Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Disadari bahwa pembangunan pedesaan telah dilakukan secara luas, tetapi hasilnya dianggap belum memuaskan dilihat dari pelibatan peran serta masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Pembangunan pedesaan bersifat multi dimensional dan multi aspek, oleh karena itu perlu dilakukan analisis atau pembahasan yang lebih terarah dan dalam konteks serba keterkaitan dengan bidang atau sektor dan aspek di luar pedesaan (fisik dan non fisik, ekonomi dan non ekonomi, sosial-budaya, spasial, internal dan eksternal). Rencana pembangunan daerah harus disusun berdasarkan pada potensi yang dimiliki dan kondisi yang ada sekarang. Kondisi yang ada itu meliputi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya modal, prasarana dan sarana pembangunan, teknologi, kelembagaan, aspirasi masyarakat setempat, dan lainnya. Karena dana anggaran pembangunan yang tersedia terbatas, sedangkan program pembangunan yang dibutuhkan relatif banyak, maka perlu dilakukan: (1) penentuan prioritas program pembangunan yang diusulkan, penentuan prioritas program pembangunan harus dilakukan berdasarkan kriteria yang terukur, dan (2) didukung oleh partisipasi masyarakat untuk menunjang implementasi program pembangunan tersebut. Tujuan akhir dari pembangunan pedesaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya secara langsung dan secara tidak langsung adalah untuk meletakkan dasar-dasar pembangunan yang kokoh untuk memperkuat pembangunan daerah dan pembangunan nasional. Sebagai tujuan antara (atau sasaran) dari pembangunan pedesaan adalah mengupayakan agar desa-desa yang merupakan satuan administrasi pemerintahan terkecil (terbawah) dapat mempercepat pertumbuhan tingkat keswadayaannya mencapai desa swasembada. 1.2 Tujuan Mengetahui contoh kasus paradigma pembangunan dari bawah (partisipatif) Menganalisa kasus paradigma pembangunan dari bawah (partisipatif)

1.3 Rumusan masalah Apa contoh kasus paradigma pembangunan dari bawah (partisipatif)? Bagaimana kasus paradigma pembangunan dari bawah (partisipatif)?

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Paradigma Pembangunan Tuntutan bagi terjadinya penyelenggaraan pembangunan yang lebih berkeadilan, dan merata, serta lebih memihak kepada kelompok masyarakat sasaran telah mulai nampak sejak tahun 90-an. Reformasi politik yang terjadi di Indonesia menunjukkan perlunya mencari pendekatan baru yang lebih berorientasi kepada masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar proses pembangunan menjadi milik masyarakat dalam pengertian yang sesungguhnya. Dengan demikian orientasi pembangunan tidak lagi pada kuantitas dan hasil semata tetapi juga menyangkut proses pencapaian hasil tersebut. Dalam hal ini keterlibatan komunitas sangat penting dan menjadi suatu keharusan.Paradigma baru pembangunan adalah pemberian peran yang lebih besar kepada masyarakat dan menempatkannya sebagai obyek sekaligus subyek pembangunan. Hal tersebut harus tercermin dalam hubungan fungsional antar pelaku pembangunan. Secara umum ada tiga kelompok utama pelaku yang akan terlibat yaitu pemerintah, swasta/dunia usaha dan masyarakat baik perorangan maupun kelompok. Masyarakat yang berkelompok inilah yang sering dianggap sebagai komunitas. Masing-masing pihak memanfaatkan teknologi dan sumber daya yang ada berdasarkan nilai dan norma serta sesuai dengan kepentingan dan kemampuan masing-masing pihak. Ketiga kelompok tersebut bermitra dalam bentuk hubungan partisipatif sehingga pemahaman terhadap hubungan partisipasi pembangunan mutlak dimiliki dan diterapkan oleh semua pihak. dan bijaksana. Dengan kata lain, pembangunan partisipatif didefinisikan sebagai pembangunan yang melibatkan berbagai pelaku, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat, dalam suatu proses kemitraan dengan menerapkan konsep partisipasi masyarakat. Dalam pola pembangunan tersebut, masyarakat berperan sebagai subjek dan sekaligus objek yang menikmati hasil pembangunan (Parwoto, dkk., 2006). Pendekatan tersebut dipilih untuk Pembangunan yang merupakan proses pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan teknologi harus menghasilkan manfaat bagi semua pihak secara adil

mengatasi kesalahan pembangunan yang terjadi sebelumnya. Pembangunan partisipatif dianggap sebagai pendekatan pembangunan yang lebih memihak kepada rakyat. Partisipasi merupakan proses anggota masyarakat sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka (Sumarto, 2004). Pembangunan partisipatif merupakan lawan dari pendekatan linear, pendekatan keproyekan dan pendekatan dari atas (top-down). 2.2 Kasus Paradigma Pembangunan Partisipatif Mata pencaharian penduduk di Bali antara lain meliputi pekerjaan sebagai petani, pengrajin, dan beraneka ragam jenis usaha di bidang jasa khususnya bidang pariwisata. Bertani merupakan mata pencaharian hidup yang paling utama dari sebagian besar masyarakat di Bali. Jenis pertanian di pulau dewata ini meliputi pertanian sawah dan juga perkebunan. Didalam system pertanian di Bali, subak sangatlah memegang peranan penting. Subak adalah salah satu bentuk lembaga kemasyarakatan pada masyarakat Bali yang bersifat tradisional dan yang dibentuk secara turun menurun oleh masyarakat umat hindu Bali. Subak berfungsi sebagai kesatuan dari para pemilik sawah atau penggarap sawah yang menerima air irigasi dari satu sumber air atau bendungan tertentu. Subak merupakan satu kesatuan ekonomi, social, budaya dan keagamaan. Pada umumnya tugas setiap warga subak untuk mengatur pembagian air, memelihara dan memperbaiki sarana irigasi, melakukan kegiatan pemberantasan hama, melakukan inovasi pertanian dan mengkonsepsikan serta mengaktifkan kegiatan upacara. Karena subak memiliki struktur yang dilandaskan konsepsi Tri Hita Karana yaitu suatu konsepsi yang mengintegrasikan secara selaras tiga komponen penyebab kesejahteraan dan kebahagiaan hidup yang diyakini oleh masyarakat Bali, sehingga setiap subak di Bali harus memiliki pura pemujaan Subak yang ada di pulau Bali berjumlah sekitar 1.482 buah dan subak abian berjumlah 698 buah. 2.3 Analisa Sistem pengairan di Bali ini merupakan hasil perencanaan dari masyarakat setempat. Oleh karena itu, pengembangan sistem subak ini termasuk paradigm pembangunan partisipatif, dimana masyarakat khususnya para petani yang merencanakan sistem tersebut. Subak bertujuan sebagai usaha untuk melestarikan teknologi dan budaya lokal tersebut,

apalagi jika hal tersebut bermanfaat untuk memajukan perekonomian lokal. Sepertinya itulah yang menjadi tujuan didirikannya Museum Subak di Bali yang diresmikan pada 1981 oleh Gubernur Bali di era itu, Ida Bagus Mantra. Subak merupakan salah satu bentuk pengaplikasian Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dimana dengan adanya sistem subak di Bali, sistem irigasi (perairan) untuk pertaniannya tertata dengan baik.

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan Sistem Subak di Bali itu merupakan pembangunan partisipatif karena sistem tersebut adalah buah pikiran masyarakat Bali sebagai salah satu bentuk Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). 3.2 Saran Sistem perairan yang digunakan di Bali ini sangat efektif sehingga ada baiknya diterapkan di daerah lain di Indonesia agar memperlancar proses produksi pertanian.

DAFTAR PUSTAKA
http://pustaka.pu.go.id/new/artikel-detail.asp?id=324 http://wisatadewata.com/article/adat-kebudayaan/subak http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ling1001/pembpar.htm http://www.scribd.com/doc/30599866/Paradigma-Pembangunan-dari-Atas-dan-Bawah

Anda mungkin juga menyukai