Anda di halaman 1dari 36

WACANA DESAIN DI INDONESIA UNTUK DAERAH RURAL

(PEDESAAN) DARI SISI MODERN, POSTMODERN,

DEKONSTRUKSI, DAN FENOMENOLOGI

Bianca Angelieta Surono 01024210020

Rachel Wijaya 01024210009

Vanli Paramita 01024210001

Program Studi Desain Interior

Universitas Pelita Harapan

ABSTRAK

Indonesia dikenal sebagai negara dengan keanekaragamannya. Dengan lebih dari


17.000 pulau dan 270 juta penduduk, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara
dengan warisan ragam budaya yang memiliki potensi untuk dikembangkannya ragam desain
dan arsitektur dari berbagai aspek. Ditinjau dari sisi ekonomi, berdasarkan data Bank Dunia,
Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar dari 9 negara ASEAN lainnya pada
tahun 2021. Hal ini tentunya membuka kesempatan yang lebih besar lagi untuk wacana
transformatif di bidang arsitektur untuk berkembang dan direalisasikan. Walaupun mungkin
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk arsitektur di Indonesia berkembang menyemai
arsitektur-arsitektur di negara maju lainnya di Asia seperti, Jepang dan Cina. Perkembangan
arsitektur selalu dipengaruhi oleh berbagai hal lainnya, seperti misalnya faktor-faktor sosial,
politik, dan teknologi yang terus berkembang. Oleh karena itu, perkembangan pasti akan
berbeda dari satu tempat dengan tempat lainnya baik itu dari sisi perkembangan bentuk juga
fungsinya.
Kata kunci: Keanekaragaman, ekonomi, berkembang.
ABSTRACT

Indonesia is known as a country with diversity. With more than 17,000 islands and
270 million people, Indonesia is one of the countries with a multi-cultural heritage that has
the potential to develop a variety of designs and architecture from various aspects. From an
economic point of view, based on World Bank data, Indonesia is the country with the largest
economy out of 9 other ASEAN countries in 2021. This certainly opens up even greater
opportunities for transformative discourse in the field of architecture to develop and be
realised. Although it may take quite a long time for architecture in Indonesia to develop to
match the architectures of other developed countries in Asia such as Japan and China. The
development of architecture is always influenced by various other things, such as social,
political, and technological factors that continue to develop. Therefore, development will
definitely differ from one place to another both in terms of form development as well as
function.
Keywords: Diversity, economy, development.

PENDAHULUAN

Salah satu hal yang dapat dilakukan mengenai wacana pembangunan transformatif

di Indonesia adalah pada daerah-daerah rural. Pertumbuhan populasi dan urbanisasi

tentunya menjadi poin-poin utama yang mempengaruhi pertimbangan pembangunan

arsitektur pada area perkotaan. Sebut saja misalnya, Jakarta. Sebagai kota metropolitan

yang padat penduduk, Jakarta memiliki infrastruktur kota yang cukup kompleks

dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Di dalamnya termasuk jaringan

transportasi yang luas, pusat perbelanjaan, gedung-gedung perkantoran dan masih banyak

lagi. Dalam konteks urbanisasi, Jakarta adalah salah satu contoh bukti nyata dari urban area

yang signifikan di Indonesia dan menjadi pusat kegiatan ekonomi dan perkembangan

perkotaan di negara ini. Dengan kemajuan yang dialami, tentunya membawa tantangan dan

masalah lain untuk kota-kota urban seperti Jakarta ini, misalnya kemacetan lalu lintas di

mana-mana, urbanisasi yang cepat, dan tekanan terhadap sumber daya dan lingkungan.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa terdapat potensi

kerugian besar yang ditanggung oleh negara akibat kemacetan yang terjadi di Jakarta.

Melihat hal ini, tentunya tidak bisa serta-merta langsung menerapkan apa yang sudah

diterapkan oleh Jakarta kepada daerah-daerah rural lain di Indonesia yang mungkin di masa
depan berpotensi menjadi daerah urban layaknya Jakarta. Transformasi pada daerah rural

menjadi daerah urban tentunya adalah proses yang kompleks dan tergantung pada

kebijakan pemerintah, juga kondisi masyarakat pada daerah tersebut. Oleh karena itu,

pendekatan yang komprehensif dan terpadu diperlukan untuk mencapai perkembangan

daerah yang optimal, dalam hal ini khususnya pada bidang arsitektur. Dalam paper ini, akan

dibahas bagaimana area rural di Indonesia dapat berkembang dalam bidang arsitektur

dengan menerapkan wacana transformatif yang telah dipelajari (modern, postmodern,

fenomenologi, dan dekonstruksi).

Beberapa hal dapat diperhatikan antara lain adalah infrastruktur, pemukiman dan

perumahan, perekonomian, dan tata kelola kota yang baik. Infrastruktur yang baik tentunya

harus menjadi fokus utama ketika ingin memulai mengubah area pedesaan (rural) menjadi

area urban, mencakup di dalamnya pemikiran mengenai penggunaan transportasi umum

dalam jangka panjang, sistem air yang bersih, sanitasi, serta aksesibilitas komunikasi. Hal

yang disebutkan tentunya hanya beberapa hal penting dari banyak lainnya yang mencakup

infrastruktur. Dalam mengubah daerah pedesaan menjadi daerah urban diperlukan

pengembangakan pemukiman untuk mempersiapkan populasi yang akan melonjak pada

tahun-tahun berikutnya (jangka panjang.) Hal ini termasuk di dalamnya adanya perencanaan

tata ruang yang baik seperti misalnya dilakukannya zonasi yang sesuai dengan kegiatan

perumahan, komersial, dan juga industri.

Fasilitas pendukung lainnya seperti, sekolah, pusat kesehatan, dan pusat

perbelanjaan harus diperhatikan. Untuk menjadi urban area yang berkelanjutan,

perekonomian yang beragam sangat penting. Diversifikasi ekonomi melalui pengembangan

sektor-sektor seperti industri, perdagangan, jasa, dan pariwisata dapat menciptakan

lapangan kerja yang lebih banyak dan meningkatkan pendapatan penduduk. Promosi

investasi dan pengembangan usaha kecil dan menengah juga dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi di daerah perkotaan. Pengelolaan perkotaan yang baik sangat

penting dalam mengubah daerah pedesaan menjadi urban area yang berkelanjutan. Ini

mencakup perencanaan perkotaan yang baik, pengaturan tata ruang yang sesuai,
pengelolaan limbah yang efisien, pengendalian polusi, dan perlindungan lingkungan. Tata

kelola yang efektif juga melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan,

transparansi, dan akuntabilitas pemerintah.

WACANA DESAIN DI INDONESIA UNTUK DAERAH RURAL (PEDESAAN) DARI SISI

MODERN
Kepadatan penduduk mengacu pada jumlah penduduk yang tinggal pada suatu area

tertentu. Semakin tinggi jumlah penduduk, maka semakin besar pula tekanan pada lahan

yang ada. Dalam daerah yang padat akan penduduk, lahan seringkali terbatas, dan ini dapat

mengakibatkan perumahan yang padat, urbanisasi yang cepat, dan penggunaan lahan yang

intensif. Penggunaan lahan bervariasi tergantung pada aktivitas dan fungsinya. Beberapa

diantaranya meliputi perumahan, industri, dan pertanian. Pertumbuhan akan ekonomi dan

lahan seringkali meningkatkan kebutuhan akan hal tersebut. Jika dilihat dari sisi tinjauan

wacana modern, hal yang dapat diterapkan dalam pembangunan arsitektur pada rural area

di Indonesia adalah arsitektur vertical building.

Arsitektur Vertical Building merujuk pada desain dan konstruksi bangunan yang

memiliki banyak lantai atau tingkat yang dibangun secara vertikal, dalam arti bangunan

tersebut memiliki ketinggian yang signifikan. Bangunan vertikal sering kali didesain untuk

mengoptimalkan penggunaan lahan di area yang padat penduduk, terutama di perkotaan.

Bangunan vertikal memerlukan struktur yang kuat dan kokoh untuk menahan beban yang

tinggi serta mendukung ketinggian bangunan. Teknik konstruksi seperti struktur baja atau

beton bertulang sering digunakan untuk memberikan kekuatan dan stabilitas pada bangunan

tersebut. Bangunan vertikal membutuhkan perencanaan tata ruang yang efisien dan optimal.

Ini mencakup perencanaan layout lantai yang memperhatikan fungsi dan kebutuhan

pengguna, pemisahan vertikal yang sesuai antara zona publik dan privat, serta pemikiran

tentang koneksi vertikal seperti tangga, eskalator, atau lift. Wacana yang bisa dibilang

sebagai perkembangan lanjutan dari vertical building adalah vertical city.

Singkatnya, kota vertikal adalah seluruh habitat manusia yang terkandung dalam

gedung pencakar langit yang sangat besar. Kota vertikal memegang kunci untuk mengatasi

kelebihan populasi dan kepadatan penduduk. Daripada merusak hutan dan rawa untuk

membangun rumah, pusat perbelanjaan, dan pabrik, mereka bisa ditempatkan di menara

vertikal untuk melestarikan lingkungan. Konstruksi setinggi langit meningkatkan ruang hidup

dan kerja yang tersedia, yang mengurangi dampak kelebihan populasi. Di kota vertikal,
orang akan tinggal, bekerja, dan bersekolah. Menara vertikal juga memegang kunci untuk

melestarikan sumber daya alam. Dengan bertambahnya populasi, akan semakin sulit bagi

petani untuk menanam cukup makanan untuk memberi makan semua orang. Tidak akan

ada cukup lahan untuk bertani. Tetapi menara vertikal dapat digunakan untuk pertanian dan

pertanian. Kemungkinan yang ditawarkan oleh kota vertikal benar-benar dirasa dapat

menuntaskan masalah-masalah yang ada terhadap keterbatasan lahan. Dengan

perencanaan yang tepat, menara ini dapat dengan mudah menjadi kenyataan.

Gambar 1.1 Imaging the Vertical City, Vijul Shah - Rethinking the Future Awards

(Source: Rethinking the Future)

Gambar 1.2 Vertical City Concept


(Source: Conserved World)

Salah satu contoh vertical building yang paling mendekati konsep vertical city adalah

Burj Khalifa di Dubai. Dubai berhasil menerima atensi dari seluruh dunia dengan

keberhasilan pembangunan gedung pencakar langitnya yaitu, Burj Khalifa. Burj Khalifa

difungsikan sebagai akomodasi hotel, apartemen residential, dan perkantoran. Hal ini lah

yang membuat Burj Khalifa disebut sebagai salah satu bangunan yang paling mendekati

konsep vertical city dan berhasil dalam menerapkan konsep tersebut. Penerapan konsep

vertical building yang tidak cukup berhasil dapat dilihat di Indonesia, Jakarta pada saat

pembangunan Rusun Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur. Setelah pembangunannya

selesai, sebanyak 200 warga menolak direlokasi ke rusun tersebut dan memilih untuk

tinggal di Rusun Jatinegara Barat, Jawa Timur.

Hal ini mengakibatkan rusun kosong untuk beberapa waktu sebelum akhirnya

direvitalisasi. Dari 2 hal di atas, dapat disimpulkan bahwa pemaksimalan lahan yang

terbatas pada suatu area tertentu dengan menerapkan konsep vertical dapat dipandang

sebagai sesuatu yang bagus atau tidak, sebagaimana hal tersebut dapat berdampak baik

ataupun buruk pada lingkungan dimana hal tersebut diterapkan. Selain itu, faktor

masyarakat juga sangat berpengaruh dari pelaksanaan wacana ini, maka dari itu dinilai

cukup penting untuk masyarakat diikutsertakan secara langsung dalam pengembangan

transformasi daerah urban menjadi dari perkotaan. Vertical city, atau kota vertikal, dapat

dilaksanakan di Indonesia dengan melibatkan perencanaan yang matang dan integrasi

antara berbagai sektor terkait.


Gambar 1.3 Rumah Susun di Jakarta

(Source: Tribun News - Ekonomi Bisnis)

Keseluruhan, untuk melaksanakan vertical city di Indonesia, diperlukan perencanaan

yang matang, kerjasama lintas sektor, pengembangan infrastruktur yang mendukung, dan

dukungan kebijakan yang tepat. Dengan pendekatan kepada masyarakat yang tepat dan

didukung oleh pendekatan holistik serta berkelanjutan, vertical city dapat menjadi solusi

untuk mengatasi masalah urbanisasi, meningkatkan kualitas hidup penduduk, dan

mengoptimalkan pemanfaatan lahan di Indonesia.


WACANA DESAIN DI INDONESIA UNTUK DAERAH RURAL (PEDESAAN) DARI SISI

POSTMODERN

Desain desain arsitektur pada zaman postmodern adalah suatu pendekatan yang

dapat diterapkan salah satunya di dalam konteks pedesaan yang terdapat di Indonesia.

Arsitektur postmodern ini menggabungkan elemen-elemen tradisional dan modern untuk


menciptakan suatu bangunan yang mencerminkan suatu identitas lokal namun tetap

mengadopsi gaya dan teknologi pada zaman kontemporer. Dalam wacana ini, kita akan

menjabarkan beberapa contoh dan ide dari desain arsitektur postmodern yang dapat

diterapkan di daerah rural atau daerah pedesaan yang terdapat di negara Indonesia. Desain

arsitektur postmodern juga memberikan kebebasan kreatif dalam menggabungkan

elemen-elemen tradisional dan modern

Salah satu contoh desain postmodern yang dapat diterapkan di Indonesia adalah

penggunaan referensi terhadap elemen pada zaman tradisional. Misalnya, arsitek dapat

mengambil inspirasi dari rumah tradisional Indonesia, seperti rumah adat Jawa, rumah

panggung suku Toraja, atau rumah tradisional Minangkabau. Namun, alih-alih bereproduksi

secara literal, arsitek dapat menginterpretasikan elemen-elemen ini dengan cara yang baru

dan kreatif. Misalnya, mempertahankan atap pelana yang khas, tetapi dengan material dan

bentuk yang lebih modern. Contoh nyatanya adalah dengan membuat atap pelana dengan

bahan bahan yang telah modern, misalnya logam, genteng, ataupun beton.

Gambar 2.1 Gambar rumah dengan atap pelana yang terbuat dari genteng

Selain itu, pada arsitektur postmodern juga sering mengadopsi permainan bentuk

dan tekstur dan warna. Contohnya, dalam desain pedesaan, arsitek dapat menggabungkan

dinding yang berlekuk atau bertekstur dengan dinding datar yang lebih modern. Hal ini akan

menciptakan kontras visual yang menarik dan menambah dimensi estetika pada bangunan

pedesaan. Lalu ketika seorang arsitek menggunakan warna warna yang cerah di dalam
suatu desain yang telah mereka buat, hal ini akan membuat suatu kesan yang segar dan

juga berbeda dari yang lainnya. Contoh nyatanya adalah dengan Menambahkan elemen

struktural yang tidak konvensional, seperti kolom yang melengkung atau jembatan kecil

yang menghubungkan bangunan. Menciptakan kombinasi warna yang kontras untuk

menciptakan kesan yang menarik dan mencolok ini juga dapat membuat suatu bangunan

terlihat lebih menarik di pandangan orang orang.

Penambahan elemen artistik juga merupakan karakteristik penting dari desain

postmodern. Pada bangunan pedesaan, seni rupa dan ornamen dapat digunakan untuk

memberikan sentuhan estetika yang lebih menonjol. Misalnya, patung atau mural yang

menggambarkan budaya lokal yang ada atau kehidupan masyarakat pedesaan dapat juga

dipasang di fasad bangunan. Hal ini tidak hanya akan memperindah bangunan, tetapi juga

memberikan identitas yang kuat kepada masyarakat setempat. Misalnya juga para arsitek

dapat menambahkan penggunaan ukiran kayu yang rumit, panel batik, atau motif tradisional

pada elemen arsitektur yang telah mereka desain. Lalu bisa juga dengan menambahkan

panel ukiran batik agar dapat mengidentifikasikan suatu ciri khas dari daerah tempat suatu

bangunan ini dibangun. Lalu bisa juga dengan menambahkan panel yang berisikan batik

parang yang berasal dari pulau Jawa. Selain itu batik ini juga sebagai lambang kekuatan.

Bisa juga dengan mencari batik yang mengartikan keharmonisan, sehingga bisa menjadi

identifikasi sendiri untuk keharmonisan dari keluarga yang tinggal di dalam rumah tersebut.

Selain itu, desain interior juga dapat mengadopsi prinsip postmodern dengan

menggabung gabungkan berbagai gaya dan elemen. Misalnya, ruang tamu pedesaan dapat

memiliki furnitur yang menggabungkan unsur-unsur modern dan tradisional. Perpaduan

antara furnitur modern dengan tekstil tradisional, seperti kain batik atau tenun, akan

memberikan nuansa yang unik dan kaya akan warisan budaya. Selain itu dapat juga dengan

memasang ornamen yang menggambarkan budaya lokal atau motif tradisional pada detail

arsitektur, seperti pintu atau jendela yang khas yang diambil dari rumah rumah daerah pada

zaman dahulu yang terkenal atau sering dipakai di daerah tersebut.


Dalam desain postmodern, juga penting untuk menimbang nimbang aspek

keberlanjutan dan ramah lingkungan di sekitar daerah tersebut. Arsitek dapat memanfaatkan

sumber daya alam yang tersedia di daerah pedesaan, seperti kayu lokal atau material daur

ulang, untuk membangun bangunan yang ramah lingkungan. Contohnya, penggunaan

bambu sebagai material struktural dapat memberikan efek visual yang menarik sambil

mengurangi dampak lingkungan. Selain itu arsitek juga dapat Memanfaatkan energi

terbarukan, seperti pemasangan panel surya, untuk memenuhi kebutuhan listrik dari warga

di desa tersebut.

Selain bangunan, desain postmodern juga mengedepankan pengembangan ruang

terbuka atau yang biasa disebut dengan open space dan landskap yang menarik. Di

pedesaan, taman atau pekarangan dapat dirancang dengan menggunakan pola-pola

geometris yang menarik, area rekreasi, dan elemen air seperti kolam atau air mancur.

Penggunaan tanaman lokal dan hiasan alami juga dapat memberikan kesan alami yang

akan menjadi ciri khas. Namun tanaman ini juga harus disesuaikan dengan hobby atau

minat dari orang yang tinggal di dalam rumah tersebut. Hal ini juga berguna untuk

Kesehatan mental dari orang yang tinggal di rumah ini.

Pada desain postmodern juga sering mengeksplorasi material alternatif atau tidak

konvensional. Di daerah pedesaan, penggunaan bahan-bahan lokal seperti bambu, daun

kelapa, atau kayu daur ulang dapat memberikan nuansa alami dan ramah lingkungan pada

bangunan. Kombinasi material tradisional dengan elemen modern, seperti besi dan kaca,

dapat menciptakan suatu harmoni yang akan sangat menarik. Namun jika menurut klien dari

arsitek tersebut untuk menggunakan bahan-bahan alami susah untuk di urus, arsitek dapat

juga memberikan pilihan untuk menggunakan bahan yang diolah dengan bentuk yang

serupa dengan bahan bahan alami, agar masih terdapat kesan tradisional yang mau

dibangun untuk rumah tersebut.

Dalam mengaplikasikan desain postmodern di daerah pedesaan, penting untuk

mempertimbangkan konteks lokal yang ada di suatu daerah tersebut, perlu juga untuk

memperhatikan kebutuhan kebutuhan dari masyarakat masyarakat sekitar, dan


keberlanjutan terhadap perkembangan dari lingkungan daerah tersebut. Dengan

pendekatan yang sensitif terhadap budaya dan lingkungan, desain postmodern dapat

menciptakan bangunan yang unik, estetis, dan memenuhi kebutuhan dari masyarakat

masyarakat pedesaan di Indonesia. Tak lupa juga para arsitek harus memperhatikan bahan

bahan lokal yang terdapat di sekitar daerah desa tersebut. Contohnya, penggunaan bambu

sebagai material struktural dapat memberikan efek visual yang menarik sambil mengurangi

dampak lingkungan.

WACANA DESAIN DI INDONESIA UNTUK DAERAH RURAL (PEDESAAN) DARI SISI

FENOMENOLOGI

Desain arsitektur fenomenologi adalah pendekatan yang menempatkan pengalaman

manusia sebagai pusat perancangan. Dalam konteks daerah rural atau pedesaan di

Indonesia, pendekatan ini dapat menghasilkan desain yang terhubung erat dengan budaya

dan lingkungan lokal, serta mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan masyarakat

setempat. Berikut ini adalah beberapa aspek arsitektur fenomenologi yang dapat diterapkan
dalam desain di daerah rural Indonesia, serta contoh dan gambar yang menggambarkan

konsep tersebut.

1. Konteks Lokal dan Identitas Budaya

Pendekatan arsitektur fenomenologi di daerah pedesaan Indonesia perlu

mempertimbangkan konteks lokal dan identitas budaya. Hal ini dapat tercermin

dalam pemilihan bentuk, motif, dan bahan bangunan yang mencerminkan warisan

budaya setempat. Sebagai contoh, rumah adat tradisional seperti rumah joglo di

Jawa Tengah atau rumah panggung di Kalimantan Barat.

Gambar 3.1 Rumah Joglo dari Jawa Tengah

(Source: Kompas)

2. Interaksi dengan Lingkungan Alam

Desain arsitektur fenomenologi di pedesaan Indonesia harus mempertimbangkan

interaksi manusia dengan lingkungan alam. Ini melibatkan penggunaan

elemen-elemen seperti taman, halaman terbuka, dan tata letak bangunan yang

memaksimalkan pemandangan alam sekitar. Misalnya, rumah dengan beranda yang

menghadap ke sawah atau pegunungan.


Gambar 3.2 Rumah dengan beranda yang menghadap alam

(Source: artikel Rumah123)

3. Pencahayaan dan Ventilasi Alami

Pencahayaan dan ventilasi alami adalah prinsip penting dalam desain arsitektur

fenomenologi. Dalam daerah pedesaan, jendela besar, atap tinggi, dan lubang

ventilasi dapat digunakan untuk memaksimalkan masuknya cahaya matahari dan

aliran udara segar. Contohnya, ruang tamu dengan langit-langit tinggi dan jendela

besar untuk pencahayaan alami dan sirkulasi udara yang baik.

Gambar 3.3 Rumah dengan ruang tamu yang memiliki langit-langit yang tinggi

(Source: HelloShabby)

4. Penggunaan Bahan Alam dan Lokal


Penggunaan bahan alam dan lokal adalah ciri khas dalam desain arsitektur

fenomenologi. Di pedesaan Indonesia, bahan-bahan seperti kayu, bambu, dan batu

bata tradisional dapat digunakan untuk membangun bangunan. Misalnya, rumah

panggung dengan rangka kayu dan dinding anyaman bambu.

Gambar 3.4 Rumah panggung dengan rangka kayu dan dinding anyaman bambu

(Source: Rumahku Unik)

5. Ruang Komunal dan Interaksi Sosial

Desain arsitektur fenomenologi di daerah pedesaan perlu memperhatikan ruang

komunal dan interaksi sosial. Hal ini dapat dicapai melalui ruang terbuka seperti

halaman atau pekarangan bersama yang mengundang penduduk untuk berinteraksi

dan menjalin hubungan sosial. Contohnya, taman komunal dengan area duduk dan

tempat bermain untuk warga desa.

Gambar 3.5 Taman komunal untuk warga

(Source: Pemerintah Provinsi Jawa Tengah)


6. Keberlanjutan dan Ramah Lingkungan

Penting untuk mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan ramah lingkungan dalam

desain arsitektur fenomenologi di pedesaan. Misalnya, pemanfaatan energi

terbarukan seperti panel surya, penggunaan sistem pengolahan air limbah organik,

dan pengumpulan air hujan untuk keperluan irigasi. Selain itu, dapat pula

mempertimbangkan penggunaan material daur ulang atau daur ulang bangunan

yang sudah ada.

Gambar 3.6 Rumah ramah lingkungan

(Source: 88 Bangunan)

Setiap desain arsitektur fenomenologi di daerah rural Indonesia harus disesuaikan

dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat setempat. Gambar-gambar yang disertakan

di atas hanya sebagai contoh visualisasi konsep dan bukan representasi desain

sebenarnya. Penting untuk bekerja sama dengan arsitek yang memiliki pemahaman

mendalam tentang konteks lokal dan menggali aspirasi serta kebutuhan masyarakat dalam

proses perancangan.
Desain arsitektur fenomenologi merupakan pendekatan yang menekankan

pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya. Pada daerah rural atau

pedesaan di Indonesia, pendekatan ini dapat memberikan desain yang sesuai dengan

karakteristik lokal dan memperhatikan kebutuhan masyarakat setempat. Berikut adalah

beberapa konsep dan contoh desain arsitektur fenomenologi yang dapat diterapkan di

daerah rural Indonesia:

1. Integrasi dengan alam: Desain arsitektur fenomenologi di pedesaan Indonesia sering

kali menggabungkan bangunan dengan alam sekitarnya. Misalnya, rumah dengan

taman dalam dan halaman terbuka yang memungkinkan pengalaman langsung

dengan alam, seperti pemandangan pegunungan, sawah, atau sungai.

Gambar 3.7 Rumah Pedesaan dengan pemandangan di sekitarnya

(Source: Furnizing)

2. Pencahayaan dan ventilasi alami: Pemanfaatan pencahayaan dan ventilasi alami

sangat penting dalam desain arsitektur fenomenologi. Misalnya, penggunaan jendela

besar dan atap tinggi untuk memaksimalkan cahaya matahari dan aliran udara yang

sehat di dalam ruangan.


Gambar 3.8 Rumah Pedesaan dengan jendela besar

(Source: Dream.co.id)

3. Bahan alami dan lokal: Desain arsitektur fenomenologi di pedesaan menggunakan

bahan-bahan alami dan lokal untuk membangun bangunan. Contohnya adalah

penggunaan kayu, bambu, batu bata, atau anyaman bambu sebagai bahan

konstruksi utama.

Gambar 3.9 Rumah Pedesaan dengan material batu bata

(Source: artikel Rumah123)

4. Keberlanjutan dan ramah lingkungan: Desain arsitektur fenomenologi di pedesaan

juga dapat memperhatikan aspek keberlanjutan dan ramah lingkungan. Misalnya,

penggunaan sumber energi terbarukan seperti panel surya, pengelolaan air hujan,

dan sistem pengolahan limbah organik.


Gambar 3.10 Rumah Pedesaan yang ramah lingkungan dengan panel surya

(Source: Bimata.id)

5. Ruang komunal dan interaksi sosial: Desain arsitektur fenomenologi di pedesaan

seringkali mengutamakan ruang komunal dan interaksi sosial. Misalnya, penggunaan

halaman terbuka, teras, atau ruang tamu yang menghadap ke pemandangan alam

untuk mendukung interaksi antar penduduk desa.

Gambar 3.11 Rumah Pedesaan dengan teras dan pemandangan alam

(Source: Homeshabby)

Tentu saja, setiap desain arsitektur fenomenologi akan disesuaikan dengan kondisi

dan kebutuhan masyarakat di setiap daerah rural di Indonesia. Gambar-gambar yang saya

sertakan di atas hanyalah contoh visualisasi konsep dan tidak mewakili desain sebenarnya.

Penting untuk bekerja dengan arsitek lokal yang memiliki pemahaman mendalam tentang

konteks lokal dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat dalam proses perancangan.


Desain di Indonesia untuk daerah pedesaan dapat menggabungkan pendekatan

fenomenologi dengan elemen-elemen arsitektur dekonstruksi untuk menciptakan bangunan

yang unik dan terintegrasi dengan lingkungan alam dan budaya setempat. Dalam desain ini,

penting untuk mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan masyarakat pedesaan serta

memanfaatkan bahan-bahan lokal yang tersedia.

Salah satu prinsip fenomenologi yang dapat diterapkan adalah penggunaan

pencahayaan alami dan sirkulasi udara yang baik. Desain bangunan dapat memanfaatkan

sinar matahari dengan menempatkan jendela besar, teras terbuka, dan atap yang dirancang

untuk memberikan naungan sekaligus memungkinkan masuknya cahaya matahari. Hal ini

akan menciptakan ruang yang nyaman dan memberikan pengalaman estetika yang lebih

dalam.

Dalam konteks arsitektur dekonstruksi, salah satu contoh penerapannya adalah

dengan menggabungkan elemen struktural yang terbuka atau terlihat dengan jelas.

Misalnya, kolom beton dapat dibiarkan terlihat tanpa perlu ditutupi dengan elemen penutup

seperti dinding. Hal ini akan memberikan kesan kekuatan dan keaslian struktur bangunan.

Berikut adalah contoh gambar yang mengilustrasikan ide-ide desain fenomenologi

dengan elemen dekonstruksi untuk daerah pedesaan di Indonesia:

Gambar 3.12 Rumah sederhana di Desa

(Source: Desain id)


Gambar ini menunjukkan sebuah rumah pedesaan dengan atap yang dirancang

untuk memberikan naungan sekaligus memungkinkan masuknya cahaya matahari.

Jendela-jendela besar ditempatkan secara strategis untuk memaksimalkan pencahayaan

alami. Struktur beton pada dinding tampak terbuka dan mengungkapkan keaslian material.

Gambar 3.13 Balai Desa Berkesan Joglo Kontemporer

(Source: Mfakhruzi Architect)

Contoh desain kedua menampilkan sebuah balai desa dengan bentuk yang unik dan

atap yang memanfaatkan prinsip arsitektur dekonstruksi. Elemen struktural seperti balok dan

kolom terlihat jelas dan memberikan kesan dinamis pada bangunan. Terdapat juga

jendela-jendela besar yang menghubungkan ruang dalam dengan lingkungan luar.

Perlu dicatat bahwa desain arsitektur merupakan hasil dari kolaborasi antara arsitek,

masyarakat, dan pemangku kepentingan setempat. Desain yang diusulkan harus

mempertimbangkan aspek budaya, keberlanjutan, dan kebutuhan masyarakat pedesaan.


WACANA DESAIN DI INDONESIA UNTUK DAERAH RURAL (PEDESAAN) DARI SISI

DEKONSTRUKSI

Dekonstruksi dalam konteks desain arsitektur mengacu pada pendekatan yang

mengurai struktur ataupun elemen elemen tradisional dan merancang ulang elemen-elemen

bangunan untuk menciptakan pengalaman yang baru dan inovatif. Di Indonesia tepatnya di

daerah rural atau pedesaan yang ada di Indonesia, desain dekonstruksi dapat memberikan

pendekatan yang segar dan berani dalam merancang bangunan di daerah pedesaan.

Berikut ini adalah beberapa contoh desain dekonstruksi yang dapat diterapkan di daerah
pedesaan Indonesia, lengkap dengan penjelasan dan gambar-gambar yang

menggambarkan konsep tersebut.

1. Rumah Gubuk Kontemporer: Salah satu contoh dari desain dekonstruksi adalah

memadukan elemen-elemen gubuk tradisional dengan elemen modern yang lebih

eksperimental. Misalnya, merancang rumah dengan struktur atap yang terbuat dari

bahan tradisional, seperti ijuk atau daun kelapa, namun menggabungkannya dengan

dinding-dinding kaca yang transparan atau material logam yang memberikan kesan

yang lebih futuristik.

Gambar 4.1 Rumah gubuk kontemporer dengan struktur dinding tradisional dan atap bentuk

tradisional yang telah dipadukan dengan kaca

2. Penggunaan Material Bekas: Dalam desain dekonstruksi, penggunaan material yang

bekas atau limbah dapat menjadi fokus utama dari suatu bangunan. Misalnya,

menggunakan kayu bekas atau palet kayu untuk membangun struktur bangunan,

atau menggunakan batu bata daur ulang untuk menciptakan tekstur yang unik pada

dinding bangunan. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi limbah konstruksi, tetapi

juga menciptakan estetika yang lebih menarik, dan juga menambah nilai jual dari

suatu bangunan karena keunikan bangunan tersebut.


Gambar 4.2 Bangunan dengan penggunaan kayu bekas dan batu bata daur ulang

3. Pemanfaatan Ruang Terbuka: Dekonstruksi juga dapat diterapkan pada penggunaan

ruang terbuka di daerah pedesaan. Misalnya, membangun taman atau ruang terbuka

publik dengan konsep yang tidak konvensional, seperti menggabungkan elemen

alamiah dengan instalasi seni kontemporer. Hal ini akan menciptakan ruang yang

menarik dan memungkinkan interaksi sosial yang lebih kreatif.

Gambar 4.3 Ruang terbuka dengan instalasi seni kontemporer

4. Rekonstruksi Bangunan Tradisional: Dalam desain dekonstruksi, bangunan

tradisional dapat diurai dan dipadukan kembali dengan berbagai cara yang inovatif.

Misalnya, merancang ulang rumah adat dengan struktur yang lebih kompleks dan

berani, atau menggabungkan elemen-elemen tradisional dengan elemen

kontemporer yang menciptakan bangunan yang unik dan memukau.


Gambar 4.4 Rekonstruksi rumah adat dengan struktur yang kompleks dan berani

5. Ekspresi Bentuk yang Abstrak: Dalam desain dekonstruksi, bentuk-bentuk tradisional

dapat diurai dan dipermutakhirkan menjadi bentuk-bentuk abstrak yang unik.

Misalnya, mengubah bentuk rumah tradisional menjadi bangunan dengan

sudut-sudut yang kompleks atau struktur yang tidak konvensional. Pendekatan ini

menciptakan visual yang menarik dan mengundang refleksi serta interpretasi dari

pengamat.

Gambar 4.5 Bangunan dengan bentuk yang abstrak dan kompleks

Melalui desain dekonstruksi, arsitektur yang terdapat di daerah pedesaan di

Indonesia dapat dihadapkan pada eksplorasi kreatif dan perubahan paradigma dalam

merancang bangunan. Arsitektur ini juga dapat menggabungkan elemen tradisional dengan
pendekatan inovatif yang menciptakan bangunan yang unik dan menarik. Pendekatan ini

dapat memberikan memperkaya lingkungan binaan di pedesaan. Namun, penting untuk

tetap memperhatikan keberlanjutan dan konteks lokal dalam menerapkan desain ini, serta

melibatkan partisipasi masyarakat untuk memastikan desain yang menghormati dan

memenuhi kebutuhan mereka, dan juga arsitek harus memastikan desain yang relevan dan

bermanfaat bagi mereka.

Desain arsitektur dekon (Desain Energi Terbarukan dan Berkelanjutan) memiliki

peran yang penting dalam membangun daerah pedesaan di Indonesia. Pendekatan ini

memadukan keberlanjutan lingkungan dengan kebutuhan masyarakat pedesaan, dengan

fokus pada penggunaan sumber daya terbarukan dan praktik-praktik yang ramah

lingkungan. Berikut adalah beberapa contoh desain dekon yang bisa diterapkan di daerah

pedesaan Indonesia, lengkap dengan gambaran dan gambar:

1. Desain rumah hemat energi

Desain rumah hemat energi adalah salah satu aspek penting dalam desain dekon di

daerah pedesaan. Rumah-rumah ini dirancang untuk meminimalkan penggunaan

energi, mengoptimalkan sirkulasi udara alami, dan memaksimalkan pemanfaatan

cahaya alami. Dalam desain ini, penggunaan bahan bangunan yang ramah

lingkungan seperti bambu, kayu daur ulang, dan material lokal lainnya sangat

dianjurkan. Contoh desain rumah hemat energi adalah rumah panggung tradisional

dengan ventilasi yang baik, jendela besar untuk penerangan alami, dan atap dengan

perancah untuk menahan panas matahari. Pemanfaatan energi terbarukan seperti

panel surya untuk penerangan juga dapat ditambahkan.


Gambar 4.6 Desain Rumah Hemat Energi

2. Pemanfaatan Energi Terbarukan

Di daerah pedesaan, pemanfaatan sumber energi terbarukan dapat memberikan

akses listrik yang andal dan berkelanjutan. Contoh penerapan energi terbarukan

adalah pembangunan mikrohidro, dengan memanfaatkan aliran sungai di daerah

tersebut. Energi yang dihasilkan dari mikrohidro dapat digunakan untuk keperluan

penerangan, penggunaan alat-alat elektronik, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.

Gambar 4.7 Desain Rumah Pembangkit Listrik Mikrohidro

3. Pengelolaan Air
Desain dekonstruksi juga mencakup pengelolaan air yang efisien di daerah

pedesaan. Pengumpulan dan penyimpanan air hujan merupakan salah satu solusi

yang ramah lingkungan. Dalam desain ini, rumah-rumah dapat dilengkapi dengan

sistem pengumpulan air hujan yang terhubung ke tangki penyimpanan. Air yang

terkumpul kemudian dapat digunakan untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan irigasi.

Gambar 4.8 Desain Rumah Pengumpulan Air Hujan

4. Pertanian Berkelanjutan

Desain dekonstruksi juga melibatkan pertanian berkelanjutan di pedesaan. Salah

satu contohnya adalah penggunaan pertanian vertikal, di mana tanaman ditanam

secara vertikal pada dinding atau struktur bangunan. Pendekatan ini memungkinkan

penggunaan lahan yang lebih efisien dan meminimalkan penggunaan air. Sistem

irigasi tetes dan penggunaan pupuk organik juga dapat diterapkan untuk

meningkatkan produktivitas pertanian.


Gambar 4.9 Desain Rumah Pertanian Vertikal

5. Pengelolaan Limbah

Desain dekonstruksi juga mencakup pengelolaan limbah yang efektif di daerah

pedesaan. Penggunaan sistem daur ulang dan kompos adalah beberapa contoh

praktik yang dapat diterapkan. Sistem pengolahan air limbah yang ramah lingkungan

juga penting untuk menjaga kebersihan dan kesehatan masyarakat pedesaan.

Gambar 4.10 Desain Rumah Sistem Daur Ulang

Desain dekonstruksi merupakan pendekatan holistik dalam membangun daerah

pedesaan yang berkelanjutan. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ini dalam desain

arsitektur, dapat dibangun lingkungan yang lebih seimbang antara manusia dan alam.
Dekonstruksi adalah pendekatan desain yang mengurai elemen-elemen tradisional

dan konvensional dalam arsitektur, dengan tujuan menciptakan bentuk, fungsi, dan

pengalaman yang baru dan inovatif. Di daerah rural atau pedesaan Indonesia, desain

dekonstruksi dapat memberikan pendekatan yang segar dan eksperimental dalam

merancang bangunan. Berikut ini adalah beberapa contoh desain arsitektur dekonstruksi

yang dapat diterapkan di daerah pedesaan Indonesia, beserta penjelasan dan

gambar-gambar yang mengilustrasikan konsep tersebut.

1. Desain Bangunan dengan Penyusunan Bukan Lurus

Dalam desain dekonstruksi, bangunan dapat dirancang dengan penyusunan yang

tidak mengikuti pola lurus dan teratur yang biasanya ditemui dalam arsitektur

tradisional. Contohnya adalah struktur bangunan yang melengkung atau melekuk

dengan sudut-sudut yang tidak terduga. Pendekatan ini menciptakan kesan yang

unik dan mengundang eksplorasi visual. Desain Bangunan dengan Penyusunan

Bukan Lurus

Gambar 4.11 Desain bangunan dengan penyusunan tidak lurus

2. Penggunaan Material yang Tidak Biasa

Dalam desain dekonstruksi, penggunaan material yang tidak biasa atau

non-tradisional dapat menciptakan efek visual yang menarik. Misalnya,


menggabungkan logam, kaca, dan kayu dalam satu bangunan. Pendekatan ini

menghasilkan kontras yang menarik antara material, menciptakan dimensi baru, dan

memberikan keunikan pada bangunan. Penggunaan Material yang Tidak Biasa

Gambar 4.12 Desain bangunan dengan penggunaan material yang tidak biasa dalam

bangunan

3. Manipulasi Bentuk dan Geometri

Dalam desain dekonstruksi, bentuk dan geometri tradisional dapat dimanipulasi

untuk menciptakan bangunan yang unik dan tidak terduga. Misalnya, memutar,

membalikkan, atau memotong bentuk geometris seperti kubus, segitiga, atau

lingkaran. Pendekatan ini menciptakan dinamika visual dan memperkaya

pengalaman pengamat terhadap bangunan. Manipulasi Bentuk dan Geometri


Gambar 4.13 Desain bangunan dengan manipulasi bentuk dan geometri dalam desain

bangunan

4. Permainan Dimensi dan Ruang

Dalam desain dekonstruksi, dimensi dan ruang dapat dimainkan untuk menciptakan

pengalaman yang menarik. Misalnya, merancang ruang dengan langit-langit yang

melengkung atau mengekspos struktur bangunan secara terbuka. Pendekatan ini

memberikan perasaan luas dan terbuka, serta menciptakan nuansa eksplorasi

visual. Permainan Dimensi dan Ruang

Gambar 4.14 Desain bangunan dengan permainan dimensi dan ruang dalam desain bangunan

5. Integrasi Elemen Alam

Dalam desain dekonstruksi, elemen alam dapat diintegrasikan dengan bangunan

untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara lingkungan dan arsitektur.

Misalnya, memadukan taman vertikal, kolam air, atau dinding hijau dalam desain

bangunan. Pendekatan ini menciptakan suasana yang alami, memberikan

kesejukan, dan meningkatkan keberlanjutan lingkungan. Integrasi Elemen Alam


Gambar 4.15 Desain bangunan dengan integrasi elemen alam dalam desain bangunan

Melalui desain dekonstruksi, arsitektur di daerah pedesaan Indonesia dapat

menggabungkan elemen tradisional dengan pendekatan inovatif yang menciptakan

bangunan yang unik dan menarik. Namun, penting untuk mempertimbangkan konteks lokal,

keberlanjutan, dan kebutuhan masyarakat dalam menerapkan desain ini. Melibatkan

partisipasi masyarakat setempat dalam proses perancangan juga penting untuk memastikan

desain yang relevan dan bermanfaat bagi mereka.


DAFTAR PUSTAKA

Tempo.co. (2015, February 23). 3.200 unit Rumah Susun SIAP, Relokasi Warga Yang sulit .

Metro Tempo.co.

https://metro.tempo.co/amp/644493/3-200-unit-rumah-susun-siap-relokasi-warga-yang-sulit

Don’t miss Tomorrow’s Smart Cities Industry News. Smart Cities Dive. (n.d.).

https://www.smartcitiesdive.com/ex/sustainablecitiescollective/vertical-city-concept-how-live-s

ustainable-life/1163942/

Ahdira, A. (2020, August 30). Simak Pendapat ahli mengenai Jakarta Yang Merugi triliunan

rupiah Akibat Kemacetan di Jalan Raya. Media Nasional Berjaringan, Fakta Independen

Terpercaya.

https://www.pikiran-rakyat.com/otomotif/amp/pr-01706183/simak-pendapat-ahli-mengenai-jak

arta-yang-merugi-triliunan-rupiah-akibat-kemacetan-di-jalan-raya

Home. Arafuru. (n.d.).

https://arafuru.com/m/sipil/cara-menghitung-kebutuhan-genteng-pada-atap-pelana.html
Colour psychology in kindergarten classroom - semantic scholar. (n.d.).

https://pdfs.semanticscholar.org/72ec/874e83d1b039a7f731e1e70dd099fb6d17e8.pdf

(PDF) Modern Architecture in Indonesia: A genealogy study - researchgate. (n.d.-b).

https://www.researchgate.net/publication/346876735_Modern_architecture_in_Indonesia_A_g

enealogy_study

Kemdikbudristek. (n.d.). Rama Repository.

https://rama.kemdikbud.go.id/document/detail/oai:repository.unwira.ac.id:961-138

(PDF) co-living space: The shared living behavior of the millenial ... (n.d.-b).

https://www.researchgate.net/publication/354191127_Co-living_space_The_shared_living_be

havior_of_the_millenial_generation_in_Indonesia

(PDF) an evaluation of shading devices in tropics utilising the sun-path ... (n.d.-b).

https://www.researchgate.net/publication/358215324_An_evaluation_of_shading_device_in_tr

opics_utilising_the_sun-path_diagram

Anda mungkin juga menyukai