Oleh :
Kelompok 2
Atina Gusriana (154010005)
Monalisa (154010017)
Nurjusfika (154010022)
Sinta Kurnila (154010037)
Zul Akbar (154010036)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Teori- Teori Konseling Pada Pendekatan Kognitif Dan Behavior” ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga penulis berterima
kasih pada selaku Dosen mata kuliah Konselig di Stikes Payung Negeri yang telah
memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna sebagai sumber
informasi. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan.............................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Teori-teoir konseling dengan pendekataan behavioral .................... 3
B. Sejarah konseling dengan pendekataan behavioral......................... 4
C. Pandangan tentang manusia............................................................. 7
D. Tujuan Konseling Behavioral .......................................................... 8
E. Peran dan Fungsi Konselor ............................................................. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi tingkah laku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur
yang berakar pada berbagai teori tntang belajar, ia menyatakan penerapan
yang sistematis prinsip-prisip belajar pada pengubahan tingkah laku kearah
cara-cara yang lebih adaltif. Pendekatan ini telah memberikan sumbangan
yang berarti baik kepada bidang-bidang klinis maupun pendidikan.
Berlandaskan teori belajar, modifikasi tingkah laku dan penerapan
terapi tingkah laku adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan
psikoterapi yang berurusan dengan pengubahan tingkah laku, penting dicatat
bahwa tidak ada teori tunggal tentang belajar, yang mendominasi pratek
terapi tingkah laku. Sejumlaj teori belajar yang beragam memberikan andil
terhadap pendekatan terapeutik umum yang satu ini, ketimbang
memandang terapi tunggal, lebih tepat menggapnya sebai terapi-terapi
tingkah laku yang mencangkup berbagai prinsip dan metode yang belun
dipadukan ke dalam suatu sistem yang dipersatukan.
Perkembangan-perkembangan terapi tingkah laku ditandi oleh satu
pertumbuhan yang fenomenal sejak akhir 1950-an, pada awal 1960-
an,laporan-laporan tentang penggunaan teknik inisekali-sekali muncul
dalam kepustakaan profesinal. Kini modifikasi tingkah laku dan terapi
ingkah laku menduduki tempat yang penting dalam lapangan psikoterapi
dan dalam banyak area pendidikan. Kepustakaan profesional, baik berupa
berkala maupun berupa buku, membuktikan peningkatan popularitas
pendekatan ini. Peningkatan pengaruh terapi tingkah laku, juga
dimanifestasikan dalam sejumlah besar departement, psikologi yang
melaksanakan psikologi klinis dan konseling dalam metode-metode
behavioral. Dewasa ini banyak program latihan yang dengan jelas menitik
beratkan terapi behavioral. Salah satu aspek paling penting dari gerakan
1
modifikasi terapi tingkah laku atau behavior adalah penekanannya pada
tingkah laku yang bisa didefinisikan secara operasional diamati dan diukur.
Tingkah laku bukan konstruk-konstruk yang tak bisa diukur yang vital bagi
pendekatan-pendekatan psikodinamik adalah fokus perhatian terapeutik.
Para tokoh terapi tingkah laku telah menyajikan suatu ubahan tingkah laku,
sebagai kriteria yang spesifik memberikan kemungkinan bagi evaluasi
langsung atas keberhasilan kerja dan kecepatan bergerak kearah tujuan-
tujuan terapeutik yang bisa dispesifikan dengan jelas. Bahwa pertumbuhan
terapi tingkah laku, ditunjukan oleh banyaknya penelitian yang dilaksanakan
adalah ciri lain dari gerakan ini. Prosedur-prosedur secara
berkesinambungan diperbaharui disebabkan karena adanya koitmen untuk
menjadikan prosedur itu sebagai sasaran pengujian yang ketat guna
menentukan sejauh mana prosedur-prosedur tersebut bisa bekerja dengan
baik. Karena terapi tingkah laku bersandar pada hasil-hasil eksperiment,
tentang pernyataan-pernyataan teoritisnya. Konsep-konsep utama terapi
tingkah laku erus diperkuat dan di kembangkan
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui penjelasan Teori-Teori Konseling pada Pendekataan
Kognitif dan Behavioral.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui apa saja teori-teoir konseling dengan pendekataan
behavioral
2) Untuk mengetahui sejarah konseling dengan pendekataan behavioral
3) Untuk mengetahui Pandangan tentang manusia
4) Untuk mengetahui Tujuan Konseling Behavioral
5) Untuk mengetahui Peran dan Fungsi Konselor
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
gangguan tingkah laku itu diperoleh melalui hasil belajar yang keliru, dan
karenanya harus diubah melalui proses belajar, sehingga dapat lebih sesuai.
Tujuan utamanya menghilangkan tingkah laku yang salah suai dan
menggantikannya dengan tingkah laku baru yang lebih sesuai (Sunardi,
Permanarian, Musjafak Assjari, 2008)
Menurut Apter (1982) asumsi dasar dari model behavioral adalah
bahwa :
1. Seluruh perilaku manusia dipelajari dan dapat tidak dipelajari melalui
aplikasi prinsip-prinsip belajar,
2. Perilaku yang tidak tepat dapat diubah (dihapus dan atau diganti dengan
perilaku yang lebih dapat diterima) melalui penggunaan prosedur
penguatan, dan
3. Sangat mungin untuk memprediksikan dan mengontrol tingkah laku
apabila seluruh karakateristik lingkungan yang bersangkutan diketahui.
(Sunardi, Permanarian, Musjafak Assjari, 2008)
Sedangkan menurut Bootzin (Nafsiah, 1996) asumsi tersebut meliputi :
1. Bahwa tingkah laku yang ditunjukkan dapat diobservasi,
2. bahwa tingkah laku manusia baik karena pengaruh lingkungan ataupun
karena pengalaman dapat diamati dan diukur intensitasnya,
3. bahwa tingkah laku manusia seperti halnya gejala alam lainnya, dapat
diramalkan dan dikontrol, dan
4. bahwa belajar merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingkah
laku, baik tingkah laku yang normal maupun yang menyimpang.
(Sunardi, Permanarian, Musjafak Assjari, 2008)
7
4. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya
dipengaruhi oleh perilaku orang lain.
(Pihasniwati, 2008).
8
E. Peran dan Fungsi Konselor
Peran yang harus dilakukan konselor yaitu bersikap menerima,
mencoba memahami klien dan apa yang dikemukakan tanpa menilai atau
mengkritiknya. Dalam kegiatan konseling, konselor memegang peranan
aktif dan langsung. Hal ini bertujuan agar konselor dapat menggunakan
pengetahuan ilmiah untuk menemukan masalah- masalah klien sehingga
diharapkan kepada perubahan perilaku baru (Sofyan S, Willis. 2009).
Konselor behavioral yang efektif beroperasi dengan perspektif yang
luas dan terlibat dengan klien dalam setiap fase konseling. Jadi peran
konselor dalam konseling behaviour sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam
mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan
prosedur-prosedur yang diharapkan, mengarah pada tingkah laku yang baru
dan mau untuk bersikap menerima dan memahami klien (Lesmana, Jeanette
Murad. 2009).
Terapis behavior cenderung untuk aktif dan langsung dan berfungsi
sebagai konsultan dalam memecahkan masalah klien. Praktisi memperhatian
tanda-tanda yang diberikan klien kemudian mengikuti dugaan klinis dari
klien. Mereka menggunakan beberapa teknik umum seperti summarizing,
refleksi, klarifikasi, serta pertanyaan terbuka dan tertutup. Tetapi, klinisi
behavioral melaksanakan fungsi lainnya juga yaitu :
1. Melaksanakan sebuah assessment fungsional yang seksama untuk
mengidentifikasi kondisi yang dipertahankan dengan pengumpulan
informasi yang sistematis tentang penyebab situasi, masalah tingkah
laku, dan akibat dari masalah itu.
2. Membuat tujuan treatment awal, dan mendisain serta menerapkan
rencana treatmen untuk melaksanakan tujuan ini.
3. Menggunakan strategi untuk menciptakan generalisasi dan memelihara
perubahan tingkah laku.
4. Mengevaluasi kesuksesan rencana perubahan dengan mengukur
kemajuan ke arah tujuan selama durasi treatmen.
5. Melaksanakan assessment lanjutannya. (Lesmana, Jeanette Murad.
2009).
9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja
yang dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan. Terapi perilaku ini lebih
mengkonsentrasikan pada modifikasi tindakan, dan berfokus pada perilaku
saat ini daripada masa lampau. Terapi tingkah laku adalah penerapan
aneka ragam tekhnik dan prosedur yang berakar pada berbagai
teori tentang belajar (Alwisol. 2009).Secara umum terapi tingkah laku
adalah pendekatan penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang
berlandaskan pada berbagai teori tentang belajar dalam usaha melakukan
pengubahan tingkah laku. Dalam penyelesaian masalah, kondisi masalah
harus dispesifikkan. Saat ini, bentuk pendekatan ini banyak di gunakan
karena penekanannya pada perubahan tingkah laku dimana tingkah laku
tersebut bisa didefinisikan secara operasional, diamati dan diukur (Alwisol.
2009).
Corey (2005) mengemukakan bahwa dalam perkembangan konsep ini
di tahun tahun 1980-an peran emosi ditekankan, dua hal yang sangat penting
untuk dikembangkan dalam behaviorisme adalah ; (1) cognitive behavior
therapy sebagai kekuatan utama, dan (2) mengaplikasikan teknik terapi
behavioral untuk mencegah dan memberi perlakuan pada medical disorders.
Pada akhir tahun 1980 Association for Advancement of Behavior Therapy
telah memiliki anggota kurang lebih 4.300 orang dan tidak kurang dari 50
jurnal sebagai media publikasi ilmiah. Adapun tokoh-tokoh pengembang
behaviorisme adalah ; Skinner, Pavlov, Eysenck, Joseph Wolpe, Albert
Bandura, Albert Ellis, Aaron T. Beck, Ricard Walters, Arnold Lazarus, dan
J. B. Watson (Sayanta, Sigit. 2012).
Konsep utama terapi tingkah laku ini adalah keyakinan tentang
martabat manusia, yang sebagai bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak
psikologis, yaitu : 1. Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau
10
buruk, bagus atau jelek. Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku
baik atau buruk, tepat atau salah berdasarkan bekal keturunan dan
lingkungan (nativisme dan empirisme), terbentuk pola-pola bertingkah laku
yang menjadi ciri-ciri khas kepribadiannya. 2. Manusia mampu untuk
berefleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa yang dilakukannya
dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri. 3. Manusia mampu
untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku yang baru
melalui suatu proses belajar. Kalau pola-pola lama dahulu dibentuk melalui
belajar,pola-pola itu dapat diganti melalui usaha belajar yang baru. 4.
Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya dipengaruhi
oleh perilaku orang lain. (Pihasniwati, 2008).
Tujuan utama konseling behavioral adalah untuk 1. Memperoleh
perilaku baru, membantu klien membuang respon-respon yang lama yang
merusak diri, dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat. 2.
Mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta
mempertahankan perilaku yang diinginkan dalam jangka waktu lama. 3.
Menciptakan kondisi baru untuk belajar. Dengan asumsi bahwa
pemblajaran dapat memperbaiki masalah perilaku. (Sofyan S, Willis. 2009)
Peran yang harus dilakukan konselor yaitu bersikap menerima,
mencoba memahami klien dan apa yang dikemukakan tanpa menilai atau
mengkritiknya. Dalam kegiatan konseling, konselor memegang peranan
aktif dan langsung. (Sofyan S, Willis. 2009). Klinisi behavioral
melaksanakan fungsi lainnya juga yaitu : 1. Melaksanakan sebuah
assessment fungsional yang seksama untuk mengidentifikasi kondisi yang
dipertahankan dengan pengumpulan informasi yang sistematis tentang
penyebab situasi, masalah tingkah laku, dan akibat dari masalah itu. 2.
Membuat tujuan treatment awal, dan mendisain serta menerapkan rencana
treatmen untuk melaksanakan tujuan ini. 3. Menggunakan strategi untuk
menciptakan generalisasi dan memelihara perubahan tingkah laku. 4.
Mengevaluasi kesuksesan rencana perubahan dengan mengukur kemajuan
ke arah tujuan selama durasi treatmen. 5. Melaksanakan assessment
lanjutannya. (Lesmana, Jeanette Murad. 2009).
11
DAFTAR PUSTAKA
12