Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ANALISIS PENGUBAHAN TINGKAH LAKU


“Teknik Extinction”

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Pengubahan


Tingkah Laku Semester 5

DOSEN PENGAMPU

DR. Vivi Ratnawati,S.Pd., M.Psi.

Di susun oleh :
Kelompok 4

Tias Tara Dwiva (19.1.01.01.0003)


Fitriani Qurrotul Uyun (19.1.01.01.0018)
AR Ajeng Izzah Parera (19.1.01.01.0023)

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
TAHUN AJARAN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan segala kuasa-Nyalah kami bisa menyusun Makalah ini yang berjudul
“Teknik Extinction” telah selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Rasa terima kasih penyusun ucapkan kepada ibu Vivi Ratnawati S.Pd.,
M.Psi selaku dosen pengampu mata kuliah Analisis Pengubahan Tingkah Laku
yang telah memberikan banyak masukan serta saran yang sangat bermanfaat
dalam proses penyelesaian makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah turut serta membantu menyumbangkan pikirannya
yang tidak bisa penulis sebutkan satu-per satu.

Kami sangat berharap agar makalah ini memberi banyak manfaat bagi para
pembaca terutama pada para orang tua atau siapapun yang membaca makalah ini.
Kami juga sangat mengharapkan masukan, kritikan serta saran dari semua pihak
agar makalah ini bisa menjadi lebih sempurna.

Kediri, 18 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... I
KATA PENGANTAR....................................................................................... II
DAFTAR ISI...................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................... 5
C. Tujuan...................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Extincioni..............................................................................6
B. Extindon Burst.........................................................................................7
C. Prosedur dan Hukum Extinction ............................................................9
D. Kesalahan Umum Tentang Extinction....................................................11
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Extinction .......................................11
F. Sifat-sifat Prosedur Extinction................................................................14
G. Kelebihan dan Kelemahan Extinction.....................................................14
H. Penggunaan Efektif Prosedur Extinction................................................16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................18
B. Saran........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara umum Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia
itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain :
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca
dan sebagainnya. Perilaku juga dapat diartikan sebagai semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan (Azwar, 2016) berpendapat
Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang) namun dalam memberikan respon
sangat tergantung pada karakteristik ataupun faktor-faktor lain dari orang
yang bersangkutan.
Perilaku manusia dapat berubah dikarenakan suatu factor/sebab.
proses perubahan yang dialami manusia berdasarkan apa yang telah
dipelajari, entah itu dari peran pranata keluarga, teman, lingkungan, atau
dari diri mereka sendiri. Proses perubahan tersebut sangat ditentukan oleh
kondisi dan kebutuhan orang tersebut.
Penguatan perilaku dapat diberikan apabila perilaku tersebut
berdampak positif bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Penguatan
adalah respon positif dalam pembelajaran yang diberikan guru terhadap
perilaku peserta didik yang positif dengan tujuan mempertahankan dan
meningkatkan perilaku tersebut. Penguatan merupakan respon terhadap
suatu tingkah laku yang sengaja diberikan agar tingkah laku tersebut dapat
terulang kembali.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Extincion?
2. Bagaimana Extindon Burst?
3. Bagaimana Prosedur dan Hukum Extinction?
4. Apa Kesalahan Umum Tentang Extinction?
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Extinction?

4
6. Bagaimana Sifat-sifat Prosedur Extinction?
7. Apa Kelebihan dan Kelemahan Extinction?
8. Bagaimana Penggunaan Efektif Prosedur Extinction?

C. Tujuan
1. Memahami Penegrtian Extinction.
2. Mengetahui Extinction Burst.
3. Memahami Prosedur Dan Hukum Extinction.
4. Memahami Kesalahan Umum Tentang Extinction.
5. Mengetahui Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Extinction.
6. Memahami Sifat-Sifat Prosedur Extinction.
7. Mengetahui Kelebihan Dan Kelemahan Extinction.
8. Mengetahui Penggunaan Efektif Prosedur Extinction.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Extinction
Prinsip dasar perilaku yang akan diilustrasikan dalam contoh-
contoh berikut ini disebut dengan extinction. Dalam setiap contoh,
perilaku yang telah diperkuat untuk jangka waktu tidak lagi diperkuat dan,
oleh karena itu, perilaku berhenti terjadi. Misalkan saja, perilaku Rae yang
meletakkan uang ke dalam mesin kopi dan mendorong tombol yang
dikuatkan dengan mendapatkan kopi. Sedangkan perilaku Greg yang
memutar kenop pintu dan itu dikuatkan dengan memasuki bangunan
apartemennya. Perilaku-perilaku ini dikuatkan dengan sangat terjadwal
atau terus menerus dilakukan. Suatu waktu penguatan tersebut terhenti,
Perilaku Rea dan Greg pun lama kelamaan berkurang dan akhirnya
terhenti.

Extinction adalah sebuah prinsip dasar perilaku. Definisi perilau extinction

adalah sebagai berikut: extinction terjadi ketika:

1. Sebuah perilaku yang telah dikuatkan sebelumnya

2.Tidak ada hasil dalam waktu yang lama dalam konsekuensi penguatan

3. Dan oleh karena itu, perilaku terhenti terjadi di masa depan.

Selama sebuah perilaku dikuatkan, meskipun hanya sebentar tidak terlalu


lama, maka perilaku tersebut akan terus ada. Akan tetapi apabila sebuah
perilaku tidak diikuti dengan konsekuensi penguatan dalam waktu yang
lama, bagaimanapun seseorang akan menghentikan perilaku tersebut.
Ketika perilaku tersebut terhenti karena tidak adanya penguatan dalam
waktu yang lama, kita mengatakan bahwa perilaku tersebut telah
mengalami extinction atau bahwa perilaku tersebut telah dihilangkan.

B. Extiondon Burst

6
Salah satu ciri dari proses extinction adalah jika salah satu perilaku yang
tidak diberi penguat, mengalami peningkatan dari segi frekuensi, durasi
maupun intensitasnya, sebelum pada akhirnya berkurang dan hilang untuk
selamanya (Lerman & Iwata, 1994). Contoh:
1. Pada saat Rac tidak mendapatkan kopinya, dia menekan tombol pada
mesin pembuat kopi secara berulang (frekuensi meningkat), kemudian
menekannya dengan lebih keras (intensitas meningkat) sebelum akhirnya
Rae menyerah.

2. Pada saat Greg mendapati pintu apartemennya terkunci, dia menaik-


turunkan handle sembari mendorong slot pintunya beberapa kali
(intensitas meningkat) kemudian dia mendorong slot pintu dengan lebih
kuat lagi (intensitas meningkat) sebelum akhirnya menyerah.
Peningkatan pada frekuensi, intensitas, dan durasi selama proses
extinction disebut dengan Extinction Burst.

3. Pada saat Mark menekan tombol ON pada remote Tvnya dan ternyata
Tvnya tidak menyala (baterainya mati), Mark menekannya lebih lama
(durasi meningkat), dan lebih keras (intensitas meningkat) sebelum
akhirnya menyerah. Perilaku Mark yang menekan tombol ON tidak
dikuatkan oleh TV yang menyala, oleh karena itu dia berhenti menekan.
Tetapi sebelum itu dia menekan remote dengan lebih lama.

4. Setiap malam, Amanda 4 tahun, terbangun dan menangis di sela-sela


waktu tidurnya selama 10-15 menit, kemudian orang tuanya
mendatangi kamarnya dan menemaninya hingga ia merasa ngantuk.
Setelah bertanya pada seorang dokter anak, orang tua amanda mencoba
untuk tidak datang atau menanyakan keadaannya ketika Amanda
menangis pada saat jam tidur. Pada malam pertama Amanda menangis
selama 25 menit sebelum kembali tidur. Pada akhir minggu Amanda
berhenti menangis pada saat jam tidur. Pada saat mereka (ortu Amanda)
tidak masuk ke kamar Amanda setelah dia menangis, mereka telah
mengaplikasikan extinction. Peningkatan tangisan pada malam pertama

7
merupakan extinction burst. Sekali orang tua menerapkan extinction,
dilaporkan adanya peningkatan perilaku namun kemudian berkurang
dan akhirnya berhenti semuanya.

Salah satu ciri lain pada extinction burst adalah perilaku baru (perilaku
yang biasanya tidak terjadi dalam situasi tertentu) muncul menyertai
perilaku utama ketika penguatan tidak diberikan. Sebagai contoh ketika
Amanda menangis, orang tuanya tidak mendatanginya. Amanda menangis
lebih lama dan lebih keras (intensitas dan durasinya meningkat), tidak
hanya itu amanda juga ketakutan dan memukuli bantalnya.
Pada contoh pertama Rae tidak hanya menekan tombol mesin pembuat
kopi secara berulang ketika kopinya tidak keluar, tetapi juga menekan
tombol untuk mengeluarkan uangnya dan mengguncang mesin tersebut
(perilaku baru). Sesekali, perilaku baru yang muncul bersamaan dengan
extinction burst termasuk di dalam nya adalah respon emosi (Chance,
1988). Sebagai contoh Rae akan menunjukkan kemarahannya dan
memaki-maki mesin pembuat kopi atau bahkan menendangnya. Azrin,
Hutchinson, dan Hake (1966) mengatakan jika perilaku agresiif sering
terlihat pada saat extinction diterapkan. Adalah tidak biasa bagi anak-anak
muda untuk menunjukkan respon emosional ketika perilaku mereka tidak
lagi diperkuat. Anak yang permintaan permennya ditolak mungkin
berteriak dan menangis. Orangtua kemudian secara tidak sadar
memperkuat jeritan dan tangisan ini dengan memberi anak permen.
Perilaku memberikan permen untuk anak-anak merupakan sebuah
reinforcement negatif untuk menghilangkan rasa takut dan tangisan anak-
anak.

Ketika suatu perilaku tidak diperkuat lagi, tiga hal dapat terjadi;
1. Perilaku dapat secara singkat meningkatkan frekuensi, durasi atau
intensitas.

8
2. Perilaku baru dapat terjadi lagi bahkan setelah itu tidak terjadi untuk
beberapa waktu. Ini disebut pemulihan spontan. Pemulihan spontan
adalah kecenderungan alami untuk perilaku terjadi lagi.

3. Respons emosional atau perilkau agresif dapat terjadi. Salah satu


karakteristik lain dari extinction adalah bahwa perilaku dapat terjadi
dalam situasi yang mirip dengan yang terjadi dan diperkuat sebelum
kepunahan (Chance, 1988; Lerman, Kelly, Van Camp. & Roane,
1999; Zeiler, 1971). Jika kepunahan masih terjadi ketika pemulihan
spontan terjadi yaitu, jika tidak ada penguatan perilaku tersebut tidak
akan berlanjut lama yang akan meningkatkan persistensi perilaku atau
resistensi terhadap kepunahan di masa depan.

C. Prosedur dan Hukum Extinction


Prosedur extinction adalah prosedur menghentikan pemberian penguatan
pada perilaku yang semula dikuatkan sampai ke tingkat sebelum perilaku
tersebut dikuatkan.
Beberapa perilaku yang memerlukan prosedur extinction seperti tindakan
mengacaukan kelas, tindakan agresif, amarah yang berlebihan, perilaku
bukan belajar, dan membual.
Contoh sederhananya adalah Andi selalu melompat-lompat di atas
tempat duduknya sambil berteriak-teriak ketika ia ingin menjawab
pertanyaan dari gurunya. Hal itu ia lakukan supaya mendapatkan perhatian
semua orang di kelas. Gurunya ingin merubah perilaku Andi dengan cara
tidak memberi perhatian kepada Andi ketika ia bersikap berlebihan Justru
gurunya meminta Andi menjawab pertanyaan ketika ia sedang duduk
diam. Perilaku ribut Andi tidak mendapat penguatanan gurunya, sehingga
diharapkan perilaku tersebut tidak berulang.
Kita tahu bahwa dalam reinforcement ada dua prosedur, yaitu positive dan
negative reinforcement. Begitu juga dengan extinction, Sebuah perilaku
dapat mengalami pengurangan terlepas dari apakah karena diberi
reinforcement positif atau negatif. Intinya baik reinforcement maupun

9
extinction adalah untuk mengurangi atau menghentikan perilaku yang
tidak diinginkan. Namun ada dua hal yang membedakannya. Yang
pertama yaitu apabila sebuah perilaku secara positif diberi penguatan,
maka konsekuensinya akan dimunculkan atau ditambahkan setelah
perilaku tersebut dilakuka. Oleh karena itu, pengurangan perilaku karena
diberi reinforcement positif melibatkan pengurangan perilaku yang
sebelumnya sudah diberikan setelah perilaku tersebut dilakukan. Dengan
kata lain, ketika sebuah perilaku menghasilkan konsekuensi penguatan,
maka perilaku yang diinginkan pun tidak lama kemudian dapat terjadi.
Sedangkan jika dalam kasus reinforcement negative, perilaku
dihilangkan atau dikurangi karena adanya stimulus aversive. Oleh karena
itu extinction karena reinforcement negative mengakibatkan perilaku yang
tadinya sudah ada penguatan bisa jadi berkurang atau bahkan musnah
karena dihilangkannya penguat tersebut. Dengan kata lain, ketika sebuah
perilaku mengakibatkannya menghindar dari aversive stimulus maka
secara otomatis perilaku tersebut akan berhenti.
Contohnya katakan saja seseorang memakai sejenis penutup telinga
sewaktu bekerja di pabrik untuk mengurangi suara bising dari berbagai
peralatan perusahaan. Ketika penutup telinga itu tidak dipakai ternyata
setelah itu merasa bunyi bising berkurang maka otomatis orang tersebut
akan berhenti memakai penutup telinga tersebut. Perilaku memakai
penutup telinga menjadi berkurang karena hal tersebut menjadi jalan
keluar dari kebisingan suara di pabrik. Jadi.kesimpulan dari prosedur
extinction adalah:
9. Reinforcer positif diberikan tidak lama setelah perilaku
10. Aversive stimulus dihilangkan tidak lama setelah perilaku
Atau bisa juga kami simpulkan Hukum Extinction tersebut adalah seperti
di bawah ini:

1. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang


dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent

10
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer,
maka kekuatannya akan menurun.
2. yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses
conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku
tersebut akan menurun bahkan musnah.

D. Kesalahpahaman umun tentang Extinction


Meskipun extinction secara prosedural berbeda tergantung pada jenis
penguatan perilaku, hasilnya selalu sama: Perilaku berhenti.
Kesalahpahaman umum adalah bahwa menggunakan extinction berarti
mengabaikan perilaku. Ini tidak akurat dalam banyak kasus. extinction
berarti melepaskan penguat untuk suatu perilaku. Mengabaikan perilaku
masalah berfungsi sebagai pemadaman hanya jika perhatian adalah
penguat. Misalnya, pengutilan seseorang diperkuat dengan mendapatkan
barang dagangan dari toko. Jika penjual di toko mengabaikan perilaku
mengutil, ini tidak akan menyebabkan perilaku itu berhenti. Sekali lagi,
anggaplah bahwa seorang anak berlari dari meja setiap kali dia diberitahu
untuk makan sayurannya, dan hasilnya adalah dia tidak makan
sayurannya. Jika orang tua mengabaikan perilaku ini, itu tidak akan
berhenti. Berlari dari meja diperkuat oleh melarikan diri dari makan
sayuran. Mengabaikan perilaku tidak mengambil penguat ini dan,
karenanya, tidak berfungsi sebagai extinction.

E. Faktor-factor yang mempengaruhi Extinction


Dua factor yang mempengaruhi Extinction :
1. Rencana penguatan (Reinforcement) sebelum extinction
2. Peristiwa pengutan setelah extinction
Sebagian rencana penguatan (Reinforcement) akan menentukan apakah
hasil hasil extinction perilaku dapat berkurang dengan cepat ataupun
secara berangsur angsur. Munculnya peristiwa dari sebuah perilaku diikuti
oleh adanya penguat. Dalam penguatan yang sesaat, tidak semua perilaku-
perilaku yang dihasilkan berasal dari sebuah penguat. Akan tetapi

11
terkadang perilaku juga di beri penguatan. Ketika sebuah perilaku secara
terus menerus diberi penguatan, pengurangan secara cepat diakhiri hanya
dengan satu kali penguatan. Ketika sebuah perilaku diberi penguatan
sesaat, maka secara berangsur-angsur selalu lebih berkurang dari sekali
penguatan telah berakhir. Namun perubahan dari penguatan untuk
pengurangan akan lebih berbeda ketika sebuah perilaku diperkuat
sepanjang waktu daripada hanya diberikan beberapa kali.
Misalnya, jika kita mengambil uang dalam mesin dan menekan tombol,
kita akan mendapatkan pilihan-pilihan yang kita inginkan. Ini adalah
sebuah kasus penguatan secara berulang-ulang, dan penurunan perilaku
selama pengurangan akan cepat. Kita tidak akan melanjutkan untuk
mengambil uang dalam mesin jika kita tidak terlalu lama mendapatkan
uangnya. Berkurangnya penguatan akan segera terlihat. Itu akan sama
dengan apa yang terjadi ketika kita mengambil uang di tempat mesin atau
mesin video spekulasi. Itu adalah sebuah kasus tentang penguatan yang
sesaat. Mengambil uang dalam slot mesin sesekali hanya diperkuat dari
sukses mendapatkan jakpot dan memenangkan uang dari mesin. Jika
mesin telah rusak dan tidak dapat kembali memproduksi jakpot (bukan
penguatan), kita mungkin mengambil lebih banyak koin ke dalam mesin
sebelum akhimya menyerah. Dari itulah kita mengambil berspekulasi
untuk berhenti karena itu adalah paling sulit untuk menentukan itu semua
bukanlah penguatan yang panjang untuk perilaku.
Penguatan yang sebentar-sebentar sebelum pengurangan menghasilkan
perlawanan terhadap pengurangan, perilaku pengurangan tetap dilaksakan.
Penguatanyang berlanjut sebelum pengurangan menghasilkan lebih sedikit
perlawanan terhadap pengurangan dan perilaku yang tekun. Karena
perlawanan pada pengurangan.
daftar penguatan sebelum pengurangan menghasilkan pada keberhasilan
penggunaan pengurangan dalam sebuah program modifikasi perilaku.
Faktor yang kedua adalah peristiwa penguatan setelah pengurangan. Jika
penguatan terjadi dalam bagian dari pengurangan, akan lama dalam
perilaku untuk mengurangi perilaku. Ini karena penguatan dari perilaku

12
pengurangan telah dimulai, jumlah pada penguatan yang sebentar-
sebentar, dan membuat perilaku lebih melawan terhadap pengurangan..
Faktanya, jika perilaku diperkuat selama satu episode sembuh secara tiba-
tiba, mungkin perilaku selanjutnya meningkat pada level ini sebelum
pengurangan.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kalina J. Michalska, Tomer


Shechner. Melanie Hong, etc (2016), tentang fear conditioning yang
dilakukan pada anak usia 5-10 tahun menunjukkan bahwa extinction lebih
mudah dilakukan pada anak anak usia 5-6 tahun karena kemampuan
mereka dalam beradaptasi dengan hal yang baru. Sedangkan pada anak
usia 9-10 tahun. lebih banyak merasakan rasa takit setelah dilakukan
conditioning Dari hasil temuan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
extenction mudah dilakukan pada usia 5-6 tahun karena faktor kognitif
pada usia tersebut, sedangkan pada anak-anak usia 9-10 tahun, dapat
dilakukan namun dengan fear yang lebih berbekas dibandingkan dengan
usia anak-anak awal.
Kesuksesaan metode extinction sebagai salah satu metode perubahan
perilaku nampaknya memang tidak terlepas dari peran metode lain. Seperti
pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Edi Purwanta, Pujaningsih,
Aini Mahabbati, dan Heri Purwanta (2014) tentang model modifikasi
perilaku, disebutkan bahwa extinction merupakan strategi yang dapat
dilakukan pada saat pembelajaran atau pemberian tugas.
Pada saat anak menghindar maka guru tetap memberikan materi maupun
memberikan penugasan sehingga ada kemungkinan terjadinya peningkatan
perilaku menghindar di awal penerapan strategi ini. Oleh karena itu,
diperlukan kombinasi dengan strategi lain. Pelatihan komunikasi
fungsional dapat diberikan kepada anak agar ia dapat mengkomunikasikan
keinginannya dengan tanda maupun lisan pada saat ia tidak nyaman atau
saat pembelajaran dan atau mengerjakan tugas. Hal ini lebih berdampak
pada perilaku sosial yang diterima dibandingkan langsung pergi atau tidak
menyelesaikan tugas.

13
F. Sifat-sifat Prosedur Extinction
Pola berkurangnya perilaku setelah dihentikannya pemberian penguatan
tergantung pada beberapa factor, antara lain :
1. Jadwal pemberian penguatan. Pola berkurangnya perilaku setelah
dihentikannya penguatan tergantung pada jadwal pemberian
penguatan sebelum prosedur extinction ini. Jadwal penguatan
terus-menerus lebih cepat proses hapusnya daripada jadwal
berselang. Jadwal bervariasi lebih resistan daripada jadwal
berjangka sama.
2. Banyaknya penguatan. Makin banyak berulang pemberian
penguatan pada masa lampau, makin resisten perilaku terhadap
extinction. Demikian juga semakin besar kuantitas penguatan yang
telah dinikmati, makin resisten perilaku.
3. Deprivasi. Makin besar deprivasi subjek terhadap penguatan dan
makin vital penguatan yang dideprivasikan, makin sulit perilaku
dihapus.
4. Usaha. Makin besar usaha yang dibutuhkan untuk melaksanakan
perilaku yang mendapat penguatanan, makin cepat extinction
tercapai. Misalnya Prapto meminjam uang ke kakaknya. Kakaknya
tidak mau meminjami lagi karena ternyata digunakan untuk
berjudi. Sering tidaknya dia meminjam lagi juga dipengaruhi jarak
rumah Parto dengan kakaknya, makin jauh perilaku makin cepat
hilang, dan sebaliknya.

Selain sifat-sifat di atas, sifat lain yang perlu dipahami adalah adanya
peristiwa kambuh (spontaneous recovery). Bila terjadi peristiwa
kambuh dan penguatan lama diberikan, maka perilaku akan terus
berulang, bahkan makin sukar untuk dihapuskan (makin resisten). Ini
seakan-akan meyakinkan bahwa apabila orang cukup gigih, tujuan
akan tercapai jua.

G. Kelebihan dan Kelemahan Extinction


1. Kelebihan :

14
a. Prosedur ini dikombinasikan dengan prosedur lain telah terbukti
efektif diterapkan dalam berbagai macam situasi. Berlangsung cepat
apabila dikombinasikan dengan penguatanan perilaku yang diingini.
Contohnya adalah Mengajari anak yang rewel jika minta sesuatu.
Bila ia masih meminta dengan cara rewel, ia tidak mendapat yang
diminta, kalau ia meminta dengan cara yang diajarkan baru dikasih.
b. Prosedur extinction menimbulkan efek yang tahan lama. Contoh
perilaku rewel diatas tidak akan kambuh bila tidak mendapat
penguatan.
c. Prosedur extinction tidak menimbulkan efek sampingan se-negatif
prosedur prosedur yang menggunakan stimuli aversif.
2. Kelemahan :
a. Efek tidak terjadi dengan segera. Efek extinction biasanya tidak
seketika terjadi. Setelah konsekuensi yang mengukuhkan
dihilangkan, perilaku-sasaran tetap berlangsung sampai waktu
tertentu. Ini dapat menimbulkan masalah dalam penerapannya.
Contoh: perilaku yang membahayakan diri sendiri (misal anak anak
mengejar layang-layang ke jalan raya) maupun yang membahayakan
orang lain (misal desdruktif dan agresif) harus dihentikan segera.
b. Perilaku-perilaku lain, termasuk perilaku agresif, sering timbul.
Kenaikan dan frekuensi dan intensitas sementara diikuti oleh
perilaku-perilaku lain sebagai usaha mendapat penguatan, termasuk
perilaku agresif. Perilaku agresif disebabkan oleh kekecewaan tidak
diperolehnya penguatan yang biasa diperoleh.
c. Imitasi perilaku oleh orang lain. Pada permulaan extinction, perilaku
yang berulang-ulang timbul dan tidak mendapat perhatian yang
berwenang, oleh orang lain yang melihatnya disangka mendapat
persetujuan, akibatnya perilakunya cenderung ditiru. Anak-anak
mencari perhatian guru dengan mengusuli teman. Guru melakukan
ekstinsi. Ia hanya memperhatikan siswa yang tenang. Karena guru
tidak mengambil tindakan yang menyolok, pada anak2 tersebut,
maka mereka mengira guru tidak keberatan. Mereka mulai meniru

15
perilaku tersebut. Kesukaran menemukan penguatan yang
mengontrol.
Kadang-kadang terlihat jelas penguatan apa yang menimbulkan
perilaku yang berulang. Kadang-kadang sulit sekali untuk
menemukan, terutama bila penguatan terjadi pada jadwal yang
sangat jarang. Begitu jarangnya. konsekuensi penguatan ditemukan,
sampai seorang pengamat gagal mengendalikannya.

H. Penggunaan Efektif Prosedur Extinction


1. Menemukan penguatanan yang memelihara perilaku. Perlu
ditemukan penguatanan yang mengontrol perilaku sasaran dan
kemudian mencegah terjadinya penguatanan. Agar prosedur
extinction efektif, semua sumber penguatanan harus ditemukan dan
dikendalikan, semakin sering penguatanan inkonsisten ini terjadi,
semakin sulit dihapus perilaku ini.
2. Komunikasi jelas dan tegas. Beberapa perilaku tidak perlu sama
sekali dihapus. tetapi perlu dikontrol agar tidak berlangsung pada
saat-saat tertentu, atau hanya berlangsung pada saat-saat tertentu.
Perlu diperjelas kapan boleh/tidak. Contoh: anak tidak boleh
mengobrol waktu sholat.
3. Menjalankan prosedur ini cukup lama. Peningkatan perilaku pada
permulaan prosedur extinction diterapkan, sering membuat
pengontrol penguatan menyerah. Berkurangnya perilaku yang
perlahan-lahan membuat orang tidak sadar atau prasangka bahwa
program ini telah gagal. Untuk itu perlu dibuat pencatatan perilaku
sasaran dari hari ke hari.
4. Mengombinasikan dengan prosedur lain. Prosedur extinction lebih
efektif bila dikombinasikan dengan prosedur lain. Efek ini
mendukung tercapainya extinction karena subjek telah
mendapatkan cukup penguatan dengan cara baru karena cara lama
sudah tidak efektif lagi. Contoh: anak nakal karena minta
perhatian-perilaku nakal lebih cepat hilang bila kenakalan tidaka

16
mendapat perhatian lagi dari ibunya (extinction), ibunya akan
memperhatikan jika ia tidak nakal (positif reinforcement).

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian Extinction Prinsip dasar perilaku yang akan diilustrasikan dalam


contoh-contoh berikut ini disebut dengan extinction. Dalam setiap contoh,
perilaku yang telah diperkuat untuk jangka waktu tidak lagi diperkuat dan,
oleh karena itu, perilaku berhenti terjadi.

Misalkan saja, perilaku Rae yang meletakkan uang ke dalam mesin kopi dan
mendorong tombol yang dikuatkan dengan mendapatkan kopi. Sebuah
perilaku yang telah dikuatkan sebelumnya., Tidak ada hasil dalam waktu
yang lama dalam konsekuensi penguata., Selama sebuah perilaku dikuatkan,
meskipun hanya sebentar tidak terlalu lama, maka perilaku tersebut akan
terus ada. Akan tetapi apabila sebuah perilaku tidak diikuti dengan
konsekuensi penguatan dalam waktu yang lama, bagaimanapun seseorang
akan menghentikan perilaku tersebut. Ketika perilaku tersebut terhenti
karena tidak adanya penguatan dalam waktu yang lama, kita mengatakan
bahwa perilaku tersebut telah mengalami extinction atau bahwa perilaku
tersebut telah dihilangkan.

Prosedur dan Hukum Extinction Prosedur extinction adalah prosedur


menghentikan pemberian penguatan pada perilaku yang semula dikuatkan
sampai ke tingkat sebelum perilaku tersebut dikuatkan. Beberapa perilaku
yang memerlukan prosedur extinction seperti tindakan mengacaukan kelas,
tindakan agresif, amarah yang berlebihan, perilaku bukan belajar, dan
membual.

Kesalahpahaman umun tentang Extinction Meskipun extinction secara


prosedural berbeda tergantung pada jenis penguatan perilaku, hasilnya selalu
sama: Perilaku berhenti.

A. Saran

18
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan.
Kami tetap berharap makalah ini tetap memeberikan manfaat bagi pembaca.
Namun, saran dan kritik yang sifatnya membangun dengan tangan terbuka
kami terima demi kesempurnaan di masa akan datang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Edi Purwanta, Pujaningsih, Aini Mahabbati, dan Heri Purwanta. (2014).


Pengembangan Model Modifikasi Perilaku Terintegrasi Program
Pembelajaran Untuk Anak dengan Masalah Perilaku. Jurnal Cakrawala
Pendidikan. Juni 2014. Th. XXXIII, No. 2

Kalina J. Michalska, Tomer Shechner Nathan A. Fox. (2016). A


developmental analysis of threat/safety learning and extinction recall during
middle childhood. Journal of Experimental Child Psychology 146. pg 95-105

Miltenberger, G.Raymond. (2011). Behavior Modification: Principles and


Procedures. USA:

Wadsworth Publishing. Sarafino, E.P. (2012). Applied Behaviour Analysis


Principles and Prosedures in Behaviour, USA: John Wiley and Sons, Inc.

20
21

Anda mungkin juga menyukai