Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah
Pencemaran Laut ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang pengetahuan mengenai pencemaran laut oleh
minyak..Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT.
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG.

Pada mulanya orang berfikir bahwa dengan melihat luasnya lautan, maka semua
hasil buangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktifitas manusia di
daratan seluruhnya dapat di tampung oleh lautan tanpa menimbulkan suatu akibat
yang membahayakan. Bahan pencemar yang masuk ke dalam lautan akan
diencerkan dan kekuatan mencemarnya secara perlahan-lahan akan diperlemah
sehingga membuat mereka menjadi tidak berbahaya. Dengan makin cepatnya
pertumbuhan penduduk dunia dan makin meningkatnya lingkungan industri
mengakibatkan makin banyak bahan-bahan yang bersifat racun yang dibuang ke
laut dalam jumlah yang sulit untuk dapat dikontrol secara tepat.
Sejak peluncuran kapal pengangkut minyak yang pertama “GLUCKAUF” pada
tahun 1885 dan penggunaan mesin diesel kapal pada tahun 1888, maka fenomena
pencemaran laut mulai muncul. Pada tahun 1920 telah dimulai usaha-usaha untuk
membuat peraturan tentang pencegahan dan penanggulangan pencemaran oleh
minyak. Peraturan tersebut masih bersifat regional. Setelah terbentuk organisasi
PBB pada tahun 1948, barulah dibuat peraturan yang dapat dipakai oleh semua
pihak. Tahun 1954 atas prakarsa pemerintah Inggris mengeluarkan “Oil Pollution
Convention” mengenai usaha untuk mencegah pembuangan campuran minyak dari
pengoperasian kapal tanker dan dari kamar mesin kapal lainnya. Berturut-turut
tahun 1962, 1967, 1969 dan 1971 dilakukan perubahan (amandemen) isi dari
konvensi tersebut. The Marine Environment Protection Committee (MPEC) yang
dibentuk pada tahun 1973 bertugas mengkoordinasi kegiatan pencegahan dan
pengontrolan pencemaran laut yang bersumber dari kapal, mengeluarkan konvensi
diantaranya MARPOL 1973 dan TSPP (Tanker safety prevention of pollution)
1978. Oleh IMO kemudian diadopsi menjadi peraturan. Pemberlakuan
peraturan saat ini dikenal dengan sistim “tacit acceptance Dalam Ketentuan Umum
Undang-undang nomor 4 tahun 1982 dan kemudian berubah menjadi
Undangundang nomor 23 tahun 1997 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup memberikan definisi bahwa yang dimaksud dengan pencemaran
lingkungan adalah; Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan
atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam,
sehingga kualitas lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
peruntukkannya.
BAB II
PEMBAHASAN

Marpol adalah salah satu yang paling penting di dunia internasional. konvensi
lingkungan laut. Ini dikembangkan oleh Organisasi Maritim Internasional dalam
upaya untuk meminimalkan pencemaran lautan dan laut, termasuk pencemaran,
polusi minyak dan udara. Tujuan dari konvensi ini adalah untuk melestarikan
lingkungan laut dalam upaya untuk sepenuhnya menghilangkan polusi oleh minyak
dan zat berbahaya lain dari kapal kelaut dan untuk meminimalkan tumpahan
minyak kelaut yang tidak disengaja. berikut ini adala beberapa peraturan
pencegahan pencemaran yang dikeluarkan oleh MARPOL 73/78 yang dirangkum
kedalam annex 1.
Pencegahan pencemaran oleh minyak, diberlakukan pd tgl 2 Oktober 1983.
Annex I ditetapkan berkaitan dengan tenggelamnya kapal tanker TORREY
CANYON”, ketika memasuki English Channel dan menumpahkan 120.000 ton
minyak mentah kelaut pada tahun 1967. Berbagai pertanyaan timbul tentang
langkah2 yang harus diambil untuk mencegah pencemaran laut dan tidak adanya
suatu sistem yg menyediakan kompensasi setelah terjadinya kecelakaan dilaut yang
mengakibatkan pencemaran.
Meskipun pencemaran lingkungan laut akibat kecelakaan mempunyai dampak
negatif yg luar biasa, namun konferensi menganggap bahwa pencemaran karena
pengoperasian kapal masih merupakan ancaman yang lebih membahayakan
Karenanya Annex I ini Iebih merupakan penjabaran lebih lanjut dan konvensi
OILPOL 1954 yang mencakup pencegahan dan penanggulangan pencemaran oleh
minyak. Arah kebijakan yang diambil.
a). KONSTRUKSI
1. Segregated ballast tank (SBT).
2. Dedicated ballast tank.
3. Pembatasan ukuran tanki.
4. Subdivision and stability.
5. Protective location of SBT(double hull).
6. Retention on board..
b). PERLENGKAPAN
1. Oily Water Separator.
2. Oil Discharge Monitoring and Control system.
3. Interface Detector
4. In stalasi pembuangan kedarat.
5. Oil record book.
6. SOPEP.
c). PENGAWASAN
1. Kadar buangan.
2. Daerah buangan.
3. Receiption facility.
4. Penegakan hukum.
d). Persyaratan konstruksi
1. Tanki tanki untuk oil residu (sludge).
2. Setiap kapal ukuran GT 400 atau lebih harus dilengkapi dengan tanki
yang kapasitasnya sesuai dengan tipe mesin dan lamanya perjalanan.
3. untuk menampung oil residu yang berasal dan purification of fuel,
minyak lumas dan kebocoran minyak di kamar permesinan.
4. Pipa ke dan dan sludge tank tidak boleh ada hubungan langsung keluar
kapal selain melalui discharge connection
5. Pemisahan minyak dan air balast dan pengangkutan minyak di tanki fore
peak
6. Di kapal kapal yang penyerahannya setelah 31 Desember 1979 ukuran
GT 400 atau lebih selain dan kapal tanker dan kapal tanker yang
penyerahannya sesudah 31 Desember 1979 ukuran GT 150 atau lebih
tidak boleh membawa ballast dalam tanki bahan bakar.
7. Bila kebutuhan untuk membawa bahan bakar dalam jumlah yang besar
sehingga perlu membawa air ballast yang bukan ballast bersih dalam
tanki bahan bakar, ballast tersebut harus dibuang ke receiption facility
atau ke laut sesuai aturan dan harus di catat dalam oil record book.
8. Di kapal GT 400 atau lebih yang kontraknya sesudah 1 Januari 1982 dan
dalam hal tidak ada kontrak yang peletakan lunasnya sesudah 1 Juli 1982
minyak tidak boleh diangkut

Persyaratan untuk cargo area di kapal tanker.


A. Konstruksi:
Regulasi 18. Segregated Ballast Tank.
Setiap kapal tanker 20 000 ton DWT atau lebih dan product tanker ukuran 30 000
ton DWT yang penyerahannya sesudah 1 Juni 1982 harus dilengkapi dengan
Segregataed ballast tank. Kapasitas dan SBT harus ditentukan bahwa kapal dapat
beroperasi dengan selamat dalam kondisi ballast tanpa mengharuskan mengisi
ballast dalam tanki muatan. Dalam segala hal bagaimanapun kapasitas dan SBT
sekurang kurangnya bahwa dalam setiap kondisi ballast dalam bagian pelayaran
termasuk kondisi dalam lightweight tambah SBT draft dan trim kapal memenuhi
persyaratan berikut :
1. Moulded draft tengah tengah (dm) : dm = 2.0 +0.02 L
2. Trim by the stern tidak lebih dari
3. Dalam setiap keadaan propeller tenggelam
• Oil tanker yang penyerahannya pada atau sebelum 1 Juni 1982 yang
mempunyal penataan ballast khusus.
• Bila sebuah kapal tanker diserahkan pada atau sebelum 1 Juni 1982
dikonstruksikan dan dioperasikan dengan cara sedemikian bahwa dalam
setiap kondisi memenuhi persyaratan mengenai draft dan trim tanpa
menggunakan ballast water dibebaskan dan persyaratan SBT asalkan
persyaratan berikut dipenuhi :
1. operasional procedure dan pengaturan ballast disyahkan oleh
Pemerintah
2. Perjanjian dicapai antara Administration dan Pemerintah Negara
Pelabuhan
3. IOPP certificates diendorsed bahwa kapal dioperasikan dengan
pengaturan ballast khusus.
• Ballast tidak boleh diangkut dalam tanki minyak kecuali dalam keadaan
yang jarang terjadi misalnya karena. kondisi cuaca untuk keselamatan kapal
Nakhoda menginginkan penambahan air ballast.
• Pemerintah yang telah mengendorsed IOPP cert denganpengaturan
ballast khusus harus menginformasikan ke IMO.
• Oil tanker 70 000 ton DWT atau lebih yang penyerahannya sesudah 31
Desember 1979.
Oil tanker 70.000 ton DWT atau lebih harus dilengkapi dengan SBT yang
memenuhi persyaratan sesuai konvensi ini.
• Protective location of SBT’
Pada setiap tanker crude oil 20.000 ton DWT atau lebih dan product
carrier 30.000 ton DWT atau lebih penyerahan sesudah 1 Juni 1982 SBT
yang terletak dalam panjang dan tanki muatan harus melindungi
keluarnya minyak apabila terjadi tubrukan atau kandas.
• Persyaratan double hull dan double bottom bagi tanker yang
penyerahannya sesudah 6 Juli 1996
Aturan mi berlaku untuk oil tanker 600 ton DWT atau lebih yang penyerahannya
pada atau sesudah 6 JuN 1996:
Setiap oil tanker 5000 ton DWT atau lebih harus memenuhi persyaratan sbb:
Keseluruhan panjang dan cargo tank dilindungi oleh ballast tank atau ruang lain
selain dan ruang muat minyak
• Reg 20 Double hull and double bottom untuk untuk tanker yang
penyerahannya sebelum 6 July 1996
Kecuali dinyatakan lain berlaku untuk Kapal tanker 5000 ton DWT yang
penyerahannya sebelum 6 Juli 1996 yang didistilasi.

Untuk maksud aturan ini :


1. Heavy diesel oil berarti diesel oil selain dan yang didistilasi dimana lebih
dari 50 procent dan volume distilsi pada tempeatur tidak lebih dan 340
derajat celcius bila dites dengan dengan metode yang disyahkan IMO
2. Fuel oil berarti distilasi berat atau residu dan crude oil atau dicampur dan
material tersebut dengan maksud digunakan untuk bahan bakar untuk
produksi panas atau tenaga dengan kualitas yang sama dengan
spesifikasi yang disyahkan IMO
Kategori dan kapal tanker
1. Kategori 1 oil tanker berarti berarti sebuah kapal tanker ukuran 20.000
ton DWT atau yang membawa crude oil,fuel oil,heavy diesel oil atau
minyak lumas sebagai muatan dan tanker 30.000 ton DWT atau lebih
yang membawa mnyak selain dan tsb terdahulu.
2. Kategori 2 oil tanker berarti tanker 20.000 ton DWT atau membawa
crude oil,fuel oil,heavy diesel oil atau minyak lumas sebagai cargo dan
tanker 30.000 ton DWT atau lebih membawa minyak selain itu yang
memenuhi persyaratan oil tanker yang penyerahannya sesudah 1 Juni
1982.
3. Kategori 3 oil tanker berti sebuah oil tanker 5.000 ton DWT atau lebih
tetapi kurang dan 20.000 ton untuk crude oil tanker atau kurang dan
30.000 ton untuk tanker lainnya.
4. Tanker yang terkena aturan mi harus memenuhi semua persyaratan
paling lam bat tgl 5 April 2005

Rg.21 Pencegahan pencemaran dan tanker yang membawa heavy grade oil sebagai
muatan.
• Berlaku untuk oil tanker 600 ton DWT.
• Yang dimaksud dengan heavy grade oil adalah :
a. crude oil yang densitynya pada 15 derajat celcius Iebih tinggi dan
900 kg/m3
b. Bahan bakar yang densitynya pada 15 derajat celcius lebih dan 900
kg/m3 atau kinematic viscosity pada 50 derajat C lebih dan 180 mm2/s
c. Bitumen,tar dan emlsinya.
• Kapal-kapal yang terkena aturan mi harus memenuhi persaratan:
Bila ukuran 5000 ton DWT atau Iebih harus dilengkapi dengan double hull dan
double bottom.
• Bila ukuran 600 ton atau lebih tetapi kurang dan 5000 ton harus dilengkai
double bottom atau space dan wing tank dan spa

Reg. 22 perlindungan dan pump room


• Berlaku untuk kapal tanker ukuran 5000 ton DWT atau lebih yang dibangun
pada atau sesudah 1 Januari 2007. Pump room harus dilengkapi dengan double
bottom sedemikian sehingga pada setiap cross section dalam dan setiap double
bottom tank atau space tinggi (h ) antara dasar dan pump room base line kapal
diukur tegak lurus ke base line tidak kurang dari :

h = B/15(m) atau h = 2m mana yang lebih kecil. Nilai minimum h = 1 m

• Pompa ballast harus dilengkapi dengan arrangement yang mencukupi untuk


menjamin pengisapan yang efisien dan tanki double bottom.
• Bila luapan dan pump room tdk akan mempengaruhi pompa sistim balaast
doumble bottom tdk diperlukan

Reg 26.Pembatasan ukuran tanki


• Diberlakukan terhadap tanker GT 150 atau lebih yang penyerahannya sesudah
31 Desember 1979
• Suatu tanker GT 150 atau lebih yang penyerahannya sesudah 1 Januari 1977 dan
kontrak pembuatannya sesudah 1 Januari 1974 atau bila tdk tdk ada kontrak
yang peletakan lunasnya sesudah 30 Juni 197 Panjang tanki maximium 10 meter
atau :
a. (0,5 bi/membujur)
b. (0,25 bl/B B +0,1 ) L tetapi tdk boleh lebih dai 0,2 L bila tdk mempunyai
sekat + 0,15 ) L bila mumpunya sekat membujur di tengah.
• Bila ada 2 atau lebih sekat membujaur maka panjang tanki: wing tank 0,2 L
centre tank :
bila b1/B sama atau lebih dan 1/5 0,2 L bila kurang dan 1/5 maka panjang tanki
(0,5 bl/B+0.1) L
L = panjang kapal, bl=lebar wing tank,B lebar kapal.
SLOP TANK
o Berlaku untuk tanker GT 150 atau lebih o Setiap kapal harus dilengkapi dengan
Slop tank untuk menampung balast kotor dengan kapasitas minimum 3% dan
kapasitas muat kapal,kecuali pemerintah dapat menyetujui :
o 2% untuk tanker yang air pencuci tankinya dapat digunakan lagi untuk mencuci
tanki lain atau yang dilengkapi COW dan SBT.
o 1% tanker kombinasi.
o Slop tank harus didisain terutama kedudukan dan inlet, outlet, bafflet atau weirs
bila dilengkapi untuk mencegah gejolak pencampuran minyak dengan air.
o Tanker 70.000 ton DWT atau lebih yang penyerahannya sesudah 31 Desember
1979 sekurang kurangnya harus dilengkapi dengan 2 slop tank
o Penataan pompa, pipa dan pembuangan
Di setiap tanker manifold pembuangan untuk dihubungkan dengan receiption
facity guna pembuangan ballast kotor harus terletak di dek terbuka pada kedua
sisi kapal.
Pada tanker GT 150 atau lebih pipa untuk pembuangan air ballast atau air
bercampur minyak dan daerah ruang muat
ke laut harus mengarah ke dek terbuka atau ke lambung kapal diatas ganis air
pada kondisi draft terdalam.
Untuk tanker GT 150 atau lebih yang penyerahanya sesudah 31 Desember 1979
harus ada cara untuk menghentikan pembuangan kelaut.
Balast kotor atau air bercampur minyak dan suatu posisi di upper dek atau
diatasnya yang manifold untuk pembuangan itu kelihatan. Peralatan penyetopan
itu boleh tidak dipasang bila ada sisi tim komunikasi yang efektif seperti telepon
atau peralatan radio antara posisi pengawasan dan posisi kontrol pembuangan.

Pada setiap tanker yang penyerahannya sesudah I Juni 1982 harus dilengakapi
dengan SBT atau COW harus memenul-il persyaratan berikut :
1. Harus dilengkapi dengan sistim pipa yang didisain dan dipasang
sedemikian sehingga minyak dalam pipa se minimum mungkin.
2. Peralatan harus dipasang untuk mengeringkan semua pompa muatan dan
pipa pipa setelahselesai pembongkaran muatan,bila perlu dengan
hubungan sebuah peralatan stripping.Pipa dan pompa pengering harus
bisa membuang ke darat atau ke slop tank.Untuk pembuangan ke darat
suatu pipa khusus berdiameter kecil harus tersedia dan dihubungkan ke
kran manifold.
3. Pada setiap tanker pembuangan ballast kotor atau air bercampur minyak
dan daerah cargo harus berada diatas garis air, kecuali :
Seregated ballast dan ballast bersih dapat dibuangdi bawah garis air bila di
pelabuhan atau terminal atau di laut dengan sistim gravity atau di laut dengan
porn pa bila pertu ran air ballast memenuhi.
Persaratan aturan D-1.1 dan International Convention for the Control and
Management of Ships Ballast Water and SEDIMENTS.
Tanker yang penyerahannya pada atau sebelum 31 Desember 1979 yang tanpa
modifikasi tidak mampu membuang segregated ballast diatas garis air dapat
membuang di bawah garis air di laut dengan persaratan bahwa permukaan dan
air ballast telah diteliti sebelum pembuangan untuk meyakinkan bahwa tidak ada
kontaminasi dengan minyak.
Tanker yang penyerahannya pada atau sebelum I Juni 1982 yang beroperasi
dengan sistim Dedicated Ballast Tank yang tanpa modifikasi tidak mampu untuk
membuang di atas garis air dapat diijinkan pembuangan di bawah garis air
dengan persaratan harus diawasi sesuai aturan 18.8.3 (hanya untuk product
carrier yang di lengkap dengan oil content meter yang di akui)
Setiap tanker GT 150 atau Iebih yang penyerahannya sesudah 1 Januari 2010
yang telah dipasang sea chest yang secara permanen dihubungkan dengan sistim
pipa muatan harus dilengkapi dengan kedua persaratan yaitu sebuah sea chest
dan sebuah inboard isolation valve.Sebagai tambahan dan valve mi sea chest
harus bisa diisolasi dan sistim pipa muat bila pemuatan sedang berlangsung

Equipment (Peralatan)
1. Dari ruang permesinan
Perlalatan penyaring minyak (oil filtering)
a. Setiap kapal ukuran GT 400 atau lebih tetapi kurang dan CT 10000 harus
dilengkapi dengan oil filter yang menjámin bahwa setiap campuran
berminyak yang dibuang melewati alat itu kandungan minyaknya tidak
melebihi 15 ppm.
b. Setiap kapal ukuran GT 10 000 atau lebih harus dilengkapi dengan oil
filter yang menjamin bahwa setiap campuran berminyak yang dibuang
melewati peralatan tersebut kandungan minyaknya tidak boleh melebihi
15 ppm dan sebagai tambahah dilengkapi dengan alarm yang
menunjukkan bila level itu dilebihi dan sebagai tambahan harus ada
sistem yang yang akan menghentikan pembuangan bila kadar minyaknya
melebihi 15 ppm.
2. Dan cargo area di kapal tanker
• Oil discharge monitoring and Control system
Tanker CT 150 atau lebih harus dilengkapi dengan oil disharge
monitoring and control system yang disyahkan Pemerintah. Dengan
pertimbangan sistim mi bersama dengan sistim oilcontent meter harus
menggunakan spesifikasi yang direkomendasi oleh lMO. System harus
dilengkapi dengan alat recording yang merecord terus menerus record dan
pembuangan dalam liter per mu dan jumlah total yang dibuang atau oil content
dan kecepatam pembuangan. Record ini harus ditandai dengan tanggal dan
waktu dan harus disimpan sekurang kurangnya 3 tahun. Oil discharge
monitoring dan control system harus langsung beroperasi bila ada pembuangan
kelaut dan pembuangan harus langsung berhenti bila kecepatan pembuangan
melebihi dan yang diijinkan. Setiap kegagalan dan sistim mi juga akan
menghentikan pembuangan. Dalam hal kerusakan alat ini sistim manual
alternatif dapat digunakan tetapi defective unit harus dapat beroperasi secepat
mungkin.
PSCO dapat mengijinkan satu kali ballast voyage ke pelabuhan perbaikan untuk
memperbaiki sistim monitor dan kontr.
• Reg 32 Oil/water interface detector
Tanker CT 150 atau lebih harus dilengkapi dengan oil/water interface detector yang
efektif yang disyahkan Pemerintah untuk mengetahui dengan cepat dan akurat
batas permuakaan minyak dan air dalam slop tank dan harus bisa digunakan di
tanki lain dimana pemisahan air dan minyak berlaku dan mana akan dibuang ke
laut.
Reg.33, Persyaratan Crude Oil Washing.
1. Setiap Crude oil tanker 20.000 ton atau lebih yang penyerahannya
sesudah I Juni 1982 harus dilengkapi dengan sebuah sistem pembersihan
tanki menggunakan Crude Oil Washing. Pemerintah harus memastikan
bahwa sistim ini memenuhi persyaratan dalam waktu satu tahun sesudah
tanker mi pertama kali mejalani trayek mengangkut crude oil atau pada
akhir voyage ke tiga
2. Crude Oil Washing harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
PemerintahPemerintah harus mengusahakan setiap pelabuhan dilengkapi
dengan sarana penampungan minyak kotor atau balast kotor.Untuk
memungkinkan pipa dan penampungan didarat dapat dihubungkan
dengan pipa pembuangan dikapal harus disediakan sambungan standar
dengan ukuran.

3. Sources and Percentages of Oceanic Oil Pollution


Type of Oil Pollution Millions of
Gallons Percentage of World Total
Ship Source Oil Spills 37 5.24
Vessel Maintenance 137 19.4
Offshore Drilling 15 2.12
Natural Seeps 52 8.78
Up in Smoke 92 13.03
Down the Drain 363 51.42
Total World Oil Pollution 706 100
DOKUMEN DAN SERTIFIKAT YANG HARUS ADA DIKAPAL
KAPAL YANG TERKENA PERSYARATAN KONVENSI

a. Semua kapal
Nationality Certificater or Ship’s Register
1. International Tonnage Certificate.(TMS art.7)
2. International Load Line Certificate.atau International Load Line
Exemption Certificate (LL artl6 and Protocol art 18)
3. Intact Stability Booklet.(Solas 11-1/22,25-8)
4. Damage Control Booklets.(Solas 11-1/23,23-1,25-8)
5. Minimum safe Manning Document(Solas V/14.2.)
6. Fire Safety training manual(Solas 11-2/15.2.4)
7. Fire Control Plan/booklet(Solas 11-2/15.2.4)
8. On board training and drill record(Solas 11-2/15.2.2.5)
9. Fire safety operational booklet (Solas 11-2/16.2)
10. lnternational Clii Pollution Prevention Certificate.(Marpol Annex 1/26)
11. Oil Record Book (Marpol Annex 1/20)
12. Certificates for Master,Officers and ratings(STCW art VI,Regl/2,Al/2)
13. Shipboard Oil Pollution Emergency Plan(Marpol I/26)International
Sewage Pollution Prevention Certificate (Marpol Annex lV/5)
14. Garbage Record Book (Marpol Annex 5/9)
15. Garbage Management PIan(Marpol V/9)
16. Voyage data recorder system-certificate of compliance (Solas V/18.8)
17. Cargo Securing Manual (Solas Vl/5.6,Vll/5)
18. Document of Compliance (Solas lX/4,ISM 13)
19. Safety Management Certificate(Solas IX/4)
20. lnternational Ship Security Certificate ataulnterimS.S.Certificate (Solas
Xl-219.1.1)
21. Ship Security Plan and Associated records
22. Continous Synopsis Record (Solas Xl-115)
B. Tambahan untuk Passenger ship.
1. Passenger Ship Safety Certificate(SolasI/1 2)
2. Exemption Certificate (when exemp.granted)
3. Special Trade passenger ship safety certicate,special trade passenger
spacecert.
4. Search and rescue cooperation plan (solas V/7.3)
5. List of operational limitation (Solas V/30)
6. Decision support system for Masters (Solas 111/29)

b. Tambahan untuk kapal cargo


1. Cargo Ship Sfety Construction Certificate (Solas 1/12)
2. Cargo Ship Safety Equipment Certificate(Solas 1/12)
3. Cargo Ship Safety Radio Certificate(Solas 1/12)
4. Cargo Ship Safety Certificae,lf applicable
5. Exemption Certificate ,if applicale
6. Document ofauthorization for the carriage of grain (Solas V119).
7. Certicate of insurance or other financial security in respect of civil
liability for oil pollution damage(For tanker>DWT 2000) dc 1992 article
Vll.(Only for tanker DWT 2000 or more)
8. Enhanced survey report file (Bulk carriers and tankers)(Solas
Xl1/2.Res.A744(18).
9. Record of oil discharge monitoring and control system for the last ballast
voyage(Marpol Annex I Reg.15(3)(a)
10. Cargo Information (Solas Vl/2 ,Xl 1/1 0).
11. Bulk Carrier Booklet(Solas Vl/7,Xl 1/8
12. Dedicated Clean Ballast Tank Operation Manual(Marpol Annex reg.1
3A
13. COW Manual
14. Condition Assessment scheme (CAS) Statement of Compliance,CAS
Final report and Review
15. Hydrostatically Balance Loading (HBL) Operational Manual(
Marpol Anex I res.MEPC.95(46) Reg.13 G
16. Oil Discharge Monitoring and Control ODMC) Operational
manual(Marpol Annex I Reg,1 5(3)(c)
17. Subdivision and stability information (Marpol Reg.25
c. Tambahan untuk kapal NLS
1. International Pollution prevention Certificate for the Carriage of
Noxious Liquid Substances in Bulk.(NLSCert.)(Marpol Annexll
Reg,11 danl2A)
2. Cargo Record Book.(Marpol A ll.Reg9)
3. Procedures and Arrangement Manual ( P AManual)(Marpol Annex II
Reg,5,5A dan 8)
4. Shipboard Marine Pollution Emergency Plan for Noxious Liquid
Substances.(Marpol Annex II Reg.16).
d. Tambahan untuk kapal DG
1. Document of Compliance with special requirements for carrying dangerous
goods.(Solas 11-2/19.4)
2. Dangerous goods manifest or stowage plan(Solas
Vll/4.5,Vll/7-2,Marpol Annex lii reg.4
e. Tambahan untuk kapal INF Cargo
International Certificate of Fitness for the Carriage of INF Cargo.(Solas
VII/16.INF Code Res.MSC.88(71) par 1.3)
f. Tambahan untuk kapal nuklir Nuclear Ship (Cargo or Passenger) Safety
Certificate
(SolasVill/lO)
C. Sertifikat lain
a) Special purpose ship Safety certificate.(Res.A.534(13).Solas 1/12)
b) Certificate of fitness for Offshore Support Vessels.
c) Diving System Safety Certificate.
d) Dinamical Support Craft Construction and Equipment Certificate.
e) Mobile Offshore Drilling unit Safety Certificate.
f) Wing-In-Ground (WIG) Craft(MSC cir.1054)
g) Permit to operat

II. DOKUMEN BAGI KAPAL YANG NON KONVENSI


a. Surat tanda kebangsaan (SuratLaut/Pas Besar / Pas kecil)
b. Surat ukur (untuk kapal GT 7 atau lebih).
c. Buku sijil
d. Setifikat Keselamatan.
e. Sijil sekoci.
f. Sijil kebakaran
g. Fire cotrol plan
h. Sertifikap Pencegahan Pencemaran
i. oleh minyak (IOPP Cert.) untuk tanker GT 150 atau Iebih dan non tanker GT
400 atau lebih
j. Oil Record Book untuk tanker GT 150 atau lebih dan Non tanker GT 400 atau
lerbih
k. Record 0DM and Control system untuk tanker CT 10.000 atau lebih.
l. SOPEP untuk tanker GT 150 atau lebih dan Non tanker GT 400 atau Iebih
m. DOC dan SMC bagi yang berukuran GT 500 atau Iebih
n. Utk kapal pengangkut NLS harus ada NLS Certificate,PA Manual,Cargo
Record Bookdan SMPEP
o. Bagi kapal pengangkut Muatan Berbahaya harus ada
Docoment of Compliance for Carryiang Dangerous Goods
p. Untuk High Speed Craft hrs ada sertifikat High Speed craft,ljin Operasi dan
Crew mempunyai Brevet A atau A dan B
q. Minimum Safe Manning Certificate
r. Sertfikat dan Perwira dan ABK
s. Sertifikat Garis Muat (Load Line Certificate)
t. Crew List
u. Cargo Manifest (Daftar muatan)
v. Surat Persetujuan Berlayar dan Pelabuhan terakhir
w. Sertifikat bebas Tikus dan
x. Buku Kesehatan dan Kesehatan Pelabuhan

Anda mungkin juga menyukai