Anda di halaman 1dari 16

VARIAN BAHASA MELAYU

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. ANISA MUTIA DEWI


2. DANI APRIAN
3. HIBUR PANJAITAN
4. MELY ANGGRAENI

KELAS X IIS II
SMA NEGERI 4 MANDAU
KAB. BENGKALIS
PROVINSI RIAU
T.P. 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah  yang berjudul “Varian
Bahasa Melayu”. Terima kasih saya ucapkan kepada guru pengajar BMR yang
telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang. Semoga makalah  ini bisa menambah wawasan pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Duri, Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.........................................................................................................Latar Belakang
...................................................................................................................1
1.2.......................................................................................................Rumusan Masalah
...................................................................................................................2
1.3.......................................................................................................Tujuan Penulisan
...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Sejarah Awal Bahasa Melayu....................................................................3
2.2.Perkembangan Bahasa melayu sebagai alat komunikasi...........................4
2.3.Varian-varian Bahasa melayu....................................................................6
BAB III PENUTUP
3.1.Simpulan...................................................................................................11
3.2.Saran.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Bahasa Melayu (Jawi/Jawöe/Melayu) bahasa yang mencakup sejumlah
bahasa yang saling bermiripan yang dituturkan di wilayah Nusantara dan di
Semenanjung Melayu. Sebagai bahasa yang luas pemakaiannya, bahasa ini
menjadi bahasa resmi di Brunei, Indonesia (sebagai bahasa Indonesia), dan
Malaysia (juga dikenal sebagai bahasa Malaysia); bahasa nasional Singapura; dan
menjadi bahasa kerja di Timor Leste (sebagai bahasa Indonesia). Bahasa Melayu
merupakan lingua franca dalam kegiatan perdagangan dan keagamaan di
Nusantara sejak abad ke-7.[1] Migrasi kemudian juga turut memperluas
pemakaiannya. Selain di negara yang disebut sebelumnya, bahasa Melayu
dituturkan pula di Afrika Selatan, Sri Lanka, Thailand selatan, Filipina selatan,
Myanmar selatan, sebagian kecil Kamboja, hingga Papua Nugini. Bahasa ini juga
dituturkan oleh penduduk Pulau Natal dan Kepulauan Cocos, yang menjadi
bagian Australia (Wikipedia, 2020).
Bahasa Melayu sangat bervariasi. Penyebab yang utama adalah tidak
adanya institusi yang memiliki kekuatan untuk mengatur pembakuannya.
Kerajaan-kerajaan Melayu hanya memiliki kekuatan regulasi sebatas wilayah
kekuasaannya, padahal bahasa Melayu dipakai oleh orang-orang jauh di luar batas
kekuasaan mereka. Akibatnya muncul berbagai dialek (geografis) maupun
sosiolek (dialek sosial). Pemakaian bahasa ini oleh masyarakat berlatar belakang
etnik lain juga memunculkan berbagai varian kreol di mana-mana, yang masih
dipakai hingga sekarang. Bahasa Betawi, suatu bentuk kreol, bahkan sekarang
mulai memengaruhi secara kuat bahasa Indonesia akibat penggunaannya oleh
kalangan muda Jakarta dan dipakai secara meluas di program-program hiburan
televisi nasional (Wikipedia, 2020)
Maka dari itu, Pada makalah ini, kami akan membahas Bahasa melayu
yang ada pada saat ini, mulai dari sejarah awal Bahasa melayu,hingga varian-
varian Bahasa melayu.

I.II. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana awal sejarah Bahasa melayu?
2. Bagaimana perkembangan Bahasa melayu sebagai alat komunikasi?
3. Bagaimana pembagian varian Bahasa melayu?
I.III. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah, yaitu:
1. Agar mengetahui awal sejarah Bahasa melayu,
2. Agar mengetahui perkembangan Bahasa melayu sebagai alat komunikasi.
3. Agar mengetahui pembagian varian Bahasa melayu.
BAB II
PEMBAHASAN
II.I. Sejarah Awal Bahasa Melayu
Bahasa Melayu termasuk dalam bahasa-bahasa Melayu Polinesia di bawah
rumpun bahasa Austronesia. Menurut statistik penggunaan bahasa di dunia,
penutur bahasa Melayu diperkirakan mencapai lebih kurang 250 juta jiwa yang
merupakan bahasa keempat dalam urutan jumlah penutur terpenting bagi bahasa-
bahasa di dunia.
Prasasti Telaga Batu, salah satu catatan bahasa Melayu terawal. Catatan
tertulis pertama dalam bahasa Melayu Kuno berasal dari abad ke-7 Masehi, dan
tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian
selatan Sumatra dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah.
Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa.[6] Selanjutnya, bukti-bukti tertulis
bermunculan di berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai
berasal dari abad ke-18.
Sejarah penggunaan yang panjang ini tentu saja mengakibatkan perbedaan
versi bahasa yang digunakan. Ahli bahasa membagi perkembangan bahasa
Melayu ke dalam tiga tahap utama, yaitu:
1) Bahasa Melayu Kuno (abad ke-7 hingga abad ke-13)
2) Bahasa Melayu Klasik, mulai ditulis dengan huruf Jawi (sejak abad ke-15)
3) Bahasa Melayu Modern (sejak abad ke-20)
Walaupun demikian, tidak ada bukti bahwa ketiga bentuk bahasa Melayu
tersebut saling bersinambung. Selain itu, penggunaan yang meluas di berbagai
tempat memunculkan berbagai dialek bahasa Melayu, baik karena penyebaran
penduduk dan isolasi, maupun melalui kreolisasi.
Selepas masa Sriwijaya, catatan tertulis tentang dan dalam bahasa Melayu
baru muncul semenjak masa Kesultanan Malaka (abad ke-15). Laporan Portugis
dari abad ke-16 menyebut-nyebut mengenai perlunya penguasaan bahasa Melayu
untuk bertransaksi perdagangan. Seiring dengan runtuhnya kekuasaan Portugis di
Malaka, dan bermunculannya berbagai kesultanan di pesisir Semenanjung
Malaya, Sumatra, Kalimantan, serta selatan Filipina, dokumen-dokumen tertulis
di kertas dalam bahasa Melayu mulai ditemukan. Surat-menyurat antarpemimpin
kerajaan pada abad ke-16 juga diketahui telah menggunakan bahasa Melayu.
Karena bukan penutur asli bahasa Melayu, mereka menggunakan bahasa Melayu
yang "disederhanakan" dan mengalami percampuran dengan bahasa setempat,
yang lebih populer sebagai bahasa Melayu Pasar (Bazaar Malay). Tulisan pada
masa ini telah menggunakan huruf Arab (kelak dikenal sebagai huruf Jawi) atau
juga menggunakan huruf setempat, seperti hanacaraka
II.I. Perkembangan Bahasa Melayu Sebagai Alat Komunikasi
Slametmuljana di dalam bukunya Asal Bangsa dan Bahasa Nusantara
menunjukkan bahwa bahasa Melayu berasal dari bahasa yang ada di daerah
sekitar Indocina, meliputi Campa, Mon-Khmer, Bahnar, Rade, Jarai, Sedang,
Mergui, Khaosan, Shan, dan sejenisnya. Para pakar lainnya mencari asal usul
bahasa Melayu sampai ke Melayu Purba, Proto-Malay, dan Proto-Malayic. Proto-
Malay adalah bahasa Melayu pertama sedangkan Proto-Malayic adalah bahasa
rumpun Melayu pertama (1987:21).
Bersamaan dengan itu, para pakar bahasa membagi bahasa Melayu ke
dalam tujuh zaman. Dimulai dari bahasa tertua, dikenal bahasa Austronesia Purba,
bahasa Melayu Purba, bahasa Melayu Kuno, abad ke-7 sampai ke-14, bahasa
Melayu Klasik atau Tengahan, abad ke-14 sampai ke-18, bahasa Melayu
Peralihan, abad ke-19, bahasa Melayu Baru, abad ke-20, dan bahasa Melayu
Modern meliputi bahasa Indonesia, bahasa Malaysia, serta bahasa Melayu Brunei
dan Singapura.
Bahasa Melayu Kuno terdapat pada zaman Sriwijaya. Bahasa ini, menurut
banyak pakar, ditemukan dalam prasasti Talang Tuwo yang bertahun 684 Masehi
dan terdiri atas 14 baris. Selain prasasti Talang Tuwo, masih terdapat sejumlah
prasasti dari zaman itu sampai abad ke-13 yang menunjukkan perkembangan
bahasa Melayu, meliputi prasasti Kedukan Bukit (683 Masehi, 10 baris), Kota
Kapur (686 Masehi, 10 baris), dan lain-lain.
J.J. de Hollander mengemukakan dalam bukunya Pedoman Bahasa dan
Sastra Melayu bahwa tulisan Melayu Klasik sejak akhir abad ke-13 telah
menggunakan huruf Arab. Meskipun demikian, terdapat lafal Arab yang tidak
dikenal di dalam bahasa Melayu serta sebaliknya. Oleh karena itu, diciptakan
huruf Arab khusus untuk bahasa Melayu. Bahasa Melayu Peralihan pada abad ke-
19, selain ditulis dalam huruf Arab, sudah mulai ditulis dalam huruf Latin. Sejak
akhir abad ke-19, mulai berkembang bahasa Melayu Rendah yang dikenal sebagai
bahasa Melayu Cina. Banyak cerita yang ditulis dalam bahasa ini sebagai hasil
karya para sastrawan Cina Indonesia. Bahasa ini bertahan sampai awal 1950-an.
Pada 1901, dikenal ejaan van Ophuijsen yakni ejaan bahasa Melayu
dengan huruf Latin yang dibakukan. Kemudian melalui pendirian Balai Pustaka,
pada 1917, dikembangkanlah bahasa Melayu Tinggi yang disusul dengan
sejumlah karangan klasik seperti Salah Asuhan, Siti Nurbaya, dan sejenisnya.
Pada 1928, melalui Sumpah Pemuda, bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa
Indonesia. Pada 1938, di Solo, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia
Pertama dan disusul dengan Kongres Bahasa Indonesia kedua di Medan pada
1954. Kini, secara teratur Kongres Bahasa Indonesia diselenggarakan lima tahun
sekali.
Pada 1947, ketika Suwandi menjadi Menteri Pendidikan, diadakan
perubahan ejaan bahasa Indonesia yang dikenal sebagai ejaan Suwandi. Setelah
Malaysia merdeka, mereka menyusun ejaan bahasa Malaysia yang berpedoman
kepada ejaan bahasa Inggris. Kemudian terjadi pendekatan di antara pakar bahasa
Indonesa dan pakar bahasa Malaysia. Meskipun istilah yang digunakan oleh
bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia masih banyak yang berbeda, namun
mereka berusaha untuk menyamakan ejaannya.
Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa persatuan bangsa
Indonesia ketika Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa
Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang
politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional
kedua di Jakarta, Yamin mengatakan,
Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan
kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa
persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa
Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa
persatuan.

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi bangsa


Indonesia. Selain tercantum dalam ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928, hal ini juga
tercantum dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945 Bab XV Pasal
36. Berdasarkan kedua hal tersebut, dapat diketahui bahwa kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa kebangsaan adalah kedudukannya berada di atas bahasa-
bahasa daerah. Di samping itu, bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
mempunyai andil dalam menciptakan integritas bangsa.
II.II. Varian Bahasa Melayu
Ada kesulitan dalam mengelompokkan bahasa-bahasa Melayu.
Sebagaimana beberapa bahasa di Nusantara, tidak ada batas tegas antara satu
varian dengan varian lain yang penuturnya bersebelahan secara geografis.
Perubahan dialek seringkali bersifat bertahap. Untuk kemudahan, biasanya
dilakukan pengelompokan varian sebagai berikut:
a. Bahasa-bahasa Melayu Tempatan (Lokal)
Contoh dari Bahasa melayu tempatan/lokal, yaitu:
1) Dialek Tamiang : dituturkan di kabupaten Aceh Tamiang,
Nanggroe Aceh Darussalam
2) Dialek Langkat : dituturkan di kawasan Langkat, Sumatera Utara
3) Dialek Deli : dituturkan di Medan, Deli Serdang dan Serdang
Bedagai
4) Dialek Asahan : dituturkan di sepanjang wilayah pesisir kabupaten
Asahan
5) Dialek Kualuh : dituturkan di sepanjang wilayah aliran hulu
sampai hilir sungai Kualuh kabupaten Labuhanbatu Utara
6) Dialek Bilah : dituturkan di sepanjang wilayah hilir aliran sungai
Bilah kabupaten Labuhanbatu
7) Dialek Panai : dituturkan di sepanjang wilayah hilir aliran sungai
Barumun kabupaten Labuhanbatu
8) Dialek Kotapinang : dituturkan di sepanjang wilayah aliran sungai
Barumun kabupaten Labuhanbatu Selatan
9) Dialek Melayu Riau : dituturkan di kawasan Kepulauan Riau
10) Dialek Melayu Riau Daratan : terbagi atas beberapa dialek lainnya
tergantung wilayah (Siak, Rokan, Inderagiri, Kuantan)
11) Dialek Anak Dalam : kemungkinan termasuk kelompok Kubu,
Talang Mamak di kawasan Riau dan Jambi
12) Dialek Melayu Jambi : dituturkan di provinsi Jambi
13) Dialek Melayu Bengkulu : dituturkan di kota Bengkulu
14) Dialek Melayu Palembang : dituturkan di kota Palembang dan
Kota Muara Enim dan sekitarnya
15) Dialek Bangka-Belitung : dituturkan di provinsi Bangka-Belitung
sedikit perbedaan antara pengucapan kata sebagai contoh kata
“APA-Ind” bangka menggunakan “APE” seperti mengucapkan
kata “PEPES” dan Belitung “APE” seperti mengucapkan kata
“Remang”.
16) Dialek Bahasa Melayu Pontianak : dituturkan di kabupaten
Pontianak, Kabupaten Kubu Raya dan kota Pontianak, Kalimantan
Barat
17) Dialek Landak : kabupaten Landak dan sekitarnya, Kalimantan
Barat
18) Dialek Sambas : dituturkan di kabupaten Sambas dan sekitarnya,
Kalimantan Barat
19) Dialek Ketapang : dituturkan di kabupaten Ketapang dan
sekitarnya, Kalimantan Barat terdiri 2 dialek kota Ketapang dan
Balai Berkuak.
20) Dialek Berau : dituturkan di kabupaten Berau dan sekitarnya,
Kalimantan Timur
21) Dialek Kutai : dipakai di kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan
Timur
22) Dialek Loloan : dituturkan di kota Negara, Jembrana, Bali.
b. Bahasa-bahasa Melayu Kerabat (Paramelayu, Paramalay = Melayu “tidak
penuh”)
Bahasa Melayu kerabat adalah bahasa-bahasa lain yang serupa
dengan Bahasa Melayu, namun masih ada perbedaan pendapat mengenai
soal itu. Mereka adalah:
1) Bahasa Minangkabau (min) di Sumatera Barat
2) Bahasa Banjar (bjn) di Kalimantan Selatan
3) Bahasa Kedayan (kxd) (Suku Kedayan) di Brunei, Sarawak
4) Dialek Melayu Kedah (meo) (Melayu Satun)
5) Dialek Melayu Pulau Kokos (coa)
6) Dialek Melayu Pattani (mfa)
7) Dialek Melayu Sabah (msi)
8) Dialek Melayu Bukit (Bahasa Bukit) (bvu) (Suku Dayak Bukit) di
Kalimantan Selatan
9) Bahasa Serawai (srj) di Bengkulu
10) Bahasa Rejang (rej) di Rejang Lebong, Bengkulu
11) Bahasa Lebong di Lebong, Bengkulu
12) Bahasa Rawas (rws) di Musi Rawas, Sumatera Selatan
13) Bahasa Penesak (pen) di Prabumulih, Sumatera Selatan
14) Bahasa Komering di Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering
Ilir, Sumatera Selatan
15) Bahasa Enim (eni)
16) Bahasa Musi (mui)
17) Bahasa Kaur (vkk)
18) Bahasa Kerinci atau Kerinci-Sakai-Talang Mamak (vkr)
19) Bahasa Kubu (kvb)
20) Bahasa Lematang (lmt)
21) Bahasa Lembak (liw)
22) Bahasa Lintang (lnt)
23) Bahasa Lubu (lcf)
24) Bahasa Loncong atau Orang Laut (lce)
25) Bahasa Sindang Kelingi (sdi)
26) Bahasa Semendo (sdd)
27) Bahasa Rawas (rws)
28) Bahasa Ogan (ogn)di Ogan Ilir, Ogan Komering Ulu dan Ogan
Komering Ilir, Sumatera Selatan
29) Bahasa Pasemah ( pse) di Sumatera Selatan
30) Bahasa Suku Batin [sbv] di Jambi
31) Bahasa Kutai di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
c. Bahasa-bahasa kreol (bukan suku/penduduk melayu)
Bahasa Melayu sudah lama dikenal sebagai bahasa antarsuku bangsa
khususnya di Indonesia. Dalam perkembangannya terutama kawasan-
kawasan berpenduduk bukan Melayu dan mempunyai bahasa masing-
masing, bahasa Melayu mengalami proses pidginisasi dengan berbaurnya
berbagai unsur bahasa setempat ke dalam bahasa Melayu dan karena
dituturkan oleh anak-anaknya, bahasa Melayu mengalami proses Kreolisasi.
Bahasa Melayu, khususnya di Indonesia Timur diperkenalkan pula oleh para
misionaris asal Belanda untuk kepentingan penyebaran agama Kristen.
Di pulau Jawa, terutama di Jakarta, bahasa Melayu mengalami
proses kreolisasi yang unsur dasar bahasa Melayu Pasar tercampur dengan
berbagai bahasa di sekelilingnya, khususnya bahasa Tionghoa, bahasa
Sunda, bahasa Jawa, bahasa Bali, bahasa Bugis, bahkan unsur bahasa
Belanda dan bahasa Portugis. Melayu dalam bentuk kreol ini banyak
dijumpai di Kawasan Indonesia Timur yang terbentang dari Manado hingga
Papua.Bentuk Melayu Kreol tersebut antara lain :Dialek Melayu Jakarta
bahasa Betawi : dituturkan di Jakarta dan sekitarnya
1) Dialek Melayu Indonesia Peranakan: banyak dituturkan oleh
kalangan orang Tionghoa di pesisir Jawa Timur dan Jawa Tengah.
2) Dialek Melayu Manado (bahasa Manado): dipakai sebagai lingua
franca di Sulawesi Utara
3) Dialek Melayu Maluku Utara (max): dipakai di hampir seluruh
Maluku Utara
4) Dialek Melayu Bacan (btj): dipakai di kawasan pulau Bacan,
Maluku Utara
5) Dialek Melayu Ambon : dipakai sebagai bahasa ibu bagi warga
kota Ambon, dan bahasa kedua bagi warga sekitarnya
6) Dialek Melayu Banda : berbeda dengan Melayu Ambon, dan
digunakan di kawasan Kepulauan Banda, Maluku
7) Dialek Melayu Larantuka : dipakai di kabupaten Flores Timur,
Nusa Tenggara Timur
8) Dialek Melayu Kupang : menjadi lingua franca di wilayah
Kupang dan sebagian Pulau Timor
9) Dialek Melayu Papua : Papua, Papua Barat • Dialek Melayu
Makassar (mfp) : Sulawesi Selatan
BAB III
PENUTUP
III.I. Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah:
1. Bahasa Melayu termasuk dalam bahasa-bahasa Melayu Polinesia di
bawah rumpun bahasa Austronesia. Prasasti Telaga Batu, salah
satu catatan bahasa Melayu terawal. Catatan tertulis pertama dalam
bahasa Melayu Kuno berasal dari abad ke-7 Masehi, dan tercantum
pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian
selatan Sumatra dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa
Tengah. Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa.[6] Selanjutnya,
bukti-bukti tertulis bermunculan di berbagai tempat, meskipun
dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.
2. tulisan Melayu Klasik sejak akhir abad ke-13 telah menggunakan
huruf Arab. Meskipun demikian, terdapat lafal Arab yang tidak
dikenal di dalam bahasa Melayu serta sebaliknya. Oleh karena itu,
diciptakan huruf Arab khusus untuk bahasa Melayu. Bahasa
Melayu Peralihan pada abad ke-19, selain ditulis dalam huruf
Arab, sudah mulai ditulis dalam huruf Latin. Sejak akhir abad ke-
19, mulai berkembang bahasa Melayu Rendah yang dikenal
sebagai bahasa Melayu Cina. Banyak cerita yang ditulis dalam
bahasa ini sebagai hasil karya para sastrawan Cina Indonesia.
Bahasa ini bertahan sampai awal 1950-an. Pada 1901, dikenal
ejaan van Ophuijsen yakni ejaan bahasa Melayu dengan huruf
Latin yang dibakukan. Kemudian melalui pendirian Balai Pustaka,
pada 1917, dikembangkanlah bahasa Melayu Tinggi yang disusul
dengan sejumlah karangan klasik seperti Salah Asuhan, Siti
Nurbaya, dan sejenisnya. Pada 1928, melalui Sumpah Pemuda,
bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia. Pada 1938, di
Solo, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia Pertama dan
disusul dengan Kongres Bahasa Indonesia kedua di Medan pada
1954. Kini, secara teratur Kongres Bahasa Indonesia
diselenggarakan lima tahun sekali.
3. Tidak ada batas tegas antara satu varian dengan varian lain yang
penuturnya bersebelahan secara geografis. Perubahan dialek
seringkali bersifat bertahap. Untuk kemudahan, biasanya dilakukan
pengelompokan varian, yaitu bahasa-bahasa Melayu Tempatan
(Lokal), Bahasa-bahasa Melayu Kerabat (Paramelayu, Paramalay =
Melayu “tidak penuh”), Bahasa-bahasa kreol (bukan
suku/penduduk melayu).
III.I. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, penulis berharap agar pembaca dapat inti
dari apa yang dipaparkan dalam makalah, mulai dari sejarah awal Bahasa
melayu,hingga varian-varian Bahasa melayu.
DAFTAR PUSTAKA

https://gpswisataindonesia.info/2014/01/sejarah-dan-perkembangan-bahasa-
melayu/ (diakses tanggal 29 Januari 2020)

Rahmawati, Ariny. 2010.Pengaruh Bahasa Melayu terhadap Bahasa Indonesia


Sebagai Alat Komunikasi dan Media Integritas Bangsa Indonesia. http://kata-
kan.blogspot.com/2010/06/pengaruh-bahasa-melayu-terhadap-bahasa.html
(Diakses tanggal 29 Januari 2020).

Wikipedia. 2020. Bahasa Melayu. https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Melayu


(diakses tanggal 29 Januari 2020).

Anda mungkin juga menyukai