Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BEHAVIORAL

DOSEN PENGAMPU : BARRIYATI M,Pd.

Disusun oleh : Arni Rahmawati (12106004 )

Sri Hartini (12106005)

Rohana (12106006)

Sagita Azahra Dilla Dayana (12106007)

SEMESTER/KELAS : 3/B

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI)

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH (FUAD)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK

TAHUN AKADEMIK 2022-2023


Kata pengantar

Dengan menyebut nama Allah Subhannahu Wa Ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji bagi Allah yang memelihara seluruh alam. Semoga kesejahteraan
dan keselamatan tertuju kepada Seluruh Nabi dan utusan Allah, teristimewa kepada nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam, dan seluruh keluarga dan orang-orang yang
mengikuti jejak langkahnya. Dimanapun dan sampai Kapanpun kami tak pernah berhenti
berucap syukur kepada Allah. Karena dengan rahmat dan RidhoNya kami bisa berbuat,
berkarya untuk kepentingan dan kemajuan muat. Kami yakin tanpa adanya ikhtiar dalam
berdoa kepada Allah tidak banyak kelancaran dalam menyelesaikan tugas yang kami
kerjakan. Dan tak lupa tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu
BARRIYATI, M.Pd Pada mata Teori dan pendekatan BK sholawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam
jahiliyah menuju alam islamiyah. Saya menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih
jauh dari kesempurnan, karena kesempurnaan hanya milik Allah swt dan saya memohon
kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami tunggu demi kelengkapan tugas
ini. Oleh sebab itu saya akan sangat berterima kasih sekirahnya mendapatkan masukan-
masukan untuk penyempurnaannya, terutama saya sangat berharap sumbang saran dari
Bapak/Ibu pengampu mata kuliah ini. Atas masukan – masukannya saya harapkan terima
kasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB I....................................................................................................................................

PENDAHULUAN................................................................................................................................

A.Latar belakang.................................................................................................................

B.Rumusan masalah............................................................................................................

C.Tujuan penulisan..............................................................................................................

BAB II ..................................................................................................................................

PEMBAHASAN.....................................................................................................................

A. Konsep dasar teori behavioral.........................................................................................

B.Tujuan dan fungsi behavioral...........................................................................................

C.Peran dan fungsi Konselor dalam teori behavioral...........................................................

D.Teknik-teknik Konseling behavioral..................................................................................

1. Desensitisasi sistematik (Systematic Desensitization)................................................

2. Assertive training .......................................................................................................

3. Aversion therapy........................................................................................................

4. Homework..................................................................................................................

E. Kelemahan Dan Kelebihan Teori Behavioral ....................................................................

1. Kelebihan konseling behavioral..................................................................................

2. Kelemahan teori behavioral.......................................................................................

F. Contoh Konseling Behavioral...........................................................................................


BAB III .................................................................................................................................

PENUTUP.............................................................................................................................

Kesimpulan..........................................................................................................................

Saran...................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam pembahasan makalah ini kami mengangkat tema tentang “Teori Behavioral”
atau teori tentang prilaku. Kami mengangkat tema ini karena terdapat beberapa poin
penting tentang peserta didik dalam belajar, bagaimana mengetahui tingkah laku dan
karakteristik anak dalam belajar. Setiap anak mempunyai cara belajar yang berbeda-beda
dan ada berbagai macam teori belajar sehingga dalam pembahasan ini akan ditemukan
bagaimana cara belajar yang sesuai diterapkan peserta didik. Menurut teori behaviorisme
bahwa belajar terjadi bila perubahan bentuk tingkah laku dapat diamati, bila bahwa
kebiasaan berperilaku terbentuk karena pengaruh sesuatu atau pengaruh peristiwa-
peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar. Teori behaviorisme berpandangan bahwa
belajar terjadi melalui operant conditioning. Jika seseorang menunjukkan perilaku belajar
yang baik akan mendapatkan hadiah dan kepuasan. Peserta didik yang telah mendapatkan
hadiah sebagai penguatan akan semakin meningkatkan kualitas perilaku belajarnya.
Sebaliknya, jika peserta didik menunjukkan perilaku belajar yang tidak baik akan
mendapatkan hukuman dari guru atau orang tua dengan sasaran agar peserta didik dapat
merubah perilaku belajarnya yang tidak baik tersebut.

Terkait dengan masalah bimbingan dan konseling, terdapat banyak ragam teori dan
pendekatan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, salah satunya adalah
teori konseling Behavioral, yang akan coba kami kupas satu persatu sehingga akan tampak
sedikit kejelasan, dengan harapan kupasan materi yang kami sajikan bermanfaat bagi kita
semua yang bergerak dalam dunia pendidikan.
B. Rumusan masalah

1. Apa saja konsep dasar teori behavioral?

2. Apa saja tujuan dan fungsi teori behavioral?

3. Apa saja peran dan fungsi Konselor dalam teori behavioral?

4. Apa saja teknik-teknik Konseling behavioral?

5. Apa saja kelebihan dan kelemahan teknik behavioral?

6. Apa contoh dari proses konseling behavioral?

C. Tujuan penulisan

1. Mengetahui konsep dan dasar teori behavioral

2. Mengetahui tujuan dan fungsi teori yang terdapat pada behavioral

3. Mengetahui peran dan fungsi Konselor dalam teori behavioral

4. Mengetahui teknik-teknik yang terdapat pada Konseling behavioral

5. Mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan teknik behavioral

6. Dapat memberikan contoh dari proses konseling behavioral


BAB II

Pembahasan

A. Konsep dasar teori behavioral


Behavioral adalah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B Watson
pada tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner. Sama halnya dengan
psikoanalisis, You have Yora juga merupakan aliran yang Revolusioner, kuat dan
berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Sejumlah filsuf Dan
ilmuwan sebelum Watson dalam satu dan lain bentuk telah mengajukan gagasan-
gagasan mengenai pendekatan objektif dalam mempelajari manusia berdasarkan
pandangan yang mekanistik dan materialistis, suatu pendekatan yang menjadi ciri
utama dari behaviorisme.
Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, manusia pada dasarnya
tidak memiliki bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang
diterimanya dari lingkungan sekitarnya.Salah satu studi yang paling perkembangan
pendekatan behavioral adalah studi yang dilakukan oleh Watson dan Rayner yang
menggunakan anak sebagai subjek tentang rasa takut yang dipelajari.
Teori behavioral didasari oleh pandangan ilmiah tentang tingkah laku
manusia yaitu pendekatan yang sistematik dan terstruktur dalam konseling.
Konseling behavioral dikenal juga dengan modifikasi perilaku yang dapat diartikan
sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku.(Rukaya, Aku Bimbingan
Dan Konseling, Guepedia, 2019, hlm. 46)

B. Tujuan dan Fungsi Behavioral


Tujuan umum konseling behavioral adalah menciptakan kondisi-kondisi baru
bagi pelajar, tujuan konseling dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu memperbaiki
perilaku yang tidak sesuai, belajar proses tentang pembuatan keputusan, dan
mencegah timbulnya masalah. Menurut Corey (2009) ada juga fungsi tujuan dalam
konseling fungsional yaitu (1) sebagai refleksi masalah konseli dan dengan demikian
sebagai arah bagi konseling. (2) sebagai dasar pemilihan dan penggunaan strategis
konseling dan (3) sebagai kerangka untuk menilai hasil konseling. Urutan pemilihan
dan penetapan tujuan yang digambarkan oleh Cornier dan Cornier (dalam corey,
2009) sebagai suatu bentuk kerja sama antara konselor dan konseli, sebagai berikut:
1) Konselor menjelaskan hakikat dan maksud tujuan
2) Konseling mengkhususkan perubahan-perubahan tertentu atau tujuan-tujuan
yang diinginkan
3) Konseling dan konselor mengeksplorasi dapat tidaknya tujuan-tujuan yang
dinyatakan tersebut dilaksanakan
4) Bersama-sama mereka mengidentifikasi resiko-resiko ini diselidiki
(dieksplorasi)
5) Berdasarkan informasi yang diperoleh mengenai tujuan yang dinyatakan oleh
konseli, konselor dan konseli membuat satu diantara keputusan-keputusan
berikut, melanjutkan konseling, mempertimbangkan kembali tujuan-tujuan
konseling atau mencari referal.

Bila proses pemilihan tujuan diatas dapat diselesaikan, maka proses penentuan
tujuan dimulai. Proses ini mencakup usaha bersama di mana konselor dan konseling
membahas tingkah lagu-lagu yang dihubungkan dengan tujuan-tujuan tersebut, kondisi-
kondisi perubahan, tingkat perubahan, tingkah laku, hakikat sub-sub tujuan dan rencana
tindakan untuk mencapai tujuan tersebut. (M. Syahrul & Nur Setiawan, Konseling (Teori dan
Aplikasinya), Gowa: Aksara Timur, 2020, hlm.17.)

Konseling perilaku kontemporer menekankan kepada peranan aktif konseli dalam


memutuskan tentang penanganan mereka. Terapis membantu konseli memformulasikan
tujuan spesifik yang dapat diukur. Tujuan harus jelas, konkret, dapat dipahami dan disetujui
oleh konseli dan konselor. Proses menentukan tujuan konseling ini berhubungan dengan
negosiasi antara konseli dan konselor yang menghasilkan kontrak yang memandu
pelaksanaan konseling. Konselor dan konseli mengubah tujuan menjadi proses terapi ketika
dibutuhkan.
Kharisma dalam Rojidan (1994) menyatakan bahwa konseling behavioral hakikatnya
merupakan suatu proses membantu individu untuk belajar mencegah masalah
interpersonal, emosional dan keputusan tertentu. Penekanan kata belajar dalam proposisi
di atas adalah atas pertimbangan bahwa konselor membantu klien belajar dan mengubah
tingkah lakunya. Konselor berperan dalam membantu proses belajar dengan menciptakan
kondisi yang sedemikian rupa sehingga konseli dapat memecahkan masalahnya dan
mengubah tingkah lakunya.

Dari uraian singkat di atas dapat dipahami bahwa tujuan konseling behavioral adalah
mencapai kehidupan tanpa mengalami tingkah laku simtomatik, yaitu kehidupan tanpa
mengalami kesulitan dan hambatan yang dapat menimbulkan ketidakpuasan dalam jangka
panjang atau mengalami konflik dengan kehidupan sosial. (Mulawarman dkk, Psikologi
Konseling, Jakarta: Kencana, 2019, hlm.199.)

C. Peran dan fungsi Konselor Dalam Teori Behavioral


Peran konselor behavioral harus mengonsumsikan adanya peranan aktif,
directive dan treatment, karena mereka menerapkan pengetahuan ilmiah pada
penemuan solusi pada permasalahan yang dihadapi. Konselor behavioral secara khas
berfungsi sebagai guru pengarah, dan ahli dalam mendiagnosa tingkah laku yang
tidak tepat dalam menentukan prosedur-prosedur yang diharapkan, mengarah pada
tingkah laku baru yang lebih baik.
Fungsi penting lain adalah peran modeling konselor untuk konseli. Bandura (1977)
menunjukkan bahwa sebagian besar belajar yang terjadi melalui pengalaman
langsung dapat juga diperoleh melalui pengamatan terhadap tingkah laku orang lain.
Dia menambahkan bahwa salah satu dari proses-proses yang mendasar di mana
konseling mempelajari tingkah laku baru adalah melalui peniruan atau modeling
sosial yang diberikan oleh konselor, konselor sebagai seorang individu menjadi role
model yang penting. Karena konseli seringkali memandang konseli sebagai worthy
emulation, maka konseli meniru sikap-sikap, nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan,
dan tingkah laku konselor.
Dengan demikian konselor harus sadar tentang peran penting yang mereka
mainkan dalam proses pengidentifikasian. Bagi seorang yang tidak menyadari
kekuatan yang mereka miliki dalam mempengaruhi dan membentuk cara berpikir
dan bertingkah laku konseli membuat mereka mengingkari pentingnya kepribadian
mereka sendiri dalam proses terapeutik. Bagi konselor, peran dan fungsi yang paling
berat adalah menjadi model bagi konseli. (M.Syahrul & Nur Setiawan, Konseling
(Teori dan Aplikasinya), Gowa: Aksara Timur, 2020, hlm.19.)
Peran dan fungsi konselor dalam pendekatan adalah melatih siswa dalam
kegiatan kelompok dengan mengimplementasikan teknik yang digunakan dalam
konseling kognitif behavioral. Keberhasilan proses konseling dalam konseling kognitif
behavioral sangat dipengaruhi oleh kualitas pribadi konselor dan hubungan antara
konselor dan konseli. Kualitas pribadi konselor yang hangat, penuh empati sangat
diperlukan dalam konseling kognitif behavioral (Sharf, 2004). Hubungan konselor
dengan konseli juga memegang peranan yang sangat penting dalam usaha
pencapaian tujuan konseling. Hubungan konselor dengan konseli yang hangat,
suportif dan menghargai juga memotivasi konseling untuk mencapai perubahan yang
diinginkan. (Kadek Suratama dkk, Model Konseling Kontemporer, Modern, Dan
Postmodern, PT. Inovasi Pratama Internasional, 2022, hlm.76.)

D. Teknik-Teknik Konseling Behavioral


Di dalam layanan kegiatan konseling behavioral (perilaku), tidak ada teknik
konseling baku yang digunakan, ponsel yang dirasa kurang baik dieliminasi dan
diganti dengan teknik lain yang dianggap sesuai dengan proses konseling. Berikut ini
dikemukakan beberapa teknik konseling behavioral:
1) Desensitisasi sistematik (Systematic Desensitization)
Teknik ini dikembangkan oleh Wolpe yang mengemukakan bahwa
semua perilaku neurotic adalah ekspresi dan bahwa respon terhadap
kecemasan dapat dieliminasi dengan menemukan respon yang antagonistik.
Dalam teknik ini, klien dianjurkan santai dan menghubungkan keadaan santai
itu dengan membayangkan pengalaman-pengalaman yang mencemaskan,
menguras dan mengecewakan.Situasi yang dihadirkan disusun secara
sistematis dari yang kurang mencemaskan sampai ke tingkat sangat
mencemaskan, Prosedur teknik desensitisasi sistematik adalah sebagai
berikut:
a) Analisis perilaku yang menimbulkan kecemasan
b) Menyusun hierarki yang menimbulkan kecemasan, dari yang kurang
mencemaskan sampai yang tingkat sangat mencemaskan.
c) Memberi latihan relaksasi otot-otot yang dimulai dari lengan hingga
otot kaki klien diletakkan di atas bantal atau kain wol. Secara
relaksasi otot dimulai dari lengan, kepala, kemudian leher atau
bahu, bagian belakang, perut dan dada, dan kemudian bagian
bawah lainnya.
d) Pelayan diminta membayangkan situasi yang menyenangkan dan
dapat membahagiakan dirinya, seperti di pantai, tempat relaksasi, di
taman dan lain sebagainya
e) Klien duduk rileks dan memejamkan mata, kemudian disuruh
membayangkan situasi yang kurang mencemaskan dirinya, bila
situasi tersebut dapat dihadapi, di tingkatkan ke tahap yang
mencemaskan sangat tingkat paling mencemaskan.
f) Bila Kelayan berada pada tingkat paling mencemaskan maka
konselor meminta kepada klien untuk membayangkan situasi
sesuatu yang menyenangkan dirinya untuk menghilangkan
kecemasan tersebut.
g) Menyusun tingkat kecemasan harus bersama klien, dan tingkat
kecemasan tersebut ditulis dalam kertas oleh konselor.
2) Assertive training
Merupakan teknik dalam konseling behavioral yang Menitikberatkan
pada kasus yang mengalami kesulitan dengan perasaan yang tidak sesuai
dalam kenyataannya. Contohnya ingin marah tetapi tetap merespon manis.
Assertive training membantu klien dalam hal-hal berikut:
a) Tidak dapat menyatakan kemarahannya atau kejengkelannya
b) Sopan yang berlebihan, kadang-kadang dimanfaatkan oleh orang
lain
c) Klien yang mengalami kesulitan berkata “tidak”
d) Klien yang sukar menyatakan cinta dan respon positif lainnya
e) Klien yang merasa tidak punya untuk menyatakan pendapat dan
pikiran nya.
Teknik ini membantu klien dalam membangkitkan rasa keberanian
pada orang pelaksanaannya dengan cara bermain peran. Contoh, berperan
sebagai pemimpin yang galak atau pemimpin yang berwibawa.
3) Aversion therapy
Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku negatif dan
memperkuat perilaku hukuman bisa berupa kejutan listrik atau memberi
ramuan orang yang muntah. Misalnya, anak yang suka berkata bohong diberi
kejutan listrik. Perilaku homoseksual dihukum dengan mempertunjukkan film
yang disenanginya lalu di listrik tangannya dan film mati.
4) Homework
Teknik konseling dalam bentuk pemberian tugas di rumah bagi klien
yang kurang mampu menyesuaikan situasi cara klien diberi tugas selama satu
minggu di rumah. Misalnya, tugas Kelayan adalah membiasakan diri menaruh
tas sekolah di tempatnya. Klien menandai hari apa dia tidak disiplin dalam
menaruh tas. Jika selama seminggu dia tidak disiplin selama 3 hari maka ia
diberi tugas tambahan sehingga selama 7 hari pelayan disiplin menaruh tas.
(Agus Sukirno, Teori Dan Teknik Konseling, Banten:A-Empat, 2015,74-75)
E. Kelemahan Dan Kelebihan Teori Behavioral
Menurut Corey (2009) konseling behavioral memiliki kelebihan dan juga
kelemahan dalam penerapannya.
1) Kelebihan konseling behavioral
a) Ada hasil konkrit atau nyata yang didapat yaitu perubahan perilaku.
Jika clinet centered therapy , humanistik, dan lain-lain lebih bersifat
abstrak dan menekankan pada insting yang diperoleh konseli.

b) Pembuatan tujuan konseling antara konselor dan konseli di awal


sesi konseling dijadikan acuan keberhasilan proses konseling.
c) Memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan selalu
diperbaharui
d) Waktu konseling relatif singkat
e) Kolaborasi yang baik antara konselor dan konseli dalam penetapan
tujuan dan pemilihan teknik.

2) Kelemahan teori behavioral


a) Konseling behavioral dapat mengubah perilaku, tetapi tidak
mengubah perasaan.
b) Konseling bilateral mengabaikan faktor-faktor relasional penting
dalam konseling
c) Konseling behavioral tidak menimbulkan insting atau wawasan
d) Konseling behavioral lebih mementingkan mengobati gejala
daripada penyebab
e) Konseling behavioral melibatkan kontrol dan manipulasi oleh
konselor.
(Kadek Suratama dkk, Model Konseling Kontemporer, Modern, Dan
Postmodern, PT. Inovasi Pratama Internasional, 2022, hlm.69.)

F. Contoh Konseling Behavioral


Contoh yang kami ambil dari suatu masalah yang diatasi dengan konseling
behavioral ialah masalah yang terjadi di SMA yaitu “Mengurangi Kenakalan Remaja
Menggunakan Konseling Behavioral Pada Peserta Didik di SMA”. Setelah melakukan
penelitian menggunakan eksperimen dapat diketahui ada beberapa kenakalan yang
dilakukan oleh remaja tersebut diantaranya kebiasaan membolos, merokok, merusak
barang milik teman, terlibat perkelahian antar siswa, mengonsumsi minuman keras
dan kebiasaan menghabiskan waktu keluar rumah dengan teman sampai larut
malam. Respon melakukan kenakalan tersebut secara berkelompok atau bersama-
sama hal ini sesuai dengan karakter masa remaja yaitu mampu mengontrol
perilakunya dengan cenderung bersifat inklusif dan ingin menunjukkan eksistensinya
dengan cara-cara yang kurang tepat.

Setelah melihat latar belakang penyebab kenakalan remaja maka tahap


selanjutnya ialah asesment memberikan upaya untuk membina hubungan baik
dengan responden dan membicarakan asal mula munculnya permasalahan.
Mengidentifikasi permasalahan dan menyadarkan bahwa responden pernah
melakukan tindakan kenakalan remaja. Langkah ada selanjutnya adalah goal setting,
informasi yang didapatkan dari tahap asesmen kemudian dianalisis dan digunakan
sebagai landasan untuk menyusun tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan
konseling. Tujuan dalam kegiatan konseling tentunya untuk mengurangi tindak
kenakalan remaja dan konselor berkomitmen untuk membantu respon dan keluar
dari permasalahannya. Tahap selanjutnya ialah menentukan strategi yang digunakan
untuk mencapai tujuan dan merubah perilaku. Peneliti memberikan lembar kontrak
perilaku kepada responden agar responden juga memiliki komitmen bersama untuk
merubah dan mengurangi tindak kenakalan remaja. Tahap evaluasi peneliti mencoba
untuk menilai perkembangan permasalahan responden. Responden buat diberikan
kesempatan untuk mencoba merubah perilakunya dan bertanggung jawab atas
keputusan diambilnya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa konseling behavioral mampu mengurangi
kenakalan remaja sesuai dengan hasil tahap evaluasi. Berdasarkan karakteristik
konseling behavioral, menurut Corey konseling behavioral memiliki karakter yang
memusatkan perhatian kepada perilaku yang tampak dan spesifik, cermat dan
merumuskan tujuan konseling, langkah konseling yang spesifik terhadap masalah,
dan evaluasi yang objektif dari hasil konseling. Bentuk kenakalan remaja yang
dilakukan oleh responden merupakan masalah perilaku yang tampak atau spesifik
yang bisa diamati. Peneliti juga mencoba untuk merumuskan tujuan serta strategi
yang berubah perilaku kenakalan remaja.
Keberhasilan penurunan intensitas tindak kenakalan remaja juga didukung
dengan karakter responden yang menyadari bahwa dirinya memiliki kebiasaan yang
kurang adaptif dan tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Kesadaran responden
dan orientasi untuk mampu menyelesaikan permasalahan menjadi modal yang
sangat berharga bagi responden untuk mampu merubah perilakunya menjadi lebih
adaptif. Kenakalan remaja terjadi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
kondisi keluarga yang broken home, kurang perhatian dan kasih sayang orang tua,
status sosial ekonomi orang tua rendah, kondisi warga yang tidak tepat. Secara
keseluruhan dapat diinterpretasikan bahwa tindak kenakalan remaja diawali dengan
tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis anak saat berada di lingkungan keluarga.
Kondisi keluarga sangat berperan bagi perilaku anak, keluarga yang kondusif dan
komunikatif antar anggota keluarga memberikan kenyamanan bagi anak untuk
mengidentifikasi perilaku yang sesuai dengan dan sebaliknya. Namun bukan berarti
kenakalan remaja hanya ditentukan oleh faktor keluarga saja melainkan lingkungan
sekolah dan pergaulan siswa juga berperan mempengaruhi perilaku. Kesesuaian
teknik pendekatan konseling dengan permasalahan siswa dapat memberikan
pelayanan konseling lebih efektif dan efisien. Karena tiap pendekatan konseling
memiliki karakteristik yang berbeda-beda Oleh sebab itu perlu memperhatikan
keunggulan pendekatan dan disesuaikan dengan permasalahan siswa. Dalam
penelitian ini pendekatan behavioral lebih menekankan pada perilaku yang spesifik
dan tampak, maka sesuai dengan bentuk kenakalan remaja yang dapat diamati dan
diberikan perubahan perilaku yang lebih sesuai. (M. Arif & Panggih Wahyu,
Mengurangi Kenakalan Remaja Menggunakan Konseling Behavioral Pada Peserta
Didik di SMA, Jurnal Bimbingan dan Konseling, Vol.06, No.1, 2019, Pp. 57-64)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa konseling behavioral merupakan adaptasi dari aliran


Psikologi behaviorisme yang memfokuskan perhatiannya pada tingkah laku yang Tampak.
Pada hakikatnya konseling merupakan sebuah upaya pemberian bantuan dari seorang
konselor kepada klien, bantuan di sini dalam pengertian sebagai upaya membantu orang
lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri. Dalam Pandangan kaum
behaviorist (termasuk konselor behavioral) manusia dianggap Sebagai sesuatu yang dapat
dirubah dan dibentuk, manusia bersifat mekanistik dan Fasif. Pendekatan dalam layanan
konseling merupakan suatu strategi untuk memberikan Intervensi kepada konseli. Tujuan
yang akan dicapai adalah perubahan pada konseli yang memungkinkan konseli untuk dapat
menerima diri (self-acceptance), Memahami diri (selfunderstanding), menyadari diri (self-
awareness), mengarahkan Diri (self-directing), dan aktualisasi diri (self-actualitation). Dalam
proses konseling, Dimensi perubahan merupakan tujuan yang akan dicapai oleh konseli-
konselor. Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan pendekatan dalam konseling,
diantaranya adalah karakteristik personal (konseli), karakteristik problem, hingga Pada
tujuan yang hendak dicapai.

B. Saran

Sebagai calon pendidik hendaknya kita mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif
dan efektif, lalu menerapkan metode dan teori yang tepat, sehingga proses belajar mengajar
berjalan dengan baik. Oleh karena itu sebagai calon pendidik (guru) hendaknya kita mempelajari
teori-teori pembelajaran yang ada, agar kita mampu menemukan kecocokan dalam metode
mengajar yang tepat.

Daftar pustaka

Rukaya, Aku Bimbingan Dan Konseling, Guepedia, 2019, hlm. 46

(M. Syahrul & Nur Setiawan, Konseling (Teori dan Aplikasinya), Gowa: Aksara Timur, 2020,
hlm.17.)

Mulawarman dkk, Psikologi Konseling, Jakarta: Kencana, 2019, hlm.199.)

(M.Syahrul & Nur Setiawan, Konseling (Teori dan Aplikasinya), Gowa: Aksara Timur, 2020,
hlm.19.)

Kadek Suratama dkk, Model Konseling Kontemporer, Modern, Dan Postmodern, PT. Inovasi
Pratama Internasional, 2022, hlm.76.)

Agus Sukirno, Teori Dan Teknik Konseling, Banten:A-Empat, 2015,74-75)

Kadek Suratama dkk, Model Konseling Kontemporer, Modern, Dan Postmodern, PT. Inovasi
Pratama Internasional, 2022, hlm.69.)

(M. Arif & Panggih Wahyu, Mengurangi Kenakalan Remaja Menggunakan Konseling
Behavioral Pada Peserta Didik di SMA, Jurnal Bimbingan dan Konseling, Vol.06, No.1, 2019,
Pp. 57-64)

Anda mungkin juga menyukai