaitu h =
B/15 atau h = 2 meter, dipilih yang mana lebih kecil nilai minimum h = 1
meter. Dimana h adalah dasar ganda yang diukur dari dasar lunas kapal. B
adalah lebar kapal.
2. Jika ruang pompa memiliki pelat dasar yang letaknya di atas garis dasar
ukuran tinggi minimum sebagaimana yang disyaratkan pada angka 1, maka
dasar ganda tidak perlu dipasang.
3. Dasar ganda tidak perlu dipasang jika genangan di ruang pompa tidak
menyebabkan sistem pompa balas atau pompa muatan tidak beroperasi
Annex I
Regulasi 23 – Perhitungan tumpahan aliran
minyak
• Kapal tangki minyak dengan bobot mati DWT
5.000 ton atau lebih wajib melindungi
tumpahan minyak akibat tubrukan atau kandas
dengan dilengkapi perhitungan rata-rata
tumpahan minyak (mean oil outflow
parameter) sesuai dengan Annex I MARPOL
73/78
Regulasi 28 – Stabilitas kerusakan
• Kapal tangki minyak dengan tonase kotor GT
150 atau lebih wajib dilengkapi dengan
stabilitas kerusakan (demage stability)
Annex I
Regulasi 29 - Slop Tank
• Kapal tangki minyak ukuran GT 150 atau lebih harus dilengkapi dengan
tangki penampungan sisa muatan (slop tank) atau tangki muatan yang
ditentukan sebagai tangki endapan dengan memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1. Tangki penampungan sisa muatan digunakan untuk menyimpan pembersihan
tangki muatan dan memindahkan sisa balas kotor serta pencucian tangki dari
tangki muatan.
2. Kapasitas tangki dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menampung air
kotor dari pencucian tangki.
3. Kapasitas minimum yaitu 30% dari total kapasitas muatan minyak yang
dibawa kapal
4. Kapal tangki minyak dengan DWT 70.000 ton atau lebih harus dilengkapi
dengan minimal 2 tangki endap.
Annex I
 Kapal tanker ukuran 150 GT atau lebih harus
dilengkapi satu Slop Tank.
 Kapal tanker ukuran 70.000 DWT atau lebih kurang
harus dilengkapi dua Slop Tanks.

Slop Tank (Reg.29)


Annex I
Annex I
Regulasi 33 - Sistem pencucian minyak mentah
• Kapal tangki minyak olahan (product oil tanker) dan
kapal tangki minyak mentah (crude oil tanker) yang
disyaratkan untuk dilengkapi tangki balas terpisah
atau dilengkapi sistem pencucian minyak mentah
(Crude Oil Washing/ COW) harus dilengkapi dengan
peralatan untuk menguras semua minyak disaluran
pompa kargo dan saluran minyak saat selesainya
pembongkaran muatan, jika perlu melalui sistem
pengurasan (stripping).
Regulasi 34 – Pengawasan pembuangan minyak
• Minyak atau campuran berminyak dari ruang muatan (cargo area)
harus disimpan tetap di kapal untuk selanjutnya dibuang ke fasilitas
penampungan (reception facilities) atau dapat di buang ke laut
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Kapal dalam kondisi berlayar;
b) Campuran berminyak diproses melalui peralatan pengendalian minyak
(Oil Discharge Monitoring System / ODMS) dan pengaturan tangki slop;
c) Jumlah kandungan minyak yang boleh dibuang ke laut tidak melebihi
1/30.000 dari total jumlah muatan;
d) Lokasi pembungan sekurang-kurangnya 50 mil dari garis pantai terdekat;
e) Rata-rata pembuangan kandungan minyak tidak lebih dari 30 liter per mil.
Annex I
Regulasi 36 - Buku catatan minyak bagian II untuk operasional muatan atau air
balas
• Untuk kapal tangki minyak harus juga tersedia buku catatan minyak (oil
record book) bagian II untuk operasional muatan atau air balas memenuhi
hal-hal sebagai berikut:
– Pemuatan dan pembongkaran minyak muatan
– Pemindahan muatan minyak di dalam kapal pada saat berlayar
– Pengisian dan pembuangan tangki balas pada tangki muatan dan pada tangki balas
bersih
– Pencucian tangki muatan termasuk pencucian dengan mengunakan minyak mentah
(crude oil washing)
– Pembungan air bilga ke luar kapal melalui peralatan pengawasan pembungan minyak
(oil discharge monitoring)
– Penanganan sisa minyak dan campuran sisa minyak yang tidak melalui peralatan
pengawasan pembungan minyak (oil discharge monitoring)
Annex I
Annex I
Regulasi 37 - Shipboard oil pollution emergency plan
• Shipboard Oil Pollution Emergency Plan (SOPEP) untuk kapal tanker
ukuran 150 GRT atau lebih dan kapal selain tanker ukuran 400 GRT atau
lebih.
• Menyediakan pola penanggulangan keadaan darurat pencemaran oleh
minyak (SOPEP) dengan pola penanggulangan sebagai berikut:
1) Prosedur pelaporan
2) Langkah-langkah awal untuk mengatasi tumpahan minyak
3) Prosedur koordinasi nasional dan daerah
4) Kontak pemilik kapal dan organisasi yang memiliki kepentingan dengan kapal
antara lain agen lokal dan protection and idemnity (P&I) Club Correspondents.
5) Gambar rencana umum kapaldan gambar susunan pipa bahan bakar
6) Daftar kontak tanggap darurat negara pantai.
Annex I
PM 29 Tahun 2014 Pasal 6(7) - sistem pengawasan
pembuangan minyak
• Kapal tangki minyak dengan DWT 5.000 ton atau lebih, harus
dilengkapi dengan sistem pengawasan pembuangan minyak
dari tangki penampungan sisa muatan (slop tank) atau
muatan (oil discharge monitoring and control sistem) dan
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) Memiliki perlatan perekam untuk mencatat terus menerus
pembuangan dalam liter per mil dan total jumlah pembuangan
b) Harus dapat berhenti secara otomatis pada saat proses
pembuangan kadar campuran berminyak yang di buang melebihi
30 leter per mil.
Annex I
PM 29 Tahun 2014 Pasal 7(7) - Penilaian kondisi kapal
• Kapal tangki minyak yang beroperasi dengan konstruksi dasar tunggal
dan/atau kontruksi lambung tunggal yang mengangkut muatan minyak
dengan DWT 600 ton atau lebih yang berumur 20 tahun atau lebih sejak
tahun penyerahan kapal (delivery) atau kapal tangki minyak dasar
tunggal dan/atau lambung tunggal berbendera asing yang akan diganti
bendera dengan ukuran tidak lebih dari 25 tahun wajib melaksanakan
penilaian kondisi kapal (Condition Assesment Scheme/ CAS) pada saat
dok besar dan beroperasi tidak lebih dari tanggal 1 Juli 2026
• Persyaratan pelaksanaan penilian kondisi kapal (CAS) sebagai berikut:
– Kapal harus berada di atas dok
– Sebagai persiapan survey, maka pemilik kapal menyampiakan pemberitahuan
kepada pihak otoritas 1 bulan sebelum kapal di atas dok
– Pemilik kapal harus membuat perencanaan survey (CAS Survey Plan)
Annex I
PM 29 Tahun 2014 Pasal 7(9) - Penilaian kondisi CAS
• Penilaian kondisi kapal (CAS) meliputi pemenuhan persyaratan sebagai
berikut:
a) Ukuran ketebalan pelat konstruksi sesuai dengan hasil pengukuran ketebalan
plat kapal (Ultrasonic thickness);
b) Batas maksimum lengkungan (deformasi) konstruksi;
c) Kekedapan hasil las;
d) Penggunaan bahan dan/atau peralatan pencegah/ penghambat laju korosi; dan
e) Perhitungan kekuatan memanjang kapal
• CAS sebagaimana dimaksud dilakukan oleh pihak otoritas atau badan
klasifikasi yang diakui.
• Kapal yang dinyatakan memenuhi persyaratan CAS diterbitkan
persyaratan pemenuhan ketentuan oleh pihak otoritas.
Annex I
PM 29 Tahun 2014 Pasal 11 – Pembebasan pemasangan OWS
• Kapal yang tidak memungkinkan dipenuhi persyaratan dapat
dibebaskan dari kewajiban meliputi pembebasan pemasangan
peralatan pemisah air berminyak (OWS) yaitu:
a. Kapal kayu yang dibangun secara tradisional
b. Kapal yang tidak memiliki kamar mesin
c. Tidak cukup ruangan di kamar mesin untuk pemasangan peralatan pemisah
air berminyak (OWS)
d. Kapal yang tidak dilengkapai OWS harus dilengkapi pompa portable, tangki
penampungan dengan volume yang memadai, buku catatan minyak serta
campuran air dan minyak wajib dibuang di fasilitas penampungan pelabuhan
e. Ketentuan pembebasan dapat diberikan setelah dilakukan pemeriksaan oleh
pejabat yang diberikan wewenang oleh pihak otoritas.
Marpol 73/78

Annex II
Peraturan Untuk Pengawasan
Pencemaran Oleh Bahan Cair Beracun
(Noxious Liquid Substances)
Annex II
• Pencegahan pencemaran oleh bahan cair beracun dari
kapal mengatur :
– Semua kapal yang difungsikan mengangkut muatan bahan cair
beracun secara curah yang berlayar di perairan International
dan perairan Indonesia, wajib memenuhi persyaratan desain,
konstruksi, peralatan dan operasional pencegahan pencemaran
sesuai ketentuan dalam Annex II MARPOL 73/78 dan ketentuan
IBC/Bulk Chemical Code (BCH Code) dan PM 29 Tahun 2014.
– Kapal tangki pengangkut bahan cair beracun (Noxious Liquid
Substances/NLS Tanker) memuat muatan jenis minyak selain
bahan cair beracun di dalam tangki muatan, maka harus
memenuhi peraturan pencegahan pencemaran oleh minyak.
Annex II
• Bahan cair beracun di bagi menjadi 4 kategori sebagai berikut:
– Kategori X : bahan cair beacun yang jika dibuang ke laut dari kegiatan pencucian tangki atau
pembungan balas, dianggap dapat mengakibatkan bahaya yang besar terhadap sumber daya
laut atau kesehatan manuasia, oleh karena itu dilarang untuk dibuang ke laut.
– Kategori Y : bahan cair beracun yang jika dibuang ke laut dari kegiatan pencucian tangki atau
pembuangan balas, dianggap dapat mengakibatkan bahaya terhadap sumber daya laut atau
kesehatan manusia atau menyebabkan kerusakan pemanfaatan laut yang sah, dan oleh
karena itu dibatasi atau diatur kualitas dan kuantitas pembuangannya ke lingkungan laut.
– Kategori Z : Bahan cair beracun jika dibuang ke laut dari kegiatan pencucian tangki atau
pembunagan balas dianggap dapat menimbulkan bahaya kecil terhadap sumber daya laut
atau kesehatan manusia, oleh karena itu kurang ketat pembatasan kualitas dan kuantitas
pembuangan ke laut.
– OS (other subctances) yaitu yang termasuk zat yang telah di evaluasi dan tidak termasuk X, Y
atau Z karena dianggap tidak membahayakan sumber daya laut, kesehatan manusia, fasilitas,
atau penggunaan sah lainnya dari laut saat dibuang ke laut dari pembersihan tangki pada
saat operasi deballasting.
Annex II
• Setiap kapal yang mengangkut muatan bahan cair beracun sebagaimana yang
diatur dalam IBC Code wajib memenuhi persyaratan desain, konstruksi,
peralatan, dan operasional pencegahan pencemaran sesuai ketentuan dalam
annex II MARPOL 73/78 dan Ketentuan IBC/Bulk Chemical Code (BCH Code)
sebagai berikut:
a. Tipe 1 adalah kapal yang mengangkut muatan yang berisiko tinggi sebagaimana yang
di atur dalam IBC Code termasuk kategori X, Y, dan Z yang dapat menimbulkan bahaya
yang pencegahan keluarnya muatan dari kapal.
b. Tipe 2 adalah kapal yang mengangkut muatan sebagaimana yang diatur dalam IBC
Code termasuk kategori Y dan Z yang dapat menimbulkan bahaya yang beresiko
sedang terhadap lingkungan sehingga dipersyaratkan memenuhi langkah-langkah
pencegahan keluarnya muatan dari kapal.
c. Tipe 3 adalah kapal yang mengangkut muatan sebagaimana yang diatur dalam IBC
Code yang dapat menimbulkan bahaya yang cukup beresiko terhadap lingkungan
sehingga dipersyaratkan memenuhi langkah-langkah pencegahan keluarnya muatan
dari kapal.
Annex II
• Persyaratan konstruksi bagi kapal-kapal yang mengangkut muatan NLS di
atur sebagai berikut:
a. Tipe 1 adalah kapal yang memiliki lambung ganda pada sisi kapal dengan ukuran
maksimum = B/5 atau 11,5 meter, diambil yang terkecil dan memiliki dasar ganda
dengan ukuran maksimum B/15 atau 6 meter, diambil yang lebih keci. B = lebar
kapal.
b. Tipe 2 adalah kapal yang memilik lambung ganda pada sisi kapal dengan ukuran
0,760 meter dan memiliki dasar ganda dengan ukuran maksimum B/15 atau 6 meter,
diambil yang lebih kecil. B = lebar kapal.
c. Tipe 3 tidak dipersyaratkan memiliki lambung ganda atau dasar ganda.
• Setiap kapal yang mengangkut muatan bahan cair beracun sebagaimana
dimaksud, harus dilengkapi dengan pompa dan sistem perpipaan hanya
sebagai berikut:
a. Muatan jenis kategori X dan Y tidak lebih dari 300 liter.
b. Muatan jenis kategori Z tidak lebih dari 900 liter.
Annex II
• Persyaratan Annex II Konvensi MARPOL 73/78
– Pengawasan pembuangan operasional zat zat cair
beracun dan membatasi sekecil mungkin accidental
discharge. Buangan ada dua macam :
• Accidental discharge : tumpahan muatan akibat
kerusakan muatan atau muatan yang melimpah keluar
kapal.
• Operational discharge : pembuangan sebagai hasil
pencucian tangki muatan dan pipa saluran pembuangan
air got atau residu lainnya serta bilga dari ruang pompa
muatan
Annex II
• Pengendalian pembuangan bahan cair beracun ke laut dilaksanakan sebagai
berikut:
a. Setiap kapal dilarang melakukan pembungan bahan cair beracun ke laut;
b. Sisa bahan cair beracun harus disimpan tetap di kapal untuk selanjutnya
dibuang ke fasilitas penampungan (receiption facility) atau apabila harus
dibuang kelaut harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Kapal dalam kondisi berlayar dengan kecepatan minimal 7 knots bagi kapal
yang berpenggerak sendiri atau minimal 4 knot yang tidak berpenggerak
sendiri.
2. Pembuangan dilakukan melalui saluran di bawah garis air dengan kapasitas
yang tidak melebihi nilai batas maksimum pembuangan yang dirancang.
3. Pembuangan dilakukan dengan jarak sekurang-kurangnya 12 mil terdekat
dengan kedalaman air tidak kurang dan 25 meter.
4. Pembuangan kategori X harus dilakukan pencucian awal (pre-washed)
sampai dengan kadar maksimal 0,1% dari total muatan;
5. Pembuangan untuk kategori Y dan Z harus memenuhi ketentuan
sebagaimana yang dimaksud pada angka 1, angka 2 dan angka 3
Annex II
Pengawasan untuk NLS kategori OS :
• Pengawasan terhadap kapal pengangkut muatan bahan cair beracun Kategori OS,
yaitu bahan cair beracun yang apabila dibuang di laut tidak akan menimbulkan
bahaya.
• Untuk kapal kategori OS tidak perlu diadakan pencucian tangki (pre-washed) dan
dapat dibuang ke laut dengan persyaratan :
a) Kecepatan tidak kurang dari 7 knot bagi yang bermesin dan 4 knot bagi yang
digandeng
b) Pembuangan dilakukan di bawah garis air melalui saluran keluar di bawah
garis air dan tidak melebihi kecepatan maksimum yang dirancang untuk
saluran keluar di bawah bawah air,
c) Pembuangan pada jarak 12 mil dengan kedalaman tidak kurang dari 25 meter.
Annex II
Shipboard Marine Pollution Prevention Emergency Plan
• Setiap kapal dengan ukuran GT 150 atau lebih yang mengangkut muatan cair
beracun harus dilengkapi dengan pola penanggulangan keadaan darurat
pencemaran oleh muatan berbahaya selain minyak (Shipboard Marine Pollution
Prevention Emergency Plan/SMPEP) yang disetujui oleh pihak otoritas.
• Pola penangulan tersebut harus mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Prosedur pelaporan
2. Langkah-langkah untuk mengatasi tumpahan
3. Koordinasi nasional dan daerah
4. Kontak pemilik kapal dan organisasi yang memiliki kepentingan dengan kapal antara lain
agen lokal dan protection and Idemnity (P&I) Club Correspondents.
5. Gambar secara umum kapal (general arrangemen plan) dan gambar susunan pipa bahan
bakar kapal (fuel oil piping diagram)
6. Kontak negara pantai.
Annex II
Cargo Record Book
• Buku catatan untuk ruang muat (cargo record book) yang mencatat kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
1. Lokasi pemuatan, tangki yang digunakan, nama muatan, dan kategori muatan.
2. Pemindahan muatan di dalam kapal saat berlayar
3. Pembongkaran muatan
4. Pencucian awal sesuai dengan prosedur penanganan dan penataan muatan (Procedure
and Arrangement/ P&I manual) yang dimiliki kapal
5. Pencucian tangki muatan
6. Pembungan pencucian tangki ke laut
7. Pengisian tangki balas pada tangki muatan,
8. Pembungan air balas dari tangki muatan
9. Pembungan akibat kecelakaan atau pengecualian lainnya
10.Pengawasan oleh pemeriksa yang berwewenang, dan
11.Prosedur tambahan operasional dan catatan.
Annex II
Procedures and Arrangement Manual (PA Manual)
• Setiap kapal yang mengangkut NLS dalam bentuk curah harus dilengkapi dengan PA Manual.
Tujuan utama PA Manual adalah untuk mengenalkan kepada Perwira kapal tata susunan fisik
dan semua prosedur operasi sehubungan bengan penanganan muatan, pencucian tangki.
Penanganan slop dan pengisian tangki balas yang harus diikuti agar sesuai persyaratan Annex
II.
• Prosedur penanganan dan penataan muatan (Prosedure and Arrangement/ P&A Manual)
untuk muatan kategori X, Y dan Z yang paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut:
1.Data kapal (ship particular)
2.Penjelasan lengkap dan penataan kapal
3.Prosedur pemuatan, pembongkaran, dan pengurasan muatan ditangki kapal,
4.Prosedur pencucian tangki kapal, pengisian tangki balas, dan pembuangan air balas dari
tangki balas,
5.Prosedur peranginan (Ventilation)
6.Gambaran umum kapal (general arrangement plan) dan gambar pipa muatan (pipaline
diagram)
Terima Kasih
Bambang Safari Alwi (Praktisi)
Telp. +62813-6482-0295
Email. Bambang.alwi71@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai