Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORAL


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Pranikah
Dosen Pengampu :
Moh. Mahfudz Faqih, S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh :

1. Arif Ilman Huda (205103030005)


2. Cerelia Syifa Azro El-Sohib (205103030012)
3. Vina Mauliya Soffa (201103030013)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD


SIDDIQ JEMBER
FAKULTAS DAKWAH
MEI 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT.


Berkat limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju
zaman yang penuh dengan ilmu seperti yang dapat kita rasakan saat ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Moh. Mahfudz Faqih,


S.Pd., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah konseling pranikah yang
dengan sabarnya membimbing kami. Semoga makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat bagi kami dan teman-teman yang telah membacanya. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah konseling pranikah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan mengenai keluarga dan perubahan sosial, yang merupakan
judul dari makalah kami. Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan agar kedepannya dapat lebih baik lagi dalam membuat makalah.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jember, 11 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Teori Kepribadian Behavioral .................................................................. 3
B. Hakikat Manusia ........................................................................................ 4
C. Masalah/Perilaku Bermasalah Teori Behavioral .................................... 4
D. Tujuan Konseling Behavioristik ............................................................... 5
E. Fungsi dan Peran Konselor dalam Konseling pendekatan
Behavioristik ...................................................................................................... 6
F. Pengalaman Klien Dalam Konseling Behavioristik ................................ 6
G. Proses Dan Tahapan Konseling................................................................. 7
H. Teknik-Teknik Konseling Behavioral ..................................................... 10
I. Aplikasi konsep konsep behavioral dalam konseling pranikah ............ 11
BAB III ................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ............................................................................................... 12
B. Saran ......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konseling pranikah merupakan satu hal yang sebaiknya dilakukan oleh


pasangan sebelum menikah. Konseling pranikah adalah pemberian bantuan
dan bimbingan oleh seorang konselor atau penasihat mengenai pernikahan
sebagai bekal bagi calon pengantin. Konseling pranikah dapat membantu
memastikan bahwa kedua calon pengantin memiliki hubungan yang kuat,
mampu menciptakan pernikahan yang damai dan sejahtera, hingga
mengidentifikasi potensi masalah yang mungkin terjadi dalam rumah tangga
nantinya.
Topik yang dapat dibicarakan dalam konseling pranikah seperti peran
dalam pernikahan, keuangan, keinginan memiliki anak, hubungan keluarga,
pengendalian amarah, pengambilan keputusan, dan lain sebagainya. Didalam
konseling pranikah seorang konselor dapat menggunakan teori pendekatan
dalam penyelesaiannya, salah satunya yaitu pendekatan behavioristik. Dalam
makalah ini kami akan membahas terkait teori pendekatan behavioristik dan
aplikasi konsepnya dalam konseling pranikah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teori kepribadian, hakikat manusia serta perilaku bermasalah


dalam teori pendekatan behavioristik ?
2. Apa tujuan, fungsi dan peran konselor dalam pendekatan behavioristik ?
3. Bagaimana pengalaman klien dalam konseling dengan pendekatan
behavioristik ?
4. Apa saja tahapan konseling dan teknik-teknik spesifik dalam pendekatan
behavioristik ?
5. Bagaimana aplikasi konsep-konsep behavioral dalam konseling pranikah
?

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui teori kepribadian, hakikat manusia serta perilaku


bermasalah dalam pendekatan behavioristik.
2. Untuk mengatahui tujuan, fungsi dan peran konselor dalam pendekatan
behavioristik.
3. Untuk mengetahui pengalaman klien dalam konseling dengan pendekatan
behavioristik.
4. Untuk mengetahui tahapan konseling dan teknik spesifik dalam
pendekatan behavioristik.
5. Untuk mengetahui aplikasi konsep-konsep behavioral dalam konseling
pranikah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Kepribadian Behavioral

Teori kepribadian behavioral adalah pendekatan yang menekankan peran


penting perilaku dalam membentuk kepribadian seseorang. Teori ini
berpendapat bahwa kepribadian terbentuk melalui interaksi individu dengan
lingkungan eksternalnya. Menurut teori ini, perilaku merupakan hasil dari
pembelajaran yang terjadi melalui proses pengondisian. Terdapat dua bentuk
pengondisian yang relevan dalam teori kepribadian behavioral, yaitu
pengondisian klasik dan pengondisian operant. Pengondisian klasik
merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus yang awalnya
netral dengan stimulus lain yang sudah ada, sehingga stimulus netral dapat
memicu respons yang sama. Sedangkan pengondisian operant melibatkan
penguatan atau hukuman terhadap perilaku, yang dapat mempengaruhi
kemungkinan terjadinya perilaku tersebut di masa depan.

Dalam konteks teori kepribadian behavioral, individu dianggap sebagai


produk dari pengalaman belajar mereka. Kepribadian seseorang dipandang
sebagai kumpulan dari perilaku yang telah dipelajari dan dipertahankan
melalui pengondisian. Faktor-faktor lingkungan seperti pengaruh orang lain,
sistem penghargaan dan hukuman, serta pengalaman masa lalu memiliki
peran penting dalam membentuk perilaku dan kepribadian individu. Teori
kepribadian behavioral ini memiliki aplikasi yang luas dalam berbagai
bidang, termasuk pendidikan, terapi perilaku, manajemen, dan bidang
lainnya. Dengan memahami dan mengaplikasikan prinsip-prinsip
pengondisian dan pembelajaran, kita dapat mengubah atau mengembangkan
perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.1

1
Skinner B.F., Science and Human Behavior (macmillan, 1953).

3
B. Hakikat Manusia

Dalam teori behavioral, hakikat manusia dipahami sebagai produk dari


interaksi antara individu dengan lingkungannya. Teori ini menekankan bahwa
perilaku manusia terbentuk melalui proses pembelajaran yang melibatkan
stimulus, respons, dan penguatan.

Menurut teori ini, manusia tidak lahir dengan perilaku tertentu, tetapi
perilaku tersebut berkembang melalui pengalaman belajar. Individu belajar
melalui asosiasi antara stimulus dan respons. Ketika seseorang mengalami
stimulus tertentu, mereka memberikan respons, dan respons tersebut
kemudian dapat diperkuat atau ditekan oleh konsekuensi yang mengikuti
respons tersebut. Penguatan positif akan meningkatkan kemungkinan respons
muncul lagi di masa depan, sedangkan hukuman atau penguatan negatif akan
mengurangi kemungkinan respons tersebut terjadi lagi. Lingkungan eksternal
memiliki peran yang penting dalam membentuk perilaku manusia. Individu
cenderung meniru atau mencontoh perilaku orang lain yang mereka amati,
terutama ketika perilaku tersebut diperkuat. Konsep belajar sosial juga
diperkenalkan dalam teori ini, di mana perilaku manusia dapat dipengaruhi
oleh pengamatan dan imitasi perilaku orang lain. Namun, dalam teori ini,
faktor internal seperti pikiran, emosi, dan motivasi tidak diberikan penekanan
yang sama seperti dalam teori psikologi lainnya. Teori behavioral cenderung
memandang faktor internal sebagai variabel terukur yang dapat dipelajari,
tetapi tidak dianggap sebagai faktor utama yang membentuk perilaku.

C. Masalah/Perilaku Bermasalah Teori Behavioral

Masalah atau perilaku bermasalah dalam teori behavioral adalah kondisi


di mana individu menunjukkan perilaku yang tidak diinginkan atau tidak
adaptif. Dalam pendekatan ini, perilaku dipandang sebagai hasil dari
pembelajaran dan pengaruh lingkungan. Teori behavioral berfokus pada
bagaimana perilaku dapat dipahami, diprediksi, dan diubah melalui intervensi
yang tepat. Pendekatan ini menekankan pentingnya faktor-faktor seperti

4
penguatan positif dan negatif, pembentukan kebiasaan, dan penghapusan
perilaku yang tidak diinginkan.

Beberapa contoh masalah perilaku dalam teori behavioral meliputi


gangguan makan, agresi, perilaku menyimpang, dan kecanduan. Misalnya,
seseorang dengan gangguan makan mungkin memiliki perilaku makan yang
tidak sehat, seperti muntah setelah makan atau membatasi asupan makanan
secara drastis. Pendekatan behavioral akan mencoba mengidentifikasi
penguatan yang mungkin terjadi dalam perilaku tersebut, serta
memperkenalkan strategi pengganti yang lebih sehat.2

D. Tujuan Konseling Behavioristik

Pendekatan behavioristik merupakan usaha untuk memanfaatkan secara


sistematis pengetahuan teoritis dan empiris yang dihasilkan dari penggunaan
metode eksperimen dalam psikologi untuk memahami dan menyembuhkan
pola tingkah laku abnormal. Secara umum tujuan konseling Behavioristik
adalah menciptakan kondisi kondisi baru bagi konseli untuk belajar perilaku
adaptif (Corey, 2013) atau agar klien mampu belajar merubah perilakunya
dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi.3 Hal ini mendasarkan
pada asumsi bahwa semua tingkah laku dapat dipelajari, termasuk perilaku
yang tidak sesuai atau maladaptif.

Pendekatan behavioristik ini mencoba mengubah tingkah laku yang


termasuk abnormal dan juga bertujuan untuk menghilangkan perilaku yang
salah suai dan membentuk tingkah laku baru.4 Dengan kata lain konseling
behavioral bertujuan menciptakan perilaku baru dan menghapus perilaku
yang tidak sesuai dan memperkuat dan mempertahankan perilaku yang

2
Bandura A., Social Learning Theory (Prentice-Hall, 1997).

3
Suryadi, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling Islam (Bildung, n.d.).

4
Gusman Lesmana S.Pd.,M.Pd, Teori dan Pendekatan Konseling (umsu press, 2021).

5
diinginkan.5 Dengan pendekatan behavior, diharapkan konseli memiliki
tingkah laku baru yang terbentuk melalui proses conditioning, hilangnya
simptom dan mampu merespon terhadap stimulus yang dihadapi tanpa
menimbulkan masalah baru.6

E. Fungsi dan Peran Konselor dalam Konseling pendekatan Behavioristik

Peran konselor dalam konseling behavior yaitu aktif, direktif dan


menggunakan pengetahuan ilmiah guna menemukan solusi dan permasalahan
individu. Konselor behavior biasanya berfungsi sebagai guru, pengarah dan
ahli yang mendiagnosa tingkah laku maladaptive dan menentukan prosedur
yang mengatasi persoalan tingkah laku individu. Dalam proses konseling,
konseli yang menentukan tingkah laku apa (what) yang akan diubah,
sedangkan konselor menentukan cara yang digunakan untuk mengubahnya
(how) (Corey, 1986).

Konselor juga sebagai model bagi konselinya. Hal ini didasarkan pada
suatu keyakinan bahwa salah satu proses fundamental yang memungkinkan
konseli dapat mempelajari tingkah laku baru adalah factor imitasi, atau
percontohan social (social modeling) yang ditampilkan oleh konselor. Aspek
yang dicontoh konseli dari konselor antara lain sikap, nilai, kepercayaan dan
tingkah laku.

F. Pengalaman Klien Dalam Konseling Behavioristik

Konseli secara aktif terlibat dalam pemilihan dan penentuan tujuan serta
memiliki motivasi untuk berubah dan bersedia bekerjasama dalam
melaksanakan kegiatan konseling. Peran penting konseli dalam konseling
adalah konseli didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru yang

5
I Wayan Suasta, I Gede Dharman Gunawan, and Palangka Raya, “Penerapan Metode Konseling
Behavioral Dalam Mengelola Dan Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa Pada SMKN 5
Palangka Raya,” no. 6 (2021).

6
Sigit Sanyata, “Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling,” n.d.

6
bertujuan untuk memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptifnya serta
dapat menerapkan perilaku tersebut dalah kehidupan sehari-hari.7

Dalam pendekatan behavior, konseli belajar suatu keterampilan konkret


melalui nstruksi, pemodelan, dan umpan balik kinerja. Konseli secara
bersama- sama konselor terlibat aktif dalam proses terapi. Selain itu, konseli
juga belajar untuk menggeneralisasi dan mentransfer pembelajaran yang
diperoleh dalam situasi terapi ke dalam situasi luar terapi (self directed dan
self control).

G. Proses Dan Tahapan Konseling

1) Pembinaan Hubungan Konseling

Konselor membina hubungan baik dengan konseli melalui penerimaan


kondisi konseli apa adanya sebagai individu berharga, penampilan diri
konselor secara tulus di hadapan konseli, dan memahami kondisi konseli
secara empatik.

(2) Identifikasi masalah ( Asesmen)

Dalam tahap konselor membantu konseli untuk mengemukakan keadaan yang


benar-benar dialaminya terkait dengan masalah yang ia alami. Secara khusus
pada tahapan ini konselor menggali informasi tentang masalah konseli dan
menentukan hakikat masalah konseli, yang kemudian menentukan data dasar
masalah konseling: frekuensi, lamanya, intensitasnya. Asesmen diperlukan
untuk memperoleh informasi model mana yang akan dipilih sesuai dengan
tingkah laku yang ingin diubah. Kanfer dan Saslow dalam Rosjidan (1994),
mengemukakan bahwa ada enam hal yang perlu diidentifikasi dalam tahap
asesmen, yaitu:

7
Nugraheni Prafitra E., “Pendekatan Konseling Berorientasi Perilaku,” accessed May 19, 2023,
https://cdn-
gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/BimbinganKonseling/Modul%20Pembelajaran/Bimbingan%20Konselin
g%20-%20PB5.pdf.

7
(a) Menganalisis perilaku yang bermasalah yang dialami konseli saat ini.

(b) Menganalisis situasi atau peristiwa yang mengawali perilaku dan


yang mengikuti perilaku tersebut ( antesedent dan consequence ).

(c) Menganalisis motivasi konseli dalam melakukan perilaku- perilaku yang


khas ( anecdot) sehari- hari terkait dengan masalah yang dialami konseli.

(d) Menganalisis pengendalian diri pada konseli ( self-control) terkait dengan


bagaimana t ingkatan pengendalian diri konseli terhadap perilaku
bermasalahnya. Selain itu, menganalisis bagaimana konseli melatih k endali
diri dan bagaimana dampaknya selama ini.

(e) Menganalisis hubungan sosial konseli dengan mengidentifikasi


sejumlah orang -orang dekat atau berpengaruh ( significant other ) yang
memiliki hubungan dan berkontribusi terhadap permasalahan konseli.

(f) Menganalisis lingkungan fisik sosial- budaya konseli.

3) Merumuskan Tujuan ( Goal setting)

Pada tahap ini konselor melakukan langkah untuk merumuskan tujuan


konseling. Berdasarkan data dasar dari tahap identifikasi masalah, maka
konselor bersama konseli menetapkan tujuan konseling secara spesifik.
Tujuan spesifik merujuk pada tujuan operasional atau realistik dan positif
(dapat dilakukan oleh konseli dan kemungkinan manfaat maupun
kerugiannya serta mengarah pada perubahan yang dikehendaki sesuai hasil
konseling), terukur (measurable) dan tingkah lakunya dapat diamati
(observable) Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah asesmen
dilakukan analisis. Dalam hal ini konselor dan konseli menyusun poin-poin
penting untuk merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling.
Umumnya tahap merumuskan tujuan juga memberikan motivasi dalam
mengubah tingkah laku konseli dan menjadi pedoman teknik mana yang akan
digunakan

4) Implementasi Teknik ( Technique Implementation )

8
Pada tahapan ini konselor melakukan curah pendapat (brainstroming)
bersama konseli untuk menentukan dan melaksanakan strategi atau teknik
pengubahan perilaku yang akan digunakan untuk mencapai tingkah laku yang
diinginkan (tingkah laku yang berlebihan dan perlu dikurangi/ excessive
maupun perilaku minimal yang perlu ditingkatkan/ deficit) dan menjadi
tujuan konseling. Konselor menentukan teknik sesuai tujuan dan masalah
yang dialami konseli. Konselor memfokuskan bantuan kepada konseli untuk
mempelajari sekaligus mengaplikasikan strategi pengubahan perilaku yang
didasarkan pada prinsip-prinsip belajar agar didapatkan perilaku yang
diinginkan dan efektif. Dalam implementasi teknik, konselor membandingkan
perubahan tingkah laku antara baseline data dengan data intervensi.

(5) Evaluasi dan Pengakhiran ( Evaluation and Termination )

Konselor melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah


dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.
Evaluasi dilakukan atas dasar perilaku yang telah diperbuat konseli. Tingkah
laku konseli digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor
dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan. Secara khusus konselor
melakukan evaluasi perbandingan antara perilaku setelah konseling dengan
data dasar sebelum konseling. Setelah dilakukan evaluasi maka dilanjutkan
dengan pengakhiran (termination). Terminasi lebih dari sekedar mengakhiri
konseling. Dalam hal ini pengakhiran meliputi:

(a) Menguji apa yang konseli lakukan terakhir,

(b) Mengeksplorasi kemungkinan kebutuhan

(c) Konseling tambahan, Membantu konseli mewujudkan apa yang


dipelajari dalam proses konseling ke tingkah laku sehari- hari konseli,

(d) Membantu konseli untuk memantau secara kontinyu perilakunya.

Selain itu, dalam tahap ini konselor juga memberikan dan menganalisis
umpan balik untuk memperbaiki dan meningkatkan proses konseling.

9
Konselor dan konseli mengevaluasi implementasi dari teknik yang sudah
dilakukan, serta menentukan kesepakatan lamanya intervensi dilakukan
hingga tingkah laku yang diharapkan menetap. 8

H. Teknik-Teknik Konseling Behavioral

Menurut Corey (2005), bahwa teknik konseling behavioral terbagi atas


yaitu latihan asertif, perilaku asertif sendiri menurut Steven dan Howard
(Hamzah, 2006) yaitu kemampuan menyampaikan secara jelas pikiran dan
perasaan kita, membela. Stresterhim dan Boer (Fitri, 2009) menyatakan
bahwa orang yang memiliki tingkah laku atau perilaku asertif adalah orang
yang berpendapat dari orientasi dari dalam, memiliki kepercayan diri yang
baik, dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa
rasa takut dan berkomunikasi dengan orang lain secara lancar, jadi teknik ini
digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan
diri bahwa tindakannya adalah layak dan benar. Desensitisasi sistematis,
merupakan teknik konseling behavioral yang memfokuskan bantuan untuk
menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan
klien untuk rileks. Pengkondisian Aversi, teknik ini dapat digunakan untuk
menghilangkan kebiasaan buruk, dengan memberi stimulus yang tidak
menyenangkan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak
dikehendaki kemunculannya, Teknik modeling, teknik ini dapat digunakan
untuk membentuk tingkah laku baru pada klien Teknik modeling adalah
teknik yang bertujuan untuk mempelajari perilaku baru dan memperkuat
tingkah laku yang sudah terbentuk dengan mengamati model dan
mempelajari keterampilannya (Hutomono, 2011) Proses terapeutik dalam
bentuk modeling akan membantu atau memengaruhi serta memperkuat
perilaku yang lemah atau memperkuat perilaku yang siap dipelajari dan
memperlancar respon. , Covert Sensitization, dapat digunakan untuk merawat
tingkah laku yang menyenangkan klien tapi menyimpang. Thought Stopping,

8
Sunawan , Ph.D, Modul 2 Materi Bidang Layanan Bimbingan Dan Konseling (Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2019), 2.

10
teknik ini dapat digunakan untuk klien yang sangat cemas, caranya klien
disuruh menutup matanya dan membayangkan dirinya sedang mengatakan
sesuatu yang mengganggu dirinya, misalnya membayangkan dirinya berkata
saya jahat!. Jika klien memberi tanda sedang membayangkan yang
dicemaskannya (ia berkata pada dirinya: saya jahat!), terpis segera berteriak
dengan nyaring : berhenti!. Pikiran yang tidak karuan itu segera diganti oleh
teriakan terapis. Klien diminta berulang kali melakukan latihan ini, hingga
9
dirinya sendiri sanggup menghentikan pikiran yang mengganggunya itu.
Ada juga teknik kontrak perilaku yang merupakan teknik dari aliran
pendekatan behavior, menurut Erford (2017:405) menegaskan bahwa “Salah
satu kekuatan utama kontrak perilaku adalah menuntut orang-orang untuk
konsisten terhadap perilakunya sesuai dengan kesepakatannya”.

I. Aplikasi konsep konsep behavioral dalam konseling pranikah

Contoh kasus : Klien wanita calon pengantin yang sering mengalami


pertengkaran karena cemburu. Dalam kasus ini konselor melakukan proses
assesment kepada klien mengenai permasalahanya yaitu tentang pertengkaran
yang selalu terjadi kemudian melakukan goal setting untuk mendefinisikan
masalahnya, setelah itu mekakukan implementasi dengan teknik tertentu
didalam konseling behavior, setalah dilakukan teknik implementasi langkah
berikutnya dilakukan evaluasi termination untuk melihat hasil dan kemudian
dilakukan feedback.

9
Corey G., Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi (Bandung, 2005).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori kepribadian behavioral adalah pendekatan yang menekankan peran


penting perilaku dalam membentuk kepribadian seseorang. Teori ini
berpendapat bahwa kepribadian terbentuk melalui interaksi individu dengan
lingkungan eksternalnya. Dalam teori behavioral, hakikat manusia dipahami
sebagai produk dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Teori ini
menekankan bahwa perilaku manusia terbentuk melalui proses pembelajaran
yang melibatkan stimulus, respons, dan penguatan. Masalah atau perilaku
bermasalah dalam teori behavioral adalah kondisi di mana individu
menunjukkan perilaku yang tidak diinginkan atau tidak adaptif.

Secara umum tujuan konseling Behavioristik adalah menciptakan kondisi


kondisi baru agar klien mampu belajar merubah perilakunya dalam rangka
memecahkan masalah yang dihadapi, Peran konselor dalam konseling
behavior yaitu aktif, direktif dan menggunakan pengetahuan ilmiah guna
menemukan solusi dan permasalahan individu. Konselor behavior biasanya
berfungsi sebagai guru, pengarah dan ahli yang mendiagnosa tingkah laku
maladaptive dan menentukan prosedur yang mengatasi persoalan tingkah laku
individu, Konseli secara aktif terlibat dalam pemilihan dan penentuan tujuan
serta memiliki motivasi untuk berubah dan bersedia bekerjasama dalam
melaksanakan kegiatan konseling.

Tahapan konseling yaitu pembinaan hubungan, assesmen, perumusan


tujuan, implementasi teknik, serta evaluasi dan terminasi, untuk tekniknya
antara lain latihan asertif, disentisisasi sistematis, pengkondisian aversi,
teknik modelling, covert sensitization, thought stopping, dan kontrak perilaku
Jadi dari penjelasan diatas terkait teori pendekatan behavioristik dalam
konseling dapat diterapkan dalam konseling pranikah sesuai permasalahan,
tahapan, teknik dan tujuan yang ada.

12
B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa dalam makalah


ini masih banyak kekurangan baik dari isi makalah ataupun dari segi
penulisan makalah, maka dari itu dimohon kritik atau saran yang membangun
dari para pembaca, dan untuk lebih memahami mengenai isi dari makalah ini,
pembaca dapat melihat dari referensi referensi yang telah tersedia, kurang
lebihnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

, Ph.D, Sunawan. Modul 2 Materi Bidang Layanan Bimbingan Dan Konseling.


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019.
A., Bandura. Social Learning Theory. Prentice-Hall, 1997.
B.F., Skinner. Science and Human Behavior. macmillan, 1953.
G., Corey. Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi. Bandung, 2005.
Prafitra E., Nugraheni. “Pendekatan Konseling Berorientasi Perilaku.” Accessed
May 19, 2023. https://cdn-
gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/BimbinganKonseling/Modul%20Pembelajaran/
Bimbingan%20Konseling%20-%20PB5.pdf.
Sanyata, Sigit. “Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling,”
n.d.
S.Pd.,M.Pd, Gusman Lesmana. Teori dan Pendekatan Konseling. umsu press,
2021.
Suasta, I Wayan, I Gede Dharman Gunawan, and Palangka Raya. “Penerapan
Metode Konseling Behavioral Dalam Mengelola Dan Meningkatkan
Kedisiplinan Belajar Siswa Pada SMKN 5 Palangka Raya,” no. 6 (2021).
Suryadi. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling Islam. Bildung, n.d.

14

Anda mungkin juga menyukai