Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat telah mengalami perubahan yang begitu signifikan,

tidak hanya sebatas kebutuhan akan sandang, pangan dan papan, akan tetapi juga

kebutuhan akan informasi dan jasa. Kebutuhan masyarakat akan jasa ini menuntut

para sarjana hukum untuk menjadi lebih terampil, berwawasan, dan mempunyai

kompetensi, sehingga diperlukan lebih dari sekedar pembekalan mengenai teori-

teori hukum. Keterampilan dalam mengaplikasikan teori-teori hukum menjadi

sangat penting untuk dimiliki oleh setiap sarjana hukum karena hal tersebut menjadi

indikator pertimbangan kelebihan antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan

mengasah keterampilan dalam menerapkan hukum sejak dini, maka kepekaan dan

intuisi seorang sarjana hukum akan menjadi lebih terlatih dan terarah.1

Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya (FH Unsri) mengembangkan program

mata kuliah hukum yang memiliki fokus kepada pelatihan yang bertujuan untuk

mengembangkan kepekaan serta naluri mahasiswa dalam menghadapi masalah-

masalah hukum secara nyata yang dikenal dengan Klinik Hukum.

Program mata kuliah Klinik Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

ini sendiri terbagi atas Klinik Hukum Lingkungan, Klinik Etik dan Hukum, Klinik

1
Tim Klinik Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Buku Saku Klinik Hukum, Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2015, Depok, Hlm. 1.

1
Hukum Pidana, Klinik Hukum Perdata dan Klinik Hukum Anti-Korupsi yang

dikembangkan lagi menjadi kegiatan mobile clinic dan kegiatan magang (KKL).2

Klinik Hukum Lingkungan merupakan kegiatan yang berfungsi untuk

menciptakan mahasiswa yang mampu mengadvokasi dan mensosialisasikan kepada

masyarakat terkait permasalahan-permasalahan lingkungan yang dapat ditemukan

dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan Klinik Hukum Lingkungan ini diasuh oleh

tiga (3) orang dosen Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, yakni :

1. Agus Ngadino, S.H.,M.H

2. Lusi Apriani, S.H.,M.H

3. Vegitya Ramadhani Putri, S.H.,S.Ant.,M.A.,LL.M

Sedangkan peserta kegiatan Klinik Hukum Lingkungan Tahun 2019

berjumlah 10 orang yang terdiri dari 6 orang perempuan dan 4 orang laki-laki.

Kemudian dari 10 orang inilah akan ditentukannya pemilihan lokasi untuk

diadakannya kegiatan Klinik Hukum Lingkungan, merumuskan masalah atau isu

lingkungan yang sedang terjadi dan/atau banyak terjadi di suatu daerah, mencari

solusi penyelesaian masalah hingga menyusun bagaimana hasil dari kegiatan Klinik

Hukum Lingkungan pada semester ini. Dari beberapa pertemuan yang dilakukan

oleh Peserta dengan Pengasuh/Pembimbing Klinik Hukum Lingkungan maka

ditentukanlah tujuan lokasi pelaksanaan kegiatan Klinik Hukum Lingkungan yakni

Provinsi Lampung. Adapun pelaksanaan kegiatan Klinik Hukum Lingkungan di

Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu Planning

2
Panduan Klinik Hukum/Magang Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya 2014/2015, hlm. 1.

2
Component, Experiential Component, dan Reflection/Evaluation.3 Selain

menentukan tujuan lokasi pelaksanaan kegiatan Klinik Hukum Lingkungan,

ditentukan pula mengenai subjek sasaran yang akan menjadi stakeholder yang

terdiri dari unsur Negara, Perusahaan, dan Masyarakat. Dari ketiga tahapan tersebut,

diharapkan mahasiswa dapat mengetahui Das Sollen (apa yang seharusnya) dan Das

Sein (apa yang senyatanya) dengan menguraikan hak, kewajiban dan peran dari

masing-masing stakeholder, yakni Negara, Perusahaan, dan Masyarakat.

Berkaitan dengan hal tersebut, Tim Klinik Hukum Lingkungan Fakultas

Hukum Universitas Sriwijaya Tahun 2019 melakukan kegiatan di Provinsi

Lampung sebagai pelaksanaan kegiatan Experiential Component dan bekerjasama

dengan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Provinsi Lampung,

PT.Bukit Asam Tbk Unit Tarahan (Perusahaan), Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Selatan (Negara/Pemerintah Daerah) dan

SMP Kartika II-2 Bandar Lampung (Masyarakat) dengan mengusung tema

“MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN DAN MASYARAKAT YANG

RESPONSIF TERHADAP BENCANA”

Provinsi Lampung adalah sebuah provinsi yang berada di pulau sumatra

wilayah Indonesia. Provinsi Lampung memiliki luas 35.376,50 km² dan terletak di

antara 105°45'-103°48' BT dan 3°45'-6°45' LS. Daerah ini berada di sebelah barat

berbatasan dengan Samudera Hindia, di sebelah timur dengan Laut Jawa, di sebelah

3
Ibid, hlm. 8.

3
utara berbatasan dengan provinsi Sumatra Selatan, dan di sebelah selatan berbatasan

dengan Selat Sunda. 4

Pada dasarnya manusia dan lingkungan itu memiliki hubungan saling

keterkaitan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan, itu semua bertujuan untuk

memperoleh keserasian, keseimbangan, dan keselarasan. Istilah lingkungan dan

lingkungan hidup atau lingkungan hidup manusia sebagai terjemahan dari bahasa

Inggris environment dan human environment, seringkali digunakan secara silih

berganti dalam pengertian yang sama.5

Untuk mengetahui penjelasan mengenai lingkungan hidup, dapat kita temukan

dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu lingkungan hidup adalah

kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk

manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam, kelangsungan kehidupan, dan

kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain. Dari pengertian tersebut tentulah

kita dapat mengetahui bahwasannya manusia memiliki peranan yang sangat penting

dalam hal menjaga dan melestarikan kelangsungan lingkungan hidup. Akan tetapi,

hal ini tidak sejalan dengan apa yang ada pada saat ini yang mana perilaku manusia

sudah jauh dari aspek mementingkan kelangsungan lingkungan hidup, sehingga tak

jarang perilaku manusia tersebut mengancam kelangsungan lingkungan hidup dan

mengundang berbagai bencana yang tidak terduga. Sehubungan dengan hal itu,

4
https://id.wikipedia.org/wiki/Lampung Diakses pada tanggal 21 Januari 2019 Pukul 23.59 WIB.
5
Muhammad Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan
Indonesia, Bandung: Bandung, 2001, hlm. 8.

4
dapat kita temukan adanya kegiatan eksploitasi yang dilakukan oleh pihak yang

tidak bertanggungjawab tanpa dilakukan suatu pemulihan kembali. Hal ini

dibuktikan dengan terjadinya bencana tsunami yang terjadi di daerah Kabupaten

Lampung Selatan yang disebabkan adanya kegiatan pengerukan tanah di sekitar

Gunung Anak Krakatau, sehingga membuat lapisan permukaan tanah menjadi

menurun dan membuat permukaan air laut naik membentuk semacam gelombang

seperti tsunami yang cukup besar yang menghantam wilayah pesisir pantai di

Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. Tentunya hal ini membawa

kerugian bagi semua pihak dan sangat bertentangan dengan upaya menjaga dan

melestarikan kelangsungan lingkungan hidup di Indonesia.

Berpijak pada Konstitusi Negara Republik Indonesia yaitu Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mana sudah termaktub di dalam

Pasal 28H ayat (1) yang secara eksplisit menyebutkan bahwasannya setiap orang

berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh layanan kesehatan.

Dari rumusan pasal di atas, kita sepakat bahwasannya kegiatan eksploitasi oleh

pihak yang tidak bertanggungjawab tersebut melanggar hak orang lain untuk

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Maka, dari permasalahan

lingkungan hidup tersebut, diharapkan setiap elemen yang ada dalam Negara

Republik Indonesia, baik Pemerintah, Perusahaan, dan Masyarakat dapat bersama-

sama untuk mewujudkan kelestarian lingkungan hidup serta keberlangsungan hidup

bagi generasi pada masa yang akan datang demi mewujudkan lingkungan hidup

5
yang baik dan sehat di Indonesia. Dengan begitu, kita telah berupaya

menyelamatkan seluruh masyarakat dan ekosistem yang ada di wilayah Indonesia.

Dengan demikian, Tim Klinik Hukum Lingkungan Fakultas Hukum

Universitas Sriwijaya Tahun 2019 sebagai pelopor yang mencoba berusaha

menggerakkan perubahan serta perbaikan terhadap lingkungan hidup di Indonesia,

bersama-sama ingin mewujudkan hal tersebut melalui green constitution dengan

cara menghimbau setiap pihak untuk melakukan upaya pemulihan kembali terhadap

bencana yang memberikan kerugian sebagai akibat dari kegiatan eksploitasi, serta

bertanggungjawab dengan ikut membantu upaya penanggulangan bencana dan/atau

mitigasi bencana baik secara langsung ataupung tidak langsung.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana responsivitas pemerintah yakni Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Selatan dalam upaya mitigasi bencana?

2. Bagaiman responsivitas perusahaan yakni PT.Bukit Asam Tbk Unit Tarahan

dalam upaya mitigasi bencana sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan?

3. Bagaimana responsivitas Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI)

Provinsi Lampung sebagai organisasi lingkungan hidup dalam upaya mitigasi

bencana sebagai bentuk tanggung jawab moral?

4. Bagaimana hak dan kewajiban serta peran masyarakat dalam hal ini siswa/i SMP

Kartika II-2 Kota Bandar Lampung dalam upaya mitigasi bencana?

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Responsivitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kabupaten Lampung Selatan dalam upaya mitigasi bencana

Indonesia merupakan negara yang memiliki letak geografis yang sangat

strategis karena Indonesia berada di antara Benua Australia dan Benua Asia,

serta berada di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Hal tersebut

tentunya membawa dampak positif bagi Indonesia. Namun, tidak dapat

dipungkiri bahwa hal tersebut juga akan membawa dampak negatif yakni salah

satunya Indonesia dapat menjadi negara yang terkena potensi bencana alam,

yakni tsunami dikarenakan hampir sebagian besar wilayah Indonesia meliputi

perairan. Maka, untuk meminimalisir resiko atau kerugian yang ditimbulkan

tersebut, diperlukan adanya langkah-langkah baik preventif maupun represif

dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, kesiapsiagaan keterampilan untuk

mencegah, mendeteksi dan mengantisipasi secara lebih dini tentang berbagai

macam bencana dan segala akibat yang ditimbulkan oleh bencana, khususnya di

daerah-daerah yang rawan terhadap bencana tersebut. 6 Beranjak dari kesadaran

tersebutlah, Tim Klinik Hukum Lingkungan pun berusaha untuk

mengumpulkan informasi penting terkait upaya meminimalisir resiko atau

6
Enok Maryani, Metode Pembelajaran Mitigasi Bencana dalam Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah
Menengah Pertama, Jakarta: 2012, hlm. 2

7
kerugian yang ditimbulkan oleh suatu bencana (mitigasi bencana), yaitu melalui

kegiatan Audiensi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kabupaten Lampung Selatan.

Hal yang pertama yang harus diperhatikan adalah tugas dan fungsi dari

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Adapun tugas dan fungsi dari

BPBD Kabupaten Lampung Selatan adalah mengkoordinir kegiatan

pelaksanaan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan

menyeluruh dalam bentuk pencegahan bencana, penanganan darurat,

rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara.

Adapun satu di antara persoalan lingkungan yang menjadi fokus utama dari

kegiatan audiensi Tim Klinik Hukum Lingkungan adalah bagaimana

responsivitas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten

Lampung Selatan dalam rangka upaya mitigasi bencana.

Berdasarkan bunyi Pasal 1 angka (9) Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang dimaksud dengan Mitigasi adalah

serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui

pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

menghadapi ancaman bencana. Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) merupakan badan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana untuk melakukan kegiatan

penanggulangan bencana pada tingkat daerah berkoordinasi dengan Badan

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dimana kegiatan upaya

8
penanggulangan bencana tersebut dilakukan dalam bentuk pencegahan,

rehabilitasi, dan/atau rekonstruksi.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka berdasarkan hasil pengamatan

Tim Klinik Hukum Lingkungan dari Audiensi yang telah dilakukan, ditemukan

adanya suatu permasalahan hukum, yaitu : (1) Tidak adanya sinergitas dan/atau

keinginan bersama untuk melakukan upaya mitigasi bencana secara bersama-

sama oleh semua elemen, baik dari pemerintah dalam hal ini pemerintah

daerah, perusahaan maupun masyarakat. Hal ini menjadi faktor penghambat

dalam kegiatan penanggulangan bencana di daerah Kabupaten Lampung

Selatan, (2) Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai untuk

mempercepat proses evakuasi korban dalam upaya penanggulangan bencana,

sehingga hal ini juga menghambat kegiatan penanggulangan bencana, dan

menyebabkan kegiatan penanggulangan bencana tersebut tidak efisien dan

efektif, (3) Adanya simpang-siur mengenai dana penanggulangan bencana,

maksudnya tidak ada dana khusus yang disediakan untuk Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebagai bagian dari langkah

penanggulangan bencana dalam bentuk penyaluran bantuan yang efisien,

terpadu dan menyeluruh, sehingga tak jarang ditemukan adanya masyarakat

yang mengeluh dalam hal penyaluran bantuan tersebut. Dana yang digunakan

hanyalah dana siap pakai dan juga bantuan tak terduga.

Dari kegiatan audiensi ini, Penulis menyimpulkan bahwasannya Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Selatan telah

9
mempunyai responsivitas dalam upaya mitigasi bencana dan/atau

penanggulangan bencana. Akan tetapi, ada faktor eksternal yang menjadi

penghambat daripada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kabupaten Lampung Selatan untuk melakukan upaya mitigasi bencana dan/atau

penanggulangan bencana secara maksimal

B. Responsivitas PT.Bukit Asam Tbk Unit Tarahan dalam upaya mitigasi

bencana sebagai bentuk tanggung jawab sosial dari perusahaan

PT.Bukit Asam Tbk Unit Tarahan adalah perusahaan berskala nasional yang

bergerak di bidang industri pertambangan batu bara. Sebagai salah satu

perusahaan besar yang memiliki skala nasional, PT.Bukit Asam Tbk selalu

berupaya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, mandiri, dan

berwawasan lingkungan sebagai bagian dari Corporate Social Responsibility

(CSR). PT.Bukit Asam Tbk Unit Tarahan merupakan dermaga pelabuhan

terbesar yang dimiliki oleh PT.Bukit Asam Tbk dengan luas area 42,5 Ha.

Pelabuhan ini terletak 18 km dari pusat Kota Bandar Lampung dan sekitar 6 km

sebelah selatan pelabuhan Panjang.

Dari kegiatan audiensi yang dilakukan dengan PT.Bukit Asam Tbk Unit

Tarahan, Tim Klinik Hukum Lingkungan menemukan fakta-fakta yang begitu

mengesankan. PT.Bukit Asam Tbk Unit Tarahan sebagai salah satu perusahaan

yang memiliki jangkauan sangat luas mempunyai program-program yang

berorientasi pada mitigasi bencana, baik pra dan/atau pasca bencana. Hal ini

10
sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Sosial

Responsibility) dari PT.Bukit Asam Tbk, serta sebagai bentuk kepedulian yang

merupakan wujud dari rasa perikemanusiaan yang dimiliki oleh perusahaan

tersebut.

Adapun program yang dimiliki oleh PT.Bukit Asam Tbk terkait kegiatan pra

bencana dalam upaya mitigasi bencana yakni, pembangunan jalur evakuasi,

perencanaan dan pembentukan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (RPPLH) dari PT.Bukit Asam Tbk itu sendiri serta pelatihan

simulasi tanggap bencana yang dimaksudkan apabila terjadi bencana sewaktu-

waktu, sehingga diharapkan masyarakat dapat tanggap dan memiliki

keterampilan untuk menghadapi kondisi tersebut. Pembangungan jalur

evakuasi di beberapa titik yang berada di dekat PT.Bukit Asam Tbk Unit

Tarahan dan di daerah-daerah yang rawan terjadi bencana. Hal ini ditujukan

untuk mempermudah proses evakuasi apabila terjadi bencana sewaktu-waktu,

sehingga mengurangi risiko dan dampak dari akibat yang ditimbulkan oleh

bencana itu sendiri, salah satunya meminimalisir jumlah korban. PT.Bukit

Asam juga melakukan kerjasama dengan berbagai instansi lain yang memiliki

fokus terhadap lingkungan dan penanggulangan bencana. Kerjasama ini telah

dilakukan secara berkesinambungan dalam jangka waktu yang lama, mengingat

bahwasannya hal ini merupakan kewajiban yang tercantum di dalam Rencana

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) dari perusahaan

PT.Bukit Asam Tbk itu sendiri. PT.Bukit Asam juga aktif menyalurkan bantuan

11
dalam bentuk apapun sebagai bagian dari upaya mitigasi bencana pada pasca

atau setelah terjadinya bencana.

Dalam hal penyaluran bantuan, PT.Bukit Asam Tbk ikut terjun secara

langsung ke lapangan bersama-sama dengan instansi lain yakni salahsatunya

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). PT.Bukit Asam Tbk

membuat hunian sementara bagi mereka yang terkena dampak dari bencana.

Ikut campurnya PT.Bukit Asam Tbk pada saat terjun ke lapangan bukanlah

tanpa dasar. Hal ini dimaksudkan agar penyaluran bantuan tersebut dapat

disalurkan secara maksimal dan merata kepada orang-orang yang memang

membutuhkan bantuan tersebut, serta tanggung jawab dari PT.Bukit Asam Tbk

itu sendiri untuk memastikan bantuan tersebut tersalurkan dengan baik.

Dari uraian di atas, maka berdasarkan hasil pengamatan Tim Klinik Hukum

Lingkungan terhadap PT.Bukit Asam Tbk Unit Tarahan bahwasannya PT.Bukit

Asam Tbk Unit Tarahan telah memiliki responsivitas mengenai upaya mitigasi

bencana sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini terlihat

dengan beragamnya program dari PT.Bukit Asam Tbk Unit Tarahan yang fokus

terhadap masalah lingkungan, khususnya masalah dalam upaya mitigasi

bencana baik pra maupun pasca bencana.

12
C. Responsivitas Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Provinsi

Lampung dalam upaya mitigasi bencana sebagai bentuk tanggung jawab

moral

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Provinsi Lampung

merupakan adalah organisasi lingkungan hidup yang tanggap terhadap isu

lingkungan hidup dan kehutanan. WALHI sebagai organisasi lingkungan hidup

yang fokus dalam mengelola kampanye dan adovokasi untuk berbagai isu

lingkungan, antara lain : Air, Pangan, Hutan, Perkebunan, Tambang, Pesisir dan

Laut, serta Isu-isu Perkotaan. Tujuan utama WALHI adalah mengawasi

pembangunan yang sedang berjalan dengan mempromosikan solusi untuk

menciptakan lingkungan yang berkelanjutan serta menjunjung tinggi keadilan

sosial. Dengan visi “terwujudnya suatu tatanan sosial, ekonomi, dan politik adil

dan demokratis yang dapat menjamin hak-hak rakyat atas sumber-sumber

kehidupan dan lingkungan hidup yang sehat”. WALHI tumbuh dengan rencana

strategis guna menjadi organisasi yang mandiri dan professional dalam

advokasi lingkungan berbasis pada rakyat, mampu menjamin adanya kebijakan

negara terhadap perlindungan kawasan ekologi yang memiliki keterkaitan

sumber-sumber kehidupan rakyat melalui pemerintahan yang baik dan bersih

serta memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber-sumber kehidupan rakyat.

Lalu, jika dikaitkan dengan isu bencana dan upaya mitigasi bencana, apa

peran dan keterkaitan yang dimiliki oleh WALHI terhadap isu tersebut? Pada

dasarnya kegiatan WALHI hanya berfokus pada isu lingkungan dan kehutanan

13
serta menjadi sebuah gerakan publik yang bertanggung jawab dan transparan.

Akan tetapi berdasarkan hasil temuan yang Tim Klinik Hukum Lingkungan

pada saat melakukan audiensi di WALHI Provinsi Lampung bahwasannya

WALHI Provinsi Lampung tidak memiliki fokus terhadap isu bencana dan

upaya mitigasi bencana, namun WALHI memiliki program yang dibuat secara

sendiri sebagai salah satu bentuk tanggung jawab moral sebagai manusia yang

berperikemanusiaan terhadap isu bencana dan upaya mitigasi bencana.

Program-program yang dibuat oleh WALHI Provinsi Lampung tidak begitu

banyak, akan tetapi program tersebut telah memiliki fokus pada kegiatan pra

dan/atau pasca bencana. Adapun program-program yang telah dibuat oleh

WALHI adalah sebagai berikut: (1) Kegiatan Penyadaran berupa Penyuluhan

atau Sosialisasi mengenai bahaya dari suatu bencana, dampak dari suatu

bencana, serta pentingnya upaya mitigasi bencana sebagai suatu langkah

antisipasi dalam menghadapi bencana; (2) Kegiatan Trauma Healing yang

diberikan kepada para korban bencana dengan menciptakan suasana berupa

hiburan untuk mencegah terjadinya traumatik yang berlebihan pada korban.

Semua hal ini merupakan bentuk rasa kepedulian dari WALHI Provinsi

Lampung sebagai oraganisasi yang menjunjung tinggi nilai peri kemanusiaan.

Selain itu, ada fakta unik yang kami dapatkan bahwasannya WALHI Provinsi

Lampung pernah ikut terjun secara langsung ke lapangan untuk mengevakuasi

korban. Namun terlepas dari hal tersebut, WALHI Provinsi Lampung sifatnya

hanya sebagai Emergency Response, yang artinya apabila mereka diminta untuk

14
membantu maka mereka akan ikut membantu sekuat tenaga, namun apabila

mereka tidak diminta untuk membantu, maka mereka tidak akan ikut

membantu, mengingat bahwasannya WALHI Provinsi Lampung tidak memiliki

fokus mengenai isu bencana dan upaya mitigasi bencana, melainkan hanya

sebatas tanggung jawab moral sebagai manusia yang berperikemanusiaan.

D. Hak dan Kewajiban serta Peran Masyarakat dalam hal ini Siswa/siswi

SMP Kartika II-2 Kota Bandar Lampung dalam upaya mitigasi bencana

Manusia mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungannya.

Aktivitasnya mempengaruhi lingkungannya. Sebaliknya, manusia dipengaruhi

oleh lingkungannya. Hubungan timbal balik demikian terdapat antara manusia

sebagai individu atau kelompok atau masyarakat dan lingkungan alamnya.7

Pada kegiatan penyuluhan hukum yang dilaksanakan di SMP Kartika II-2

Kota Bandar Lampung, Tim Klinik Hukum Lingkungan berupaya semaksimal

mungkin untuk membangkitkan rasa kepedulian dan kesadaran generasi muda

akan perannya dalam upaya mitigasi bencana, karena lingkungan hidup

merupakan bagian mutlak (tak terpisahkan) dari kehidupan manusia.8 Hak atas

lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan bagian dari hak asasi manusia

(HAM) yang telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, tepatnya di dalam Pasal 28H yang menyatakan bahwa :

7
Op cit, Muhammad Daud Silalahi, hlm. 9
8
Ibid, hlm.1

15
“setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapatkan lingkungan hidup yang sehat serta memperoleh pelayanan

kesehatan”.

Terkait upaya mitigasi bencana, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007

tentang Penanggulangan Bencana mengatur tentang Hak dan Kewajiban

Masyarakat, yakni di dalam Pasal 26 ayat (1) yang pada intinya menyatakan

bahwasannya setiap orang berhak untuk mendapatkan perlindungan dan rasa

aman khususnya bagi kelompok yang rentan bencana, mendapatkan pendidikan

dan pelatihan keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana,

mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan tentang kebijakan

penanggulangan bencana, berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian,

dan pemeliharaan program penyediaan bantuan pelayanan kesehatan,

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait penyelenggaraan

penanggulangan bencana, serta melakukan pengawasan sesuai dengan

mekanisme yang diatur atas pelaksanaan penanggulangan bencana.

Dari kegiatan Tim Klinik Hukum Lingkungan di SMP Kartika II-2 Kota

Bandar Lampung, penulis mendapati adanya antusiasme dari para siswa/siswi

yang begitu besar. Hal ini dibuktikan dari respon para peserta yang tidak malu-

malu untuk memberikan argumen dan idenya dalam dinamika kelompok yang

dibentuk oleh Tim Klinik Hukum Lingkungan terkait bencana dan upaya

mitigasi bencana, sehingga apa yang diharapkan dan ditargetkan memang

sejalan dengan apa yang terjadi, yaitu peran masyarakat dalam hal ini

16
siswa/siswi SMP Kartika II-2 Kota Bandar Lampung dalam upaya mitigasi

bencana. Hal ini juga dibuktikan ketika para siswa/siswi dari masing-masing

kelompok diminta untuk menyampaikan gagasan kreatif dan hasil yang mereka

dapatkan pada saat berada dalam dinamika kelompok mengenai bencana dan

upaya mitigasi bencana, maka masing-masing kelompok mampu

menyampaikan gagasan kreatifnya dengan baik yang artinya para siswa/siswi

mampu menyerap pemahaman yang telah diberikan oleh Tim Klinik Hukum

Lingkungan dengan baik serta secara langsung mengaplikasikannya dalam

kegiatan dinamika kelompok yang dibentuk Tim Klinik Hukum Lingkungan.

Maka, berdasarkan kegiatan di SMP Kartika II-2 Kota Bandar Lampung,

penulis berkesimpulan bahwa peran masyarakat dalam hal ini siswa/siswi SMP

Kartika II-2 Kota Bandar Lampung mendukung upaya kegiatan

penyelenggaraan penanggulangan bencana.

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Dari kegiatan Audiensi yang dilakukan di Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Selatan, penulis menyimpulkan bahwa

BPBD Kabupaten Lampung Selatan telah memberikan responsivitas yang

sangat baik dalam kegiatan penyelenggaraan penanggulangan bencana

dan/atau upaya mitigasi bencana, akan tetapi hambatan upaya mitigasi

bencana justru berasal dari faktor eksternal. Misalnya, kurangnya sarana dan

prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan upaya mitigasi bencana

sehingga tidak berjalan efisien dan efektif.

2. Dari kegiatan Audiensi yang dilakukan di PT.Bukit Asam Tbk Unit Tarahan,

penulis menyimpulkan bahwa PT.Bukit Asam Tbk memberikan

responsivitas yang sangat baik dalam kegiatan penyelenggaraan

penanggulangan bencana dan/atau upaya mitigasi bencana. Hal ini

dibuktikan dengan adanya program-program yang dibuat yang

mementingkan upaya mitigasi bencana dan juga penyaluran bantuan yang

disalurkan secara langsung oleh PT.Bukit Asam Tbk sebagai bentuk

tanggung jawab sosial perusahaan.

3. Dari kegiatan Audiensi yang dilakukan Wahana Lingkungan Hidup

Indonesia (WALHI) Provinsi Lampung, penulis menyimpulkan bahwa

WALHI Provinsi Lampung telah memberikan responsivitas yang sangat baik

18
sebagai tanggung jawab morilnya sebagai organisasi lingkungan hidup yang

berperikemanusiaan terkait kegiatan penyelenggaraan penanggulangan

bencana dan/atau upaya mitigasi bencana. Hal ini dibuktikan adanya

program-program yang dibuat terkait upaya mitigasi bencana, padahal

bahwasannya diketahui WALHI Provinsi Lampung sifatnya hanya sebagai

Emergency Response.

4. Dari kegiatan Penyuluhan yang dilakukan di SMP Kartika II-2 Kota Bandar

Lampung, semangat dan inisiatif untuk memberikan ide yang hebat dalam

upaya mitigasi bencana sudah ada pada masyarakat. Namun hal ini tentunya

perlu komunikasi dan koordinasi yang antar para stakeholder, yakni Negara,

Perusahaan, dan Masyarakat untuk mewujudkan ide-ide hebat tersebut tidak

menjadi angan belaka, namun dapat diterapkan atau direalisasikan dalam

bentuk sikap tindak demi lingkungan hidup yang baik dan sehat.

B. SARAN

1. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka upaya

mitigasi bencana ini harus dilakukan pembaruan mengenai sarana dan

prasarana yang memadai, mekanisme koordinasi yang tidak rumit dan tidak

membutuhkan banyak waktu, sehingga upaya mitigasi bencana ini dapat

berlangsung secara efisien, terpadu, dan menyeluruh.

19
2. Kegiatan Klinik Hukum Lingkungan ini memberikan dampak yang positif

bagi para stakeholder yakni Negara, Perusahaan, dan Masyarakat untuk

memunculkan suatu inovasi dan ide-ide yang berguna dalam rangka upaya

mitigasi bencana, sehingga diharapkan agar kegiatan ini dapat dilakukan

secara berkelanjutan dari generasi ke generasi yang lain dengan dukungan

yang penuh dari pihak Universitas sebagai lembaga pendidikan.

20
REFERENSI

SUMBER BUKU DAN JURNAL

Muhammad Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam Sistem

Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Bandung: Bandung, 2001.

Enok Maryani, Metode Pembelajaran Mitigasi Bencana dalam Ilmu

Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama, Jakarta, 2012.

Tim Klinik Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Buku Saku

Klinik Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2015.

Panduan Klinik Hukum/Magang Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

2014/2015.

SUMBER INTERNET

https://id.wikipedia.org/wiki/Lampung

SUMBER PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

21
LAMPIRAN

22
LAMPIRAN I

JURNAL KEGIATAN KLINIK HUKUM LINGKUNGAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Nama Mahasiswa : Muhammad Tiara

Nomor Induk Mahasiswa : 02011281520391

Dosen Pembimbing : 1. Agus Ngadino, S.H.,M.Hum.

2. Vegitya Rahmadhani Putri, S.H.,S.Ant.,M.A.,LL.M.

3. Lusi Apriyani, S.H.,LL.M.

Tempat / Lokasi : 1. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD

Kabupaten Lampung Selatan

2. PT.Bukit Asam Tbk Uni Tarahan

Provinsi Lampung

3. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI)

Provinsi Lampung

4. SMP Kartika II-2 Kota Bandar Lampung

Provinsi Lampung

23
TAHAPAN PELAKSANAAN KLINIK HUKUM LINGKUNGAN

Pelaknaan Klinik Hukum Lingkungan terbagi menjadi 3 (tiga) tahapan :

1. Planning Component

Yaitu masa persiapan mahasiswa klinik hukum lingkungan. Dalam tahapan ini

mahasiswa dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan yang terkait dengan kegiatan

prakter yang akan dilaksanakan oleh mahasiswa.

 Penguasaan teori-teori hukum

 Kemampuan menganalisis kasus

 Kemampuan menerapkan teori hukum

Paraf
No Hari, Tanggal Kegiatan
Pembimbing
Pembukaan & Pembekalan
Sabtu,
1. KKL/Klinik Hukum Semester Genap
23 Februari 2019
2018/2019
 Penyampaian materi oleh Pak
Agus Ngadino SH.,MH dan Ibu
Lusi Apriani, SH,LL.M. bahwa
dalam klinik hukum lingkungan
Sabtu, ada 3 metode, yakni : planning
2.
2 Februari 2019 component, experiential
component, dan reflection.
 Diskusi terkait lokasi dan isu
hukum untuk pelaksanaan klinik
hukum lingkungan.

24
Tim Klinik Hukum Lingkungan
mendiskusikan mengenai format
Sabtu, kegiatan yang akan dilaksanakan
3.
2 Februari 2019 serta lokasi dan waktu pelaksanaan
kegiatan (termasuk nama kegiatan,
sasaran, dan job description).
Tim Klinik Hukum Lingkungan
Selasa, melakukan pembuatan atribut dan
4.
5 Februari 2019 perancangan Term of Reference
(TOR).
Tim Klinik Hukum Lingkungan
melakukan pemantapan yakni
Rabu,
5. presentasi terkait format kegiatan,
6 Februari 2019
lokasi dan waktu pelaksanaan
kegiatan.
Tim Klinik Hukum Lingkungan
melakukan pembuatan video untuk
Selasa,
6. acara pembukaan dan pembekalan
19 Februari 2019
KKL/Klinik Hukum Semester Genap
2018/2019.

Tim Klinik Hukum Lingkungan


Minggu
7. melakukan keberangkatan untuk
3 Maret 2019
kegiatan observasi.

Tim Klinik Hukum Lingkungan


Senin melakukan observasi ke instansi
8.
4 Maret 2019 pemerintahan yang ada di wilayah
kota Bandar Lampung.

Tim Klinik Hukum Lingkungan


Selasa melakukan observasi ke perusahaan
9.
5 Maret 2019 yang ada di wilayah kota Bandar
Lampung.

25
Tim Klinik Hukum Lingkungan
melakukan observasi ke masyarakat
Rabu
10. dan instansi pemerintahan yang ada
6 Maret 2019
di wilayah Kalianda Kabupaten
Lampung Selatan.
Tim Klinik Hukum Lingkungan
Rabu (Malam)
11. pulang dari kegiatan observasi ke
6 Maret 2019
Palembang.
Penyampaian hasil observasi Tim
Klinik Hukum Lingkungan sekaligus
mendiskusikan estimasi biaya yang
akan digunakan, baik biaya
Kamis keberangkatan, penginapan,
12.
7 Maret 2019 transportasi selama kegiatan,
perlengkapan audiensi dan
penyuluhan hukum, konsumsi dan
biaya kepulangan.

Penyampaian Materi oleh Pak Agus


Ngadino SH., M.H. mengenai 3
metode yaitu : planning component,
experiential component, dan
Senin
13. reflection. Selain itu, diskusi oleh
11 Maret 2019
Tim Klinik Hukum Lingkungan
mengenai persiapan pelaksanaan
kegiatan experiential component.

Melakukan analisis SWOT


(Strenghts, Weaknesses,
Opportunities, Threats) pada BPBD
Kab.Lampung Selatan, PT.Bukit
Selasa
14. Asam Tbk Unit Tarahan, WALHI
12 Maret 2019
Provinsi Lampung, dan SMP Kartika
II-2 Kota Bandar Lampung.
Dilanjutkan dengan Simulasi.

26
2. Experiential Component

Yaitu tahapan mahasiswa melaksanakan prakter keterampilan hukum.

 Kemampuan melakukan wawancara dengan klien

 Kemampuan bernegosiasi

 Kemampuan untuk menyusun argumen

Waktu dan Paraf


Kegiatan
Tempat Pembimbing
Mahasiswa Klinik Hukum Lingkungan
Sabtu
melakukan keberangkatan ke Lampung
16 Maret 2019
menggunakan kereta api.

Minggu Persiapan Atribut di Wisma Andalas untuk


17 Maret 2019 kegiatan experiential.

Audiensi di WALHI Provinsi Lampung :


Senin
18 Maret 2019 - Pembukaan
- Kata Sambutan dari Direktur WALHI
Provinsi Lampung, Bapak Hendrawan
- Kata sambutan dari Dosen Pembimbing
Klinik Hukum Lingkungan, Bapak Agus
Ngadino SH., M.H.
- Penyampaian materi mengenai mitigasi
bencana dari pihak WALHI Provinsi
Lampung
- Diskusi dan tanya jawab
- Penyerahan cinderamata piagam
penghargaan

27
- Doa (Penutup)

Selasa Audiensi di PT. Bukit Asam Tbk


19 Maret 2019
- Pembukaan
- Kata Sambutan dari pimpinan PT. Bukit
Asam yang diwakili oleh Kepala Staff
K3L PT.Bukit Asam Tbk
- Kata sambutan dari Dosen Pembimbing
Klinik Hukum Lingkungan, Bapak Agus
Ngadino SH., M.Hum
- Penyampaian materi oleh pihak PT.Bukit
Asam Tbk
- Diskusi dan tanya jawab
- Penyerahan cinderamata piagam
penghargaan

Rabu Penyuluhan Hukum di SMP Kartika II-2


20 Maret 2019
Kota Bandar Lampung
- Pembukaan
- Kata Sambutan dari Kepala Sekolah SMP
Kartika II-2 Kota Bandar Lampung
- Kata sambutan dari Dosen Pembimbing
Klinik Hukum Lingkungan, Bapak Agus
Ngadino SH., M.Hum
- Penyerahan cinderamata piagam
penghargaan

28
- Doa
- Pengenalan oleh Tim Klinik Hukum
Lingkungan
- Pembagian Kelompok oleh Tim Klinik
Hukum Lingkungan
- Penyampaian Materi dalam bentuk
dinamika kelompok oleh Tim Klinik
Hukum Lingkungan
- Presentasi Hasil oleh Siswa/siswi SMP
Kartika II-2 Kota Bandar Lampung
- Foto Bersama, Penutup, Doa
Kamis Audiensi di Badan Penanggulangan Bencana
21 Maret 2019
Daerah (BPBD) Kab.Lampung Selatan
- Pembukaan
- Kata Sambutan sekretaris BPBD
Kab.Lampung Selatan, Bapak Syahroni
- Kata sambutan dari Dosen Pembimbing
Klinik Hukum Lingkungan, Bapak Agus
Ngadino SH., M.Hum
- Penyampaian materi oleh pihak BPBD
Kab.Lampung Selatan
- Diskusi dan tanya jawab
- Penyerahan cinderamata piagam
penghargaan
- Penutup dan doa

29
3. Reflection

Yaitu tahapan mahasiswa melaksanakan evaluasi dari proses-proses yang telah dilalui.

 Kemampuan untuk mengevaluasi diri sendiri

 Kemampuan untuk mengadakan peer review

 Kemampuan untuk menerima kritik dari dosen pembimbing.

Paraf
No Hari, Tanggal Kegiatan
Pembimbing
1. Kamis  Penyampaian refleksi oleh masing-
11 April 2019 masing peserta klinik hukum
lingkungan setelah melakukan
kegiatan audiensi dan advokasi. Hal
tersebut yang akan digunakan dalam
laporan akhir. Dengan mengangkat
data dan fakta yang diperoleh,
kemudian menganalisisnya dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
2. Jumat  Simulasi Tim Klinik Lingkungan
12 April 2019 untuk paparan/seminar hasil
kegiatan klinik hukum lingkungan.
 Pengarahan untuk sistematika
pembuatan Laporan Akhir Klinik
Hukum Lingkungan
3. Kamis  Seminar Hasil Kegiatan KKL/Klinik
18 April 2019 Hukum Lingkungan Semester
Genap Tahun 2018/2019

30
Lampiran II

FOTO KEGIATAN

AUDIENSI DAN ADVOKASI DI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

AUDIENSI DAN ADVOKASI PT. BUKIT ASAM

UNIT PELABUHAN TARAHAN

31
WAHANA LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA PROVINSI LAMPUNG

SMP KARTIKA II-2 KOTA BANDAR LAMPUNG

PROVINSI LAMPUNG

32

Anda mungkin juga menyukai