Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MEKANISME PERILAKU MANUSIA


Dosen Pengampu: Bp. Anas Rohman, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 2
1. (22106011318) Muhammad Amhar Faiq
2. (22106011293) Muhammad Rizal Amirudin
3. (22106011316) M. Bahrul Amiq
4. (22106011292) Habib Abdul Muchlis
5. (22106011315) M. Rifqul Fuad
6. (22106011290) Muhammad Zaki Irfani
7. (22106011314) Ahmad Angga Bina Yaroni
8. (22106011289) Muhammad ‘Amal Fatkhi
9. (22106011313) Jamaludin Malik
10. (22106011288) Slamet Subandi
11. (22106011312) Muhammad Ma’ruf Ulinnuha

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur mari sama-sama dipanjatkan ke Hadhirat Allah SWT yang telah
memberikan hidayah-Nya, rahmat-Nya, serta kasih sayang-Nya sehingga makalah ini dapat
selesai tepat pada waktunya. Dan tak lupa pula shalawat beriringkan salam dihaturkan kepada
Nabi Muhammad SAW, semoga kita senantiasa meneladani beliau dalam menjalani hidup
dan kehidupan kita.
Makalah yang berjudul “Mekanisme Perilaku Manusia” ini ditulis sebagai tugas
dalam Mata Kuliah Psikologi Pendidikan yang diberikan oleh Bapak Anas Rohman, M.Pd.
Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada Bapak Dosen Pengampu, teman-teman
seperjuangan di kelas B13 PAI, dan semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya
tulisan ini, terutama orang tua yang selalu memberikan dukungan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Namun kami
berharap tulisan kami yang sederhana ini dapat memberikan pengetahuan yang berguna serta
semoga makalah ini dapat diterima dan menjadi jembatan dalam memperoleh nilai yang
bagus dalam Mata Kuliah Psikologi Pendidikan.

Brabo, 30 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................................ 1

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 1

C. TUJUAN .................................................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

A. MEKANISME PERILAKU MANUSIA ..................................................................... 3

B. BEBERAPA PANDANGAN PSIKOLOGI TENTANG PERILAKU MANUSIA ....... 3

1. PANDANGAN PSIKOANALITIK ......................................................................... 3

2. PANDANGAN HOLISTIK/HUMANISTIK............................................................ 6

3. PANDANGAN BEHAVIORISTIK ......................................................................... 9

4. PANDANGAN KONVERGENSI ......................................................................... 11

BAB III. PENUTUP ............................................................................................................ 12

KESIMPULAN ............................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 13

ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Semakin bertambahnya usia seseorang hakikatnya akan semakin berkembang
pemikiran dan peningkatan perilakunya. Setiap individu yang satu dengan yang lain akan
mengalami perubahan perilaku yang berbeda. Perbedaan ini memiliki banyak faktor,
tergantung dari sudut mana kita melihat penyebab serta ke arah mana perkembangan tersebut
entah itu mengarah kepada yang lebih baik atau juga sebaliknya yang lebih buruk dari hari ke
hari.
Dalam mekanisme perilaku manusia terdapat beberapa pandangan yang berbeda-beda.
Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh dari pemikiran orang-orang sebelum mereka yang
menjadi panutan mereka para ahli dalam menentukan suatu teori.
Ada pandangan yang memandang perilaku manusia itu dipengaruhi oleh sifat bawaan
seseorang sejak ia lahir yang ada karena gen dari orang tuanya. Di lain sisi ada juga
pandangan yang memandang perilaku manusia itu perkembangannya ditentukan oleh apa saja
yang dialaminya selama ia hidup sehingga apapun pembawaan yang dibawa oleh orang
tuanya akan berubah seiring dengan pendidikan dan pengalaman yang dialaminya.
Sebelum mempelajari mengenai pandangan-pandangan mengenai perilaku manusia,
maka kita harus memahami apa itu perilaku terlebih dahulu. Adapun pandangan-pandangan
mengenai mekanisme perilaku manusia yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain
pandangan psikoanalitik, pandangan behavioristik, pandangan holistik/humanistik, dan
pandangan konvergensi.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah di atas, dapat di tarik rumusan masalah antara lain:
a. Apa itu perilaku ?
b. Bagaimanakah aliran Psikoanalitik dalam memandang mekanisme perilaku
manusia?
c. Bagaimanakah aliran holistik/humanistik dalam memandang mekanisme perilaku
manusia?
d. Bagaimanakah aliran behavioristik dalam memandang mekanisme perilaku
manusia?
e. Bagaimanakah aliran konvergensi dalam memandang mekanisme perilaku
manusia?

1
C. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah antara lain adalah:
a. Mengetahui pengertian perilaku manusia,
b. Dapat memahami pandangan aliran Psikoanalitik dalam memandang mekanisme
perilaku manusia,
c. Dapat memahami pandangan aliran holistik/humanistik dalam memandang
mekanisme perilaku manusia,
d. Dapat memahami pandangan aliran behavioristik dalam memandang mekanisme
perilaku manusia
e. Dapat memahami pandangan aliran konvergensi dalam memandang mekanisme
perilaku manusia?

2
BAB II. PEMBAHASAN
A. MEKANISME PERILAKU MANUSIA
Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi manusia
dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku
aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang
tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial
manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial,
yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah
perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku
seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam
kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor
penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi
terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan
komprehensif.
Perilaku manusia dipelajari tak hanya dalam ilmu psikologi, namun juga dalam
disiplin ilmu sosiologi, ekonomi, antropologi dan kedokteran. Hal ini dikarenakan luasnya
cakupan dalam perilaku manusia sehingga banyaknya bidang keilmuan yang mempelajarinya.

B. BEBERAPA PANDANGAN PSIKOLOGI TENTANG PERILAKU


MANUSIA
1. PANDANGAN PSIKOANALITIK
Tokoh-tokoh terkenal yang merupakan pencetus teori psikoanalisis antara lain
Sigmund Freud ( 1856-1939), Carl Gustav Jung ( 1875-1961), dan Alfred Adler (1870-1939).
Teori psikoanalisis mengupas kepribadian dari suatu pandang yang sangat berbeda
dengan teori-teori yang lainnya, teori psikoanalisis menelaah kepribadian pribadi, motif –
motif tak sadar yang mengarahkan perilaku.
Menurut freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni sadar
(conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious)1.
Hubungan antara alam sadar, prasadar, dan tak sadar digambarkan oleh freud dengan
gunung es. Yakni bagian kecil yang mencuat di permukaan air dari gunung es tersebut
merupakan kesadaran seseorang, dan bagian yang paling besar yang berada di dalam air dan

1
Alwisol. Psikologi Kepribadian. (Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah, 2008) Hal. 56

3
terdapat paling bawah merupakan alam tak sadar seseorang yang berisi tentang nafsu, ingatan
yang tak terjangkau, hayalan yang mempengaruhi pikiran dan perilaku kita.
Alam sadar adalah apa yang anda sadari pada saat-saat tertentu,pengindraan
langsung, ingatan, pemikiran, fantasi, perasaan yang anda miliki.
Alam pra-sadar, adalah apa yang kita sebut saat ini dengan “kenangan yang sudah
tersedia” (available memory), yaitu segala sesuatu yang dengan mudah dapat dipanggil kea
lam sadar, kenanga-kenangan yang walaupun tidak anda ingat waktu berpikir, tapi dapat
dengan mudah dipanggil lagi. Tidak ada masalah yang muncul dari dua lapisan ini. Namun,
Freud mengatakan bahwa keduanya adalah bagian terkecil dari pikiran.
Adapun bagian terbesarnya adalah alam bawah sadar (unconscious mind). Bagian ini
mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa kea lam sadar, termasuk segala sesuatu
yang memang asalnya alam bawah sadar, seperti nafsu dan insting kita serta segala sesuatu
yang masuk ke situ karena kita tidak mampu menjangkaunya, seperti kenangan atau emosi-
emosi yang terkait dengan trauma.
Mekanisme perilaku manusia dalam pandangan psikoanalitik terdiri atas tiga unsur
yang terdapat dalam diri manusia, yaitu Id, Ego, dan Super Ego
1. Id
Id adalah system kepribadian bawaan atau yang paling asli dari manusia. Pada
saat di lahirkan, seseorang hanya memiliki id saja. Unsur kepribadian ini merupakan
tempat bersemayamnya naluri-naluri yang sifatnya buta dan tidak terkendali. Ia hanya
menurut dan mendesak di puaskannya naluri-naluri tersebut. Id dapat diumpamakan
sebagai kawah gunung merapi yang terus mendidih dan bergolak. Ia tidak dapat
menoleransi ketegangan serta ketidak nyamanan serta berdaya upaya untuk melepaskan
ketidak nyamanan atau ketegangan itu sesegera mungkin. 2
Asas yang mengatur bekerjanya id ini adalah asas kesenangan (pleasure
principle) yang diarahkan bagi pengurangan ketegangan atau ketidak nyamanan guna
mencapai kepuasan atau kebahagiaan naluriah. Karena bekerjanya hanya di dorong oleh
asas kesenangan semata, maka Id bersifat tidak logis, amoral, dan hanya memiliki satu
tujuan semata, yaitu memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah sesuai dengan asas
kesenangan tersebut . Id tidak pernah menjadi dewasa dan selalu menjadi unsur anak
manja dalam kepribadian manusia.Id ini bersifat tidak sadar.

2
Ivan Taniputera, Psikologi Kepribadian Psikologi Barat versus Buddhisme (Malang : Ar-Ruzz, 2005) hal 44-
45

4
2. Ego
Ego timbul pada diri anak-anak yang sedang berkembang, menurut Freud, untuk
mengenai transaksi mereka sehari-hari dengan lingkungan ketika mereka belajar bahwa
suatu realitas (kenyataan) yang terlepas dari keinginan dan kebutuhan mereka sendiri.
Ego ini sebenarnya merupakan bagian dari Id, tetapi sudah dimodifikasi sedemikian rupa
karena sudah lebih dekat dengan dunia luar individu. Salah satu tugas utama dan penting
dari ego adalah mencari dan menemukan objek yang dapat memenuhi dan memuaskan
kebutuhan Id. Karena itu, ego harus menyusun semacam kerja sama antara kebutuhan Id
dan tuntutan lingkungan. Berbeda dengan id, ego ini sangat terkendali, realistic, dan
logis.3
Sebelumnya, seorang bayi hanya dapat menangis di kala lapar atau mengalami
ketidaknyamanan. Kini bila bayi tersebut tumbuh manjadi seorang anak, maka ia tidak
lagi menangis pada saat lapar. Ia akan sedapat mungkin berusaha mencari cara dalam
memuaskan rasa laparnya itu. Ia akan mencari dan mengambil makanan apa saja yang
dijumpainya tanpa memikirkan siapa yang memiliki makanan itu.
3. Superego
Superego merupakan unsur moral atau hukum dari kepribadian manusia. Ia
merupakan aspek moral dari seseorang yang menentukan benar dan salahnya perbuatan
yang dilakukan. Ia menampilkan hal-hal yang ideal dan bukannya riil, berbeda dengan Id
yang di gerakkan oleh asas kesenangan, superego digerakkan oleh asas
kesempurnaan.Superego terdiri dari nilai-nilai tradisional serta norma-norma ideal dalam
masyarakat yang di ajarkan oleh orang tua terhadap anaknya. Fungsi superego adalah
untuk menghambat dorongan- dorongan pemuas yang berasal dari Id.
Demikianlah menurut Freud, Id merupakan unsur yang sangat penting dari
kepribadian manusia. Id hadir hanya dari bentuk naluri atau nafsu seks dalam diri
manusia. Jadi, seseorang menurut Freud tak lain dan tak bukan adalah perwujudan dari
aktivitas seksual, yakni nafsu seks dan tanggapan terhadap kebutuhan tersebut. Menurut
teori Freud, manusia tak lebih dari sekedar budak abadi dari Id dan superego seta
pertentangan yang terjadi di antara keduanya, atau barangkali ia adalah budak dari nilai
masa lalu yang di ciptakan berdasarkan spekulasi belaka dan disebut hal baik atau buruk
dalam masyarakat.4

3
Mari Juniati, Rahmawati (ed) Introduction To Psychology (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000). h.145
4
Ivan Opcit. hal. 47

5
2. PANDANGAN HOLISTIK/HUMANISTIK
Istilah Psikologi humanistik diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada
awal tahun 1960-an bekerjasama dibawah kepemimpinan Maslow dalam mencari alternatif
dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua
teori yang dimaksud adalah psikoanalisa dan behaviorisme. Sekelompok ahli tersebut
memiliki pandangan yang berbeda, tetapi mereka berpijak kepada konsepsi fundamental yang
sama mengenai manusia yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yakni
Eksistensialisme. Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada
manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan
secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. 5
Psikologi holistik (whole = menyeluruh) yaitu psikologi dimana manusia harus di
kembalikan dalam kesatuan yang utuh, maksudnya kita memandang manusia tidak hanya pda
satu titik namun memandang manusia secara keseluruhan. Psikologi Humanistik ( human =
manusia ) yaitu manusia yang memeliki potensi dalam dirinya yang di pandang juga melalui
penghargaan yang tinggi terhadap harga dirinya, perkembangan pribadinya, perbedaan-
perbedaan individualnya dan dari sudut kemanusiaan itu sendiri. Walaupun terlihat terdapat
perbedaan dari pengertian antara holistik dan humanistik, namun pada hakikatnya kedua
istilah ini mengacu kepada satu pandangan yang memandang manusia dengan utuh dari luar
dan dalamnya.

Ajaran-ajaran Dasar Holistik/Humanistik dalam memandang manusia6


a. Individu sebagai keseluruhan yang Integral
Salah satu aspek yang fundamental dari Psikologi Humanistik adalah ajarannya
bahwa manusia atau individu harus dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas dan
terorganisasi. Sesuai dengan teori Maslow dengan prinsip holistiknya, motivasi
mempengaruhi individu secara keseluruhan, dan bukan secara bahagian.
b. Ketidak relevanan Penyelidikan dengan Hewan
Para juru bicara Psikologi Humanistik mengingatkan tentang adanya perbedaan yang
mendasar antara tingkah laku manusia dengan tingkah laku hewan bagi mereka, manusia itu
lebih dari sekadar hewan. Ini bertentangan dengan behaviorisme yang mengandalkan
penyelidikan tingkah laku hewan dalam upaya memahami tingakah laku manusia. Berbeda
dengan para behavioris yang menekankan kesinambungan alam manusia dengan dunia

5
https://id.wikipedia.org/wiki/Eksistensialisme (Diakses pada 28 maret 2017)
6
Sobur, Alex, Psikologi Umum, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2003), Hal. 271

6
hewan, Maslow dan para teoris kepribadian humanistik umumnya memandang manusia yang
sebagai makhluk yang berbeda dengan hewan apapun.
c. Pembawaan Baik Manusia
Teori Freud secara Implisit menganggap bahwa manusia pada dasarnya memiliki
karakter jahat. Impuls-impuls manusia, apabila tidak dikendalikan akan menjuruskan manusia
kepada pembinasaan sesamanya dan juga penghancuran dirinya sendiri sementara menurut
Maslow hanya memiliki sedikit kepercayaan tentang kemuliaan manusia, dan berspekulasi
secara pesimis tentang nasib manusia. Sebaliknya, Psikologi humanistik memiliki anggapan
bahwa manusia itu pada dasarnya adalah baik, atau tepatnya netral. Menurut perspektif
humanistik, kekuatan jahat atau merusak yang ada pada manusia itu adalah hasil dari
lingkungan yang buruk dan bukan merupakan bawaan.
d. Potensi Kreatif Manusia
Pengutamaan kreativitas manusia merupakan salah satu prinsip yang penting dari
Psikologi Humanistik. Maslow, dari studinya atas sejumlah orang tertentu menemukan bahwa
pada orang-orang yang ditelitinya itu terdapat satu ciri yang umum, yakni kreatif. Dari situ
Maslow menyimpulkan bahwa potensi kreatif merupakan potensi yang umum pada manusia.

e. Penekanan pada kesehatan Psikologi


Maslow secara konsisten beranggapan bahwa tidak ada satupun pendekatan psikologis
yang mempelajari manusia dengan bertumpu pada fungsi-fungsi manusia berikut cara dan
tujuan hidupnya yang sehat. Dalam hal ini Maslow terutama mengkritik Freud yang
menurutnya terlalu mengutamakan studi atas orang-orang yang tidak sehat. Maslow juga
merasa bahwa psikologi terlalu menekankan pada sisi negatif manusia dan mengabaikan
kekuatan atau sifat-sifat yang positif dari manusia. Maslow yakin bahwa kita tidak akan bisa
memahami gangguan mental sebelum kita memahami kesehatan mental. Karena itu Maslow
mendesak perlu adanya studi atas orang-orang yang berjiwa sehat sebagai landasan bagi
pengembangan psikologi yang universal.
Holistik atau humanisme memandang bahwa perilaku itu bertujuan, yang berarti aspek-
aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari dalam diri individu merupakan faktor penentu untuk
melahirkan suatu perilaku, meskipun tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan.
Holistik atau humanisme menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what
(apa), how (bagaimana), dan why (mengapa). What (apa) menunjukkan kepada tujuan (goals/
incentives/purpose) apa yang hendak dicapai dengan perilaku itu. How (bagaimana)
menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara mencapai tujuan (goals/incentives/pupose), yakni

7
perilakunya itu sendiri. Sedangkan why (mengapa) menunjukkan kepada motivasi yang
menggerakan terjadinya dan berlangsungnya perilaku (how), baik bersumber dari diri
individu itu sendiri (motivasi instrinsk) maupun yang bersumber dari luar individu (motivasi
ekstrinsik).
Perilaku individu diawali dari adanya kebutuhan. Setiap individu, demi mempertahankan
kelangsungan dan meningkatkan kualitas hidupnya, akan merasakan adanya kekurangan-
kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam dirinya. Dalam hal ini, Maslow
mengungkapkan jenis-jenis kebutuhan-individu secara hierarkis, yaitu:7.
a Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat fisiologis
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis ( phsysiological needs ) adalah sekumpulan kebutuhan
dasar yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan langsung dengan
pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup.
b Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)
Apabila kebutuhan fisiologis individu telah terpuaskan, maka dalam diri individu akan
muncul satu kebutuhan lain sebagai kebutuhan yang dominan dan menuntut pemuasan,
yakni kebutuhan akan rasa aman (need for self-security). Yang dimaksud oleh Maslow
dengan kebutuhan akan rasa aman ini adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong
individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan
lingkungannya.
c Kebutuhan cinta memiliki-dimiliki
Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki (need for love and belongingness) ini adalah
suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau
ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang
berlainan jenis, di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan kelompok di masyarakat.
Bagi individu-individu, keanggotaan dalam kelompok sering menjadi tujuan yang
dominan, dan mereka bisa menderita kesepian, terasing dan tak berdaya apabila keluarga,
pasangan hidup, atau teman-teman meninggalkannya.
d Kebutuhan penghargaan
Pemenuhan kebutuhan penghargaan menjurus pada kepercayaan terhadap diri sendiri dan
perasaan diri berharga. Kebutuhan akan sering kali diliputi frustasi dan konflik pribadi
karena yang diinginkan orang bukan saja perhatian dan pengakuan dari kelompoknya,
melainkan juga kehormatan dan status yang membutuhkan standar sosial, moral dan

7
Ibid . Hal. 273

8
agama. Seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri serta lebih
mampu dan selanjutnya lebih produktif.
e Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan akan aktualisasi diri atau mengungkapkan diri merupakan kebutuhan manusia
yang paling tinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan ini akan muncul apabila kebutuhan-
kebutuhan dibawahnya sudah terpuaskan dengan baik. Maslow menandai kebutuhan
akan aktualisasi diri sebagai hasrat individu untuk menjadi seseorang yang sesuai dengan
keinginan dan potensi yang dimilikinya. 8
Kebutuhan-kebutuhan tersebut selanjutnya menjadi dorongan (motivasi) yang
merupakan kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan
entusiasmenya dalam melaksanakan suatu aktivitas, baik yang bersumber dari dalam diri
individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

3. PANDANGAN BEHAVIORISTIK
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan
dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat
diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan.
Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak
9
benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan..
Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang
dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama
teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan
perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan
apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin
mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti
teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu
sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia
mesin” (Homo Mechanicus).10
Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui
proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dengan mengkondisikan atau menciptakan
stimulus-stimulus (rangsangan) tertentu dalam lingkungan. Behaviorisme menjelaskan
8
Ibid, Hal. 274
9
Light, G. and Cox, R. Learning and Teach Teori Belajar Behavioristik (Jakarta: Grafindo, 2001) Hal. 15
10
Ibid. hal 17

9
mekanisme proses terjadi dan berlangsungnya perilaku individu dapat digambarkan dalam
bagan berikut :
S > Ratau S > O > R
S = stimulus (rangsangan); R = Respons (perilaku, aktivitas) dan O=organisme
(individu/manusia).
Karena stimulus datang dari lingkungan (W = world) dan R juga ditujukan
kepadanya, maka mekanisme terjadi dan berlangsungnya dapat dilengkapkan seperti
tampak dalam bagan berikut ini :
W>S>O>R>W
Yang dimaksud dengan lingkungan (W = world) di sini dapat dibagi ke dalam dua
jenis yaitu :
1. Lingkungan objektif (umgebung=segala sesuatu yang ada di sekitar individu dan
secara potensial dapat melahirkan S).
2. Lingkungan efektif (umwelt=segala sesuatu yang aktual merangsang organisme
karena sesuai dengan pribadinya sehingga menimbulkan kesadaran tertentu pada diri
organisme dan ia meresponsnya)
Perilaku yang berlangsung seperti dilukiskan dalam bagan di atas biasa disebut
dengan perilaku spontan.
Contoh : seorang mahasiswa sedang mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan di
ruangan kelas yang terasa panas, secara spontan mahasiswa tersebut mengipas-ngipaskan
buku untuk meredam kegerahannya.Ruangan kelas yang panas merupakan lingkungan
(W) dan menjadi stimulus (S) bagi mahasiswa tersebut (O), secara spontan mengipaskan-
ngipaskan buku merupakan respons (R) yang dilakukan mahasiswa. Merasakan ruangan
tidak terasa gerah (W) setelah mengipas-ngipaskan buku.
Sedangkan perilaku sadar dapat digambarkan sebagai berikut11:
W > S > Ow > R > W
Contoh : ketika sedang mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan di ruangan kelas yang
terasa agak gelap karena waktu sudah sore hari ditambah cuaca mendung, ada seorang
mahasiswa yang sadar kemudian dia berjalan ke depan dan meminta ijin kepada dosen
untuk menyalakan lampu neon yang ada di ruangan kelas, sehingga di kelas terasa terang
dan mahasiswa lebih nyaman dalam mengikuti perkuliahan.
Ruangan kelas yang gelap, waktu sore hari, dan cuaca mendung merupakan
lingkungan (W), ada mahasiswa yang sadar akan keadaan di sekelilingnya (Ow), –meski
11
Light, G. and Cox, R. Opcit hal 20

10
di ruangan kelas terdapat banyak mahasiswa namun mereka mungkin tidak menyadari
terhadap keadaan sekelilingnya–. berjalan ke depan, meminta ijin ke dosen, dan
menyalakan lampu merupakan respons yang dilakukan oleh mahasiswa yang sadar
tersebut (R), suasana kelas menjadi terang dan mahasiswa menjadi lebih menyaman dalam
mengikuti perkuliahan merupakan (W).

4. PANDANGAN KONVERGENSI
Konvergensi merupakan gabungan antara pandangan empirisisme dan nativisme 12.
Empirisme yaitu aliran yang memandang perkembangan manusia itu berasal dari pengalaman
yang diterima seseorang selama ia hidup. Nativisme adalah aliran yang memandang
perkembangan seseorang itu berasal dari pembawaan seseorang sejak lahir sehingga
mengesampingkan apapun yang akan diterimanya selama hidupnya.
Dalam menentukan faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia, para pelopor
aliran konvergensi tak hanya berpegang pada pembawaan ataupun hanya lingkungan saja,
tetapi berpegang kepada kedua faktor yang sama pentingnya itu. Faktor pembawaan tidak
berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian sebaliknya juga, faktor pengalaman
saja tanpa bakat pembawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai
dengan harapan
Para penganut aliran konvergensi berkeyakinan bahwa baik faktor pembawaan maupun
faktor lingkungan memiliki andil yang sama besarnya dalam menentukan masa depan
seseorang.
Dari pemaparan diatas, faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya mutu hasil
perkembangan seseorang dalam belajar pada dasarnya terdiri atas dua macam, yaitu :
1. Faktor intern, yaitu pembawaan yang ada dalam diri manusia itu sendiri yang
meliputi pembawaan dan potensi kejiwaan tertentu yang turut mengembangkan
dirinya
2. Faktor eksternal, yaitu hal-hal yang akan datang atau yang ada di luar diri seseorang
yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi
seseorang dengan lingkungannya13

12
Muhibbin Syah. Psikologi pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015) hal. 45
13
Ibid. hal 47

11
BAB III. PENUTUP
KESIMPULAN
 Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi manusia
dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima,
perilaku aneh, dan perilaku menyimpang.

 Pandangan psikonalitik memusatkan perhatian pada dorongan tidak sadar yang


memotivasi perilaku individu.

 Mekanisme perilaku manusia dalam pandangan psikoanalitik terdiri atas tiga unsur yang
terdapat dalam diri manusia, yaitu Id, Ego, dan Super Ego Pandangan holistik/humanistik
adalah pandangan yang memandang perilaku manusia itu sebagai satu kesatuan dengan
tubuh fisik dan sebagai potensi yang terdapat dalam diri individu.

 Mekanisme perilaku manusia dalam pandangan holistik/humanistik yakni perilaku itu


memiliki tujuan, yang berarti faktor penentu untuk melahirkan perilaku itu berasal dari
aspek-aspek intrinsik yang berisi niat, motif, dan tekad.

 Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan
dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan
dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang
diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi
tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.

 Dalam pandangan behavioristik, mekanisme perilaku manusia memiliki komponen utama


berupa stimulus, organisme, dan respon.

 Konvergensi merupakan pandangan gabungan yang melihat perilaku manusia tak hanya
di dasari oleh faktor bawaan seseorang dari lahir, namun juga didasari oleh pengalaman
dalam kehidupannya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Syah. Muhibbin. 2015. Psikologi pendidikan Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Alwisol. 2008. Psikologi Kepribadian. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah.
Taniputera. Ivan. 2015 Psikologi Kepribadian Psikologi Barat versus Buddhisme Malang :
Ar-Ruzz.
Alex. Sobur. 2003. Psikologi Umum, Bandung : CV. Pustaka Setia.
Mari Juniati, Rahmawati (ed). 2000. Introduction To Psychology Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada
id.wikipedia.org

13

Anda mungkin juga menyukai