Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik-teknik Konseling

PENDEKATAN BEHAVIOR

Dosen Pengampu: Tika Febriyani, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 3:

1. Novela Delina (2211080176)


2. Syahroni (2211080193)

KELAS: F

PRODI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan. Dalam menyusun makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Teknik-teknik Konseling yang berjudul
“Pendekatan Behavior” Sehingga Makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik.

Kemudian shalawat beserta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada


baginda tercinta Nabi Muhammad SAW yang mudah-mudahan kita selaku umat-
Nya mendapat syafa’atul ‘uzma-Nya dihari kiamat kelak. Atas tersusunnya
makalah ini, kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Tika Febriyani, M.Pd
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terlalu banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami harap kritik dan saran yang membangun agar
sekiranya penyusunan makalah ini kurang baik akan bisa menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca, memahami dan
mengamalkannya

Bandar Lampung, 18 Maret 2024

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN KATA PENGANTAR.............................................................. ii

HALAMAN DAFTAR ISI............................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pandangan Tentang Manusia ............................................................... 3


B. Konsep Dasar ....................................................................................... 4
C. Tujuan Konseling ................................................................................. 5
D. Peran dan Fungsi Konselor .................................................................. 6
E. Tahap-tahap Konseling ........................................................................ 7

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................ 8
B. Saran .................................................................................................. 8

DAFTAR RUJUKAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Proses konseling akan berjalan efektif jika konselor memahami dan
menguasai pendekatan teoretik dalam konseling. Pendekatan Behavior
berfokus pada perilaku yang dapat diamati, faktor penentu perilaku saat ini,
pengalaman belajar yang mendorong perubahan, dan menyesuaikan
pengobatan. Strategi untuk klien individu, dan penilaian dan evaluasi yang
ketat. Pendkatan Behavior telah digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan psikologis dengan populasi klien yang berbeda.1
Salah satu temuan baru psikologis dan terapis pada abad lalu yang
didapatkan adalah menganggap pentingnya faktor belajar pada manusia, di
mana untuk memperoleh hasil belajar yang optimal diperlukan
reinforcement sehingga teori ini menekankan pada dua hal dua hal penting
yaitu learning dan reinforcement serta tercapainya suatu perubahan perilaku
(behavior).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pandangan Tentang Manusia?
2. Bagaimana Konsep Dasar?
3. Bagaimana Tujuan Konseling?
4. Bagaimana Peran dan Fungsi Konselor?
5. Bagaimana Tahap-tahap Konseling?
6. Bagaimana Teknik-Teknik Konseling?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pandangan Tentang Manusia.
2. Untuk Mengetahui Konsep Dasar.
3. Untuk Mengetahui Tujuan Konseling.

1
Gerald Corey, Theory Adn Pactice of Counseling Adn Psychotherapy, Eight Edit (USA,
2005),234.

1
4. Untuk Mengetahui Peran dan Fungsi Konselor.
5. Untuk Mengetahui Tahap-tahap Konseling.
6. Untuk Mengetahui Teknik-Teknik Konseling.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pandangan Tentang Manusia


Manusia merupakan makhluk yang tingkah lakunya dikontrol oleh
faktor faktor dari luar. Berdasarkan pada hakikat manusia, teori dan
pendekatan behavior ini menganggap bahwa pada dasarnya manusia
bersifat mekanistik atau merespon kepada lingkungan dengan kontrol yang
terbatas, hidup dalam alam deterministik dan sedikit berperan aktif dalam
menentukan martabatnya. Manusia memulai kehidupannya dan
memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan
pola-pola perilaku yang akan membentuk kepribadian. Perilaku seseorang
ditentukan oleh intensitas dan beragamnya jenis penguatan (reinforcement)
yang diterima dalam situasi hidupnya.2
Pendekatan behavior di dalam proses konseling membatasi perilaku
sebagai fungsi interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Perilku
yang dapat diamati merupakan suatu kepedulian dari konselor sebagai
kriteria pengukuran keberhasilan konseling. Dalam konsep behavior,
perilaku manusia merupakan hasil belajar yang dapat diubah dengan
memanipulasi dan mengkreasikan kondisi-kondisi belajar. Di mana proses
konseling merupakan suatu proses atau pengalaman belajar untuk
membentuk konseli mengubah perilakunya sehingga dapat memecahkan
masalahnya. Dalam konsep behaviorisme modern, perilaku manusia
dipandang dalam mekanisme dan pendekatan ilmiah yang diimplikasikan
pada pendekatan secara sistematis dan terstruktur dalam proses konseling.
Manusia tidak diasumsikan secara deterministik tetapi merupakan hasil dari
pengkondisian sosio kultural. Trend baru dalam behaviorisme adalah
diberinya peluang kebebasan dan menambah keterampilan konseli untuk
memiliki lebih banyak opsi dalam melakukan respon.

2
Sigit Sanyata, ‘Teori Dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik Dalam Konseling’, Jurnal
Paradigam, 14.VII (2012), 1–11.

3
Secara filosofis behaviorisme meletakkan manusia dalam kutub
yang berlawanan, namun pandangan modern menjelaskan bahwa faktor
lingkungan memiliki kekuatan alamiah bagi manusia dalam stimulus-
respon, sesuai dengan konsep social learning theory dari Albert Bandura.
Konsep ini menghilangkan pandangan manusia secara mekanistik dan
deterministik bahkan dalam tulisan Thoresen dan Coates, behaviorisme
modern merupakan perpaduan antara behavioral-humanistic approaches.

B. Konsep Dasar
Menurut Kazdin, dan Spiegler & Guevremont yang dikutip oleh
Corey karakteristik dan asumsi mendasar dalam behavioristik adalah (1)
terapi perilaku didasarkan pada prinsip dan prosedur metode ilmiah, (2)
terapi perilaku berhubungan dengan permasalahan konseli dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, (3) konseli dalam terapi perilaku diharapkan
berperan aktif berkaitan dengan permasalahannya, (4) menekankan
keterampilan konseli dalam mengatur dirinya dengan harapan mereka dapat
bertanggung jawab, (5) ukuran perilaku yang terbentuk adalah perilaku
yang nampak dan tidak nampak, mengidentifikasi permasalahan dan
mengevaluasi perubahan, (6) menekankan pendekatan self-control di
samping konseli belajar dalam strategi mengatur diri, (7) intervensi perilaku
bersifat individual dan menyesuaikan pada permasalahan khusus yang
dialami konseli, (8) kerjasama antara konseli dengan konselor, (9)
menekankan aplikasi secara praktis dan (10) konselor bekerja keras untuk
mengembangkan prosedur kultural secara spesifik untuk mendapatkan
konseli yang taat dan kooperatif.
Corey mengemukakan bahwa dalam behavioristik kontomporer
terdapat empat konsep teori yang mengembangkan behavioristik, yaitu; (1)
classical conditioning, (2) operant conditioning, (3) social learning theory,
dan (4) cognitive behavior therapy. Classical conditioning merupakan usaha
mendapatkan beberapa perilaku organisme seperti ; sentakan lutut dan ludah
yang diperoleh dari organisme yang pasif. Pada tahun 1950-an Joseph
Wolpe dan Arnold Lazarus di Afrika Selatan dan Hans Eysenck di Inggris

4
memulai penelitian eksperimen dengan menggunakan binatang. Mereka
bekerja dengan menggunakan Hullian learning theory dan Pavlovian
conditioning dan kemudian teori yang dikembangkan difokuskan pada
evaluasi dan analisis eksperimental dari prosedur-prosedur terapeutik.
Tokoh sentral yang merupakan pionir dari classical conditioning adalah
Ivan Pavlov yang melakukan eksperimen dengan anjing.

C. Tujuan Konseling
Menurut Corey tujuan pendekatan behavioristik adalah sebagai refleksi
masalah konseli, dasar pemilihan dan penggunaan strategi konseling dan
sebagai kerangka untuk menilai hasil konseling.3 Karakateristik pendekatan
behavioristik yang dikemukakan oleh Eysenck, adalah pendekatan tingkah
laku yang;
1. Didasarkan pada teori yang dirumuskan secara tepat dan konsisten yang
mengarah kepada kesimpulan yang dapat diuji.
2. Berasal dari hasil penelaahan eksperimental yang secara khusus
direncanakan untuk menguji teori-teori dan kesimpulannya.
3. Memandang simptom sebagai respons bersyarat yang tidak sesuai (un-
adaptive conditioned responses)
4. Memandang simptom sebagai bukti adanya kekeliruan hasil belajar
5. Memandang bahwa simptom-simptom tingkah laku ditentukan
berdasarkan perbedaan individual yang terbentuk secara conditioning
dan autonom sesuai dengan lingkungan masing-masing
6. Menganggap penyembuhan gangguan neurotik sebagai pembentukan
kebiasaan (habit) yang baru
7. Menyembuhkan simptom secara langsung dengan jalan menghilangkan
respon bersyarat yang keliru dan membentuk respon bersyarat yang
diharapkan

3
Ketut Artini, Kadek Suranata, and Ketut Dharsana, ‘The Effectiveness of Behavioral
Counseling with Self Management Techniques to Improve Student Self Achievment’, Jurnal
Bimbingan Konseling, 4.1 (2020), 23–29 <https://doi.org/10.24036/XXXXXXXXXX-X>.

5
8. Menganggap bahwa pertalian pribadi tidaklah esensial bagi
penyembuhan gangguan neurotik, sekalipun untuk hal-hal tertentu yang
kadang-kadang diperlukan.4

D. Peran dan Fungsi Konselor


Konselor memegang peranan aktif dan direktif dalam pelaksanaan
proses konseling. Tugas konselor harus mencari pemecahan masalah dari
konselinya. Fungsi utama dari konselor dalam konseling ini adalah
bertindak sebagai guru, pengarah, konsultan, penasehat, fasilitator, pemberi
dukungan, dan mendiagnosis tingkah laku maladaptif konseli dan
mengubahnya menjadi tingkah laku adaptif.
Peran konselor dalam konseling behavioral sangat berperan aktif,
direktif dan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan solusi
dari persoalan individu. Selain itu, fungsi konselor dalam konseling
behavioral biasanya berfungsi sebagai pengarah dan ahli yang mendiagnosa
tingkah laku yang maladaptif dan menentukan prosedur yang mengatasi
persoalan tingkah laku individu. Selain itu konselor juga sebagai model bagi
konselinya.
Seorang konselor dapat mengambil beberapa peranan, bergantung
pada orientasi tingkah lakunya dan tujuan konseli. Bagaimanapun juga,
umumnya konselor yang memakai teknik tingkah laku, aktif didalam sesi
konseling. Sebagai hasilnya, konseli belajar, tidak belajar, atau mempelajari
ulang cara berperilaku yang spesifik. Dalam proses itu, konselor berfungsi
sebagai penasehat, fasilitator, dan pendukung.

E. Tahap-tahap Konseling
Konseling behavioral ada empat tahap yaitu: melakukan asesmen
(assessment), menentukan tujuan (goal setting), mengimplementasikan
teknik (technique implementation), dan evaluasi dan mengkhiri konseling
(evaluation termination). 5

4
Gerald Corey.
5
Gantina Komalasari, Teori Dan Teknik Konseling (Bandung: Indeks, 2018),162.

6
1. Tahapan pertemuan pertama konseli dan konselor saling berkenalan
untuk menambah keakraban dan pembentukan hubugan tujuannya
untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan
kelemahan, pola hubungan interpersonal, tingkah laku dan area
masalahnya. Tahap ini tujuannya untuk menentukan apa yang akan
dilakukan konseli saat ini.
2. Selanjutnya tahap goal setting dibagi menjadi tiga tahap, membantu
konseli untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-tujuan yang
diinginkan,memperhatikan tujuan konseli berdasarkan
kemungkinan hambatan situasional, tujuan belajar yang dapat
diterima dan dapat diukur, memecahkan target tujuan kedalam sub-
tujuan dan menyusun tujuan menjadi berurutan.
3. Tahapan pertemuan kedua, technique implementation adalah cara
untuk menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang
digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan konseli
sesuai tujuan konseling. Tahap terakhir yaitu evaluation-termination
kegiatan penilaian yang membahas mengenai apakah kegiatan
konseling yang di laksanakan telah mencapai hasil yang sesuai
dengan tujuan konseling
4. Tahap terakhir yaitu evaluation-termination kegiatan penilaian yang
membahas mengenai apakah kegiatan konseling yang di laksanakan
telah mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan konseling Tahapan
evaluation-termination konselor dan konseli bersama-sama
mengevaluasi implemetesi dari teknik yang telah dilakukan serta
melakukan lamanya intervesi dilakukan, sampai tingkah laku
menetap sesuai yang diharapkan. Feedback, menganalisis
kekurangan yang dialami dalam konseling dan memperbaiki dalam
rangka mencapai hasil yang lebih maksimal.

F. Teknik-Teknik Konseling
Menurut Corey teknik-teknik behavioral yang dapat digunakan adalah:

7
1. Teknik operant conditioning, prinsip-prinsip kunci dalam behavioral
adalah penguatan positif, penguatan negatif, extinction, hukuman
positif dan hukuman negatif.
2. Model asesmen fungsional, merupakan blueprint bagi konselor
dalam memberikan intervensi yang diperlukan oleh konseli.
Langkah-langkah yang disiapkan konselor dilakukan tahap demi
tahap dalam memberikan perlakuan.
3. Relaxation training and related methods, adalah teknik yang dipakai
untuk melatih konseli agar melakukan relaksasi. Dalam
pelaksanaannya konselor dapat memodifikasi teknik ini dengan
systematic desentisization, asertion training, selfmanagement
programs. Teknik ini tepat digunakan untuk terapi-terapi klinis.
4. Systematic desentisization merupakan teknik yang tepat untuk terapi
bagi konseli yang mengalami phobia, anorexia nervosa, depresi,
obsesif, kompulsif, gangguan body image.
5. Exposure therapies. Variasi dari exposure therapies adalan in vivio
desentisization dan flooding, teknik terapi ini dengan
memaksimalkan kecemasan/ketakutan konseli.
6. Eye movement desentisization and reprocessing, didesain dalam
membantu konseli yang mengalami post traumatic stress disorder
7. Assertion training, metode ini didasarkan pada prinsip-prinsip terapi
kognitif perilaku. Ditujukan bagi konseli yang tidak dapat
mengungkapkan ketegasan dalam dirinya.
8. Self-management programs and self-directed behavior, terapi bagi
konseli untuk membantu terlibat dalam mengatur dan mengontrol
dirinya.
9. Multimodal therapy; clinical behavior therapy dikembangkan
dengan berdasar pada pendekatan secara holistic dari teori belajar
sosial dan terapi kognitif kemudian sering disebut dengan technical
eclecticism6

6
Gerald Corey.

8
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Pada hakekatnya teori behaviora adalah membentuk perilaku individu
melalui modivikasi sesuai dengan periaku yang diharapkan. Behavioristik
merupakan salah satu pendekatan teoritis dan praktis mengenai model
pengubahan perilaku konseli dalam proses konseling dan psikoterapi.
Pendekatan behavioristik yang memiliki ciri khas pada makna belajar,
conditioning yang dirangkai dengan reinforcement menjadi pola efektif dalam
mengubah perilaku konseli. Pandangan deterministik behavioristik merupakan
elemen yang tidak dapat di hilangkan. Namun pada perkembangan
behavioristik kontemporer, pengakuan pada manusia berada pada tingkat yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan awal-awal munculnya teori ini.
Pendekatan behavioristik menekankan pentingnya lingkungan dalam
proses pembentukan perilaku. Pendekatan ini bertujuan untuk menghilangkan
tingkah laku salah suai, tidak sekedar mengganti simptom yang
dimanifestasikan dalam tingkah laku tertentu. Dengan pendekatan behavior,
diharapkan konseli memiliki tingkah laku baru yang terbentuk melalui proses
conditioning, hilangnya simptom dan mampu merespon terhadap stimulus yang
dihadapi tanpa menimbulkan masalah baru.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas
perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

9
DAFTAR PUSTAKA

Artini, Ketut, Kadek Suranata, and Ketut Dharsana, ‘The Effectiveness of


Behavioral Counseling with Self Management Techniques to Improve
Student Self Achievment’, Jurnal Bimbingan Konseling, 4.1 (2020), 23–29
<https://doi.org/10.24036/XXXXXXXXXX-X>

Gantina Komalasari, Teori Dan Teknik Konseling (Bandung: Indeks, 2018)

Gerald Corey, Theory Adn Pactice of Counseling Adn Psychotherapy, Eight Edit
(USA, 2005)

Sigit Sanyata, ‘Teori Dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik Dalam Konseling’,


Jurnal Paradigam, 14.VII (2012), 1–11

10

Anda mungkin juga menyukai