Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah
Pencemaran Laut ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang pengetahuan mengenai pencemaran laut oleh
minyak..Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT.
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG.
Pada mulanya orang berfikir bahwa dengan melihat luasnya lautan, maka semua
hasil buangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktifitas manusia di
daratan seluruhnya dapat di tampung oleh lautan tanpa menimbulkan suatu akibat
yang membahayakan. Bahan pencemar yang masuk ke dalam lautan akan
diencerkan dan kekuatan mencemarnya secara perlahan-lahan akan diperlemah
sehingga membuat mereka menjadi tidak berbahaya. Dengan makin cepatnya
pertumbuhan penduduk dunia dan makin meningkatnya lingkungan industri
mengakibatkan makin banyak bahan-bahan yang bersifat racun yang dibuang ke
laut dalam jumlah yang sulit untuk dapat dikontrol secara tepat.
Sejak peluncuran kapal pengangkut minyak yang pertama “GLUCKAUF” pada
tahun 1885 dan penggunaan mesin diesel kapal pada tahun 1888, maka fenomena
pencemaran laut mulai muncul. Pada tahun 1920 telah dimulai usaha-usaha untuk
membuat peraturan tentang pencegahan dan penanggulangan pencemaran oleh
minyak. Peraturan tersebut masih bersifat regional. Setelah terbentuk organisasi
PBB pada tahun 1948, barulah dibuat peraturan yang dapat dipakai oleh semua
pihak. Tahun 1954 atas prakarsa pemerintah Inggris mengeluarkan “Oil Pollution
Convention” mengenai usaha untuk mencegah pembuangan campuran minyak dari
pengoperasian kapal tanker dan dari kamar mesin kapal lainnya. Berturut-turut
tahun 1962, 1967, 1969 dan 1971 dilakukan perubahan (amandemen) isi dari
konvensi tersebut. The Marine Environment Protection Committee (MPEC) yang
dibentuk pada tahun 1973 bertugas mengkoordinasi kegiatan pencegahan dan
pengontrolan pencemaran laut yang bersumber dari kapal, mengeluarkan konvensi
diantaranya MARPOL 1973 dan TSPP (Tanker safety prevention of pollution)
1978. Oleh IMO kemudian diadopsi menjadi peraturan. Pemberlakuan
peraturan saat ini dikenal dengan sistim “tacit acceptance Dalam Ketentuan Umum
Undang-undang nomor 4 tahun 1982 dan kemudian berubah menjadi
Undangundang nomor 23 tahun 1997 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup memberikan definisi bahwa yang dimaksud dengan pencemaran
lingkungan adalah; Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan
atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam,
sehingga kualitas lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
peruntukkannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Marpol adalah salah satu yang paling penting di dunia internasional. konvensi
lingkungan laut. Ini dikembangkan oleh Organisasi Maritim Internasional dalam
upaya untuk meminimalkan pencemaran lautan dan laut, termasuk pencemaran,
polusi minyak dan udara. Tujuan dari konvensi ini adalah untuk melestarikan
lingkungan laut dalam upaya untuk sepenuhnya menghilangkan polusi oleh minyak
dan zat berbahaya lain dari kapal kelaut dan untuk meminimalkan tumpahan
minyak kelaut yang tidak disengaja. berikut ini adala beberapa peraturan
pencegahan pencemaran yang dikeluarkan oleh MARPOL 73/78 yang dirangkum
kedalam annex 1.
Pencegahan pencemaran oleh minyak, diberlakukan pd tgl 2 Oktober 1983.
Annex I ditetapkan berkaitan dengan tenggelamnya kapal tanker TORREY
CANYON”, ketika memasuki English Channel dan menumpahkan 120.000 ton
minyak mentah kelaut pada tahun 1967. Berbagai pertanyaan timbul tentang
langkah2 yang harus diambil untuk mencegah pencemaran laut dan tidak adanya
suatu sistem yg menyediakan kompensasi setelah terjadinya kecelakaan dilaut yang
mengakibatkan pencemaran.
Meskipun pencemaran lingkungan laut akibat kecelakaan mempunyai dampak
negatif yg luar biasa, namun konferensi menganggap bahwa pencemaran karena
pengoperasian kapal masih merupakan ancaman yang lebih membahayakan
Karenanya Annex I ini Iebih merupakan penjabaran lebih lanjut dan konvensi
OILPOL 1954 yang mencakup pencegahan dan penanggulangan pencemaran oleh
minyak. Arah kebijakan yang diambil.
a). KONSTRUKSI
1. Segregated ballast tank (SBT).
2. Dedicated ballast tank.
3. Pembatasan ukuran tanki.
4. Subdivision and stability.
5. Protective location of SBT(double hull).
6. Retention on board..
b). PERLENGKAPAN
1. Oily Water Separator.
2. Oil Discharge Monitoring and Control system.
3. Interface Detector
4. In stalasi pembuangan kedarat.
5. Oil record book.
6. SOPEP.
c). PENGAWASAN
1. Kadar buangan.
2. Daerah buangan.
3. Receiption facility.
4. Penegakan hukum.
d). Persyaratan konstruksi
1. Tanki tanki untuk oil residu (sludge).
2. Setiap kapal ukuran GT 400 atau lebih harus dilengkapi dengan tanki
yang kapasitasnya sesuai dengan tipe mesin dan lamanya perjalanan.
3. untuk menampung oil residu yang berasal dan purification of fuel,
minyak lumas dan kebocoran minyak di kamar permesinan.
4. Pipa ke dan dan sludge tank tidak boleh ada hubungan langsung keluar
kapal selain melalui discharge connection
5. Pemisahan minyak dan air balast dan pengangkutan minyak di tanki fore
peak
6. Di kapal kapal yang penyerahannya setelah 31 Desember 1979 ukuran
GT 400 atau lebih selain dan kapal tanker dan kapal tanker yang
penyerahannya sesudah 31 Desember 1979 ukuran GT 150 atau lebih
tidak boleh membawa ballast dalam tanki bahan bakar.
7. Bila kebutuhan untuk membawa bahan bakar dalam jumlah yang besar
sehingga perlu membawa air ballast yang bukan ballast bersih dalam
tanki bahan bakar, ballast tersebut harus dibuang ke receiption facility
atau ke laut sesuai aturan dan harus di catat dalam oil record book.
8. Di kapal GT 400 atau lebih yang kontraknya sesudah 1 Januari 1982 dan
dalam hal tidak ada kontrak yang peletakan lunasnya sesudah 1 Juli 1982
minyak tidak boleh diangkut
Rg.21 Pencegahan pencemaran dan tanker yang membawa heavy grade oil sebagai
muatan.
• Berlaku untuk oil tanker 600 ton DWT.
• Yang dimaksud dengan heavy grade oil adalah :
a. crude oil yang densitynya pada 15 derajat celcius Iebih tinggi dan
900 kg/m3
b. Bahan bakar yang densitynya pada 15 derajat celcius lebih dan 900
kg/m3 atau kinematic viscosity pada 50 derajat C lebih dan 180 mm2/s
c. Bitumen,tar dan emlsinya.
• Kapal-kapal yang terkena aturan mi harus memenuhi persaratan:
Bila ukuran 5000 ton DWT atau Iebih harus dilengkapi dengan double hull dan
double bottom.
• Bila ukuran 600 ton atau lebih tetapi kurang dan 5000 ton harus dilengkai
double bottom atau space dan wing tank dan spa
Pada setiap tanker yang penyerahannya sesudah I Juni 1982 harus dilengakapi
dengan SBT atau COW harus memenul-il persyaratan berikut :
1. Harus dilengkapi dengan sistim pipa yang didisain dan dipasang
sedemikian sehingga minyak dalam pipa se minimum mungkin.
2. Peralatan harus dipasang untuk mengeringkan semua pompa muatan dan
pipa pipa setelahselesai pembongkaran muatan,bila perlu dengan
hubungan sebuah peralatan stripping.Pipa dan pompa pengering harus
bisa membuang ke darat atau ke slop tank.Untuk pembuangan ke darat
suatu pipa khusus berdiameter kecil harus tersedia dan dihubungkan ke
kran manifold.
3. Pada setiap tanker pembuangan ballast kotor atau air bercampur minyak
dan daerah cargo harus berada diatas garis air, kecuali :
Seregated ballast dan ballast bersih dapat dibuangdi bawah garis air bila di
pelabuhan atau terminal atau di laut dengan sistim gravity atau di laut dengan
porn pa bila pertu ran air ballast memenuhi.
Persaratan aturan D-1.1 dan International Convention for the Control and
Management of Ships Ballast Water and SEDIMENTS.
Tanker yang penyerahannya pada atau sebelum 31 Desember 1979 yang tanpa
modifikasi tidak mampu membuang segregated ballast diatas garis air dapat
membuang di bawah garis air di laut dengan persaratan bahwa permukaan dan
air ballast telah diteliti sebelum pembuangan untuk meyakinkan bahwa tidak ada
kontaminasi dengan minyak.
Tanker yang penyerahannya pada atau sebelum I Juni 1982 yang beroperasi
dengan sistim Dedicated Ballast Tank yang tanpa modifikasi tidak mampu untuk
membuang di atas garis air dapat diijinkan pembuangan di bawah garis air
dengan persaratan harus diawasi sesuai aturan 18.8.3 (hanya untuk product
carrier yang di lengkap dengan oil content meter yang di akui)
Setiap tanker GT 150 atau Iebih yang penyerahannya sesudah 1 Januari 2010
yang telah dipasang sea chest yang secara permanen dihubungkan dengan sistim
pipa muatan harus dilengkapi dengan kedua persaratan yaitu sebuah sea chest
dan sebuah inboard isolation valve.Sebagai tambahan dan valve mi sea chest
harus bisa diisolasi dan sistim pipa muat bila pemuatan sedang berlangsung
Equipment (Peralatan)
1. Dari ruang permesinan
Perlalatan penyaring minyak (oil filtering)
a. Setiap kapal ukuran GT 400 atau lebih tetapi kurang dan CT 10000 harus
dilengkapi dengan oil filter yang menjámin bahwa setiap campuran
berminyak yang dibuang melewati alat itu kandungan minyaknya tidak
melebihi 15 ppm.
b. Setiap kapal ukuran GT 10 000 atau lebih harus dilengkapi dengan oil
filter yang menjamin bahwa setiap campuran berminyak yang dibuang
melewati peralatan tersebut kandungan minyaknya tidak boleh melebihi
15 ppm dan sebagai tambahah dilengkapi dengan alarm yang
menunjukkan bila level itu dilebihi dan sebagai tambahan harus ada
sistem yang yang akan menghentikan pembuangan bila kadar minyaknya
melebihi 15 ppm.
2. Dan cargo area di kapal tanker
• Oil discharge monitoring and Control system
Tanker CT 150 atau lebih harus dilengkapi dengan oil disharge
monitoring and control system yang disyahkan Pemerintah. Dengan
pertimbangan sistim mi bersama dengan sistim oilcontent meter harus
menggunakan spesifikasi yang direkomendasi oleh lMO. System harus
dilengkapi dengan alat recording yang merecord terus menerus record dan
pembuangan dalam liter per mu dan jumlah total yang dibuang atau oil content
dan kecepatam pembuangan. Record ini harus ditandai dengan tanggal dan
waktu dan harus disimpan sekurang kurangnya 3 tahun. Oil discharge
monitoring dan control system harus langsung beroperasi bila ada pembuangan
kelaut dan pembuangan harus langsung berhenti bila kecepatan pembuangan
melebihi dan yang diijinkan. Setiap kegagalan dan sistim mi juga akan
menghentikan pembuangan. Dalam hal kerusakan alat ini sistim manual
alternatif dapat digunakan tetapi defective unit harus dapat beroperasi secepat
mungkin.
PSCO dapat mengijinkan satu kali ballast voyage ke pelabuhan perbaikan untuk
memperbaiki sistim monitor dan kontr.
• Reg 32 Oil/water interface detector
Tanker CT 150 atau lebih harus dilengkapi dengan oil/water interface detector yang
efektif yang disyahkan Pemerintah untuk mengetahui dengan cepat dan akurat
batas permuakaan minyak dan air dalam slop tank dan harus bisa digunakan di
tanki lain dimana pemisahan air dan minyak berlaku dan mana akan dibuang ke
laut.
Reg.33, Persyaratan Crude Oil Washing.
1. Setiap Crude oil tanker 20.000 ton atau lebih yang penyerahannya
sesudah I Juni 1982 harus dilengkapi dengan sebuah sistem pembersihan
tanki menggunakan Crude Oil Washing. Pemerintah harus memastikan
bahwa sistim ini memenuhi persyaratan dalam waktu satu tahun sesudah
tanker mi pertama kali mejalani trayek mengangkut crude oil atau pada
akhir voyage ke tiga
2. Crude Oil Washing harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
PemerintahPemerintah harus mengusahakan setiap pelabuhan dilengkapi
dengan sarana penampungan minyak kotor atau balast kotor.Untuk
memungkinkan pipa dan penampungan didarat dapat dihubungkan
dengan pipa pembuangan dikapal harus disediakan sambungan standar
dengan ukuran.
a. Semua kapal
Nationality Certificater or Ship’s Register
1. International Tonnage Certificate.(TMS art.7)
2. International Load Line Certificate.atau International Load Line
Exemption Certificate (LL artl6 and Protocol art 18)
3. Intact Stability Booklet.(Solas 11-1/22,25-8)
4. Damage Control Booklets.(Solas 11-1/23,23-1,25-8)
5. Minimum safe Manning Document(Solas V/14.2.)
6. Fire Safety training manual(Solas 11-2/15.2.4)
7. Fire Control Plan/booklet(Solas 11-2/15.2.4)
8. On board training and drill record(Solas 11-2/15.2.2.5)
9. Fire safety operational booklet (Solas 11-2/16.2)
10. lnternational Clii Pollution Prevention Certificate.(Marpol Annex 1/26)
11. Oil Record Book (Marpol Annex 1/20)
12. Certificates for Master,Officers and ratings(STCW art VI,Regl/2,Al/2)
13. Shipboard Oil Pollution Emergency Plan(Marpol I/26)International
Sewage Pollution Prevention Certificate (Marpol Annex lV/5)
14. Garbage Record Book (Marpol Annex 5/9)
15. Garbage Management PIan(Marpol V/9)
16. Voyage data recorder system-certificate of compliance (Solas V/18.8)
17. Cargo Securing Manual (Solas Vl/5.6,Vll/5)
18. Document of Compliance (Solas lX/4,ISM 13)
19. Safety Management Certificate(Solas IX/4)
20. lnternational Ship Security Certificate ataulnterimS.S.Certificate (Solas
Xl-219.1.1)
21. Ship Security Plan and Associated records
22. Continous Synopsis Record (Solas Xl-115)
B. Tambahan untuk Passenger ship.
1. Passenger Ship Safety Certificate(SolasI/1 2)
2. Exemption Certificate (when exemp.granted)
3. Special Trade passenger ship safety certicate,special trade passenger
spacecert.
4. Search and rescue cooperation plan (solas V/7.3)
5. List of operational limitation (Solas V/30)
6. Decision support system for Masters (Solas 111/29)