Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

RATIONAL EEMOTIVE BEHAVIOUR COUNSELING

MATA KULIAH : TEORI DAN TEKNIK KONSELING


DOSEN PENGAMPU : BAPAK FIKI PRAYOGI, S.Pd., M.Pd.
DI SUSUN OLEH KELOMPOK 7
ADINDA GUSTIKA (22110011)
SEPTIANI (22110033)
SUJANA WAFA AS-SYURA (22110034)
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) BANDAR LAMPUNG

Jl. Chairilanwar, durian paying, kec. Tj. Karangpusat, kota Bandar Lampung(35214)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan Hidayah-
Nya kami dapat menyusun makalah "TeoridanTeknikKonseling" ini tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas tentang "Rational EemotiveBehaviour Counseling".
Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung kami dalam pembuatan dan penyusunan
makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca. Kami selaku penyusun menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih minim dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
senantiasa mengharapkan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami
di masa yang akan datang.

Bandar Lampung, 01 maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1. LatarBelakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah perkembangan konsepteori
B. Hakekat manusia
C. Perkembanga prilaku
1. Struktu rkepribadian
2. Pribadi sehat dan bermasalah
D. Hakekat konseling Kondisi pengubahan
1. Tujuan
2. Sikap, peran, dan tugas konselor
3. Sikap, peran, dan tugas konseling
4. Situasihubungan
E. Mekanisme pengubahan
1. Tahap-tahap konseling
2. Teknik-teknik konseling
F. Kelemahan dan kelebihan
G. Sumber rujukan

BAB III PENUTUP


Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalil dasarnya adalah
bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperimen yang dikendalikan dengan cermat akan
menyingkapkan hukum-hukum yang mengendalikan tingkah laku. Behaviorisme ditandai oleh sikap
membatasi metode-metode dan prosedur-prosedur pada data yang diamati.

Tokoh Behavioral antara lain yaitu Nye, B.F Skinner, Wolpe, Jhon Watson, marquis, Salter, Thorndike,
Sofyan S. Willis, Krumboltz, Thorensen, Krasner, Goodstein, Carkhuff, Barenson, Lazarus

Pendekatan behavioristik memandang setiap orang memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan


negative yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.
Meskipun berkeyakinan bahwa segenap tingkah laku pada dasarnya merupakan hasil dari kekuatan-
kekuatan lingkungan dan faktor genetik. Pandangan para behavioris tentang manusia sering kali
dikaburkan oleh penguraian yang terlampau menyederhanakan tentang individu sebagai bidak nasib
yang tak berdaya yang semata-mata ditentukan oleh pengaruh-pengaruh lingkungan dan keturunan dan
dikerdilkan menjadi sekedar organisme pemberi respon.

Sering kali orang mengalami kesulitan karena tingkah lakunya berlebih atau ia kekurangan tingkah laku
yang pantas. Konselor yang mengambil pendekatan behavioral membantu klien untuk belajar cara
bertindak yang baru dan pantas, atau membantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi
tingkah laku yang berlebih. Dengan kata lain, membantu klien agar tingkah lakunya menjadi lebih adpatif
dan menghilangkang yang maladaptif. ( Gladding,2004)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah perkembangan konseling behavior?
2. Apa sajakah hakikat manusia pada konseling behavior?
3. Apa saja isi perkembangan prilaku konseling behavior?
4. Seperti apa hakikat manusia dalam konseling behavior?
5. Bagaimana kondisi pengubahan konseling behavior?
6. Ada berapa mekanisme pengubahan dalam konseling behavior?
7. Apa saja kelemahan dan kelebihan dalam donseling behavior?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan konseling behavior
2. Untuk mengetahui hakikat manusia pada konseling behavior
3. Untuk memahami perkembangan prilaku konseling behavior
4. Untuk mengetahui hakikat manusia dalam konseling behavior
5. Untuk memahami kondisi pengubahan konseling behavior
6. Untuk memahami mekanisme pengubahan dalam konseling behavior
7. Untuk memhetahui kelemahan dan kelebihan dalam donseling behavior
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan
Skinner (1904-1990) sebagai penemu teori behavioral yang pertama, dibesarkan di lingkungan
keluarga yang hangat dan stabil. Skinner sangat tertarik dalam membangun segala macam hal. Ia
menerima gelar PhD di bidang psikologi dari Harvard University pada tahun 1931 dan akhirnya
kembali ke Harvard setelah mengajar di beberapa universitas. Skinner adalah seorang juru bicara
terkemuka untuk behaviorisme dan dapat dianggap sebagai bapak dari pendekatan behavior. Ia
juga seorang ahli eksperimen di laboratorium. Skinner tidak mempercayai menusia memiliki
pilihan bebas. Menurutnya tindakan tidak dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan. Ia menekankan
pandangannya pada sebab akibat antara tujuan, kondisi lingkungan dan perilaku yang dapat
diamati. Pandangannya muncul sebagai bentuk protes terhadap psikoanalitik yang berfokus pada
pikiran dan motif-motif yang tidak terlihat, sehingga ia merasa prihatin akan fokus yang terlalu
kecil terhadap lingkungan yang dapat diamati. Skinner tertarik pada konsep penguatan dan
menerapkannya dalam dirinya sendiri. Skinner percaya iptek dapat menjanjikan masa depan
yang lebih baik. Terapi behavior tradisional diawali pada tahun 1950-an dan awal 1960-an di
Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan Inggris sebagai awal radikal menentang perspektif
psikoanalisis yang dominan. Fokusnya adalah pada menunjukkan bahwa teknik pengkondisian
perilaku yang efektif dan merupakan alternatif untuk terapi psikoanalitik. Secara garis besar,
sejarah perkembangan pendekatan behavior terdiri dari tiga trend utama, yaitu
a) Gelombang 1 :
Pada tahun 1960 Albert Bandura mengembangkan teori belajar sosial, yang dikombinasikan
pengkondisian klasik dan operan kondisioning sdengan pembelajaran observasional. Bandura
membuat kognisi fokus yang sah untuk terapi bahavior. Selama tahun 1960-an sejumlah
pendekatan perilaku kognitif bermunculan, dan mereka masih memiliki dampak signifikan pada
praktek terapi. Terapi behavior kontemporer muncul sebagai kekuatan utama dalam psikologi
selama 1970-an, dan itu memiliki dampak signifikan pada pendidikan, psikologi, psikoterapi,
psikiatri, dan pekerjaan sosial. Teknik behavior yang diperluas untuk memberikan solusi
terhadap masalah bisnis, industri, dan membesarkan juga anak. Dikenal sebagai "gelombang
pertama" di lapangan behavior, teknik terapi behavior dipandang sebagai pilihan perawatan
untuk banyak masalah psikologis.
b) Gelombang 2 :
Tahun 1980-an yang ditandai dengan pencarian konsep dan metode baru yang melampaui teori
belajar tradisional. Terapis behavior melakukan evaluasi terhadap metode yang mereka gunakan
dan mempertimbangkan dampak dari praktek terapi pada klien mereka dan masyarakat yang
lebih luas. Meningkatnya perhatian diberikan kepada peran emosi dalam perubahan terapi, serta
peran faktor biologis dalam gangguan psikologis. Dua perkembangan yang paling signifikan
adalah (1) munculnya terus terapi kognitif behavior sebagai kekuatan utama dan
(2) penerapan teknik perilaku untuk pencegahan dan pengobatan gangguan kesehatan terkait.
Pada akhir 1990-an Asotiation Behavior and Cognitive Therapi (ABCT) menyatakan
keanggotaan dari sekitar 4.300. Gambaran saat ABCT adalah "sebuah organisasi keanggotaan
lebih dari 4.500 profesional kesehatan mental dan mahasiswa yang tertarik dalam terapi bahavior
berbasis empiris atau terapi behavior kognitif." Perubahan nama dan deskripsi mengungkapkan
pemikiran saat ini mengintegrasikan terapi perilaku dan kognitif. Terapi kognitif dianggap
sebagai “gelombang kedua” dari tradisi behavior. a) Gelombang 3 : Pada awal 2000-an,
"gelombang ketiga" dari tradisi perilaku muncul, memperbesar ruang lingkup penelitian dan
praktek. Perkembangan terbaru termasuk terapi perilaku dialektis, kesadaran berbasis
pengurangan stres, kesadaran berbasis terapi kognitif, dan penerimaan dan terapi komitmen.

B. Hakikat Manusia

Hakikat manusia dalam pandangan para behaviorist adalah pasif dan mekanistis, manusia
dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan keinginan
lingkungan yang membentuknya. Lebih jelas lagi penjelaskan tentang hakikat manusia dalam
pandangan teori behavioristiksebagai berikut: dalam teori ini menganggap manusia bersifat
mekanistik atau merespon kepada lingkungan dengan kontrol terbatas, hidup dalam alam
deterministic dan sedikit peran aktifnya dalam memilih martabatnya. Manusia memulai
kehidupnya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya,dan interaksi ini menghasilkan
pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Perilaku seseorang ditentukan oleh
banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Konseling behavioral
ini berpandangan bahwa manusia itu:

o Lahir dalam mempunyai bawaan netral, artinya manusia itu hak untuk berbuat
baik/buruk/jahat.
o Lahir dengan membawa kebutuhan dasar dan dipengaruhi oleh interaksi dengan
lingkungan.
o Kepribadian manusia berkembang atas dasar interaksi dengan lingkungannya.
o Mempunyai tugas untuk berkembang melalui kegiatan belajar.
o Manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan.

C. Perkembangan Prilaku
1. Struktur Kepribadian
Kaum behavioris tidak menjelaskan struktur kepribadian seperti pada aliran lain seperti
psikoanalis, tetapi menurut teori kepribadian behavioristik bahwa kepribadian manusia adalah
perilaku organisme itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kerpribadian manusia dapat di ketahui
melalui tingkahlaku yang tampak dan diamati (observable behavior).Selain itu ada pandangan
dualiasme yang berkembang dalam pendekatan behavior bahwa manusia memiliki jiwa, raga,
mental, fisik, sikap, perilaku dan sebagainya. Seperti yang dijabarkan dibawah ini:

 Lingkungan dan pengalaman menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang dibentuk.


 Dualisme, seperti jiwa-raga, raga-semangat, raga-pikiran bukan merupakan validitas
keilmuan pada pembentukan, prediksi dan control dari perilaku manusia.
 Walaupun pembentukan kepribadian memiliki batsan genetis namun efek dari lingkungan
dan stimulus dari dalam memiliki pengaruh dominan.
 Dalam membentuk sebuah teori dari kepribadian prediksi dan control dan perilaku
merupakan hal terpenting. Tidak ada yang lebih penting selain kebebasan dalam
penentuan respon. Semua perilaku dapat dipisah menjadi operant respondent yaitu
individual respon yang berbeda dalam pengaruh control dari stimulus lingkungan.

2. Pribadi Sehat dan Bermasalah

Pribadi sehat Dalam pandangan teori ini kepribadian individu yang sehat adalah sebagai berikut;

o Dapat merespon stimulus yang ada di lingkungan secara cepat.


o Tidak kurang dan tidak berlebihan dalam tingkah laku, memenuhi kebutuhan.
o Mempunyai derajat kepuasan yang tinggi atas tingkah laku atau bertingkah laku dengan
tidak mengecewakan diri dan lingkungan.
o Dapat mengambil keputusan yang tepat atas konflik yang dihadapi.
o Mempunyai self control yang memadaib. Pribadi bermasalah Kepribadian yang
dipandang bermasalah menurut teori ini adalah sebagai berikut;
o Tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
o Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang
salah.
o Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi
lingkungan dengan tepat.
o Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan lingkunganv
Tingkah laku yang tidak wajar menurut standard nilai, yang kemudian menimbulkan
konflik dengan lingkungan

D. Hakikat Konseling

E. Kondisi Pengubahan
1. Tujuan Konseling

Sesuai dengan namanya maka tujuan konseling behavioral yaitu membantu menciptakan kondisi
dan lingkungan baru agar klien mampu belajar merubah perilakunya dalam rangka memecahkan
masalah yang dihadapi. Tujuan konseling behavioral berorientasi pada pengubahan atau
modifikasi perilaku konseli, yang di antaranya :

o Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar


o Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif,
o Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari,
o Membantu konseli membuang respon-respon yang lama yang merusak diri atau
maladaptif dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai
(adjustive).
o Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptive, memperkuat
serta mempertahankan perilaku yang diinginkan.
o Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama
antara konseli dan konselor

2. Sikap, peran, dan tugas Konselor


3. Sikap, peran, dan tugas Konseling
4. Situasi hubungan

F. Mekanisme Pengubahan
1. Tahap-tahap konseling

Tingkah laku yang bermasalah dalam konseling behavior adalah tingkah laku yang berlebih
(excessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Contoh tingkah laku yang berlebihan seperti
merokok, terlalu banyak main game dan sering memberi komentar di kelas. Adapun tingkah laku
yang deficit adalah terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas dan bolos sekolah.

Tingkah laku excessive dirawat dengan menggunakan teknik konseling untuk menghilangkan
atau mengurangi tingkah laku, sedangkan tingkah laku deficit dikonseling dengan menggunakan
teknik meningkatkan tingkah laku. Menurut Komalasari (2011), tahapan dalam konseling
behavior adalah sebagai berikut:

a. Melakukan asesmen (assessment) 

Tahap ini bertujuan untuk menentukan apa yang dilakukan oleh konseli pada saat ini. Asesmen
dilakukan adalah aktivitas nyata, perasaan dan pikiran konseli. Terdapat enam informasi yang
digali dalam asesmen yaitu: 

1. Analisis tingkah laku yang bermasalah yang dialami konseli saat ini. Tingkah laku yang
dianalisis adalah tingkah laku yang khusus. 
2. Analisis tingkah laku yang didalamnya terjadi masalah konseli. Analisis ini mencoba
untuk mengidentifikasi peristiwa yang mengawali tingkah laku dan mengikutinya
sehubungan dengan masalah konseli. 
3. Analisis motivasional.
4. Analisis self kontrol, yaitu tingkatan kontrol diri konseli terhadap tingkah laku
bermasalah ditelusuri atas dasar bagaimana kontrol itu dilatih atas dasar kejadian-
kejadian yang menentukan keberhasilan self kontrol.
5. Analisis hubungan sosial, yaitu orang lain yang dekat dengan kehidupan konseli
diidentifikasi juga hubungannya orang tersebut dengan konseli. Metode yang digunakan
untuk mempertahankan hubungan ini dianalisis juga. 
6. Analisis lingkungan fisik-sosial budaya. Analisis ini atas dasar norma-norma dan
keterbatasan lingkungan.

b. Menentukan tujuan (goal setting) 

Konselor dan konseli menentukan tujuan konseling sesuai dengan kesepakatan bersama
berdasarkan informasi yang telah disusun dan dianalisis. Fase goal setting disusun atas tiga
langkah, yaitu: 

1. Membantu konseli untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-tujuan yang


diinginkan.
2. Memperhatikan tujuan konseli berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional
tujuan belajar yang dapat diterima dan dapat diukur. 
3. Memecahkan tujuan ke dalam sub-tujuan dan menyusun tujuan menjadi susunan yang
berurutan.

c. Mengimplementasikan teknik (technique implementation) 

Setelah tujuan konseling dirumuskan, konselor dan konseli menentukan strategi belajar yang
terbaik untuk membantu konseli mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan. Konselor
dan konseli mengimplementasikan teknik-teknik konseling sesuai dengan masalah yang dialami
oleh konseli (tingkah laku excessive atau deficit).

d. Evaluasi dan mengakhiri konseling (evaluation termination) 

Evaluasi konseling behavioristik merupakan proses yang berkesinambungan. Evaluasi dibuat


atas apa yang konseli perbuat. Tingkah laku konseli digunakan sebagai dasar untuk
mengevaluasi efektivitas konselor dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan. Terminasi
lebih dari sekedar mengakhiri konseling. Terminasi meliputi: 

1. Menguji apa yang konseli lakukan terakhir. 


2. Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan. 
3. Membantu konseli mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling ke tingkah laku
konseli.
4. Memberi jalan untuk memantau secara terus menerus tingkah laku konseling.
2. Teknik-teknik konseling
o Latihan Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan
diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di
antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan
tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif
lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan
konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
o Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan
bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara
mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku
yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah
laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak
dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakikatnya
merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat
secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang
berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
o Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus
yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.Stimulus yang tidak
menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya
tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan
terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak
menyenangkan.
o Pembentukan Tingkah laku
Model Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan
memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan
kepada klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik,
model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak
dicontoh. Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor.
Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
o Covert Sensitization
Teknik ini dapat digunakan untuk merawat tingkah laku yang menyenangkan klien tapi
menyimpang, seperti homosex, alcoholism. Caranya: Belajar rileks dan diminta
membayangkan tingkah laku yang disenangi itu. Kemudian di saat itu diminta
membayangkan sesuatu yang tidak menyenangkan dirinya. Misalnya, seorang peminum,
sambil rileks diminta untuk membayangkan minuman keras. Di saat gelas hamper
menyentuh bibirnya, diminta untuk membayangkan rasa muak dan ingin muntah. Hal ini
diminta berulangkali dilakukan, hingga hilang tingkah laku peminumnya.
o Thought Stopping
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang sangat cemas. Caranya klien disuruh
menutup matanya dan membayangkan dirinya sedang mengatakan sesuatu yang
mengganggu dirinya, misalnya membayangkan dirinya berkata saya jahat!. Jika klien
memberi tanda sedang membayangkan yang dicemaskannya (ia berkata pada dirinya:
saya jahat!), terpis segera berteriak dengan nyaring : berhenti!. Pikiran yang tidak karuan
itu segera diganti oleh teriakan terapis. Klien diminta berulang kali melakukan latihan ini,
hingga dirinya sendiri sanggup menghentikan pikiran yang mengganggunya itu.

G. Kelemahan dan Kelebihan

H. Sumber Rujukan

Corey, Gerald. 1999. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Terjemahan oleh E.
Koeswara .Bandung, Refika Aditama.
Hansen, James C. Richard R. Stevic, dan Richard W. Warner, Jr. 1982. Counseling:
Theory and Process. Boston; allyn and Bacon. Inc.
Prayitno. 1998. Konseling Panca Waskita, PSBK. FIP IKIP Padang
Sudratajat, Akhmad. 2008. Pendekatan Konseling Behavioral. dalam
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-behavioral/
Taufik. 2014. Model-Model Pendidikan. Padang: FIP.
Komalasari, Gantina, Dkk. 2011. Teori Teknik Konseling. Jakarta: Indeks.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konsep dasar yang dipakai oleh Behavior Therapy adalah belajar. Belajar yang dimaksud adalah
perubahan tingkah laku yang disebabkan bukan karena kematangan. Teori Belajar yang dipakai
dalam pendekatan ini sebagai aplikasi dari percobaan-percobaan tingkah laku dalaam
laboratorium. Manusia merupakan mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-
faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap
lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk
kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang
diterima dalam situasi hidupnya. Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan
lingkungan melalui hukum-hukum belajar: Pembiasaan klasikPembiasaan operan Peniruan.
Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidakpuasan yang
diperolehnya. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil
belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi
pembentukan tingkah laku. Adapun karakteristik konseling behavioral adalah:berfokus pada
tingkah laku yang tampak dan spesifikMemerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan
konselingMengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klienPenilaian
yang obyektif terhadap tujuan konseling.

Anda mungkin juga menyukai