Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BIMBINGAN & KONSELING KELOMPOK

PENDEKATAN BEHAVIORISTIK

Dosen Pengampu :
Dr. Sulistiyana, S.Pd, M.Pd
M. Andri Setiawan, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Amalia Nur Aisyah (2010123320011)

Fitriani (2010123120011)

Putri An’nisa (2010123220039)

Risdayanti Sari (2010123220025)

Shinta Nuryana (2010123220033)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga makalah kelompok 5 mata kuliah bimbingan
& konseling kelompok yang berjudul “Bimbingan & Konseling Kelompok
Pendekatan Behavioristik” berhasil diselesaikan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan &
Konseling Kelompok Prodi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin.

Disadari bahwa keberhasilan penyusunan makalah ini tidak lepas dari


peran serta dan berbagai pihak yang telah membantu baik secara moril maupun
materil. Untuk itu disampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada Ibu Dr.
Sulistiyana, S.Pd, M.Pd dan Bapak M. Andri Setiawan, M.Pd sebagai dosen
pengampu mata kuliah bimbingan & konseling kelompok yang telah banyak
memberikan masukan, bimbingan, arahan, dan saran dalam penyusunan makalah
ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan dan kelemahan. Sehingga diharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun agar isi dari makalah ini menjadi lebih baik. Semoga amal
baik yang diberikan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt dan
bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, 5 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul............................................................................................i

Kata Pengantar...............................................................................................ii

Daftar Isi.........................................................................................................iii

BAB Ⅰ. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2
D. Manfaat Penulisan................................................................................2

BAB Ⅱ. PEMBAHASAN

A. Definisi Pendekatan Behavioristik.......................................................3


B. Tujuan Pendekatan Behavioristik.........................................................5
C. Tahapan Pendekatan Behavioristik......................................................5
D. Penerapan Pendekatan Behavioristik Di Sekolah................................6

BAB Ⅲ. PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................8
B. Saran.....................................................................................................8

Daftar Pustaka................................................................................................9
BAB Ⅰ

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendekatan behaviorisme merupakan suatu pendekatan terapi


tingkah laku yang berkembang pesat dan sangat popular, dikarenakan
memenuhi prinsip-prinsip kesederhanaan, kepraktisan, kelogisan, mudah
dipahami dan diterapkan, dapat didemonstrasikan, menempatkan
penghargaan khusus pada kebutuhan anak, serta adanya penekanan
perhatian pada perilaku yang positif. Behaviorisme yakin dan percaya
bahwa seluruh tingkah laku manusia dapat dipahami (understanding),
dirumuskan (formulasi) dan diprediksi, berdasarkan pandangan objektif.
Maka rumusan tingkah laku bagi behaviorisme merupakan hubungan
stimulus-respon-bond, Gagasan tingkah laku diperlukan pendekatan
objektif, mekanistik, dan materialistik sehingga perubahan tingkah laku
pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian.
Tokoh-tokoh yang tergantung dalam aliran ini adalah Skinner,
Pavlov, dan Thorndike. Diantara tokoh-tokoh yang tergabung dalam
behaviorisme, Skinner merupakan tokoh yang paling produktif
mengemukakkan gagasan dan penelitian paling berpengaruh seta paling
tegas dalam menjawab tantangan dan kritik-kritik dalam behaviorisme.
Dalam makalah ini, akan membahas lebih lanjut mengenai pendekatan
behaviorisme atau behavioristik

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pendekatan behavioristik?
2. Apa tujuan dari pendekatan behavioristik?
3. Bagaimana tahapan pendekatan behavioristik?
4. Bagaimana penerapan pendekatan behavioristik di sekolah?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan behavioristik.
2. Untuk mengetahui tujuan pendekatan behavioristik.
3. Untuk mengetahui tahapan pendekatan behavioristik.
4. Untuk mengetahui penerapan BK kelompok melalui pendekatan
behavioristik di sekolah.

D. Manfaat Penulisan

Dengan makalah ini, maka diharapkan pembaca dapat menambah wawasan


dan pengetahuan tentang pengertian pendekatan behavioristik, tujuan pendekatan
behavioristik, tahapan pendekatan behavioristik, dan penerepan pendekatan
behavioristik di sekolah.

2
BAB Ⅱ

PEMBAHASAN
A. Definisi Pendekatan Behavioristik

Kelompok behavioral merupakan serangkaian metode kelompok alih-alih


suatu sistem yang terpadu (Vander Kolk,1985). Pendekatan behavioral juga
merupakan suatu pendekatan terapi tingkah laku yang berkembang pesat dan
sangat popular, dikarenakan memenuhi prinsip-prinsip kesederhanaan,
kepraktisan, kelogisan, mudah dipahami dan diterapkan, dapat didemonstrasikan,
menempatkan penghargaan khusus pada kebutuhan anak, serta adanya penekanan
perhatian pada perilaku yang positif.

Natawidjaja (2009: 260) menyatakan bahwa asumsi pokok dari penekatan ini
adalah bahwa perilaku, kognisi, perasaan itu semuanya dapat diubah dengan
proses belajar baru atau belajar kembali. Behavioral percaya bahwa kita
merespons dengan cara yang dapat diprediksi karena keuntungan yang kita alami
(penguatan positif) atau karena kebutuhan untuk melarikan diri atau menghindari
konsekuensi yang tidak menyenangkan (penguatan negatif).

Termasuk tokoh-tokoh dari teori konseling behavioral John D. Krumboltz,


Carl E. Thoresen, Wolpe, Albert Bandura, dan Ray. E. Hosfort. Teori konseling
berasal dari konsepsi yang dikembangkan oleh hasil-hasil penelitian psikologi
esperimental. Terutama dari Ivan Pavlov dengan classical conditioning-nya dan B.
F. Skinner dengan operant conditioning-nya, yang berguna untuk memecahkan
masalah tingkah laku abnormal dari yang sederhana (hysteria, obsessional
neurosis, paranoid) sampai pada yang kompleks (phobia, anxiety, dan psikosa),
baik untuk kasus individual maupun kelompok. Mula-mula terapi ini
dikembangkan oleh Wolpe untuk menanggulangi (treatment) neurosis. Semua
kelompok yang berorientasi behavioral dan terapi realitas memusatkan pada
keterkaitan individu dengan diri mereka sendiri dan orang lain dalam cara yang

3
dinamis, teramati, dan lebih produktif. Tiga kelompok utama behavioral biasanya
dikombinasikan ketika pemimpin kelompok, yaitu : response learning (classical
conditioning), operant learning (Skinnerian conditioning), dan imitation learning
(sosial modelling). (Adhiputra, 2015).

B.F Skinner (1904-1990) melaporkan bahwa ia dibesarkan dalam lingkungan


keluarga yang hangat dan stabil. Saat ia tumbuh dewasa, Skinner sangat tertarik
untuk membangun segala macam hal, minat yang mengikutinya sepanjang
kehidupan profesionalnya. Ia menerima gelar PhD-nya dalam psikologi dari
Universitas Harvard pada tahun 1931 dan akhirnya kembali ke Harvard setelah
mengajar di beberapa universitas. (Corey, 2012).

Skinner adalah juru bicara terkemuka untuk behaviorisme dan dapat dianggap
sebagai bapak pendekatan perilaku untuk psikologi. Skinner memperjuangkan
behaviorisme radikal, yang menempatkan penekanan utama pada efek lingkungan
pada perilaku. Skinner juga seorang determinis, dia tidak percaya bahwa manusia
memiliki pilihan bebas. Dia mengakui bahwa perasaan dan pikiran itu ada, tetapi
dia menyangkal bahwa itu yang menyebabkan tindakan kita. Sebaliknya, ia
menekankan hubungan sebab akibat antara kondisi dan perilaku lingkungan yang
objektif dan dapat diamati. Skinner menyatakan bahwa terlalu banyak perhatian
telah diberikan pada keadaan internal pikiran dan motif, yang tidak diamati dan
diubah secara langsung, dan terlalu sedikit fokus yang diberikan kepada faktor-
faktor lingkungan yang dapat diamati dan diubah secara langsung. Dia sangat
tertarik dengan konsep penguatan, yang dia terapkan dalam hidupnya sendiri.
Misalnya, setelah bekerja berjam-jam, ia akan masuk ke dalam kepompong yang
dibangunnya (seperti tenda), memakai headphone, dan mendengarkan musik
klasik.

Sebagian besar pekerjaan Skinner bersifat eksperimental di laboratorium,


tetapi yang lain telah menerapkan idenya untuk mengajar, mengelola masalah
manusia, dan perencanaan sosial, sains dan perilaku manusia. (Skinner, 1953)
paling baik menggambarkan bagaimana Skinner berpikir konsep perilaku dapat

4
diterapkan pada setiap domain perilaku manusia. Dalam di mana Wolden Ⅱ
(Skinner menggambarkan komunitas utopis, 1948) ide-idenya, yang berasal dari
laboratorium, diterapkan pada isu-isu sosial. Bukunya tahun 1971, Beyond
Freedom and Dignity, membahas perlunya perubahan drastis jika masyarakat kita
ingin bertahan. Skinner percaya bahwa sains dan teknologi menjanjikan masa
depan yang lebih baik.

B. Tujuan Pendekatan Behavioristik

Konseling behavioral tidak menetapkan tujuan konseling yang berlaku secara


umum, namun tujuan konseling sesuai dengan masalah spesifik anggota yang
ingin dipecahkan. Laffleur menegaskan bahwa tujuan konseling dalam kerangka
kerja behavioral tergantung pada permasalahan masing-masing anggota. Rumusan
tujuan dibuat spesifik dalam bentuk apa yang klien akan perbuat, dimana tingkah
laku akan terjadi dan bagaimana sebaiknya tingkah laku itu ditampilkan. (Lubis,
2016).

Tujuan khususnya ialah membantu anggota mempelajari tingkah laku pribadi


yang spesifik sesuai dengan keunikan klien serta mengembangkan hubungan
kehangatan, empati serta membatasi perilaku sebagai faktor interaksi antara faktor
bawaan dengan lingkungannya dengan tujuan mengubah perilaku salah dalam
penyesuaian dengan menemukan perilaku yang tepat.

C. Tahapan Pendekatan Behavioristik

Menurut Komalasari, dkk. (2011:157-160) konseling behavioral memiliki


empat tahap yaitu :

a). Assesmenst (assessment), tahap ini bertujuan untuk menentukan apa yang
dilakukan oleh konseli pada saat ini. Assesmen dilakukan adalah aktivitas nyata,
perasaan dan pikiran konseli.

b). Menetapkan tujuan (goal setting), konselor dan konsei menetukan tujuan
konseling sesuai dengan kesepakatan bersama berdasarkan informasi yang telah
disusun dan dianalisis.

5
c). Implementasi teknik (technique implementation), yaitu konselor dan konseli
menentukan strategi belajar yang terbaikuntuk membantu konseli mencapai
perubahan tingkah laku yang diinginkan.

d). Evaluasi dan pengakhiran (evaluation-termination), merupakan proses yang


berkesinambungan. Evaluasi dibuat atas dasar apa yang konseli perbuat. Tingkah
laku konseli digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan
efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan.

D. Penerapan Pendekatan Behavioristik Di Sekolah

Dalam proses pembelajarannya, Afkar Ta’lim menggunakan teori


behavioristik di mana menurut teori ini belajar adalah perubahan tingkah laku.
Seseorang telah dianggap belajar jika mampu menunjukkan perubahan tingkah
laku. Teori behavioristik mengakui pentingnya input berupa stimulus, dan output
berupa respon. Teori belajar behavioristik menekankan kajiannya pada
pembentukan perilaku berdasarkan hubungan antara stimulus dan respon. Itu bias
untuk diamati dan tidak berkorelasi dengan kesadaran atau konstruk. Teori belajar
behavioristik bertentangan dengan teori kognitif yang mengemukakan bahwa
proses belajar adala proses mental yang tidak diamati secara kasat mata.

Teori belajar behavioristik sangat menekankan hasil belajar, yaitu adanya


perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkrit. Hasil
belajar diperoleh dari proses penguatan tanggapan yang timbul terhadap
lingkungan belajar, baik internal maupun eksternal. Belajar berarti memperkuat
ikatan, asosiasi, sifat, dan kecenderungan untuk mengubah perilaku. Teori belajar
behavioristik dalam pembelajaran merupakan upaya untuk membentuk perilaku
yang diinginkan. Pembelajaran behavioristik sering disebut sebagai pembelajaran
stimulus respon. Tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan
segala tingkah laku adalah hasil belajar. Pembelajaran behavioristik meningkatkan
kualitas pembelajaran jika diperkenalkan kembali pembelajaran dalam
penerapannya. Berdasarkan komponen-komponennya, teori ini relevan untuk

6
digunakan dalam pembelajaran saat ini. Penerapan teori belajar behavioristik
mudah ditemukan di sekolah. Hal ini karena kasus penerapan teori ini untuk
meningkatkan kualitas siswa (Salamah, 2021).

7
BAB Ⅲ

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam proses pembelajaran Ta’lim ini menggunakan teori behavioristik yang


menurut teori pembelajaran ini adalah perubahan perilaku. Seseorang dianggap
sedang belajar jika ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pandangan
behavioristik mengakui pentingnya input atau stimulus, dan output sebagai
respon. Teori belajar behavioristik menekankan studinya pada pembentukan
perilaku yang didasarkan pada hubungan antara stimulus dan bias yang diamati
dan tidak berkorelasi dengan kesadaran kognitif atau konstruktif. Teori belajar
behavioristik bertentangan dengan teori kognitif yang menyatakan bahwa belajar
adalah proses mental yang tidak dapat diamati.

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah


ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya. Dengan adanya makalah ini diharapkan
dapat menambah pengetahuan wawasan maupun keterampilan pendidik dalam
menjalankan tugasnya sebagai seorang guru. Sehingga nantinya dapat dipakai dan
diperbaiki dengan baik sesuai dengan aturan maupun prosedur pelaksanaannya di
sekolah.

8
DAFTAR PUSTAKA

Adhiputra, AAN. 2015. Landasan-landasan Konseling Kelompok. Denpasar:


IKIP-PGRI Bali.

Corey, Gerald. (2012). Theory and Practice of Group Counseling. Belmont:


Brooks/Cole.

Komala, Gantina, dkk, 2011. Teori dan Tekhnik Konseling. Jakarta: PT. Indeks.

Lubis, Namora Lumongga., Hasnida. (2016). Konseling Kelompok. Jakarta:


Kencana.

Natawidjaja, R. (2009). Konseling Kelompok. Konsep Dasar dan Pendekatan.


Bandung: Rizqi Press.

Salamah, U., Mufidah, N., Agil, I. M. B., Putri, I.M., & Soumena, H. (2021,
April). Application of Behavioristic Learning Theory in Learning “Ta”lim
Afkar”. In International Conference on Engineering, Technology and
Social Science (ICONETOS 2020) (pp. 620-624). Atlantis Press.

Skinner, B.F. (1948). Walden Two. Hackett Publishing Company.

Skinner, B.F. (1953). Science and Human Behavior. The Macmillan Company.

Skinner, B.F. (1971). Beyond Freedom and Dignity. Hackett Publishing Company

Vander Kolk, B., Greenberg, M., Boyd, H., & Krystal, J. (1985). Inescapable
shock, neurotransmitters, and addiction to trauma: Toward a
psychobiology of post traumatic stress. Biological psychiatry, 20(3), 314-
325.

Anda mungkin juga menyukai