BAHASA INDONESIA
SEJARAH EJAAN
Ejaan Diperlukan Untuk Bahasa Tulis. Bahasa Lisan Tidak Perlu
Ejaan Tetapi Perlu Kejelasan Ucapan, Intonasi, Jeda, Mimik Atau
Gerakan-gerakan Wajah Dan Anggota Badan Lainnya Untuk
Membantu Menjelaskan Kalimat Yang Diucapkan.
1. Ejaan Pertama: Ejaan Van Ophuysen Berlaku Sejak 1901. (Prof. Ch.
Van Ophuysen Ahli Pendidikan Pada Zaman Belanda)
2. Ejaan Kedua: Ejaan Soewandi/Ejaan Republik Berlaku Sejak 19
Maret 1947 Tertuang Dalam Kep Menteri 19 Maret 1947, No.
264/Bhg.A. Berlaku S.D. 9 September 1987 (Soewandi Adalah
Menteri Pendidikan Indonesia Yang Pertama).
3. Ejaan Ketiga: Ejaan Yang Disempurnakan (Eyd) Tertuang Dalam
Kep Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Pada 9 September 1987,
No. 0543a/U/1987. (Lihat Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan).
4. Ejaan Keempat: Tertuang Pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (Puebi) mulai digunakan sejak tahun 2016
SOEMPAH PEMOEDA (CONTOH
PENGGUNAAN EJAAN VAN OPHUYSEN
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe
bertoempah darah jang satoe, tanah air
Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe
berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia menjoenjoeng
bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
UNDANG-UNDANG SULTAN ADAM (CONTOH
PENGGUNAAN EJAAN VAN OPHUYSEN
Tiap tiap tatoea kampoeng koesoeroehkan baroelah langgar soepaja
didirikan mereka itoe sembahjang berdjoemaah pada tiap tiap
waktoe dengan sekalian anak boeahnja dan koesoeroehkan mareka
itu mambawai anak boeahnja sembahjang berdjoemaah dan
sembahjang djoemaat pada tiap-tiap djoemaat lamoen ada njang
anggan padahakan kajah diakoe.
Sekarang Wangkang dipanggil menghadap oleh Residen tetapi
Wangkang tidak boleh membawa lebih dari tiga oerang. Kemudian
Wangkang mendjawab. “Saja tidak akan menemoei Residen dengan
hanja dua atau tiga oerang karena saja tidak akan maoe berpisah
dengan para pengikut saja dan mereka djuga tidak mau dipisahkan
dari saja. Dan djika saja harus bertemu Residen, saja pergi dengan
mereka semoea.
EJAAN AN OPHUYSEN
Teks Sumpah Pemuda menggunakan ejaan van
Ophuysen. Ejaan ini disusun oleh Prof. Ch. A. van
Ophuysen yang digunakan mulai 1901.
Ejaan van Ophuysen sangat dipengaruhi oleh bahasa
Belanda, seperti huruf /j/ untuk menuliskan kata-kata:
jang, pajah, hajat. Huruf /oe/ untuk menuliskan kata:
goeroe, moeloet, doedoek.
19 Maret 1947 ejaan van Ophuysen diganti dengan ejaan
Soewandi atau ejaan Republik. Mr. Soewandi adalah
menteri pendidikan (menteri PP dan K).
PERBEDAAN EJAAN VAN OPHUYSEN DAN
EJAAN SOEWANDI
1. /oe/ menjadi /u/,
Bunyi hamzah seperti kata-kata /ma’lum/, /ra’yat/
diganti dengan huruf /k/ sehingga menjadi /maklum/,
/rakyat/, dll.
/e/ pada kata /benar/, /keras/, dengan /e/ pada kata /ekor/,
/besok/ disamakan saja menjadi /e/. Jadi /e/ tidak lagi
diberi garis di atasnya untuk membedakan /e/pada
kata /benar/ dan /e/ pada kata /ekor/.
Kata ulang boleh dituliskan dengan angka 2, misalnya,
ber-jalan2, ke-kanak2an.
Tanda trema seperti pada kata-kata Quran, Rabiulawal,
dihilangkan.
EJAAN BAHASA INDONESIA YANG
DISEMPURNAKAN (EYD)
16 Agustus 1972 pemerintah RI menetapkan ejaan baru
yang dinamakan EYD.
Perubahan ejaan ini antara lain: