Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
ANALISA PENERAPAN SILA KE-5 TERHADAP KORBAN KASUS
SEMBURAN LUMPUR SIDOARJO

DISUSUN OLEH:
1. KARENINA ELKA D. (101316030)
2. MUHAMAD ISA (101316051)
3. IGNATIUS WAHYU A. W. (101316086)
4. BAYU LUTHFYE F. (101316093 )
5. NIKA TRI WIDIYASTUTI (101316120)
6. DANDY KARUNIA W. (101317110)

TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI EKSPLORASI DAN PRODUKSI
UNIVERSITAS PERTAMINA
JAKARTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Peristiwa luapan Lumpur Lapindo Sidoarjo di Surabaya Jawa Timur pada Tanggal 28
Mei 2006 disebabkan oleh terjadinya kebocoran gas hidrogen sulfida (H2S) di areal
lapangan eksplorasi yang terletak di Banjar Panji milik PT. Lapindo Brantas (Lapindo) di
Desa Ronokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Kebocoran gas
yang terjadi berupa semburan asap putih dari rekahan tanah dan membumbung tinggi
sekitar 10 meter. Semburan gas tersebut disertai keluarnya cairan lumpur dan meluber
kelahan milik warga. Semburan lumpur panas di kabupaten Sidoarjo sampai saat ini belum
juga bisa teratasi. Semburan yang akhirnya membentuk kubangan lumpur panas ini telah
memporak-porandakan sumber-sumber penghidupan warga setempat dan sekitarnya. Tak
kurang 10 pabrik harus tutup, dimana 90 hektar sawah dan pemukiman penduduk tak bisa
digunakan dan ditempati lagi, serta tambak-tambak bandeng dan jalan tol Surabaya-Gempol
yang harus ditutup karena semua tergenang lumpur panas. Hal tersebut merugikan banyak
masyarakat dan menimbulkan ketidak adilan terhadap masyarakat yang dirugikan karena
kehilangan pekerjaan dan tempat tinggal mereka pada kala itu.
Maka dari itu pengatasan kasus semburan lumpur sidoarjo ini masih belum sesuai
dengan pancasila sila ke lima. Bunyi yang termuat dalam sila kelima Pancasila adalah
“Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Dimana kandungan atas pemaknaan sila
ke-5 ini menjadi dasar sekaligus dijadikan sebagai tujuan negara yang dilakukan melalui
sistem pemerintahan dan segenap hak dan kewajiban warga negara. Isi yang melakat dalam
sila ke-5 ini pada dasarnya sebagai tujuan negara yang dimaksudkan untuk tercapainya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, baik secara Iahiriah maupun batiniah. Tujuan
negara tersebut dapat dicapai dengan selalu bersikap adil terhadap sesama dan menghormati
hak-hak orang lain. Makna yang selanjutnya dalam dasar negara Pancasila kelima ini ialah
proses pengembangan sikap adil terhadap sesama manusia, yang menjadi unsur naluriah
dalam pembentukan kedamaian masyarakat. Sesuai dengan pemaparan arti makna pancasila
disini dapat terlihat bahwa keadilan merupakan pokok dari tujuan sila tersebut dan
penanganan kasus semburan lumpur sidoarjo ini terbilang tidak sesuai dengan sila ke lima
karena masih menimbulkan kerugikan bagi masyarakat sekitar dan belum adanya
penanganan yang setimpal dengan kerugian yang dialami dimana kasus tersebut merupakan
contoh ketidakadilan yang disebabkan oleh terjadinya luapan lumpur lapindo di Jawa
Timur.

2. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan sila ke-5 terhadap korban bencana lumpur lapindo?

3. Tujuan
Mengkaji salah satu fenomena yang terjadi selama belasan tahun, lumpur lapindo
salah satu bencana nasional yang di sebabkan oleh aktivitas industri dalam bidang migas.
Dibuatnya makalah ini bertujuan untuk menganalisis penerapan nilai butir pancasila
khususnya pada sila ke 5 secara eksplisit terhadap korban yang di rugikan dalam bencana
lumpur lapindo.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Teori
Sila kelima pancasila “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” didasari dan
dijiwai oleh keempat sila lainnya yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan kerakyatan.
Hal ini mengandung hakikat makna bahwa keadilan adalah sebagai akibat adanya Negara
kebangsaan dari manusia – manusia berketuhanan Yang Maha Esa. Sila keadilan sosial
adalah tujuan dari keempat sila lainnya. Apabila sila pertama, kedua dan ketiga merupakan
sila-sila yang menggambarkan pandangan hidup yang diyakini bangsa Indonesia, sila
keempat menggambarkan cara-cara yang harus dilakukan sesuai dengan tujuan hidup yang
dicita-citakan, maka sila kelima menggambarkan tujuan hidup berbangsa dan bernegara
yang dicita-citakan bangsa Indonesia
Secara ontologis, hakikat keadilan sosial juga ditentukan oleh adanya hakikat keadilan
sebagaimana terkandung dalam sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab..
menurut Notonagoro. Hakikat keadilan yang terkandung dalam sila kedua yaitu keadilan
yang terkandung dalam hakikat manusia monopluralis yaitu manusia yang adil terhadap diri
sendiri, terhadap sesama dan terhadap Tuhan. Penjelmaan dari keadilan kemanusiaan
monopluralis menyangkut manusia sebgaai makhluk hidup dan makhluk sosial. Dengan
demikian keadilan sosial didasari oleh sila kedua. ( Notonagoro, 1975:140, 141 ).
Aristoteles membedakan keadilan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Keadilan Distributif (Distributive Justice), yang terwujud bilamana hal-hal yang
sama diperlakukan secara sama, dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan secara
tidak sama. Keadilan disrtibutif ini dalam bentuk konkritnya adalah sikap adilnya
Negara terhadap seluruh warga negara, atau Negara wajib memenuhi keadilan
terhadap warganegaranya.
2. Keadilan Legal (Legal Justice), yang terwujud bilamana setiap anggota masyarakat
melaksanakan fungsinya dengan baik sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Bentuk konkrtinya ialah sikap adilnya warga masyarakat terhadap Negara. Keadilan
ini disebut juga keadilan bertaat, yaitu warga Negara bersikap adil dalam wujud
mentaati segala peraturan perundang-undangan & peraturan lainya yg dikeluarkan
Negara.
3. Keadilan Komunitatif (Communitative Justice), yaitu keadilan yang berlangsung
dalam bentuk timbal balik secara proposional dalam kehidupan bersama.
Nilai yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan atau Perwakilan. Maka dalam sila ke – 5 tersebut terkandung nilai
keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial). Keadilan
tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan manusia yaitu keadilan dalam hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat,
bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya.
Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan
dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan Negara yaitu mewujudkan
kesejahteraan seluruh warganya serta melindungi seluruh warganya dan wilayahnya,
mencerdaskan seluruh warganya. Demikian pula nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar
dalam pergaulan antara Negara sesama bangsa didunia dan prinsip ingin menciptakan
ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa didunia dengan berdasarkan
suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup
bersama (keadilan sosial). (Kaelan, 2012).

2. Isu Kontekstual
Isu kontekstual berangkat dari permasalahan semburan lumpur Siduarjo yang
berlangsung 12 tahun silam , atau yang biasa dikenal sebagai lumpur “Lapindo”. Tragedi
lumpur Sidoarjo mengakibatkan adanya pelanggaran nilai-nilai pancasila terutama pada sila
ke-5 yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Menurut Dadang, sebagaimana ia menjadi salah satu seniman yang ikut menyuarakan
aksi membangun 110 patung:
“Lumpur lapindo telah mengubur kampung kami, lapindo hanya mengobral janji
palsu, negara abai memulihkan kehidupan kami, suara kami tak pernah padam, agar
bangsa ini tidak lupa (Monumen Tragedi Lumpur Lapindo). Begitu banyak
penderitaan yang dirasakan masyarakat yang terkena dampak lumpur lapindo, mulai
dari rumah yang tertimbun lumpur, kehilangan tempat menganut pendidikan ,
kehilangan mata pencaharian. Jelas, dengan janji janji palsu yang diberikan pihak
Lapindo sudah menunjukan ketidakadilan bagi seluruh masyarakat yang terkena
dampak lumpur sidoarjo. Tentu saja kemanusiaan nilai yang terpenting, karena
bagaimanapun juga ketidakadilan yang terjadi, penindasan dan hal-hal yang membuat
manusia menderita harus segera diakhiri.
Dadang merupakan seniman kontemporer asal tegal yang ingin melakukan sebuah
aksi membangun 110 patung di sekitar semburan Lumpur Lapindo yang bertujuan untuk
protes atas ketidakadilan dari berbagai pihak. Sangat banyak penderitaan yang dirasakan,
Sungguh ketidakadilan yang diterima oleh masyarakat dari pihak-pihak yang tidak ingim
bertanggung jawab.
Semburan lumpur menjadi bencana yang melahirkan penderitaan. Lebih dari 13.337
keluarga kehilangan tempat tinggal karena terkubur dengan ketinggian hingga 15 meter.
Penyelesaian ganti rugi korban lumpur tak kunjung tuntas kendati telah dipinjami dana
pemerintah Rp 781 miliar pada 2015 (Kompas).

3. Analisis dan Pemecahan Masalah


Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memiliki lima sila atau lima poin
fundamental didalamnya, artinya kelima poin tersebut harus mutlak dipenuhi dan diamalkan
karena Pancasila sendiri sebagai dasar negaranya. Negara dalam hal ini pemerintah yang
merupakan “pihak” otoritas berkewajiban penuh menegakkan penerapan Pancasila kepada
seluruh komponen negara, entah itu rakyat, para pejabat pemerintahan, dan para penjaga
keamanan negara. Isu yang diangkat oleh kelompok kami mengenai permasalahan Lumpur
Sidoarjo telah dibahas dalam kajian latar belakang dan teori bab selanjutnya. Berikut akan
dibahas mengenai analisis penerapan Sila ke-5 Pancasila yang berbunyi “Keadilan Sosial
Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Sesuai media yang beredar, bahwa kejadian atau tragedi Lumpur Sidoarjo memiliki
dinamika tersendiri. Pemerintah bahkan telah membentuk sebuah badan yaitu Badan
Penanganan Lumpur Sidoarjo untuk menuntaskan permasalahan bencana Lumpur Lapindo
dengan mencari solusi se-adil-adilnya. Itupun masih ada pembelaan dari pihak PT. Lapindo
Brantas (Lapindo) yang menyatakan bahwa peristiwa tersemburnya lumpur diakibatkan
oleh bencana alam Gempa Bumi yang mematahkan formasi batuan yang memiliki fluida
lumpur sehingga menyembur ke atas hingga permukaan. Tapi apakah pemerintah harus
mempertimbangkan dan berdebat mengenai siapa yang salah dari peristiwa itu? Mungkin
itu perlu, tetapi rakyat yang menjadi korban membutuhkan bantuan secepatnya, karena
rumah-rumah mereka yang terendam dan hancur.
Kami sempat melakukan wawancara terhadap salah satu korban lumpur sidoarjo yang
kebetulan sesama mahasiswa Universitas Pertamina, berikut data yang kami peroleh
berdasarkan wawancara:
Nama : Hanif Arraditya
Status: mahasiswa UP
Berdasarkan wawacara garis besar info yang diperoleh adalah:
1. Pihak swasta (PT. Lapindo) bertanggung jawab terhadap korban namun tidak diganti
dengan nominal kerugian yang setara.
2. Sebagian daerah yang terendam lumpur sebenarnya daerah yang memiliki harga tanah
tinggi, seperti daerah Porong. Namun untuk dana penggantian dihitung berdasarkan
harga tanah yang rendah, sekelas harga tanah di daerah lain.
3. Terdapat opsi yang diberikan oleh pihak swasta, yaitu korban digantikan rumah di dalam
komplek perumahan dengan fasilitas baik, namun luas tanah tidak sesuai.
Info tersebut kami dapatkan mengenai tanggung jawab pihak swasta pasca peristiwa
Lumpur Sidoarjo.
Di era pemerintahan sekarang telah ada upaya pemulihan bantuan bagi korban bencana
Lumpur Sidoarjo, yaitu:
Pemerintah memutuskan menalangi sisa ganti rugi senilai Rp 781 miliar kepada korban
lumpur Lapindo. Penalangan dilakukan dengan cara membeli lahan terdampak milik warga
setelah PT. Lapindo Brantas (Lapindo) tidak sanggup membayarnya (Kompas).
Lapindo memiliki waktu empat tahun untuk membayar utang kepada pemerintah dan
asetnya akan disita jika tidak melunasi, tetapi badan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(WALHI) di Jawa Timur mengkritisi bahwa kebijakan Pemerintah selama ini masih kurang
efektif. Karena pemerintah hanya menanggulangi dan fokus pada permasalahan yang
bersifat materialis saja, tetapi hak-hak korban semburan mengenai Lingkungan Hidup tidak
diperhatikan. Hal tersebut terlihat dari penelitian WALHI bahwa tanah dan air di area sekitar
lumpur panas mengandung Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) hingga dua ribu kali
di atas ambang batas normal. Padahal PAH adalah senyawa organik yang berbahaya dan
bersifat karsiogenik atau memicu kanker.
Pada tahun 2016, penelitian logam berat yang dilakukan WALHI Jawa Timur
menunjukkan level Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) pada air sungai Porong mencapai angka
10 kali diatas ambang batas yang diperbolehkan di lingkungan, dan ternyata pada tahun
2017, Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo telah dibubarkan melalui Perpres Nomor
21 Tahun 2017.
Pemerintah sebagai pokok otoritas sebuah negara, harus menegakkan Pancasila secara
total. Nilai keadilan adalah salah satu nilai fundamental Pancasila karena dimasukkan
kedalam sila ke-5. Keadilan harus ditegakkan secara total, dan yang paling penting adalah
diawasi dan di cek ulang apakah keadilan tersebut sudah terlaksana dengan optimal atau
belum. Karena pada kasus bencana Lumpur Sidoarjo, pemerintah telah melakukan upaya
keadilan dengan baik, tetapi keadilan tersebut tidak kontinu dan belum optimal.
Permasalahan lingkungan hidup juga tidak bisa dibiarkan, karena dapat membahayakan
ribuan nyawa korban semburan lumpur juga. Tidak hanya materialis, tetapi hak lingkungan
hidup juga memiliki keadilan dan keadilan harus ditegakkan sepenuhnya tanpa pandang
bulu.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah kami lakukan dapat diambil kesimpulkan, yaitu tidak
ditegakkannya sila ke-5 dalam Pancasila yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia”. Adapun faktor pendukung, seperti:
1) Penanganan kasus Lumpur Lapindo terbilang lamban, karena hingga bertahun-
tahun tidak menunjukkan titik terang.
2) Pemberian harga ganti rugi tanah tidak sesuai dengan harga tanah di daerah
tersebut, sehingga di sama ratakan dengan harga tanah terendah
3) Ganti rugi yang diberikan untuk korban tidak sesuai atau tidak setara dengan
nominal yang seharusnya

2. Saran
Setelah kita menganalisa, sebaiknya pemerintah tetap menindak lanjuti kasus ini
secara kontinu dan optimal segingga nilai sila ke-5 dalam Pancasila dapat ditegakkan. Selain
itu pemerintah juga harus menangani masalah lingkungan yang berada disekitar lokasi
lumpur lapindo karena tanah dan air di daerah tersebut mengandung Polycyclic Aromatic
Hydrocarbon (PAH), Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) yang berada di atas batas ambang
normal.

3. Daftar Pustaka
 Kaelan, (Desember, 1996), Kesatuan Sila-sila Pancasila, Jurnal Filsafat, Hal 47.
Tersedia di http://media.neliti.com/media/publications/228577-kesatuan-sila-sila-
pancasila-ebdb0054.pdf diakses pada 27 Oktober 2018, pukul 21:40
 Kompas.com. (2016, April 26). Evaluasi, 10 Tahun Kasus Lapindo. Tersedia di
https://regional.kompas.com/read/2016/04/26/15050011/Evaluasi.10.Tahun.Kasus.Lap
indo diakses pada 25 Oktober 2018, pukul 20:00
 Kompas.com. (2014, Desember 20). Korban Lumpur Lapindo Tuntut Jaminan. Tersedia
di
https://regional.kompas.com/read/2014/12/20/21253171/Korban.Lumpur.Lapindo.Tun
tut.Jaminan diakses pada 27 Oktober 2018, pukul 07:00
 Notonagoro, 1971, Pengertian Dasar bagi Implemenlasi Pancasila Untuk ABRI,
Departemen Pertahanan dan Keamanan, Jakarta, 140-141.
 Redaksi. (2017, Mei 29). 11 Tahun Lumpur Lapindo, Kian Berdampak Sangat Buruk,
Hak-hak Korban Terus Terabaikan. Tersedia di http://sinarkeadilan.com/11-tahun-
lumpur-lapindo-kian-berdampak-sangat-buruk-hak-hak-korban-terus-terabaikan/
diakses pada 27 Oktober 2018, pukul 10:00
 Rizki, P. (2014, Mei 29). Lumpur Lapindo: Sewindu Menyisakan Masalah dan
Penderitaan. Tersedia di http://www.mongabay.co.id/2014/05/29/lumpur-lapindo-
sewindu-menyisakan-masalah-dan-penderitaan/ diakses pada 25 Oktober 2018, pukul
19:30
 Sastrapratedja. 2001. Pancasila sebagai visi dan Referensi Kritik Sosial, Yogyakarta :
Penerbit Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tersedia di
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=92550&val=4997 diakses pada 27
Oktober 2018, pukul 22:22

4. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai