Semester 5
DOSEN PENGAMPU
Di susun oleh :
Kelompok 1
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan segala
kuasa-Nyalah kami bisa menyusun makalah ini yang berjudul “Sejarah Analisis Perubahan
Tingkah Laku , Dan Konsep Dasar Teori Behavioristik (Thorndike, Pavlov, Skinner, Bandura )”
telah selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. VIVI RATNAWATI, S.Pd, M.Psi selaku
dosen pengampu mata kuliah Analisis Perubahan Tingkah Laku yang telah memberikan banyak
masukan serta saran yang sangat bermanfaat dalam proses penyelesaian makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta membantu
menyumbangkan pikirannya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-per satu.
Kami sangat berharap agar makalah ini memberi banyak manfaat bagi para pembaca
terutama pada para orang tua atau siapapun yang membaca makalah ini. Kami juga sangat
mengharapkan masukan, kritikan serta saran dari semua pihak agar makalah ini bisa menjadi
lebih sempurna.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu ekonomi yang membahas tingkah laku manusia dalam pemenuhan kebutuhan
ekonomi, demikian pula ilmu politik, sosiologi, psikologi dan sebagainya membahas
tingkah laku manusia dalam konteks tertentu. Psikologi di pandang mengkaji tingkah
laku manusia secara lebih mendalam, meski nyatanya psikologi hanya mengkaji tingkah
laku manusia dari aspek tertentu saja.
Secara ontologi, perbedaan pemahaman tingkah laku di sebabkan karena perbedaan
penekanan obyek formal yang di pelajari, ada yang menekankan aspek luar/perilaku lahir
dan aspek dalam/batin manusia. Secara epistimologi, perbedaan karena landasan
keilmuan dan metode yang di gunakan untuk memahami manusia berbeda, ada yang
menggunakan metode empirik, spekulatif, dsb. Secara aksiologi, keragaman pemahaman
tingkah laku manusia terjadi karena perbedaan nilai kegunaan atau kepentingan dari yang
di pelajari.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah analisis perubahan tingkah laku?
2. Bagaimana konsep dasar dari teori behavioristic (Thorndike, Pavlov, Skinner,
Bandura)
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah analisis perubahan tingkah laku
2. Untuk mengetahui konsep dasar teori behavioristic (Thorndike, Pavlov, Skinner,
Bandura)
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
memegang buku ini dan merasakan berat dan bentuknya di tangan anda, semua itu adalah
tingkahlaku atau behavior (Cooper, et aI., 2007). Meskipun kata-kata seperti aktivitas dan
gerakan mengkomunikasikan pandangan umum tentang behavior, tetapi definisi yang lebih
khusus diperlukan untuk tUjuan-tujuan ilmiah. Bagaimana suatu disiplln ilmiah mendefinisikan
bidang ilmunya akan rnernberi pengaruh yang mendasar pada rnetode-metode pengukurannya,
eksperirnentasinya, dan analisis teoritiknya yang tepat dan memungkinkan.
Secara teknis, Johnston dan Pennypacker (1980, 1993a) memberikan pengertian yang lebih
lengkap tentang tingkah laku.
“The behavior of an organism is that portion of an organism`s interaction with its environment
that is characterized by detectable displacement in space through time of some part of the
organism and that results in a measurable change in at least one aspect of the environment (p.
23)”
Dengan kata lain, tingkah laku organisme (makhluk hidup) adalah bagian dari interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan yang ditandai dengan terdeteksinya pemindahan dalam suatu
bentuk melalui waktu (rentan waktu) yang terjadi pada beberapa bagian dari organisme dan hasil
perubahan dapat diukur setidaknya dari satu aspek lingkungan.
Ungkapan, “tingkah laku organisme” membatasi pembahasan pada aktivitas dari makhluk
hidup, dengan tidak mengindahkan gagasan/ide seperti “tingkah laku” pasar saham yang berada
diluar tingkah laku makhluk hidup.
Ungkapan, “bagian dari interkasi makhluk hidup dengan lingkungannya” mengspesifikasi
pada hal-hal yang dibutuhkan dan kondisi yang cukup untuk terjadinya tingkah laku sebagai (a)
adanya dua objek yang berbeda yaitu organisme dan lingkungan, (b) adanya hubungan di antara
keduanya.
Ungkapan, “pemindahan dalam suatu bentuk melalui waktu” untuk menambahkan
penjelasan tentang keadaan statis suatu organisme, definisi di atas tidak meliputi pergerakan
tubuh yang dihasilkan oleh tindakan dari tenaga yang bebas dari luar tubuh makhluk hidup yang
dinyatakan sebagai tingkah laku. Ungkapan ini juga menyoroti tentang sifat-sifat tingkah laku
yang dapat diukur. Johnston dan Pennypacker (1993a) menyatakan bahwa tingkah laku dapat
diukur sebagai “temporal locus” (ketika dalam waktu tertentu tingkah laku itu terjadi),
“temporal extent” (rentang waktu atau durasi terjadinya tingkah laku” dan “repeatability”
(frekuensi atau banyaknya kemunculun tingkah laku yang spesifik setiap waktu)
7
Ungkapan, “hasil perubahan dapat diukur setidaknya dari satu aspek lingkungan". Johnston
dan Pennypacker (1993a) menegaskan pentingnya pemberian ciri pada studi ilmiah tentang
tingkah laku. Skinner (1969) menulis, “untuk dapat diamati, suatu respon harus mempengaruhi
lingkungan”.
Definisi tlngkah-Iaku berdasarkan Skinner yang dikutip oleh Cooper, et al. (2007) adalah
the movement of an organism or of its parts in a frame ofreference provided by the organism or
by various external objects or fields. Sementara Johnston dan Penypaeker (1980, 1993a)
memberikan definsi yang lebih lengkap dan empirik berkenaan tingkah-Iaku yakni: Behavior
(tingkah-Iaku) organisma adalah bagian dari organisma yang berinteraksi dengan lingkungan dan
dieirikan dengan adanya pergerakan yang bisa diamati dari bagian tertentu dalam batasan ruang
dan waktu, dan memungkinkan perubahan-perubahan tersebut terukur sedikitnya dalam satu
aspek lingkungan.
Respon merupakan tindakan dari effector suatu organisme. Effector adalah suatu bagian
dari organ tubuh yang terdapat serat saraf yang secara khusus untuk mengubah lingkungan
secara mekanis, secara kimiawi, atau dalam bentuk energi tertentu (Michael, 2004, p. b). Effector
manusia meliputi (a) otot lurik (striped muscles), misalnya: otot tulang/rangka, seperti: otot
lengan. (b) otot halus, misalnya: otot perut dan otot kantung kemih. (c) kelenjar, misalnya:
kelenjar adrenalin.
Setiap respon organisme memiliki topografi tertentu yang disebut dengan topografi
respon. Topografi respon berkenan dengan bentuk fisik, dari tingkah-Iaku itu sendiri. Misalnya,
gerakan-gerakan tangan dan jari-jarinya saat digunakan membuka kaleng minuman Sprite dapat
dideskripsikan melalui unsur-unsur topografikalny. Namun demikan, bila terus diamati setiap
saat individu tersebut membuka kaleng soda, maka akan tampak bahwa selalu ada variasi
topografikal atar satu dengan lainnya, bisa perbedaannya besar atau keeil (Cooper, et al., 2007).
Tingkah-Iaku sendiri merurakan suatu istilah yang umum yang merujuk pada semua respon
yang bisa teramati. Dengan katq lain, respons merupakan unsur terkeeil dari tingkahlaku, atau
response adalah bagian terkeeil dari behavior (Cooper, et al., 2007).
Meskipun kadangkala hal ini berguna untuk mendeskripsikan tingkah laku melalui
topografinya, analisis tingkah laku menggunakan analisis fungsional (functional analysis) untuk
menganalisis tingkah laku dalam lingkungan tertentu. Sekelompok respon dengan fungsi/tujuan
8
yang sama (dalah hal ini, setiap respon dalam kelompok menghasilkan dampak yang sama
terhadap lingkungan) disebut dengan response class.
Analisis tingkah laku menggunakan istilah repertoire dalam dua pengertian. Pertama,
repertiore kadang digunakan untuk menunjukan segala tingkah laku yang dapat dilakukan
organisme. Namun yang sering digunakan untuk istilah ini adalah seperangkat atau sekumpulan
pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan yang telah diperajari individu yang berkaitan dengan
keadaan atau tugas tertentu.
Menurut B.F. Skinner teori belajar behaviorisme adalah hubungan antara stimulus dengan
respon yang ditunjukkan individu atau subyek terjadi melalui interaksi dengan lingkungan.
Teori ini menekankan bahwa tingkah laku yang ditunjukkan seseorang merupakan akibat dari
interaksi antara stimulus dengan respon. Teori ini berkembang dan cenderung mengikuti aliran
psikologi belajar, lantas menjadi dasar pengembangan teori pendidikan dan pembelajaraan saat
ini. Ciri dari implementasi sukses teori belajar behavioristik ini adalah adanya perubahan
perilaku yang ditunjukkan seseorang setelah mengalami kejadian di masa lampau. Seseorang
dinyatakan belajar jika telah merespon suatu kejadian dan menjadikannya pembelajaran untuk
tidak menggunakan respon yang sama di masa depan, guna menghindari akibat yang pernah
dialaminya.
Implementasi teori belajar behavioristik dalam dunia pendidikan ini terlihat dari beberapa
contoh. Misalkan: penerapan hukuman membersihkan halaman bagi siswa yang datang ke
sekolah terlambat, siswa disuruh lari lapangan jika tidak mengerjakan tugas atau PR. Teori ini
cukup menakutkan karena penekanan prinsip pemberian hukuman (punishment), akan tetapi teori
ini tak selamanya buruk. Pada kondisi tertentu siswa juga akan mendapatkan penguatan
(reinforcement) berupa pujian, hadiah atau penghargaan lainya jika menunjukkan sikap positif
dalam pembelajaran. Sehingga, teori behaviorisme dianggap merupakan pilihan metode
pembelajaran yang tepat dan dianggap mampu menghasilkan output yang diharapkan
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu
keluarnya teori behaviorism. Pada waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov (1900) telah
9
memberikan pengaruh yang kuat pada pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti cues
(pengisyaratan), purposive behavior (tingkah laku purposive) dan drive stimuli (stimulus
dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau
memicu suatu respon tertentu.
Sebagai pengantar pada teori Skinner, terlebih dahulu pemakalah sajikan pandangan
Skinner tentang manusia. Menurut Skinner manusia adalah sekumpulan reaksi unik yang
sebagian diantaranya telah ada dan secara genetis diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Pengkondisian yang kita alami dari lingkungan sosial menentukan “pengalaman”
yakni sekumpulan perilaku yang sudah ada. Jadi manusia adalah produk dari lingkungannya
(Husen, 2003: 115). Skinner percaya bahwa keperibadian dapat dipahami dengan
mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus-menerus dengan
lingkungannya. Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon,
menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Studi
Skinner tentang pembelajaran berpusat pada tingkah laku dan konsekuensi-konsekuensinya
(Sagala, 2009: 16). 4
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo2003: 114). Pendekatan
behavioral berpijak pada anggapan bahwa kepribadian manusia adalah hasil bentukan dari
lingkungan tempat ia berada. Dengan anggapan ini, pendekatan behavioral mengabaikan faktor
pembawaan manusia yang dibawa sejak lahir, seperti perasaan, insting, kecerdasan, bakat, dan
lain-lain. Manusia dianggap sebagai produk lingkungan sehingga manusia menjadi jahat,
beriman, penurut, berpandangan kolot, serta ekstrem sebagai bentukan lingkungannya.
(Endraswara2008 :56-57).5
Skinner memandang reward (hadiah) atau reinforcement (penguatan) sebagai unsur yang
paling penting dalam proses belajar. Kita cenderung untuk belajar suatu respons jika diikuti oleh
10
reinforcement (penguat). Skinner lebih memilih istilah reinforcement dari pada reward, ini
dikarenakan reward diinterpretasikan sebagai tingkah laku subjektif yang dihubungkan dengan
kesenangan, sedangkan reinforcement adalah istilah yang netral.6 Skinner dalam teorinya bahwa
individu cenderung untuk belajar suatu respon jika segera diikuti oleh penguatan.7 Penguat
positif adalah rangsangan yang memperkuat atau mendorong suatu tindak balas. Sedangkan
penguatan negatif ialah penguatan yang mendorong individu untuk menghindari suatu tindakan
balas tertentu yang tidak memuaskan.8 Penguat harus berdekatan dengan respon seseorang, yaitu
penguat seharusnya terjadi ketika respon yang diinginkan telah terjadi.9 Teori ini lebih
menitikberatkan pada tingkah laku aktor dan lingkungan.10 Dalam Behaviorisme
Skinner,pikiran sadar atau tidak sadar tidak diperlukan untuk menjelaskan perilaku dan
perkembangan. Oleh karena itu para Behvioris yakin bahwa perkembangan dipelajari dan sering
berubah sesuai dengan pengalaman-pengalaman lingkungan.11 Pendekatan behavior bertujuan
untuk menghilangkan tingkah laku yang salah dan membentuk tingkah laku baru. Pendekatan
tingkah laku dapat digunakan dalam menyembuhkan berbagai gangguan tingkah laku dari yang
sederhana hingga yang kompleks, baik individual maupun kelompok.12
Skinner menyarankan penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku
seperti menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap tingkah
laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan yang bersifat emosional dan tidak
menjamin timbulnya tingkah laku positif yang diinginkan. kelemahan Skinner adalah: (1) proses
belajar dipandang dapat diamati, padahal belajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat
disaksikan dari luar. (2) proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanis padahal setiap siswa
memiliki kemampuan mengatur diri yang bersifat kognitif sehingga bisa menolak ataupun
merespon. (3) proses belajar manusia dianalogikan dengan perilaku hewan yang sangat sulit
diterima karena memilik perbedaan baik secara psikis maupun fisik.13
Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan motor
penggerak dalam perbuatan. Motivasi digolongkan menjadi dua, yakni motivasi intrinsik dan
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan melakukan sesuatu.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah suatu keinginan untuk mengerjakan suatu tujuan yang
diakibatkan oleh imbalan-imbalan yang bersifat eksternal seperti uang, atau popularitas.14
11
2. Teori Behavioristik menurut Albert Bandura
12
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu
dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R
(Stimulus-Respon). Teori Behavioristik mementingkan faktor lingkungan, menekankan pada
faktor bagian, menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode
obyektif, sifatnya mekanis dan mementingkan pengalaman anak. Adapun Tokoh-tokoh yang
terkenal dalam teori ini yaitu Edward Lee Thorndike.
Edward Lee Thorndike adalah seorang psikolog terkemuka di Amerika Serikat yang
menghabiskan hampir seluruh karirnya di teacher’s college, Columbia University. Teori
pembelajaran Thorndike biasa dikenal dengan teori Koneksionisme (Agus, 2009). Thorndike
berpendapat bahwa yang menjadi dasar belajar itu adalah asosiasi antara panca indra (Sense
Impresion) dengan Implus untuk bertindak. Asosiasi yang demikian itu disebut Connection atau
bond atau koneksi, hal itulah yang menjadikan lebih kuat atau lebih lemah dalam terbentuknya
pembelajaran atau hilangnya kebiasaan- kebiasaan. Karena prinsipnya yang demikian itu teori
Thorndike disebut dengan teori Connection Atau Bond Psychology.
13
Menurut Thorndike (dalam Rahyubi, 2012) terdapat beberapa cara dalam implementasinya pada
pembelajaran yaitu:
Dalam sebuah situasi eksperimen tipikal seekor kucing ditempatkan dalam sebuah
kandang. Seekor kucing dapat membuka sebuah lubang dengan menyentuh sebuah bel yang telah
disetel dalam sangkar. Setelah melakukan rangkaian respons acak, kucing pada akhirnya dapat
keluar dengan membuat respons yang dapat membuka pintu keluar tersebut. Setelah itu kucing
ditaruh kembali dalam kandang dan diulang lagi sampai beberapa kali. Mula-mula kucing
tersebut mengeong, mencakar, melompat dan berlari-larian, namun gagal membuka pintu untuk
memperoleh makanan yang ada di depanya, Akhirnya entah bagaimana secara kebetulan kucing
itu berhasil menekan atau menyentuh tombol yang disetting sehingga terbukalah pintu sangkar
tersebut. Eksperimen ini kemudian dikenal dengan instrumental conditioning. Artinya tingkah
laku yang dipelajari berfungsi sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau
ganjaran yang dikehendaki.
14
benar secara bertahap diperkuat melalui serangkaian proses coba-coba, sementara respon yang
tidak benar melemah atau menghilang. Teori Connectionism Thorndike ini juga dikenal dengan
nama “Instrumental Conditioning”, karena respon tertentu akan dipilih sebagai instrumen dalam
memperoleh “reward” atau hasil yang memuaskan. Ada beberapa tahapan proses perkembangan
dalam teori thorndike yaitu:
Pertama Hukum kesiapan, hukum kesiapan (Law of Readness) Menurut hukum ini,
hubungan antara stimulus dan respons akan mudah terbentuk manakala ada kesiapan dari diri
individu. Implikasi dari hukum ini adalah keberhasilan belajar seseorang sangat tergantung dari
ada tidaknya kesiapan.
Kedua Hukum latihan, hukum latihan (Law of Exercise) Hukum ini menjelaskan
kemungkinan kuat dan lemahnya hubungan stimulus dan respons. Hubungan atau koneksi antara
kondisi (perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena adanya latihan (law of
use), dan koneksi- koneksi itu akan menjadi lemah karena latihan tidak dilanjutkan atau
dihentikan (Law of Disuse). Hukum ini menunjukkan bahwa hubungan stimulus dan respons
akan semakin kuat manakalah terus-menerus dilatih atau diulang, sebaliknya hubungan stimulus
respons akan semakin lemah manakala tidak pernah diulang, maka akan semakin dikuasailah
pelajaran tersebut.
Ketiga hukum efek (law of effect), Hukum ini menunjukkan pada kuat atau lemahnya
hubungan antara stimulus dan respons tergantung pada akibat yang ditimbulkannya. Apabila
respons yang diberikan seseorang mendatangkan kesenangan, maka respons tersebut akan
dipertahankan atau diulang, sebaliknya, apabila respons yang diberikan mendatangkan atau
diikuti oleh akibat tidak yang tidak mengenakkan, maka respons tersebut akan dihentikan dan
tidak akan diulangi lagi.
keempat hukum sikap (law of attitude) yaitu hubungan stimulus-respons yang cenderung
diperkuat bila akibatnnya menyenangkan, dan sebaliknya cenderung diperlemah jika akibatnya
tidak memuaskan. Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat
menguat dan melemah tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan (Rahyubi,
2012)
15
Implementasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Teori behavioristik ini jika dikaikan dengan pembelajaran yaitu bisa diimplementasikan
dengan cara Inquiri (Sukmadinata, 2003). Seperti seorang guru memberikan beberapa gambar
dan diperlihatkan kepada siswa, kemudian siswa akan menghubungkan gambar-gambar tersebut
secara sistematis dalam benaknya. Siswa akan menemukan sebuah cerita baru yang dihasilkan
dari menghubungkan gambar. Hal ini dapat mengasah otak siswa untuk berpikir menemukan
sesuatu hal yang baru dari sebuah gambar
Adapun Langkah-langkah pelaksanaan teknik yaitu dengan menggunakan metode Inquiri sebagai
berikut:
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Penilaian
Pada teori behavioristik, hal yang penting dalam belajar adalah membuat input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru
kepada siswa, sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respons tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati hanyalah
perubahan yang ditampilkan dalam bentuk Tindakan (Sumadi, S., 2014). Dari empat hukum
yang ditawarkan oleh Thorndike semuanya dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran
dengan melibatkan siswa untuk mengkonstrusi pikirannya sebagai respons atas stimulus yang
diberikan oleh pendidik.
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849, ia meraih penghargaan nobel pada
bidang Physiology or Medicine tahun 1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat
mempengaruhi psikology behavioristik di Amerika. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan
Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme.
Pavlov melakukan suatu eksperimen terhadap anjing. Anjing mengeluarkan air liur
apabila diperlihatkan makanan.air liur yang dikeluarkan oleh anjing merupakan suatu stimulus
16
yang diasosiasikan dengan makanan. Pavlov juga menggunakan lonceng dahulu sebelum
makanan diberikan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang
demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya membunyikan
lonceng saja saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.
Makanan adalah rangsangan wajar, sedang lonceng adalah rangsangan buatan. Ternyata
kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan
menimbulkan syarat(kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut:
Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata
individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari
bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
17
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Analisis perubahan tingkah laku berkembang dalam berbagai disiplin, seperti
dalam pendidikan dikenal dengan behavior analysis, di bidang konseling, rumah sakit,
militer yang semuanya mendasarkan pada teori belajar. Tingkah laku manusia adalah
segala sesuatu yang manusia lakukan, mencakup bagaimana mereka bergerak dan apa
yang mereka katakan, pikirkan, dan rasakan. Membuka plastik pembungkus kacang
adalah tingkah-Iaku, demikian juga memikirkan betapa enaknya kacang rasanya bila
sudah dibuka pem!:Jungkusnya. Bahkan membaca tulisan ini adalah tingkah-Iaku, dan
bila anda sedang memegang buku ini dan merasakan berat dan bentuknya di tangan anda,
semua itu adalah tingkahlaku atau behavior (Cooper, et aI., 2007). Meskipun kata-kata
seperti aktivitas dan gerakan mengkomunikasikan pandangan umum tentang behavior,
tetapi definisi yang lebih khusus diperlukan untuk tUjuan-tujuan ilmiah. Bagaimana suatu
disiplln ilmiah mendefinisikan bidang ilmunya akan rnernberi pengaruh yang mendasar
pada rnetode-metode pengukurannya, eksperirnentasinya, dan analisis teoritiknya yang
tepat dan memungkinkan
B. Saran
Demikian makalah yang penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran yang berisi kritik maupun sanggahan serta tambahan terhadap
makalah ini agar menjadi lebih baik.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya,
karena penulis adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, alfa dan lupa.
18
DAFTAR PUSTAKA
Adi, H. (2020). Teori Belajar Behaviorisme Albert Bandura dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran. LISANUNA, 10, 25
http://lilissurtiyana.blogspot.com/2015/06/analisis-ubah-tingkah-laku.html
19