Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78
ABSTRAK
Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) Republik Indonesia ke Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten
Kutai Kartanegara, Pulau Kalimantan memerlukan sekurang-nya 262.814 hektar lahan. Pada sebagian area
tersebut terdapat tanah milik masyarakat adat. Penelitian ini mencoba menjelaskan sejauhmana upaya
perlindungan hak atas tanah masyarakat adat dalam proses pemindahan IKN dengan menggunakan
kerangka berpikir Helen Quane (2005) yang menjelaskan perlunya sejumlah prasyarat agar suatu pekerjaan
pembangunan (dalam konteks penelitian ini adalah pembangunan IKN) tidak melanggar hak masyarakat
adat yang tinggal pada wilayah pembangunan tersebut. Menurut Quane, syarat pertama adalah suatu
pekerjaan pembangunan harus memiliki basis kebijakan yang kuat. Kedua, proyek pembangunan harus
membawa manfaat yang jelas bagi masyarakat adat. Ketiga, memastikan adanya mitigasi terhadap
kemungkinan dampak negatif kebijakan. Keempat, perlu ada upaya yang meminimalisasi terjadinya
implikasi negatif. Selain itu, diperlukan pula syarat partisipatif untuk memastikan adanya keterlibatan
masyarakat adat dalam proses kebijakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan data
primer yang bersumber dari wawancara dengan tim pemerintah dan para advokat hak masyarakat adat serta
dilengkapi dengan sejumlah data sekunder. Penelitian ini menemukan bahwa pemerintah telah
mengupayakan sebagian prasyarat substantif dan prosedural dalam upaya perlindungan hak masyarakat
adat. Namun, sebagian inisiatif pemerintah tersebut belum seluruhnya sensitif dan ramah terhadap
kepentingan masyarakat adat
ABSTRACT
Relocating the capital town of Republik Indonesia (Ibu Kota Negara/IKN) to Penajam Paser Utara regency
and Kutai Kartanegara regency, Kalimantan Island, need at least 262,814 hectares of land. Some parts of
the area belong to the indigenous community. This research is trying to assess how the displacement of the
IKN considers the indigenous community's interest. This study borrowing a framework from Helen Quane
(2005), which examines that a development program (in this research context is the development of a new
IKN) does not conflict with indigenous people's rights if it meets substantial and procedural preconditions.
The first precondition is the development program has a legitimate aim. Then, that development projects
bring a benefit to the indigenous. The third is mitigation schemes toward possible negative implications to
the indigenous. The fourth are clear steps to reduce those potential destructive impacts. Furthermore, the
indigenous group needs also fully participate in the policy process. This research uses a qualitative
approach with primary data from the government and advocates working with the indigenous group. In
addition, the study also utilized some secondary data. This research concludes that the government has set
several efforts to protect the indigenous people's rights. Nevertheless, those government steps somehow are
not always sensitive to the interest of the indigenous community.
karena cukup aman dari ancaman sumber perspektif kemasyarakatan serta kaitannya
gempa megathrust (Kurniadi, 2019). dengan perlindungan hak dan kepentingan
Penelitian Hadi dan Ristawati mengulas masyarakat adat.
dimensi hukum konstitusionalitas dalam
kebijakan pemindahan IKN. Temuan Hadi METODE PENELITIAN
dan Ristawati menjelaskan bahwa Artikel ini merupakan hasil penelitian
berdasarkan prinsip konstitusionalisme kualitatif dengan sumber data primer dan
kenegaraan, keputusan pemindahan IKN sekunder. Ragam data kualitatif yang valid
bukanlah kewenangan sepihak (unilateral) antara lain adalah pernyataan, dokumen, dan
Presiden/Kepala Negara (Hadi & Ristawati, hasil observasi (Neuman, 2014). Disamping
2020). Persetujuan lembaga-lembaga itu, penelitian kualitatif juga mengakomodasi
parlemen seperti MPR, DPR, dan Dewan penggunaan data sekunder yang bersumber
Perwakilan Daerah merupakan hal dari liputan berita, program televisi, serta
fundamental dalam proses pengambilan media-media massa lainnya (Bryman, 2012).
keputusan untuk memindahkan IKN (Hadi et Untuk itu, sejumlah wawancara dengan
al, 2020). narasumber dilakukan dalam rangka
Disamping Hadi dan Ristawati, mendapatkan data primer. Proses penelitian
perhatian pada aspek hukum pemindahan IKN dilaksanakan sejak bulan Desember tahun
juga dilakukan oleh Aditya. Identifikasinya 2021 s.d. Februari 2022. Peneliti mengundang
adalah terdapat 43 regulasi yang saat ini dapat Vivi Yulaswati sebagai narasumber penelitian
menjadi acuan pemindahan IKN baik ini. Vivi merupakan Staf Ahli Menteri
ditingkat pusat maupun ditingkat daerah PPN/Bappenas yang juga focal point
(Aditya & Fuadi, 2021). Oleh karena itu, perlu pemerintah untuk kebijakan pemindahan
adanya penyederhanaan regulasi-regulasi IKN. Disamping mengundang narasumber
tersebut melalui metode penyusunan aturan dari unsur pemerintah, peneliti juga
payung atau omnibus (Aditya et al, 2021). mengundang Ahmad SJA, Direktur
Kajian Aditya menjelaskan hukum omnibus perkumpulan Padi Indonesia (PADI), yang
perlu mencakup klausal penetapan IKN baru, tinggal dan berkantor di Balikpapan,
penunjukan lembaga/badan yang memiliki Kalimantan Timur. Sejak tahun 1996, PADI
kewenangan selama proses transisi melakukan pendampingan dan fasilitasi
pemindahan, uraian tahapan-tahapan pengelolaan hutan masyarakat dengan prinsip
pemindahan, penentuan lembaga-lembaga partisipasi dan pelestarian lingkungan.
negara yang akan pindah ke IKN baru, Narasumber lain penelitian ini adalah Agung
perencanaan tata kota, tata kelola keuangan, Wibowo, Koordinator Eksekutif
serta susunan pemerintahan IKN (Aditya et al, Perkumpulan Hukum dan Masyarakat
2021). (HuMA).
Sehubungan dengan proses kebijakan Untuk memperkuat data primer, peneliti
pemindahan IKN yang sedang dan masih akan menggunakan data yang bersumber dari
berlangsung, studi dengan perspektif sosial dokumen-dokumen pemerintah (baik yang
politik terkait pemindahan IKN ke Pulau diterbitkan oleh eksekutif maupun parlemen)
Kalimantan belum begitu masif dilakukan. dan dokumen yang diterbitkan oleh organisasi
Penelitian-penelitian terkait IKN yang telah masyarakat sipil. Disamping itu, peneliti juga
dipublikasikan umumnya mengkaji dari aspek merujuk data pada laporan-laporan jurnalistik
hukum, tata kota, dan lingkungan. Artikel ini dari media yang kredibel.
diharapkan dapat memberikan sumbangan
pada diskursus mengenai IKN baru dengan
68
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78
Ing Martapura (Murjani, 2012: 16). Data lain mulai hak sipil dan politik hingga hak
menjelaskan bahwa kehadiran masyarakat ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Salah satu
Kutai di wilayah Kabutpaten Kutai hak yang paling fundamental bagi masyarakat
Kertanegara saat ini telah ada sejak 3.000 adat adalah hak tradisional dalam pengelolaan
hingga 1.500 tahun sebelum masehi dan tanah dan hutan adat.
berasal dari wilayah Yunnan, China Selatan Hak atas tanah dan pengelolaan sumber
(Murjani, 2012). daya alam dalam territorial adat merupakan
Sementara masyarakat Paser merupakan hal fundamental bagi keberlangsungan suatu
kelompok etnis asli Kalimantan yang tinggal komunitas adat karena akan mempengaruhi
di Kabutpaten Penajam Paser Utara dan keberlangsungan masyarakat adat (Wiersma,
sejumlah wilayah lain seperti Balikpapan, 2005: 1070). Tanah bagi masyarakat adat
Pegatan, Tanjung Aru, Telakei, Batu Kajang, sangat memiliki arti penting dalam hidup
Batu Aji, dan Sungai Biu (Putra, 2012). karena menjadi basis bagi masyarakat adat
Dalam konteks nasional, hak untuk mampu hidup secara mandiri (Haug,
masyarakat adat telah direkognisi oleh 2018).
sedikitnya 23 peraturan perundangan di Masyarakat adat memiliki
tingkat pusat seperti Undang Undang Dasar keterhubungan yang maha penting dengan
RI tahun 1945 Amandemen 1 s.d. 4, Pasal 18 tanah. Tanah merupakan constituent element
B Angka 2 dan Pasal 28 I Angka 3, Ketetapan atau memiliki makna yang sangat
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik fundamental (Babcock, 2013). Masyarakat
Indonesia Nomor VII/MPR/1998 Tentang adat berupaya merawat, mengembangkan, dan
Hak Asasi Manusia, Keputusan Mahkamah mewariskan wilayah tradisional mereka
Konstitusi RI No. 35/PUU-X/2012 atas kepada generasi penerus (Babcock, 2013).
pengujian UU No. 41/1999 tentang Spiritualitas menjadi penuntun yang kuat bagi
Kehutanan (Kemendikbud, 2021). masyarakat adat dalam merawat tanah
Upaya negara dalam merekognisi tradisionalnya dan memosisikan diri mereka
keberadaan dan hak-hak tradisional sebagai bagian yang hidup dan tumbuh dari
masyarakat adat diperkuat melalui edaran tanah tersebut (Babcock, 2013).
Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa Tantangan yang dihadapi masyarakat
nomor 189/3836/BPD tertanggal 30 Agustus adat adalah upaya untuk membuktikan hak
tahun 2021 yang pada prinsipnya kepemilikan atas tanah tradisionalnya saat
memerintahkan pimpinan Kota atau berhadapan dengan pihak lain yang memiliki
Kabupaten untuk melakukan langkah-langkah kepentingan diatas tanah tradisionalnya.
perlindungan dan pengakuan masyarakat Pihak yang dihadapi oleh masyarakat adat
hukum adat. Berdasarkan edaran tersebut, seringkali memiliki posisi ekonomi dan
langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh politik yang mapan.
pemerintah Kota atau Kabupaten adalah Dalam berbagai kejadian, masyarakat
mengidentifikasi keberadaan masyarakat adat, adat bersebrangan kepentingan dengan
melakukan verivikasi dan validasi, dan perusahaan, negara, korporasi, industri
kemudian apabila melalui proses verivikasi perkebunan, proyek-proyek eksploitasi
dan validasi ditemukan bukti bahwa suatu sumber daya alam, hingga individu-individu
komunitas adalah masyarakat hukum adat, yang merupakan bagian dari elit nasional
maka pemerintah Kota atau Kabupaten (Großmann, 2019; Haug, 2018). Posisi
diharapkan menerbitkan peraturan penetapan. hukum masyarakat adat seringkali rentan
Masyarakat adat memiliki seperangkat dalam relasi konfliktual ini. Beragam
hak yang harus dilindungi dan dihormati, dari peraturan negara tidak cukup mendukung
70
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78
upaya masyarakat adat untuk melakukan memiliki legitimasi adalah karena kebijakan
klaim atas tanah tradisional mereka (Wiersma, ini merupakan manifestasi dari sila ke-lima
2005). Pancasila: Keadilan Sosial bagi Seluruh
Proyek pembangunan IKN pada lahan- Rakyat Indonesia (Kementerian
lahan yang berpotensi menjadi obyek PPN/Bappenas, 2021). Membangun IKN di
persengketaan antara masyarakat adat dengan Pulau Kalimantan yang secara geografis
pemerintah perlu dimitigasi sejak dini dalam berada di tengah Indonesia dianggap akan
rangka memastikan tidak muncul pelanggaran mempercepat pemerataan pertumbuhan
hak dan peminggiran masyarakat adat. Helen ekonomi, khususnya pada Indonesia bagian
Quane memberikan ulasan bahwa timur. Landasan pemikiran pemerintah
perlindungan hak masyarakat adat manakala selanjutnya dalam pemindahan IKN bersifat
terjadi konflik kepentingan dengan otoritas sosiologis. Pemindahan IKN dianggap akan
dapat dilakukan dengan memastikan adanya berdampak pada upaya penciptaan
syarat substantif dan syarat partisipatif. kesejahteraan masyarakat secara umum
Syarat substantif pertama adalah karena dalam perencanaannya telah
meninjau apakah memindahkan IKN ke Pulau mempertimbangkan studi sosial budaya
Kalimantan memiliki basis kebijakan yang sebagai acuan (Kementerian PPN/Bappenas,
kuat dan legitimate?. Kedua, apakah 2021).
pemindahan IKN tersebut akan membawa Dari sisi yuridis, pemerintah
manfaat bagi masyarakat adat yang berada beranggapan bahwa pemindahan IKN
dan tinggal di lokasi tersebut? Ketiga, mitigasi memerlukan satu acuan hukum. Sebelum UU
apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah IKN disahkan, belum terdapat norma yang
terhadap kemungkinan adanya dampak mengatur tata kelola IKN selain UU No. 29
negatif dari pengembangan IKN terhadap tahun 2007 yang menetapkan DKI Jakarta
masyarakat adat? Dan keempat, perlu ada sebagai Ibu Kota (Kementerian
upaya pemerintah sebagai pelaksana PPN/Bappenas, 2021). UU IKN yang
pengembang IKN untuk meminimalisasi kemudian disahkan, menjadi legitimasi
munculnya dampak-dampak negatif proyek yuridis proyek IKN. Dalam proses politik di
IKN terhadap kepentingan dan parlemen, mayoritas fraksi di DPR dan
keberlangsungan masyarakat adat. Setelah Komite I DPD menyetujui pengesahan UU
keempat syarat substantif terpenuhi, hal IKN dan satu fraksi menolak.
selanjutnya adalah syarat partisipatif dengan Diluar argumentasi yang diajukan
jalan memastikan keseluruhan prosesnya pemerintah, sejumlah pemikiran alternatif
melibatkan masyarakat adat sebagai subyek. memiliki posisi sebaliknya. Proyek IKN
dianggap lebih bernuansa melayani kekuasaan
Legitimasi Pemindahan IKN oligarki pusat yang memiliki kepentingan
Argumentasi pemerintah dalam ekonomi pada wilayah-wilayah yang akan
memindahkan IKN tertuang pada Naskah dijadikan IKN dari pada berorientasi pada
Akademik RUU IKN yang kini telah sah kepentingan rakyat (Johansyah, 2019).
menjadi UU. Dari sudut pandang pemerintah, Sejumlah pemilik konsesi tambang, hutan,
pemindahan IKN memiliki legitimasi yang dan kebun pada wilayah-wilayah IKN
jelas karena setidaknya telah mengacu pada dianggap akan mendapatkan manfaat
tiga landasan berpikir utama yang bersifat ekonomis dari proyek IKN ini.
filosofis, sosiologis, dan yuridis (Kementerian Disamping itu, pendapat lain
PPN/Bappenas, 2021). Landasan berpikir menyoalkan skala prioritas penggunaan
filosofis yang menjadikan proyek IKN anggaran negara. Pemindahan IKN
71
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78
lamin. (Kemudian) disiapkan pula dengan kebun- Inisiatif-inisiatif tersebut perlu dikawal
kebunnya (karena yang) diperlukan adalah praktiknya serta diimbangi dengan kritik-
(sumber) penghidupannya. Nah terus tentunya
nanti cara mengolahnya lebih modernisasi sama kritik yang muaranya adalah akan semakin
keahlian-keahlian yang lainnya" (Wawancana baik-nya kualitas pemenuhan hak masyarakat
peneliti dengan Vivi Yulaswati, Kementerian adat.
PPN/Bappenas) Rencana memaksimalkan forum yang
Menurut Vivi, pemerintah juga
melibatkan tokoh tradisional untuk
mendekatkan jangkauan layanan agar lebih
memperjelas kepemilikan tanah masyarakat
dapat diakses oleh masyarakat adat. Tim
adat merupakan inisiatif yang perlu.
pemerintah mengupayakan pembentukan
Tantangan masyarakat adat dan hal-hal yang
posko-posko pengaduan penyelesaian
melemahkan posisi masyarakat adat ketika
persoalan kepemilikan tanah di tingkat
mengupayakan klaim atas tanah adatnya
kecamatan.
adalah saat mereka menemukan biaya
“Kita (pemerintah) juga mendorong
adanya posko-posko pengaduan di tingkat transaksi untuk melakukan upaya legal,
Kecamatan. Bisa kita “mapping” dan kanalkan keterbatasan untuk mengomunikasikan
(aspirasi) dari posko-posko pengaduan tersebut. kepentingannya, dan tumpang tindih
Pada posko tersebut, kita bisa bentuk kolaborasi peraturan hukum (Coombes, 2012).
baik itu dari masyarakat termasuk tokohnya
apabila ditemukan “dispute”. (Wawancana Disamping itu, dalam rangka klaim atas
peneliti dengan Vivi Yulaswati, Kementerian tanah ulayat, suatu komunitas masyarakat
PPN/Bappenas) harus diakui terlebih dahulu oleh pemerintah
Disamping perhatian terhadap aspek sebagai masyarakat adat. Saat ini, di Provinsi
agraria serta hak masyarakat adat terhadap Kalimantan Timur, baru terdapat dua
tanah dan hutan ulayatnya, upaya lain kelompok masyarakat yang secara resmi
pemerintah dalam meminimalisasi diakui sebagai masyarakat adat berdasarkan
terpinggirkannya hak masyarakat adat dalam Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2015
proyek IKN adalah inisiatif untuk tentang Pedoman Pengakuan dan
memperkuat Sumber Daya Manusia (SDM) Perlindungan Masyarakat Hukum Adat di
masyarakat lokal – termasuk masyarakat adat. Provinsi Kalimantan Timur. Dalam rangka
Pemerintah mempersiapkan sejumlah mengupayakan penguasaan atas tanah dan
program pelatihan keterampilan kerja dalam sumber daya alam tertentu, masyarakat akan
rangka mengupayakan masyarakat menjadi perlu membuktikan dirinya bahwa mereka
individu yang mampu meningkatkan taraf merupakan masyarakat adat (Quane, 2005).
hidup dan kesejahteraan. Sehubungan dengan Format penyelesaian melalui forum
perhatian terhadap aspek SDM, Vivi dengan melibatkan tokoh adat serta pendirian
Yulaswati menyampaikan pendapatnya posko-posko pengaduan untuk klaim
sebagai berikut: kepemilikan tanah akan menjadi mekanisme
“Pemerintah menyiapkan lapangan alternatif. Pembuktian kepemilikan tanah
pekerjaan, terutama untuk anak muda. Sudah
tergambar, sudah dimulai kerja sama membentuk melalui peradilan konvensional kerap
BLK (Balai Latihan Kerja). (BLK) tidak hanya menempatkan masyarakat adat dalam posisi
ada di Samarinda dan Balikpapan, tetapi sudah yang rentan karena sifatnya yang sangat
mulai mendekat ke (Kabupaten) PPU. BLK dan legalistik.
(persiapan pelatihan) vokasi juga sudah
disiapkan (Wawancana peneliti dengan Vivi Akan tetapi, gagasan pemerintah untuk
Yulaswati, Kementerian PPN/Bappenas) melakukan penggantian tanah atau relokasi
Inisiatif pemerintah dalam menyiapkan merupakan rencana kebijakan yang tidak
sejumlah skema pengupayaan pemenuhan hak cukup ramah terhadap masyarakat adat. Pada
masyarakat adat patut dilihat sebagai ikhtiar. bagian sebelumnya telah diuraikan bahwa
75
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78
masyarakat adat memiliki keterkaitan khusus namun diperlukan juga subsistence base yang
dengan tanah atau hutan ulayatnya. Bagi akan mendukung kesiapan orang untuk
masyarakat adat, tanah lebih dari sekedar kedepannya mampu hidup dari sektor non-
sumber penghidupan, namun juga merupakan agrikultur (Schiller, 2007).
medium spiritualitas. Para pembela Akan tetapi, pemerintah harus
kepentingan masyarakat adat menyampaikan menyadari betul agar desain pengajaran pada
bahwa menggeser masyarakat adat dari tanah program-program pelatihan keterampilan
aslinya lalu menggantinya dengan kerja bukan sekedar mempersiapkan
memberikan lahan lain merupakan upaya masyarakat adat sebagai pekerja yang
yang tidak sensitif terhadap kepentingan bepotensi mengasingkannya dari sumber daya
masyarakat adat. dan kekayaan alam miliknya. Program BLK
“Ikatan (masyarakat adat) dengan harus lebih mengutamakan pengajaran
leluhurnya itu ada di situ (di tanah adat itu). kreativitas dan stimulasi untuk meningkatkan
Soalnya segitiga yang saling berhubungan antara
Tuhan, manusia, dan alam itu yang kadangkala taraf hidup yang bersumber pada lokalitas dan
orang (diluar masyarakat adat) tidak memahami. potensi masyarakat adat itu sendiri.
Yang dipahami hanya memimdahkan orang (lalu)
selesai. Terus bagaimana kuburan mereka? Keterlibatan Masyarakat Adat dalam
Bagaimana ketika mereka mau datangkan leluhur Proyek IKN
(untuk praktik ritual) mereka. Nanti dengan Pada dasarnya, ruang partisipasi
berjalan jauh mereka datang, sudah dibongkar
masyarakat dalam persiapan IKN hingga nanti
(kuburan leluhur). Apa tidak tambah miris.
(Wawancana peneliti dengan Ahmad S.J.A, dalam pengelolaannya secara normatif
Yayasan Padi Indonesia). dijamin dalam UU Nomor 3 tahun 2022
Tidak sesederhana itu untuk resettlement. tentang IKN. Hal yang perlu dipastikan
Apalagi masyarakat adat memiliki ikatan dengan
tanahnya. Bagaimana masyarakat adat yang
selanjutnya adalah bentuk-bentuk pelibatan
ritualnya disitu. Misalkan dapat getah kemenyan yang bertujuan pada pemenuhan hak-hak
(sebagai syarat peribadatan) dari situ (tanah substansial masyarakat adat, dan bukan
adat). Bisa saja dipindah, tapi kalau tidak ada sekedar pelibatan simbolik dan prosedural.
getah kemenyannya dari situ lagi, ikatannya
(dengan tanah) putus. Misalnya dia (masyarakat Sebelumnya, suara ketidakpuasan
adat) digusur, ikatan dia dengan menhir (yang masyarakat adat tentang tidak partisipatifnya
ada ditanahnya) itu bagaimana? (Wawancana proses persiapan IKN kerap mengemuka.
peneliti dengan Erwin Dwi Kristianto, Salah satunya disuarakan oleh Syahdin,
Perkumpulan HuMa Indonesia).
masyarakat adat suku Balik yang tinggal di
Disamping isu hak atas tanah adat,
Kelurahan Pemaluan, Kabupaten PPU. Dalam
upaya pemerintah untuk memberikan
program Narasi Newsroom, Ia menyampaikan
pendidikan keterampilan bagi masyarakat
keluhan sebagai berikut:
melalui pendirian BLK, dimana nantinya
“Tidak pernah kami diajak (berdialog soal
masyarakat adat juga dapat terlibat IKN), diberitahu. Kami selalu ditinggal. Segala
merupakan gagasan yang perlu. Pelatihan Menteri datang kata orang, ramai polisi jaga,
keterampilan harapannya dapat menstimulasi kami lihat saja. Kalau banyak tentara polisi disitu,
kreativitas masyarakat adat untuk terus kami tahu juga tujuannya meninjau tempat Ibu
Kota. Tapi kami tidak pernah diajak. Kami
mengembangkan diri dalam rangka masyarakat asli hukum adat disini, kami yang
meningkatkan taraf hidup dengan sumber punya kampung yang mau diletakan tempat ibu
penghidupan yang bervariasi. kota, kami tidak pernah diajak. Perasaan kami
Sebagaimana yang disampaikan seperti bukan warga negara Indonesia”
Ahmad, Direktur Yayasan Padi
Schiller, masyarakat adat sebaiknya tidak
membenarkan pendapat Syahdin.
hanya menggantungkan masa depan
Menurutnya, persiapan pemindahan IKN
kehidupannya pada traditional base-nya
76
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78
masih minim partisipasi masyarakat adat. Adanya upaya sejumlah pihak yang
Pada 31 Januari 2022, Presiden Republik mengajukan uji materi UU IKN ke MK
Indonesia Joko Widodo mengadakan berpotensi melemahkan legitimasi
pertemuan dengan tokoh-tokoh Kesultanan pemindahan Ibu Kota. Masyarakat adat
Paser dan Kesultanan Kertanegara di cenderung skeptis dengan anggapan
Balikpapan. Dalam siaran pers resmi, pemindahan IKN akan membawa manfaat dan
Presiden diberitakan melakukan pertemuan kesejahteraan. Mitigasi-mitigasi yang telah
dan dialog dengan tokoh masyarakat dan adat dilakukan pemerintah untuk memberikan
di Kalimantan Timur. Pertemuan tersebut jaminan perlindungan masyarakat adat perlu
mendiskusikan budaya dan kearifan lokal disertai dengan mekanisme praktikal yang
serta peningkatan SDM masyarakat sensitif dengan lokalitas dan kekhususan
Kalimantan Timur dalam rencana masyarakat adat. Penyertaan masyarakat adat
pemindahan IKN. Disatu sisi, pertemuan dalam rencana dan proses pemindahan IKN
tersebut dapat dimaknai sebagai bentuk harus menyentuh kebutuhan substansial,
partisipasi. Namun dalam sudut pandang lain, bukan penyertaan yang sebatas bersifat
pertemuan tersebut memiliki persoalan simbolik dan prosedural.
keterwakilan. Bekas kerajaan, pewaris
kesultanan, dan eks-swapraja dianggap entitas DAFTAR PUSTAKA
yang memiliki perbedaan diametral dengan Aditya,. Z.F. & Fuadi,. A.B. (2021).
konsepsi masyarakat adat (Safitri, 2013). Konseptualisasi Omnibus Law dalam
Entitas kesultanan bukan dan tidak dapat Pemindahan Ibu Kota Negara. Jurnal
Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 15 (1),
dianggap mewakili masyarakat adat
hal. 149-163.
sesungguhnya yang merupakan kelompok
rentan. Ahmad. (2022, Februari 24). Wawancara
Kedepannya, pemerintah perlu secara personal dengan peneliti.
terencana dan berkelanjutan melibatkan
masyarakat adat yang berada pada akar Babcock, H.M. (2012). “[This] I Know From
rumput dalam persiapan pemindahan hingga My Grandfather:" The Battle For
Admissibility of Indigenous Oral History
pengelolaan IKN, sebagaimana yang menjadi
as Proof of Tribal Land Claims. American
amanat UU IKN. Indian Law Review, Vol. 37 (1), p.19-61.
KESIMPULAN Bryman, A. (2012). Social Research Methods,
Pemindahan Ibu Kota dari Pulau Jawa New York: Oxford.
ke Pulau Kalimantan akan menjadi tonggak
penting dalam sejarah perjalanan RI. Proses Chairil, Andi. (Production Steering). (2021,
December 11). Menelusuri Ibu Kota Baru
pemindahan yang saat ini tengah berlangsung
Mata Najwa. [Program televisi]. Jakarta:
harus benar-benar memperhitungkan Narasi Newsroom.
kepentingan masyarakat adat. Mengacu pada
prasyarat Helen Quane terkait perlindungan Coombes, B.,et.al. (2012). Indigenous
hak masyarakat adat dalam suatu proses geographies I: Mere resource conflicts?
pembangunan, proses kebijakan pemindahan The complexities in Indigenous land and
environmental claims. Progress in
IKN belum secara maksimal mengupayakan
Human Geography, Vol.36 (6), p.810-
jaminan perlindungan masyarakat adat yang 821.
tinggal pada area-area yang akan dibangun
Ibu Kota.
77
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78
Kristianto, Erwin Dwi. (2021, Desember 16). Quane,. H. (2005). The Rights of Indigenous
Wawancara personal dengan peneliti. Peoples and the Development Process.
Human Rights Quarterly, Vol. 27 (2),
Kurniadi, A. (2019). Pemilihan Ibu Kota p.652-682.
Negara Republik Indonesia Baru
Berdasarkan Tingkat Kebencanaan. Schiller,. A. (2007). Activism and Identities in
Jurnal Manajemen Bencana, Vol. 5 (2), an East Kalimantan Dayak Organization.
hal. 1-12. The Journal of Asian Studies, Vol. 66 (1),
p.63-95
Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Toun,. N.R. (2018). Analisis Kesiapan
Pembangunan. (2021). Naskah Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah
Akademik Rancangan Undang-Undang dalam Wacana Pemindahan Ibu Kota
tentang Ibu Kota Negara. Negara Republik Indonesia ke Kota
Palangkaraya. Jurnal Academia Praja,
Kementerian Lingkungan dan Kehutanan Vol.1 (1), hal. 129-148
Provinsi Kalimantan Timur Republik
Indonesia. (2019). Dokumen Kerangka Wibowo, Agung. (2021, Desember 16).
Perencanaan Masyarakat Adat. Wawancara personal dengan peneliti.
Murjani. (2012). Interaksi Agama dan Politik Wiersma,. L.L. (2005). Indigenous Lands as
Hukum Kesultanan Kutai Kartanegara: Cultural Property: A New Approach to
Studi Keagamaan Etnis Dayak – Kutai. Indigenous Land Claims. Duke Law
Jurnal Pemikiran Hukum Islam. Volume Journal, Vol. 54 (4), p1061-1088.
10 (1), hal.15-26.
Yahya,. H.M. (2018). Pemindahan Ibu Kota
Mantalean, V. (2022, Januari 20). 20.000 Negara Maju dan Sejahtera. Jurnal Studi
masyarakat adat diperkirakan tergusur Agama dan Masyarakat, Vol. 14 (1), hal.
proyek ibu kota baru. Kompas.com. 21-30.
Matanasi, P. (2022, Januari 20). Dari Yulaswati, V.,et.al. (2019). Kajian awal aspek
palembang sampai Jonggol, rumitnya cari sosial pemindahan Ibu Kota Negara ke
Ibu Kota Baru. CNBC Indonesia. Kalimantan Timur. Jakarta: Kementerian
Perencanaan Pembangunan
Mubarsyah, L.R. (2022, Februari 3). Mantan Nasional/Badan Perencanaan
penasihat KPK gugat UU IKN ke MK. Pembangunan Nasional.
Jawapos.com
78
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78