Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 23 No.

3 Tahun 2021
journal homepage: https://jmb.lipi.go.id/jmb

KEBIJAKAN PUBLIK TERHADAP EKSISTENSI KOMUNITAS


PENDAYUNG PERAHU DESA GALALA DI TELUK AMBON

PUBLIC POLICY ON THE EXISTENCE OF THE BOAT


ORANGER COMMUNITY OF GALALA VILLAGE IN AMBON
BAY

Revaldo Pravasta Julian MB Salakory


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan-Universitas Pattimura
Email: rivalsalakory92@gmail.com

ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang kebijakan publik terhadap eksistensi komunitas pendayung perahu di Desa
Galala. Dapat dilihat bahwa pendayung perahu semenjak pembangunan jembatan merah putih mulai kehilangan
pekerjaan, meskipun masih ada sebagian yang tetap bertahan mengemudi perahu untuk mencari nafkah agar dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kebijakan pemerintah membangun jembatan merah putih guna mempersingkat
waktu perjalanan ke wilayah Galala-Poka, namun pembangunan tersebut berdampak pada kehidupan komunitas
pendayung perahu di wilayah Galala-poka. Sehingga tulisan ini agar pemerintah dapat memproyeksikan kebijkan
dan perencanaan sosial demi kesejahteraan masyarakat. Strategis ini untuk mempertahankan eksistensi budaya
mengembangkan potensi para pendayung perahu. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif dan analisis SWOT
untuk menjawab persoalan yang dialami masyarakat para pendayung perahu.

Kata kunci: Kebijakan publik, eksistensi, pendayung perahu, Galala-Teluk Ambon.

ABSTRACT
This article discusses public policy on the existence of the boat rower community in Galala village. It can be
seen that the boat rowers since the construction of the red and white bridge have started to lose their jobs, although
there are still some who still survive by boat to earn a living in order to meet their daily needs. The government’s
policy is to build a red and white bridge in order to shorten the travel time to the Galala-Poka area, but this
development has an impact on the life of the boat rowing community in the Galala-poka area. So that this paper
is so that the government can project social policies and planning for the welfare of the community. This strategy
is to maintain the cultural existence of developing the potential of the boat rowers. This paper uses qualitative
methods and SWOT analysis to answer the problems experienced by the boat rower community.

Keywords: Public Policy, existence, boat rowers, Galala-Ambon Bay

PENDAHULUAN
Artikel ini membahas tentang kebijakan publik Masyarakat memerlukan fasilitas Negara dalam
perahu sebagai upaya mempertahankan eksistensi memproyeksikan langkah strategis yang efektif.
budaya kelompok pendayung perahu di Desa Ardyansyah dalam tulisannya merumuskan
Galala. pendayung perahu ialah kelompok pendekatan kebijakan pendidikan harus dilihat
subordinat yang terkena dampak regulasi sebagai kebijakan publik. Pertama, kebijakan
pemerintah dalam pembangunan jembatan merah pendidikan terkait dengan upaya pemberdayaan
putih (JMP). Penelitian terdahulu membahas peserta didik. Karena pendidikan merupakan
kebijakan publik antara lain Suyono dalam ilmu praktis, maka kebijakan pendidikan
rumusannya tentang kebijakan publik, menurutnya merupakan proses memanusiakan yang terjadi di
dalam kesejahteraan masyarakat, Negara perlu lingkungan alam dan sosial sehingga kebijakan
menjadi fungsi kontrol dalam mewujudkan itu. pendidikan merupakan penjabaran dari visi

DOI: 10.14203/jmb.v23i3.1417 355


Naskah Masuk: 3 September 2021 Revisi akhir: 28 Desember 2021 Diterima: 8 Februari 2022
ISSN 1410-4830 (print) | e-ISSN 2502-1966 (online) | © 2021 The Author(s). Published by LIPI Press. This is
an open access article under the CC BY-NC-ND license (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).
Revaldo Pravasta Julian MB Salakory

dan misi pendidikan pada masyarakat tertentu. Dalam tulisannya, Muis melihat transparansi
Letaknya terletak pada seberapa besar kontribusi sistem good governance dalam menghadapi
kebijakan terhadap proses pembebasan individu pandemi Covid-19 di berbagai belahan dunia
dan pengembangan pribadi individu kreatif dalam sebagai kunci sukses sejumlah pemerintahan
mentransformasi masyarakat dan budayanya. di dunia. Keterbukaan informasi, ketepatan
Kedua, kebijakan pendidikan lahir dari kebijakan mobilisasi, koordinasi pemerintah pusat dan
pendidikan sehingga kebijakan pendidikan daerah, serta partisipasi masyarakat yang solid
meliputi proses analisis kebijakan, implementasi menjadi inti pendukung terselenggaranya
kebijakan, dan evaluasi kebijakan. kebijakan publik yang efektif. Kebijakan publik
Proses kebijakan dapat menggunakan yang efektif akan mampu menjadi strategi
model-model yang telah dibakukan, walaupun nasional yang dapat menekan kasus penularan
model-model tersebut memiliki kelemahan dan Covid-19 (Muis, 2020). Faturahman dalam
kekurangan, namun dengan kombinasi berbagai pandangannya mengatakan itu di tiga kabupaten:
model dapat dihasilkan proses kebijakan yang Pacitan, Ponorogo, dan Trenggalek. Kabupaten
tepat. Implementasi dan evaluasi kebijakan perlu memasukkan agenda mitigasi bencana dalam
didengar dan diakomodasi. Selain itu, pendidikan rencana pembangunan di masing-masing
sebagai barang publik ditangani oleh pemerintah kabupaten. Sehingga kebijakan penanganan
dan upaya memberikan pendidikan ke pasar prabencana telah disepakati sebagai agenda
merupakan proses komersialisasi dan ini akan publik untuk ditindaklanjuti sebagai program
merugikan kepentingan bangsa yang lebih luas prioritas pembangunan daerah (Faturahman,
daripada mempertimbangkan kelangkaan sumber 2018).
pendanaan. Keempat, mengacu pada filosofi Berdasarkan beberapa tulisan terdahulu
moral, kebijakan pendidikan sebagai kebijakan ditas terkait kebijakan, dapat dilihat bahwa
publik bukanlah kebijakan pendidikan yang kebijakan publik memiliki nilai yang interdisiplin
merupakan bagian dari kebijakan publik. Selain sebab berkaitan dengan regulasi dan keputusan.
alasan moral yang memposisikan kebijakan Sehingga dapat melihat bahwa setiap bidang ilmu
pendidikan sebagai kebijakan publik, juga yang memiliki ruang berbeda (pendidikan dan
didukung oleh teori kegagalan pasar dalam kesehatan) seyogianya membutuhkan kebijakan.
teori ekonomi politik (Ardyansyah, 2010). Kebijakan yang bersifat aturan sejatinya
Suryono, kebijakan publik yang berkaitan berasal dari pemerintah (governance). Berbeda
dengan kesejahteraan rakyat dapat diartikan dengan penulisan sebelumnya peneliti melihat
sebagai sistem yang terorganisir dari kebijakan bahwa perlu adanya regulasi pemerintah untuk
pelayanan dan lembaga sosial pemerintah, yang memperhatikan kelompok ini sebab dampak
dirancang untuk membantu dan mendorong sosial yang mereka rasakan dengan adanya
individu dan kelompok dalam masyarakat untuk jembatan merah putih, maka penumpang telah
mencapai tingkat kehidupan dan kesehatan berkurang. Sedangkan kelompok pendayung
yang maksimal. memuaskan). Dengan tujuan perahu harus memenuhi kebutuhan hidup
untuk menciptakan hubungan pribadi dan sosial keluarga mereka. Dengan demikian apakah
yang memberikan kesempatan kepada individu mereka beralih mata pencaharian ataukah mereka
untuk mengembangkan kemampuannya secara harus berhenti sampai disini dan tidak memiliki
maksimal dan meningkatkan kesejahteraannya mata pencaharian, apakah suara minor mereka
sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Untuk didengarkan oleh Pemerintah Kota Ambon.
itu perlu dikaji tiga unsur pokok, yaitu: (1) sejauh Masalah-masalah inilah yang melatarbelakangi
mana masalah-masalah sosial tersebut diatur; (2) peneliti untuk menelusuri lebih jauh lagi tentang
sejauh mana kebutuhan terpenuhi, dan; (3) sejauh kondisi masyarakat sebagai tenaga pendayung
mana peluang dan peluang untuk meningkatkan perahu penyeberangan Galala.
taraf hidup masyarakat dapat diberikan atau Kebijakan publik membantu eksistensial
difasilitasi (Suryono, 2018). pendayung perahu perlu mengalami transformasi

356 Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 23 No. 3 Tahun 2021, hlm. 355–366
KEBIJAKAN PUBLIK TERHADAP EKSISTENSI KOMUNITAS PENDAYUNG PERAHU DESA GALALA DI TELUK AM-
BON

sosial demi kesejahteraan sosial. Kebijakan yang masa depan bagi kelompok pendayung perahu
pertama menurut Kubangun dan Salakory daerah (Rangkuti, 2015).
Teluk Ambon dapat menjadi tempat wisata perahu
dan kedua menjadi petugas pembersih sampah HASIL DAN PEMBAHASAN
plastik di wilayah Teluk Ambon Galala-Poka.
Pemerintah sejatinya merupakan abdi masyarakat Eksistensi Komunitas Pendayung Perahu
yang seyogianya mensejahterakan masyarakat di Teluk Ambon
dan bukan sebaliknya membuat susah masyarakat. Salah satu tokoh yang membahas tentang
Para pendayung perahu sendiri ialah masyarakat eksistensi ialah Leferbve menurutnya baik
yang membutuhkan perhatian dari Pemerintah individu atau kelompok perlu mencipatakan
Kota Ambon. Metode yang digunakan yaitu studi ruang tersendiri agar dapat berkembang dalam
kasus untuk melihat masalah yang dialami oleh arus globalisasi, pemikirannya dikembangkan
para pendayung perahu serta memproyeksikan dari sang guru Karl Marx dalam (Marandika,
langkan dan kebijakan strategis pemerintah 2018) yang melihat bahwa masyarakat yang
dalam melihat potensi dan aktor masyarakat tidak berkembang akan terasing. Dalam tulisan
dalam pengembangan suatu daerah. Para sebelumnya, berdasarkan rumusan strategis
pendayung dapat bertransformasi yang pertama dari Kubangun dan Salakory sejauh mana
menggunakan perahu dayung untuk membuat untuk memproyeksikan langkah wisata untuk
satu tempat wisata perahu, sejauh ini berdasarkan mewujudkan kebijakan pemerintah menyelesaikan
temuan sampai saat ini masih ada para penumpang dalam JMP bagi masyarakat pendayung perahu di
yang menggunakan jasa perahu untuk merasakan Poka. Namun tulisan ini melihat pada pendayung
keindahan Teluk Ambon dari laut dan kedua perahu di lokasi Desa Galala. Sejauh ini tradisi
penulis melihat bahwa para pendayung perahu perahu dalam kebudayaan masyarakat Galala
dapat menggunakan perahunya dan menjadi telah menjadi suatu keahlian dalam membantu
petugas kebersihan terhadap sampah laut di perekonomian masyarakat. Simbol budaya yang
seputaran Teluk Ambon. dua hal demikian dapat ditransmisikan oleh leluhur menjadi kekuatan
terwujud apabila Pemerintah Kota Ambon lebih masyarakat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
cermat dan gesit dalam mengeluarkan kebijakan Pasca pembangunan budaya perahu seakan-akan
untuk mengagendakan langkah strategis tersebut. kehilangan eksistensinya, maka perlu adanya
strategi aktif yang dilakukan keluarga miskin
METODE dengan cara mengoptimalkan segala potensi yang
ada misalnya dengan melakukan aktifitasnya
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif,
sendiri, memperpanjang jam kerja dan melakukan
penelitian kualitatif adalah jenis penelitian
apapun demi menambah penghasilan. Salah satu
yang mengeksplorasi dan memahami makna di
cara untuk mengatasi ketidakberdayaan suatu
sejumlah individu atau sekelompok orang yang
kelompok dari segi ekonomi ialah strategi untuk
berasal dari masalah sosial(Cresswel, 2014). Jenis
beradaptasi. Proses adaptasi dirasakan oleh
penelitian kualitatif studi kasus menurut Slamet
kelompok pendayung perahu di Galala-Poka
(2006) digunakan untuk melihat masalah sosial
pasca peresmian tahun 2016 pembangunan
yang di alami oleh pendayung perahu di Desa
infrastruktur Jembatan Merah Putih yang dinilai
Galala. Teknik pengumpulan data observasi
efektif untuk mempersingkat jarak tempuh ke
secara langsung. Lokasi penelitian di desa
Desa Poka. Namun pembangunan ini berdampak
Galala, serta wawancara dilakukan dengan para
pada kelompok pendayung perahu di Desa Galala,
pendayung perahu. Selain data lapangan penulis
kelompok ini berupaya menyambung kebutuhan
mencari data sekunder melalui literatur tulisan
ekonomi demi menafkahi keluarga. Proses
misalnya buku, jurnal ilmiah. Dalam tulisan ini
adaptasi dari kelompok ini sangat bervariasi ada
untuk mencapai analisis yang efektif penulis
yang menjadi pedagang di pasar, kerja bangunan.
menggunakan SWOT untuk melihat ketercapaian
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa
para pendayung perahu yang masih beroperasi

Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 23 No. 3 Tahun 2021, hlm. 355–366 357
Revaldo Pravasta Julian MB Salakory

meskipun pendapatan sudah tidak seperti dulu. kehidupan bersama harus menjadi pertimbangan
Penurunan pendapatan dari pekerjaan kelompok yang holistik sehingga kebijakan tersebut memuat
para pendayung perahu diakibatkan perubahan manfaat yang besar bagi masyarakat dan tidak
pembangunan sosial masyarakat. Jembatan menimbulkan kerugian. Di sinilah Anda harus
Merah Putih sendiri merupakan salah satu mega bijak dalam menetapkan suatu kebijakan.
proyek dari Pemerintah Kota Ambon untuk Kebijakan di masyarakat untuk mencapai tujuan
mempermudah akses transportasi dari Galala ke kesejahteraan rakyat harus dimaknai dalam dua
Poka. pengertian utama, yaitu: memecahkan masalah
kesejahteraan masyarakat dan memenuhi
Kebijakan Publik Mewujudkan kebutuhan sosialnya (Dye, 2002). Kebijakan
Kesejahteraan Pendayung Perahu di publik Suryono dalam dimensi pencapaian tujuan
kesejahteraan rakyat adalah: (1) Mengidentifikasi
Desa Galala
dan menentukan tujuan kesejahteraan rakyat;
Kebijakan umumnya digunakan untuk menyeleksi (2) Memecahkan masalah kesejahteraan
dan menentukan pilihan-pilihan terpenting untuk rakyat; (3) Merumuskan kebijakan publik
memperkuat kehidupan, baik dalam kehidupan untuk kesejahteraan rakyat; dan, (4) Memenuhi
organisasi pemerintahan maupun swasta. kebutuhan sosial secara keseluruhan. Dalam
Kebijakan harus bebas dari konotasi atau nuansa hubungan ini, tujuan pemecahan masalah adalah
yang tercakup dalam kata politik (politics), menghasilkan sesuatu yang ada atau merupakan
yang seringkali diyakini mengandung makna sesuatu yang tidak diharapkan (misalnya suatu
keberpihakan karena kepentingan. Kebijakan kejadian) atau suatu peristiwa yang bersifat
suatu ketentuan berlaku dan dicirikan oleh destruktif atau patologis yang mengganggu dan
perilaku yang konsisten dan berulang, baik yang merusak tatanan masyarakat. Tujuan pemenuhan
dibuat maupun yang terkait dengan kebijakan kebutuhan mengandung arti menyediakan
tersebut. Kebijakan publik (public policy) adalah pelayanan sosial yang diperlukan, baik karena
serangkaian pilihan yang kurang lebih terkait masalah atau tanpa masalah, dalam arti preventif
(termasuk keputusan tindakan) yang dibuat oleh (mencegah masalah terjadi, mencegah masalah
lembaga dan pejabat pemerintah. Kebijakan terjadi atau berulang, atau mencegah penyebaran
publik merupakan terjemahan dari istilah masalah) atau pembangunan (meningkatkan
bahasa Inggris yaitu public policy. Kata policy masalah). kualitas suatu kondisi). menjadi lebih
diterjemahkan menjadi “policy” dan ada juga baik dari keadaan sebelumnya) (Suryono, 2014).
yang diterjemahkan menjadi “wisdom” (Islamy, Kebijakan publik sangat penting dalam
1992). Sedangkan Thomas Dye mendefinisikan mengembangkan potensi demi mensejahterahkan
“kebijakan” atau “kebajikan”, kebijakan adalah masyarakat. Pada sila kelima tentang keadilan
menggunakan istilah kebijakan. Oleh karena sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi
itu, kebijakan publik diterjemahkan ke dalam regulasi kebijakan publik untuk menyelesaikan
kebijakan publik. “Kebijakan publik adalah apa masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan
pun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan masyarakat. Sejatinya Kota Ambon sendiri
atau tidak dilakukan” (kebijakan publik adalah menjadi ruang modernisasi, pengembangan tata
apa pun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan kota yang menyentuh pada aspek pembangunan.
atau tidak dilakukan). ketika pemerintah memilih Salah satu pembangunan jembatan merah putih
untuk melakukan sesuatu, tentu ada tujuannya sendiri membantu masyarakat agar lebih mudah
karena kebijakan publik merupakan “tindakan” menjangkau wilayah yang berbeda misalnya
pemerintah. Ketika pemerintah memilih untuk Galala dan Poka. Sebelum pembangunan jembatan
tidak melakukan sesuatu, itu juga merupakan merah putih, masyarakat harus melakukan
kebijakan publik yang bertujuan. bahwa perjalanan dengan menggunakan transportasi
kebijakan publik adalah segala sesuatu yang darat yaitu angkutan umum dan laut (perahu dan
dilakukan oleh pemerintah, alasan-alasan suatu kapal fery). Pemerintah melihat bahwa poka
kebijakan harus dilaksanakan dan manfaat bagi yang merupakan wilayah pendidikan (Universitas

358 Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 23 No. 3 Tahun 2021, hlm. 355–366
KEBIJAKAN PUBLIK TERHADAP EKSISTENSI KOMUNITAS PENDAYUNG PERAHU DESA GALALA DI TELUK AM-
BON

Gambar 1: Foto pembuatan Jembatan Merah Putih (Dokumentasi Pusat Komunikasi Publik Kementerian PUPR)

Pattimura), sehingga perlu melakukan langkah struktural pembangunan Pemerintah Kota


pembangunan agar dapat memotong jarak tempuh. Ambon. Sejalan dengan apa yang dituturkan
Namun pembangunan jembatan merah putih salah satu tokoh yang membahas tentang dunia
memiliki dampak bagi komunitas perahu dayung ketiga, Diana Conyers, yang menyatakan
(driver laut), sejak berdirinya Jembatan Merah ‘Negara Indonesia merupakan negara dunia
Putih yang menghubungkan wilayah Galala-Poka, ketiga yang di dalamnya kebijakan pemerintah
terdapat kerugian besar yang dialami kelompok yang hanya berpusat kepada pembangunan
tersebut. Perlu diketahui bahwa pendayung perahu infrastruktur, baginya pemerintahan dunia ketiga
(driver laut) ini berjumlah 100–400 perahu, tidak berfokus kepada dinamika sosial, politik,
hanya ketika pembangunan jembatan merah ekonomi dalam keseharian masyarakat’ (Conyers,
putih mereka sudah mulai berkurang dan memilih 1991). Dalam konteks Maluku, dapat dilihat
mencari pekerjaan lain. Penulis melihat bahwa bahwa kebijakan pembangunan Jembatan Merah
pembangunan jembatan merah putih memiliki Putih menunjukkan bahwa pemerintah tidak
dampak negatif bagi kelompok perahu dayung memperdulikan sumber daya manusia, sehingga
ini, kebijakan pemerintah dalam membangun minimnya strategi terhadap pengembangan
infrastruktur menimbulkan ketimpangan sosial kemiskinan yang dialami kelompok akar rumput
dalam masyarakat. (grass root). Perubahan sosial yang terjadi dalam
Pembangunan Jembatan Merah Putih yang masyarakat secara cepat membuat masyarakat
adalah bagian dari kebijakan publik sebaiknya kelas bawah terkena dampak yang cukup besar.
lebih cermat dalam mengatasi keadaan sosial Hal ini membutuhkan perhatian pemerintah kota
yang dihadapi. Menurut Huttman, kebijakan terhadap keberlanjutan para pendayung perahu
publik harus melihat pada strategi, tindakan di Desa Galala.
terencana untuk mengatasi masalah sosial dan Hampir sebagian besar masyarakat di Galala
memenuhi kebutuhan sosial (Huttman, 1982). mengandalkan perahu dayung (personal service)
Bagi penulis, kelompok para pendayung perahu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penulis
merupakan kelompok yang masih di bawah melihat bahwa keahlian mereka dalam membawa
garis kemiskinan, sebab kelompok ini tergolong perahu melintasi laut menjadi cara efektif bagi
dalam kelompok yang tertindas atas kebijakan masyarakat untuk menciptakan pekerjaan bagi

Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 23 No. 3 Tahun 2021, hlm. 355–366 359
Revaldo Pravasta Julian MB Salakory

mereka. Secara teoritis, mereka tergolong dalam perahu keluar dari ketidakberdayaan Sutomo
masyarakat marjinal (miskin) secara struktural. (2006) mengatakan bahwa penanganan masalah
Kemiskinan struktural antara lain situasi miskin kemiskinan tidak bisa dilepaskan dari faktor
yang disebabkan karena rendahnya akses ekonomis, sosiologis, psikologis, dan politis.
terhadap sumberdaya yang terjadi dalam sistem Aspek ekonomis antara lain menyangkut
sosial budaya dan sosial politik yang tidak terbatasnya pemilikan faktor produksi, rendahnya
mendukung pembebasan kemiskinan tetapi kerap tingkat upah, posisi tawar yang lemah dalam
menyebabkan suburnya kemiskinan. Beberapa menentukan harga, rentan terhadap kebutuhan
keluarga mengatakan bahwa sejak adanya mendesak karena tidak punya tabungan,
Jembatan Merah Putih para perahu dayung mulai kemampuan yang lemah dalam mengantisipasi
berkurang jumlahnya awalnya mencapai ratusan peluang ekonomi. Aspek psikologis terutama
perahu, sekarang hanya sekitar 20 lebih perahu berkaitan dengan perasaan rendah diri, sikap
yang beroperasi. Adapun yang mencari pekerjaan fatalism, dan merasa terisolasi. Aspek sosiologis
lain antara lain penangkap ikan dengan motor terutama rendahnya akses pelayanan sosial,
ikan, berjualan di pasar, dan lain-lain. Belum lagi terbatasnya jaringan interaksi sosial, dan
kondisi berubah sejak tahun 2020 di kota Ambon terbatasnya penguasaan informasi. Aspek politik
ketika masyarakat merasa kesusahan diakibatkan antara lain berkaitan dengan kecilnya akses
regulasi bekerja dari rumah pada masa Covid-19. terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan,
Dalam penelusuran, sebagian besar masyarakat perilaku diskriminatif, lemahnya posisi dalam
beralih profesi menjadi tukang bangunan dan melakukan bargaining untuk menuntut hak, dan
bagi ibu-ibu yang berjualan di pasar dengan kurangnya keterlibatan dalam proses pengambilan
cara berjualan ikan asar (ikan bakar). Upaya keputusan. Berdasarkan teoritis kelompok perahu
yang dilakukan kelompok ini semata-mata dayung tergolong kelompok subaltern yang
untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ada yang secara struktural jauh dari status sosial kelas
beralasan bahwa tindakan beralih profesi ini atas dan menengah, mereka digolongkan kelas
untuk menyekolahkan anak, ada yang di jenjang bawah sehingga mereka tidak memiliki akses ke
SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Kelompok berbagai sumber daya.
ini menyadari apabila mereka tidak bekerja maka Sejalan dengan tulisan sebelumnya,
kebutuhan primer tidak dapat terpenuhi. Apalagi Kubangun dan Salakory (2021) memproyeksikan
dalam pandangan mereka para pendayung perahu langkah strategis dalam mengembangkan wisata
lebih baik mereka hidup susah yang terpenting perahu para pendayung di Poka, dilihat sangat
melihat keberhasilan anak di perguruan tinggi. efektif dalam mem-branding keindahan laut
Berdasarkan temuan di atas, penulis melihat di wilayah pesisir Teluk Ambon. Sebagaimana
bahwa perlu adanya regulasi strategis terhadap wisata perahu Kalimas di Surabaya yang sangat
masalah yang di alami masyarakat kelas bawah, terkenal di kalangan warga Surabaya. Hal
antara lain pendayung perahu. Dilansir melalui serupa seyogianya dapat di-cloning oleh dinas
situs media online, mantan gubernur Maluku Said pariwisata di Maluku. Dalam aturan berikut,
Assagaf mengatakan bila pembangunan Jembatan dengan analisis SWOT, diperlukan langkah
Merah Putih telah selesai, maka pemerintah akan strategis sinergitas pemerintah dan subaltern
memperhatikan kelompok subaltern pendayung perahu dayung terhadap kemajuan pengembangan
perahu. Lebih lanjut, dirinya mengatakan bahwa wisata perahu di wilayah Teluk Ambon. Dengan
para pendayung perahu akan membantu mem- demikian, perlu kerja kolektif antara pemerintah
branding wisata laut di Kota Ambon. Apalagi daerah dan masyarakat dalam pemberdayaan
di Desa Galala sendiri, tepatnya lorong perahu, masyarakat kelompok subaltern pendayung
sempat viral hingga diberitakan harian Kompas, perahu, salah satunya di bidang wisata. Peneliti
ada jembatan hias berwarna yang dibuat untuk melihat bahwa perlu adanya sosialisasi serta
berfoto dengan latar belakang laut dan pesona keterlibatan dinas pariwisata terkait strategi
bawah jembatan yang indah. Strategi ini dapat pengembangan destinasi wisata. Advokasi
membantu kelompok subaltern pendayung dalam bentuk sosialisasi di era Covid-19

360 Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 23 No. 3 Tahun 2021, hlm. 355–366
KEBIJAKAN PUBLIK TERHADAP EKSISTENSI KOMUNITAS PENDAYUNG PERAHU DESA GALALA DI TELUK AM-
BON

Gambar 2: Foto pribadi Penulis tempat wisata di Desa Galala, 2021.

menjadi pintu masuk pengembangan lapangan Kekuatan


kerja bagi masyarakat di area Galala. Inskeep
1. Kelompok pendayung perahu sekitar
(dalam Alipour, 1996), mengemukakan bahwa
20–40-an. Kekuatan kelompok subaltern
suatu kawasan wisata yang baik dan berhasil bila
secara sistematis sejak diresmikan Jembatan
secara optimal didasarkan kepada beberapa aspek
Merah Putih, sejauh ini masih tersisa 20–40
yaitu: 1) Mempertahankan/menjaga kelestarian
perahu yang digunakan untuk beroperasi
lingkungannya; 2) Meningkatkan kesejahteraan
sebagai personal service di kawasan bawah
masyarakat di kawasan tersebut; 3) Menjamin
Jembatan Merah Putih.
kepuasan pengunjung; 4) Meningkatkan
keterpaduan dan unit pembangunan masyarakat 2. Perahu dayung (belang) bagian dari
di sekitar kawasan dan zona pengembangannya. kebudayaan (Pela Galala dan Hitulama).
Sejalan dengan Inskeep, maka peneliti melihat Perahu sendiri secara budaya merupakan
bahwa destinasi wisata perahu Desa Galala, modal sosial masyarakat dalam mengikat
yang tergolong wisata perahu di Teluk Ambon, tradisi leluhur dalam ikatan pela antara
membutuhkan strategi dalam pengembangan Galala (Kristen) dan Hitulama (Islam).
keberlanjutan jangka panjang. 3. Kelompok perahu dayung memiliki
Dalam tindakan analisis strategi kemampuan melaut di wilayah Teluk Ambon.
pengembangan potensi wisata perahu di Galala, Tradisi melaut telah menjadi kebiasaan
penulis menggunakan analisis SWOT dari (habitus) masyarakat Galala yang secara
Rangkuti (2015) Penulis melihat bahwa sinergitas geografis hidup berdampingan dengan laut.
pemerintah dalam upaya membantu kelompok 4. Pemerintah Desa Galala memiliki dana
pendayung perahu akan merubah status mereka desa yang bersumber dari APBD (anggaran
menjadi kelompok yang survive dalam perubahan pendapatan dan belanja daerah). Berdasarkan
sosial pembangunan di Maluku. administrasi, Desa Galala memiliki anggaran
yang dialokasikan bagi negeri/desa agar

Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 23 No. 3 Tahun 2021, hlm. 355–366 361
Revaldo Pravasta Julian MB Salakory

membantu pemberdayaan masyarakat di peran dalamn mengekplorasi potensi wisata


Maluku. di Maluku.
5. Peraturan Daerah Kota Ambon nomor
Kelemahan 4 tahun 2011 mengatur wisata budaya.
Peraturan daerah yang melegitimasi potensi
1. Para pendayung belum memiliki kesadaran
wisata berbasis budaya.
kelompok dalam pengembangan wisata
perahu di Teluk Ambon. Sejauh ini
masyarakat dengan segala keterbatasan Ancaman
belum memahami pengetahuan untuk 1. Pembangunan Jembatan Merah Putih
mengembangkan wisata di daerah Galala. di wilayah Galala-Poka. Pembangunan
2. Tidak tersedianya lapangan kerja di era jembatan sendiri sangat bermanfaat, namun
Covid-19 yang berdampak bagi ekonomi memiliki efek negatif bagi masyarakat
masyarakat. Keterbatasan lapangan perahu dayung.
pekerjaan membuat kelompok subaltern 2. Persaingan angkut laut spitboat area Pasar
sangat kesulitan dalam mencari pekerjaan Mardika. Transportasi laut yang berada di
lain selain sebagai pendayung perahu. Situasi Mardika ini memiliki dampak bagi para
pandemic memaksa mereka bekerja dari pendayung perahu.
rumah sejak tahun 2019.
3. Tempat wisata baru di wilayah negeri Halong.
3. Melemahnya pemerintah desa dalam Salah satu wilayah di sebelah Galala yang
mempergunakan dana desa dan sejauh ini dijadikan tempat wisata pantai.
mengembangkan potensi wisata di Teluk
Atas dasar analisis diatas faktor internal
Ambon. Seyogianya pemerintah Desa
(strengths/weaknesses), dan analisis eksternal
Galala memiliki anggaran dana desa yang
(opportunities/threats) maka ada beberapa isu
dapat digunakan untuk memberdayakan
strategis:
masyarakat, misalnya untuk memberdayakan
potensi wisata di Teluk Ambon untuk 1. Perhatian terhadap pengelolaan dan
mencipatakan lapangan pekerjaan. penggunaan dana desa di Desa Galala yang
bersumber dari APBD (anggaran pendapatan
dan belanja daerah). Hal ini bermanfaat
Peluang
bagi pemberdayaan ekonomi pembangunan
1. Festival Darwin yang melibatkan para masyarakat misalnya anggaran dana desa
pendayung perahu di Galala. Event yang dapat digunakan untuk mengembangkan
dilakukan para pesiar dari Australia biasanya potensi wisata (SO).
dilakukan di Teluk Ambon dan melibatkan
2. Kesadaran kolektif masyarakat untuk
para pendayung perahu.
mengembangkan potensi wisata perahu
2. Lomba Perahu Belang yang melibatkan sesuai dengan Peraturan daerah kota ambon
seluruh negeri di Maluku. Perahu Belang nomor 4 tahun 2011 mengatur wisata budaya.
yang merupakan tradisi adat orang Maluku Peraturan daerah yang melegitimasi potensi
upaya ini untuk menghormati laut sebagai wisata sehingga ada pembangunan wisata
pusat kehidupan. berbasis budaya (WO).
3. Festival Manggurebe Arumbae yang 3. Kelompok perahu dayung memiliki
diadakan di Teluk Ambon. Festival yang kemampuan melaut di wilayah Teluk Ambon.
melibatkan para pendayung perahu di Pemandangan di bawah Jembatan Merah
Maluku. Putih digunakan untuk menarik pengunjung
4. Kantor dinas pariwisata untuk melihat potensi (ST).
wisata di Kota Ambon. Dinas pariwisata 4. Pengembangan wisata perahu dapat
dilihat sebagai lembaga yang memiliki membantu para pendayung perahu dalam

362 Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 23 No. 3 Tahun 2021, hlm. 355–366
KEBIJAKAN PUBLIK TERHADAP EKSISTENSI KOMUNITAS PENDAYUNG PERAHU DESA GALALA DI TELUK AM-
BON

menghadapi persaingan dengan speed boat saat ini. Ritual tersebut ditandai dengan minum
dan wisata pantai di negeri Halong (WT) sopi yang disajikan dalam dua wadah berbahan
(Kubangun dan Salakory, 2021). tempurung kelapa, yang kemudian dilakukan
Pengembangan wisata perahu merupakan bersama oleh kepala Desa Galala dan Raja Hitu
langkah strategis pemerintah dalam merawat Lama. Ini merupakan tanda bahwa kedua negara
kebudayaan di Maluku. Pertama, perahu yang telah menyatakan sikapnya untuk tetap pela abadi
merupakan bagian terpenting dalam budaya selamanya. Bukan itu saja, janji mengangkat
Maluku menjadi daya tarik tersendiri dalam pela yang diikrarkan bersama telah diwujudkan
konteks modernisasi. Dalam sejarah zaman dengan empat pesta “pela panas” (Latuny, 2017).
leluhur simbol perahu dinilai penting bagi seluruh
masyarakat di Desa Galala. Secara budaya, perahu
memiliki makna sebagai lambang kekerabatan
di Pela antara Galala-Hitu Lama. Dokumen-
dokumen sejarah pemerintahan yang dimiliki
kedua negeri ini memuat arsip kronologis sejarah
terbentuknya Pela antara keduanya. Komitmen
hubungan kedua negara Muslim-Kristen dimulai
sejak 58 tahun yang lalu, ketika Panglima resmi
Kodam Pattimura XV, Kolonel Herman Pieterz
mempertandingkan “Arumbai Manggurebe”
untuk negeri-negeri di Pulau Ambon. Desa
Galala pun tidak ketinggalan mengikuti lomba
tersebut. Oleh karena itu, Pemerintah Desa
Galala kemudian memerintahkan arumbai/
belang dari tanah Hitu Lama. Setelah kesepakatan
sesuai waktu yang ditentukan, delegasi dari
Desa Galala datang untuk membayar pesanan
“arumbai/belang”. Namun, Raja Hitu Lama
menolak pembayaran tersebut dan menyarankan
agar kedua negara menaikkan pela. Tawaran ini
disambut hangat oleh delegasi dari Desa Galala
Gambar 3: Sampah laut di sekitar Pantai Teluk Ambon-
dan masyarakatnya. Raja Hitu Lama, As’Ad Pellu Poka (Dokumen pribadi, 2021)
yang bergelar Upu Latu Sitania dan Raja Galala,
Penulis melihat, bahwa secara kultural,
Esou Joris, menjanjikan hubungan pela antara
perahu yang digunakan oleh kelompok
Galala dan tanah Hitu Lama yang dikenal sebagai
pendayung perahu ialah transformasi dari alat
Pela Arumbai.
transportasi arumbae, kole-kole, dan lain-lain.
Hubungan pela antara Salam-Sarani yang Meskipun secara fungsional di zaman ini
berlatar belakang Arumbai memang tidak mengalami perbedaan fungsi namun memiliki
memiliki janji hukum, namun sejak saat itu nilai sosial-budaya yang tinggi. Perahu sendiri
masyarakat desa/kelurahan ini harus membangun bagi masyarakat Galala sebagai mnemonic device
kehidupan dalam kerukunan persaudaraan yang dalam mengingat pesan leluhur. Sebab bila dilihat
saling melindungi, menghargai, dan saling ikatan Pela antara Galala dan Hitu lama karena
menolong dalam segala hal. Masyarakat Hitu pemberian sebuah arumbae/belang (perahu).
Lama berpartisipasi langsung dalam pembangunan Dengan demikian perahu yang digunakan dalam
gedung gereja di Galala, begitu pula sebaliknya membantu ekonomi masyarakat Galala antara lain
masyarakat Galala turut membantu pembangunan suatu penghormatan terhadap leluhur karena tidak
masjid di Hitu Lama. Karya gotong royong yang melupakan simbol perahu tradisional masyarakat
dikenal dengan Masohi ini masih lestari hingga Galala dan Hitulama. Dengan demikian, potensi

Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 23 No. 3 Tahun 2021, hlm. 355–366 363
Revaldo Pravasta Julian MB Salakory

wisata perahu selain merawat simbol budaya, juga secara umum selalu digunakan untuk kebutuhan
dapat menjadi sumber pendapatan berkelanjutan sehari-hari (Noya & Tuahatu, 2019).
dari para pendayung perahu di Teluk Ambon Dilansir dari Republika.id, Lembaga Ilmu
(Galala-Poka). Kedua, begitupun dapat merawat Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan
pelestarian lingkungan bawah laut di pesisir kepadatan sampah domestik terutama sampah
Teluk Ambon, pemerintah dapat menggunakan plastik di Teluk Ambon bagian dalam mengalami
jasa para pendayung perahu dalam mengangkut peningkatan dalam 20 tahun terakhir. “Ada
sampah laut di wilayah Teluk Ambon. peningkatan kepadatan sampah domestik atau
Penelitian tahun 2019 tentang sampah sampah rumah tangga, terutama sampah plastik di
plastik Noya dan Tuahatu menunjukkan kategori Teluk Ambon dalam 20 tahun terakhir. Persentase
dengan nilai persentase Sampah Laut Terapung kelimpahan sampah di delapan lokasi pantai di
minimum yaitu 0,23% dari kategori sampah Teluk Ambon, terbanyak berada di Desa Poka
jenis kain dan kertas yaitu 0,47%. Sedangkan (47,42 persen).”
untuk kategori jenis sampah kaca dan logam
memiliki nilai persentase 1,17%. Untuk
persentase SLT maksimum, termasuk dalam
kategori jenis sampah plastic yaitu 93,44%.
Hal ini didasarkan pada sifat dan jenis sampah
plastik, yang memiliki sifat ringan sehingga
mudah terapung dan berpindah. Berdasarkan sifat
mudah terapung inilah, maka jenis sampah plastik
merupakan jenis sampah yang paling dominan
ditemukan sepanjang pesisir barat perairan TAL.
Jenis-jenis sampah plastik antara lain: botol
plastik, kantong plastik, kemasan makanan,
minuman gelas, penutup botol, pemantik korek
api, botol kemasan non makanan, styrofoam,
plastik deterjen, sedotan plastik, botol kemasan
makanan, jerigen plastik, wadah minuman, bola
plastik, sendok plastik, mainan plastik, karung
plastik, pena plastik, mantel plastik, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil analisis SLT, kategori palstik
yang ditemukan dengan nilai presentasi tertinggi
yaitu sampah plastik jenis kemasan makanan
yaitu 31,38%. Banyaknya jenis kemasan makanan
yang ditemukan mengindikasikan bahwa daya
konsumsi dari masyarakat di sekitar TAL cukup Gambar 4: Nelayan beraktivitas di atas tumpukan
tinggi. Hal ini juga membuktikan bahwa jenis sampah rumah tangga (ilustrasi, atas) dan sampah
plastik ini mampu terbawa oleh arus sampai ke yang berada di pesisir pantai Desa Galala (bawah).
area pesisir yang cukup jauh dari dari pantai (±1 Dapat dilihat bahwa volume sampah di
km). Untuk persentase sampah plastik terendah perairan Teluk Ambon meningkat, dan secara
sekitar 0,25% yaitu jenis pemantik korek api, khusus peningkatan tersebut berada di wilayah
jerigen, sendok plastik, mainan plastik, karung Poka. Pada Gambar 4, dapat dilihat para nelayan
plastik, pena plastik, dan mantel plastik. Jenis yang menggunakan perahu beraktifitas di atas
sampah plastik ini tidak banyak ditemukan, hal tumpukan sampah. Nelayan ini sebetulnya
ini kemungkinan berhubungan dengan fungsi merupakan para pendayung perahu. Menurut
penggunaannya yang sangat jarang digunakan Ketua Perekayasa (Inovator) Ahli Madya P2LD-
secara kontinyu dalam kehidupan sehari-harinya. LIPI Daniel D Pelasula, sampah-sampah ini
Berbeda dengan jenis kemasan makan, yang

364 Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 23 No. 3 Tahun 2021, hlm. 355–366
KEBIJAKAN PUBLIK TERHADAP EKSISTENSI KOMUNITAS PENDAYUNG PERAHU DESA GALALA DI TELUK AM-
BON

Gambar 5: Aksi Ibu Iriana Jokowi memungut sampah di pesisir pantai Desa Galala pada tahun 2019

berasal dari kebiasaan masyarakat membuang menjadi petugas pembersih sampah laut dinilai
sampah ke sungai, kemudian terbawa arus sangat baik dan efektif. Pemerintah menggunakan
dan bermuara di teluk. “Sungai-sungai yang para pendayung perahu sebagai aktor yang terlibat
berada pada pemukiman padat dimanfaatkan dalam melestarikan laut pesisir Teluk Ambon.
masyarakat untuk membuang limbah, misalnya Dapat dilihat pada proyek pembersihan sampah
kawasan Air Putri, Batu Capeo, Batu Gajah, laut di bibir pantai yang berserakan di sekitar
Skip, Batu Merah, Tantui, Galala, Passo, Wailela, pohon mangrove Desa Poka. Apalagi Pemerintah
Wayame dan Poka.” Efek negatif dari sampah ini Kota Ambon sendiri gencar menyuarakan
membuat biota laut tercemar, apalagi sampah ini masyarakat agar menjaga dan melindungi pohon
mengapung di wilayah yang notabene ditumbuhi mangrove di Teluk Ambon, sebab memiliki fungsi
mangrove (Aminah, 2021). ekonomi yang besar bila dikelola dengan baik.
Sampah plastik di Teluk Ambon tidak dapat Salakory dalam temuannya melihat nilai ekonomi
dianggap sepele, berdasarkan Gambar 5 pada ekosistem hutan mangrove di Kecamatan Teluk
tahun 2019 terlihat Ibu Iriana Jokowi melakukan Ambon Baguala adalah sebesar Rp 7.273.222.250
aksi pemungutan sampah laut di pesisir Pantai per tahun, tersebar di Negeri Passo sebesar Rp
Galala. Penulis melihat bahwa pemerintah 3.858.009.750 per tahun, Desa Negeri Lama
harusnya berani mengambil kebijakan. Dapat sebesar Rp 945.628.100 per tahun, Desa Nania
dilihat bahwa kebijakan publik akan berguna sebesar Rp 650.750.400 per tahun, dan Desa
bagi kesejahteraan sosial masyarakat. Menurut Waiheru sebesar Rp1.818.834.000 (Salakory
Suharto dalam negara berkembang kebijakan et al., 2017). Sejauh ini memang kesadaran
publik berkaitan erat dengan perencanaan sosial, akan kebersihan laut sangat minim di kalangan
keduanya sulit sekali dipisahkan, karena masing- masyarakat. Pemerintah perlu mengambil
masing konsep dalam kenyataannya seringkali kebijakan untuk memimalisir ketimpangan atas
terintegrasi satu sama lain. Langkah alternatif ketidaksadaran masyarakat pentingnya ekosistem
pemerintah kota dalam menggunakan jasa para laut.
pendayung perahu di pesisir Teluk Ambon

Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 23 No. 3 Tahun 2021, hlm. 355–366 365
Revaldo Pravasta Julian MB Salakory

KESIMPULAN Alipour, H. (1996). Tourism development within plan-


ning paradigms: The case of Turkey. Tourism
Penulis melihat secara kultural, perahu yang Management. https://doi.org/10.1016/0261-
digunakan oleh kelompok pendayung perahu ialah 5177(96)00036-2
transformasi dari alat transportasi arumbae, kole- Andi Nur Aminah. (2021). LIPI: Kepadatan Sampah
kole, dan lain-lain. Meskipun secara fungsional Plastik di Teluk Ambon Terus Naik. Republika,
di zaman ini mengalami perbedaan fungsi 1.
namun memiliki nilai sosial-budaya yang tinggi. Conyers, D. (1991). Perencanaan Sosial di Dunia
Perahu sendiri bagi masyarakat Galala sebagai Ketiga: Suatu Pengantar. In Kecamatan Can-
mnemonic device dalam mengingat pesan leluhur. disari dalam Angka 2018.
Sebab bila dilihat ikatan Pela antara Galala dan Cresswel, J. W. (2014). Research Design_ Qualitative,
Hitu lama karena pemberian sebuah arumbae/ Quantitative, and Mixed Methods Approaches.
London: Sage Publication.
belang (perahu). Dengan demikian, perahu yang
Huttman, E. D. (1982). Introduction to Social Policy.
digunakan dalam membantu ekonomi masyarakat
New York: McGraw-Hill.
Galala antara lain suatu penghormatan terhadap
Islamy, M. I. (1992). Prinsip-Prinsip Perumusan
leluhur karena tidak melupakan simbol perahu Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara.
tradisional masyarakat Galala dan Hitulama. Marandika, D. F. (2018). Keterasingan Manusia menu-
Potensi wisata perahu selain merawat simbol rut Karl Marx. TSAQAFAH, 14(2). https://doi.
budaya, juga dapat menjadi sumber pendapatan org/10.21111/tsaqafah.v14i2.2642
berkelanjutan dari para pendayung perahu Noya, Y. A., & Tuahatu, J. W. (2019). Kepadatan
di Teluk Ambon (Galala-Poka). Kedua, juga dan Pola Transport Sampah Laut Terapung
dapat merawat pelestarian lingkungan bawah di Pesisir Barat Perairan Teluk Ambon Luar.
laut di pesisir Teluk Ambon, pemerintah dapat Jurnal Penelitian Sains, 21(3), 163–167.
menggunakan jasa para pendayung perahu dalam Kubangun, Nur Aida & Pravasta, R., Salakory, J.
mengangkut sampah laut di wilayah Teluk Ambon. M. B. (2021). Dampak Negatif Jembatan
Merah Putih terhadap Komunitas Subaltern
Peneliti melihat bahwa perlu adanya regulasi Pendayung Perahu di Teluk Ambon ( The
pemerintah untuk memperhatikan kelompok ini Negative Impact of the Red and White Bridge
sebab dampak sosial yang mereka rasakan dengan on the Subaltern Community of Boat Rowers
adanya Jembatan Merah Putih, maka penumpang in Ambon Bay ). 21(2), 225–238. https://doi.
telah berkurang. Sedangkan kelompok pendayung org/10.20473/mozaik.v21i2.29294
perahu harus memenuhi kebutuhan hidup Rangkuti, F. (2015). Teknik Membedah Kasus Bisinis
keluarga mereka. Dengan demikian, apakah Analisis SWOT. In PT. Gramedia Pustaka
Utama.
mereka beralih mata pencaharian ataukah mereka
Sutomo, Rudi. (2006). Analisis Sosial Ekonomi Rumah
harus berhenti sampai di sini dan tidak memiliki
Tangga Miskin di Kota Palembang. Universitas
mata pencaharian, apakah suara minor mereka Sriwijaya-.
didengarkan oleh Pemerintah Kota Ambon.
Salakory, R. A. Y. B., Harahab, N., & Yanuwiadi,
Masalah-masalah inilah yang melatarbelakangi B. (2017). Economic Valuation of Mangrove
peneliti untuk menelusuri lebih jauh lagi tentang Forest Ecosystem in Teluk Ambon Baguala
kondisi masyarakat sebagai tenaga pendayung District. Economic and Social of Fisher-
perahu penyeberangan Galala. ies and Marine, 005(01), 1–12. https://doi.
org/10.21776/ub.ecsofim.2017.005.01.01
Dye, Thomas R. (2002). Understanding Public Policy
DAFTAR PUSTAKA (3rd ed.). New Jersey: Pretice Hall.
Agus Suryono. (2014). Kebijakan Publik Untuk Yulius Slamet. (2006). Metode Penelitian Sosial. UNS
Kesejahteraan Rakyat. Jurnal Ilmiah Ilmu Press.
Administrasi, VI(September), 98–102.

366 Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 23 No. 3 Tahun 2021, hlm. 355–366

Anda mungkin juga menyukai