Anda di halaman 1dari 6

TIARA MAHARANI (2005015095)

KESMAS 2B
Bukan Pesona Indonesia – Di Balik Bisnis Pariwisata produksi Watchdoc Image
“ Permasalahan pengembangan wisata 10 bali baru antara masyarakat sekitar dan
aparat negara di pulau pari ”

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara sebagai tujan destinasi pariwisata, karena
wilayahnya yang memiliki beraneka ragam keindahan pesona alam yang tidak dimiliki
oleh banyak negara dan potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sektor pariwisata
di suatu daerah secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak, baik
itu dampak positif maupun dampak negatif. Beberapa sektor yang dapat terpengaruh oleh
kegiatan pariwisata antara lain adalah sektor ekonomi, sosial, dan lingkungan (Gunn,
1988). Peranan sektor pariwisata dalam bidang ekonomi dapat dilihat dari sektor
pariwisata yang dapat dikategorikan sebagai sebuah industri yang dapat memberikan
dampak ekonomi yang begitu besar bagi suatu daerah. Frechtling (1987)
"Bali Baru" merupakan program yang direncanakan Presiden Joko Widodo untuk
meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia. Kesepuluh "Bali Baru" itu
adalah Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika dan Labuan
Bajo di Nusa Tenggara Barat, Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Tanjung Lesung
(Banten), Kota Tua dan Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Bromo - Tengger - Semeru
(Jawa Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Morotai (Maluku Utara).
Pulau kecil Pari saat ini mengalami konflik agraria atas tanah yang melibatkan
masyarakat lokal dan korporasi wisata. Konflik ini telah berlangsung selama lebih dari
duapuluh tahun dan belum ada solusi atas sengketa ini. Program pemerintah tentang 10
Bali Baru yang digadang – gadang akan menjadi penyebab kesejahteraan masyarakat
ternyata telah merampas keadilan dan hak banyak masyarakat. Sengketa lahan antara
aparat negara dan masyarakat kecil terjadi dimana – mana Perebutan lahan antara warga
dengan PT Bumi Pari Asri. Warga Pulau Pari mengaku sudah menghuni pulau itu turun-
temurun sehingga berhak memiliki lahan tempat tinggal mereka. Namun, warga
mengakui tidak memiliki dokumen legal seperti sertifikat yang bisa membuktikan
kepemilikannya.
Warga mengatakan, tiba-tiba PT Bumi Pari Asri muncul dan mengklaim telah
membeli lahan pulau itu bertahun-tahun lalu. Perusahaan tersebut merasa pulau itu adalah
miliknya. Masalah kepemilikan lahan itu berkembang pada persoalan lain. Warga Pulau
Pari merasa terintimidasi dan dikriminalisasi di tanah kelahiran mereka sendiri. Mereka
menduga intimidasi itu berkaitan dengan perebutan lahan. Warga lalu mengadukan
masalah itu kepada Komisi A DPRD DKI Jakarta. Komisi A mempertemukan warga
dengan jajaran Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu, PT Bumi Pari Asri, Kantor
Pertanahan, dan polisi. "Kami takut hak atas ruang hidup kami di sana hilang. Kami harap
ada wakil rakyat di sini yang bisa membantu rakyatnya yang tertindas, kataedi
"Masyarakat Pulau Pari saat ini tidak membutuhkan itu. Yang dibutuhkan masyarakat
Pulau Pari adalah pemerintah membantu memfasilitasi hak atas legalitas tempat tinggal
mereka," kata Edi, saat dihubungi, Kamis (24/5/2018).
Dan Ada juga warga yang terkena kasus hukum dan dipenjara beberapa bulan.
Setelah bebas, warga tersebut kembali dipidana dengan pasal penyerobotan pekarangan
orang lain dan diancam hukuman 4 tahun penjara. Sulaiman merasa semua itu merupakan
intimidasi berupa kriminalisasi terhadap warga. Kriminalisasi, kata dia, karena ada
masalah perebutan lahan antara warga dan PT Bumi Pari Asri. Selain ancaman pidana,
warga juga merasa terintimidasi karena kerap dilarang PT Bumi Pari Asri untuk
merenovasi rumah mereka sendiri. Seorang warga pernah merenovasi bagian dapur
rumahnya yang akan rubuh. "Tetapi perusahaan larang melakukan renovasi. Mereka
boleh merenovasi asalkan syaratnya menyepakati aturan sewa-menyewa dengan
perusahaan," kata Edi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang kasus permasalaham di pulau pari ini maka rumusan
masalah dalam kasus ini adalah:
1. Mengapa pemerintah menjadikan pulau pari dalam program 10 bali yang
dilakukan oleh investor ini?
2. Tindakan apa yang dilakukan masyarakat pulau pari dalam mempertahankan
pulau pari dan menghadapi investor yang ingin mengembangkan pulau pari
menjadi sector pariwisitasa bagian dari salah satu 10 bali baru?
3. Tindakan sosiologi seperti apa yang dilakukan investor/pemerintah terhadap
masyarakat pulau pari sendiri
C. PEMBAHASAN
Analisis dari kasus yang terjadi di pulau pari adalah Bentuk interaksi disosiatif yaitu
persaingan, pertentangan, dan kontravensi.Persaingan diartikan sebagai proses sosial,
dimana individu atau kelompok-kelompok manusia bersaing mencari keuntungan
melalui bidang-bidang kehidupan yang ada pada suatu masa tertentu menjadi pusat
perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam
prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan
(Sujarwanto 2012). Pertentangan merupakan bentuk interaksi sosial yang berupa
perjuangan yang langsung dan sadar antara orang dengan orang atau kelompok
dengan kelompok untuk mencapai tujuan yang sama
Konflik sosial ini terjadi karena adanya sebuah perbedaan paham dan kepentingan
individu atau kelompok. Konflik ini terjadi ditandai dengan adanya kekerasan,
ancaman, kontak fisik antar pihak-pihak yang bertentangan.
Dengan menggunakan 3 mahzab yaitu:
1. Mahzab geografi dan lingkungan Dalam ajaran atau teori pada mazhab ini
Berkeyakinan bahwa masyarakat itu hanya bisa mungkin timbul dan berkembang
apabila ada tempat untuk berpijak dan tempat hidup bagi mayarakat tersebut.
Seperti contoh kasus yang dialami oleh masyarakat pulau pari ini yang sebagian
dari masykat sana menggantukan penghasilan nya dengan menjadi nelayan dan
memanfaatkan yang berada disana.
2. Mahzab hukum yang artian disini masyarakat pulau pari yang meminta keadilan
atas hak mereka, hak tempat tinggal mereka dan persoalan investor dari PT Bumi
Pari Asri yang tiba tiba muncul dan mengklaim telah membeli lahan pulau itu
bertahun-tahun lalu. Perusahaan tersebut merasa pulau itu adalah miliknya.
3. Mahzab ekonomi masyarakat bisa saja menjadi berkembang jika ada keadilan
sosial maksut dari mahzab tersebut adalah masyarakat yang berpindah ke pulau
pari meraa sejahtera dan berkembang karna adanya sumber daya alam di pulau
pari dan itu hal yang menyebabkan mereka berpindah tempat tinggal ke pulau
pari.

Pendekatan sosiologi yang akan dilakukan dalam kasus pulau pari ini yaitu pendekatan
emik yaitu menguraikan suatu gejala sosial sesuai dengan pandangan si pelaku sendiri, atau
memahami perilaku individu/masyarakat dari sudut pandang si pelaku sendiri (individu
tersebut atau anggota masyarakat yang bersangkutan) Dalam kasus ini pemerintah pusat
mencoba mendengarkan aspirasi masyarakat pulau pari tentang masalah investor yang
datang tiba tiba ke pulau pari dan meengklam hak miliknya tanpa ada pembertahuan kepada
masyarakat sekitar.

Dalam kasus pulau pari ini teori yang menggambarkannya adalah teori konflik dan teori
fungsional, yang dimasuk dengan teori konflik adalah Menurut teori ini, masalah sosial
muncul dari berbagai macam konflik sosial, yaitu konflik kelas, konflik etnis dan konflik
gender. Ada dua perspektif dalam teori konflik, yaitu teori Marxis dan teori Non-Marxis.
Teori Marxis terjadi karena adanya ketidaksetaraan dalam kelas sosial. Oleh karena itu, Teori
Marxis muncul untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat ketidaksetaraan
tersebut. Berbeda dengan Teori Marxis, teori Non-Marxis berfokus pada konflik
antarkelompok sosial di masyarakat. Konflik tersebut disebabkan oleh kepentingan yang
berbeda antara satu kelompok dengan yang lain, dan teori fungsional adalah Teori ini
mengemukakan bahwa semua bagian di masyarakat mempunyai fungsinya masing-masing
dalam masyarakat tersebut. Semua bagian masyarakat ini saling bekerjasama untuk
membangun tatanan sosial yang stabil dan harmonis. Jika terdapat Satu elemen dari
masyarakatnya tidak memfungsikan tugasnya dengan baik, maka dapat menimbulkan
ketidakteraturan di sebuah keadaan sosial. Pada akhirnya ketidakteraturan itu menimbulkan
suatu bentuk masalah sosial.

Jika disimpulkan dari kedua teori tersebut dapat dihubungkan dengan kasus dipulau pari
yang bertujuan untuk pembangunan pariwisata di pulau pari menjadi lebih berkembang lagi
dan pemerintah juga ingin ikut ambil mengembangkan perekonomian di Indonesia dengan
menawarkan investor untuk mengelola pariwisata di pulau pari namun terjadi penyelewengan
sebelum terjadinya pengembangan pariwisata ini pemerintah daerah sudah lebih dulu menjual
pulau itu ke pulau pari tanpa sepengetahuan warga pulau pari sejak tahun 2016 dari situ yang
menyebabkan konflik dan perseturuan antara warga pulau pari, pihak investor dan pemerintah
daerah dan melibatkan apparat dalam proses pengambilan lahan pulau pari ini.

Seperti disebutkan di atas bahwa pemerintah Indonesia telah menetapkan Kepulauan


Seribu sebagai salah satu dari sepuluh destinasi wisata terbaik sejak tahun 2016, dan salah
satu tujuan wisata populer dan menarik di Kepulauan Seribu adalah Pulau Pari yang secara
administratif terletak di Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Seribu. Data internal Suku
Dinas Pariwisata DKI Jakarta menyatakan bahwa jumlah kunjungan wisata di Pulau Pari
telah meningkat secara masif sejak tahun 2014. Oleh karena itu, Pulau Pari telah menjadi
salah satu target prioritas pembangunan. Sehubungan dengan implementasi kebijakan
desentralisasi melalui UU No. 23 tahun 2014, kewenangan kebijakan pariwisata adalah
kewenangan pemerintah daerah. Implementasi otonomi daerah memberikan konsekuensi
logis bagi pemerintah daerah untuk mengurus rumah tangga mereka sendiri, dan bertanggung
jawab penuh untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui kegiatan pengembangan
pariwisata di Pulau Pari.

Pada awal pengklaiman masyarakat hanya diam ketika perusahaan melakukan tindakan
yang dianggap meresahkan masyarakat namun kemudian masyarakat mulai melakukan
perlawanan ketika mendapat dukungan dari beberapa LSM seperti IFC (Indonesia Fight
Coruption), WALHI (Wahana Lingkungan Hidup) dan membentuk FPPP (Forum Peduli
Pulau Pari). Perlawanan masyarakat secara totalitas bermula sejak ada beberapa warga Pulau
Pari yang terjerat kasus pidana seperti pungli dan mendirikan bangunan baru di atas tanah
milik perusahaan. Dari sinilah masyarakat Pulau Pari mulai terpecah menjadi dua kubu yakni
kubu yang kontra terhadap perusahaan dan kubu yang pro terhadap perusahaan. Masyarakat
yang pro terhadap perusahaan adalah masyarakat yang selalu mendukung perusahaan
sedangkan masyarakat yang kontra terhadap perusahaan adalah mereka yang selalu
melakukan perlawanan terhadap perusahaan.

Perpecahan yang terjadi pada masyarakat Pulau Pari semakin panas ketika perusahaan
menambah security untuk mengawasi gerak-gerik masyarakat, terlebih beberapa security baru
tersebut merupakan warga Pulau Pari yang selama ini mendukung perusahaan. Masyarakat
yang kontra terhadap perusahaan semakin yakin bahwa mereka mendukung perusahaan pasti
memiliki kepentingan.

Konflik yang terjadi di Pulau Pari masih berlangsung sampai saat ini walaupun
pemerintah setempat sudah berupaya melakukan proses mediasi antara kedua belah pihak.
Namun proses mediasi tersebut tidak membuahkan hasil karena masing-masing pihak
mempertahankan keinginannya. Perusahaan menginginkan pembangunan resort disebelah
utara dan barat Pulau Pari tanpa mengganggu masyarakat dan perusahaan menginginkan
masyarakat membayar sewa lahan yang ditempatinya setiap tahun sedangkan masyarakat
tidak ingin kehidupan yang sudah sejahtera selama ini diusik oleh perusahaan dan masyarakat
menginginkan wisata di Pulau Pari adalah wisata berbasis swadaya tanpa campur tangan
pihak swasta.
D. KESIMPULAN
Dari pembahasan dan latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa pola persebaran
konflik pertanahan yang terjadi di Pulau Pari disebabkan oleh konflik struktural, konflik
kepentingan dan konflik hubungan yang berwujud pada konflik vertikal maupun
horizontal. Dalam konflik pertanahan yang terjadi di Pulau Pari terlihat bagaimana
perusahaan dan pemerintah daerah memberikan tekanan kepada masyarakat agar tunduk
padanya, namun ternyata masyarakat yang di sokong oleh LSM melakukan perlawanan
untuk menelitik keabsahan sertifikat yang dimiliki perusahan , tetapi tindakan yang sudah
dilakukan oleh masyarakat adalah sebuah tindakan kritis berani menyuarakan hak
mereka. Dan Seharusnyamasyarakat pulau pari pemerintah dan investor harus membuat
kesepakatan yang di setujui oleh kedua pihak agar tidak akan terjadi konflik seperti ini

REFRENSI
Wijono, Sutarto. 2012. “Psikologi Industri dan Organisasi”. Jakarta:Kencana

Winardi. 1994. Manajemen Konflik : Konflik Perubahan dan Pengembangan.


Bandung : Mandar Maju

Nadia Nur Fitriana. 2018.” PERSEBARAN KONFLIK SENGKETA TANAH DI PULAU PARI,
KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA” Banten. ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU
SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

Sukarni Novita Sari a, Mercy. S Devina de Fretes a. 2021, “Pengembangan Pariwisata


Dalam Upaya Pembangunan Ekonomi Masyarakat Di Pulau Pari Kepulauan Seribu”

REFRENSI LAIN

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/04/10/11160191/perjuangan-warga-pulau-pari-
dalam-sengketa-lahan-yang-berbuah-manis?page=all

https://www.ruangguru.com/blog/mengenal-3-teori-permasalahan-sosial#:~:text=Teori
%20Fungsionalis,sosial%20yang%20stabil%20dan%20harmonis.

Anda mungkin juga menyukai