Anda di halaman 1dari 15

64

Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78

PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT ADAT DALAM PEMINDAHAN IBUKOTA


NEGARA

Bhakti Eko Nugroho


a,b
Ilmu Kriminologi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
E-mail: bhaktieko@ui.ac.id

ABSTRAK
Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) Republik Indonesia ke Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten
Kutai Kartanegara, Pulau Kalimantan memerlukan sekurang-nya 262.814 hektar lahan. Pada sebagian area
tersebut terdapat tanah milik masyarakat adat. Penelitian ini mencoba menjelaskan sejauhmana upaya
perlindungan hak atas tanah masyarakat adat dalam proses pemindahan IKN dengan menggunakan
kerangka berpikir Helen Quane (2005) yang menjelaskan perlunya sejumlah prasyarat agar suatu pekerjaan
pembangunan (dalam konteks penelitian ini adalah pembangunan IKN) tidak melanggar hak masyarakat
adat yang tinggal pada wilayah pembangunan tersebut. Menurut Quane, syarat pertama adalah suatu
pekerjaan pembangunan harus memiliki basis kebijakan yang kuat. Kedua, proyek pembangunan harus
membawa manfaat yang jelas bagi masyarakat adat. Ketiga, memastikan adanya mitigasi terhadap
kemungkinan dampak negatif kebijakan. Keempat, perlu ada upaya yang meminimalisasi terjadinya
implikasi negatif. Selain itu, diperlukan pula syarat partisipatif untuk memastikan adanya keterlibatan
masyarakat adat dalam proses kebijakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan data
primer yang bersumber dari wawancara dengan tim pemerintah dan para advokat hak masyarakat adat serta
dilengkapi dengan sejumlah data sekunder. Penelitian ini menemukan bahwa pemerintah telah
mengupayakan sebagian prasyarat substantif dan prosedural dalam upaya perlindungan hak masyarakat
adat. Namun, sebagian inisiatif pemerintah tersebut belum seluruhnya sensitif dan ramah terhadap
kepentingan masyarakat adat

Kata Kunci: HAM, Hak Masyarakat Adat, Ibu Kota Negara.

PROTECTION OF INDIGENOUS PEOPLE'S RIGHTS IN REMOVING THE COUNTRY'S


CAPITAL

ABSTRACT
Relocating the capital town of Republik Indonesia (Ibu Kota Negara/IKN) to Penajam Paser Utara regency
and Kutai Kartanegara regency, Kalimantan Island, need at least 262,814 hectares of land. Some parts of
the area belong to the indigenous community. This research is trying to assess how the displacement of the
IKN considers the indigenous community's interest. This study borrowing a framework from Helen Quane
(2005), which examines that a development program (in this research context is the development of a new
IKN) does not conflict with indigenous people's rights if it meets substantial and procedural preconditions.
The first precondition is the development program has a legitimate aim. Then, that development projects
bring a benefit to the indigenous. The third is mitigation schemes toward possible negative implications to
the indigenous. The fourth are clear steps to reduce those potential destructive impacts. Furthermore, the
indigenous group needs also fully participate in the policy process. This research uses a qualitative
approach with primary data from the government and advocates working with the indigenous group. In
addition, the study also utilized some secondary data. This research concludes that the government has set
several efforts to protect the indigenous people's rights. Nevertheless, those government steps somehow are
not always sensitive to the interest of the indigenous community.

Keywords: Human Rights, Indigenous Community, The Nations Capital

* Corresponding Author. Tel : Bhakti Eko Nugroho


E-mail : Bhaktieko@ui.ac.id
65
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78

PENDAHULUAN pada dokumen Naskah Akademik RUU IKN.


Artikel ini akan membahas tentang Jakarta dianggap memiliki sejumlah masalah
perlindungan hak masyarakat adat dalam ekologis yang akut seperti semakin
pemindahan ibukota negara. Dalam menurunnya cadangan air baku, semakin
prosesnya, Dewan Perwakilan Rakyat rendahnya permukaan air tanah, dan adanya
Republik Indonesia (DPR RI) telah ancaman bencana alam berupa gempa bumi
mengesahkan Undang-Undang (UU) Nomor 3 (Kementerian PPN/ Bappenas, 2021).
Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara (IKN) Dari sisi pertimbangan ekonomi,
pada 18 Januari Tahun 2022. UU ini menjadi pemindahan IKN juga merupakan upaya
payung hukum pemindahan Ibu Kota yang untuk mempersempit kesenjangan
saat ini berada di Provinsi Daerah Khusus Ibu pertumbuhan ekonomi yang selama ini terjadi
Kota Jakarta di Pulau Jawa ke Provinsi antara Jawa dan Luar Jawa, atau Indonesia
Kalimantan Timur, Pulau Kalimantan. Pada bagian barat dan Indonesia bagian timur
kesempatan pidato kenegaraan di Tahun 2019, pemerintahan (Yulaswati, 2019).
Presiden RI Joko Widodo telah Wilayah Kabupaten PPU dan Kukar
menyampaikan terlebih dahulu wacana dianggap sesuai untuk menjadi lokasi IKN
kebijakan pemindahan IKN dihadapan sidang baru karena posisi wilayahnya yang strategis,
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI. tersedianya tanah negara yang dapat
Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dan digunakan, tingkat keamanan dari ancaman
Kutai Kartanegara (Kukar) di Kalimantan bencana, akses terhadap kota-kota besar yang
Timur akan menjadi wilayah berdirinya IKN telah berkembang (Samarinda dan
baru. Balikpapan), ketersediaan air tanah
Pada dasarnya gagasan memindahkan permukaan yang memadai, rendahnya potensi
Ibu Kota dari Jakarta bukanlah hal baru. Pada konflik sosial, dan minimnya dampak negatif
era Presiden Sukarno sudah muncul wacana terhadap warga lokal (Yulaswati, 2019).
untuk menjadikan Kota Palangkaraya, Disamping menghitung potensi dan
Kalimantan Tengah sebagai Ibu Kota (Yahya, keuntungan dari memindahkan IKN ke
2018). Pada periode Presiden Suharto, Kalimantan, upaya perlindungan, pemenuhan,
kembali muncul pemikiran untuk dan penghormatan Hak Asasi Manusia
memindahkan Ibu Kota ke wilayah Jonggol, (HAM) masyarakat lokal dan masyarakat
Jawa Barat dan pada masa pemerintahan rentan, khususnya masyarakat adat, harus
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, menjadi bagian penting yang diperhitungkan
terdapat ide untuk memindahkan Ibu Kota ke dalam proses kebijakan. Pengembangan dan
Palembang, Sumatera Selatan (Matanasi, pembangunan kota yang diperuntukan bagi
2022). IKN harus memperhatikan betul hak-hak
Wacana pemindahan IKN ke pulau tradisional masyarakat adat yang tinggal
Kalimantan didasarkan pada sejumlah didalamnya, utamanya hak yang berkaitan
pemikiran ekologis dan ekonomis. Saat ini, dengan kepemilikian dan kepengelolaan tanah
Jakarta dianggap tidak mampu lagi dan/atau hutan adat.
menanggung beratnya beban ekologis sebagai Masyarakat adat adalah kelompok
Ibu Kota. Persoalan ekologis yang menahun tradisional yang merupakan keturunan dari
terjadi di Jakarta seperti banjir, polusi udara, orang asli yang mendiami suatu pulau atau
dan macet memiliki dampak pada tempat (Wiersma, 2005). Individu-individu
produktivitas pemerintahan (Yulaswati, yang berada dalam komunitas tersebut
2019). Pokok pemikiran Pemerintah dalam memiliki keterikatan spiritual (spiritual bond)
memindahkan IKN juga dapat ditemukan yang kuat serta memiliki diferensiasi kultural,
66
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78

sosial, dan ekonomi dengan populasi untuk meminimalisasi dampak negatif


masyarakat mayoritas di tempat/pulau mereka tersebut (Quane, 2005).
tinggal (Wiersma, 2005). Aspek penting lain Disamping keempat langkah substantif,
dan menjadi ciri fundamental dari masyarakat hal penting lainnya adalah memastikan
adalah kelompok tersebut telah meninggali keseluruhan proses berlangsung secara
suatu wilayah sebelum wilayah tersebut partisipatif. Masyarakat adat harus dipastikan
menjadi bagian resmi dari suatu negara yang dapat terlibat dan berpartisipasi dalam
merdeka (Zain et al, 2015) atau sebelum masa perencanaan dan program-program yang
kolonialisme (Wiersma, 2005). berdampak pada kehidupan mereka (Quane,
Dari sudut pandang negara, masyarakat 2005).
adat dipandang sebagai kelompok masyarakat Artikel ini mencoba menguraikan
hukum adat dan/masyarakat tradisional yang sejauh mana upaya pemenuhan prasyarat
diantara mereka memiliki keterhubungan asal substantif dan partisipatif yang
usul/geneologis, memiliki kesadaran dikonseptualisasikan oleh Quane tercermin
kewilayahan dan sumber daya alam di dalam proses dan praktik kebijakan
wilayah tersebut sebagai ruang untuk hidup, pemindahan IKN Republik Indonesia dari
memiliki sistem kepemimpinan dan sosial, Jawa ke Kalimantan.
serta adanya kesamaan cara pandang terhadap Pembahasan akademik mengenai
jati diri sosial yang merujuk pada kesamaan pemindahan IKN telah dilakukan oleh
norma dan nilai-nilai (Peraturan Direktorat sejumlah Sarjana. Studi yang dilakukan oleh
Jenderal Kebudayaan Nomor 3/2018). Yahya mendiskusikan beberapa provinsi yang
Saat ini, masyarakat adat setidaknya dapat menjadi alternatif dijadikan IKN baru
tinggal di 74 negara dan populasinya seperti Jawa Tengah, Kalimantan Tengah,
mencapai 6 persen dari populasi dunia Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur dan
(Wiersma, 2005). Dalam konteks nasional, Nusa Tenggara Barat (Yahya, 2018). Studi
jumlah masyarakat adat di seluruh Indonesia tersebut mengusulkan wilayah di Pulau
adalah sebanyak 2.204 komunitas yang Kalimantan sebagai lokasi yang paling ideal
tersebar di 63 Kabupaten/Kota pada 15 untuk dijadikan IKN baru karena luasnya
provinsi (Kemendikbud, 2021). pulau Kalimantan, letaknya yang berada di
Berbagai proyek pembangunan (pada sentral Indonesia, dapat menstimulasi
konteks ini adalah pembangunan IKN) pemerataan pertumbuhan, serta akan
seringkali bersinggungan dengan kepentingan berorientasi luar-Jawa dan luar-Jakarta
masyarakat adat. Langkah-langkah substantif (Yahya, 2018). Studi Yahya diperkuat dengan
dan partisipatif harus dilakukan (Quane, pemikiran Toun yang menjelaskan kebijakan
2005) dalam rangka memastikan kepentingan pemindahan IKN ke Pulau Kalimantan perlu
suatu pekerjaan pembangunan tetap sejalan diimbangi mitigasi dan perhatian pada bidang
dengan prinsip-prinsip perlindungan HAM. sosial-keamanan, kebudayaan, kesiapan
Langkah substantif meliputi empat hal yaitu birokrasi, dan pelestarian lingkungan hidup
(pertama) suatu tujuan pekerjaan (Toun, 2018).
pembangunan harus memiliki legitimasi, Kajian Kurniadi memberikan atensi
(kedua) memastikan hasil pekerjaan tersebut pada dimensi kebencanaan dalam pemilihan
akan membawa faedah bagi masyarakat adat, wilayah yang akan dijadikan IKN. Kurniadi,
(ketiga) terdapat upaya mitigasi terhadap dengan merujuk pada laporan Badan
potensi kemunculan dampak negatif yang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika,
akan dihadapi oleh masyarakat adat, dan menjelaskan bahwa Pulau Kalimantan
(keempat) memastikan adanya upaya-upaya merupakan area ideal untuk dibangun IKN
67
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78

karena cukup aman dari ancaman sumber perspektif kemasyarakatan serta kaitannya
gempa megathrust (Kurniadi, 2019). dengan perlindungan hak dan kepentingan
Penelitian Hadi dan Ristawati mengulas masyarakat adat.
dimensi hukum konstitusionalitas dalam
kebijakan pemindahan IKN. Temuan Hadi METODE PENELITIAN
dan Ristawati menjelaskan bahwa Artikel ini merupakan hasil penelitian
berdasarkan prinsip konstitusionalisme kualitatif dengan sumber data primer dan
kenegaraan, keputusan pemindahan IKN sekunder. Ragam data kualitatif yang valid
bukanlah kewenangan sepihak (unilateral) antara lain adalah pernyataan, dokumen, dan
Presiden/Kepala Negara (Hadi & Ristawati, hasil observasi (Neuman, 2014). Disamping
2020). Persetujuan lembaga-lembaga itu, penelitian kualitatif juga mengakomodasi
parlemen seperti MPR, DPR, dan Dewan penggunaan data sekunder yang bersumber
Perwakilan Daerah merupakan hal dari liputan berita, program televisi, serta
fundamental dalam proses pengambilan media-media massa lainnya (Bryman, 2012).
keputusan untuk memindahkan IKN (Hadi et Untuk itu, sejumlah wawancara dengan
al, 2020). narasumber dilakukan dalam rangka
Disamping Hadi dan Ristawati, mendapatkan data primer. Proses penelitian
perhatian pada aspek hukum pemindahan IKN dilaksanakan sejak bulan Desember tahun
juga dilakukan oleh Aditya. Identifikasinya 2021 s.d. Februari 2022. Peneliti mengundang
adalah terdapat 43 regulasi yang saat ini dapat Vivi Yulaswati sebagai narasumber penelitian
menjadi acuan pemindahan IKN baik ini. Vivi merupakan Staf Ahli Menteri
ditingkat pusat maupun ditingkat daerah PPN/Bappenas yang juga focal point
(Aditya & Fuadi, 2021). Oleh karena itu, perlu pemerintah untuk kebijakan pemindahan
adanya penyederhanaan regulasi-regulasi IKN. Disamping mengundang narasumber
tersebut melalui metode penyusunan aturan dari unsur pemerintah, peneliti juga
payung atau omnibus (Aditya et al, 2021). mengundang Ahmad SJA, Direktur
Kajian Aditya menjelaskan hukum omnibus perkumpulan Padi Indonesia (PADI), yang
perlu mencakup klausal penetapan IKN baru, tinggal dan berkantor di Balikpapan,
penunjukan lembaga/badan yang memiliki Kalimantan Timur. Sejak tahun 1996, PADI
kewenangan selama proses transisi melakukan pendampingan dan fasilitasi
pemindahan, uraian tahapan-tahapan pengelolaan hutan masyarakat dengan prinsip
pemindahan, penentuan lembaga-lembaga partisipasi dan pelestarian lingkungan.
negara yang akan pindah ke IKN baru, Narasumber lain penelitian ini adalah Agung
perencanaan tata kota, tata kelola keuangan, Wibowo, Koordinator Eksekutif
serta susunan pemerintahan IKN (Aditya et al, Perkumpulan Hukum dan Masyarakat
2021). (HuMA).
Sehubungan dengan proses kebijakan Untuk memperkuat data primer, peneliti
pemindahan IKN yang sedang dan masih akan menggunakan data yang bersumber dari
berlangsung, studi dengan perspektif sosial dokumen-dokumen pemerintah (baik yang
politik terkait pemindahan IKN ke Pulau diterbitkan oleh eksekutif maupun parlemen)
Kalimantan belum begitu masif dilakukan. dan dokumen yang diterbitkan oleh organisasi
Penelitian-penelitian terkait IKN yang telah masyarakat sipil. Disamping itu, peneliti juga
dipublikasikan umumnya mengkaji dari aspek merujuk data pada laporan-laporan jurnalistik
hukum, tata kota, dan lingkungan. Artikel ini dari media yang kredibel.
diharapkan dapat memberikan sumbangan
pada diskursus mengenai IKN baru dengan
68
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78

HASIL DAN PEMBAHASAN Dayak Punan Beketan


Perlindungan dan pemenuhan hak-hak Dayak Punan Lisum
Dayak Punan Aput
masyarakat adat yang tinggal dalam area yang Dayak Basap Jonggon
akan dikembangkan menjadi IKN harus Dayak Basap Kutai Lawas
menjadi bagian integral dalam proses Tabel diolah dari Data Kementerian Lingkungan dan
Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur, 2019
kebijakan pembangunan IKN. Bagian artikel
ini akan mengulas eksistensi dan aspirasi Tabel dua dibawah ini memuat rincian
masyarakat adat pada wilayah pengembangan wilayah-wilayah yang menjadi tempat tinggal
IKN. Kemudian, ulasan selanjutnya adalah masyarakat adat dan akan dibangun sebagai
temuan dan analisa sejumlah upaya-upaya wilayah pengembangan IKN.
pemenuhan hak masyarakat adat yang telah
diinisiasi oleh pemerintah dan keterbatasan- Tabel 2. Sebaran Wilayah Tinggal Masyarakat
Adat Di Kabupaten PPU dan Kukar Provinsi
keterbatasan yang ditemukan. Kalimantan Timur
Kabupaten Kecamatan Kelurahan
Keberadaan dan Aspirasi Masyarakat Penajam Paser Penajam Buluminung
Adat di wilayah pengembangan IKN Utara Muan
Sepan
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara
Jaa-Benua
(AMAN) mengidentifikasi setidaknya Toyau
terdapat 22 masyarakat adat yang saat ini Nikai
Sotek
mendiami wilayah yang akan dibangun IKN
Nenang
(Cahyadi, 2021). Estimasi lain Pantai Lango
memperkirakan jumlah indvidu yang Nipah-Nipah
merupakan bagian dari kelompok masyarakat Penajam
Sepaku Sepaku
adat mencapai 20.000 jiwa (Mantalean, 2021). Mentawir
Pada Desa Pemaluan di Kabupaten PPU Maridan
misalnya, terdapat setidaknya 150 keluarga Semoi
Waru Waru
masyarakat adat asli dari suku Balik Gunung Batu
(Johansyah, 2019). Tunan
Kelompok masyarakat adat tinggal baik Kutai Loa Kulu Jonggon
Kartanegera
di Kabupaten PPU maupun Kukar. Dari sisi Tabel diolah dari Mantalean, 2021
persebaran kelompok tradisional, setidaknya
terdapat dua grup adat besar yang Beragam riset telah memberikan
diidentifikasi sebagai masyarakat adat yang validasi bahwa suku Dayak dan Paser
tinggal di Kabupaten PPU dan Kukar, yakni merupakan komunitas asli di Pulau
kelompok adat Bajao dan Dayak. Tabel satu Kalimantan. Kelompok-kelompok
dibawah ini merupakan inventarisasi masyarakat Dayak tinggal di kota-kota besar
kelompok masyarakat adat yang berada di di Kalimantan, namun sebagian lain tinggal di
Kabupaten PPU dan Kukar. wilayah pedalaman Pulau Kalimantan
(Schiller, 2007). Pada masa sebelumnya,
Tabel 1. Sebaran Kelompok Masyarakat Adat Di sebagian masyarakat Dayak adalah “nomadic-
Kabupaten PPU dan Kukar Provinsi Kalimantan
hunter”, namun dalam proses
Timur
Kabupaten Kelompok Adat perkembangannya masyarakat Dayak beralih
Penajam Paser Utara Bajao ke cara hidup pertanian (Schiller, 2007).
Dayak Paser Balik
Masyarakat Dayak Kutai, misalnya,
Kutai Kertanegara Bajao
Dayak Apokayan Modang telah tinggal di Pulau Kalimantan sejak abad
Dayak Apokayan Kayan ke-17 pada era Kesultanan Kutai Kartanegara
Dayak Apokayan Kenyah
69
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78

Ing Martapura (Murjani, 2012: 16). Data lain mulai hak sipil dan politik hingga hak
menjelaskan bahwa kehadiran masyarakat ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Salah satu
Kutai di wilayah Kabutpaten Kutai hak yang paling fundamental bagi masyarakat
Kertanegara saat ini telah ada sejak 3.000 adat adalah hak tradisional dalam pengelolaan
hingga 1.500 tahun sebelum masehi dan tanah dan hutan adat.
berasal dari wilayah Yunnan, China Selatan Hak atas tanah dan pengelolaan sumber
(Murjani, 2012). daya alam dalam territorial adat merupakan
Sementara masyarakat Paser merupakan hal fundamental bagi keberlangsungan suatu
kelompok etnis asli Kalimantan yang tinggal komunitas adat karena akan mempengaruhi
di Kabutpaten Penajam Paser Utara dan keberlangsungan masyarakat adat (Wiersma,
sejumlah wilayah lain seperti Balikpapan, 2005: 1070). Tanah bagi masyarakat adat
Pegatan, Tanjung Aru, Telakei, Batu Kajang, sangat memiliki arti penting dalam hidup
Batu Aji, dan Sungai Biu (Putra, 2012). karena menjadi basis bagi masyarakat adat
Dalam konteks nasional, hak untuk mampu hidup secara mandiri (Haug,
masyarakat adat telah direkognisi oleh 2018).
sedikitnya 23 peraturan perundangan di Masyarakat adat memiliki
tingkat pusat seperti Undang Undang Dasar keterhubungan yang maha penting dengan
RI tahun 1945 Amandemen 1 s.d. 4, Pasal 18 tanah. Tanah merupakan constituent element
B Angka 2 dan Pasal 28 I Angka 3, Ketetapan atau memiliki makna yang sangat
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik fundamental (Babcock, 2013). Masyarakat
Indonesia Nomor VII/MPR/1998 Tentang adat berupaya merawat, mengembangkan, dan
Hak Asasi Manusia, Keputusan Mahkamah mewariskan wilayah tradisional mereka
Konstitusi RI No. 35/PUU-X/2012 atas kepada generasi penerus (Babcock, 2013).
pengujian UU No. 41/1999 tentang Spiritualitas menjadi penuntun yang kuat bagi
Kehutanan (Kemendikbud, 2021). masyarakat adat dalam merawat tanah
Upaya negara dalam merekognisi tradisionalnya dan memosisikan diri mereka
keberadaan dan hak-hak tradisional sebagai bagian yang hidup dan tumbuh dari
masyarakat adat diperkuat melalui edaran tanah tersebut (Babcock, 2013).
Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa Tantangan yang dihadapi masyarakat
nomor 189/3836/BPD tertanggal 30 Agustus adat adalah upaya untuk membuktikan hak
tahun 2021 yang pada prinsipnya kepemilikan atas tanah tradisionalnya saat
memerintahkan pimpinan Kota atau berhadapan dengan pihak lain yang memiliki
Kabupaten untuk melakukan langkah-langkah kepentingan diatas tanah tradisionalnya.
perlindungan dan pengakuan masyarakat Pihak yang dihadapi oleh masyarakat adat
hukum adat. Berdasarkan edaran tersebut, seringkali memiliki posisi ekonomi dan
langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh politik yang mapan.
pemerintah Kota atau Kabupaten adalah Dalam berbagai kejadian, masyarakat
mengidentifikasi keberadaan masyarakat adat, adat bersebrangan kepentingan dengan
melakukan verivikasi dan validasi, dan perusahaan, negara, korporasi, industri
kemudian apabila melalui proses verivikasi perkebunan, proyek-proyek eksploitasi
dan validasi ditemukan bukti bahwa suatu sumber daya alam, hingga individu-individu
komunitas adalah masyarakat hukum adat, yang merupakan bagian dari elit nasional
maka pemerintah Kota atau Kabupaten (Großmann, 2019; Haug, 2018). Posisi
diharapkan menerbitkan peraturan penetapan. hukum masyarakat adat seringkali rentan
Masyarakat adat memiliki seperangkat dalam relasi konfliktual ini. Beragam
hak yang harus dilindungi dan dihormati, dari peraturan negara tidak cukup mendukung
70
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78

upaya masyarakat adat untuk melakukan memiliki legitimasi adalah karena kebijakan
klaim atas tanah tradisional mereka (Wiersma, ini merupakan manifestasi dari sila ke-lima
2005). Pancasila: Keadilan Sosial bagi Seluruh
Proyek pembangunan IKN pada lahan- Rakyat Indonesia (Kementerian
lahan yang berpotensi menjadi obyek PPN/Bappenas, 2021). Membangun IKN di
persengketaan antara masyarakat adat dengan Pulau Kalimantan yang secara geografis
pemerintah perlu dimitigasi sejak dini dalam berada di tengah Indonesia dianggap akan
rangka memastikan tidak muncul pelanggaran mempercepat pemerataan pertumbuhan
hak dan peminggiran masyarakat adat. Helen ekonomi, khususnya pada Indonesia bagian
Quane memberikan ulasan bahwa timur. Landasan pemikiran pemerintah
perlindungan hak masyarakat adat manakala selanjutnya dalam pemindahan IKN bersifat
terjadi konflik kepentingan dengan otoritas sosiologis. Pemindahan IKN dianggap akan
dapat dilakukan dengan memastikan adanya berdampak pada upaya penciptaan
syarat substantif dan syarat partisipatif. kesejahteraan masyarakat secara umum
Syarat substantif pertama adalah karena dalam perencanaannya telah
meninjau apakah memindahkan IKN ke Pulau mempertimbangkan studi sosial budaya
Kalimantan memiliki basis kebijakan yang sebagai acuan (Kementerian PPN/Bappenas,
kuat dan legitimate?. Kedua, apakah 2021).
pemindahan IKN tersebut akan membawa Dari sisi yuridis, pemerintah
manfaat bagi masyarakat adat yang berada beranggapan bahwa pemindahan IKN
dan tinggal di lokasi tersebut? Ketiga, mitigasi memerlukan satu acuan hukum. Sebelum UU
apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah IKN disahkan, belum terdapat norma yang
terhadap kemungkinan adanya dampak mengatur tata kelola IKN selain UU No. 29
negatif dari pengembangan IKN terhadap tahun 2007 yang menetapkan DKI Jakarta
masyarakat adat? Dan keempat, perlu ada sebagai Ibu Kota (Kementerian
upaya pemerintah sebagai pelaksana PPN/Bappenas, 2021). UU IKN yang
pengembang IKN untuk meminimalisasi kemudian disahkan, menjadi legitimasi
munculnya dampak-dampak negatif proyek yuridis proyek IKN. Dalam proses politik di
IKN terhadap kepentingan dan parlemen, mayoritas fraksi di DPR dan
keberlangsungan masyarakat adat. Setelah Komite I DPD menyetujui pengesahan UU
keempat syarat substantif terpenuhi, hal IKN dan satu fraksi menolak.
selanjutnya adalah syarat partisipatif dengan Diluar argumentasi yang diajukan
jalan memastikan keseluruhan prosesnya pemerintah, sejumlah pemikiran alternatif
melibatkan masyarakat adat sebagai subyek. memiliki posisi sebaliknya. Proyek IKN
dianggap lebih bernuansa melayani kekuasaan
Legitimasi Pemindahan IKN oligarki pusat yang memiliki kepentingan
Argumentasi pemerintah dalam ekonomi pada wilayah-wilayah yang akan
memindahkan IKN tertuang pada Naskah dijadikan IKN dari pada berorientasi pada
Akademik RUU IKN yang kini telah sah kepentingan rakyat (Johansyah, 2019).
menjadi UU. Dari sudut pandang pemerintah, Sejumlah pemilik konsesi tambang, hutan,
pemindahan IKN memiliki legitimasi yang dan kebun pada wilayah-wilayah IKN
jelas karena setidaknya telah mengacu pada dianggap akan mendapatkan manfaat
tiga landasan berpikir utama yang bersifat ekonomis dari proyek IKN ini.
filosofis, sosiologis, dan yuridis (Kementerian Disamping itu, pendapat lain
PPN/Bappenas, 2021). Landasan berpikir menyoalkan skala prioritas penggunaan
filosofis yang menjadikan proyek IKN anggaran negara. Pemindahan IKN
71
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78

diperkirakan memerlukan lebih dari Rp 400 IKN memperhatikan dan memberikan


triliun (Johansyah, 2019). Pemerintah perlindungan hak-hak komunal masyarakat
diharapkan memprioritaskan penggunaan adat. Akan tetapi, UU tersebut belum secara
sumber dana untuk kebutuhan penanganan rinci mengatur mekanisme dan tata cara
pandemi dan pascapandemi Covid-19 pengakuan hak-hak tanah masyarakat adat
(Corona virus disease 2019) dari pada dengan bukti kepemilikan lahan yang
memindahkan IKN dalam waktu yang cepat. beragam. Hal ini menimbulkan skeptisme
Pro-kontra pemindahan IKN tidak surut masyarakat adat terkait potensi kehilangan
meskipun parlemen telah mengetuk palu tanah karena alih fungsi untuk pembangunan
menyetujui UU IKN sebagai payung hukum IKN.
pemindahan Ibu Kota. Sejumlah pihak Syahdan, sesepuh masyarakat adat yang
merencanakan pengajuan uji materil UU IKN tinggal di Kelurahan Pemaluan, Kecamatan
melalui Mahkamah Konstitusi (MK), Sepaku, Kabupaten PPU memiliki
diantaranya adalah ekonom Faisal Basri kekhawatiran bahwa masyarakat adat akan
(Wibowo, 2022) dan mantan penasihat ditinggalkan dalam proses pemindahan Ibu
Komisi Pemberantasan Korupsi Abdullah Kota (Chairil, 2021). Kekhawatiran Syahdan
Hehamahua bersama Poros Nasional beralasan. Masyarakat adat tidak ingin nasib
Kedaulatan Negara (Mubyarsah, 2022). mereka seperti suku Betawi di Provinsi DKI
Saat artikel ini diajukan, proses Jakarta yang dipinggirkan oleh kemajuan dan
persidangan gugatan terhadap UU IKN belum pembangunan. Dalam wawancara program
terlaksana. Keinginan sejumlah pihak untuk Narasi Newsroom, Dahlia, perempuan
melakukan uji materi UU IKN ke MK pengajar tari yang tinggal di Desa Bumi
mengindikasikan kebijakan pemindahan IKN Harapan, Kecamatan Sepaku, Kabupaten PPU
masih mendapatkan resistensi dari sebagian menyampaikan ketakutannya bahwa IKN
warga. Dari sudut pandang prosedur formal, akan meninggalkan masyarakat adat
kebijakan pemindahan IKN memang sudah “Kita tidak ingin disingkirkan, dibelakangi.
terpenuhi. Kebijakan IKN telah menjadi Ingginnya diberitahu. Saya tidak ingin anak-cucu
seperti di Jakarta kedua. Saya seniman. Saya
kesepakatan bersama lembaga-lembaga tidak ingin nanti ondel-ondel seperti di pinggir
kekuasaan (eksekutif dan parlemen) jalan, di lampu merah, ngamen hanya untuk
sebagaimana yang diulas oleh Hadi & mencari nafkah. Saya tidak ingin anak cucu saya
Ristawati. tidur dibawah kolong jembatan yang tidak punya
tanah.” (Dahlia, Warga Desa Bumi Harapan,
Putusan para hakim MK nantinya akan Sepaku, Kabupaten PPU)
menjadi penentu legitimasi kebijakan Perencanaan dan tata kelola Jakarta
pemindahan IKN kedepan. Apabila UU IKN yang tidak menempatkan masyarakat lokal
dinyatakan oleh MK bertentangan dengan sebagai bagian penting pembangunan harus
UUD 1945 maka pemerintah perlu menjadi pembelajaran. Bahkan ini terjadi
menyiapkan perbaikan perundangan IKN. sejak pemerintahan kolonial mengelola
Sebaliknya, proyek pembangunan IKN akan Batavia. Manajemen tata kota Batavia oleh
memiliki legitimasi yang semakin kuat bila pemerintah Kolonial bersifat rasis dan
MK nantinya memutuskan bahwa materi UU diskriminatif (Kooy & Bakker, 2015: 69).
IKN tidak bertentangan dengan UUD 1945. Sebagai contoh, pengembangan infrastruktur
pipa air bersih lebih berorientasi penyediaan
Faedah IKN untuk Masyarakat Adat
air bersih untuk pemukiman warga koloni dari
Pasal 21 UU No. 3 tahun 2022 tentang
pada warga pribumi (Kooy et al, 2015).
IKN pada prinsipnya telah mengatur bahwa
pengelolaan ruang dan tanah pada wilayah
72
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78

Pengelolaan Jakarta pasca-kolonialisme mereka dalam hidup. Itu sebenernya artifisial,


dengan pemerintahan baru Sukarno juga karena tidak menyasar problematika utama
sebenarnya. Bicara masyarakat adat itu bicara
cenderung meneruskan tata kota yang hidup, kalau Ia dibiarkan, diakui, tidak diekspansi
diskriminatif (Kooy et al, 2015). Jalur dan oleh program-program negara, kesejahteraan
pipa air yang dikembangkan lebih condong (akan) timbul atas kemauan dan kehendaknya. Itu
untuk memenuhi proyek-proyek mercusuar sebenarnya yang harus disasar program-program
negara alih-alih hanya simbol” (Wawancana
pemerintahan baru pada saat itu yang peneliti dengan Agung Wibowo, HuMa)
berorientasi untuk mempercantik kota (Kooy
et al, 2015). Pengelolaan Jakarta sebagai Ibu Mitigasi Dampak Negatif Proyek IKN bagi
Kota selama masa pemerintahan orde baru Masyarakat Adat
Suharto (1966 – 1998) juga masih bernuansa Mitigasi pemerintah dalam
berpihak pada kepentingan ekonomi politik mengantisipasi dampak negatif proyek IKN
ketimbang melayani kebutuhan dasar terhadap masyarakat adat ditemukan dalam
masyarakat banyak (Kooy et al, 2015). dokumen Kajian Awal Aspek Sosial
Kebijakan transmigrasi yang pernah Pemindahan Ibu Kota Negara ke Kalimantan
diterapkan oleh pemerintahan orde baru juga Timur yang ditebitkan oleh Kementerian
perlu menjadi perhatian karena memiliki PPN/Bappenas. Pada suatu kesempatan
implikasi sosial pada saat itu. Kebijakan wawancara yang dilakukan bersama peneliti,
transmigrasi menimbulkan tensi antara Dr. Vivi Yulaswati menjelaskan bahwa
transmigran yang berasal dari Jawa, Madura, tantangan kemasyarakatan secara umum yang
Bali dengan masyarakat lokal (Schiller, telah dimitigasi terkait proyek IKN adalah
2007). Tensi tersebut tereskalasi karena masalah kepemilikan lahan, kekhawatiran
masyarakat pendatang tersebut mendapatkan kesempatan kerja, dan pengakuan identitas
tanah dan dalam beberapa hal muncul budaya.
kekhawatiran dari masyarakat lokal bahwa Tinjauan lapangan tim pemerintah pada
para pendatang tersebut menghapuskan adat 17 s.d. 21 November 2019 mengidentifikasi
istiadat lokal (Schiller, 2007). potensi permasalahan lahan di wilayah IKN
Proyek IKN harus benar-benar ditemukan di daerah seperti Jonggon, Loa
menempatkan masyarakat adat yang tinggal Kulu, Loa Janan, Samboja, Muara Jawa, dan
pada wilayah-wilayah IKN menjadi bagian Sepaku (Yulaswati, 2019). Peta persoalan
penting dalam kebijakan. Skema dan jaminan lahan yang ditemukan antara lain adalah
perlindungan kepentingan-kepentingan (pertama) sengketa kepemilikan lahan dengan
masyarakat adat harus disiapkan secara PT ITCIKU (International Timber
matang dan rinci. Jaminan perlindungan Corporation Indonesia Kartika Utama), PT
masyarakat adat harus lebih dari sekedar IHM (Indonesia Hutani Manunggal), dan PT
adanya ruang peragaan simbol-simbol HMU (Multi Harapan Utama); (kedua)
kultural suku asli pada desain arsitektur tumpang tindih izin usaha PKP2B yang
perkotaan. Hal yang terpenting adalah diterbitkan oleh pemerintah pusat dan IUP
jaminan penghidupan dan kesejahteraan yang diterbitkan oleh pemerintah desa;
hidup. Sehubungan dengan perhatian (ketiga) penetapan Tanah Hutan
pemerintah terhadap simbol-simbol adat Rakyat/Tahura secara sepihak; (dan kelima)
dalam pengembangan IKN, Koordinator bukti kepemilikan lahan yang berbeda-beda
Eksekutif HuMa Agung Wibowo menjelaskan (Yulaswati, 2019).
pendapatnya sebagai berikut: Pemerintah pada dasarnya telah
“Seringkali masyarakat adat itu dimaknai menyadari potensi persoalan sengketa lahan
hanya tarian, pakaian, juga ketradisionalan di wilayah IKN. Vivi Yulaswati menjelaskan
73
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78

bahwa konsensi pengolahan Dalam berbagai situasi konflik yang


tanah/hutan/sumber daya alam yang diberikan melibatkan masyarakat adat dan negara,
kepada sejumlah perusahaan di sejumlah masyarakat adat dapat memperoleh klaim atas
wilayah melingkupi sebagian tanah atau hutan tanahnya selama pada wilayah tersebut tidak
milik masyarakat adat. Vivi menjelaskan terdapat selisih kepentingan dengan negara
bahwa saat pemerintah memberikan izin (Großmann, 2019). Dalam konteks proyek
pengusahaan, didalamnya mencakup area- IKN dimana kepentingan negara sangat
area yang merupakan lahan milik masyarakat dominan, masyarakat adat memiliki posisi
adat dengan bukti kepemilikan lahan yang yang rentan.
beragam. Vivi menjelaskan secara rinci dalam
uraian sebagai berikut: Upaya-Upaya untuk Meminimalisasi
“Karena mereka (pemilik hak pengolahan Dampak Negatif Proyek IKN bagi
hutan) diberikan hak-nya oleh pemerintah Masyarakat Adat
(dalam) pengusahaan (area) hutan dan Pemerintah secara normatif telah
industri….Padahal di dalam area tersebut, memiliki visi agar pemindahan IKN menjadi
terdapat lahan (masyarakat adat dengan model momentum penyelesaian persoalan konflik
kepemilikan) tanam tumbuh. Ada juga
(masyarakat adat) yang pegang segel..Tanah
dan regulasi pertanahan di Kalimantan,
garapan (masyarakat adat) ada di dalam hutan khususnya di Kalimantan Timur tempat IKN
itu. Pada HTI atau HPH (perusahaan), baru akan didirikan (Kementerian
sepersekian persennya milik mereka (masyarakat PPN/Bappenas, 2019). Dalam rangka
adat)” (Wawancana peneliti dengan Vivi
Yulaswati, Kementerian PPN/Bappenas) mereduksi potensi terjadinya penggunaan
Bagi masyarakat adat, pengelolaan lahan milik masyarakat adat secara sepihak,
tanah atau hutan secara tradisional merupakan upaya yang telah dicanangkan oleh
bagian yang sukar untuk dipisahkan dalam pemerintah adalah (pertama) penegakan
kehidupan keseharian. Tanah dan hutan kepemilikan tanah atau wilayah hutan
adalah sumber daya yang sangat signifikan berdasarkan peraturan peruntukan
dalam keberlanjutan tatanan masyarakat penggunaan lahan dengan diiringi (kedua)
tradisional. forum multi-pihak pada tingkat lokal yang
Maksud frasa hak untuk menentukan mengacu pada norma dan adat sebagai sarana
nasib sendiri (the right to self determination) penyelesaian sengketa tanah (Yulaswati,
bagi masyarakat adat diintepretasikan sebagai 2019).
hak kelompok masyarakat adat dalam Vivi Yulaswati mengonfirmasi
mengakses dan mengelola tanah dan sumber beragam upaya yang telah disiapkan
daya alam milik mereka (Quane, 2005). pemerintah. Ia juga menjelaskan rencana
Persoalan yang kemudian hadir adalah penggantian lahan (relokasi) untuk
ketika tanah yang dikuasai dan dikelola oleh masyarakat adat yang lahannya dipergunakan
komunitas adat secara tradisional menjadi untuk IKN sebagai salah satu alternatif
obyek sengketa dan berbenturan kepentingan pemenuhan kepentingan masyarakat adat.
dengan organisasi negara atau korporasi. "Misalnya itu memang (lahan) mereka
(lahan masyarakat adat) masuk ke dalam garapan
Posisi masyarakat adat akan menjadi lemah yang akan dibangun (IKN), kita mendorong
ketika diharuskan untuk menunjukan bukti relokasi baik rumah maupun juga tanah garapan.
bukti formal kepemilikan lahan. Masyarakat Kalau perumahan, saya terbayang pasti (akan
adat kerap berhadap-hadapan dalam konflik didirikan) kecil-kecil gitu ya. Tapi kalau (relokasi)
tanah garapan ini yang kelihatannya masih masih
dengan perusahaan, negara, industri belum ketahuan di ‘masterplan’. Kita mendorong
perkebunan, atau eksploitasi sumber daya ada semacam misalnya 100 hektar atau sekian
alam (Großmann, 2019). hektar (untuk) masyarakat adat ini dibuatkan
74
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78

lamin. (Kemudian) disiapkan pula dengan kebun- Inisiatif-inisiatif tersebut perlu dikawal
kebunnya (karena yang) diperlukan adalah praktiknya serta diimbangi dengan kritik-
(sumber) penghidupannya. Nah terus tentunya
nanti cara mengolahnya lebih modernisasi sama kritik yang muaranya adalah akan semakin
keahlian-keahlian yang lainnya" (Wawancana baik-nya kualitas pemenuhan hak masyarakat
peneliti dengan Vivi Yulaswati, Kementerian adat.
PPN/Bappenas) Rencana memaksimalkan forum yang
Menurut Vivi, pemerintah juga
melibatkan tokoh tradisional untuk
mendekatkan jangkauan layanan agar lebih
memperjelas kepemilikan tanah masyarakat
dapat diakses oleh masyarakat adat. Tim
adat merupakan inisiatif yang perlu.
pemerintah mengupayakan pembentukan
Tantangan masyarakat adat dan hal-hal yang
posko-posko pengaduan penyelesaian
melemahkan posisi masyarakat adat ketika
persoalan kepemilikan tanah di tingkat
mengupayakan klaim atas tanah adatnya
kecamatan.
adalah saat mereka menemukan biaya
“Kita (pemerintah) juga mendorong
adanya posko-posko pengaduan di tingkat transaksi untuk melakukan upaya legal,
Kecamatan. Bisa kita “mapping” dan kanalkan keterbatasan untuk mengomunikasikan
(aspirasi) dari posko-posko pengaduan tersebut. kepentingannya, dan tumpang tindih
Pada posko tersebut, kita bisa bentuk kolaborasi peraturan hukum (Coombes, 2012).
baik itu dari masyarakat termasuk tokohnya
apabila ditemukan “dispute”. (Wawancana Disamping itu, dalam rangka klaim atas
peneliti dengan Vivi Yulaswati, Kementerian tanah ulayat, suatu komunitas masyarakat
PPN/Bappenas) harus diakui terlebih dahulu oleh pemerintah
Disamping perhatian terhadap aspek sebagai masyarakat adat. Saat ini, di Provinsi
agraria serta hak masyarakat adat terhadap Kalimantan Timur, baru terdapat dua
tanah dan hutan ulayatnya, upaya lain kelompok masyarakat yang secara resmi
pemerintah dalam meminimalisasi diakui sebagai masyarakat adat berdasarkan
terpinggirkannya hak masyarakat adat dalam Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2015
proyek IKN adalah inisiatif untuk tentang Pedoman Pengakuan dan
memperkuat Sumber Daya Manusia (SDM) Perlindungan Masyarakat Hukum Adat di
masyarakat lokal – termasuk masyarakat adat. Provinsi Kalimantan Timur. Dalam rangka
Pemerintah mempersiapkan sejumlah mengupayakan penguasaan atas tanah dan
program pelatihan keterampilan kerja dalam sumber daya alam tertentu, masyarakat akan
rangka mengupayakan masyarakat menjadi perlu membuktikan dirinya bahwa mereka
individu yang mampu meningkatkan taraf merupakan masyarakat adat (Quane, 2005).
hidup dan kesejahteraan. Sehubungan dengan Format penyelesaian melalui forum
perhatian terhadap aspek SDM, Vivi dengan melibatkan tokoh adat serta pendirian
Yulaswati menyampaikan pendapatnya posko-posko pengaduan untuk klaim
sebagai berikut: kepemilikan tanah akan menjadi mekanisme
“Pemerintah menyiapkan lapangan alternatif. Pembuktian kepemilikan tanah
pekerjaan, terutama untuk anak muda. Sudah
tergambar, sudah dimulai kerja sama membentuk melalui peradilan konvensional kerap
BLK (Balai Latihan Kerja). (BLK) tidak hanya menempatkan masyarakat adat dalam posisi
ada di Samarinda dan Balikpapan, tetapi sudah yang rentan karena sifatnya yang sangat
mulai mendekat ke (Kabupaten) PPU. BLK dan legalistik.
(persiapan pelatihan) vokasi juga sudah
disiapkan (Wawancana peneliti dengan Vivi Akan tetapi, gagasan pemerintah untuk
Yulaswati, Kementerian PPN/Bappenas) melakukan penggantian tanah atau relokasi
Inisiatif pemerintah dalam menyiapkan merupakan rencana kebijakan yang tidak
sejumlah skema pengupayaan pemenuhan hak cukup ramah terhadap masyarakat adat. Pada
masyarakat adat patut dilihat sebagai ikhtiar. bagian sebelumnya telah diuraikan bahwa
75
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78

masyarakat adat memiliki keterkaitan khusus namun diperlukan juga subsistence base yang
dengan tanah atau hutan ulayatnya. Bagi akan mendukung kesiapan orang untuk
masyarakat adat, tanah lebih dari sekedar kedepannya mampu hidup dari sektor non-
sumber penghidupan, namun juga merupakan agrikultur (Schiller, 2007).
medium spiritualitas. Para pembela Akan tetapi, pemerintah harus
kepentingan masyarakat adat menyampaikan menyadari betul agar desain pengajaran pada
bahwa menggeser masyarakat adat dari tanah program-program pelatihan keterampilan
aslinya lalu menggantinya dengan kerja bukan sekedar mempersiapkan
memberikan lahan lain merupakan upaya masyarakat adat sebagai pekerja yang
yang tidak sensitif terhadap kepentingan bepotensi mengasingkannya dari sumber daya
masyarakat adat. dan kekayaan alam miliknya. Program BLK
“Ikatan (masyarakat adat) dengan harus lebih mengutamakan pengajaran
leluhurnya itu ada di situ (di tanah adat itu). kreativitas dan stimulasi untuk meningkatkan
Soalnya segitiga yang saling berhubungan antara
Tuhan, manusia, dan alam itu yang kadangkala taraf hidup yang bersumber pada lokalitas dan
orang (diluar masyarakat adat) tidak memahami. potensi masyarakat adat itu sendiri.
Yang dipahami hanya memimdahkan orang (lalu)
selesai. Terus bagaimana kuburan mereka? Keterlibatan Masyarakat Adat dalam
Bagaimana ketika mereka mau datangkan leluhur Proyek IKN
(untuk praktik ritual) mereka. Nanti dengan Pada dasarnya, ruang partisipasi
berjalan jauh mereka datang, sudah dibongkar
masyarakat dalam persiapan IKN hingga nanti
(kuburan leluhur). Apa tidak tambah miris.
(Wawancana peneliti dengan Ahmad S.J.A, dalam pengelolaannya secara normatif
Yayasan Padi Indonesia). dijamin dalam UU Nomor 3 tahun 2022
Tidak sesederhana itu untuk resettlement. tentang IKN. Hal yang perlu dipastikan
Apalagi masyarakat adat memiliki ikatan dengan
tanahnya. Bagaimana masyarakat adat yang
selanjutnya adalah bentuk-bentuk pelibatan
ritualnya disitu. Misalkan dapat getah kemenyan yang bertujuan pada pemenuhan hak-hak
(sebagai syarat peribadatan) dari situ (tanah substansial masyarakat adat, dan bukan
adat). Bisa saja dipindah, tapi kalau tidak ada sekedar pelibatan simbolik dan prosedural.
getah kemenyannya dari situ lagi, ikatannya
(dengan tanah) putus. Misalnya dia (masyarakat Sebelumnya, suara ketidakpuasan
adat) digusur, ikatan dia dengan menhir (yang masyarakat adat tentang tidak partisipatifnya
ada ditanahnya) itu bagaimana? (Wawancana proses persiapan IKN kerap mengemuka.
peneliti dengan Erwin Dwi Kristianto, Salah satunya disuarakan oleh Syahdin,
Perkumpulan HuMa Indonesia).
masyarakat adat suku Balik yang tinggal di
Disamping isu hak atas tanah adat,
Kelurahan Pemaluan, Kabupaten PPU. Dalam
upaya pemerintah untuk memberikan
program Narasi Newsroom, Ia menyampaikan
pendidikan keterampilan bagi masyarakat
keluhan sebagai berikut:
melalui pendirian BLK, dimana nantinya
“Tidak pernah kami diajak (berdialog soal
masyarakat adat juga dapat terlibat IKN), diberitahu. Kami selalu ditinggal. Segala
merupakan gagasan yang perlu. Pelatihan Menteri datang kata orang, ramai polisi jaga,
keterampilan harapannya dapat menstimulasi kami lihat saja. Kalau banyak tentara polisi disitu,
kreativitas masyarakat adat untuk terus kami tahu juga tujuannya meninjau tempat Ibu
Kota. Tapi kami tidak pernah diajak. Kami
mengembangkan diri dalam rangka masyarakat asli hukum adat disini, kami yang
meningkatkan taraf hidup dengan sumber punya kampung yang mau diletakan tempat ibu
penghidupan yang bervariasi. kota, kami tidak pernah diajak. Perasaan kami
Sebagaimana yang disampaikan seperti bukan warga negara Indonesia”
Ahmad, Direktur Yayasan Padi
Schiller, masyarakat adat sebaiknya tidak
membenarkan pendapat Syahdin.
hanya menggantungkan masa depan
Menurutnya, persiapan pemindahan IKN
kehidupannya pada traditional base-nya
76
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78

masih minim partisipasi masyarakat adat. Adanya upaya sejumlah pihak yang
Pada 31 Januari 2022, Presiden Republik mengajukan uji materi UU IKN ke MK
Indonesia Joko Widodo mengadakan berpotensi melemahkan legitimasi
pertemuan dengan tokoh-tokoh Kesultanan pemindahan Ibu Kota. Masyarakat adat
Paser dan Kesultanan Kertanegara di cenderung skeptis dengan anggapan
Balikpapan. Dalam siaran pers resmi, pemindahan IKN akan membawa manfaat dan
Presiden diberitakan melakukan pertemuan kesejahteraan. Mitigasi-mitigasi yang telah
dan dialog dengan tokoh masyarakat dan adat dilakukan pemerintah untuk memberikan
di Kalimantan Timur. Pertemuan tersebut jaminan perlindungan masyarakat adat perlu
mendiskusikan budaya dan kearifan lokal disertai dengan mekanisme praktikal yang
serta peningkatan SDM masyarakat sensitif dengan lokalitas dan kekhususan
Kalimantan Timur dalam rencana masyarakat adat. Penyertaan masyarakat adat
pemindahan IKN. Disatu sisi, pertemuan dalam rencana dan proses pemindahan IKN
tersebut dapat dimaknai sebagai bentuk harus menyentuh kebutuhan substansial,
partisipasi. Namun dalam sudut pandang lain, bukan penyertaan yang sebatas bersifat
pertemuan tersebut memiliki persoalan simbolik dan prosedural.
keterwakilan. Bekas kerajaan, pewaris
kesultanan, dan eks-swapraja dianggap entitas DAFTAR PUSTAKA
yang memiliki perbedaan diametral dengan Aditya,. Z.F. & Fuadi,. A.B. (2021).
konsepsi masyarakat adat (Safitri, 2013). Konseptualisasi Omnibus Law dalam
Entitas kesultanan bukan dan tidak dapat Pemindahan Ibu Kota Negara. Jurnal
Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 15 (1),
dianggap mewakili masyarakat adat
hal. 149-163.
sesungguhnya yang merupakan kelompok
rentan. Ahmad. (2022, Februari 24). Wawancara
Kedepannya, pemerintah perlu secara personal dengan peneliti.
terencana dan berkelanjutan melibatkan
masyarakat adat yang berada pada akar Babcock, H.M. (2012). “[This] I Know From
rumput dalam persiapan pemindahan hingga My Grandfather:" The Battle For
Admissibility of Indigenous Oral History
pengelolaan IKN, sebagaimana yang menjadi
as Proof of Tribal Land Claims. American
amanat UU IKN. Indian Law Review, Vol. 37 (1), p.19-61.
KESIMPULAN Bryman, A. (2012). Social Research Methods,
Pemindahan Ibu Kota dari Pulau Jawa New York: Oxford.
ke Pulau Kalimantan akan menjadi tonggak
penting dalam sejarah perjalanan RI. Proses Chairil, Andi. (Production Steering). (2021,
December 11). Menelusuri Ibu Kota Baru
pemindahan yang saat ini tengah berlangsung
Mata Najwa. [Program televisi]. Jakarta:
harus benar-benar memperhitungkan Narasi Newsroom.
kepentingan masyarakat adat. Mengacu pada
prasyarat Helen Quane terkait perlindungan Coombes, B.,et.al. (2012). Indigenous
hak masyarakat adat dalam suatu proses geographies I: Mere resource conflicts?
pembangunan, proses kebijakan pemindahan The complexities in Indigenous land and
environmental claims. Progress in
IKN belum secara maksimal mengupayakan
Human Geography, Vol.36 (6), p.810-
jaminan perlindungan masyarakat adat yang 821.
tinggal pada area-area yang akan dibangun
Ibu Kota.
77
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78

Großmann, K. (2019). Dayak, Wake Up. Nasional (Bappenas). (2019). Naskah


Bijdragen tot de Taal-, Land- en Akademik Rancangan Undang-Undang
Volkenkunde, Vol.175 (1),p.1-28. Tentang Ibu Kota Negara. Jakarta;
Kementerian PPN/Bapenas.
Hadi, F. & Ristawati, R. (2020). Pemindahan
Ibu Kota Indonesia dan Kekuasaan Neuman, W. L. (2014). Social Research
Presiden dalam Perspektif Konstitusi. Methods: Qualitative and Quantitative
Jurnal Konstitusi, Vol. 17. Approaches, 7th Edition. Essex: Pearson
Education Limited.
Haug, M. (2018). Claiming Rights to the
Forest in East Kalimantan: Challenging Peraturan Direktur Jenderal Kebudayaan
Power and Presenting Culture. Journal of Nomor 3 Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis
Social Issues in Southeast Asia, Vol. 33 Bantuan Pemerintah Revitalisasi Desa
(2),p.341-361. Adat Tahun 2019.

Kristianto, Erwin Dwi. (2021, Desember 16). Quane,. H. (2005). The Rights of Indigenous
Wawancara personal dengan peneliti. Peoples and the Development Process.
Human Rights Quarterly, Vol. 27 (2),
Kurniadi, A. (2019). Pemilihan Ibu Kota p.652-682.
Negara Republik Indonesia Baru
Berdasarkan Tingkat Kebencanaan. Schiller,. A. (2007). Activism and Identities in
Jurnal Manajemen Bencana, Vol. 5 (2), an East Kalimantan Dayak Organization.
hal. 1-12. The Journal of Asian Studies, Vol. 66 (1),
p.63-95
Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Toun,. N.R. (2018). Analisis Kesiapan
Pembangunan. (2021). Naskah Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah
Akademik Rancangan Undang-Undang dalam Wacana Pemindahan Ibu Kota
tentang Ibu Kota Negara. Negara Republik Indonesia ke Kota
Palangkaraya. Jurnal Academia Praja,
Kementerian Lingkungan dan Kehutanan Vol.1 (1), hal. 129-148
Provinsi Kalimantan Timur Republik
Indonesia. (2019). Dokumen Kerangka Wibowo, Agung. (2021, Desember 16).
Perencanaan Masyarakat Adat. Wawancara personal dengan peneliti.

Murjani. (2012). Interaksi Agama dan Politik Wiersma,. L.L. (2005). Indigenous Lands as
Hukum Kesultanan Kutai Kartanegara: Cultural Property: A New Approach to
Studi Keagamaan Etnis Dayak – Kutai. Indigenous Land Claims. Duke Law
Jurnal Pemikiran Hukum Islam. Volume Journal, Vol. 54 (4), p1061-1088.
10 (1), hal.15-26.
Yahya,. H.M. (2018). Pemindahan Ibu Kota
Mantalean, V. (2022, Januari 20). 20.000 Negara Maju dan Sejahtera. Jurnal Studi
masyarakat adat diperkirakan tergusur Agama dan Masyarakat, Vol. 14 (1), hal.
proyek ibu kota baru. Kompas.com. 21-30.

Matanasi, P. (2022, Januari 20). Dari Yulaswati, V.,et.al. (2019). Kajian awal aspek
palembang sampai Jonggol, rumitnya cari sosial pemindahan Ibu Kota Negara ke
Ibu Kota Baru. CNBC Indonesia. Kalimantan Timur. Jakarta: Kementerian
Perencanaan Pembangunan
Mubarsyah, L.R. (2022, Februari 3). Mantan Nasional/Badan Perencanaan
penasihat KPK gugat UU IKN ke MK. Pembangunan Nasional.
Jawapos.com
78
Jurnal Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi (JISIP-UNJA) Volume 6 Nomor 1 (2022) 64 - 78

Yulaswati, Vivi. (2021, Desember 14).


Wawancara personal dengan peneliti.

Zain,. M.A. & Siddiq,. A. (2015). Pengakuan


atas Kedudukan dan Keberadaan
Masyarakat Hukum Adat (MHA) Pasca
Dibentuknya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa. Jurnal
Penelitian Ilmu Hukum, Vol. 2 (2), hal.
63-76.

Anda mungkin juga menyukai